Anda di halaman 1dari 6

TUTORIAL TMD

ANATOMI TMJ

DEFINISI TMD

Keadaan dimana terjadi pergeseran kondilus dari posisi normal dan terfiksasi karena spasme
otot-otot pengunyahan

Ning NA, Syamsudin E, Fathurachman. Penatalaksanaan dislokasi sendi temporomandibula


anterior bilateral. MKGK. 2016; 2(3): 120-125.

Temporo mandibular disorder atau disebut TMD adalah suatu gangguan pada sendi temporo
mandibular joint karena adanya dislokasi pada sendi. Temporo mandibular disorder terjadi
karena adanya kondilus terlepas dari keadaan normalnya. Dislokasi dapat terjadi karena
adanya perubahan struktur pada kapsul longgar, ligament, dan atropi ligament kecil atau
pendek, atropi articular, dan fossa glanoide kurang berlekuk.
Septadina, I. S., 2015. Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular.

Dislokasi adalah suatu kondisi dimana suatu sendi berpindah dari artikulasinya, yang
disebabkan karena gerakan berlebihan dari kondilus diluar eminensia artikularis. Biasanya
pasien tidak dapat mengembalikan mandibula ke posisi semula sehingga dibutuhkan
manipulasi eksternal

Mateo MM, Torres MP, Gimilio MEI. Temporomandibular Chronic Dislocation: The Long-
Standing Condition. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2016; 21(1): 776-783.

Terlepasnya kondilus dari posisi normal yang dapat terjadi secara partial (sublukasi) atau
komplit (luksasi), bilateral/unilateral, akut atau kronis berkepanjangan

Fina navi et al. Diagnosis and management of temporomandibular disorders. A textbook of


advanced oral & maxcillofacial surgery. Ch 32. 2013

ETIOLOGI TMD

Etiologi gangguan sendi temporomandibula multifaktoral. Secara umum dibagi menjadi


kelainan struktural dan gangguan fungsional. Kelainan struktural adalah kelainan yang
disebabkan perubahan struktur persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal,
dan infeksi. Gangguan fungsional adalah masalah TMJ yang timbul akibat fungsi yang
menyimpang karena adanya kelainan pada posisi atau fungsi gigi geligi dan otot kunyah.
Makro trauma adalah tekanan yang terjadi secara langsung, dapat menyebabkan perubahan
pada bagian discus articularis dan processus condylaris. Hal ini mengakibatkan penurunan
fungsi pada saat pergerakan, dan pada gangguan fungsional posisi discus articularis dan
processus condylaris dapat berubah secara perlahan–lahan yang dapat menimbulkan gejala
clicking.

Shofi N, Cholil, Sukmana BI. DESKRIPSI KASUS TEMPOROMANDIBULAR


DISORDER PADA PASIEN DI RSUD ULIN BANJARMASIN BULAN JUNI –
AGUSTUS 2013 Tinjauan Berdasarkan Jenis Kelamin, Etiologi, dan Klasifikasi. Dentino
(Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 70 – 73

EPIDEMIOLOGI TMD

  
Data epidemiologi dislokasi temporomandibular joint (TMJ) menunjukkan bahwa kondisi ini
relatif jarang terjadi dan secara umum tidak memiliki preferensi jenis kelamin maupun usia.
Dislokasi TMJ memiliki insidensi sebesar 3% dari keseluruhan dislokasi sendi pada tubuh
manusia.  Walaupun tidak ada preferensi usia, dislokasi TMJ terjadi diperkirakan lebih sering
pada dewasa muda dengan insidensi yang cenderung meningkat seiring pertambahan usia
akibat meningkatnya risiko penyakit neuromuskular dan kemungkinan kehilangan gigi.
Pasien yang pernah mengalami kondisi ini berisiko untuk mengalami rekurensi.
Global
Survei dari German Society of Oral and Maxillofacial Surgery menyatakan bahwa insidensi
dislokasi temporomandibular joint (TMJ) di Jerman paling sedikit adalah 25 per 100.000
populasi tiap tahunnya. Studi pada 2375 pasien dengan Temporomandibular Disorder(TMD)
di Roma Italia, menunjukkan bahwa dislokasi TMJ terjadi sebesar 3,6% pada sisi sebelah
kanan dan 3,8% pada sisi kiri. Sedangkan 1,6% populasi studi mengalami subluksasi TMJ
pada sisi kanan dan 1,5% pada sisi kiri.
Indonesia
Data epidemiologi dari dislokasi temporomandibular joint (TMJ) di Indonesia masih sangat
terbatas. Hampir semua data prevalensi dislokasi TMJ didapatkan dari populasi tertentu yang
mengalami TMD, bukan populasi sehat.
Studi pada kelompok usia 18-24 tahun di Medan, pada 33 penderita TMD, menunjukkan
bahwa terdapat 42,22% pasien mengalami dislokasi TMJ dengan reduksi, sedangkan 11,11%
mengalami dislokasi TMJ tanpa reduksi disertai keterbatasan pembukaan mulut. Studi lain
pada 70 orang remaja di kota Padang dengan diagnosis TMD, menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 18,57% responden mengalami dislokasi TMJ dengan reduksi, yang merupakan
kelainan TMJ paling banyak pada populasi studi tersebut.

1. Papoutsis G, Papoutsi S, Klukowska-Rötzler J, Schaller B, Exadaktylos AK.


Temporomandibular joint dislocation: a retrospective study from a Swiss urban
emergency department. Open Access Emerg Med. 2018;10:171-176. Published 2018
Oct 30. doi:10.2147/OAEM.S174116 
2. Ugboko VI, Oginni FO, Ajike SO, Olasoji HO, Adebayo ET. A survey of
temporomandibular joint dislocation: aetiology, demographics, risk factors and
management in 96 Nigerian cases. Int J Oral Maxillofac Surg. 2005 Jul;34(5):499-
502. doi: 10.1016/j.ijom.2004.10.025. Epub 2005 Jan 26. PMID: 16053868. 
3. Prechel U, Ottl P, Ahlers OM, Neff A. The Treatment of Temporomandibular Joint
Dislocation. Dtsch Arztebl Int. 2018;115(5):59-64. doi:10.3238/arztebl.2018.0059 
4. Hillam J, Isom B. Mandible Dislocation. [Updated 2020 Jun 22]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549809/ 
5. Di Paolo C, Costanzo GD, Panti F, Rampello A, Falisi G, Pilloni A, Cascone P,
Iannetti G. Epidemiological analysis on 2375 patients with TMJ disorders: basic
statistical aspects. Ann Stomatol (Roma). 2013 Mar 20;4(1):161-9. doi:
10.11138/ads.0161. PMID: 23741538; PMCID: PMC3671807. 
6. Napitupulu FMN, Ginting R. Analisis Klinis pada Penderita Kelainan TMJ
Kelompok Umur 18-24 Tahun. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, 2019.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23828 
7. Edson, Rahmi E, Nofika R. Gambaran Temporomandibular Disorder Pada Remaja
Panti Asuhan Di Kota Padang. Skripsi. Universitas Andalas, 2019.
http://scholar.unand.ac.id/46111/ 
8. Anyanechi CE, Saheeb BD. Inflammatory Morbidity due to Compound Mandibular
Body Fractures: Does It Have a Relationship with Treatment Outcome? Medical
Principles and Practice, 2015. 24:238-243.

MANIFESTASI KLINIS

KLASIFIKASI

1. Dislokasi anterior.
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap fossa
articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada sekuens
normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim

2. Dislokasi posterior.

Dislokasi ini biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu dan Condylus
mandibula tertekan ke posterior ke arah mastoid

3. Dislokasi superior

Dislokasi jenis ini terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang berada dalam
posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi pergeseran condylus ke
arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan nervus fasialis, kontusio serebri, atau
gangguan pendengaran.

4. Dislokasi lateral

Dislokasi ini biasanya terkait dengan fraktur mandibula diman condylus bergeser ke arah
lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal kepala.Dislokasi
pada sendi temporomandibula ditemukan 3% dari seluruh dislokasi pada sendi yang pernah
dilaporkan, dan tipe dislokasi ke anterior adalah yang paling sering ditemukan

Ning NA, Syamsudin E, Fathurachman. Penatalaksanaan dislokasi sendi temporomandibula


anterior bilateral. MKGK. 2016; 2(3): 120-125.

Berdasarkan saat kejadiannya :

- Terjadi akibat trauma (dislokasi traumatik).


- Terjadi secara spontan : disebabkan adanya kelainan anatomis &fungsi TMJ.

· Berdasarkan perjalanannya :

- Dislokasi akut : identik dgn dislokasi traumatik, terjadi mendadak & baru pertama
kali dialami.
- Dislokasi kronis : dislokasi yg telah berlangsung lama.
- Dislokasi kronis rekurent : identik dgn dislokasi spontan, sering kambuh.

Berdasarkan posisinya :

- Dislokasi unilateral (satu sisi).


- Dislokasi bilateral (dua sisi).

Ning NA, Syamsudin E, Fathurachman. Penatalaksanaan dislokasi sendi temporomandibula


anterior bilateral. MKGK. 2016; 2(3): 120-125.

1. Sublukasi (imperfect dislocation)

Adalah perubahan posisi kondil yang keluar dari fossa glenoid dan berada di anterosuperior

dari eminensia artikularis yang dapat dikembalikan sendiri oleh pasien (self reducible). Dapat

terjadi secara unilateral atau bilateral 

2. True Dislocation atau complete dislocation

adalah perubahan posisi kondil yang keluar dari fossa glenoid dan berada dianterosuperior

dari eminesia artikulasi dimana pasien tidak dapat mengembalikan / memperbaiki sendiri

posisi kondil sehingga membutuhkan bantuan ahli

3. Habitual Dislocation (recurrent Dislocation)

Adalah dislokasi yang terjadi berulangulang yang dapat dimanipulasi kembali ke posisinya 

Matthews. Dislocation of the Temporomandibular Joint. 2018. USA: Springer International


Publishing 

PEMERIKSAAN

PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI

Dislokasi temporomandibular joint (TMJ)  kronis dan rekuren dapat menyebabkan kerusakan


ligamen, kapsul sendi (capsular weakness), dan internal derangement yang dapat menyebabkan
kelainan sendi degeneratif.

 Papoutsis G, Papoutsi S, Klukowska-Rötzler J, Schaller B, Exadaktylos AK. Temporomandibular


joint dislocation: a retrospective study from a Swiss urban emergency department. Open Access
Emerg Med. 2018;10:171-176. Published 2018 Oct 30. doi:10.2147/OAEM.S174116 

PENCEGAHAN
PROGNOSIS

- Umumnya prognosanya baik.


- Perawatan dengan pembedahan akan menimbulkan jaringan parut.
- Perawatan non bedah, hendaknya dilakukan pembatasan pembukaan mulut, untuk
mencegah dislokasi rekuren.

Anda mungkin juga menyukai