Anda di halaman 1dari 51

KELOMPOK 8

FASILITATOR: DR. IHSANUL IRFAN

ANGGOTA KELOMPOK
PAULUS AJI SATRIYO 193030801066
FIDELA AMADEA DYNA SETYAJI 193020891067
QEYLA RESIDO AMBENG 193030801068
TASYA AGATHA ASI LAMBUNG 193030801069
ELVIN OKTARINDO 193030801070
NOPTA TRIAWAN 193030801071
FARIDA MUHTAZAH 193030801072
MUHAMMAD FAJAR ADITYA YUDHA 193030801073
SULTHAN RAFI LUKMANUL HAKIM 193030801074
DIPO NUSANTARA AIDIT 193020801075
MENGAPA MENETES DARAH DARI BAGIAN INTIMKU?

Ny. Bunga, 30 th, IRT. Datang ke IGD RS diantar oleh keluarganya dengan
keluhan nyeri perut bawah sejak 1 jam yang lalu. Pasien tampak lemah dengan
kedua tangan memegang perut sambil meringis kesakitan. Pasien juga mengeluhkan
keluar flekflek darah sejak 1 jam yang lalu. Pasien mengatakan ada riwayat
terlambat datang bulan dan saat ini sedang tidak menggunakan kontrasepsi.
KLARIFIKASI ISTILAH

• Flek : Serpihan, bercak, partikel, atau titik (kamus kedokteran dorland)


Bintik-bintik/bercak pada permukaan suatu benda (KBBI)
• Kontrasepsi : Alat kontrasepsi yang secara fisik mencegah spermatozoa memasuki kavun endometrium
dan tuba falopii
RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah?


2. Mengapa pasien mengeluarkan flek-flek darah sejak 1 jam yang lalu?
3. Kemungkinan apa yang bisa menyebabkan pasien mengalami keterlambatan datang bulan?
BRAINSTORMING
1. Nyeri perut bagian bawah itu dapat disebabkan oleh terjadinya infeksi saluran kemih yang menyebabkan
terjadinya sistitis (peradangan kandung kemih), dikarenakan oleh trauma, dan dapat juga terjadi suatu
kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
2. a) Flek yang datang saat terlambat haid bisa disebabkan oleh: Bercak implantasi yang keluar pada saat
kehamilan, ingin menstruasi, Stres, serta keadaan patologis seperti Infeksi bakteri atau jamur pada organ
kewanitaan.
b) Kemunculan bercak darah saat tidak haid bisa karena adanya gesekan saat pembuahan sel telur saat
menempel pada dinding rahim yang disebut perdarahan implantasi dan kemungkinan bisa juga terjadi fibroid
rahim yaitu sel otot rahim yang tumbuh secara abnormal, infeksi, dan ketidakseimbangan hormone
c) Menurut American College of Obstetricians and Gynecologi (ACOG) mengatakan ketika ibu hamil
berhubungan seksual terjadi kontak dengan bawah leher rahim sehingga memunculkan iritasi dan kemudian
dapat menyebabkan terjadinya pengeluaran flek perdarahan pada saat kehamilan (5). Keluar flek darah pada
saat hamil bisa terjadi kapan saja, terutama pada kehamilan trimester awal maupun trimester akhir (6).
Pengeluaran flek darah pada trimester awal yang dikeluarkan melalui vagina yang awalnya sedikit tetapi terus
menerus, dapat dicurigai hal itu merupakan tanda terjadinya abortus, kehamilan ektopik maupun kehamilan
mola, dengan gejala penyerta perdarahan disertai dengan nyeri. Sedangkan apabila terjadi pengeluaran flek
darah pada trimester akhir atau kehamilan lebih dari 22 minggu, dengan gejala yang muncul keluar flek darah
sampai dengan terjadinya perdarahan yang banyak dan terus menerus disertai dengan adanya bekuan dan rasa
nyeri perut. Perdarahan ini perlu dicurigai adanya plasenta previa, solusio plasenta, dan ruptur uretri atau
adanya gangguan pembekuan darah, hal ini dapat meningkatkan kejadian resiko kematian pada ibu.
3. a) Keterlambatan haid bisa disebabkan oleh beberapa kondisi, termasuk stres, mengalami penurunan
atau kenaikan berat badan, tengah hamil, mengonsumsi pil KB, gangguan hormon, hingga mengidap
penyakit serius. Pada wanita yang sedang hamil tidak mengalami menstruasi karena saat
terjadi implantasi embrio di dinding rahim, ovarium menghentikan produksi ovum sampai terjadinya
kelahiran dan mengaktifkan hormon progesteron untuk memelihara dinding rahim sebagai pendukung
untuk perkembangan janin.
b) Telat datang bulan adalah salah satu tanda kehamilan tetapi tidak semua dapat diartikan demikian,
karena bisa saja itu berubah menjadi tanda gangguan serius pada tubuh. Salah satunya : stress berlebih,
obesitas, penurunan berat bada berlebih ( anoreksia dan bumilia ), kebiasaan merokok yang adiktif,
ketidakseimbangan hormon, kelebihan hormon prolaktin, efek pil KB, PCOS (policystic Ovary
Syndrome), gangguan tiroid, dan penyakit kronis serta menopause.
c) Telat haid juga bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, misalnya sindrom polikistik ovarium
(PCOS). Sindrom ini membuat tubuh memproduksi lebih banyak hormon pria atau hormon androgen.
Akibatnya, menstruasi menjadi telat atau bahkan berhenti sama sekali. Gangguan tiroid Kelenjar tiroid
yang terlalu aktif atau kurang aktif juga dapat memengaruhi siklus haid, sebab perannya dalam mengatur
metabolisme tubuh bisa berdampak pada produksi hormon. Seiring dengan pengobatan tiroid yang
dijalani, menstruasi pun dapat kembali normal. Diabetes Perubahan hormon juga terkait dengan
meningkatnya kadar gula darah dan resistensi insulin. Itulah alasan mengapa wanita dengan diabetes yang
tidak terkontrol bisa mengalami haid yang tidak teratur.
DATA TAMBAHAN

Anamnesis tambahan:
• Riwayat menstruasi: siklus teratur 28 hari, I siklus lama 5 hari, sehari ganti
• pembalut 2-3 kali sehari, keluhan lain tidak ada
• HPHT: 01/12/2021
• Riwayat obstetri:
1. Perempuan, lahir normal dengan berat badan lahir 2900 gram, dan saat ini
berusia 6 tahun. 
2. Hamil ini
• Riwayat pernikahan: 1x selama 7 tahun
• Riwayat pengobatan: pasien mengatakan belum pernah memeriksakan diri selama
• terlambat haid dan mengatakan tidak ada meminum obat untuk mengurangi
• keluhan nyerinya.
• Riwayat penyakit dahulu: disangkal
• Riwayat alergi: disangkal
• Riwayat penyakit keluarga: disangkal
• Riwayat kontrasepsi: pasien mengatakan sebelumnya sempat menggunakan
• kontrasepsi suntik 3 bulan sejak anak pasien berusia 6 bulan selama kurang lebih 5 tahun.
Pemeriksaan Fisik:
• Kesadaran: Composmentis
• TD: 90/60 mmHg (Hipotensi)
• N: 110 x/menit (Takikardi; N: 60-100x/menit)
• RR: 22 x/menit (Takipneu; N: 12-20x/menit)
• Tax: 36,70C 
St. General:
• Mata: konjuctiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
• Thorax:
• Cor: SIS2 tunggal, regular, murmur (-)
• Pulmo: Ves +/+. Rh-/-, Wh-/-
• Abdomen: sesuai St. Ginekologi
• Extremitas: CRT > 2 detik; akral dingin +/+
St. Ginekologi:
• Abdomen: distensi (+). BU (+) menurun
• Nyeri tekan (+). Defans muscular (+)
• Inspekulo vulva/vagina: Fluksus (+), perdarahan aktif (-)
• Portio tertutup, tampak cervix livide
• Tampak cavum douglasi menonjol
• Vaginal Toucher dan Bimanual: Fluksus (+), perdarahan aktif (-)
• Portio tertutup, nyeri goyang cervix (+)
• Corpus Uteri Anteflexi bear/konsistensi Normal
• Adnexsa-parametrium: massa -/-, nyeri -/+
• Cavum douglasi: bulging (+), nyeri (+)
Pemeriksaan penunjang:

 USG:
- Tampak uterus antefleksi ukuran 6,8x4,9 cm, dengan ketebalan endometrium 0,9 cm
- Tidak tampak kantung kehamilan di intra maupun extra-uterine
- Tampak gambaran hipoecoic pada intraabdominal kesan suatu cairan bebas
 Laboratorium:
 Tes kehamilan: Positif
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Eosinofil 2.8 0-5.0 %
Eritrosit 2.93 4.10-5.10 Juta/uL
Hematocrit 26.4 34.1-44.9 %
Hemoglobin 8.8 11.2-15.7 gr/dl
Leukosit 8.19 4.50-11.0 10^3/uL
Trombosit 192 154-386 10^3/uL
Basophil 0.3 0-1 %
Limfosit 6.9 25-50 %
MCV 90.1 78.00-102.00 fl
MCH 29.9 25.00-35.00 pg
MCHC 33.2 33.00-37.00 gr/dl
Monosit 6.1 2.0-8.0 %
Neutrofil 83.9 50.0-80.0 %
RDW CV 13.2 11.7-14.4 %
CT 11m 0d 9-15 menit Menit
BT 2m 0d 1-6 menit Menit
GDS 98 <200 mg/dl
HBsAg rapid Non Reaktif Non Reaktif
PROBLEM TREE Ny. Bunga, 30
Tahun

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

Dx : Kehamilan
Ektopik
Terganggu
Dd :
• Abortus inkomplit
• Endometriosis
Definisi Tanda dan gejala Komplikasi Prognosis • Pelvic inflammatory
Etiologi Patofisiologi Diagnosis disease
Epidemiologi Klasifikasi Tatalaksana • Torsio Ovarium
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa dapat menjelaskan interpretasi data Tambahan


2. Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosis banding dari kehamilan ektopik
3. Fisiologi menstruasi/normal menstruation cycle
4. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari kehamilan ektopik
5. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi dari kehamilan ektopik
6. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi dari kehamilan ektopik
7. Mahasiswa dapat menjelaskan epidemiologi dari kehamilan ektopik
8. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi dari kehamilan ektopik
9. Mahasiswa dapat menjelaskan gejala klinis dari kehamilan ektopik
10. Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosis dari kehamilan ektopik
11. Mahasiswa dapat menjelaskan tatalaksana dari kehamilan ektopik
12. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi dari kehamilan ektopik
13. Mahasiswa dapat menjelaskan prognosis dari kehamilan ektopik
INTERPRETASI DATA TAMBAHAN
Anamnesis tambahan:
• Riwayat menstruasi: siklus teratur 28 hari, I siklus lama 5 hari, sehari ganti
• pembalut 2-3 kali sehari, keluhan lain tidak ada
• HPHT: 01/12/2021
• Riwayat obstetri:
1. Perempuan, lahir normal dengan berat badan lahir 2900 gram, dan saat ini
berusia 6 tahun. 
2. Hamil ini
• Riwayat pernikahan: 1x selama 7 tahun
• Riwayat pengobatan: pasien mengatakan belum pernah memeriksakan diri selama
• terlambat haid dan mengatakan tidak ada meminum obat untuk mengurangi
• keluhan nyerinya.
• Riwayat penyakit dahulu: disangkal
• Riwayat alergi: disangkal
• Riwayat penyakit keluarga: disangkal
• Riwayat kontrasepsi: pasien mengatakan sebelumnya sempat menggunakan
• kontrasepsi suntik 3 bulan sejak anak pasien berusia 6 bulan selama kurang lebih 5 tahun.
Pemeriksaan Fisik:
• Kesadaran: Composmentis
• TD: 90/60 mmHg (Hipotensi)
• N: 110 x/menit (Takikardi; N: 60-100x/menit)
• RR: 22 x/menit (Takipneu; N: 12-20x/menit)
• Tax: 36,70C 
St. General:
• Mata: konjuctiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
• Thorax:
• Cor: SIS2 tunggal, regular, murmur (-)
• Pulmo: Ves +/+. Rh-/-, Wh-/-
• Abdomen: sesuai St. Ginekologi
• Extremitas: CRT > 2 detik; akral dingin +/+
St. Ginekologi:
• Abdomen: distensi (+). BU (+) menurun
• Nyeri tekan (+). Defans muscular (+)
• Inspekulo vulva/vagina: Fluksus (+), perdarahan aktif (-)
• Portio tertutup, tampak cervix livide
• Tampak cavum douglasi menonjol
• Vaginal Toucher dan Bimanual: Fluksus (+), perdarahan aktif (-)
• Portio tertutup, nyeri goyang cervix (+)
• Corpus Uteri Anteflexi bear/konsistensi Normal
• Adnexsa-parametrium: massa -/-, nyeri -/+
• Cavum douglasi: bulging (+), nyeri (+)
Pemeriksaan penunjang:

 USG:
- Tampak uterus antefleksi ukuran 6,8x4,9 cm, dengan ketebalan endometrium 0,9 cm
- Tidak tampak kantung kehamilan di intra maupun extra-uterine
- Tampak gambaran hipoecoic pada intraabdominal kesan suatu cairan bebas
 Laboratorium:
 Tes kehamilan: Positif
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Eosinofil 2.8 0-5.0 %
Eritrosit 2.93 4.10-5.10 Juta/uL
Hematocrit 26.4 34.1-44.9 %
Hemoglobin 8.8 11.2-15.7 gr/dl
Leukosit 8.19 4.50-11.0 10^3/uL
Trombosit 192 154-386 10^3/uL
Basophil 0.3 0-1 %
Limfosit 6.9 25-50 %
MCV 90.1 78.00-102.00 fl
MCH 29.9 25.00-35.00 pg
MCHC 33.2 33.00-37.00 gr/dl
Monosit 6.1 2.0-8.0 %
Neutrofil 83.9 50.0-80.0 %
RDW CV 13.2 11.7-14.4 %
CT 11m 0d 9-15 menit Menit
BT 2m 0d 1-6 menit Menit
GDS 98 <200 mg/dl
HBsAg rapid Non Reaktif Non Reaktif
 Pasien didiagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu dengan Syok Hipovolemik dan Anemia Ringan
TABEL DIAGNOSIS BANDING
FISIOLOGI MENSTRUASI

(Buku Kesehatan Menstruasi,


2017)
FISIOLOGI MENSTRUASI

(AF Kurniawan, 2016)


FISIOLOGI MENSTRUASI

 Menstruasi dianggap normal jika terjadi antara 22-35 hari

(AF Kurniawan, 2016)


FISIOLOGI MENSTRUASI

 Siklus Endometrium

1. Fase Proliferatif
2. Fase Luteal/Sekresi
3. Fase Iskemi/Premenstrual

(AF Kurniawan, 2016)


FISIOLOGI MENSTRUASI

(AF Kurniawan, 2016)


FISIOLOGI MENSTRUASI

 Gangguan Menstruasi

1. Amenore (kondisi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi)


2. Oligomenore (Menstruasi datang dengan interval lebih dari 35 hari)
3. Epimenore atau polimenore (Menstruasi datang dengan interval kurang dari 21 hari)

(AF Kurniawan, 2016)


DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK

•Kehamilan ektopik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ‘ektopos’, yang memiliki
arti tidak pada tempatnya.
•Kehamilan ektopik ini dapat terjadi apabila terjadi ketidaknormalan dalam fisiologi
reproduksi manusia yang memungkinkan janin menempel atau tertanam dan matang di
luar endometrium yang akhirnya dapat menimbulkan kematian pada janin.
•Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan yang mengalami abortus
ataupun ruptur dengan tempat implantasi abnormal. Angka kejadian ini dapat meningkat
seiring dengan adanya risiko berupa faktor infeksi genitalia interna.

(Soliman dan Salem, 2014)


KLASIFIKASI KEHAMILAN EKTOPIK

Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari kehamilan ektopik, dapat
dibedakan menurut :
a. Kehamilan Tuba
b. Kehamilan Ovarial
c. Kehamilan Uterus
d. Kehamilan Servikal
e. Kehamilan Abdominal
f. Kehamilan Heterotopik
g. Kehamilan Interstisial
h. Kehamilan Intraligamenter
i. Kehamilan Tubouterina
j. Kehamilan Tuboabdominal
k. Kehamilan Tuboovarial

(Sri Aravianti, Ni Luh, 2021)


ETIOLOGY OF ECTOPIC PREGNANCY

 Implantasi embrio di luar rongga rahim (sering terjadi di tuba fallopi)


 Kerusakan pada tuba fallopi, biasanya akibat peradangan, menginduksi disfungsi tuba yang dapat
mengakibatkan retensi oosit atau embrio.
 Ada beberapa faktor lokal, seperti toksik, infeksi, imunologi, dan hormonal, yang dapat
menyebabkan peradangan
 Ada peningkatan regulasi sitokin pro-inflamasi setelah kerusakan tuba, yg selanjutnya mendorong
implantasi embrio, invasi, dan angiogenesis di dalam tuba fallopi.
 Infeksi Chlamydia trachomatis menghasilkan produksi interleukin 1 oleh sel epitel tuba; ini
merupakan indikator penting untuk implantasi embrio dalam endometrium
 Interleukin 1 juga memiliki peran dalam perekrutan neutrofil hilir yang selanjutnya akan
berkontribusi pada kerusakan tuba fallopi.
 Frekuensi denyut silia dipengaruhi secara negatif oleh merokok dan infeksi. Variasi hormonal
sepanjang siklus menstruasi juga telah menunjukkan efek pada frekuensi denyut silia.
EPIDEMIOLOGI

Kejadian kehamilan ektopik di dunia adalah 0,25-2,0% dari seluruh kehamilan. Di Amerika
Utara, kehamilan ektopik terjadi pada 19,7 kasus dari 1000 kehamilan, dan merupakan
penyebab mortalitas utama pada kehamilan trimester pertama.
Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan keadaan
kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara sedang berkembang dan pada
masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah daripada di negara maju dan pada masyarakat
yang berstatus sosio-ekonomi tinggi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun. Kehamilan ektopik lebih sering di temukan pada wanita
kulit hitam dari pada wanita kulit putih. Dimana ditemukan:
1 dari 200 kehamilan pada wanita kulit putih
1 dari 120 kehamilan pada wanita kulit hitam.
Rekurensi terjadi dalam 7-20% kasus.
Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak ditemukan pada
golongan wanita kulit hitam.
Di Indonesia
Secara umum di Indonesia, kejadian kehamilan ektopik berkisar 5-6 perseribu
kehamilan.

Dari 98 sampel yg didapatkan dari RS Dr. Soetomo Surabaya, didapatkan data


• 30,6% usia pasien berada pada rentang 26 – 30 tahun,
• 16,3% pasien berstatus belum menikah
• 7 % pasien dengan kehamilan ektopik berulang
• 12,1% pasien memiliki riwayat operasi di daerah perut atau panggul
• 26,4% pasien ditemukan Infeksi
PATOFISIOLOGI
Sel telur yang telah dibuahi menuju endometrium tersendat sehingga embrio berkembang sebelum
mencapai kavum uteri dan tumbuh di luar rongga rahim. Bila tempat nidasi tidak dapat
menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan
ektopik terganggu
Ovum yang telah dibuahi mencapai kavum uteri tergantung pada
•motilitas tuba
•pergerakan silia tuba fallopi
•arus terbentuk di dalam tuba
Penyebab kehamilan ektopik dengan demikian dianggap bekerja dengan mengubah motilitas tuba
atau merusak silia dan mengganggu perkembangan sel telur yang telah dibuahi.
GEJALA KLINIS
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
• Perdarahan pervaginam dari bercak sedikit hingga sedang
• Nyeri abdomen dan bahu
• Hipotensi dan hypovolemia
• Nyeri goyang porsio
• Anemia
• Pucat
• Disuria
• Tenesmus rektal
• Amenore periode singkat (5-8 minggu)
• Pemfis: Nyeri goyang serviks +, Kavum Douglas menonjol, nyeri perut bawah
DIAGNOSIS KEHAMILAN EKTOPIK

PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESA Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk seperti: 
  tentang trias kehamilan ektopik terganggu:  Keadaan umum 
A. Ibu tampak anemis dan sakit 
 Terdapat amenorrhea (terlambat datang bulan)  B. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar 
 Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa C. Terdapat tanda-tanda syok: Hipotensi , takikardi, Pucat,
ekstermitas dingin 
nyeri di daerah pinggang dan seluruh abdomen  Pemeriksaan abdomen: 
 Terdapat perdarahan melalui vaginal atau Ditemukan tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri
spotting/bercak. Perdarahan pervaginam lepas, difensemusculaire)
Tanda cairan bebas dalam abdomen 
umumnya perdarahan tidak banyak dan
Perut kembung
berwarna coklat tua (> 50 cc). Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan gynekologi) 
D. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks 
E. Serviks terlalu lunak dan nyeri tekan 
F. Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang sulit
diketahui karena nyeri abdomen yang hebat 
G. Kavum Douglas menonjol dan nyeri
 PEMERIKSAAN PENUNJANG 

a) Pemeriksaan laboratorium 
1. Kadar Haemoglobin dan Eritrosit menurun atau Leukosit
meningkat menunjukan adanya perdarahan yang terjadi pada
kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi leukositas.
2. Tes Kehamilan (Urine dan βHCG)
b) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) 
3. Pada pemeriksaan USG dapat dijumpai kantong kehamilan
di luar kavum uteri disertai atau tanpa adanya genangan
cairan (darah) di kavum Douglas pada kehamilan ektopik
terganggu. 
4. Pemeriksaan USG Trans-Vaginal Dapat mendeteksi tuba
ring, gambaran ini cukup spesifik untuk kehamilan ektopik. 
5. Pemeriksaan Kuldosentesis (Douglas Punki)
6. Pemeriksaan bedah (surgical diagnosis)
a. Dilatasi-kuretase (D/C) dijumpai dari Arias-Stella
b. Laparoskopi dan laparotomi  (Dewi P.S., Ratna and Yudho Prabowo, Arif, 2018)
TATALAKSANA KEHAMILAN EKTOPIK

Penatalaksanaan kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi terapi medis, pembedahan, dan terapi expectant (menunggu
dan waspada) yang dilakukan tergantung pada kondisi pasien.
•Terapi Medis
Terapi medis dengan methotrexate intramuskuler (50 mg/m2) dapat digunakan pada kehamilan ektopik awal <3,5 cm,
tidak rusak, tanpa nada jantung janin, dan tidak ada perdarahan aktif (Juneau dan Bates, 2012). Penatalaksanaan
medis adalah pilihan yang dapat diberikan hanya untuk indikasi yang sangat ketat, dan hanya ketika pasien dapat
dengan aman diharapkan untuk mematuhi rekomendasi dokter.
Pengobatan
v Injeksi methotrexate (50 mg/m2) secara intramuskular, amati tingkat β-hCG pada hari ke-1 (baseline), ke-4 dan ke-
7. Jika penurunan tingkat β-hCG < 15% pada hari ke-7, berikan injeksi dosis kedua methotrexate.
- Injeksi RhoGAM (300 ug) secara intramuskular jika perlu
- Hentikan suplemen asam folat
- Beritahu pasien untuk membatasi aktivitas fisik dan hubungan seksual

(Hadisaputra, 2008)
TERAPI MEDIS

(ACOG, 2012)
TERAPI MEDIS
•Pembedahan
Indikasi pembedahan adalah gejala simptomatik dengan gambaran free fluid
level intraperitoneal, kadar βHCG yang sangat tinggi, tidak adanya
kontraindikasi pemberian metotreksat dan adanya kegagalan terapi medis
sebelumnya.
Laparotomi atau Laparoskopi, adalah metode operasi invasif minimal yang
sering digunakan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis dan mengobati kelainan
atau gangguan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita, terutama gangguan
yang melibatkan rahim dan sel indung telur. Laparotomi harus dilakukan untuk
pasien yang mengalami ruptur dan dalam keadaan syok dan kompromi
hipovolemik.

(Widiasari, K.R, 2021)


•Salpingostomi, dilakukan dengan mengangkat kehamilan kecil (<2cm), belum
ruptur, lokasi di 1/3 distal tuba fallopi, dilanjutkan dengan insisi 10-15 mm lalu
mengambil hasil konsepsi dan jaringan trofoblas dengan irigasi tekanan tinggi
dan elektrokoagulasi untuk perdarahan kecil (tidak dijahit).

(Widiasari, K.R, 2021)


•Salpingektomi, jika tabung kontralateral sehat maka dapat dilakukan
salpingektomi, di mana seluruh tuba fallopi atau segmen yang terkena dampak
yang mengandung kehamilan ektopik dihilangkan atau diangkat. Salpingotomi
adalah prosedur pengangkatan kehamilan ektopik, dengan membedahnya keluar
dari tuba, meninggalkan tuba Fallopii in situ dalam upaya untuk menjaga
kesuburan di sisi tempat kehamilan ektopik.

(Sivalingam et al.,2012)
•Tatalaksana expectant (menunggu dan waspada)
Tatalaksana expectant adalah tatalaksana tanpa intrevensi baik medikamentosa
maupun intervensi bedah. Sesuai dengan namanya tatalaksana ini dilakukan
dengan cara menunggu kehamilan ektopik berakhir sendiri tanpa terjadinya
ruptur. Namun, tidak semua pasien dapat ditatalaksana seperti ini. Pasien yang
dapat menjadi kandidat tatalaksana ini adalah pasien yang asimtomatis dan
hemodinamik stabil tanpa adanya tanda-tanda ruptur. Selain itu, pasien juga
harus memiliki bukti objektif terjadinya resolusi seperti kadar β-hCG yang
menurun. Namun, pada tatalaksana ini perlu ditekankan bahwa pasien harus
selalu patuh untuk melakukan followup rutin serta harus mau menerima bahwa
risiko ruptur tetap ada.

(Sivalingam et al.,2012)
Penanganan Pemicu : Kehamilan Ektopik Terganggu dengan Syok Hipovolemik dan Anemia
Ringan
•Resusitasi (Stabilisasi kondisi umum)
•Pasang O2 sungkup muka 10 lpm
•Pasang Infus 2 jalur dengan jarum ukuran 18G dan loading cairan kristaloid 1500 – 2000 ml
kemudian dilanjutkan dengan cairan koloid atau transfusi darah.
•Dapat diberikan terapi injeksi methotrexate (50 mg/m2) dosis tunggal secara intramuskular,
amati tingkat β-hCG pada hari ke-1 (baseline), ke-4 dan ke-7. Jika penurunan tingkat β-hCG <
15% pada hari ke-7, berikan injeksi dosis kedua methotrexate.
•Tindakan pembedahan dilakukan jika gejala simptomatik dengan gambaran free fluid level
intraperitoneal, kadar βHCG yang sangat tinggi, tidak adanya kontraindikasi pemberian
metotreksat dan adanya kegagalan terapi medis sebelumnya.
KOMPLIKASI KEHAMILAN EKTOPIK

• Ruptur
• Perdarahan masif
• Syok
• DIC
• Kematian

Kurniawan, et al. 2016


PROGNOSIS

• Pasien dengan tingkat beta hCG yang relatif rendah kemungkinan akan memiliki prognosis
yang lebih baik mengenai keberhasilan pengobatan dengan metotreksat dosis tunggal.
• Semakin lanjut kehamilan ektopik, semakin kecil kemungkinan terapi metotreksat dosis
tunggal akan cukup.
• Pasien dengan kondisi ekstremis atau dengan ketidakstabilan hemodinamik memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami perburukan seperti syok hemoragik atau komplikasi
perioperatif lainnya.
• Prognosis dengan demikian akan bergantung pada pengenalan dini dan intervensi tepat
waktu.
DAFTAR PUSTAKA

• Sri Aravianti, Ni Luh.2021. GAMBARAN KEJADIAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR. 2021
• Widiasari, K.R., & Lestari N.M.S.D. (2021). KEHAMILAN EKTOPIK. Ganesha Medicina Journal,
1(1):20-27.
• Hadisaputra, W. (2008). Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik dengan Kajian Hasil Laparoskopi
Operatif. Maj Obstetri Ginekologi Indonesia, 32(2):72-76.
• Dewi, T.P., & Risilwa, M. (2017). KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU: SEBUAH TINJAUAN
KASUS. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(1):26-32.
• Kurniawan, Arri., & Mutiara, H. (2016). Kehamilan Ektopik di Abdomen. Medical Profession Journal
of Lampung University, 5(2):1-4.
• Dewi P.S., Ratna and Yudho Prabowo, Arif (2018) PERDARAHAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1. CV.
Anugrah Utama Raharja, Lampung. ISBN 978-602-5940-54-5
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Ny.Bunga di diagnosis kehamilan
ektopik dengan syok hipovolemik dan anemia ringan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana pertumbuhan sel
telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Etiologinya adalah abnormaliitas
tuba, uterus, atau dari faktor lingkungan, seperti merokok. Lokasi tersering adalah pada bagian ampula tuba falopi.
Diberikan terapi methotrexate 50 mg/IM, infus set 2 jalur dengan cairan kristaloid (ringer laktat), infus ringer laktat
dan blood bag agar kondisi pasien tetap stabil.

Anda mungkin juga menyukai