Anda di halaman 1dari 11

STEP 1

1. Nausea : Mual merupakan suatu rasa ketidak-nyamanan yang terjadi pada area perut atas,

dan adanya keinginan untuk muntah. 


1. Pruritus ani : rasa atau sensasi gatal di lubang anus atau dubur.
2. Cephalgia : merupakan istilah lain dari sakit kepala.

STEP 2

1. Apa yang menyebabkan terjadinya keluhan pada pasien


2. Bagaimana hubungan keluhan pasien dengan riwayat mengonsumsi daging setengah
matang

3. Apa saja factor risiko yang terkait dengan kasus

4. Bagaimana patofisiologi dari skenario tersebut


5. Bagaimana cara mendiagnosis pasien tersebut
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien tersebut

STEP 3

1. Apa yang menyebabkan terjadinya keluhan pada pasien


- Factor resiko : kebiasaan tidak mencuci tangan, tidak memakai jamban, tidak menutup
makanan sehingga lalat membawa, kebiasaan tidak memakai alas kaki
- Etiologi : cacing yang hidup di tanah, mengarah cacing ascaris lumbricoides2
2. Karena daging yang belum matang mmemiliki kemungkinana terdapat cacing taenia
3. Factor risiko : Menurut epidemiologi dibagi menjadi 2 yaitu manusia dan lingkungan :

 Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan

 Sanitasi lingkungan buruk

 Kebiasaan main ditanah tanpa alas kaki membuat hookworm dapat masuk melalui percutan

 Memakan sayuran metah saat dicuci

 Alat – alat makan yang kurang bersih saat dicuci


 Penggunaan jamban yang masih sembarangan dan kurang dijaga kebersihan nya

 Pemakaian tinja manusia sebagai pupuk

 Kurangnya suplai air bersih yang tersedia

 Kurangnya penyinaran matahari

 Makanan dan minuman yang terkontaminasi

4.
5. Bagaimana cara mendiagnosis pasien tersebut
- Anamnesis : demam, muntah, bb turun, anemia
- PF : cembung, bising usus, nyeri tekan, hiper timpani
- PP : pemeriksaan feses ditemukan telur cacing
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien tersebut
Farmakologi
- Albendazole 400 mg singledose tidak boleh diberikan pada ibu hamil. 200 mg untuk
anak anak usia 12-24 bulan
- Mebendazole 200 mg singledose selama 3 hari berturut-turut umur 12-24 bulan
sedangkan lebih 2 tahun menggunakan dosis 500 mg
- Pyrantelpamoat 10 mg/kgbb singledose perhari
- Piperazin 75 mg/kgbb selama 2 hari sebelum dan sesudah makan pagi

Nonfarmakologi

- Pemberitahuan pentingnya kebersihan dan kebiasaan


- Mencuci tangan
- Memiliki jambat
- Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
- Lingkungan rumah bersih dan tidak lembab
- Perubahan dan perbaikan sanisitasi pada pasien

Tindakan operatif

- Jika ada efek serius cacing menggumpal didalam usus bisa mengakibatkan apendiditis.
STEP 4

Taenia saginata merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang hidup
dalam usus manusia dan dapat menyebabkan penyakit Taeniasis saginata. Cacing ini
disebut juga dengan Taeniarhynchus saginata dan cacing pita sapi. Hospes definitif dari
parasit ini adalah manusia sedangkan hospes intermediernya adalah sapi.

Siklus Hidup Taenia saginata

Struktur tubuh cacing ini dimulai dari kepala, yang disebut skoleks, dilanjutkan
leher. ruas-ruas, dan proglotid gravid yang penuh telur. Proglotid dapat terlepas dari
strobila (keseluruhan tubuh cacing) bersama tinja dan pecah mengeluarkan telur.

Jika telur termakan hospes perantara, akan keluar embrio yang menembus dinding
usus menuju peredaran darah dan ke jaringan otot serta subkutan lalu menjadi kista
(sistiserkus bovis pada sapi dan sistiserkus ceJ/ulosae pada babi). Apabila dimakan
manusia, akan keluar larva dari kista dan tumbuh menjadi cacing dewasa di yeyunum
dalam waktu 5-12 minggu. Larva dapat bertahan sampai 20 tahun.

a. Faktor resiko
- Memakan daging sapi kurang matang sempurna.
- Kontaminasi tanah dan rumput/tanaman dengan tinja manusia.
 Cacing pita ini adalah parasit dalam usus halus manusia, dan sebagai inang
antaranya adalah sapi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing pita
Taenia saginata dikenal dengan nama Taeniasis. Infeksi terutama terjadi di
Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko, dan Amerika Selatan.

 Cacing dewasa panjangnya dapat mencapai 25 m, tetapi sering kali yang terukur
hanya setengah dari panjangnya. Skoleksnya berbentuk rhomboid dan mempunyai
batil isap tanpa kait-kait. Jumlah proglotid 1000 sampai 2000, yang terdiri dari
proglotid muda, proglotid matur, dan proglotid grafik. Proglotid-proglotid ini
dapat bergerak dalam tinja ketika specimen dikirim tanpa pengawet. Telurnya
berbentuk bulat sampai sedikit oval, berukuran 31 – 43 µ, mempunyai dinding
yang tebal , bergaris dan berisi embrio berkait enam (onkosfer). Dalam usus
manusia terdapat proglotid yang sudah masak yang mengandungsel telur yang
telah dibuahi (embrio). Telur tersebut akan keluar bersama tinja, apabila termakan
oleh sapi kemudian sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi
larva onkosfer. Onkosfer akan menetas dalam duodenum, mengadakan penetrasi
ke dalam dinding usus, dan terbawa aliran limfe atau darah, kemudian akan
difiltrasi keluar otot lurik membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva
cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut
cysticercus (sistiserkus).Seseorang bisa terkena infeksi cacing pita ini melalui
makanan dengan memakan daging yang mengandung kista yang terdapat pada
daging sapi mentah atau daging sapi yang belum masak betul. 2
 Cacing dewasa jarang menimbulkan gejala yang nyata, keluhan yang mungkin
dijumpai adalah rasa sakit di epigastrium. diare, rasa tidak enak di perut yang
tidak nyata. Proglotid dapat bergerak aktif, kadang dapat ditemukan pada pakaian
dalam atau tempat tidur dan ini dapat menimbulkan gangguan misalnya rasa
bingung, jijik dan lain-lain. Kemungkinan cysticercosis sangat kecil dan prognosa
taeniasis adalah baik.1

 Cara Penularan Dan Siklus Hidup Taenia Spp.


Untuk kelangsungan hidupnya cacing Taenia spp. memerlukan 2 induk semang
yaitu induk semang definitif (manusia) dan induk semang perantara (sapi untuk T.
saginata dan babi untuk T. solium). T. saginata tidak secara langsung ditularkan
dari manusia ke manusia, akan tetapi untuk T. solium dimungkinkan bisa
ditularkan secara langsung antar manusia yaitu melalui telur dalam tinja manusia
yang terinfeksi langsung ke mulut penderita sendiri atau orang lain.
Di dalam usus manusia yang menderita Taeniasis (T. saginata) terdapat proglotid
yang sudah masak (mengandung embrio). Apabila telur tersebut keluar bersama
feses dan termakan oleh sapi, maka di dalam usus sapi akan tumbuh dan
berkembang menjadi onkoster (telur yang mengandung larva). Larva onkoster
menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa,
kemudian sampai ke otot/daging dan membentuk kista yang disebut C. bovis
(larva cacing T. saginata). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang
disebut sistiserkus. Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi
mentah atau setengah matang. Dinding sistiserkus akan dicerna di lambung
sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva
akan tumbuh menjadi cacing dewasa yang tubuhnya bersegmen disebut proglotid
yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses,
kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya, telur yang berisi embrio tadi dalam
usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan
berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. Siklus hidup T. solium pada
dasarnya sama dengan siklus hidup T. saginata, akan tetapi induk semang
perantaranya adalah babi dan manusia akan terinfeksi apabila memakan daging
babi yang mengandung kista dan kurang matang/tidak sempurna memasaknya
atau tertelan telur cacing. T. saginata menjadi dewasa dalam waktu10 – 12
minggu dan T. solium dewasa dalam waktu 5 – 12 minggu.
Hospes definitif cacing pita Taenia saginata adalah manusi4 sedangkan hewan
memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi, kerbau dan lainnya adalah
hospes perantaranya. Nama penyakitnya teniasis saginata. Distribusi Geografik
Penyebaran cacing adalah kosmopolit, didapatkan di Eropa, Timur Tengah,
Afrika, Asia, Amerika Utara, Amerika Latin, Rusia dan juga Indonesia, yaitu
Bali, Jakarta dan lain-lain.

3. Faktor resiko
1) Faktor linkungan
2) Tingkat pendidikan
3) Kebiasaan mencuci tangan dan kebiasaan mandi
4) Penyajian konsumsi daging babi
5) Kebiasaan buang air besar
6) Sumber air minum dan cara memasak air minum.4
7) Memakan daging sapi kurang matang sempurna.
8) Kontaminasi tanah dan rumput/tanaman dengan tinja manusia.

4.

Siklus Taenia saginata1

Di dalam usus manusia yang menderita Taeniasis (T. saginata) terdapat proglotid
yang sudah masak (mengandung embrio). Apabila telur tersebut keluar bersama feses dan
termakan oleh sapi, maka di dalam usus sapi akan tumbuh dan berkembang menjadi
onkoster (telur yang mengandung larva). Larva onkoster menembus usus dan masuk ke
dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot/daging dan
membentuk kista yang disebut C. bovis (larva cacing T. saginata). Kista akan membesar
dan membentuk gelembung yang disebut sistiserkus. Manusia akan tertular cacing ini
apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang. Dinding sistiserkus akan
dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia.
Kemudian larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa yang tubuhnya bersegmen disebut
proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama
feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya, telur yang berisi embrio tadi dalam
usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan
berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. Siklus hidup T. solium pada dasarnya
sama dengan siklus hidup T. saginata, akan tetapi induk semang perantaranya adalah babi
dan manusia akan terinfeksi apabila memakan daging babi yang mengandung kista dan
kurang matang/tidak sempurna memasaknya atau tertelan telur cacing. T. saginata
menjadi dewasa dalam waktu10 – 12 minggu dan T. solium dewasa dalam waktu 5 – 12
minggu.
5. Penegakkan diagnosis
Gejala klinis
1) Anamnesis
Gejala penderita taeniasis umumnya yaitu berupa rasa tidak enak pada
perut, gangguan pencernaan, diare, konstipasi, sakit kepala dan anemia.
- Keluhan yang mungkin dijumpai adalah rasa sakit di epigastrium.
- Diare, rasa tidak enak di perut yang tidak nyata.
- Proglotid dapat bergerak aktif, kadang dapat ditemukan pada pakaian
dalam atau tempat tidur dan ini dapat menimbulkan gangguan
misalnya rasa bingung, jijik dan lain-lain.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tanda vital.
2. Pemeriksaan generalis: nyeri ulu hati, ileus juga dapat terjadi jika cacing membuat
obstruksi usus.

Pemeriksaan penunjang
- Diagnosis ditegakkan dengan menemukan proglotid gravid atau telur
dalam tinja atau daerah perianal dengan cara swab.
- Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan skoleks yang
keluar setelah pengobatan dengan pewarnaan camin atau laktofenol.
- Membedakan telur Taenia saginata dengan telur Taenia solium dari
proglotid gravidnya dapat dibedakan berdasarkan jumlah lateral uterus
atau scolexnya yang tidak mempunyai kait-kait.
- Pemeriksaan tinja Ditemukan cacing pada tinja.
Tinja yang diperiksa adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan. Sebaiknya
diperiksa dalam keadaan segar, bila tidak memungkinkan tinja tersebut diberi
formalin 5-10% atau spirtus sebagai pengawet. 2

Pemeriksaan Penunjang
3. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik dengan menemukan telur dalam spesimen tinja
segar.
4. Secara makroskopik dengan menemukan proglotid pada tinja.
5. Pemeriksaan laboratorium darah tepi: dapat ditemukan eosinofilia, leukositosis, LED
meningkat.

6. Tatalaksana

Pencegahan Taeniasis saginata :

a. Memasak daging sapi sampai matang sempurna.


b. Memeriksa daging sapi akan adanya cysticercosis.

c. Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati dan mencegah kontaminasi tanah


dengan tinja manusia.

d. Melakukan pendinginan daging sapi.1

Pengobatan Taeniasis saginata :


Praziquantel adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati taeniasis.
Dosis yang diberikan adalah 5-10 mg/kg secara oral untuk sekali minum pada
orang dewasa dan 5-10 mg/kg pada anak-anak. Jika pasien memiliki cysticercosis
selain taeniasis, praziquantel harus digunakan dengan hati-hati. Praziquantel adalah
obat cysticidal yang dapat menyebabkan peradangan di sekitar tempat cysticercosis,
serta dapat menyebabkan kejang atau gejala lainnya. Obat alternatifnya adalah
Niklosamida, yang diberikan pada 2 gram secara oral untuk sekali minum pada
orang dewasa dan 50 mg/kg pada anak-anak. Setelah pengobatan, tinja harus
dikumpulkan selama 3 hari untuk mencari proglotid cacing pita untuk identifikasi
spesies. Pemeriksaan tinja harus dikaji ulang untuk telur taenia dalam waktu 1 dan
3 bulan setelah pengobatan untuk memastikan sudah tidak terinfeksi taeniasis.1

1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:


a. Mengolah daging sampai matang dan menjaga kebersihan hewan ternak.
b. Menggunakan jamban keluarga.
2. Farmakologi:
a. Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1 x sehari,
selama 3 hari berturut-turut, atau
b. Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu.
Pengobatan terhadap cacing dewasa dikatakan berhasil bila ditemukan skoleks pada tinja,
sedangkan pengobatan sistiserkosis hanya dapat dilakukan dengan melakukan eksisi.
- Tatalaksana
1) Non farmakologis
a) Pengawasan terhadap penjualan daging babi agar tidak tercemar oleh larva
cacing (sistiserkus).
b) Memasak daging babi di atas suhu 50◦c selama 30 menit untuk mematikan
larva sistiserkus atau menyimpan daging babi pada suhu 10◦c selama 5 hari
c) Menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak buang air besar di sembarang
tempat (pemakaian jamban keluarga) agar tidak mencemari tanah dan rumput
d) Menjaga higiene personal dengan rajin mandi, mencuci tanggan sebelum
makan atau mengolah makanan.
e) Memberikan vaksin pada hewan ternakbabi (penggunaan crude antigen yang
berasal dari onkosfer, sistisersi, atau cacing dewasa Taenia solium).4
2) Farmakologi
pengobatan taeniasis dan sistiserkosis dapat dilakukan dengan
menggunakan praziquantel. Praziquantel dapat membunuh dan menghacurkan
cacing dewasa Taenia solium di saluran pencernaan usus atau sistisersi pada
jaringan parental. Dosis praziquantel 50 mg/kg BB dosis tunggal atau dosis
terbagi tiga selama 15 hari efektif untuk sistiserkosis. Obat pilihan lain adalah
albendazole 15 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi tiga selama 7
hari; Mebendazole 2 x 200 mg/hari selama 4 hari.4

Anda mungkin juga menyukai