Anda di halaman 1dari 10

Nama : Undarisasta Dwi Putri K

NIM : L131 18 029


Kelas : KHT A
Matkul : Kebijakan kehutanan

Soal :

Carilah Bunyi Landasan Hukum berikut ini :

1. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


2. PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
3. PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemda
Prov dan Pemda Kab/Kota
4. PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
5. Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
6. PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
7. Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan
KPHP
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06 Tahun 2008 tentang
PembentukanOrganisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
9. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 04 Tahun 2011 tentang
RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun2011-2016
10. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah No. 5 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas dan Pokok
Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Jawaban :

1. UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal l
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Kehutananadalahsistempengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan,


dan hasil hutan yang diselenggarakansecaraterpadu.
2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
3. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
4. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
5. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
6. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
7. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan.
8. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
9. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
10. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
11. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
12. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.
13. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang
berasal dari hutan.
14. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
15. Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan.

2. PP No.44 TahunTentang Perencanaan Kehutanan

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1. PerencanaanKehutananadalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan


perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman
dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilandanberkelanjutan.
2. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan
dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
3. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
4. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
5. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
6. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
7. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
8. Pengukuhan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas,
pemetaan dan penetapan kawasan hutan dengan tujuan untuk memberikan kepastian
hukum atas status, letak, batas dan luas kawasan hutan.
9. Penunjukan kawasan hutan adalah penetapan awal peruntukan suatu wilayah tertentu
sebagai kawasan hutan.
10. Penataan batas kawasan hutan adalah kegiatan yang meliputi proyeksi
batas,pemancangan patok batas, pengumuman, inventarisasi dan penyelesaian hak-hak
pihak ketiga, pemasangan pal batas, pengukuran dan pemetaan serta pembuatan Berita
Acara Tata Batas.
11. Penetapan kawasan hutan adalah suatu penegasan tentang kepastian hukum mengenai
status, batas dan luas suatu kawasan hutan menjadi kawasan hutan tetap.
12. Trayek Batas adalah uraian arah penataan batas yang memuat jarak dan azimuth dari titik
ke titik ukur dan di lapangan ditandai dengan rintis batas dan patok batas atau tanda-
tanda lainnya.
13. Penatagunaan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka menetapkan
fungsi dan penggunaan kawasan hutan.
14. Wilayah pengelolaan hutan tingkat Provinsi adalah seluruh hutan dalam wilayah Provinsi
yang dikelola secara efisien dan lestari.
15. Wilayah pengelolaan hutan tingkat kabupaten/kota adalah seluruh hutan dalam wilayah
kabupaten/kota yang dikelola secara efisien dan lestari.
16. Unit pengelolaan hutan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok
dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
17. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi
berupa punggung bukit atau gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari
curah hujan, menyimpan dan mengalirkannya ke danau atau laut secara alami.
18. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang Kehutanan.

3. PP No. 38 Tahun 2007 tentangPembagianUrusanPemerintahanantaraPemerintah,


PemdaProv dan Pemda Kab/Kota.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintahpusat, selanjutnyadisebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia


yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batasbatas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
5. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
6. Kebijakan nasional adalah serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar,
prosedur dan/atau kriteria yang ditetapkan Pemerintah sebagai pedoman
penyelenggaraan urusan pemerintahan.

4. PP No.6 Tahun 2007 & PP No 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 3 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007
TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN
HUTAN,
SERTA PEMANFAATAN HUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:

a. bahwauntukmeningkatkanefektivitas pengelolaan hutan, perlu mengubah beberapa


ketentuan dalam pengaturan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
sertapemanfaatanhutan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan;

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN


PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN
HUTAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfatan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4696), diubah sebagai berikut:

1. KetentuanPasal 6 ditambah 1 (satu) ayat baru, yakni ayat (3), sehingga keseluruhan Pasal
6 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 6

(1) KPH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan dalam satu atau lebih fungsi
pokok hutan dan satu wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi
pemerintahan.

(2) Dalam hal satu KPH, dapat terdiri lebih dari satu fungsi pokok hutan, penetapan
KPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan fungsi yang luasnya dominan.

(3) Ketentuan mengenai tata cara penetapan KPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan."
2. KetentuanPasal 7 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diubah dan ditambah 1 (satu) ayat baru,
yakni ayat (4), sehingga keseluruhan Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 7

(1) Menteri menetapkan luas wilayah KPH dengan memperhatikan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan hutan.

(2) Penetapan luas wilayah KPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada
kawasan hutan setelah tahap penunjukan, penataan batas, atau penetapan kawasan hutan.

(3) Luas wilayah KPH yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
apabila terjadi perubahan kebijakan tata ruang dan/atau kebutuhan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan, dapat ditinjau kembali.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan luas wilayah KPH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri."

3. KetentuanPasal 8 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (6) diubah dan ketentuan ayat (4)
dan ayat (5) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 8

(1) Menteri menetapkan organisasi KPHK, KPHL, dan KPHP.

(2) Penetapan Organisasi KPHL dan KPHP, sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dilakukan berdasarkan:

a. usulan dari pemerintah provinsi, dalam hal KPHP atau KPHL berada dalam lintas
kabupaten/kota;

b. usulan dari pemerintah kabupaten/kota, dalam hal KPHP atau KPHL berada dalam
kabupaten/kota;

c. pertimbangan teknis dari pemerintah provinsi.

(3) Pertimbangan teknis dan usulan penetapan organisasi KPH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan berdasarkan pada norma, standar, prosedur dan
kriteria yang ditetapkan oleh Menteri.

(4) Dihapus.

(5) Dihapus.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan organisasi, pertimbangan teknis dan
usulan penetapan organisasi KPH, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan peraturan Menteri."
5. PP. No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintahpusat, selanjutnyadisebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia


yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Perangkat daerah provinsi adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah
dan lembaga teknis daerah.
8. Perangkat daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu kepala daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat
DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
9. Rumah Sakit Daerah adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat yang dikategorikan ke dalam rumah sakit umum daerah dan
rumah sakit khusus daerah.
10. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri.
11. Unsur pengawasan daerah adalah badan pengawasan daerah yang selanjutnya disebut
Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten, dan Inspektorat Kota.
12. Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas dan badan.
13. Sekretaris Daerah adalah sekretaris daerahprovinsi dan sekretaris kabupaten/kota.
14. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.

6. PERMENDAGRI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI


DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI DAERAH

BAB I. KETENTUAN UMUM


Pasal 1
1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu
dengan lainya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan rencana pengelolaan
hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan
serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
4. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan
jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil
hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat
dengan tetap menjaga kelestariannya.
5. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan
diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.
6. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH, adalah wilayah pengelolaan hutan
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
7. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung, yang selanjutnya disebut KPHL,
adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas
kawasan hutan lindung, yang dikelola pemerintah daerah.
8. Organisasi Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi, yang selanjutnya disebut KPHP
adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian besar terdiri
atas kawasan hutan produksi, yang dikelola pemerintah dae-rah.
9. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan
pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari.
10. Rehabilitasi Hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, memper- tahankan dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
11. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya.
12. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak
negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawas-an hutan, hasil hutan investasi
serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

7. Peraturan Daerah Sulawesi Thengah Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Pembentukan


Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.
2. Pemerintah Daerah adalahGubernur dan Perangkat Daerah sebagai
unsurpenyelenggarapemerintahandaerah.
3. Kepala Daerah adalahKepala Daerah Propinsi Sulawesi Tengah yang
selanjutnyadisebutGubernur.
4. Peraturan Daerah selanjutnyadisebut Perda adalah Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi
Tengah.
5. Sekretaris Daerah adalahSekretaris Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.
6. Dinas Daerah Propinsiselanjutnya disebut Dinas Daerah adalah lembaga-lembaga dinas
daerah yang berkedudukan di Propinsi Sulawesi Tengah.
7. KepalaDinasadalahKepala Dinas Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.
8. Unit Pelaksana Teknis Dinas selanjutnya disingkat UPT adalah Unit Pelaksana Teknis
Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.

8. PERDA Prov SULTENG No 04 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Daerah (RPMJD) Prov Sulteng tahun 2011- 2016.

Dalam peraturan daerah ini yang dimksud dengan :

1. pemerintahdaerahadalahgubernur dan dan perangkat daerah sebagai


unsurpenyelenggarapemerintahdaerah.
2. gubernur adalah gubernur sulawesi tengah.
3. Badan perencanan pembangunan daerah, yang selanjutnya disebut BAPPEDA.
4. RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 tahun provinsi SULTENG Tahun
2011-2016.
5. rencana kerja pembangunan daerah , yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen
perencanaan daeerah unutk periode 1 tahun.
6. visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
7. misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan unutk
mewujudkan visi .
8. staregi adalah langkah- langkah berisikan program- program indikatif untuk mewujudkan
visi dan misi.
9. kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk
mencapai tujuan.
10. program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikordinir oleh instansi
pemerintah.

9. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah No. 5 Tahuan 2009 tentang Rincian


Tugasdan Pokok Dinas-Dinas Daerah Sulawesi Tengah

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal l
1. Daerah adalah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
2. Pemenerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintahan Daerah
3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Tengah
4. Sekertaris daerah adalah Sekertaris Daerah Sulawesi Tengah
5. Dinas adalag Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
6. Badan adalah Badan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
8. Kepala Badan adalah Kepala Badan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
9. Unit Pelaksanaan Teknis, selanjutnya disingkat UPT adalah unsur pelaksanaan sebagian
Tugas Teknik Operasional dan/atau tugas penunjang pada Dinas atau Badan di
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
10. Kelompok Jabatan Fungsional adalah himpunan kedudukan yang empunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan keterampilan

Anda mungkin juga menyukai