Anda di halaman 1dari 12

Kota Nabire adalah salah satu kota kabupaten di provinsi Papua Indonesia yang

terletak di punggung Pulau Papua.


Dengan luas wilayah 15.357,55 km2 , dan terletak diantara 134,35 BT – 136,37 dan
2,25 LS – 4,15 LS, Nabire berbatasan langsung dengan wilayah wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Yapen dan Kabupaten Waropen
Sebelah Timur : Kabupaten Paniai dan Kabupaten Waropen
Sebelah Selatan : Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Mimika
Sebelah Barat : Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Kaimana
Nabire memiliki topografi datar diperkirakan 47% dari luas wilayah terletak menyebar
pada distrik Yaur, Wanggar dan Napan. Sedangkan daerah berbukit diperkirakan
53% tersebar pada distrik–distrik Sukikai, Uwapa, Mapia, Moenemani dan Ikrar.
Berdasarkan data statistik kependudukan, jumlah Penduduk Kabupaten Nabire
sesuai data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nabire tahun
2012 (data sementara) sebanyak 196.487 jiwa yang terdiri dari laki-laki 106.427 jiwa
dan perempuan 90.060 jiwa
Dengan dibentuknya Kabupaten Dogiyai, maka distrik di Kabupaten Nabire terbagi
sebagai berikut :
Distrik Nabire
Distrik Makimi
Distrik Nabire Barat
Distrik Teluk Kimi
Distrik Wanggar
Distrik Uwapa
Distrik Yaro
Distrik Napan
Distrik Siriwo
Distrik Teluk Umar
Distrik Wapoga
Distrik Yaur
Distrik Mora
Distrik Dipa
Distrik Menouw
“Nabire” demikian sekarang disebut, adalah suatu wilayah Pemerintahan Kabupaten
yang terhampar di seputar “Leher Burung” pulau Papua. Dalam perkembangannya
“Nabire” telah melampaui fase-fase sebelum masuknya Pemerintahan Belanda,
jaman Pemerintahan Belanda dan jaman Pemerintahan RI hingga saat ini.
Paparan mengenai sejarah Pemerintah Kabupaten Nabire ini bukanlah merupakan
suatu tulisan yang sudah sempurna, sehingga masih perlu untuk dikaji dan
disempurnakan bersama-sama sehingga menjadi suatu materi yang bisa dipahami
dan diterima oleh semua kalangan.
1. Asal usul dan arti Nabire
Sebelum mengulas sejarah singkat Kabupaten Nabire maka terlebih dahulu akan
disampaikan uraian secara singkat tentang asal usul dan arti Nabire dari beberapa
sumber/versi. Uraian mengenai cerita asal usul dan arti Nabire ini bukanlah untuk
dipertentangkan tetapi merupakan wacana untuk dibahas secara bersama, sehingga
nantinya bisa diketahui asal usul dan arti Nabire yang sebenarnya.
a. Versi Suku Wate
Berdasarkan cerita dari suku Wate, bahwa kata “Nabire” berasal dari kata “Nawi”
pada zaman dahulu dihubungkan dengan kondisi alam Nabire pada saat itu yang
banyak terdapat binatang jangkrit, terutama disepanjang kali Nabire.
Lama kelamaan kata “Nawi” yang mengalami perubahan penyebutan menjadi
Nawire dan akhirnya menjadi “Nabire”.
Suku Wate yang terdiri dari lima suku yaitu Waray, Nomei, Raiki, Tawamoni dan
Waii yang menggunakan satu bahasa terdiri dari enam kampung dan tiga distrik.
Pada tahun 1958, Konstein Waray yang menjabat sebagai Kepala Kampung Oyehe
menyerahkan tempat/lokasi kepada Pemerintah.
b. Versi Suku Yerisyam
Menurut versi suku Yerisyam Nabire berasal dari kata “Navirei” yang artinya daerah
ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan. Penyebutan Navirei muncul sebagai
nama suatu tempat pada saat diadakannya pesta pendamain ganti daerah antara
suku Hegure dan Yerisyam.
Pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi dipakai
untuk memberi nama daerah ini oleh Bupati pertama yaitu Bapak AKBP. Drs.
Surojotanojo, SH (Alm).
Versi lain Suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere yang artinya daerah
kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang
menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire
kembali ke kampungnya dan Nabire menjadi sepi lambat laun penyebutan Na Wyere
menjadi Nabire.
c. Versi Suku Hegure
Versi dari suku ini bahwa Nabire berasal dari Inambre yang artinya pesisir pantai
yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem seperti pohon sapu ijuk, pohon
enau hutan, pohon nibun dan jenis pohon palem lainnya. Akibat adanya
hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan
Inambre berubah menjadi Nabire.
d. Dalam Hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
Nabire dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
saat ini merupakan kependekan dari kata-kata N-nyaman, A-Aman, B-bersih, I-indah
R-ramah, E-elok yang mengandung makna bahwa “Nabire” (nyaman, aman, bersih,
indah, ramah dan elok) tersebut merupakan suatu kondisi yang diharapkan dan
membutuhkan keterlibatan semua lapisan masyarakat untuk mewujudkannya.
e. Jaman sebelum Pemerintahan Belanda
Hingga saat ini, karena keterbatasan sumber data/informasi maka apa dan
bagaimana penyelenggaraan pemerintahan pada fase ini belum bisa diuraikan.
2. Jaman Pemerintahan Belanda
Wilayah Tanah Papua sudah sejak tahun 1828 dianggap sebagai bagian dari
wilayah/tanah jajahan Belanda di Kepulauan Indonesia, namun kekuasaan
Pemerintahan Belanda baru benar-benar terwujud di Papua ini pada tahun 1898
ketika Tweede Kamer (Parlemen Belanda) mensahkan Anggaran Belanja sebesar F.
15.000 (Gulden), untuk mendirikan pemerintahan di daerah jajahannya.
Papua pada waktu itu Irian Barat dibagi menjadi dua bagian, masing-masing
dikuasai oleh Kontrolir Belanda, bagian utara dinamakan Afdeling Noord Nieuw
Guinea berkedudukan di Manokwari dan menguasai daerah yang terbentang dari
Jamursba (Kaap de Guide Hoop).
Sebelah barat sampai ujung timur Teluk Humbolt, dan bagian barat dinamakan West
en Zuid Nieuw Guinea berkedudukan di Fak-fak dan menguasai Daerah Jamursba
ke selatan, menyusur ke timur sampai ke perbatasan daerah jajahan Inggris (PNG
sekarang).
Dengan demikian wilayah Kabupaten Dati II Paniai sebelum dimekarkan masuk ke
Noord Guinea dan sebagian lagi masuk ke West en Zuid Nieuw Guinea. Berkali-kali
Pemerintahan Penjajah Belanda mengadakan pembagian wilayah Papua ini untuk
memudahkan jangkauan penguasaan atas daerah jajahannya.
Upaya pembagian daerah dalam satuan-satuan Daerah Administratif selalu
terbentur pada kenyataan yang sulit, sehingga akhirnya harus menyesuaikan diri
dengan kenyataan kondisi wilayah.
Hingga tahun 1930 orang belum mengetahui adanya penduduk di Daerah
Pegunungan Tengah, demikian pula penduduk daerah ini belum mengetahui adanya
Pemerintah yang menguasai wilayahnya.
Oleh sebab itu Pos Pemerintahan pertama yang ada di 3 wilayah ini dulu (Nabire,
Paniai dan Puncak Jaya) pada masa Penjajahan Belanda sampai tahun 1938 hanya
terdapat pada 2 (dua) tempat dipesisir pantai yaitu :
Pos Pemerintahan yang pertama di Kwatisore (Distrik Yaur sekarang) dibuka pada
tahun 1912 oleh Gezaghebberd Welt dari Onder Afdeling di Manokwari.
Pos Pemerintahan pertama di Napan Weinami setelah Bestuur Assistent dari Serui
mengunjungi Napan tahun 1920 dan untuk pertama kalinya ditempatkan Bestuur
Assistent bernama A. Thenu di Napan Weinami, wilayah kekuasaannya meliputi
seluruh Pesisir Pantai ke Goni dan Daerah Pedalaman.
Awal mula dibukanya Pos Pemerintahan Belanda di Enarotali (Wisselmeren) setelah
Pastor Tillemans mengunjungi daerah-daerah pedalaman Paniai melalui Kokonau
pada tahun 1932 dengan misi penginjilan Katholik.
Kemudian awal April 1937 di sebelah barat pegunungan tengah Letnan Dua Laut Ir.
F.J. Wissel Pilot dari perusahaan Nederlands Nieuw Guinea Petroleum Maatschapij
(NNGPM), menemukan gugusan danau di kawasaan pegunungan yang sama sekali
belum dikenal, bahkan di peta bumi masih berwarna putih.
Untuk memastikan penemuan ini, tanggal 18 September 1937 dimulailah ekspedisi
yang dipimpin langsung oleh Assitent Residen Fak-Fak Dr. J.W. Cator dan pada
tanggal 3 Oktober 1937 menemukan sekelompok masyarakat pegunungan.
Penduduk disini termasuk Suku Kapauku yang kemudian dikenal saat ini dengan
nama Suku Ekagi. Dalam perjalanan pulang, Cator mengajak beberapa orang Marga
Zonggonau dari Suku Moni sebagai Penunjuk Jalan dan Juru Bahasa.
Pada tanggal 10 November 1938 Pos Pemerintahan Belanda dibuka untuk pertama
kali, pejabat yang pertama kali bertugas disini adalah J.F. Stutterheim, sebagai
Assistent Controleur, kemudian awal Februari 1939 Dr. J.F. Victor De Bruin
menggantikannya sebagai Controleur di Wisselmeren.
Beberapa tahun kemudian Pemerintah Belanda membuka Onder Distrik di Nabire,
yaitu pada tahun 1942, dengan Pejabat Distrik Hooft Bestuur Assistent (H.B.A.)
Somin Soumokil.
Pada zaman Gubernur Van Waardenburg tepatnya mulai 1 April 1952 wilayah
Papua dibagi dalam 4 Afdeling. Wilayah Paniai merupakan bagian dari Afdeling
Central Nieuw Guinea yang terbagi dalam 3 Onder Afdeling yaitu :
a. Onder Afdeling Wisselmeren dengan ibu kota Enarotali
b. Onder Afdeling Tigi dengan ibu kota Waghete
c. Onder Afdeling Grothe Valley dengan ibu kota Wamena
Dalam perkembangan selanjutnya wilayah Paniai dimasukkan dalam Afdeling
Geelvinkabaai yang berkedudukan di Biak sebagai Waarnement Residen dengan 2
Onder Afdeling yakni Wisselmeren (Enarotali) dan Tigi, sedangkan Onder Afdeling
Baliem Valley dimasukan dalam Afdeling Holandia (Jayapura).
Adapun nama-nama HPB Onder Afdeling Wisselmeren sejak 10 November 1938
sampai dengan tahun 1962 menjelang penyerahan kekuasaan, sebagai berikut :
Dr. J. F. Stutterheim Periode 10-11-1938 s/d Feb 1939
Dr. J. V. de Bruin Periode Feb 1939 s/d 1947
Meyer Raneff Periode 1947 s/d 1949
Raphael de Haan Periode 1949 s/d 1955
J. Massink Periode 1955 s/d 1960
Mr. J. Ch. Haring Periode 1960 s/d 1962
Mr. Kron Periode 1962 s/d UNTEA
Sedangkan yang menjadi HPB Tigi (Waghete) pada tahun 1961 adalah Masaairuc.
Sementara itu pejabat-pajabat wilayah Distrik di Wisselmeren dan Tigi sejak 10
November 1962 menjelang penyerahan kekuasaan adalah sebagai berikut :
H. Bosh, Adjunct Administratif Ambtenaar (A.A.A) Distrik Paniai Timur
L. Latenstein, A.A.A. Distrik Paniai Barat
Weinand Wambrauw, Candidaat Bestuur Assistant (C.B.A) Distrik Aradide
merangkap Homeyo
Hans Inggabouw, Bestuur Assistant (B.A) Distrik Tigi
Florens Imbiri, Candidaat Bestuur Assistant (C.B.A) Distrik Moanemani
Edmundus Inggirik (C.B.A) Distrik Mapia
Andreas Karma, Candidat bestuuur Assistent (C.B.A) Distrik Nabire
Pembagian terakhir menjelang penyerahan kekuasaan pada tahun 1961 wilayah
Papua terbagi dalam 6 Afdeling, 83 Onder Afdeling, 83 Distrik dari 2.087 Dorp serta
5 wilayah eksplorati. Pada zaman itu Paniai masuk dalam Central Bergland dengan
kedudukan Ibukota sementara di Holandia. Di wilayah Paniai terdapat 2 Onder
Afdeling yaitu Wisselmeren dan Tigi serta terdapat 5 wilayah Eksplorati Resort
(daerah Operasi), yaitu Westelijke Bergland, Bokondini en Zwart Valley dan Noord
Oost en West Baliem serta Oostelijke Bergland.
Pada masa pemerintahan kedua Onder Afdeling tersebut memiliki wilayah Distrik
yang meliputi :
Onder Afdeling Wisselmeren meliputi :
1. Distrik Paniai Timur
2. Distrik Paniai Barat
3. Distrik Aradide
Onder Afdeling Tigi meliputi 3 wilayah Distrik yaitu :
1. Distrik Tigi
2. Distrik Kamu
3. Distrik Teluk Sarera di Nabire
3. Jaman Pemerintahan Republik Indonesia
Setelah Irian Barat, kini Papua kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, maka dengan Surat
Keputusan Wakil Perdana Menteri Republik Nomor : 120/PM/1965 tanggal 23
November 1965, Paniai ditetapkan menjadi Kabupaten Administratif yang terlepas
dari Kabupaten Jayawijaya, dengan Ibukota Enarotali. Berhubung Ibukota Enarotali
berada di daerah pedalaman, maka berdasarkan pertimbangan efektifitas dan
efisiensi, Ibukota Kabupaten Paniai dipindahkan dari Enarotali ke Nabire pada tahun
1966 dengan alasan Nabire yang berada di Daerah Pantai merupakan pintu masuk
ke daerah pedalaman melalui transportasi laut sesuai dengan Surat Usul Bupati
Administratif Paniai Nomor : 1035/PU/66 tanggal 17 Oktober 1966.
Sejalan dengan Pergantian Undang-undang Pemerintahan daerah, yaitu nomor 18
tahun 1965, maka Pemerintah Pusat menetapkan Undang-undang Nomor 12 tahun
1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten
Otonom di Irian Barat, dengan demikian Kabupaten Administratif Paniai ditetapkan
menjadi Kabupaten Otonom atau Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai.
Pembangunan Daerah sejak Pelita I dan seterusnya, menuntut adanya peningkatan
pelayanan Pemerintah dalam menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat, menyebabkan pada tahun 1984 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor : 821.26-769 tanggal 3 Oktober 1984, Kabupaten Dati II Paniai
dibentuk 2 wilayah Pembantu Bupati yaitu Pembantu Bupati Enarotali dan Pembantu
Bupati Mulia, sehingga secara administratif Kabupaten Dati II Paniai dibagi menjadi
2 wilayah Pembantu Bupati, 17 Kecamatan, 9 Perwakilan Kecamatan, 332 Desa, 9
Kelurahan dan 6 UPT sebagai Desa Persiapan. Kemudian berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor : 65 Tahun 1996 tentang Penetapan 63 Kecamatan di Provinsi
Irian Jaya. Kecamatan tersebut diatas ditetapkan menjadi Kecamatan definitif.
Selama berstatus menjadi wilayah Pembantu Bupati, yang pernah menjabat sebagai
Pembantu Bupati di kedua wilayah tersebut adalah :
1. Pembantu Bupati Enarotali
a. Drs. W. Wambrauw tahun 1984 – 1986
b. Agustinus Isir, BA tahun 1986 – 1996
2. Pembantu Bupati Mulia
a. Drs. Ruben Ambrauw tahun 1984 – 1993
b. Drs. AMS. Ardiwinata tahun 1993 – 1994
c. Drs. Marthen Talebong tahun 1994 – 1996
Karena meningkatnya beban tugas dan volume kerja serta pertimbangan efektifitas
dan efisiensi dalam pembinaan, pengendalian, koordinasi, perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pembangunan wilayah serta untuk memperluas jangkauan
pelayanan kepada masyarakat, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor :
52 tahun 1996 Kabupaten Dati II Paniai dimekarkan menjadi 3 Kabupaten yaitu :
a. Kabupaten Dati II Nabire dengan Ibukota Nabire
b. Kabupaten Administratif Paniai dengan Ibukota Enarotali
c. Kabupaten Administratif Puncak Jaya dengan Ibukota Mulia
Saat ini kedua Kabupaten administratif tersebut telah berubah status menjadi
Kabupaten Otonom.
Selanjutnya dengan perubahan Undang-Undang Pemerintahan Daerah dari
Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1974 menjadi Undang-Undang nomor : 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, dengan konsep Otonomi Daerah yang luas,
nyata dan bertanggungjawab, maka daerah Tingkat II dihapus, sehingga sebutan
Kabupaten Dati II Nabire berubah menjadi Kabupaten Nabire.
Perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah selanjutnya mengacu
kepada, Undang–undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua.
Sejak terpisahnya Kabupaten Paniai dari Kabupaten Jayawijaya hingga menjadi
Kabupaten Nabire dan hingga saat ini, maka yang pernah menduduki jabatan Bupati
Kepala Daerah adalah :
1. A.K.B.P. Drs. Soerodjotanojo, SH Periode : 1966 -1969
2. Karel Gobay Periode : 1969 -1972
3. Drs. Andreas Soenarto Periode : 1973 -1978
4. Drs. Serteis Wanma Periode : 1978 -1984
5. Letkol Inf. Soekiyo Periode : 1984 -1989
6. Letkol Inf. Joesoef Adipatah Periode : 1989 -1998
7. Drs. Herman Monim (caretaker) Periode: 1998 -1999
8. Drs. Anselmus Petrus Youw Periode : 1999 -2004
9. Drs. Anselmus Petrus Youw Periode : 2004 – 2009
10. Drs. Hendrik Pagaya Kaisepo, MM Periode : 2009 – 2010 (Penjabat Bupati)
11. Isaias Douw, S.Sos Periode : 2010 – 2015,
12. Sendius Wonda, SH., M.Si (Penjabat Bupati) : 2015 – Sekarang
Sedangkan Wakil Bupati Nabire yang pernah dan menjabat sampai saat ini adalah :
1. Drs. Tonny PH. Karubaba periode 2004 – 2009
2. Mesak Magai, S.Sos, M.Si periode 2010 – 2015
Untuk Sekretaris Daerah yang pernah menjabat sejak Kabupaten Dati II Paniai
sampai dengan Kabupaten Nabire hingga saat ini adalah :
1. Karim, BA tahun 1966 – 1968
2. D.N. Saefuddin tahun 1968 – 1970
3. Drs. Jacobus Pattiruhu tahun 1970 – 1975
4. Soekirno, BA tahun 1975 – 1982
5. Drs. Djudju Djuhendar tahun 1982 – 1987
6. Drs. Joel Boray tahun 1987 – 1992
7. Drs. Andi Baso Bassaleng tahun 1992 – 1997
8. Drs. L. B. Samosir tahun 1997 – 2002
9. Drs. J. N. Wanaha tahun 2002 – 2005
10. Drs. Ayub Kayame tahun 2005 – 2008
11. Drs. Umar Katjili (Plt) tahun 2008 – 2010
12. Drs. Adauktus Takerubun (Plt) tahun 2010 – 2012
13. Drs. Adauktus Takerubun tahun 2012-2013
14. Drs Johny Pasande 2013 – sekarang

https://www.nabire.net/tentang-nabire/
A. LETAK WILAYAH
Kabupaten Nabire terletak dikawasan Teluk Cendrawasih Provinsi Papua dan
Samudra Pasifik, yang berada diatas 3 (tiga) lempengan bumi sehingga
mengakibatkan rawan akan terjadinya bencana gempa bumi.
1. Geografis
Secara Geografis Kabupaten Nabire berada diantara:
– Bujur Barat :134° 33’’-136° 15’’ BT
– Lintang Utara :2° 28’’- 3° 56’’ LS

2. Batas Kabupaten Nabire


Batas Kabupaten Nabire adalah sebagai berikut:
– Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Yapen
– Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Waropen & Kabupaten Paniai
– Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dogiyai
– Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Teluk Wondama & Kabupaten
Kaimana (Papua Barat)

a1

B. LUAS WILAYAH

Secara administrasi pada tahun 2012 Luas wilayah Kabupaten Nabire adalah
12.075,00 Km² dan panjang garis pantai 473 Km² serta luas lautan 914.056,96
Ha.untuk lebih jelasnya luas Kabupaten terbagi menjadi 15 Distrik , 72 Kampung dan
9 Kelurahan adalah sebagai berikut:

a2

Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa secara administratif Distrik Uwapa


mempunyai wiliyah administratif terluas (1.808.96 Km²) dari semua wilayah
administrasi distrik lainya. Sedangkan wilayah administratif terkecil adalah distrik
wanggar mempunyai (246,00 Km²). Sehinga dapat di lihat pada tabel berikut ini.

a3

Dari tabel di atas dapat dilihat luas wilayah administrasi distrik yang belum didata
adalah distrik pemekaran baru, yakni Distrik Mora.

C. KONDISI FISIK WILAYAH


Berdasarkan perbedaan geomorfologis Wilayah Kabupaten Nabire dapat
dikelompokan menjadi 3 (tiga) Zona Argrolosistem , yaitu
a. Zone Dataran rendah dengan ketinggian ± 600 dpl.
b. Zone Ketinggian sedang ±600-1500 dpl.
c. Zone Datarn tinggi ± yaitu diatas 1500 dpl.

D. IKLIM
Wilayah Kabupten Nabire beriklim tropis basah dengan curah hujan hampir merata
sepanjang tahun. Hal ini di pengaruh oleh suhu udara dengn ketinggian Wilayah
Kabupaten Nabire yang terletak pada setiap kenaikan 100 m dari permukaan air laut
mengalami penurunan rata-rata 0.60 °C. Akibat topografi yang bervariasi di dataran
tinggi,maka suhu udara di Kabupaten Nabire berkisar antara 20 °C-32 °C dengan
suhu maksimum 34 °C.

E. CURAH HUJAN
Curah hujan di Kabupten Nabire hampir terjadi sepanjang tahun. Dengan demikian
cuaca di Kabupaten Nabire di bagian utara pada umumnya dipengaruhi oleh daerah
pantai yang menghadap pegunungan, sehinga angin lokal sangat dominan,
akibatnya Nabire bagian utara atau di kota Nabire tidak ada musim atau hampir
setiap bulan terjadi hujan yang rata-rata 18 hari hujan. Sedangkan dibagian selatan
sesekali terjadi siklon lokal yang berbahaya bagi helikopter atau pesawat terbang
rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel curah hujan tahun 2010
sebagai berikut:

a4

F. TOPOGRAFI DAN JENIS TANAH


Kabupaten Nabire memiliki topografi yang bervarisi yaitu wilayah datar ± 47% dari
luas wilayah tersebar disepanjang Wilayah pantai dan Wilayah perbukitan ± 53%
tersebar di daerah pedalaman (pegunungan). Berdasarkan Hasil Penelitian
Lembaga Penelitian Tanah (Balai Tanah) Bogor tahun 1964, jenis-jenis tanah di
Kabupaten Nabire terbagi atas:

1. Wilayah Nabire
Mayoritas jenis tanah Alluvial Endapan Sungai dan Tanah-Tanah Potzolik. Sedang
daerah yang sering digenangi air terdapat tanah-tanah BOG dan LOW Humiegley
yang hakekatnya merupakan tanah yang berasal dari bahan Endapan Sungai.
2. Wilayah Yaur
Terdapat jenis tanah Potzolik Merah Kuning dan Hidromarf Kelabu.
3. Wilayah Pedalaman
Terdapat mayoritas jenis Tanah Potzolik dan Tanah Coklat Hidromarf Kelabu.

G. SUNGAI
Sungai-sungai yang berada di Kabupaten Nabire semua bermuara ke laut
pasifik/Teluk Cendrawasih ,yaitu antara lain :
-Sungai Wapoga/Biabu -Sungai Siriwini
-Sungai Poranai -Sungai Nabarua
-Sungai Legare -Sungai Nabire
-Sungai Kimi -Sungai Wanggar
-Sungai Sanoba -Sungai Wami
-Sungai Sriwini -Sungai yaur

H. GUNUNG
Di Wilayah Kabupaten Nabire memiliki beberapa puncak Gunung yang menyebar
dari arah Barat ke Timur yang dapat dijelaskan dalam tebel berikut ini:

a5

I. DANAU
Wilayah Kabupaten Nabire memiliki satu Danau, yakni Danau Mamae yang terletak
di Distrik Teluk Kimi.

J. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM


Rencana Penataan dan Pengembangan Lingkungan dalam Wilayah Kawasan dapat
dirincikan menurut identifikasi Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Nabire,
Sebagai antisipasi terhadap bencana alam,perlu dilakukan fasilitasi untuk
meningkatkan kemampuan SDM aparat dan masyarakat dalam rangka deteksi dini
atau mitigasi dan pencegahan serta penanggulangan bencana alam. Saat ini telah
dipetakan daerah rawan bencana di Kabupaten Nabire sebagai berikut:

1. Kabupaten Nabire mempunyai daerah rawan bencana 2 Distrik, dan 3 Kelurahan


serta 1 Desa dengan jenis rawan bencana banjir.

2. Kabupaten Nabire mempunyai daerah rawan bencana 1 Distrik, dan 7 Kelurahan


dengan jenis rawan bencana tanah longsor.

3. Kabupaten Nabire mempunyai daerah rawan bancana Gempa Bumi.


a. Zona Rawan Menengah Yaitu:
– Daerah Gunung Kampung Kimi
– Daerah Gunung Kampung Kali Harapan
– Daerah Gunung Distrik Topo

b. Zona Rawan-Rawan Tinggi Yaitu:


– Pelabuhan Samabusa
– Kelurahan Siriwini
– Kelurahan Nabarua
– Desa Kali Susu
– Kelurahan Oyehe
– Kelurahan Karang Mulia
– Kelurahan Morgo
– Kelurahan Kali Bobo
– Distrik Wanggar
– Kelurahan Bumi Wonorejo
– Kelurahan Girimulyo

4. Kabupaten Nabire mempunyai daerah rawan bencana Tsunami dengan


Pembagian Skala Kerawanan yang meliputi.
a. Zona Rawan Rendah Yaitu:
– Desa Kali Harapan
– Pelabuhan Samabusa
– Kelurahan Bumi Wonorejo
b. Zona Rawan Menengah Yaitu:
– Kelurahan Kali Bobo
– Kelurahan Morgo
– Kelurahan Karang Mulia
– Desa Kali Susu
– Kelurahan Siriwini
– Kelurahan Nabarua
c. Zona Rawan Tinggi Yaitu:
– Distrik Wanggar
– Kelurahan Oyehe

https://nabirekab.go.id/portal/geografis/#:~:text=Kabupaten%20Nabire%20terletak
%20dikawasan%20Teluk,akan%20terjadinya%20bencana%20gempa%20bumi.

KOMPAS.com - Nabire adalah sebuah kabupaten yang ditetapkan sebagai ibu kota
Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Jika merujuk pada pembagian wilayah adatnya,
maka Nabire masuk dalam wilayah adat Mee Pago.
Berdasarkan cerita dari suku Wate, nama Nabire berasal dari kata “Nawi” yang pada
zaman dahulu dihubungkan dengan kondisi alamnya. Nabire pada saat itu yang
banyak terdapat binatang jangkrik, terutama di sepanjang kali Nabire. Seiring
berjalannya waktu, nama Nawi mengalami perubahan penyebutan menjadi Nawire
dan akhirnya menjadi Nabire. Sementara menurut suku Yerisyam, nama Nabire
berasal dari kata “Navirei” yang artinya daerah ketinggalan atau daerah yang
ditinggalkan. Nama “Navirei” muncul sebagai nama suatu tempat pada saat
diadakannya pesta perdamaian ganti daerah antara suku Hegure dan Yerisyam.
Seiring berjalannya waktu, pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire
yang penamaannya secara resmi digunakan oleh Bupati pertama yaitu Bapak
AKBP. Drs. Surojotanojo, SH (Alm). Cerita lain dari suku ini menyebut bahwa nama
Nabire berasal dari kata “Na Wyere” yang artinya daerah kehilangan. Pengertian ini
berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang penduduk setempat,
sehingga banyak yang meninggalkan Nabire kembali ke kampungnya dan Nabire
menjadi sepi lambat laun penyebutan Na Wyere menjadi Nabire. Berdasarkan cerita
dari suku Hegure, nama Nabire berasal dari kata “Inambre” yang artinya pesisir
pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem. Dipengaruhi oleh adanya
hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, maka lama kelamaan
penyebutan Inambre berubah menjadi Nabire. Dalam Hubungannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan, nama Nabire dalam merupakan kependekan dari
kata Nyaman, Aman, Bersih, Indah, Ramah, dan Elok yang berisi harapan akan
keterlibatan semua lapisan masyarakat untuk mewujudkannya. Aspek geografi
Kabupaten Nabire Dilansir dari laman BPS Kabupaten Nabire, letak geografis Nabire
ada di antara 134°35’ - 136°33’ Bujur Timur dan 2°25’ - 3°56’ Lintang Selatan.
Kabupaten Nabire terletak di kawasan Teluk Cenderawasih Provinsi Papua dengan
batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara: Kabupaten Kepulauan Yapen dan
Kabupaten Waropen Sebelah Selatan: Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Kaimana
Sebelah Timur: Kabupaten Paniai dan Kabupaten Waropen Sebelah Barat:
Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Kaimana Luas daerah Kabupaten
Nabire adalah sekitar 12.075 km², dengan panjang garis pantai 473 km. Kemudian
dilansir dari Kabupaten Nabire Dalam Angka 2022, Kabupaten Nabire terdiri dari 15
Distrik dengan 72 kampung definitif, 9 kelurahan dan 8 kampung persiapan. Distrik
Nabire adalah distrik dengan jumlah kampung terbanyak yakni 9 kelurahan dan 4
kampung. Distrik adalah pemerintahan setingkat di bawah Kabupaten (setara
kecamatan) yang dipimpin oleh Kepala Distrik. Aspek demografi Kabupaten Nabire
Dilansir dari sumber yang sama, dari hasil Proyeksi Penduduk Interim 2020–2023
diketahui jumlah penduduk Kabupaten Nabire pada Tahun 2021 adalah 170.914
jiwa. Sementara kepadatan penduduk di Kabupaten Nabire pada tahun 2021 hanya
14-15 jiwa per km². Wilayah dengan kepadatan tertinggi ada di Distrik Nabire, yakni
rata-rata 786-787 jiwa per km², sedangkan kepadatan terendah ada di Distrik
Wapoga, yakni hanya 1 jiwa per km². Aspek pariwisata Kabupaten Nabire Nabire
memiliki pesona panorama alam yang menakjubkan layaknya setetes surga di Pulau
Papua. Sejumlah wisata alam di Nabire telah tersohor di antara para wisatawan
karena pesonanya. Yang pertama adalah air terjun Bihewa dengan ketinggian
sekitar 40 meter yang merupakan air terjun tertinggi di Papua. Selanjutnya yang tak
kalah populer adalah kegiatan jelajah alam di kawasan Taman Nasional Teluk
Cendrawasih atau yang biasa disebut TNTC. Di kawasan Taman Nasional Teluk
Cendrawasih terdapat sebuah desa bernama Kwatisore, di mana wisatawan bisa
berenang dan menyelam bersama Hiu Paus. Ada juga beberapa pantai yang bisa
dikunjungi wisatawan antara lain pantai Nabire, pantai Monalisa, pantai Ahe, Pantai
Nusi, dan Pantai Gedo.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Profil Nabire, Ibu Kota Provinsi
Papua Tengah", Klik untuk baca:
https://regional.kompas.com/read/2022/07/03/152210678/profil-nabire-ibu-kota-
provinsi-papua-tengah?page=all.
NABIRE HEBAT— Salah satu program prioritas dalam Visi dan Misi, Bupati Mesak
Magai, S.Sos., M.Si dan Ismail Djamaluddin adalah Reformasi Birokrasi
Pemerintahan Daerah Kabupaten Nabire. Karena itu, dilantik menjadi Bupati dan
Wakil Bupati Nabire, salah satu focus adalah reformasi birokrasi.

Reformasi birokrasi ini dilakukan pada sejumlah aspek, yakni mendorong perubahan
mental, paradigm dan budaya birokrasi yang lambat agar cepat, yang dianggap tidak
tanggap agar tanggap dan yang dinilai tidak peduli menjadi peduli, serta pelayanan
administrasi pemerintahan sesuai dengan standar pelayanan minimum.

Kemudian dilakukan penataan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran. Mutasi
dan promosi aparatur dilakukan dengan mempertimbangkan keragaman suku dan
budaya di Kabupaten Nabire serta aspek tata laksana dengan penetapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan Standard Operating Procedure (SOP) dalam
mencapai kinerja optimum dan dapat menciptakan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan oleh perangkat-perangkat daerah yang selaras dan sinergis.

Kemudian, aspek pengawasan dilakukan agar penyelenggaraan pemerintah yang


bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal ini dilakukan dengan selain oleh
internal pemerintah daerah, juga melibatkan pihak-pihak ekternal.

Kemudian soal akuntabilitas didorong dengan penguatan dan peningkatan


penyelenggaraan kelembagaan pemerintahan yang lebih transparan dan responsif
serta dengan penyusunan perencanaan dan penerapan sistem anggaran berbasis
kinerja serta sejumlah program lainnya.
Gebrakan ini telah dinilai oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang memiliki
kewenangan melakukan pembinaan dalam penyelenggaraan manajemen ASN
secara nasional. Berdasarkan penilaian tersebut, Kabupaten Nabire meraih
penghargaan BKN Award 2022 karena telah berhasil meraih peringkat 5,
Pemerintah Kabupeten Wilayah Timur Tipe Besar, Kategori Perencanaan
Kebutuhan dan Mutasi Kepegawaian.

Penghargaan diserahkan langsung Kepala BKN, Dr. Ir. Bima Haria Wibisana dan
diterima Bupati Nabire, Mesak Magai, S.Sos, M.Si, Selasa (13/09/22) di Guest
House.

Penghargaan tersebut diberikan bagi instansi pemerintah yang dinilai telah berhasil
melaksanakan penyelenggaraan manajemen ASN di lingkupnya masing-masing.
Mulai dari aspek pengadaan, manajemen kinerja, penerapan NSPK, sampai layanan
digital. [Tim Dinkominfo Nabire]

https://nabirekab.go.id/portal/pemkab-nabire-raih-bkn-award-2022/

Anda mungkin juga menyukai