Anda di halaman 1dari 200

Kspn TORAJA

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU


KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
PEGUNUNGAN DAN BUDAYA

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
PEGUNUNGAN DAN BUDAYA

PENGARAH
Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis
BPIW – Kementerian PUPR
Ir. Hadi Sucahyono, MPP, Ph.D

PENANGGUNG JAWAB
Kepala Bidang Keterpaduan Infrastruktur Kawasan Strategis
Ir. Brawijaya, SE, MEIE, MSCE, Ph.D

PENERBIT
Pusat Pengembangan Kawasan Strategis
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Gedung BPIW, Blok G Lantai 4
Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan, 12110

Hak Cipta © Pusat Pengembangan Kawasan Strategis


Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

ISBN No : 978-602-61085-7-9
Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu
Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya
KSPN TORAJA
2016

Penerbit Pusat Pengembangan Kawasan Strategis


Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat

2016
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR WILAYAH
Puji syukur kehadirat Alah SWT Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada seluruh mitra kerja di
karena atas perkenan dan izin-Nya lingkungan BPIW yang berkontribusi dalam penyusunandan
dokumen Rencana Pembangunan penerbitan “Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu
Infrastruktur Terpadu Kawasan Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya” ini. Saya
Strategis Pariwisata Pegunungan berharap agar dokumen ini dapat menjadi asset BPIW yang
dan Budaya, Badan Pengembangan bermanfaat serta untuk meningkatkan pengembangan pariwisata
Infrastruktur Wilayah Kementerian pegunungan dan budaya sebagai bentuk optimalisasi potensi
PUPR dapat diterbitkan. Dokumen ini Indonesia yang kaya akan budaya serta alamnya.
merupakan salah satu upaya dalam Akhir kata, semoga di masa depan Allah SWT senantiasa
menyusun program-program terpadu memberikan rahmat-Nya bagi keberhasilan BPIW.
untuk semua unit organisasi di
lingkungan Kementerian PUPR,
serta sektor lain pendukung kawasan Jakarta, Desember 2016
strategis pariwisata pegunungan dan
budaya di Indonesia yang dilakukan
oleh BPIW. Dalam penyusunan
dokumen ini, dilaksanakan rapat-
Ir. Rido Matari Ichwan, MCP
koordinasi dengan unit organisasi di lingkungan Kementerian
PUPR, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, SKPD
terkait, pengelola kawasan, serta stakeholder terkait.

KSP BERASTAGI
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
KATA PENGANTAR mempunyai peranan penting karena disamping sebagai penggerak
perekonomian juga diharapkan meningkatkan kesempatan kerja
KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sejalan dengan hal
tersebut, Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang
KAWASAN STRATEGIS Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional telah
menetapkan 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN),
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,73 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN),
persen per September 2015 masih jauh dari dan 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata
harapan, terutama karena Indonesia membutuhkan Nasional (KPPN). Di dalam konsep WPS, salah satu
pertumbuhan minimal 7 persen agar dapat menjadi yang diharapkan dapat menjadi engine of growth
negara maju pada tahun 2025. Dengan menganut adalah KSPN dengan tipologi kawasan pariwisata
semangat percepatan, pemerintah Indonesia telah pegunungan dan budaya. Output yang diharapkan
melakukan sejumlah upaya dalam rangka adalah peningkatan kinerja dan daya tarik pada
mendorong investasi untuk beragam sektor terkait kawasan pariwisata pantai yang diintervensi oleh
infrastruktur. Atas dasar pertimbangan tersebut, infrastruktur, yang pada akhirnya akan menjadi
penyusunan konsep pengembangan kawasan perlu engine of growth perekonomian di destinasi
difokuskan pada pembangunan infrastruktur pariwisata.
prioritas dalam upaya mendorong sentra
ekonomi unggulan. Dengan adanya Akhir kata, saya ingin berterima kasih untuk semua
keterbatasan dana pembangunan, infrastruktur di pihak yang telah mendukung penyusunan buku
Indonesia dibangun menggunakan prinsip Laporan Akhir Penyusunan Rencana Pembangunan
pengembangan kawasan strategis seperti Kawasan Infrastruktur Terpadu Kawasan Strategis Pariwisata.
Industri, Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya. Diharapkan laporan ini berguna bagi
Nasional, dan Kawasan Perkotaan. Kawasan Strategis dinilai pembaca dan dapat berkontribusi bagi pembangunan infrastruktur
memberikan efek pengganda besar pada pertumbuhan ekonomi bangsa selaras dengan nawacita
melalui input sumber daya yang terbatas.
Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar Jakarta, Desember 2016
dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Pembangunan pariwisata Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis

Ir. Hadi Sucahyono, MPP., Ph.D

KSP BERASTAGI
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
KATA PENGANTAR akses antar pusat kawasan, penyiapan infrastruktur pendukung
kawasan, dan penyiapan rencana pengembangan pusat-pusat
KEPALA BIDANG KETERPADUAN pertumbuhan, serta prasarana/sarana sektor lainnya dalam rangka

INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS


pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan.
Penyusunan development plan ini dilaksanakan melalui penyeleng-
garaan FGD dan rapat koordinasi
Pariwisata termasuk ke dalam strategi Pemerintah Republik
dengan unit organisasi di lingkungan
Indonesia periode 2015-2019 dalam meningkatkan perekonomian
Kementerian PUPR, Pemerintah
nasional, di samping sebagai penggerak perekonomian juga
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
diharapkan meningkatkan kesempatan kerja dan peningkatan
SKPD terkait, pengelola kawasan, serta
pendapatan masyarakat. Pembangunan sektor pariwisata
stakeholder terkait. Adapun hasil akhir
tentunya tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur
dari kegiatan tersebut adalah
pendukungnya, termasuk infrastruktur PUPR. Ketersediaan
tersusunnya program-program terpadu
infrastruktur PUPR yang efektif dan handal memiliki peranan
untuk semua unit organisasi di
penting bagi pengembangan kawasan dan pertumbuhan ekonomi.
lingkungan Kementerian PUPR, serta
Pembangunan infrastruktur tidak hanya dititikberatkan untuk
sektor lain pendukung kawasan
mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi wilayah, tetapi perlu
pariwisata.
bersinergi dengan kelestarian lingkungan dengan memperhatikan
Kami berterimakasih untuk semua pihak
daya dukung dan daya tampung wilayah yang akandikembangkan.
yang telah mendukung penyusunan dok-
umen Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu Kawasan
Dalam rangka memaksimalkan potensi kekayaan budaya dan
Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya. Penuh harapan
pegunungan di Indonesia dan memajukan sektor pariwisata,
kami agar dokumen rencana ini dapat berguna bagi semua pihak
dirasa perlu untuk menyusun rencana pembangunan infrastruktur
dan mampu berkontribusi untuk mewujudkan kesejahteraan
kawasan pariwisata strategis pegunungan dan budaya dengan
Indonesia, sebagaimana tujuan besar bangsa ini.
harapan rencana ini dapat memberi arahan pembangunan dan
perwujudan struktur ruang di kawasan-kawasan pariwisata sesuai
dengan daya dukung, daya tampung, serta potensi ekonomi
kawasan tersebut. Untuk itu, perlu disusun rencana Sekian, danTerimakasih
pengembangan (development plan) yang meliputi rencana jalan Kepala Bidang Keterpaduan Infrastruktur KawasanStrategis

Ir. Brawijaya, SE, MEIE, MSCE, PhD

KSP BERASTAGI
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1. Pendahuluan

2. Profil KSPN Toraja

3. Profil Infrastruktur Dasar dan Wilayah KSPN

4. Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan


dan Budaya KSPN Toraja

5. Rencana Infrastruktur Strategis Kawasan Strategis Pariwisata


Pegunungan dan Budaya KSPN Toraja

6. Anjungan Cerdas KSPN Toraja

7. Kelembagaan Pengelola Kawasan

DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

M
enurut Undang-Undang No. 10 Tahun kesemuanya dapat memberikan keuntungan Namun resiko kerusakan alam termasuk
2009 Tentang Kepariwisataan Bab I dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam kontaminasi budaya akan sering terjadi. Oleh
Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan karena itu, visi keruangan baik fisik maupun
adalah kegiatan perjalanan yang maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. keruangan ekonomi sebagai bentuk wilayah
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok Kepariwisataan juga dapat memberikan kegiatan ekonomi adalah sangat penting dalam
orang dengan mengunjungi tempat tertentu dorongan dan sumbangan terhadap penanganan lingkungan obyek wisata.
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi pelaksanaan pembangunan proyek-proyek Pengembangan pariwisata merupakan suatu
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata berbagai sektor bagi negara-negara yang telah usaha untuk memajukan kegiatan pariwisata
yang kunjungi dalam jangka waktu sementara. berkembang atau maju ekonominya, dimana sehingga tercipta kondisi pariwisata yang
pada gilirannya industri pariwisata merupakan dapat menghasilkan devisa dan meningkatkan
Berdasarkan penjelasan di atas, pada dasarnya suatu kenyataan ditengah-tengah industri pendapatan asli daerah. Pengembangan
wisata mengandung unsur yaitu: (1) Kegiatan lainnya” (Nyoman S. Pendit (2003:33) pariwisata tidak hanya membenahi obyek
perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) wisata alam atau budaya atau hanya
Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu Pariwisata mempunyai peran yang sangat melakukan pengembangan akomodasi dan
seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk potensial dan strategis dalam pembangunan restoran, tetapi jauh lebih luas dari itu.
menikmati obyek dan daya tarik wisata. suatu daerah. Pengembangannya dapat Wisatawan yang datang tetap memerlukan
Sedangkan pengertian daya tarik wisata berfungsi sebagai pendekatan pembangunan fasilitas, angkutan, atraksi wisata, pelayanan,
menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 yang berwawasan lingkungan dan sebagai cenderamata, suasana aman dan lain-lain.
yaitu segala suatu yang memiliki keunikan, penyeimbang ekonomi daerah. Selain itu Secara umum pengembangan pariwisata harus
keindahan, dan nilai yang berupa pariwisata dapat juga dijadikan sebagai didukung oleh beberapa faktor dan komponen-
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan sumber pendapatan bagi masyarakat setempat komponen pariwisata. Faktor-faktor
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran dan pendapatan daerah secara keseluruhan. pendukung pengembangan pariwisata adalah
atau tujuan kunjungan wisata. Batasan Perkembangan pariwisata secara langsung sebagai berikut : 1). Jumlah pengunjung; 2).
pariwisata bisa ditinjau dari berbagai sudut maupun tidak langsung akan berdampak pada Kemudahan transportasi; 3). Ketersediaan
pandang dimana belum ada keseragaman banyak hal baik di bidang sosial, ekonomi fasilitas pendukung (infrastruktur). Sedangkan
sudut pandang. Seperti yang dikemukakan maupun budaya. Perkembangan pariwisata komponen-komponen pendukung
oleh para pakar pada Kepariwisataan juga juga bertujuan memberikan keuntungan baik pengembangan pariwisata adalah sebagai
dapat memberikan dorongan langsung bagi para wisatawan maupun warga setempat. berikut : 1). Wisatawan; 2). Atraksi Wisata; 3).
terhadap kemajuan kemajuan pembangunan Jika dilihat dari kepentingan daerah, rakyat Fasilitas Pelayanan; 4).Informasi dan Promosi.
atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut kecil (perdesaan) dan secara makro bagi
atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan kepentingan nasional, maka strategi Dalam upaya untuk menunjang
setempat,program program kebersihan atau pengembangan di wilayah dan lingkungan pengembangan pariwisata di daerah tujuan
kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan obyek merupakan harapan bagi penetesan wisata yang menyangkut perencanaan,
kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kebawah pendapatan sektor pariwisata. pelaksanaan pembangunan dan

1-1
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
pengembangannya, setiap daerah tujuan tidak terbatas pada kesenian tradisional saja,
wisata lima unsur yang penting yaitu: tetapi banyak atraksi lain yang cukup menarik
1. Attractions untuk disuguhkan pada wisatawan (Yoeti,
Attraction merupakan pusat dari industri 1997: 60-61). Dalam pengembangan objek
pariwisata. Menurut pengertiannya, attraction wisata terdapat daya tarik atau atraksi utama
mampu menarik wisatawan yang ingin dan atraksi wisata pendukung (Mill dan
mengunjunginya. Suatu tempat tujuan primer Morrison, 1985:15). Atraksi wisata merupakan
(primary destination) adalah tempat atau atraksi yang teridentifikasi dalam suatu
lokasi yang sangat menarik perhatian penelitian dan telah dikembangkan menjadi
wisatawan dan merupakan objek pokok dari atraksi wisata berkualitas dan memiliki
aksessibilitas baik (Kusudianto, 1996: 18).
Dari beberapa teori diatas maka dapat
diketahui bahwa atraksi wisata merupakan
suatu motivasi bagi wisatawan untuk
mengunjungi suatu tempat tujuan adalah
untuk memenuhi atau memuaskan beberapa
kebutuhan dan permintaan yang sifatnya
memberikan kenyamanan dan kepuasan.
Adapun ciri-ciri khas suatu objek wisata yang
mampu menarik wisatawan adalah:
 Keindahan alam,
 Iklim dan cuaca,
 Kebudayaan,
 Sejarah,
 Ethnicity-sifat kesukuan,
Sumber: Hasil Observasi, 2016  Accessibility, kemampuan kemudahan
perjalanan mereka. Beberapa teori yang berjalan ketempat tertentu.
menjelaskan tentang atraksi wiasata adalah; 2. Fasilities
Atraksi wisata merupakan faktor penarik bagi Walaupun attraction menarik wisatawan dari
wisatawan untuk berkunjung (Gunn, 1988:68). rumah atau tempat tinggalnya, namun fasilitas
Atraksi dalam dunia kepariwisataan merupakan dibutuhkan untuk melayani mereka selama
sesuatu yang menarik dan bernilai untuk perjalanan. Fasilitas cenderung berorientasi
dikunjungi dan dilihat (Pendit, 1999: 20-21). pada attraction di suatu lokasi karena fasilitas
Atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat harus terletak dekat dengan pasarnya. Fasilitas
dilihat dan disaksikan melalui suatu cenderung berkembang pada saat yang sama
pertunjukkan (show) yang khusus atau sesudah attraction berkembang. Suatu
Sumber: Hasil Observasi, 2016
diselenggarakan untuk wisatawan dan atraksi attraction juga dapat merupakan fasilitas.

1-2
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
3. Infrastructure melalui upaya melestarikan, menata dan kepariwisataan pada suatu DTW selalu akan
Attraction dan fasilitas tidak dapat dicapai memelihara objek wisata dengan tetap diperhitungkan dengan keuntungan dan
dengan mudah kalau belum ada infrastruktur memperhatikan kelestarian lingkungan, baik manfaat bagi rakyat banyak. Alasan kedua
dasar. Infrastruktur termasuk semua pada lokasi yang telah berkembang maupun pengembangan pariwisata lebih banyak
konstruksi di bawah dan di atas tanah dari pada kawasan wisata yang belum bersifat non ekonomis adalah wisatawan yang
suatu wilayah atau daerah. Hal ini termasuk: berkembang. datang berkunjung pada suatu DTW
 Sistem pengairan, motivasinya adalah untuk menyaksikan dan
 Jaringan komunikasi, Perlunya pengembangan pariwisata ini tidak melihat keindahan panorama alam dan budaya
 Fasilitas kesehatan, terlepas dari berbagai alasan. Alasan utama setempat. Alasan ketiga mengapa pariwisata
 Terminal-terminal pengangkutan, pengembangan pariwisata pada suatu Daerah perlu dikembangkan adalah untuk
 Sumber listrik dan energi, Tujuan Wisata (DTW), baik itu secara lokal, menhilangkan kepicikan berpikir, mengurangi
 Sistem pembuangan kotoran/ regional atau lingkup nasional sangat erat salah pengertian, dapat mengetahui tingkah
pembuangan air, kaitannya dengan pembangunan laku orang lain yang datang berkunjung,
 Jalan-jalan/ jalan raya, perekonomian daerah atau negara tersebut. terutama masyarakat dimana proyek itu
 Sistem keamanan. Dengan kata lain, pengembangan dibangun. (Oka A. Yoeti, Drs. 1997).
4. Transportation
Jasa-jasa pengangkutan. PERTUMBUHAN KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA HINGGA TAHUN 2014
5. Hospitality, Sumber:Pusdatin Kemenparekraf & BPS
Wisatawan sedang berada dalam lingkungan
yang tidak mereka kenal. Maka, kepastian atau
jaminan mengenai keamanan sangat penting. 10,000,000

Khususnya untuk penumpang yang pergi jauh


ke negara asing, gambaran tentang tempat 9,000,000

tujuan mungkin diputarbalikkan (distorted).


Kebutuhan dasar akan keamanan dan 8,000,000

perlindungan harus dipertimbangkan dan


disediakan agar calon wisatawan merasa aman 7,000,000
sebelum dan selama perjalanan dan liburan.
6,000,000

Pada sisi lain pengembangan sektor pariwisata


5,000,000
dapat memberikan sumber peningkatan
pendapatan daerah, baik dalam sektor itu
4,000,000
sendiri maupun sektor lain yang ikut
berkembang sebagai akibat timbulnya
3,000,000
”multiplier effect” dari kegiatan pariwisata.
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pembangunan pariwisata menyangkut pula 5,153 5,033 4,467 5,321 5,002 4,871 5,505 6,234 6,323 7,002 7,649 8,044 8,802 9,435
pada kegiatan pengembangan objek wisata

1-3
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Dalam pengembangan pariwisata perlu adanya pertumbuhan ekonomi wilayah dan Dalam rangka percepatan pengembangan
peningkatan sarana dan prasarana yang mengurangi kesenjangan antar wilayah. kawasan tersebut, perlu disusun Rencana
diperuntukkan bagi wisatawan. Untuk Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Pengembangan (development plan) yang
prasarana antara lain tempat menginap, kantor Budaya meliputi kawasan sebagai berikut: meliputi rencana jalan akses antarpusat
informasi, tempat promosi, tempat-tempat  Kawasan Strategis Toraja (terletak di kawasan, penyiapan infrastruktur pendukung
rekreasi dan infrastruktur, sedangkan sarana Kabupaten Tana Toraja dan berbatasan kawasan, dan penyiapan rencana
kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan dengan Kabupaten Toraja Utara, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan,
yang memberikan pelayanan kepada Kabupaten Enrekang, Kabupaten serta prasarana/sarana sektor lainnya dalam
wisatawan baik secara langsung maupun tidak Pinrang, Kabupaten Luwu), rangka pengembangan kawasan untuk keg
langsung dan hidup serta kehidupannya iatan sektor pariwisata.
banyak bergantung pada kedatangan
wisatawan. (A. Hari Karyono. 1997). Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Ketersediaan infrastruktur PUPR yang efektif Rakyat telah menyusun konsep percepatan
dan handal memiliki peranan penting bagi pengembangan kawasan tersebut.
pengembangan kawasan pariwisata dan Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan
merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi kegiatan untuk menindaklanjutinya dengan
di kawasan yang telah di tetapkan sebagai penyusunan rencana pembangunan Kawasan
kawasan pariwisata unggulan maupun sebagai Pariwisata Pegunungan dan Budaya. Kegiatan
kawasan strategis pariwisata nasional . Atas rencana pembangunan Kawasan Pariwisata
dasar pertimbangan tersebut, penyusunan tersebut diharapkan dapat memberi arahan
konsep pengembangan kawasan perlu pembangunan dan perwujudan struktur ruang
difokuskan pada pembangunan infrastruktur Kawasan tersebut dinilai sangat strategis pada di kawasan tersebut yang sesuai dengan daya
prioritas dalam upaya mendorong sentra pengembangan di bidang pariwisata. Posisi dukung dan daya tampung serta potensi
ekonomi unggulan. Akan tetapi, pembangunan strategis ini dapat dipandang sebagai peluang ekonomi kawasan tersebut.
infrastruktur tidak hanya dititikberatkan untuk dan potensi pasar, oleh karena itu kawasan ini
mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi dipandang perlu didukung oleh berbagai Dalam melakukan kajian Rencana
wilayah (engine of growth), namun perlu lebih rencana pengembangan infrastruktur dalam Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
bersinergi dengan kelestarian lingkungan upaya meningkatkan potensi pariwisata di Nasional Tana Toraja, maka perlu adanya
dengan memperhatikan carrying capacity kawasan tersebut. sektor-sektor potensi wilayah sekitar yang
suatu wilayah yang ingin dikembangkan. Hal mendukung akan pengembangan serta
ini mengingat pembangunan infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan pengembangan ruang di kawasan tersebut.
merupakan pemicu (trigger) terciptanya pusat- Rakyat (Kementerian PUPR) telah menyusun Perencanaan pengembangan kawasan tersebut
pusat pertumbuhan baru (new emerging konsep percepatan pengembangan Kawasan harus dikembangkan dengan dengan prinsip
growth center) yang menjadi cikal bakal Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya, transparan, responsif, efisien, efektif,
lahirnya kota-kota baru/pusat permukiman agar mendorong pertumbuhan ekonomi bagi akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan
baru yang dapat menjadi penyeimbang kawasan tersebut dan kawasan disekitarnya. dan berkelanjutan.

1-4
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1.2 Maksud dan Tujuan 1.4 Manfaat

M
1.2.1 Maksud Kegiatan anfaat dari terlaksananya kegiatan ini adalah terciptanya prioritas

K
egiatan Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu Kawasan dan sinkronisasi program pembangunan infrastruktur yang
Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya ini dimaksudkan untuk berbasis pada pengembangan wilayah sesuai dengan potensi
mempercepat penyediaan infrastruktur yang akan mendukung pengembangan dan kebutuhan kawasan di kawasan strategis pariwisata
pertumbuhan ekonomi pada kawasan strategis pariwisata pegunungan pegunungan dan budaya. Dokumen ini dapat dijadikan sebagai acuan
dan budaya. dalam proses perumusan program tahunan Kementerian PUPR dalam
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mewujudkan rencana struktur dan pola konsultansi regional (konreg), Musrenbangnas dan rapat kerja/rapat
ruang yang telah ditetapkan dalam RTR masing-masing Kawasan Strategis dengar pendapat dengan DPR RI serta dunia usaha/stakeholder terkait.
Pariwisata. Tim Konsultan mencoba menanggapi bahwa maksud dari
pekerjaan ini adalah terpadunya Pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata Pegunungan dan Budaya, sehingga terbentuk pengembangan
kawasan wilayah kajian yang sinergis guna menciptakan Kawasan
Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya yang nyaman dan aman
untuk investasi ekonomi sebagai konsep pengembangan kawasan
kedepannya.

1.2.2 Tujuan Kegiatan

T
ujuannya adalah menyiapkan dokumen perencanaan dan
pemrograman infrastruktur yang terpadu antar sektor dan antar
wilayah sebagai acuan pembangunan infrastruktur mendukung
kawasan pariwisata pegunungan dan budaya.

1.3 Sasaran Kegiatan

S
asaran dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen rencana
strategis Pembangunan program – program pengembangan
infrastruktur wilayah, khususnya infrastruktur PUPR selama 10 tahun Sumber: Hasil Observasi, 2016
kedepan pada Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya,
yang meliputi Kawasan Strategis Toraja – Provinsi Sulawesi Selatan.

1-5
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1.5 Ruang Lingkup
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup kegiatan dari rencana pembanguan infrastruktur terpadu kawasan strategis pariwisata ini adalah di KSPN yaitu :
a. Kawasan Strategis Toraja – Provinsi Sulawesi Selatan.

1.5.2 Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan ini meliputi: 7) Penyusunan ultimate WPS minimal 10 tahun ke depan;
a. Persiapan, 8) Penyusunan skenario pengembangan WPS untuk
Tahap persiapan meliputi persiapan persuratan dan mewujudkan ultimate goals 10 tahun ke depan;
administratif dalam rangka koordinasi dengan sektor pusat 9) Analisis kebijakan nasional pengembangan infrastruktur
dan pemerintah daerah, penyusunan SK dan Rencana Kerja wilayah; analisis isu strategis WPS; analisis dan prediksi
serta administrasi untuk menyediakan alat tulis, bahan kebutuhan infrastruktur di WPS 10 tahun yang akan
komputer dan pengadaan peta basis. datang; dan penyusunan rencana strategis keterpaduan
b. Survei Lapangan, infrastruktur WPS 10 tahun ke depan;
Melakukan survei lapangan ke: 10) Analisis kebijakan nasional dan Kementerian PUPR
1) Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan Bromo- terkait pengembangan infrastruktur PUPR; analisis
Tengger-Semeru di Provinsi Jawa Timur yang meliputi kebutuhan infrastruktur PUPR 5 tahun ke depan;
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten penyusunan prioritisasi program (kelayakan program:
Lumajang dan Kabupaten Probolinggo; teknis, ekonomi, lingkungan, dan pembiayaan);
2) Kawasan Strategis Pariwisata Budaya Toraja di Provinsi identifikasi sumber-sumber dan pengembangan
Sulawesi Selatan yang meliputi Kabupaten Tana Toraja; skema-skema pembiayaan; analisis kesiapan
3) Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan Berastagi di pembangunan (readyness); identifikasi dan sinkronisasi
Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Kabupaten Karo. program PUPR; penyusunan rencana Program
c. Proses penyusunan rencana pengembangan infrastruktur Infrastruktur PUPR Kewenangan Pusat dalam Rangka
terpadu kawasan strategis pariwisata pegunungan dan Sinergitas, Per Tahun Selama Lima Tahun; dan
budaya, penyusunan rencana Program Infrastruktur PUPR
1) Persiapan tim dan data sekunder; Kewenangan Daerah dalam Rangka Sinergitas, Per
2) Survey lapangan untuk pengambilan data primer dan Tahun Selama Lima Tahun;
tambahan data sekunder; 11) Melakukan proses pembuatan peta Rencana
3) Menstrukturkan semua data sekunder dan primer yang Pengembangan Kawasan yang menunjukkan
diperoleh secara interaktif sehingga mudah untuk keterpaduan program infrastruktur PUPR dengan skala
ditelusuri kembali ketika dibutuhkan; minimal 1:50.000; melakukan proses pembuatan peta
4) Identifikasi gambaran umum WPS; Rencana Induk Kawasan Inkubasi dengan skala minimal
5) Penyusunan profil WPS; 1:5.000; melakukan proses pembuatan peta site plan
6) Analisis pengembangan wilayah; Anjungan Cerdas dengan skala minimal 1:1.000;

1-6
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
12) Menyusun rencana Induk kawasan inkubasi; penetapan 18) Asistensi substansi dengan tim supervisi secara berkala
lokasi pengembangan anjungan cerdas; dan konsep setiap 1 (satu) bulan sekali;
pengembangan anjungan cerdas; indikasi program 19) Melaksanakan FGD di daerah sebanyak 6 (enam) kali;
pengembangan anjungan cerdas terpilih; dan menyusun 20) Melaksanakan lokakarya di pusat sebanyak 2 (dua) kali;
pra-design anjungan cerdas terpilih; 21) Melaksanakan koordinasi di pusat sebanyak 3 (tiga) kali;
13) Menyusun konsep proses bisnis pengembangan 22) Melaksanakan pembahasan laporan di pusat sebanyak 3
keterpaduan infrastruktur PUPR dan Non PUPR dengan (tiga) kali;
pengembangan WPS; menyusun konsep proses bisnis 23) Penyusunan laporan, album peta, dan dokumen
pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR; dan pendukung lainnya (dalam bentuk hardcopy dan
lembaga pengelola perencanaan dan pemrograman WPS softcopy interaktif);
14) Menyiapkan dokumen tender/lelang untuk konsultan Proses pengerjaan dibantu oleh narasumber sektoral yang
supervisi/ pengawas; merupaka tenaga ahli dari berbagai keahlian yang ditugaskan
15) Pertemuan koordinasi dan pembahasan substansi; untuk memberi masukan sektoral sesuai keahliannya.
16) Asistensi substansi dengan tim supervisi secara berkala Mobilisasi tenaga ahli penasehat ini dapat dilakukan setelah
setiap 1 (satu) bulan sekali; mendapat persetujuan dari Tim Supervisi.
17) Pertemuan koordinasi dan pembahasan substansi;

1-7
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1.6 Sistematika Laporan
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 5 RENCANA INFRASTRUKTUR STRATEGIS
Berisikan tentang latar belakang pekerjaan, maksud, tujuan, dan KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA PEGUNUNGAN
sasaran, ruang lingkup (wilayah, materi kegiatan, dan waktu), DAN BUDAYA
landasan hukum, dan sistematika laporan. Pada bab ini dijelaskan mengenai Skenario Pengembangan KSP
Pegunungan dan Budaya, analisis yang meliputi Skenario
BAB 2 GAMBARAN UMUM KAWASAN STRATEGIS Pengembangan Simpul-Simpul Pariwisata dan Produksi Sumber Daya
PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA Alam dalam hal ini agroindustri, Skenario Pengembangan Perdesaan
Berisikan tentang gambaran umum kondisi fisik, kependudukan, dan Perkotaan, Skenario Pengembangan Kawasan Investasi,
ekonomi, sosial- ekonomi, sarana dan prasarana, serta data Penetapan Kawasan yang diprioritaskan Pengembangannya,
lingkungan hidup Pada Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Penetapan Alternatif Area Inkubasi dan Pemilihan Area Inkubasi
Budaya beserta isu startegis yang dimiliki masing-masing kawasan. Prioritas, dan Pentahapan Pengembangan KSP Pegunungan dan
Budaya. Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis-analisis tentang
Kebijakan Nasional dan Daerah, Isu Strategisdan Permasalahan
BAB 3 PROFIL INFRASTRUKTUR KAWASAN Keterpaduan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Prediksi
STRATEGIS PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA Kebutuhan Infrastruktur, dan Rencana Infrastruktur Strategis.
KSPN TORAJA
Berisikan tentang kondisi infrastruktur PUPR dan Non PUPR Pada
Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya beserta isu
startegis yang dimiliki masing-masing kawasan.

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN


STRATEGIS PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Berisikan analisis pengembangan wilayah yang meliputi kebijakan
terkait pengembangan KSPN Berastagi, KSPN Toraja dan KSPN BTS,
analisa kependudukan, analisis ekonomi, analisis daya dukung dan
daya tampung lingkungan, analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis
disusun Ultimate Goals dan Profil KSP Pegunungan dan Budaya di
masa datang, yang meliputi simpul-simpul Pariwisata dan Produksi
Agrowisata , Profil Kawasan Investasi, Profil Kawasan Permukiman
(perdesaan dan perkotaan), Profil Sosial-Ekonomi, dan Gambaran KSP
Pegunungan dan Budaya 10 tahun ke depan.

1-8
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
PROFIL KSPN
2 TORAJA
2.1. Orientasi Lokasi dan Kedudukan KSP Pegunungan dan Budaya
2.1.1. Orientasi Lokasi dan Kedudukan KSPN Tana Toraja

KSPN Tana Toraja terdiri dari dua Kabupaten merupakan 2 kecamatan terluas dengan Tabel 2.1. Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan
yatu Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara luas masing-masing adalah 21.147 Ha dan dan jumlah Kelurahan
yang termasuk dalam kabupaten di Provinsi 20.676 Ha. Sedangkan wilayah kecamatan Luas Wilayah
Jumlah Administrasi Terbangun
Sulawesi Selatan. Ibukota Kabupaten Tana dengan luas terkecil adalah Kecamatan Kecamatan Kelurahan/ (%) (%)
Toraja adalah Makele, dan ibukota Toraja Utara Makale Utara dan Kecamatan Sangala Utara Lembang (Ha) Terhadap (Ha) Terhadap
adalah Rantepao. dengan luas masing-masing adalah 2.608 Total Total
Bonggakaradeng 6 20.676 10,06 82 2,79
yang merupakan pusat kegiatan pariwisata Ha dan 2.796 Ha. (Lihat Tabel II.39. Nama, Simbuang 6 19.482 9,48 85 2,88
budaya di Provinsi Sulawesi Selatan dan luas wila yah per Kecamatan dan Jumlah Rano 5 8.943 4,35 77 2,62
sebagai pintu gerbang antara Sulawesi Kelurahan dan Gambar 2.1. Peta Wila yah Mappak 6 16.602 8,08 76 2,59
Mengkendek 17 19.674 9,58 381 12,93
Barat dan Sulawesi Selatan. Secara Administrasi Kabupaten Tana Toraja).
Gandang Batu
administrasitif wilayah, Kabupaten Tana Sillanan
12 10.863 5,29 287 9,73

Toraja berbatasan dengan: Sangalla 5 3.624 1,76 90 3,05


 Sebelah Utara berbatasan dengan Sangalla Selatan 5 4.780 2,33 104 3,51
Sangalla Utara 6 2.796 1,36 107 3,63
Kabupaten Toraja Utara. Makale 15 3.975 1,93 384 13,03
 Sebelah Barat berbatasan dengan Makale Selatan 8 6.170 3,00 168 5,70
Kabupaten Mamasa Provinsi Makale Utara 5 2.608 1,27 163 5,52
Saluputti 9 8.754 4,26 99 3,37
Sulawesi Barat. Bittuang 15 16.327 7,95 188 6,40
 Sebelah Selatan berbatasan Rembon 13 13.447 6,55 242 8,23
dengan Kabupaten Enrekang dan Masanda 8 13.477 6,56 86 2,91
Malimbong
Kabupaten Pinrang. Balepe
6 21.147 10,29 125 4,24
 Sebelah Timur berbatasan dengan Rantetayo 6 6.035 2,94 137 4,65
Kabupaten Luwu. Kurra 6 6.050 2,95 66 2,24
JUMLAH 159 205.430 100 2.946 100
Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja
Sumber: Tana Toraja Dalam Angka Tahun 2014
tercatat 205.430 Ha dengan luas area
terbangun 2.956 Ha, meliputi 19 kecamatan
yang terdiri dari 112 Lembang dan 47
Kelurahan, dimana Kecamatan Malimbong
Sumber: Hasil Observasi, 2016
Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng

2-1
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Peta KSPN Toraja Peta Posisi KSPN Toraja Terhadap Wilayah Administrasi
Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara

2-2
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
2.2. Profil Kewilayahan Provinsi, Kabupaten di Wilayah Kawasan Strategis Pariwisata
2.2.1. Profil KSPN Tana Toraja
Profil Demografi KSPN Toraja
KSPN Toraja berada pada irisan 2 kabupaten Rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 2.508 jiwa/Km2. Jumlah rumah
yaitu Kabupaten Toraja Utara dan Kabupaten Tana Toraja khususnya lima tangga yang tercatat sebanyak 3.760 KK,
Kabupaten Tana Toraja . Untuk Kabupaten tahun terakhir (tahun 2010-2014) dengan jumlah penduduk keseluruhan
Tana Toraja dengan pusat pemerintahan di menunjukkan angka 0,72% pertahun. 26.217 jiwa. Luas wilayah Kecamatan
Kecamatan Makale merupakan wilayah Proyeksi penduduk untuk 5 Tahun kedepan Rantepao tercatat 10,29 km2 yang meliputi
dengan tingkat kepadatan penduduk tahun sampai dengan tahun 2019 1 desa, 10 kelurahan atau 0,89 persen dari
tertinggi, yakni mencapai 89,38 jiwa/Ha. diprediksikan penduduk Kabupaten Tana luas wilayah Kabupaten Toraja Utara. Angka
Jumlah rumah tangga yang tercatat Toraja mencapai 235.924 jiwa dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Toraja
sebanyak 8.504 KK, dengan jumlah kepadatan penduduk 115 jiwa/Km2. (Lihat Utara khususnya tiga tahun terakhir cenderung
penduduk 34.305 jiwa. Luas wilayah Tabel II.6. Jumlah Penduduk Saat Ini dan mengalami penurunan rata-rata 3,5 %
Kecamatan Makale tercatat 3.975 Ha (1,93 Proyeksinya Untuk 5 Tahun). pertahun.
persen dari luas wilayah Kabupaten Tana Kabupaten Toraja Utara dengan pusat
Toraja) dengan luas area terbangun 384 Ha pemerintahan di Kecamatan Rantepao yang
yang meliputi 1 lembang dan 14 kelurahan. beribukota kecamatan di Kelurahan Singki
(Lihat Tabel II.41. Jumlah Penduduk dan merupakan wilayah dengan tingkat
Kepadatannya 5 Tahun Terakhir. kepadatan penduduk tertinggi, yakni

Tabel 2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk KSPN Toraja dalam Lingkup Kab. Tana Toraja dan
Kabupaten Toraja Utara Periode 2010-2014
Perkembangan
KABUPATEN 2010 2011 2012 2013 2014
Penduduk
KAB. TANA Jumlah Penduduk 221,081 223,306 224,523 226,212 227,558
TORAJA
KAB. Kepadatan (jiwa/Km2) 108 109 109 110 111
TORAJA Jumlah Penduduk 221,146 223,371 225,619 227,890 230,184
UTARA Kepadatan (jiwa/Km2) 86.85 85.13 85.95 86.76 88.48 Sumber: Hasil Observasi, 2016

Sumber: perhitungan konsultan berdasar data BPS

2-3
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
a. Geomorfologi (Geologi,Topografi,Morfologi) KSPN Toraja
1) Kondisi Topografi Ditinjau dari geomorfologi regional, klastik (clastic sedimentary rocks)
Kondisi topografi Wilayah KSPN Toraja daerah penelitian terletak pada Busur berumur Eosen – Miosen (Eocene-
relatif bergelombang dan berbukit, Sulawesi Barat bagian utara yang Miocene) dan Formasi Makale (Tomm),
sedangkan topografi datar relatif sedikit. dicirikan oleh aktivitas volkanik dan umumnya dari batuan karbonat
Kawasan yang mempunyai kemiringan intrusi magma bersifat kalk-alkalin (carbonate rocks) berumur Miosen Awal
lahan datar (0-8%) pada umumnya berkomposisikan asam hingga – Miosen Tengah(Early Miocene – Middle
berada di daerah di sebelah timur dan intermedit yang terdiri dari pegunungan, Miocene).
lahan-lahan sepanjang jalan poros. perbukitan dan dataran rendah. Daerah
Selanjutnya kawasan yang mempunyai pegunungan menempati bagian Utara,
kemiringan lahan 8- 15% tersebar di Barat dan Selatan sedangkan bagian
seluruh wilayah KSPN Toraja Toraja, tengah merupakan perbukitan
sedangkan kemiringan lahan di atas bergelombang dan bagian timur
40% pada umumnya berada di sebelah merupakan dataran rendah.
barat terutama pada destinasi wisata
Pango-pango, Buntu Burake , Bukit  Kondisi Geologi
Kandora , Batutumonga, Lolai dan Dari Peta Rupa Bumi skala 1:50.000
beberapa wilayah lainnya lainnya (Bakosurtanal, 1991) menunjukkan
merupakan kawasan lindung. bahwa wilayah Tana Toraja merupakan
dataran tinggi yang dikelilingi oleh
2) Kondisi Geologi Regional KSPN Toraja pegunungan tinggi. Gunung yang
 Geomorfologi Regional terkenal antara lain G. Rantemario
Tinjauan geologi regional daerah (3440 m dpl), G. Tondok (1209 m dpl).
penelitian termasuk dalam wilayah Beberapa sungai mengalir sepanjang
lembar Geologi Lembar Majene dan tahun dan umumnya bermuara di S.
Palopo Bagian Barat dengan koordinat Saddang di sebelah barat wilayah studi.
118o45’00” – 120o30’00” BT dan Berdasarkan peta geologi regional
3o00’00” – 4o00’00” LS. Daerah Lembar Majene dan Bagian Barat Palopo
penelitian termasuk dalam wilayah Peta (Djuri dkk, 1998) menyebutkan bahwa
Geologi Lembar Compong, dengan titik daerah studi tersusun oleh beberapa
koordinat 120o05’00” – 120o09’00” BT formasi batuan yang bervariasi yaitu
dan 03o42’00” – 03o45’00” LS meliputi Formasi Latimojong (Kls), didominasi
daerah Sidrap yang termasuk dalam oleh batuan metamorf (metamorphic Sumber: Hasil Observasi, 2016
wilayah Propinsi Sulawesi Selatan rocks) berumur Kapur Akhir (Late
(Sukido dkk, 1997). Cretaceous), Formasi Toraja (Tets),
tersusun umumnya oleh batuan sedimen

2-4
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
3) Kondisi Kebencanaan KSPN
Toraja

Potensi kebencanaan di Kabupaten Tana


Toraja, meliputi :
a. Potensi bencana banjir di Kecamatan
Makale, Kecamatan Rantepao;
b. Potensi bencana longsor di Kecamatan
Sangalla’, Kecamatan Sangalla’ Selatan,
Kecamatan Sangalla’ Utara, Kecamatan
Mengkendek, , Kecamatan Makale Selatan;
Kec. Suloara, Kec. Balusu, Kec. Sesean dan
Kec. Tondang.
c. Potensi bencana gempa di Kecamatan
Makale Selatan, Kecamatan Masanda,
Kecamatan Sangalla’, dan Kecamatan
Sangalla’ Selatan.

Peta Geologi daerah Makale dan sekitarnya, disederhanakan dari peta geologi regional Lembar
Sumber: Hasil Observasi, 2016
Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo (Djuri, dkk. 1998).
Sumber : Kantor Kecamatan Rantepao, Tahun 2015

2-5
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4) Tata Guna Lahan KSPN Toraja
a) Tata Guna Lahan di Kabupaten Tana
Toraja
Rincian penggunaan lahan di Kabupaten Tana hutan rakyat inilah masyarakat Toraja dapat mengandung bahan galian tambang dengan
Toraja tahun 2010 dikategorikan kedalam dua memenuhi sebagian besar kebutuhan kayu- deposit yang cukup besar.
aspek, sebagai berikut: kayuan. Luasnya areal hutan berfunsi sebagai
1. Lahan kering (not wetland) dengan luas pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir, a) Tata Guna Lahan di Kabupaten Toraja
194.994 Ha, kategori lahan ini menyebar dan sangat memungkinkan untuk Utara
diseluruh kecamatan dan terluas di tiga pengembangan menjadi hutan wisata sebagai Berdasarkan data yang ada menunjukkan
Kecamatan, diantaranya Malimbong Balepe salah satu paket ekowisata/ekotourisme. bahwa penggunaan lahan di Kawasan
(20.831 Ha), Bonggakaradeng (20.530 Ha), Di sektor pertanian, penggunaan lahan area Perkotaan Rantepao terdiri dari permukiman,
Mengkendek (18.038 Ha). Penggunaan persawahan mencapai 10.761 Ha dengan fasilitas pelayanan sosial, perkebunan, hutan,
lahan kering ini diperuntukan sebagai areal dukungan pengairan yang cukup memadai. dan lahan kosong. Peruntukan lahan didominasi
hutan 41.595 Ha, tegalan dan perkebunan Luas penggunaan lahan untuk areal oleh lahan permukiman penduduk yaitu dengan
35.602 Ha, padang rumput 14.439 Ha, perkebunan dan tegalan mencapai hingga luas 574.3 ha atau 55.81%, sedangkan
pekarangan dan kolam 9.453 Ha, lainnya 35.602 Ha, dengan sebaran terluas berada di penggunaan lahan yang paling kecil adalah
93.907 Ha. Kecamatan Mengkendek 6.590 Ha, Masanda fasilitas pelayanan yaitu sekitar 10 ha atau 0.97
2. Lahan Sawah (wetland) dengan luas 10.761 5.426 Ha, Kecamatan Rembon 4.876, % dari total luas penggunaan lahan 1029 ha.
Ha, kategori penggunaan lahan ini hampir Kecamatan Bittuang 4.195 Ha, dan sisanya Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
merata disemua kecamatan. Penggunaan menyebar di 15 kecamatan lainnya. Pada III.5 dan gambar peta penggunaan lahan :
lahan ini diperuntukkan sebagai areal umumnya tanaman perkebunan yang cukup Tabel 2.7 Pola Penggunaan Lahan di Kawasan
persawahan dengan perincian : pengairan dominan di Kabupaten Tana Toraja adalah kopi Perkotaan Rantepao, Tahun 2014
sederhana PU seluas 521 Ha, pengairan arabica 2.351,00 ton pada tahun 2009 dan No
Jenis Penggunaan Luas
Persentase (%)
Lahan (Ha)
non PU 3.187 Ha, sawah tadah hujan dan coklat 2.277,00 ton pada tahun 2009. 1. Permukiman 574.3 55.81
lainnya seluas 7.053 Ha. Penggunaan kawasan alam lainnya di Tana 2. Fasilitas Pelayanan 10 0.97
Penggunaan lahan untuk areal hutan di Toraja merupakan areal pemukiman, 3. Sawah 211 20.50
4. Hutan 125 12.14
Kabupaten Tana Toraja masih tergolong cukup peternakan, perikanan, industri dan 5. Lahan Kosong 102.2 9.93
luas yang terdiri dari hutan lindung dan hutan perdagangan, serta pertambangan yang 6. Lain-lain 6.5 0.63
Jumlah 1.029 100
produksi (hutan negara). Selain hutan Negara terdapat pada lapisan tanah kawasan
Tana Toraja juga mempunyai hutan rakyat, dari pegunungan dan dataran rendah yang

2-6
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
5) Gambaran Perekonomian (PDRB,IPM,Kemiskinan,Potensi SDA) KSPN Toraja

a. Gambaran Umum Kondisi dasar harga berlaku tahun 2013 telah peningkatan pertumbuhan ekonomi secara riil
Perekonomian Kabupaten Tana Toraja mencapai 2.568.003,03 juta rupiah dengan dan sekaligus mengindikasikan adanya
Nilai PDRB dari masing-masing sektor laju perkembangan sebesar 17,25 persen, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
terhadap total PDRB Kabupaten Tana rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar makro.
Toraja berfluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi 18,18 persen. Pada tahun 2010 nilai PDRB Kabupaten Tana
bila dilihat dari kualitatifnya (persentase Atas dasar harga konstan nilai PDRB mencapai Toraja sebesar Rp.1.259.215,83 dan dari
besarnya) peranan masing-masing sektor relatif 830.587,68 juta rupiah dengan tingkat tahun ke tahun terus meningkat hingga
tetap. Tabel II.43, memberikan gambaran pertumbuhan 7,57 persen dan selama 5 tahun pada tahun 2014 nilai PDRB Tana Toraja
bahwa nilai PDRB dalam 5 tahun terakhir terlihat terakhir rata-rata pertumbuhan sebesar 7,18 sebesar Rp.1.891.673,32 .
selalu mengalami kenaikan. Nilai PDRB atas persen per tahun. Hal ini menunjukkan adanya

Tabel 2.8. Nilai PDRB, Perkembangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010– 2014

PDRB Harga Perkembangan PDRB Harga Pertumbuhan


Tahun
Berlaku Konstan
(1) (2) (3) (4) (5)
2010 1.259.215,83 12,83 623.229,88 6,10
2011 1.471.969,78 16,90 662.576,65 6,31
2012 1.798.453,29 21,91 714.819,46 7,88
2013 2.190.123,46 22,05 772.845,17 8,02

2014 *) 2.568.003.03 17,25 830.587,68 7,57

Rata – Rata xxx 18,18 xxx 7,18

Tabel di bawah ini menyajikan 5 tahun terakhir. Sektor Angkutan & pertumbuhan dari sektor lainnya
pertumbuhan ekonomi menurut Komunikasi, sektor Keuangan, dan masing-masing diatas 10 persen
lapangan usaha (sektor) selama Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran, sedangkan sektor yang lain
periode 2009 – 2013, dapat dilihat sektor bangunan dan sektor pertumbuhannya di bawah 10 persen.
bahwa pertumbuhan ekonomi setiap pertambangan memperlihatkan
sektor terlihat cukup bervariasi selama

2-7
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Struktur perekonomian atau distribusi
presentase masing masing sektor dari lima
tahun terakhir tidak mengalami perubahan
secara drastis, atau tidak mengalami
persaingan dari antar sektor, hanya
perubahan nilai presentasenya saja dari
sektor tersebut.

Gambar 2.1. PDRB Kabupaten Tana Toraja Atas Dasar harga Berlaku Dan Konstan Tahun
Dasar 2000, Tahun 2009- 2013

Demikian juga sektor Pertanian, sektor listrik, terakhir semua sektor rata-rata mengalami
gas & air bersih dan sektor industri peningkatan.
pengolahan. Namun selama lima tahun

Tabel 2.9. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Toraja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2010 – 2014 (persen)
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 2,59 2,83 7,72 6,75 3,97
2. Pertambangan 21,69 6,88 8,62 8,50 10,38
3. Industri Pengolahan 7,49 10,31 6,09 6,98 4,50
4. Listrik, Gas, & Air 12,93 10,92 7,00 9,57 8,37
5. Bangunan 5,76 8,23 13,09 9,72 11,42
6. Perdagangan, Restaurant, & Hotel 17,03 11,64 8,76 12,84 12,16
7. Angkutan &Telekomunikasi 12,22 15,60 8,78 14,57 14,26
8. Bank & Lembaga Keuangan 9,01 13,39 10,83 14,13 15,39
9. Jasa – Jasa 2,92 3,77 5,38 2,23 5,73
JUMLAH 6,10 6,31 7,88 8,02 7,57
Sumber: Hasil Observasi, 2016
Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja

2-8
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 2.10. Struktur Perekonomian Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
2000 di Kabupaten Tana Toraja Tahun
2010– 2014(%)
Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013 2014*)
Pertama,Pertanian merupakan sektor yang perdagangan mempunyai andil terbesar yaitu
paling besar mengambil peran dalam sebesar 20,18%.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
perekonomian Kabupaten Tana Toraja. Keempat, Sektor Keuangan, Persewaan,
Pertanian 43,39 41,97 41,91 41,41 40,03 Hal ini dapat dilihat dari besarnya dan Jasa Perusahaan menunjukkan
kontribusi terhadap pembentukan total PDRB peningkatan dari 7,17% pada tahun 2015
Pertambangan dan Kabupaten Tana Toraja pada tahun2015 yaitu menjadi 7,69% pada tahun 2013 Sub sektor
Galian 0,55 0,56 0,56 0,56 0,57 sebesar 33,14 persen. Sub sektor utama yang Sewa Bangunan, yang mempunyai kontribusi
menjadikan sektor ini berpotensi adalah sub terbesar sebanyak 3,87 % terhadap total
Industri Pengolahan 4,35 4,44 4,44 4,40 4,27 sektor Tanaman Bahan Makanan dan PDRB.
Perkebunan yang mempunyai andil sebesar Kelima, adalah Sektor Angkutan dan
Listrik, Gas dan Air 0,55 0,57 0,57 0,57 0,58 27,70persen terhadap total PDRB. Besarnya Komunikasi memiliki kontribusi 5,40%
Bangunan/Konstruksi 4,57 4,87 4,87 4,95 5,13 andil sub sektor ini ditunjang pula oleh terhadap PDRB. Sektor Angkutan ini
banyaknya penduduk yang berusaha di meningkatsekitar 0,32%, dari tahun 2015
Perdagangan,
16,46 17,42 17,42 18,20 18,98 sektor pertanian. yaitu sekitar 5,08 persen.
Restaurant dan Hotel
Kedua, Sektor Jasa-jasa, pada tahun 2015 Keenam, adalah Sektor Bangunan, yang
Angkutan dan mempunyai peranan sebesar 20,96 persen memberikan andil sebesar 4,95% tahun 2012
Komunikasi 4,37 4,79 4,79 5,08 5,40 Angka ini menurun sekitar 0,98% bila meningkatsekitar 0,18% dibandingkan tahun
Bank dan Lembaga dibanding dengan andil pada tahun 2014 2013 yang mempunyai kontribusi sebesar
Keuangan Lainnya 6,19 6,78 6,78 7,17 7,69 yaitu sebesar 21,94%. Dari sektor ini, sub 5,13%.
sektor Tabel di bawah ini menyajikan distribusi
Jasa-jasa 19,57 18,66 18,66 17,66 17,36 Pemerintahan umum mempunyai andil persentase PDRB atas dasar harga konstan
Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja, Hasil 19,68% terhadap total PDRB. Sedangkan Tahun 2010– 2014(disajikan dalam bentuk
Penghitungan PDRB Sub sektor Swasta hanya tercatat sebesar ringkasan pengelompokan dari beberapa
1,28%. sektor). Pengelompokan ini membagi 9 sektor
Distribusi menurut harga berlaku, hampir sama Terbesar Ketiga adalah sektor tadi ke dalam 3 sektor Utama, yaitu
dengan harga konstan, dapat dilihat bahwa Perdagangan,Hotel& Restoran dengan Agriculture Sector (Sektor Pertanian),
terdapat 6 sektor (dari 9 sektor keseluruhan) kontribusi sebesar 21,94% pada tahun 2013 Manufacture Sector (Sektor Bangunan;
yang secara konsisten mempunyai andil besar angka ini meningkat sekitar (1,09%) Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik,
dalam pembentukan total PDRB di daerah ini. dibandingkan tahun 2015 yang berkontribusi Gas, dan Air Bersih;serta Sektor
sebesar 20,85%. Pada sektor ini, sub sektor Pertambangan dan Penggalian), dan

2-9
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Services Sector (Sektor Perdagangan, Tabel 2.11. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kabupaten Tana Toraja
Hotel, dan Restaurant; Sektor Angkutan dan Tahun 2009- 2013.
Komunikasi; Sektor Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan; serta Sektor Jasa-
jasa). Dari tabel 9.4 dapat dilihat bahwa
besarnya sumbangan Agliculture Sektor
sebesar 10,55 %, Manufacture Sektor
sebesar 40,03 %, dan Services Sektor
sebesar 49,42 %.
Dari peranan sektor tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa mayoritas penduduk
Kabupaten Tana Toraja bergerak pada
lapangan usaha Pertanian dan perdagangan.

PDRB Perkapita
Nilai PDRB Perkapita yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat kemakmuran rata-
rata masyarakat di suatu daerah pada kurun
waktu tertentu. Dari hasil penghitungan
perkapita masyarakat Kabupaten Tana Toraja,
menunjukkan adanya suatu peningkatan yang
baik dari tahun ke tahun.Pada tabel II.46 di
bawah ini terlihat bahwa secara absolut terjadi
peningkatan PDRB per kapita selama
periode2009- 2013, rata-rata selama 5 tahun
terakhir meningkat sebesar 17,36% pertahun.

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009-
2013. 2-10
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
B. IPM dan Angka Kemiskinan Tana Toraja
1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Paket komoditi kebutuhan dasar makanan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-
capaian pembangunan manusia berbasis padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. dan susu, sayuran, kacang-kacangan,
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun buah-buahan, minyak dan lemak, dll)
melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi 2. Garis Kemiskinan Non Makanan
tersebut mencakup umur panjang dan sehat; (GKNM) adalah kebutuhan minimum
pengetahuan, dan kehidupan yang layak. untuk perumahan, sandang,
Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian pendidikan dan kesehatan. Paket
sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk komoditi kebutuhan dasar non
mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi Sumber: Hasil Observasi, 2016
harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk di perkotaan dan 47 jenis komoditi di
mengukur dimensi pengetahuan digunakan pedesaan.
gabungan indikator angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah. Adapun untuk
mengukur dimensi hidup layak digunakan
indikator kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang
dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per
kapita sebagai pendekatan pendapatan yang
mewakili capaian pembangunan untuk hidup
layak.

2) Garis Kemiskinan (GK) Kab. Tana


Toraja
Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan
dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
1. Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan
dengan 2100 kilokalori perkapita perhari.

2-11
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
efisien bagi para pedagang hasil-hasil %. maka diproyeksikan pada tahun 2030
a) Gambaran Umum Kondisi bumi dan pedagang barang campuran nanti produk domestik regional bruto
Perekonomian Kabupaten Toraja lainnya. (PDRB) Kabupaten Toraja Utara akan
Utara Jenis fasilitas perdagangan lainnya yang menjadi sebesar ± 1.891.027,86
Salah satu pemicu kemajuan cukup tinggi intensitas kegiatannya
PDRB Kabupaten Toraja Utara Atas Dasar Harga Konstan
perekonomian wilayah adalah sehari-hari adalah pertokoan-pertokoan
Tahun 2011 - 2014 (Juta Rupiah)
ketersediaan prasarana ekonomi baik di sepanjang jalan utama di pusat Kota
yang berskala pelayanan wilayah Rantepao. Aktifitas perdagangan di
maupun berskala sub wilayah. kawasan ini seringkali memacetkan
Sementara kondisi saat ini telah tersedia lalulintas akibat banyaknya badan jalan
beberapa fasilitas perdagangan, baik dijadikan sebagai tempat parkir
yang berskala pelayanan wilayah kendaraan pembeli. Termasuk dalam
maupun sub wilayah. Untuk fasilitas deretan pertokoan di kawasan pusat
perdagangan skala wilayah tersedia di Kota Rantepao berupa bank-bank (ada 7
Kecamatan Tallunglipu dengan nama bank), dan jasa-jasa lainnya.
Pasar Bolu, didalamnya juga terdapat Lembaga ekonomi lainnya yang juga
Pasar Hewan (Ternak Besar), serta cukup banyak jumlahnya di wilayah
Terminal. Keberadaan Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah koperasi,
memang menjadi sangat penting, karena yang terdiri dari koperasi non KUD
hampir semua sub wilayah sebanyak 89 unit, dan KUD sebanyak 10
memanfaatkan fasilitas perdagangan ini unit. Kebaradaan lembaga ini juga
untuk memasarkan komoditi hasil sangat membantu masyarakat secara
pertanian sub-sub wilayah, dan luas, karena sistem pelayanannya yang
sebaliknya sebagai tempat memperoleh lebih mudah dijangkau masyarakat. Sub
bahan kebutuhan pokok masyarakat wilayah yang memiliki koperasi
sehari-hari. Daya tarik Pasar Bolu ini terbanyak berada di Kecamatan
terhadap sub-sub wilayah karena Rantepao yakni sebanyak 34 pada tahun
menjadi simpul pergerakan moda 2014, dan kebanyakan berupa koperasi
angkutan umum dari seluruh penjuru non KUD.
sub-sub wilayah, termasuk dari Kota Gambaran mengenai ekonomi makro
Makale dan Kota Palopo. Akses yang suatu wilayah kabupaten terindikasi dari Sumber : Toraja Utara Dalam Angka, 2015
tinggi ini menjadikan Pasar Bolu mudah kondisi Produk Domestik Regional Bruto
dijangkau dari seluruh penjuru wilayah, (PDRB) kabupaten tersebut. Data dari
sehingga menarik bagi penduduk untuk tahun tahun 2011-2014 menunjukkan
memasarkan hasil-hasil pertanian bahwa laju pertumbuhan ekonomi
mereka, demikian pula sebaliknya cukup Kabupaten Toraja Utara sebesar 8,775

2-12
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
C. Kondisi Sosial Budaya KSPN Toraja
a) Kondisi Sosial Budaya Kabupaten berakibat pada peningkatan terjadinya ketersediaan sarana, prasarana dan
Tana Toraja arus perpindahan penduduk dari tenaga kesehatan (tenaga medis dan
Pada tahun 2014 Jumlah sekolah pada desa/kampung yang ada di sub-sub paramedis). Data tahun 2008
jenjang SD/MI/SDLBmencapai 226 unit wilayah ke kota dimana terdapat fasilitas menunjukkan bahwa jumlah prasarana
dengan jumlah murid sebanyak 36.369 pendidikan menengah yang lebih kesehatan yang representatif di
dan1.337 tenaga pendidik. Sarana memadai. Perpindahan (urbanisasi) Kabupaten Toraja Utara ada sebanyak 21
berupa bangunan sekolah untuk jenjang umumnya hanya berlaku temporer yakni unit, yang terdiri dari : 1 unit Rumah Sakit
pendidikan SD dan SMP sudah terdapat terjadi dalam seminggu (hari sekolah) Swasta dengan 72 tempat tidur, 19 unit
disemua Kecamatan di Kab. Tana Toraja kemudian pada saat libur (hari sabtu dan Puskesmas, 27 unit Pustu, dan 36 unit
walaupun ada yang bertipe sekolah satu minggu) mereka balik ke kampung. Polindes.
atap. Sedangkan Untuk jenjang Fenomena tersebut menjadikan beban
pendidikan SMA, ada beberapa tersendiri bagi kawasan perkotaan (Kota
kecamatan yang belum memiliki SMA. Rantepao) terutama dalam hal penyediaan
Nilai APS (angka Partisipasi Sekolah) untuk sarana dan prasarana permukiman yang
sekolah SD sebesar 106,25 persen yang layak, dan berpotensi menimbulkan
berarti ada 6 persen penduduk tidak permukiman kumuh.
berusia 7-12 tahun yang masih duduk Kondisi saat ini jumlah fasilitas
dibangku SD ini disebabkan kasus anak pendidikan dasar dan menengah di
yang terlalu cepat masuk sekolah, Kabupaten Toraja Utara terdapat sebanyak
terlambat masuk sekolah dan mengulang. 183 unit Sekolah Dasar (SD), 48 unit
Sedangkan nilai APM SD 96,33 persen Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),
yang berarti sebanyak 96% penduduk usia dan 34 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
7-12 tahun bersekolah di SD. (SLTA). Adapun sub wilayah yang memiliki
fasilitas pendidikan dasar dan menengah
b) Kondisi Sosial Budaya Kabupaten terbanyak adalah di Kecamatan Rantepao
Toraja Utara (ibukota kabupaten) yakni 11 unit SD, 4
Kondisi persebaran prasarana pendidikan unit SLTP, dan 14 unit SLTA. Sementara
secara umum di Kabupaten Toraja masih sub wilayah yang minim jumlah fasilitas
belum merata secara berkeadilan pendidikan adalah Kecamatan Awan Rante
kesegenap sub-sub wilayah (kecamatan- Karua yakni hanya 6 unit SD, dan 1 unit
kecamatan), terlihat lebih terkonsentrasi SLTP
pada pusat perkotaan utama yakni di Kota Kabupaten Toraja Utara dalam bidang
Rantepao dan sekitarnya. Kesenjangan kesehatan relatif cukup baik untuk sebuah
ketersediaan fasilitas pendidikan ini daerah kabupaten baru. Ini terlihat dari

2-13
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
2-14
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
2.3. Profil Destinasi Wisata di Kawasan Pariwisata Pegunungan dan Budaya
2.3.1. Profil Potensi Destinasi Wisata Pegunungan di KSPN Toraja
1) Kawasan Wisata Kuburan Adat Lemo terdapat sekitar 75 lubang kuburan, tiap-tiap jalan raya yang menghubungkan kota Makale
Lemo merupakan kuburan yang dibentuk di lubang merupakan kuburan satu keluarga. dan kota Rantepao.
dinding bukit dan awalnya khusus diperuntukan Mayat dimasukkan ke dalam lubang dengan
bagi bangsawan suku Toraja. Ada lebih dari 70 tangga atau ditarik dengan tali. Ukuran lubang 2) Kawasan Wisata Silanan
buah lubang batu kuno menempel di cukup besar, sekitar 3 meter kali 5 meter. Untuk Sillanan adalah nama sebuah perkampungan
dindingnya dan padanya disimpan patung kayu membuat lubang.Di dinding tebing berderet tradisional masyarakat Toraja. Desa Sillanan,
(tao-tao | tau-tau) sebagai representasi dari banyak tau-tau (patung orang yang Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana
mereka yang sudah meninggal. Tidak semua meninggal), jumlahnya sekitar 40 buah. Adanya Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
orang Toraja bisa dibuatkantao-tao, hanya tau-tau ini menunjukkan bahwa kuburan ini Perkampungan yang struktur tanahnya
kalangan bangsawan saja yang berhak merupakan kuburan orang-orang kaya, karena berbatu-batu ini dihuni oleh penduduk yang
dibuatkan tao-tao dan itu pun setelah untuk membuat tau-tau harus dipenuhi bekerja sebagai petani kopi, dan terletak sekitar
memenuhi persyaratan adat. berbagai syarat antara lain menyembelih 35 kilometer ke arah selatan Rantepao.
Nama Lemo sendiri berarti jeruk, itu kerbau sebanyak 24 ekor.Terletak di sebelah Di tempat ini terdapat bangunan-bangunan
dimaksudkan pada gua batu terbesarnya yang utara kota Makale, masuk ke arah timur dari megalit berupa menhir maupun kubur batu
berbentuk bundar menyerupai buah jeruk, yang berkaitan dengan tradisi dan upacara-
lubang-lubang kuburannya seakan membentuk upacara adat masyarakat Toraja yang hingga
pori-pori buah jeruk. Menurut penuturan kini masih diselenggarakan. Dari upacara-
masyarakat setempat, kuburan tertua di tempat upacara adat itu, wisatawan akan mendapatkan
ini adalah seorang tetua adat bernama Songgi gambaran mengenai fungsi dan peranan
Patalo. peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut
Untuk mencapai Lemo jaraknya sekira 11 km di terhadap kehidupan masyarakat setempat.
selatan Rantepao dan 7 km di utara Makale. Beberapa rumah tongkonan dan lumbung padi
Dari pusat Kota Rantepao dapat ditempuh yang berusia sangat tua pun masih bisa
sekira 15 menit dengan akses jalan desa berupa ditemukan di sini, sementara beberapa
aspal berbatu hingga berhenti diujung jalan. diantaranya sudah direnovasi akibat termakan
Tersedia lahan parkir cukup 5 mobil di depan Kuburan Adat Lemo usia.
Sumber: Hasil Observasi, 2016
toko penjual cenderamata. Di bukit batu ini

2-15
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
5) Kete Kesu
Untuk menuju tempat ini Anda hanya perlu
melanjutkan perjalanan sekira 5 kilometer dari
pust Kota Rentepao atau 14 kilometer dari
sebelah utara Kota Makale. Kawasan Kete Kesu
tepatnya berada di Kampung Bonoran,
Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan
Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi .

Desa Adat Silanan Kota Makale


Sumber: Hasil Observasi, 2016 Sumber: Hasil Observasi, 2016
Desa Sillanan juga menawarkan pemandangan
alam yang indah dan agrowisata kopi dan sayur 4) Londa
mayur. Sillanan dapat dicapai dengan Kuburan Londa adalah kuburan pada sisi batu
menggunakan angkutan umum Makale – karang terjal , salah satu sisi dari kuburan itu
Mebali. Lalu perjalanan bisa dilanjutkan dengan berada di ketinggian dari bukit mempunyai gua
angkutan Mebali -Sillanan, naik ojek atau yang dalam dimana peti-peti mayat di atur dan
berjalan kaki. Di sekitar perkampungan ini, di kelompokkan berdasarkan garis keluarga. Kampung Adat Kete Kesu
terdapat juga pemondokan untuk wisatawan. Sumber: Hasil Observasi, 2016
Sementara enam kilometer dari Sillanan,ada
hotel bintang tiga.
6) Kubur Batu Tertua
3) Makale Setiap wisatawan yang ke Toraja, akan
Makale adalah sebukecamatan yang juga menyempatkan diri berkunjung ke objek wisata
merupakan pusat pemerintahan (ibukota) yang masih menyimpan panorama
Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi, Indonesia. kepurbakalaan berupa kuburan batu yang
Kota Makale berjarak sekitar 310 km dari diperkirakan berusia sekitar 500 tahun bahkan
Makassar. Perajalan ke kota kecil ini dapat lebih tua lagi. Di tempat ini, wisatawan akan
dicapai dengan bis selama 7 jam atau dengan mudah menyaksikan tumpukan tulang-
menggunakan pesawat Casa selama 30 menit. belulang dan tengkorak manusia yang disimpan
Makale terletak di ketinggian sekitar 1500 dpl dalam sebuah wadah. Wadah penyimpanan
sehingga udara di kota ini sangat sejuk. Kuburan Batu Londa tulang-belulang ini menyerupai sampan atau
Kehidupan sehari-hari masyarakat masih Sumber: Hasil Observasi, 2016 perahu. Selain tumpukan tulang-belulang,
banyak dipengaruhi oleh adat istiadat Toraja beberapa kuburan ‘megah’ milik para
sehingga tempat ini sangat bagus untuk bangsawan dengan desain yang cukup unik
dijadikan tempat berlibur. juga dapat dijumpai di tempat ini. Puluhan

2-16
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
bahkan ratusan hasil kerajinan tangan dan 8) Batu Tumonga
senjata tajam khas masyaraat Toraja juga Batu tumonga terletak di lereng Gunung Sesean
dijajakan di sekitar lokasi wisata Kete Kesu. yang merupakan gunung tertinggi di toraja,
Batutumonga menjadi tempat peristirahatan
untuk menikmati hawa dingin pegunungan
toraja sekalian pemandangan alam yang
menakjubkan. Batu tumonga hanya 22 km di
sebelah utara kota Rantepao, yang dapat
ditempuh dalam waktu satu hingga satu
setengah jam dengan kendaraan bermotor.
Suaya Kuburan Raja-raja Sangalla
Sumber: Hasil Observasi, 2016
Kubur Batu Tertua
Sumber: Hasil Observasi, 2016
10) Kuburan Bayi Kambira di Sangalla
Kuburan bayi ini disebut Passiliran, Lokasi
7) Pallawa
Pekuburan Bayi ini di Kambira. Hanya Bayi yang
Pallawa adalah salah satu desa Tana Toraja
meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan
yang terkenal akan barisan Tongkanan (rumah
di dalam sebuah lubang di pohon Tarra‘. Bayi
tradisional Toraja) yang masih terjaga
Batu Tumongga bayai tersebut dianggap masih suci. Pilihan
kelestariannya walaupun sudah berdiri selama
Sumber: Hasil Observasi, 2016 Pohon Tarra‘ sebagai pekuburan karena pohon
ratusan tahun. Jajaran Tongkanan yang
ini memiliki banyak getah, yang dianggap
nampak gagah berhadapan dengan
sebagai pengganti air susu ibu. Dan mereka
jajaran alang atau lumbung padi yang 9) Suaya Kuburan Raja-raja Sangalla
menganggap seakan akan bayi tersebut
sederhana, membuat aura etnik desa ini Suaya adalah Kuburan Raja-raja Sangalla’.
dikembalikan ke rahim ibunya. Dan berharap,
menjadi sangat kental. Kuburan ini berada di salah satu sisi bukit di
pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan
Sangalla’. Dipahat sebagai tempat beristirahat
menyelamatkan bayi-bayi yang lahir kemudian.
dari tujuh raja dan keluarga kerajaan Sangalla’.
Tau-tau dari Raja-raja dan keluarga raja
berpakaian sesuai dengan pakaian adat raja
Toraja di tempatkan dimuka kuburan batu.
Tangga batu tersedia untuk naik ke bukit
dimana raja dikala hidupnya menggunakannya
untuk bersepi-sepi, ditempat itu akan dibuat
museum untuk menempatkan harta kekayaan
dari raja-raja Sangalla’.

Desa Adat Pallawa


2-17
Sumber: Hasil Observasi, 2016
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
12) Kampung Marante 14) Makula
Marante adalah sebuah kampung yang memiliki Mata air panas Makula telah diolah menjadi
banyak tongkonan dan lumbung padi yang obyek wisata yang menarik dan banyak
besar dan bukit karang yang besar berisi dikunjungi wisatawan domestik maupun asing.
kuburan batu dan bergantung yang disebut oleh Tak lengkap bila tak ke Makula. Nyaman sekali
penduduk setempat “Erong”. mandi air panas alam di tengah suhu Toraja
yang dingin.
Makula terletak di Sangalla, sekitar 24 kilometer
sebelah selatan kota Rantepao atau lima enam
kilometer di sebelah barat kota Makale, Tana
Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Kampung Adat Marante


Sumber: Hasil Observasi, 2016

Kuburan Bayi Kambira di Sangalla


Sumber: Hasil Observasi, 2016
13) Lokomata
Di salah satu wilayah di Toraja, tepatnya di
11) Kampung Buntao
sekitar desa Loko’mata – Batu tumonga,
Buntao adalah kampung yang sangat menarik
penduduk biasanya memakamkan kerabatnya
untuk dikunjungi khususnya di waktu hari
di batu-batu cadas. Batu cadas itu terlebih
pasar. Buntao mempunyai patane, yaitu Kolam Air Panas Makula
dahulu sudah dibuat lobang sesuai dengan
kuburan yang berbentuk rumah Toraja. Dan di
ukuran yang sesuai, Satu batu cadas yang besar Sumber: Hasil Observasi, 2016
atas bukit disekitar kampung banyak terdapat
kuburan tua.
15) Bori
Bori adalah tempat di mana pengunjung akan
menemukan ratusan megalith kuno yang
digunakan penduduk setempat untuk
mengadakan upacara pemakaman. Ada 114
megalith di sini dan megalith tertinggi tercatat
setinggi sekitar 7 meter.
Kuburan Batu Lokomata
Sumber: Hasil Observasi, 2016
Kampung Buntao
Sumber: Hasil Observasi, 2016 2-18
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Batu Megalith Bori
Sumber: Hasil Observasi, 2016

16) Karrasik
Rante Karrasik, lokasinya di tengah
perkampungan. Menhir-menhir besar dari
jaman dulu di bukit menanjak begitu menyihir
saya ketika pertama kali menginjakkan kaki dan
melihatnya, hanya ada satu buah bangunan
yang menyerupai Tongkonan (Rumah Adat
Toraja).

Batu Menhir Karrasik


Sumber: Hasil Observasi, 2016

2-19
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari suku Toraja, yang tinggal di daerah dataran
Agama Hindu Dharma. tinggi dikenali berdasarkan desa mereka dan
2.3.2. Profil Budaya di KSPN Toraja Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, tidak beranggapan sebagai kelompok yang
A. Identitas Etnis yang berarti "orang yang berdiam di negeri sama. Meskipun ritual-ritual menciptakan
atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai hubungan diantara desa-desa ada banyak
suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja keragaman dalam dialek, hierarki sosial, dan
terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat berbagai praktik ritual di kawasan dataran tinggi
tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual Sulawesi. "Toraja" (dari bahasa pesisir ke, yang
pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial berarti orang, dan Riaja, dataran tinggi)
yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan pertama kali digunakan sebagai sebutan
orang dan berlangsung selama beberapa hari. penduduk dataran rendah untuk penduduk
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di dataran tinggi. Akibatnya, pada awalnya
desa-desa otonom. Mereka masih menganut "Toraja" lebih banyak memiliki hubungan
animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. perdagangan dengan orang luar seperti suku
Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda Bugis dan suku Makassar yang menghuni
datang dan menyebarkan agama Kristen. sebagian besar dataran rendah di Sulawesi
Setelah semakin terbuka kepada dunia luar daripada dengan sesama suku di dataran tinggi.
pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja Kehadiran misionaris Belanda di dataran tinggi
Sumber: Hasil Observasi, 2016 menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja memunculkan kesadaran etnis Toraja di
Toraja dimanfaatkan oleh pengembang wilayah Sa'dan Toraja dan identitas bersama ini
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. tumbuh dengan bangkitnya pariwisata di Tana
Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an Toraja. Sejak itu, Sulawesi Selatan memiliki
pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan,
Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 mengalami transformasi budaya dari empat kelompok etnis utama, yaitu suku Bugis
juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih masyarakat berkepercayaan tradisional dan (kaum mayoritas, meliputi pembuat kapal dan
agraris menjadi masyarakat yang mayoritas pelaut), suku Makassar (pedagang dan pelaut),
tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten
Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. beragama Kristen dan mengandalkan sektor suku Mandar (pedagang dan nelayan), dan
Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen pariwisata yang terus meningkat. suku Toraja (petani di dataran tinggi).
Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara
sementara sebagian menganut Islam dan
kepercayaan animisme yang dikenal sebagai jelas mengenai diri mereka sebagai sebuah
Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah kelompok etnis sebelum abad ke-20. Sebelum
penjajahan Belanda dan masa pengkristenan,

2-20
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
B. Sejarah menambatkan perahunya dan membuat rumah
Tator aslinya mempunyai nama tua yang pertama kali dinamai Bamba Puang artinya
dikatakan dalam literatur kuna mereka sebagai pangkalan pusat pemilik perahu sampai
"Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' sekarang. Hingga kini kita akan melihat
Allo"nyang berarti negeri dengan pemerintahan disekitar Ranteapo terdapat beberapa Bamba
dan masyarakat berketuhanan yang bersatu Puang milik keluarga-keluarga paling
utuh bulat seperti bulatnya matahari dan bulan. berpengaruh dan terkaya disitu yang
Agama asli nenek moyang mereka adalah Aluk mendirikan Tongkonan (rumah adat Tator)
Todolo yang berasal dari sumber Negeri beserta belasan lumbung padinya. Setiap
Marinding Banua Puan yang dikenal dengan Tongkonan satu keluarga besar dihiasi oleh
sebutan Aluk Pitung Sa'bu Pitung Pulo. Ketika puluhan tanduk kerbau yg dipakai untuk
Belanda masuk, agama Aluk Todolo tergeser menjelaskan status sosial dalam strata Sumber: Hasil Observasi, 2016
oleh missionaris Kristen yang menyebarkan masyarakat adat. Tongkonan itulah yang
agama diwilayah ini. Namun adat istiadat yang menjadi atraksi budaya dan menjadi obyek foto
berakar pada konsep Aluk Todolo hingga kini ratusan turis yang mendatangi tator. Kelas Sosial
masih dijalankan. Kita masih akan menikmati Dalam masyarakat Toraja awal, hubungan
pertunjukan upacara kematian masyarakat C. Masyarakat keluarga bertalian dekat dengan kelas sosial.
tator sebagai pengaruh kuat dari agama nenek Keluarga Ada tiga tingkatan kelas sosial: bangsawan,
moyang mereka. Keluarga adalah kelompok sosial dan politik orang biasa, dan budak (perbudakan
Menurut data sejarah, penduduk yang pertama- utama dalam suku Toraja. Setiap desa adalah dihapuskan pada tahun 1909 oleh pemerintah
tama menduduki/mendiami daerah Toraja pada suatu keluarga besar. Setiap tongkonan Hindia Belanda). Kelas sosial diturunkan melalui
zaman purba adalah penduduk yang bergerak memiliki nama yang dijadikan sebagai nama ibu. Tidak diperbolehkan untuk menikahi
dari arah Selatan dengan perahu. Mereka desa. Keluarga ikut memelihara persatuan perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi
datang dalam bentuk kelompok yang dinamai desa. Pernikahan dengan sepupu jauh (sepupu diizinkan untuk menikahi perempuan dari kelas
Arroan (kelompok manusia). Setiap Arroan keempat dan seterusnya) adalah praktek umum yang lebih tingi, ini bertujuan untuk
dipimpin oleh seorang pemimpin yang dinamai yang memperkuat hubungan kekerabatan.Suku meningkatkan status pada keturunan
Ambe' Arroan (Ambe' = bapak, Arroan = Toraja melarang pernikahan dengan sepupu berikutnya. Sikap merendahkan dari
kelompok). Setelah itu datang penguasa baru dekat (sampai dengan sepupu ketiga) kecuali Bangsawan terhadap rakyat jelata masih
yang dikenal dalam sejarah Toraja dengan untuk bangsawan, untuk mencegah dipertahankan hingga saat ini karena alasan
nama Puang Lembang yang artinya pemilik penyebaran harta. Hubungan kekerabatan martabat keluarga.
perahu, karena mereka datang dengan berlangsung secara timbal balik, dalam artian Kaum bangsawan, yang dipercaya sebagai
mempergunakan perahu menyusuri sungai- bahwa keluarga besar saling menolong dalam keturunan dari surga, tinggal di tongkonan,
sungai besar. Pada waktu perahu mereka sudah pertanian, berbagi dalam ritual kerbau, dan sementara rakyat jelata tinggal di rumah yang
tidak dapat diteruskan karena derasnya air saling membayarkan hutang. lebih sederhana (pondok bambu yang disebut
sungai dan bebatuan, maka mereka banua). Budak tinggal di gubuk kecil yang
membongkar perahunya untuk dijadikan dibangun di dekat tongkonan milik tuan
tempat tinggal sementara. Tempat mereka mereka. Rakyat jelata boleh menikahi siapa saja

2-21
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
tetapi para bangsawan biasanya melakukan D. Kebudayaan Tongkonan kehidupan yang merupakan landasan dari
pernikahan dalam keluarga untuk menjaga Rumah Adat Toraja disebut Tongkonan. kebudayaan orang Toraja itu sendiri.
kemurnian status mereka. Rakyat biasa dan Tongkonan sendiri mempunyai arti tongkon Dalam pembangunan rumah adat Tongkonan
budak dilarang mengadakan perayaan “duduk“, tempat “an” bisa dikatakan tempat ada hal-hal yang mengikat atau hal yang di
kematian. Meskipun didasarkan pada duduk tetapi bukan tempat duduk arti yang haruskan dan tidak boleh di langgar,
kekerabatan dan status keturunan, ada juga sebenarnya melainkan tempat orang di desa yaitu Rumah harus menghadap ke utara, letak
beberapa gerak sosial yang dapat memengaruhi untuk berkumpul, bermusyawarah, dan pintu di bagian depan rumah, dengan
status seseorang, seperti pernikahan atau menyelesaikan masalah-masalah adat. Hampir keyakinan bumi dan langit merupakan satu
perubahan jumlah kekayaan. Kekayaan semua rumah orang Toraja menghadap ke arah kesatuan dan bumi dibagi dalam 4 penjuru mata
dihitung berdasarkan jumlah kerbau yang utara, menghadap ke arah Puang Matua angin, yaitu:
dimiliki. sebutan orang toraja bagi Tuhan Yang Maha 1. Utara disebut Ulunna langi, yang paling
Budak dalam masyarakat Toraja merupakan Esa. Selain itu untuk menghormati leluhur mulia di mana Puang Matua berada
properti milik keluarga. Kadang-kadang orang mereka dan dipercaya akan mendapatkan (keyakinan masyarakat Toraja).
Toraja menjadi budak karena terjerat utang dan keberkahan di dunia ini. Daerah Tana Toraja 2. Timur disebut Matallo, tempat metahari
membayarnya dengan cara menjadi budak. umumnya merupakan tanah pegunungan kapur terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau
Budak bisa dibawa saat perang, dan dan batu alam dengan ladang dan hutan yang kehidupan.
perdagangan budak umum dilakukan. Budak masih luas, dilembahnya terdapat hamparan 3. Barat disebut Matampu, tempat metahari
bisa membeli kebebasan mereka, tetapi anak- persawahan. Tongkonan sendiri bentuknya terbenam, lawan dari kebahagiaan atau
anak mereka tetap mewarisi status budak. adalah rumah panggung yang dibangun dari kehidupan, yaitu kesusahan atau
Budak tidak diperbolehkan memakai perunggu kombinasi batang kayu dan lembaran papan. kematian.
atau emas, makan dari piring yang sama Kalau diamati, denahnya berbentuk persegi 4. Selatan disebut Pollo’na langi, sebagai
dengan tuan mereka, atau berhubungan panjang mengikuti bentuk praktis dari material lawan bagian yang mulia, tempat melepas
seksual dengan perempuan merdeka. Hukuman kayu. Material kayu dari kayu uru, sejenis kayu segala sesuatu yang tidak baik / angkara
bagi pelanggaran tersebut yaitu hukuman mati. lokal yang berasal dari Sulawesi. Kualitas murka.
kayunya cukup baik dan banyak ditemui di Pembangunan rumah tradisional Toraja
hutan-hutan di daerah Toraja. Kayu di biarkan biasanya dilakukan secara gotong royong.
asli tanpa di pelitur atau pernis. Rumah Adat Toraja di bedakan menjadi 4
Rumah Toraja / Tongkonan ini dibagi menjadi 3 macam:
bagian yang pertama kolong (Sulluk Banua),
kedua ruangan rumah (Kale Banua) dan ketiga 1. Tongkonan Layuk, rumah adat tempat
atap (Ratiang Banua). Pada bagian atap, membuat peraturan dan penyebaran
bentuknya melengkung mirip tanduk kerbau. Di aturan-aturan.
sisi barat dan timur bangunan terdapat jendela 2. Tongkonan Pakamberan atau Pakaindoran,
kecil, tempat masuknya sinar matahari dan rumah adat tempat melaksanakan aturan-
aliran angin. Memiliki latar belakang arsitektur aturan. Biasanya dalam satu daerah
rumah tradisional Toraja menyangkut falsafah terdapat beberapa tongkonan, yang

Sumber: Hasil Observasi, 2016


2-22
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
semuanya bertanggung jawab pada atau rumpun keluarga yang punya nilai magis. antara lain burung bangau (motif Korong),
Tongkonan Layuk. Ukiran-ukiran Toraja itu diyakini memiliki motif bebek ( Kotte), Anjing ( motif Asu),
3. Tongkonan Batu A’riri, rumah adat yang kekuatan alam atau supranatural tertentu. Kerbau ( Tedong), Babi ( Bai) dan ayam (
tidak mempunyai peranan dan fungsi adat, Pa’manuk Londong).
hanya sebagai tempat pusat pertalian Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motifnya
keluarga. biasanya adalah hewan dan tanaman yang
4. Barung-barung, merupakan rumah pribadi. melambangkan kebajikan, contohnya tanaman
Setelah beberapa turunan (diwariskan), air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting
kemudian disebut Tongkonan Batu A’riri. dan kecebong yang melambangkan kesuburan.
lambangkan kerbau atau kekayaan, sebagai
Bangsawan Toraja yang memiliki Tongkonan harapan agar suatu keluarga memperoleh
umumnya berbeda dengan Tongkonan dari banyak kerbau. Panel tengah melambangkan
orang biasanya. Perbedaan ini bisa kita lihat simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua
pada bagian rumah terdapat tanduk kerbau Sumber: Hasil Observasi, 2016 keturunan keluarga akan bahagia dan hidup
yang disusun rapi menjulang ke atas, semakin dalam kedamaian, seperti barang-barang yang
tinggi atau banyak susunan tanduk kerbau Diperkirakan, tidak kurang dari 67 jenis tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian
tersebut semakin menukjukkan tinggi dan ukiran dengan aneka corak dan makna. Warna- kiri atas dan kanan atas melambangkan hewan
penting status sosial si pemilik rumah. warna yang dominan adalah merah, kunig, air, menunjukkan kebutuhan untuk bergerak
Kenapa harus tanduk Kerbau? bagi orang putih dan hitam. Semua sumber warna berasal cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang
Toraja, kerbau selain sebagai hewan ternak dari tanah liat yang disebut Litak kecuali warna bergerak di permukaan air. Hal Ini juga
mereka juga menjadi lambang kemakmuran hitam yang berasal dari jelaga atau bagian menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian
dan status. Oleh sebab itu tanduk atau dalam pisang muda. Pencipta awal mula ukiran- tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.
tengkorak kepala kerbau di pajang dan ukiran magis ini diyakini dari Ne’ Limbongan Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri
disimpan di bagian rumah karena sebagai tanda yang mana simbolnya adalah berupa lingkaran umum dalam ukiran kayu Toraja, selain itu
bawasannya keberhasilan si pemilik rumah berbatas bujur sangkar bermakna mata angin. ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris.
mengadakan sebuah upacara / pesta. Setiap pola ukiran abstrak punya nama dan Alam sering digunakan sebagai dasar ukiran
kisah antara lain motif “empat lingkaran yang dari ornamen Toraja, karena alam penuh
Ukiran Kayu ada dalam bujur sangkar” biasanya ada di dengan abstraksi dan geometri yang teratur.
Melihat Rumah Adat Tongkonan Toraja, yang pucuk rumah yang melambangkan kebesaran Ornamen Toraja dipelajari dalam
sangat menarik adalah variasi gambar dan dan keagungan. Makna yang terkandung dalam ethnomatematika dengan tujuan mengungkap
simbol yang diukir menghiasi semua bagiannya. simbol-simbol itu antara lain simbol kebesaran struktur matematikanya meskipun suku Toraja
Ukiran-ukiran tersebut untuk menunjukkan bangsawan ( motif paku), simbol persatuan membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran
konsep keagamaan dan sosial suku Toraja yang (motif lingkaran 2 angka delapan), simbol mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan
disebut Pa’ssura (Penyampaian). Oleh karena penyimpanan harta ( motif empat lingkaran bambu untuk membuat jelas ornamen
itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya berpotongan dan bersimpul) dll. Selain motif- geometris tersebut.
Toraja. Pola yang terukir memiliki makna motif abstrak itu, beragam pula pola-pola yang
dengan presentase simbol tertentu dari pemilik realistis mengikuti bentuk binatang tertentu

2-23
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Upacara Pemakaman maka semakin cepat pula rohnya sampai ke Jenazah dipindahkan dari rumah duka menuju
Di Tana Toraja tradisi menghormati kematian nirwana. tongkonan pertama (tongkonan tammuon),
dikenal dengan upacara Rambu Solo'. Upacara ini bagi masing-masing golongan yaitu tongkonan dimana ia berasal. Di sana
Persamaan dari ketiganya: ritual upacara masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai
kematian dan penguburan jenazah. Di Tana bangsawan yang meninggal dunia, maka kurban atau dalam bahasa Torajanya
Toraja sendiri memiliki dua upacara adat besar jumlah kerbau yang akan dipotong untuk Ma'tinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan
yaitu Rambu Solo' dan Rambu Tuka. Rambu keperluan acara jauh lebih banyak dibanding khas orang Toraja, menebas kerbau dengan
Solo' merupakan upacara penguburan, untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau
sedangkan Rambu Tuka, adalah upacara adat keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah
selamatan rumah adat yang baru, atau yang berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor batu yang diberi nama Simbuang Batu. Setelah
baru saja selesai direnovasi. kerbau. Sedangkan warga golongan menengah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan dagingnya
diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir.
ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama Jenazah berada di tongkonan pertama
upacara sekitar 3 hari. (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu
Tapi, sebelum jumlah itu mencukupi jenazah keesokan harinya jenazah akan dipindahkan
tidak boleh dikuburkan di tebing atau di tempat lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas
tinggi. Makanya, tak jarang jenazah disimpan lagi, yaitu tongkonan barebatu, dan di sini pun
selama bertahun-tahun di Tongkonan (rumah prosesinya sama dengan di tongkonan yang
adat Toraja) sampai akhirnya keluarga pertama, yaitu penyembelihan kerbau dan
almarhum/ almarhumah dapat menyiapkan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-
hewan kurban. Namun bagi penganut agama orang yang berada di sekitar tongkonan
Sumber: Hasil Observasi, 2016 Nasrani dan Islam kini, jenazah dapat tersebut.
dikuburkan dulu di tanah, lalu digali kembali Seluruh prosesi acara Rambu Solo' selalu
Rambu Solo' merupakan acara tradisi yang setelah pihak keluarganya siap untuk dilakukan pada siang hari. Siang itu sekitar
sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan melaksanakan upacara ini. pukul 11.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita),
waktu berhari-hari untuk merayakannya. Bagi masyarakat Tana Toraja, orang yang kami semua tiba di tongkonan barebatu, karena
Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang sudah meninggal tidak dengan sendirinya hari ini adalah hari pemindahan jenazah dari
hari, saat matahari mulai condong ke barat dan mendapat gelar orang mati. Bagi mereka tongkonan barebatu menuju rante (lapangan
biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan sebelum terjadinya upacara Rambu Solo' maka tempat acara berlangsung).
bisa sampai dua minggu untuk kalangan orang yang meninggal itu dianggap sebagai Jenazah diusung menggunakan duba-duba
bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di orang sakit karena statusnya masih 'sakit' maka (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba
bagian atas tebing di ketinggian bukit orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat terdapat lamba-lamba (kain merah yang
batu. Karena menurut kepercayaan Aluk To dan diperlakukan layaknya orang yang masih panjang, biasanya terletak di depan keranda
Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja hidup, seperti menemaninya, menyediakan jenazah, dan dalam prosesi pengarakan, kain
dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan makanan, minuman dan rokok atau sirih. Hal- tersebut ditarik oleh para wanita dalam
Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin hal yang biasanya dilakukan oleh arwah, harus keluarga itu).
tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, terus dijalankan seperti biasanya.

2-24
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan Setelah jenazah sampai di lakkien, acara kedua pemakaman, tarian prajurit Ma'randing
barebatu menuju rante dilakukan setelah selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu ditampilkan untuk memuji keberanian
kebaktian dan makan siang. Barulah keluarga sanak saudara yang datang dari penjuru tanah almarhum semasa hidupnya. Beberapa orang
dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. air. Pada sore hari setelah prosesi penerimaan pria melakukan tarian dengan pedang, prisai
Para laki-laki yang mengangkat keranda tamu selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi besar dari kulit kerbau, helm tanduk kerbau,
tersebut, sedangkan wanita yang menarik para keluarga dan para tamu undangan yang dan berbagai ornamen lainnya. Tarian
lamba-lamba. datang, dengan mempertontonkan ma'pasilaga Ma'randing mengawali prosesi ketika jenazah
Dalam pengarakan terdapat urut-urutan yang tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya dibawa dari lumbung padi menuju rante,
harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita para penonton, karena selama upacara Rambu tempat upacara pemakaman. Selama upacara,
akan lihat orang yang membawa gong yang Solo', adu hewan pemamah biak ini merupakan para perempuan dewasa melakukan tarian
sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu acara yang ditunggu-tunggu. Ma'katia sambil bernyanyi dan mengenakan
(atau yang biasa kita kenal dengan umbul- Selama beberapa hari ke depan penerimaan kostum baju berbulu. Tarian Ma'akatia
umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada tamu dan adu kerbau merupakan agenda acara bertujuan untuk mengingatkan hadirin pada
barisan tedong (kerbau) diikuti dengan lamba- berikutnya, penerimaan tamu terus kemurahan hati dan kesetiaan almarhum.
lamba dan yang terakhir barulah duba-duba. dilaksanakan sampai semua tamu-tamunya Setelah penyembelihan kerbau dan babi,
Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante berada di tempat yang telah disediakan yaitu sekelompok anak lelaki dan perempuan
(lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), lantang yang berada di rante. Sore harinya bertepuk tangan sambil melakukan tarian ceria
di sana sudah berdiri lantang (rumah sementara selalu diadakan adu kerbau, hal ini merupakan yang disebut Ma'dondan.
yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah hiburan yang digemari oleh orang-orang Tana
diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi Toraja hingga sampai pada hari penguburan.
sebagai tempat tinggal para sanak keluarga Baik itu yang dikuburkan di tebing maupun yang
yang datang nanti. Karena selama acara di patane' (kuburan dari kayu berbentuk rumah
berlangsung mereka semua tidak kembali ke adat).
rumah masing-masing tetapi menginap di
lantang yang telah disediakan oleh keluarga Musik dan Tarian
yang sedang berduka. Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa
Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante acara, kebanyakan dalam upacara penguburan.
yang nantinya akan diletakkan di lakkien Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka
(menara tempat disemayamkannya jenazah cita, dan untuk menghormati sekaligus Sumber: Hasil Observasi, 2016
selama prosesi berlangsung). Menara itu menyemangati arwah almarhum karena sang
merupakan bangunan yang paling tinggi di arwah akan menjalani perjalanan panjang
Seperti di masyarakat agraris lainnya,
antara lantang-lantang yang ada di rante. menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok
suku Toraja bernyanyi dan menari selama
Lakkien sendiri terbuat dari pohon bambu pria membentuk lingkaran dan menyanyikan
musim panen. Tarian Ma'bugi dilakukan untuk
dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah lagu sepanjang malam untuk menghormati
merayakan Hari Pengucapan Syukur dan tarian
dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya almarhum (ritual terseebut disebut Ma'badong).
Ma'gandangi ditampilkan ketika suku Toraja
akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor Ritual tersebut dianggap sebagai komponen
sedang menumbuk beras. Ada beberapa tarian
kerbau yang akan ditebas. terpenting dalam upacara pemakama. Pada hari

2-25
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
perang, misalnya tarian Manimbong yang lain melalui proses transmigrasi, yang
dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu
tarian Ma'dandan oleh perempuan. Agama Aluk adalah penyebab utama dari keragaman dalam
mengatur kapan dan bagaimana suku Toraja bahasa Toraja.
menari. Sebuah tarian yang disebut Ma'bua
hanya bisa dilakukan 12 tahun sekali. Ma'bua
adalah upacara Toraja yang penting ketika
pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan
menari di sekeliling pohon suci.
Alat musik tradisional Toraja adalah suling
bambu yang disebut Pa'suling. Suling berlubang
enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti
pada tarian Ma'bondensan, ketika alat ini
dimainkan bersama sekelompok pria yang
menari dengan tidak berbaju dan berkuku jari
panjang. Suku Toraja juga mempunyai alat
musik lainnya, misalnya Pa'pelle yang dibuat
dari daun palem dan dimainkan pada waktu
panen dan ketika upacara pembukaan rumah.

E. Bahasa
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di
Tana Toraja dengan Sa'dan Toraja sebagai
dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi
dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi
bahasa Toraja pun diajarkan di semua sekolah
dasar di Tana Toraja.
Ragam bahasa di Toraja antara lain Kalumpang,
Mamasa, Tae' , Talondo' , Toala' , dan Toraja-
Sa'dan, dan termasuk dalam rumpun bahasa
Melayu-Polinesia dari bahasa Austronesia. Pada
mulanya, sifat geografis Tana Toraja yang
terisolasi membentuk banyak dialek dalam
bahasa Toraja itu sendiri. Setelah adanya
pemerintahan resmi di Tana Toraja, beberapa
dialek Toraja menjadi terpengaruh oleh bahasa

2-26
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Profil Infrastruktur Dasar Pariwisata Kab. Tana Toraja dan toraja Utara

2-27
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Peta Wisata Prioritas KSPN Toraja

2-28
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Peta Jalur Pergerakan Wisatawan Menuju Toraja
2-29
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Peta Asal Wisatawan yang Menuju Toraja

2-30
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Profil Infrastruktur
3 Dasar dan Wilayah KSPN
3.1 Kondisi Infrastruktur Provinsi Sulawesi Selatan
I. Kondisi Infrastruktur Sumber Daya Air

U
n tuk Inf rastrukt ur Bidang S umb er Tabel 3.1. Bendung di Sulawesi Selatan Sebaran Irigasi
D aya Air, memb ah as men egan ai Lokasi
Sebaran Irigasi Bendung (Ha)
seb aran Bendu ng , Bendungan, dan Lokasi
Bendung (Ha)
Embung. Jelasnya dapat dilihat pada Koccikang Kab. Gowa 242
penjelasan dibawah ini. Tamanroya Kab. Jeneponto 497 Kampili Kab. Gowa 10.545
A. Bendung Belong Kab. Jeneponto 709 Aparang 1 Kab. Sinjai 1.049

B
endung (Bangunan Sadap) Kelara Kab. Jeneponto 7.004 Balaikia I & II Kab. Sinjai 851
atau Weir (Diversion Structure) Allu Kab. Jeneponto 447 Kalamisu Kab. Sinjai 2.032
m e r u p a k a n b a n g u n a n (komplek
Bokobulo Kiri Kab. Jeneponto 762 Bulumarapa Kab. Maros 482
bangunan) melintasi sungai yang berfungsi
mempertinggi elevasi air sungai dan Biangkeke V Kab. Bantaeng 723 Lekopancing Kab. Maros 3.626
membelokkan air agar dapat mengalir ke Panaikang III Kab. Bantaeng 233
Lekoballo Kab. Bone 240
saluran dan masuk ke sawah untuk Biangloe VI Kab. Bantaeng 700
keperluan irigasi. F u n g s i Bendung leangleang Kab. Maros 693
Beroanging Kab. Jeneponto 300
yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan Cambajawaya Kab. Maros 965
adalah sebagai berikut: Bettu Kab. Bulukumba 1.817
Batubesi Kab. Maros 6.513
 Untuk kebutuhan irigasi Kariu I Kab. Bantaeng 429
Sanrego Kab. Bone 9.457
 Untuk kebutuhan air minum Moti Kab. Bantaeng 764
Kab. Pangkajene
 S eb ag ai p emb an g k it en erg i Lean Lonrong 1.229
Jenemarrung Kab. Takalar 1.052 Kepulauan
 P emb ag i at au p en g end ali b an jir
Bontonyeleng Kab. Bulukumba 1.096 Ponreponre Kab. Bone 4.411
 Dan sebagai pembilas pada
berbagai keadaan debit sungai. Bayang Bayang Kab. Bulukumba 5.030 Kab. Pangkajene
Kajuara 300
Kepulauan
Bendung yang ad a di Provinsi Sulawesi Bontomanai Kab. Bulukumba 3.830
Kab. Pangkajene
Selatan berjumlah 48 Bendung yang Pamukkulu Kab. Takalar 5.204
Tabo tabo 8.615
Kepulauan
tersebar. Jelasnya dapat dilihat pada
Kadieng Kab. Bulukumba 638 Calirung Kab. Bone 542
tabel dibawah ini.
Jenetallasa Kab. Takalar 481 Kab. Pangkajene
Padaelo 2.958
Kepulauan
Bongki bongki Kab. Bulukumba 1.796
Pattiro Kab. Bone 4.970
Jeneberang Kab. Takalar 5.204
Kab. Pangkajene
Aparang 3 Kab. Sinjai 730 Parenreng 400
Kepulauan
Aparang Hulu Kab. Sinjai 1.174 Wollangi Kab. Bone 463

3-1
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Sebaran Irigasi Sebaran Irigasi Sebaran Irigasi
Lokasi Lokasi Lokasi
Bendung (Ha) Bendung (Ha) Bendung (Ha)

Bengo Kab. Bone 797 Sidenrengrappang Saluratte Kab. Tanatoraja 303


Jalanru Kab. Barru 122 Kab. Waedalle Kab. Tanatoraja 55
Tellang 480
Sidenrengrappang
Palakka Kab. Bone 4.633 Batualang Kab. Tanatoraja 135
Kab.
Bila/Kalola 4.342
Batubessi Kab. Barru 929 Sidenrengrappang
Padang Alipang Kota Palopo 1.200
Jalling Kab. Bone 1.777 Kab.
Benteng 15.195
Sidenrengrappang Lamasi Kab. Luwu 14.645
Lanca Kab. Bone 1.084
Awo Kab. Wajo 4.801 Makawa Kab. Luwu 2.600
Parote Kab. Soppeng 270
Salu dua Kab. Enrekang 168
Mamasa Kab. Luwu Utara 861
Langkeme Kab. Soppeng 6.708
Padang Lolo Kab. Pinrang 195
Unyi Kab. Bone 1.310 Bonebone Kab. Luwu Utara 2.817
Benteng Kab. Pinrang 42.931
Kiru Kiru Kab. Barru 628 Kuri kuri Kab. Luwu Utara 995
Kabere Kab. Enrekang 121
Tinco Kab. Soppeng 3.516 Kanjiro Kab. Luwu Utara
Pasolengan Kab. Pinrang 475 3.100
Leworeng Kab. Soppeng 2.258
Kalosi Kab. Pinrang 1.004 Kalaena Kab. Luwu Timur 17.584
Cilelang Kab. Wajo 1.113
Tembang Kab. Enrekang 350 Sumber : Diolah dari berbagai sumber tahun 2015
Lanrae Kab. Barru 810
Komba Kab. Luwu 600
Pammana Kab. Wajo 230
Mamasa Kab. Luwu 861
Layoroko Kab. Soppeng 912
Laranduk Kab. Luwu 672
Salobumne Kab. Soppeng 1.366
Kab. Pasui Kab. Enrekang 150
Bilokka 951
Sidenrengrappang Baraka Kab. Enrekang 359
Kab.
Wetteli 666 Bajo Kab. Luwu 7.000
Sidenrengrappang
Bakke Kab. Wajo 288 Lekomallin Kab. Enrekang 259
Belawa Kab. Wajo 1.620 Samaturu Kab. Enrekang 105
Kab.
Alakarajae 1.253 Padangsappa Kab. Luwu 12.588
Sidenrengrappang
Kab. Tebang Kab. Tanatoraja 273 KONDISI PRASARANA BENDUNG
Bulutimorang 5.442
Sidenrengrappang
Nonongan Kab. Tanatoraja 231 Sumber: Hasil Observasi, 2016
Bila Kab. Wajo 5.405
Bulucenrana Kab. 5.999 Tawai Kab. Tanatoraja 231

3-2
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
B. Bendungan C. Embung

B E
endungan atau waduk merupakan danau buatan yang dibentuk mbung merupakan tempat atau wadah penampungan air
dari aliran sungai yang dibendung sehingga menampung air irigasi pada waktu terjadi surplu s air di sungai atau air
dalam jumlah besar. Bendungan dibangun karena dapat hujan yang digunakan sewaktu te rjadi kekurangan air.
memberikan banyak manfaat bagi pengelolaan a ir, khususnya di Embung dapat berupa wadah penampungan air irigasi milik
sekitar daerah aliran sungai. pemerintah maupun milik pribadi atau kelompok masyarakat.
Bendungan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan berjumlah 7 Beberapa fungsi Embung antara lain :
bendungan. Jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.  Menampung air sekaligus sebagai daerah resapan;
 Mengurangi dan menampung volume air sehingga dapat
Tabel 3.2. Sebaran Bendungan di Provinsi Sulawesi Selatan mencegah terjadinya banjir pada saat musim hujan;
Sebaran Bendungan Lokasi Kapasitas  Menampung air hujan sebagai antisipasi mengatasi
Bendungan Bili bili kekeringan saat musim kemarau.
Kab. Gowa 346 juta m3
Embung yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan berjumlah 4
Bendungan Tunggu Pampang Kab. Gowa 1.4 juta m3 (empat) yang fungsinya mengaliri lahan sawah. Jelasnya dapat
Bendungan Salomekko Kab. Bone 7 juta m3 dilihat pada tabel dibawah ini.
Bendungan Kalola Kab. Wajo 70 juta m3
Bendungan Bakaru Tabel 3.3. Sebaran Embung di Provinsi Sulawesi Selatan
Kab. Pinrang 67 juta m3
Sebaran Embung Lokasi Kapasitas
Bendungan Larona Kab. Luwu Timur 112 juta m3
Embung Garing Kab. Gowa
Bendungan Balambano Kab. Luwu Timur 32 juta m3
Embung Barugaya Kab. Takalar 8 m x 10 m3
Sumber : Diolah dari berbagai sumber tahun 2015
Embung Palaguna Kab. Wajo 13 juta m3
Embung Cakke Kab. Enrekang
Sumber : Diolah dari berbagai sumber tahun 2015

KONDISI PRASARANA BENDUNGAN DI SULAWESI SELATAN


Sumber: Hasil Observasi, 2016

3-3
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
II. Kondisi Infrastruktur Bidang Cipta Karya

U
ntuk Infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang dibahas yaitu B. Air Limbah Provinsi Sulawesi Selatan

P
mengenai sebaran Air Minum dan Kapasitas Air Minum, ada saat ini Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL ) dan Persampahan, di Provinsi Selawesi Selatan mempunyai 6 instalasi
Kawasan Kumuh. pengolahan air limbah (IPAL). Jelasnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
A. Air Minum Provinsi Sulawesi Selatan

K
Tabel 3.5. Sebaran Air Limbah di Provinsi Sulawesi Selatan
ondisi Prasarana Air Minum di Provinsi Sulawesi Selatan pada
saat ini berjumlah 16 Air Minum yang tersebar diseluruh Provinsi Sebaran Lokasi Air Limbah Lokasi
pelosok Provinsi Sulawesi Selatan. Jelasnya dapat dilihat pada 1. IPLT Kota Makassar Kota Makassar
tabel dibawah ini. 2. IPAL Jeneponto Kab. Jeneponto
Tabel 3.4. Sebaran Air Minum di Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi 3. IPAL Takalar Kab. Takalar
Sulawesi
Provinsi Sebaran Lokasi Air Minum Kapasitas l/dt 4. IPAL Watampone Kab. Bone
Selatan
1. Air Minum Kota Makassar · ˃100 l/dt 5. IPAL Luwu Kab. Luwu

2. Air Minum Sungguminasa · ˃100 l/dt 6. IPAL Palopo Kota Palopo

3. Air Minum Kota Parepare · ˃100 l/dt Sumber: Dinas PDAM, 2016

4. Air Minum Palopo · ˃100 l/dt


5. Air Minum Pangkajene · ˃100 l/dt
6. Air Minum Pinrang · ˃100 l/dt
7. Air Minum Maros · ˃100 l/dt
Provinsi 8. Air Minum Sengkang · 50 - 100 l/dt
Sulawesi
Selatan 9. Air Minum Watansopeng · 50 - 100 l/dt
10. Air Minum Sinjai · 50 - 100 l/dt
11. Air Minum Bamtaeng · 50 - 100 l/dt
12. Air Minum Barru · 50 - 100 l/dt
13. Air Minum Jeneponto · 50 - 100 l/dt
14. Air Minum Rantepao · 50 - 100 l/dt
KONDISI PRASARANA AIR MINUM DI SULAWESI SELATAN
15. Air Minum Baraka · 50 - 100 l/dt Sumber: Hasil Observasi, 2016
16. Air Minum Malua · 50 - 100 l/dt
Sumber : Dolah dari Berbagai Sumber (Tahun 2015)

3-4
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
C. Persampahan Di Sulawesi Selatan

P
engelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang
bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah,
pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan
pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi,
teknologi, konservasi, estetika dan faktor-faktor lingkungan lainnya
yang erat kaitannya dengan respon masyarakat.
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di provinsi Sulawesi
Selatan berjumlah 5 (lima) TPA. Jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3.6. Sebaran Persampahan di Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sebaran Persampahan Lokasi
KONDISI PRASARANA AIR MINUM DI SULAWESI SELATAN
Sumber: Hasil Observasi, 2016 1. TPA Borongjalic Kab. Bulukumba
2. TPA Parepare Kota Pare pare
Provinsi Sulawesi Kab. Maros
3. TPA Bontoramba
Selatan
4. TPA Tamangapa Kota Makassar
5. TPA Mancani Kota Palopo
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2016

3-5
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
III.Kondisi Infrastruktur Bidang Bina Marga

U
ntuk Infrastruktur Bidang Bina Marga, membahas Tabel 3.7. Kondisi Infrastruktur Jalan Dirinci Perkabupaten/Kota
mengenai status jalan dan panjang jalan yang ada di Kondisi Jalan (km)
Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari jalan Arteri No Kota/Kabupaten Rusak Rusak
Primer dan Jalan Kolektor Primer dengan panjang 1.566,13 Km. Baik Sedang
Ringan Berat
Kondisi jaringan jalan, baik jaringan jalan arteri primer maupun
1 Kepulauan Selayar - - - -
kolektor primer sangat beragam mulai dari jaringan jalan 2 Bulukumba 32 31,49 3,74 0,65
kurang mantap sampai dengan mantap. Dibaw ah ini merupakan 3 Bantaeng 6,21 11,99 0,55
kondisi jaringan jalan n asion al yang ada di Provinsi Sulawesi 4 Jeneponto 13,47 26,14 1,22 0,03
Selatan. 5 Takalar 9,65 17,05 3,11 0,78
6 Gowa 87,79 102,31 14,93 3,15
7 Sinjai 39,1 23,96 7,18 1,35
8 Maros - - - -
9 Pangkep - - - -
10 Barru 14,64 14,05 4,69
11 Bone 52,31 78,04 15,19 22,23
12 Soppeng 62,7 38,89 11,43 7,77
13 Wajo 32,32 37,1 5,48
14 Sidrap 28,9 8,92 2,52
15 Pinrang 22,29 25,96 5,43
16 Enrekang 14,8 11,83 2,55 3,36
17 Luwu - - - -
18 Tana Toraja 15,5 8,5 2,98
19 Luwu Utara 27,2 70,3 8 41
20 Luwu Timur - - - -
21 Toraja Utara - - - -
22 Makassar 8,58 1,86 1,28 1,05
23 Pare-Pare
24 Pakopo
Jumlah 467,46 508,4 87,31 84,34
KONDISI JARINGAN JALAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Sumber: BPS Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2014
Sumber: Hasil Observasi, 2016

3-6
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
3.2 Kondisi Infrastruktur Bina Marga
I. Kondisi Infrastruktur Jalan & Drainase Jalan
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Binamarga, 2016
Tabel 3.9. Tabel Daftar Ruas Jalan Nasional di KSPN Toraja Yang
Masuk Wilayah Administrasi Kabupaten Toraja Utara
NO NAMA RUAS JALAN VOLUME (Km)
1 Rura – Buntao’ - Rantebua 24,00
2 Tagari - Balusu 2,70
3 Palawa’ – Bangkelekila – To’yasa 12,60
4 Pangli – Batutumonga – To’rea 20,40
5 Barana – Pangli 7,80
6 Rantepao – Tikala – Ke’pe’ – Pangala’ 22,50
7 To’dama – Sapan – Pangkung Batu 17,90
8 Ke’pe – Dende – Kapolang 23,90
9 Singki’ – Pemanikan – Sereale 4,60
10 Singki’ – Alang-Alang – Madandan 12,20
11 Angin-Angin – Ba’tan 4,40
12 Salu Sopai – Dende’ 5,10
13 Karasiak – Kepe’ 11,30
14 Pangala’ – Sarambu – Sapan 11,70
15 Tikala – Batutumonga 6,20
Tabel 3.8. Tabel Daftar Ruas Jalan Nasional di KSPN Toraja Yang 16 Barana – Buntu La’bo 5,80
Masuk Wilayah Administrasi Kabupaten Tana Toraja 17 Tallung Lipu – Bori 5,70
PANJANG 18 Sulukan – Tandung 4,20
NO NAMA RUAS FUNGSI
RUAS (KM) 19 Buntao’ - Leatung 5,80
1 Bts Kab Luwu Selatan – Bts Kota Makale 53,52 Kolektor Primer Sumber: Dinas Cipta Karya dan Binamarga, 2016
2 Jln. Pontiku (Makale) 2,78 Kolektor Primer
3 Jln. Nusantara (Makale) 1,13 Kolektor Primer
4 Se’seng – Bts. Prop. Sulbar 26,96 Kolektor Primer
5 Makale – Se’seng 28,66 Kolektor Primer
6 Bts. Kota makale – Bts. Kab. Enrekang 29,40 Kolektor Primer
7 Jln. Merdeka (Makale) 0,39 Kolektor Primer
TOTAL 142,84

3-7
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 3.10. Database Profil Jalan Kabupaten Tana Toraja
No. No. Panjan Lebar Kondisi (km) Permukaan (km)
NAMA RUAS PENGENAL PANGKAL PENGENAL UJUNG Koordinat Pangkal Koordinat Ujung Kecamatan yang Dilalui Rusak Rusak
Urut Ruas g (km) (m) Baik Sedang Aspal Beton Kerikil Tanah
Ringan Berat
1 1 Makale - Sapandeata 400/PS.GRAHAN 11/PLTA 119°51'0,31"E 3°6'19,683"S 119°47'24,7"E 3°8'15,316"S Makale,Makale Selatan 11.27 3.5 11.27 10.94 0.33
2 2 Rantetayo - Madandan 19/LAPTER BTS. TORUT 119°49'32,692"E 3°2'49,585"S 119°50'31,33"E 3°1'47,237"S Rantetayo 3.91 3.5 3.35 0.55 3.91
3 3 Batupapan - Lamunan JP/JBT B.PAPAN 1/GEREJA 119°50'31,134"E 3°5'5,478"S 119°50'31,133"E 3°6'46,314"S Makale 4.12 3.5 4.12 4.12
4 4 Rantelemo - Tilangnga JN KM 319 + 800 40/OBY.WISATA 119°52'15,846"E 3°1'57,496"S 119°53'11,106"E 3°2'3,277"S Makale Utara 2.22 3.5 2.22 2.22
5 5 Kea'tang - Kalimbuang JN KM 315 + 600 51/JBT PURATAU 119°52'7,093"E 3°3'57,48"S 119°53'12,498"E 3°4'7,688"S Makale Utara 2.80 3.5 1.00 0.29 1.51 2.51 0.29
6 6 Tondok Iring - Lea 8/KAMPUNG 58/KAMPUNG 119°52'23,755"E 3°5'11,849"S 119°53'25,772"E 3°4'11,024"S Makale, Makale Utara ( MU ) 3.25 3.5 2.34 0.35 0.56 2.42 0.83
7 7 Rantetayo - Tomorron SDN 167 Tina 19/12 BTS TORAJA UTARA 119°48'48,813"E 3°2'22,797"S 119°49'13,579"E 3°1'43,766"S Rantetayo 1.82 3.5 1.82 1.82
8 8 Paku - Pangleon JN KM 311 + 700 58/KAMPUNG 119°51'17,7"E 3°5'40,654"S 119°52'17,381"E 3°6'5,344"S Makale 4.89 3.5 2.88 1.21 0.36 0.44 0.61 3.92 0.36
9 9 Palangka - Surruk 22/KAMPUNG 16/33 119°50'17,107"E 3°8'24,324"S 119°49'5,47"E 3°8'38,52"S Makale Selatan 3.53 3.5 3.53 3.53
10 10 Mareali - Suka 13/KAMPUNG BTS TORAJA UTARA 119°51'15,992"E 3°3'59,449"S 119°51'5,365"E 3°1'43,409"S Makale, Makale Utara, Rantetayo ( MU ) 5.90 3.5 4.82 1.08 3.17 1.65 1.08
11 11 Sapandeata - Pa'buaran 1/PLTA 92/SD 119°47'23,631"E 3°8'17,809"S 119°47'38,59"E 3°11'45,274"S Makale Selatan 10.47 3.5 6.01 0.96 1.82 1.68 0.09 8.70 0.72 0.95
12 12 Rantetayo - Rantekurra 19/7 34/KAMPUNG 119°48'48,829"E 3°2'22,787"S 119°47'12,097"E 2°59'46,071"S Kurra,Rantetayo 9.82 3.5 3.00 5.09 1.62 0.11 8.68 1.14
13 13 Kea'tang - Batupapan JN KM 315 + 600 JP/JBT B.PAPAN 119°52'6,969"E 3°3'57,648"S 119°50'30,414"E 3°5'3,684"S Makale, Makale Utara ( MKL ) 5.67 3.5 3.63 0.35 1.29 0.40 3.65 1.65 0.37
14 14 Siguntu - Palapala JN KM 316 + 600 JN KM 317 + 300 119°52'1,945"E 3°3'27,242"S 119°52'15,423"E 3°3'8,979"S Makale Utara 4.27 3.5 3.72 0.55 3.05 1.22
15 15 Pala-pala - Benteng JN KM 317 40/GEREJA GPDI 119°52'17,151"E 3°3'2,129"S 119°53'21,021"E 3°3'14,725"S Makale Utara 2.68 3.5 1.35 0.58 0.75 2.29 0.39
16 16 Tombang - Surruk 31/KAMPUNG 9/33 119°50'7,999"E 3°7'4,893"S 119°49'5,47"E 3°8'38,52"S Makale Selatan 6.42 3.5 3.38 2.22 0.82 6.42
17 17 Sareong - Pangkali 2/KAMPUNG 10/GEREJA 119°50'23,465"E 3°1'44,591"S 119°50'58,539"E 3°3'50,313"S Makale Utara, Rantetayo ( MU ) 6.21 3.5 0.29 0.61 5.32 0.89 3.42 1.90
18 18 Madandan - Bolong 2/GEREJA BTS TORAJA UTARA 119°50'9,966"E 3°1'40,215"S 119°50'17,147"E 3°1'15,411"S Rantetayo 0.83 3.5 0.83 0.83
19 19 Batupapan - Rantetayo JP/SD 12/7 119°50'11,796"E 3°4'56,24"S 119°48'48,813"E 3°2'22,797"S Makale,Rantetayo ( Mkl ) 6.99 3.5 6.55 0.44 6.99
20 20 Maulu - Tana Malea JP/JBT MAULU 19/KAMPUNG 119°48'22,755"E 3°5'11,351"S 119°49'50,328"E 3°3'50,792"S Makale,Rembon ( Mkl ) 4.47 3.5 3.09 1.38 3.09 1.38
21 21 Kaluppang - Tombang 12/KAMPUNG 123/KAMPUNG 119°48'16,671"E 3°2'48,05"S 119°47'54,578"E 3°3'14,316"S Rantetayo 2.03 3.5 0.90 1.13 0.90 1.13
22 22 Kendenan - Palangka JN KM 309 + 300 9/KAMPUNG 119°51'17,138"E 3°6'42,557"S 119°50'17,107"E 3°8'24,324"S Makale,Makale Selatan ( Mkl ) 5.04 3.5 1.52 2.24 1.28 5.04
23 23 To'tallang - Sandabilik JP/JBT 1/JBT LEDAN 119°49'43,178"E 3°5'14,154"S 119°48'53,924"E 3°6'19,652"S Makale 3.29 3.5 2.80 0.49 2.80 0.27 0.22
24 24 Kalembang - Bambalu 12/KAMPUNG 32/KAMPUNG 119°48'3,028"E 3°1'35,457"S 119°48'18,329"E 3°0'12,11"S Kurra 3.57 3.5 3.57 3.57
25 25 Madandan - Dulang 2/PASAR 19/SMP 119°50'8,878"E 3°1'44,227"S 119°49'11,175"E 3°2'23,293"S Rantetayo 2.64 3.5 1.88 0.76 1.88 0.76
26 26 Bera - Pangra'ta 11/JBT 33/KAMPUNG 119°48'17,702"E 3°6'55,233"S 119°48'48,803"E 3°9'53,34"S Makale Selatan 7.02 3.5 1.80 0.80 0.81 3.60 5.61 1.40
27 27 Rante - Padangiring JP/KAMPUNG 20/KAMPUNG 119°49'22,716"E 3°5'19,063"S 119°49'22,888"E 3°4'11,224"S Makale 2.68 3.5 1.12 1.56 0.66 1.12 0.90
28 28 Durian - Tombang 22/KAMPUNG 16/KAMPUNG 119°50'35,087"E 3°7'40,421"S 119°50'3,125"E 3°7'7,146"S Makale Selatan 2.05 3.5 1.44 0.61 1.44 0.61
29 29 Paria - Sarong 22/JBT PARIA 22/GRJ. KAT. SARONG 119°50'50,856"E 3°7'44,769"S 119°50'33,559"E 3°9'1,051"S Makale Selatan 3.35 3.5 3.35 3.35
30 30 Sanda Bilik - Pasang 1/KAMPUNG 16/KTR DESA 119°49'3,267"E 3°6'24,043"S 119°49'7,818"E 3°7'23,045"S Makale Selatan 2.82 3.5 2.50 0.32 2.61 0.21

3-8
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. No. Panjan Lebar Kondisi (km) Permukaan (km)
NAMA RUAS PENGENAL PANGKAL PENGENAL UJUNG Koordinat Pangkal Koordinat Ujung Kecamatan yang Dilalui Rusak Rusak
Urut Ruas g (km) (m) Baik Sedang Aspal Beton Kerikil Tanah
Ringan Berat
31 31 Lamunan - Awa 1/GEREJA 1/KAMPUNG 119°50'30,772"E 3°6'46,508"S 119°49'58,655"E 3°6'37,99"S Makale Selatan 2.48 3.5 1.77 0.71 1.77 0.71
32 32 Bambalu - Rante Kurra 24/KAMPUNG 12/35 119°48'18,329"E 3°0'12,11"S 119°47'12,176"E 2°59'46,137"S Kurra 4.91 3.5 1.74 1.77 0.47 0.93 3.50 0.47 0.93
33 33 Surruk - Pangra'ta 9/16 KAMPUNG 119°49'5,47"E 3°8'38,52"S 119°49'38,341"E 3°10'56,034"S Gandang Batu Silanan,Makale Selatan 8.64 3.5 1.62 7.02 0.82 2.72 5.10
34 34 Rante Kurra - Salukanan 12/33 BTS TORAJA UTARA 119°47'12,176"E 2°59'46,137"S 119°46'7,744"E 2°56'31,973"S Kurra 8.99 3.5 7.77 1.22 2.79 4.98 1.22
35 35 Bolokan - To' Uru 114/SULOTCO 34/KAMPUNG 119°42'4,482"E 2°56'42,125"S 119°45'52,532"E 2°57'41,245"S Bittuang,Kurra 8.68 3.5 1.46 7.22 3.87 4.80
36 36 Tarongko - Tana Malea 13/KAMPUNG 19/KAMPUNG 119°50'40,936"E 3°4'57,739"S 119°49'54,367"E 3°4'5,847"S Makale 2.87 3.5 1.00 1.87 1.00 0.64 1.23
37 37 Botang - Lapandan JN KM 307 + 200 JN KM 312 + 700 119°51'45,089"E 3°7'30,944"S 119°51'19,285"E 3°5'19,298"S Makale 6.15 3.5 3.38 2.77 5.36 0.79
38 38 Botang - Manggau JN KM 307 + 500 22/GEREJA 119°51'38,037"E 3°7'10,812"S 119°51'2,164"E 3°7'29,492"S Makale 2.01 3.5 2.01 2.01
39 39 Lapandan - Tarongko JN KM 307 + 200 5/KAMPUNG 119°51'46,862"E 3°4'52,634"S 119°51'7,819"E 3°4'21,129"S Makale 1.79 3.5 1.79 1.79
40 40 To'kalimbuang - Tilangnga 5/GEREJA 4/OBY.WISATA 119°53'11,568"E 3°3'57,287"S 119°53'11,106"E 3°2'3,277"S Makale Utara 4.76 3.5 0.68 0.57 3.52 1.11 0.14 3.52
41 41 Lemo -Rorre JN KM 317 + 800 41/SD 119°52'17,708"E 3°2'27,487"S 119°53'13,903"E 3°2'40,869"S Makale Utara 2.00 3.5 1.50 0.50 1.59 1.16
42 42 Patekke - Tondok Lemo 11/KAMPUNG 43/KAMPUNG 119°47'0,126"E 3°9'42,302"S 119°46'30,152"E 3°11'8,068"S Makale Selatan 6.29 3.5 3.68 2.61 2.68 1.00 2.61
43 43 Tondok Lemo - Pattawanan 42/KAMPUNG 99/ 119°46'29,867"E 3°11'7,321"S 119°47'25,959"E 3°13'3,295"S Makale Selatan 4.79 3.5 1.18 0.91 2.70 1.18 0.91 2.70
44 44 Buisun - Lea 38/KAMPUNG 8/KAMPUNG 119°52'29,666"E 3°5'35,242"S 119°52'55,458"E 3°4'43,923"S Makale 2.22 3.5 2.20 0.02 2.20 0.02
45 45 Tanamalea - Tonglo 19/KAMPUNG 2/KAMPUNG 119°49'51,048"E 3°3'55,328"S 119°50'5,458"E 3°2'24,998"S Makale,Rantetayo ( Mkl ) 4.03 3.5 3.48 0.55 0.16 3.48 0.39
46 46 Padangiring - Kani 20/KAMPUNG 12/PASAR 119°49'29,368"E 3°3'57,915"S 119°49'3,831"E 3°2'25,634"S Rantetayo 3.87 3.5 2.37 1.50 3.87
47 47 Tapparan - Supate 12/KAMPUNG 46/KAMPUNG 119°48'29,967"E 3°3'3,136"S 119°48'58,602"E 3°3'1,066"S Rantetayo 1.24 3.5 0.62 0.62 0.62 0.62
48 48 Rantetayo - Kurruk 12/KAMPUNG 12/KAMPUNG 119°48'44,02"E 3°2'21,942"S 119°48'5,793"E 3°2'0,516"S Rantetayo 1.67 3.5 1.07 0.59 1.07 0.59
49 49 Tina - Barra-barra 7/KAMPUNG KAMPUNG 119°48'51,925"E 3°1'56,044"S 119°48'47,01"E 3°1'32,343"S Rantetayo 1.65 3.5 1.33 0.33 1.33 0.33
50 50 Maroson - Ullin 123/KAMPUNG 20/JBT. S. RARUNG 119°48'16,638"E 3°4'21,122"S 119°48'56,684"E 3°4'50,523"S Rembon 2.21 3.5 2.21 2.21
51 51 Pambala - Pangleon 37/KAMPUNG 65/KAMPUNG 119°51'59,798"E 3°6'34,394"S 119°52'2,04"E 3°6'9,044"S Makale 0.86 3.5 0.86 0.86
52 52 Sandale - Kanan Dena 58/JBT BTS TORAJA UTARA 119°55'3,519"E 3°4'32,858"S 119°54'58,962"E 3°2'51,265"S Sangalla' Utara 3.45 3.5 1.40 2.05 3.45
53 53 Kondoran - Makula 58/65 KTR. POLSEK 55/OBY. MAKULA 119°55'20,475"E 3°5'17,583"S 119°55'13,867"E 3°6'43,076"S Sangalla',Sangalla' Selatan 3.19 3.5 3.19 3.19
54 54 To'panopi - Pa'gassingan 66/KAMPUNG 102/KAMPUNG 119°55'58,469"E 3°4'27,222"S 119°55'35,303"E 3°4'24,803"S Sangalla' Utara 3.43 3.5 2.27 1.16 1.59 1.84
55 55 Makula - Batualu 53/OBY.MAKULA' 56/72 119°55'13,867"E 3°6'43,076"S 119°56'30,905"E 3°9'17,041"S Sangalla' Selatan 7.19 3.5 5.32 0.39 1.48 5.71 1.48
56 56 Pa'tengko - Batualu JN.KM.292 + 050 55/72 119°53'17,128"E 3°13'10,287"S 119°56'30,905"E 3°9'17,041"S Mengkendek,Sangalla' Selatan 12.28 3.5 5.27 6.01 1.00 12.28
57 57 Mebali - Kaduaja JN. KM 296 +350 BTS. ENREKANG 119°52'58,794"E 3°11'46,151"S 119°47'39,691"E 3°14'22,776"S Gandang Batu Silanan 17.22 3.5 16.24 0.56 0.42 15.64 1.58
58 58 Tetebassi - Kondoran JN.KM314+200/JBT 55/65 KTR POLSEK 119°51'59,6"E 3°4'31,531"S 119°55'20,475"E 3°5'17,583"S Makale Utara, Sangalla', Sangalla' Utara 8.35 4.5 8.35 8.35
59 59 To'buangin - Songgo JN.KM 303+950 55/KTR KEC. 119°53'7,911"E 3°8'27,447"S 119°55'59,466"E 3°7'58,331"S Mengkendek,Sangalla' Selatan 9.82 3.5 1.00 3.82 3.17 1.83 8.22 1.60
60 60 Minanga - Bala JN KM 300 + 500 74/KAMPUNG 119°53'7.509"E 3°9'57.68"S 119°52'18.139"E 3°8'7.042"S Makale Selatan,Mengkendek 8.92 3.5 2.67 3.50 2.74 3.51 3.60 1.81

3-9
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. No. Panjan Lebar Kondisi (km) Permukaan (km)
NAMA RUAS PENGENAL PANGKAL PENGENAL UJUNG Koordinat Pangkal Koordinat Ujung Kecamatan yang Dilalui Rusak Rusak
Urut Ruas g (km) (m) Baik Sedang Aspal Beton Kerikil Tanah
Ringan Berat
61 61 Ge'tengan - Tampo 403/GRJ KATOLIK 56/SMP TAMPO 119°53'19.413"E 3°10'55.319"S 119°54'27.248"E 3°12'26.622"S Mengkendek 4.79 3.5 1.00 1.45 2.34 3.39 1.40
62 62 Marinding - Ge'tengan 59/KAMPUNG 403/LAP SEPAK BOLA 119°54'29.974"E 3°8'43.723"S 119°53'25.14"E 3°10'50.154"S Mengkendek 5.43 3.5 5.43 0.14 5.28
63 63 Maliba - Uluway BTS ENRG/TAPAL BATAS 98/KAMPUNG 119°55'55.127"E 3°17'1.922"S 119°59'12.456"E 3°17'11.89"S Mengkendek 9.20 3.5 2.00 2.00 5.20 5.70 2.00 1.50
64 64 Salubarani - Ta'pankila JN KM 281 + 050 57/TA'PANKILA 119°51'18.293"E 3°16'37.548"S 119°49'27.042"E 3°14'30.719"S Gandang Batu Silanan 7.16 3.5 1.37 3.83 1.96 5.96 0.71 0.49
65 65 Makale - Kondoran 402/JBT.PASAR 58/53/KTR.POLSEK 119°51'21.88"E 3°6'24.608"S 119°55'20.475"E 3°5'17.583"S Makale,Sangalla' 9.05 3.5 9.05 9.05
66 66 Leatung - Kapa' 52/SMP KATHOLIK BTS TORAJA UTARA 119°55'5.205"E 3°4'15.488"S 119°56'7.175"E 3°3'51.646"S Sangalla' Utara 2.77 3.5 0.89 1.88 1.88 0.89
67 67 Kalimbuang - Turunan 58/PLN 65/JBT. TURUNAN 119°53'40.201"E 3°4'18.623"S 119°53'31.343"E 3°6'10.702"S Sangalla',Sangalla' Utara 4.98 3.5 2.13 0.75 2.10 1.47 3.51
68 68 Balombong - Mila 89/SD 77/KAMPUNG 119°55'47.992"E 3°6'0.259"S 119°55'50.777"E 3°5'16.802"S Sangalla' Selatan 1.67 3.5 0.98 0.69 0.98 0.69
69 69 Batualu - Balalo 55/KAMPUNG BTS TORAJA UTARA 119°56'30.533"E 3°8'43.328"S 119°58'20.143"E 3°7'5.336"S Sangalla' Selatan 8.31 3.5 2.14 0.84 5.34 0.61 3.43 4.27
70 70 Tampo - Bubun Bombo 56/JBT.TAMPO 63/JBT BUBUN B. 119°54'14.367"E 3°12'44.731"S 119°57'53.956"E 3°16'59.516"S Mengkendek 16.28 3.5 2.52 0.73 3.26 9.77 1.72 3.25 11.31
71 71 Tendan Ku'lang - Buntu Tabang JN KM 283 + 700 57/KAMPUNG 119°51'6.168"E 3°14'54.937"S 119°50'54.201"E 3°12'47.494"S Gandang Batu Silanan 9.16 3.5 4.18 3.26 1.72 1.05 7.44 0.67
72 72 Tamporan - Marintang 55/56 96/KAMPUNG 119°56'30.905"E 3°9'17.041"S 119°57'7.449"E 3°11'14.164"S Mengkendek,Sangalla' Selatan 5.21 3.5 1.79 3.42 1.79 3.42
73 73 Tanete - Lobe 58/MESJID 65/KAMPUNG 119°54'23.991"E 3°4'14.766"S 119°54'20.951"E 3°5'6.128"S Sangalla',Sangalla' Utara 2.42 3.5 0.60 1.73 0.09 0.60 1.82
74 74 Rabakanan - Randanan JN KM 305 + 900 74/KAMPUNG 119°52'21.35"E 3°7'52.669"S 119°52'26.577"E 3°8'32.121"S Mengkendek 3.08 3.5 3.08 0.87 2.21
75 75 Pasar Baru - Pasang 58/PASAR 73/KAMPUNG 119°54'56.723"E 3°4'29.617"S 119°54'21.118"E 3°4'22.973"S Sangalla' Utara 1.56 3.5 1.56 1.56
76 76 Buntu Kalando - Lemo 65/KAMPUNG 87/KAMPUNG 119°54'42.665"E 3°5'11.596"S 119°54'26.781"E 3°6'2.42"S Mengkendek,Sangalla' 4.30 3.5 1.66 2.64 1.66 2.64
77 77 Totumbang - Tetelitak 404/58 BTS TORAJA UTARA 119°55'16.921"E 3°4'44.256"S 119°57'22.963"E 3°4'37.911"S Sangalla',Sangalla' Selatan,Sangalla' Utara 7.37 3.5 4.34 0.54 2.49 1.24 3.10 1.54 1.50
78 78 To'kua - Karurung 60/POSKESDES 60/KAMPUNG 119°51'12.294"E 3°9'12.605"S 119°52'44.015"E 3°9'51.726"S Mengkendek 4.55 3.5 1.58 1.82 1.15 3.40 1.15
79 79 Walakaero - Pa'bakka 53/KAMPUNG 65/OBY. WISATA 119°55'24.248"E 3°6'26.778"S 119°55'7.658"E 3°5'17.882"S Sangalla',Sangalla' Selatan 3.90 3.5 2.44 1.38 0.08 2.44 1.46
80 80 Solo' - Kote' 73/KAMPUNG 67/KAMPUNG 119°54'20.587"E 3°5'3.894"S 119°53'56.336"E 3°5'4.742"S Sangalla' 0.84 3.5 0.84 0.84
81 81 Buntu - Perindingan 57/KAMPUNG 84/KAMPUNG 119°48'33.727"E 3°14'3.398"S 119°50'5.476"E 3°11'20.556"S Gandang Batu Silanan 7.71 3.5 2.17 1.38 1.53 2.63 0.36 3.87 1.02 2.46
82 82 Senden - Taneteata JN KM 288 + 500 57/KUBURAN 119°53'27.971"E 3°14'25.306"S 119°51'25.276"E 3°12'22.431"S Gandang Batu Silanan,Mengkendek 7.17 3.5 4.99 0.49 1.69 4.14 1.00 2.02
83 83 Pangleon - Pasar Kuni 56/PANGLEON 96/PASAR KUNI 119°55'30.036"E 3°11'36.436"S 119°57'40.245"E 3°11'30.952"S Mengkendek 8.63 3.5 2.25 4.22 2.15 3.36 5.26
84 84 Sillanan - Ra'pu Pa'buaran 57/KAMPUNG 11/99/KAMPUNG 119°51'38.094"E 3°11'56.259"S 119°47'39.828"E 3°11'46.602"S Gandang Batu Silanan,Makale Selatan 11.32 3.5 7.56 0.37 3.39 1.90 6.69 1.04 1.69
85 85 Lempe - Sassa' JN.KM.298 + 300 60/SASSA' 119°52'48.781"E 3°10'51.845"S 119°51'45.95"E 3°10'3"S Mengkendek 3.63 3.5 1.00 1.35 1.28 2.35 1.28
86 86 Tengan - Kalembang JN.KM.304 + 700 65/GEREJA 119°52'47.967"E 3°8'18.02"S 119°52'55.828"E 3°6'1.485"S Makale,Mengkendek 4.86 3.5 1.31 1.52 0.90 1.13 1.52 1.31 0.90 1.13
87 87 Ranteleme - Turunan 59/KAMPUNG 65/KAMPUNG 119°53'18.073"E 3°8'14.653"S 119°53'39.948"E 3°6'9.241"S Mengkendek,Sangalla' 5.25 3.5 1.95 0.37 2.12 0.81 1.57 2.87 0.81
88 88 Tanete - Kanan Dena' 58/KAMPUNG BTS TORAJA UTARA 119°54'15.076"E 3°4'18.503"S 119°55'2.445"E 3°2'53.935"S Sangalla' Utara 3.63 3.5 2.92 0.71 0.59 2.92 0.12
89 89 Karakayu - Lo'ko 53/KAMPUNG 55/KAMPUNG 119°55'57.854"E 3°7'19.34"S 119°55'38.137"E 3°5'44.004"S Sangalla' Selatan 5.18 3.5 3.29 0.48 1.41 3.29 1.89
90 90 Pa'tengko - Kambuno 56/KAMPUNG 93/KAMPUNG 119°53'19.288"E 3°13'13.598"S 119°54'10.076"E 3°14'38.985"S Mengkendek 4.08 3.5 0.87 3.21 0.87 2.70 0.51

3-10
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. No. Panjan Lebar Kondisi (km) Permukaan (km)
NAMA RUAS PENGENAL PANGKAL PENGENAL UJUNG Koordinat Pangkal Koordinat Ujung Kecamatan yang Dilalui Rusak Rusak
Urut Ruas g (km) (m) Baik Sedang Aspal Beton Kerikil Tanah
Ringan Berat
91 91 Gasing - Palangka 60/KAMPUNG (blank) 119°51'8.566"E 3°9'39.96"S 119°50'17.887"E 3°8'25.031"S Makale Selatan,Mengkendek 4.77 3.5 1.13 2.74 0.91 1.13 2.74 0.91
92 92 To'deata - Ge'tengan 56/SD. TAMPO 403/61 119°53'58.714"E 3°12'45.438"S 119°53'31.617"E 3°11'8.234"S Mengkendek 3.70 3.5 0.62 3.08 3.70
93 93 Buntu Datu - Maliba' JN. KM 287 + 200 63/KAMPUNG 119°53'28.611"E 3°14'37.998"S 119°56'9.333"E 3°16'59.321"S Mengkendek 8.67 3.5 0.95 7.72 0.95 7.72
94 94 Pangra'ta - Tallang Sura JN.KM.301 +150 62/KAMPUNG 119°53'12.561"E 3°9'31.248"S 119°54'8.601"E 3°9'42.37"S Mengkendek 2.95 3.5 2.95 2.95
95 95 Tallang Sura' - To'bala 94/62 56/KAMPUNG 119°54'7.651"E 3°9'57.197"S 119°55'53.409"E 3°10'44.857"S Mengkendek 5.14 3.5 5.14 5.14
96 96 Bangkalan - Pasar Kuni 56/KAMPUNG BTS TORAJA UTARA 119°55'40.497"E 3°11'22.755"S 119°58'12.459"E 3°11'48.496"S Mengkendek 5.93 3.5 2.74 1.70 1.49 2.01 2.44 1.49
97 97 Pangleon - Ta'pankila' 64/KAMPUNG 57/KAMPUNG 119°50'21.096"E 3°15'11.571"S 119°49'26.704"E 3°14'31.73"S Gandang Batu Silanan 4.68 3.5 0.93 3.75 0.93 3.75
98 98 Uluway - Roni/Sanglelen 63/KAMPUNG 63/KAMPUNG 119°59'12.681"E 3°17'12.738"S 119°58'23.78"E 3°16'54.25"S Mengkendek 5.86 3.5 2.23 3.64 2.23 3.64
99 99 Kaduaja - Pa'buaran 57/KAMPUNG 11/64/SD 119°47'59.209"E 3°13'38.134"S 119°47'38.903"E 3°11'46.158"S Gandang Batu Sillanan,Makale Selatan 5.37 3.5 1.99 0.35 3.02 2.53 0.35 2.49
100 100 Tangki' - Randanan JN.KM.302 + 700 74/KAMPUNG 119°53'21.806"E 3°9'7.876"S 119°51'43.587"E 3°9'19.319"S Mengkendek 4.08 3.5 0.36 0.28 3.44 0.64 3.44
101 101 Kambelangi - Pullanan 89/KAMPUNG 69/KAMPUNG 119°56'11.949"E 3°6'41.269"S 119°57'11.83"E 3°7'12.252"S Sangalla' Selatan 2.53 3.5 2.53 2.53
102 102 Pa'pulungan - Lengke'mila 66/KAMPUNG 77/SD MILA 119°55'37.969"E 3°4'24.691"S 119°57'2.684"E 3°4'44.969"S Sangalla' Selatan,Sangalla' Utara 4.27 3.5 2.45 1.08 0.74 1.08 2.45 0.74
103 103 Bubun Tondon - Kole 84/KAMPUNG 81/KAMPUNG 119°51'26.638"E 3°11'48.856"S 119°49'9.483"E 3°13'35.787"S Gandang Batu Silanan 6.33 3.5 6.33 6.00 0.33
104 104 Langso - Rante 64/KAMPUNG 57/KAMPUNG 119°50'36.123"E 3°15'28.319"S 119°50'4.915"E 3°13'25.296"S Gandang Batu Silanan 5.35 3.5 0.53 0.96 3.87 1.80 3.55
105 105 To'tallang - Lengke' 84/KAMPUNG 60/KAMPUNG 119°51'24.519"E 3°11'45.841"S 119°51'19.488"E 3°9'52.778"S Gandang Batu Silanan 4.52 3.5 0.63 3.90 1.12 3.40
106 106 Tonga - Batubai JN.KM.294 +200 81/GEREJA 119°52'58.904"E 3°12'10.244"S 119°51'56.464"E 3°13'22.132"S Gandang Batu Silanan 3.16 3.5 0.39 2.78 0.39 2.78
107 107 Tete Tallu - Pasa' Asu 52/JBT. TETETALLU BTS TORAJA UTARA 119°54'58.678"E 3°3'47.508"S 119°55'34.825"E 3°3'24.068"S Sangalla' Utara 1.67 3.5 1.03 0.64 1.03 0.64
108 108 Makula - Palipu' 55/JBT. RARUKAN 87/KAMPUNG 119°55'15.625"E 3°6'45.877"S 119°53'54.461"E 3°7'9.621"S Mengkendek,Sangalla' Selatan 5.03 3.5 2.50 1.03 1.50 3.53 1.50
109 109 Tarangga - Tondok Bangla' 83/KAMPUNG 70/KTR. LEMBANG 119°57'5.569"E 3°12'37.694"S 119°55'38.584"E 3°13'22.019"S Mengkendek 4.91 3.5 1.00 2.45 0.45 1.01 3.45 1.46
110 110 Kamiri - Buntu Ba'tan 55/SMP. SONGGO 56/SD. B. BA'TAN 119°56'24.809"E 3°8'25.375"S 119°56'6.523"E 3°9'55.933"S Sangalla' Selatan 3.81 3.5 2.00 1.82 1.19 0.81 1.82
111 111 Tabatan - To'pinus JP/KAMPUNG JP/JBT TIAKKA 119°45'20.167"E 3°2'14.966"S 119°43'59.992"E 3°0'55.467"S Saluputti 6.14 3.5 4.46 1.02 0.66 4.46 1.68
112 112 Se'seng - Burasia JP/KAMPUNG 124/KAMPUNG 119°42'1.578"E 3°0'2.439"S 119°41'20.427"E 3°4'17.497"S Bittuang 12.08 3.5 3.22 8.86 3.22 0.20 8.65
113 113 Boronan - Tandung 111/KAMPUNG 130/KAMPUNG 119°44'10.41"E 3°0'58.847"S 119°45'38.651"E 3°1'22.996"S Bittuang,Saluputti 8.45 3.5 3.71 4.74 3.71 3.62 1.12
114 114 Bittuang - Bolokan JP/KTR. CAMAT BTS TORAJA UTARA 119°40'22.923"E 2°58'37.827"S 119°42'47.156"E 2°56'9.69"S Bittuang 12.20 3.5 4.21 0.72 7.27 0.13 4.08 5.85 2.14
115 115 Passobo - Matangli JP/PUSKESMAS 134/144/KAMPUNG 119°47'13.658"E 3°4'45.884"S 119°43'38.818"E 3°5'53.22"S Malimbong Balepe' 14.06 4 6.52 3.17 2.95 1.42 10.96 0.68 2.43
116 116 Kokkang - Palesan JP/JBT.KOKKANG 141/JBT. TENDAN I 119°47'40.814"E 3°5'7.956"S 119°46'13.531"E 3°8'40.414"S Rembon 9.49 3.5 7.05 2.44 9.35 0.14
117 117 Ulusalu - Tiakka JP/LAP. SEPAK BOLA 130/SD 119°45'52.139"E 3°2'58.036"S 119°45'48.629"E 3°1'4.361"S Saluputti 5.90 3.5 3.79 0.28 0.62 1.21 0.29 4.07 1.54
118 118 Ratte - Pasang JP/SMA 115/KAMPUNG 119°46'10.173"E 3°3'40.345"S 119°45'35.662"E 3°4'39.057"S Malimbong Balepe',Saluputti 3.21 3.5 2.67 0.54 0.81 2.41
119 119 Nonok - Sangbua 116/KAMPUNG 116/KAMPUNG 119°46'24.165"E 3°5'49.413"S 119°47'8.973"E 3°6'15.638"S Rembon 2.77 3.5 1.06 0.37 1.34 1.43 1.34
120 120 Durian - Patappo 116/KAMPUNG 115/KAMPUNG 119°47'24.256"E 3°5'17.121"S 119°44'38.911"E 3°5'7.597"S Malimbong Balepe',Rembon 7.90 3.5 3.45 4.45 0.59 3.45 3.86

3-11
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. No. Panjan Lebar Kondisi (km) Permukaan (km)
NAMA RUAS PENGENAL PANGKAL PENGENAL UJUNG Koordinat Pangkal Koordinat Ujung Kecamatan yang Dilalui Rusak Rusak
Urut Ruas g (km) (m) Baik Sedang Aspal Beton Kerikil Tanah
Ringan Berat
121 121 Patongloan - Rayan JP/SD BTS. MAMASA 119°39'50.574"E 2°58'31.537"S 119°36'9.087"E 3°4'1.281"S Bittuang,Masanda 21.96 3.5 5.64 16.32 5.64 1.53 14.79
122 122 Maulu - Pangdo JP/JBT MAULU 116/KAMPUNG 119°48'19.026"E 3°5'23.188"S 119°47'1.185"E 3°7'59.902"S Rembon 7.45 3.5 1.84 2.44 3.17 4.28 0.57 2.60
123 123 Rembon - Tapparan JP/JBT BANGA 12/JBT TAPPARAN 119°47'16.596"E 3°4'48.106"S 119°48'22.664"E 3°3'1.135"S Rantetayo,Rembon 4.86 3.5 1.78 2.01 1.07 4.86
124 124 Sasak - Bau 121/KAMPUNG 132/KAMPUNG 119°39'16.98"E 2°59'33.268"S 119°37'51.171"E 3°3'47.892"S Bittuang 12.08 3.5 4.01 0.22 7.85 4.45 1.47 6.16
125 125 Pattan Rabung - Bo'ne JP/KAMPUNG 115/KAMPUNG 119°45'21.621"E 3°2'25.613"S 119°44'38.27"E 3°4'51.455"S Malimbong Balepe',Saluputti 12.54 3.5 6.12 6.42 6.12 6.42
126 126 Kuririk - Ra'bung 118/JBT. KURIRIK 125/KAMPUNG 119°44'38.27"E 3°4'51.455"S 119°44'54.279"E 3°3'17.928"S Saluputti 2.39 3.5 2.39 0.78 1.61
127 127 Rada - Rea 123/JBT BANGA 117/KAMPUNG 119°47'21.258"E 3°4'40.361"S 119°46'8.196"E 3°2'43.812"S Rembon,Saluputti 6.65 3.5 1.84 0.17 0.79 3.85 2.01 2.02 2.62
128 128 Kole Patane - Longdo 115/KAMPUNG 120/KAMPUNG 119°46'32.871"E 3°4'41.863"S 119°45'56.312"E 3°5'42.45"S Malimbong Balepe' 2.76 3.5 2.76 2.76
129 129 Se'seng - Transmigrasi JP/KAMPUNG TRANSMIGRASI 119°41'46.796"E 2°59'22.859"S 119°41'42.119"E 2°57'4.657"S Bittuang 5.99 3.5 3.31 1.16 1.52 4.47 1.33 0.19
130 130 Kalembang - Belalang 12/KAMPUNG 111/JBT. BELALANG 119°48'3.431"E 3°1'53.562"S 119°45'31.444"E 3°1'53.153"S Rantetayo,Saluputti 7.92 3.5 3.56 1.37 0.66 2.33 4.93 2.99
131 131 Ukka - Pangleon 12/KAMPUNG 117/KAMPUNG 119°48'15.942"E 3°2'33.347"S 119°46'25.432"E 3°1'44.205"S Rantetayo 5.13 3.5 2.14 0.11 2.88 2.14 0.11 2.88
132 132 Rembo-rembo - Masuppu 121/PASAR 145/KAMPUNG 119°35'40.423"E 3°2'36.894"S 119°39'32.014"E 3°8'23.73"S Bittuang,Bonggakaradeng,Malimbong Balepe' 22.03 3.5 22.03 22.03
133 133 Pondingao - Remborembo JP/SD 121/JBT 119°34'20.838"E 2°58'5.037"S 119°35'33.204"E 3°1'42.414"S Bittuang,Masanda 10.25 5 5.28 0.50 4.47 5.78 4.47
134 134 Matangli - Balepe' 115/144/KAMPUNG 132/KAMPUNG 119°43'38.818"E 3°5'53.22"S 119°39'40.364"E 3°5'44.137"S Malimbong Balepe' 17.18 3.5 5.40 11.78 5.40 2.34 9.44
135 135 Mebali - Padangiring 123/KAMPUNG 20/JBT. RARUNG 119°47'48.058"E 3°4'7.037"S 119°49'19.338"E 3°4'11.943"S Makale,Rantetayo,Rembon 3.83 3.5 2.65 1.18 3.83
136 136 Palesan - Ratte Patappo 116/JBT. 115/KAMPUNG 119°46'13.499"E 3°8'40.346"S 119°43'54.409"E 3°6'21.42"S Bonggakaradeng,Malimbong Balepe',Rembon 9.19 3.5 1.71 7.48 1.71 2.51 4.97
137 137 Burasia - Bau 112/KAMPUNG 124/KAMPUNG 119°41'34.094"E 3°1'29.362"S 119°38'13.459"E 3°1'52.646"S Bittuang 11.72 3.5 3.00 8.72 3.00 8.72
138 138 Gotta - Ratte 121/KAMPUNG 133/SD 119°36'58.193"E 2°59'53.867"S 119°34'9.034"E 2°59'17.413"S Masanda 7.93 5.0 4.31 3.62 4.31 3.62
139 139 Talinga Batu - Pasapa 121/KAMPUNG 133/KAMPUNG 119°36'30.525"E 3°0'31.242"S 119°34'28.878"E 3°0'25.2"S Masanda 5.33 3.0 5.33 5.33
140 140 Rattepao - Tondok Tua JP/KAMPUNG BTS MAMASA 119°35'40.12"E 2°56'52.146"S 119°35'7.234"E 2°54'33.073"S Masanda 12.17 3.0 2.93 1.00 8.24 3.93 0.54 7.70
141 141 Palesan - Buakayu 116/KAMPUNG 408/KAMPUNG 119°43'26.671"E 3°12'37.834"S 119°46'13.499"E 3°8'40.346"S Bonggakaradeng,Rembon 16.25 3.5 7.12 1.32 1.16 6.65 13.49 2.76
142 142 Buakayu - Bau 141/KAMPUNG BTS. PINRANG 119°43'26.388"E 3°12'32.654"S 119°41'35.363"E 3°22'33.237"S Bonggakaradeng 27.34 3.5 4.19 0.76 4.15 18.24 5.05 3.84 18.45
143 143 Sipe' - Sandangan 141/KAMPUNG 144/145/SD 119°43'28.166"E 3°11'41.289"S 119°40'46.231"E 3°8'17.669"S Bonggakaradeng 10.14 3.5 0.10 8.05 2.00 9.23 0.91
144 144 Matangli - Sandangan 115/134/KAMPUNG 143/145/SD 119°43'38.811"E 3°5'53.237"S 119°40'46.168"E 3°8'17.591"S Bonggakaradeng,Malimbong Balepe' 11.52 3.5 3.38 8.14 1.88 1.50 8.14
145 145 Sandangan - Masuppu 143/144/SD 146/JBT. MASUPPU 119°40'46.231"E 3°8'17.669"S 119°38'12.96"E 3°8'15.783"S Bonggakaradeng 8.35 3.5 4.00 2.33 2.02 8.33 0.02
146 146 Masuppu - Lekke 145/JBT. MASUPPU 147/PASAR 119°38'12.96"E 3°8'15.783"S 119°33'0.756"E 3°11'32.99"S Simbuang 22.66 3.5 4.21 4.24 0.49 13.72 9.16 0.13 13.37
147 147 Lekke - Buangin 146/PASAR 148/JBT. S. BUANGIN 119°29'7.319"E 3°12'51.299"S 119°29'7.319"E 3°12'51.299"S Mappak,Simbuang 13.27 3.5 5.20 8.07 4.50 3.52 5.25
148 148 Buangin - Kondodewata 147/JBT. S. BUANGIN 149/PUSKESMAS 119°29'7.384"E 3°12'51.715"S 119°28'28.073"E 3°14'6.658"S Mappak 4.30 3.5 1.28 0.16 2.86 1.44 1.70 1.16
149 149 Kondodewata - Saruran 148/PUSKESMAS BTS. MAMASA 119°28'28.073"E 3°14'6.658"S 119°22'9.099"E 3°12'2.236"S Mappak 16.86 3.5 2.39 0.37 4.47 9.62 2.77 4.47 9.62
150 150 Pongbembe - Masewe 147/KAMPUNG BTS. MAMASA 119°30'10.384"E 3°11'18.812"S 119°29'53.729"E 3°10'39.562"S Simbuang 2.56 3.5 2.56 2.56
151 151 Pattawanan - Batutu 43/99/KAMPUNG 152/153 119°47'26.704"E 3°13'4.119"S 119°45'8.003"E 3°13'3.5"S Gandang Batu Silanan,Rano 7.05 3.5 0.38 6.66 0.38 6.66
152 152 Lebannu - Batutu 141/JBT. LEBANNU 151/153 119°43'26.671"E 3°12'37.834"S 119°44'57.947"E 3°14'14.135"S Rano 4.61 3.5 1.58 0.24 2.79 2.06 1.25 1.30
153 153 Batutu - Pongkamisi 151/152 BTS. ENREKANG 119°45'11,129"E 3°13'4,761"S 119°46'28,699"E 3°15'39,974"S Rano 11.80 3.5 4.93 0.82 6.05 5.75 6.05
154 154 Lebannu - Kangdo 152/JBT. LEBANNU 153/KAMPUNG 119°43'29.045"E 3°12'40.353"S 119°44'57.797"E 3°14'14"S Rano 5.94 3.5 4.91 1.03 4.91 1.03
155 155 Kalimbua - Tawan 154/JBT. S. KUSE I 153/KAMPUNG 119°43'27.8"E 3°13'38.334"S 119°45'9.477"E 3°14'33.832"S Rano 6.60 3.5 4.53 2.07 4.53 2.07
156 156 Batukara - Bolo' 153/KAMPUNG 151/KAMPUNG 119°45'51.391"E 3°15'20.089"S 119°46'21.427"E 3°13'15.097"S Rano 9.10 3.5 2.01 7.09 2.01 7.09
157 157 Belau - Kadundung JP/KTR CAMAT 133/KAMPUNG 119°35'9.207"E 2°57'21.976"S 119°34'56.607"E 2°56'42.754"S Masanda 1.70 3.5 1.70 1.70
158 158 Buntu Marinding - Barua 59 56 119°54'59.711"E 3°8'25.847"S 119°55'58.629"E 3°10'1.369"S Mengkendek,Sangalla' Selatan 4.20 3.0 2.58 1.62 4.20
159 159 Gandangbatu - Pessaluan 57 81 119°50'8.876"E 3°13'17.192"S 119°49'22.709"E 3°12'18.531"S Gandang Batu Silanan 3.87 3.0 0.37 3.50 0.37 3.50
160 160 Mebali - Baba Gereja Katolik 127/ kampung 119°47'49.193"E 3°4'4.664"S (blank) Rantetayo,Rembon 6.48 3.0 2.30 4.18 2.30 4.18

3-12
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. No. Panjan Lebar Kondisi (km) Permukaan (km)
NAMA RUAS PENGENAL PANGKAL PENGENAL UJUNG Koordinat Pangkal Koordinat Ujung Kecamatan yang Dilalui Rusak Rusak
Urut Ruas g (km) (m) Baik Sedang Aspal Beton Kerikil Tanah
Ringan Berat
161 161 Tapparan - Rarung 135 123 119°48'43.252"E 3°4'2.182"S 119°48'20.763"E 3°3'4.115"S Rantetayo,Rembon 2.89 3.0 2.29 0.60 2.29 0.60
162 162 Tokesan - Mila 89 77 119°55'50.755"E 3°6'5.036"S 119°57'2.867"E 3°5'1.089"S Sangalla' Selatan 4.75 3.0 2.15 2.60 4.75
163 163 Kuririk - Pattan 118 125 119°45'52.765"E 3°3'45.783"S 119°44'41.06"E 3°2'18.87"S Saluputti 4.29 3.5 1.48 1.68 1.12 0.89 0.59 2.80
164 164 Garotin - Pasa' Manai 57 97 119°49'9.414"E 3°14'37.529"S 119°49'4.17"E 3°15'18.246"S Gandang Batu Silanan 2.08 3.0 0.35 0.28 1.45 0.63 0.20 1.24
165 165 Nusa - Me'tan 142 142/jembatan gantung 119°41'32.121"E 3°17'0.762"S 119°41'35.363"E 3°22'33.237"S Bonggakaradeng 16.31 4.0 16.31 0.18 16.13
166 166 Parodo - Burasia JP 112 119°42'33.938"E 3°0'36.683"S 119°41'54.082"E 3°2'14.587"S Bittuang 6.97 3.5 0.66 6.30 0.66 0.31 6.00
167 167 Tosi' - Longdo 116 120 119°47'0.906"E 3°6'52.231"S 119°47'1.153"E 3°6'51.525"S Malimbong Balepe',Rembon 3.84 3.5 1.33 2.51 1.33 2.51
168 400 Jl. Dalam Kota Makale Makale 27.99 3.5 16.87 2.78 4.28 4.06 16.97 8.06 2.12 0.84
169 401 Jl. Dalam Kota Rantetayo Rantetayo 5.06 3.5 2.04 3.02 0.47 1.57 1.45 1.57
170 402 Jl. Dalam Kota Rante Lemo Makale Utara 5.94 3.5 2.23 1.14 1.32 1.25 0.39 3.34 1.71 0.50
171 403 Jl. Dalam Kota Ge'tengan Mengkendek 19.91 3.5 3.97 4.14 8.76 3.04 1.71 7.00 8.60 2.60
172 404 Jl. Dalam Kota Sangalla Sangalla' 3.42 3.5 3.42 3.42
173 405 Jl. Dalam Kota Ulusalu Saluputti 5.03 3.5 4.69 0.17 0.17 2.61 2.25 0.08 0.09
174 406 Jl. Dalam Kota Bittuang Bittuang 9.69 3.5 6.44 0.67 2.58 0.79 6.17 0.31 2.41
175 407 Jl. Dalam Kota Rembon Rembon 7.75 3.5 4.24 0.97 1.96 0.58 0.87 5.65 0.80 0.43
176 408 Jl. Dalam Kota Buakayu Bonggakaradeng 5.64 3.5 2.92 1.14 1.57 0.80 3.85 0.99
TOTAL PANJANG JALAN 1155.99 428.45 120.27 161.99 445.22 235.88 402.14 221.90 296.77
Sumber: Dinas Pu dan Binamarga, 2016

3-13
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 3.11. Tabel Profil Kondisi Jalan di Kabupaten Toraja Utara
JENIS PERMUKAAN KONDISI JALAN
Nama Ruas Jalan
Nomor Nama Kecamatan Panjang Lebar Rata -
Rusak
Ruas Yang DiLalui Ruas (Km) Rata (M) Aspal Beton Kerikil Tanah Baik Sedang Rusak
Pangkal Ujung Berat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
58 Bolokan (Batas Tator) Awan Awan Rante Karua 6.70 3.50 - - 6.70 - 6.70 1.00 - - 5.70
66 Awan To' Tallang Awan Rante Karua 5.80 3.50 - 5.80 - - 5.80 - - - 5.80
60 To' Tallang Londong Biang Awan Rante Karua 4.50 3.50 - - - 4.50 4.50 0.50 - 1.00 3.00
61 Londong Biang Baruppu (Barereng) Awan Rante Karua/Baruppu 9.30 3.50 - - - 9.30 9.30 - - 3.00 6.30
42 Baruppu' (Barereng) Pulu - Pulu Baruppu/Buntu Pepasan 13.60 3.50 - 4.20 9.40 13.60 1.00 1.50 4.00 7.10
34 Pulu Pulu Sapan Buntu Pepasan 8.70 3.50 - - 6.10 2.60 8.70 - - 3.00 5.70
33 Sapan Pangkung Batu (To Dama) Buntu Pepasan 9.20 3.50 - 9.20 - - 9.20 4.00 1.00 2.00 2.20
29 Pangkung Batu (To Dama) To Yasa Akung Bangkelekila/Buntu Pepasan 11.50 3.50 - - 7.30 4.20 11.50 - 1.50 4.00 6.00
30 To' Yasa Akung Minanga Bangkekila/Sa'dan 7.60 3.50 - - 4.10 3.50 7.60 1.00 1.20 2.40 3.00
6 Minanga Sarang - Sarang Sa'dan 10.50 3.50 - 2.50 5.50 2.50 10.50 - 1.50 3.00 6.00
7 Sarang - Sarang Puling Sa'dan 5.10 3.50 - - - 5.10 5.10 - 1.00 2.00 2.10
8 Puling Sangkaropi' Sa'dan 4.80 3.50 - 3.00 - 1.80 4.80 2.00 1.50 1.30 -
3 Sangkaropi Bobatu (Sadan) Sa'dan 7.10 3.50 - 0.50 6.60 - 7.10 - 4.00 1.60 1.50
4 Sa'dan Balusu Sa'dan/Balusu 6.50 3.50 6.50 - - - 6.50 - 1.00 3.00 2.50
116 Balusu Tandung Nanggala/Balusu 6.40 3.50 6.40 - - - 6.40 - - 2.00 4.40

Tandung Seko Jalan Nasional 2.00 4.00 2.00 - - - 2.00 2.00 - - -


108 Seko Pitung Penanian Nanggala 13.20 3.50 - - 13.20 - 13.20 2.00 2.50 3.70 5.00
111 Pitung Penanian Pa'tambenan Nanggala 6.30 3.50 - - 6.30 - 6.30 - - 2.00 4.30

112 Pa'tambenan Saruran Nanggala 5.70 3.50 3.00 - 2.70 - 5.70 1.50 1.00 1.20 2.00
96 Saruran Penanda (Rantebua) Nanggala/Rantebua 3.30 3.50 - - 3.30 - 3.30 - - 1.00 2.30
90 Rantebua (Sanggalangi) Mongsia (Batas Kab. Tana Toraja) Rantebua 16.20 3.50 - - - 16.20 16.20 - - - 16.20

Panjang Ruas Jalan 164.00 - 17.90 25.20 71.20 49.70 164.00 15.00 17.70 40.20 91.10
Sumber Dinas PU dan Binamarga, 2016

3-14
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1. Kondisi Infrastruktur Jalan pada Kawasan Destinasi Wisata
Tabel 3.12. Tabel Profil Kondisi Jalan Pada Kawasan Destinasi Wisata di KSPN Toraja
PANJANG LEBAR JENIS PERMUKAAN (KM) KONDISI (KM)
NO NAMA UJUNG NO TITIK PENGENAL TITIK PENGENAL KLASIFI PENANGANAN
NAMA PANGKAL RUAS RUAS JALAN RABAT TELFORD/ FUNGSI LHR
URUT RUAS RUAS PANGKAL AKHIR ASPAL TANAH BAIK RUSAK KASI TERAKHIR
(KM) (M') BETON KERIKIL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 16 17 18 19 20
KAWASAN WISATA PANGO-PANGO
1 KENDENAN PALANGKA 22 JN KM 309 + 300 9/KAMPUNG 6.90 3.50 6.90 6.90 LU LP1
2 TOMBANG SURRUK 16 31/KAMPUNG 9/33 6.90 3.50 2.00 4.90 2.00 4.90 LU LP2
3 TO'TALLANG SANDABILIK 23 JP/JBT 1/JBT LEDAN 5.20 3.50 1.00 2.00 2.20 2.20 LU LP2
KAWASAN WISATA SILLANAN
1 MEBALI KADUAJA 57 JN. KM 296 +350 BTS. ENREKANG 17.30 3.50 15.80 1.5 7.00 2.30 LU LP1
2 SILLANAN RA'PU PABUARAN 84 57/KAMPUNG 11/99/KAMPUNG 12.00 3.50 1.80 3.60 6.60 5.40 6.60 LU LP1
TONGKONAN BANUA DITOKE'
1 TO'BUANGIN SONGGO 59 JN.KM 303+950 55/KTR KEC. 9.50 3.50 8.10 1.40 4.50 5.00 LU LP1
2 RANTELEME' TURUNAN 87 59/KAMPUNG 65/KAMPUNG 5.00 3.50 1.30 2.70 1.00 4.00 1.00 LU LP2
TONGKONAN PAPA BATU TUMAKKE
1 REMBON TAPARRAN 123 JP/JBT BANGA 12/JBT TAPPARAN 5.20 3.50 4.20 1.00 2.00 3.20 2.20 LU LP1
KAWASAN WISATA RELIGIUS BURAKE
1 SE'PON BURAKE JN.KM 311+50 9.50 3.50 8.10 1.40 4.50 5.00 LU LP1
2 PAKU PANGLEON 8 JN KM 311 + 700 58/KAMPUNG 4.90 3.50 1.30 3.60 2.30 2.60 LU LP1
KAWASAN WISATA TALONDO TALLU
1 SE'SENG BURASIA 112 JP/KAMPUNG 124/KAMPUNG 11.20 3.50 5.00 6.20 11.20 LU LP1
2 PASSOBO MATANGLI 115 JP/PUSKESMAS 134/144/KAMPUNG 18.50 4.00 5.00 3.00 10.50 5.50 13.00 LU LP1
3 MATANGLI BALEPE 134 115/144/KAMPUNG 132/KAMPUNG 16.20 3.50 16.20 16.20 LU LP1
KAWASAN WISATA LEMO/TILANGGA'
1 RANTE LEMO TILANGNGA 4 JN KM 319 + 800 40/OBY.WISATA 2.60 3.50 2.60 1.00 1.60 LU LP1
2 KEA'TANG TO'KALIMBUANG 5 JN KM 315 + 600 51/KAMPUNG 3.20 3.50 2.80 0.40 1.50 1.70 LU LP1
3 TO'KALIMBUANG TILANGNGA 40 5/GEREJA 4/OBY.WISATA 4.85 3.50 4.85 2.35 2.50 LU LP1
4 LEMO RORRE 41 JN KM 317 + 800 41/SD 2.40 3.50 1.20 1.20 1.00 1.40 LU LP2
KAWASAN MUSEUM BUNTU KALANDO/KUBURAN BATU SUAYA
1 TETEBASSI KONDORAN 58 JN.KM314+200/JBT 55/65 KTR POLSEK 8.60 4.50 8.60 7.00 1.60 LU LP1
2 MAKALE KONDORAN 65 402/JBT.PASAR 58/53/KTR.POLSEK 9.70 3.50 9.70 4.00 5.70 LU LP1
KAWASAN WISATA AIR TERJUN ULUWAY
1 BUNTU DATU MALIBA' 93 JN. KM 287 + 200 63/KAMPUNG 9.00 3.50 0.05 4.00 4.95 4.00 5.00 LU LP1
2 MALIBA ULUWAY 63 BTS ENRG/TAPAL BATAS 98/KAMPUNG 13.10 3.50 10.00 3.10 4.00 9.10 LU LP1
3 ULUWAY RONI/ SANGLELEN 98 63/KAMPUNG 63/KAMPUNG 5.20 3.50 2.00 3.20 1.50 3.70 LU LP2

79.20 25.85 38.65 45.25 71.65 104.50


J UML A H 186.95 3.57
188.95 176.15
PERSENTASE (%) 41.92% 13.68% 20.46% 23.95% 40.68% 59.32%

Sumber: Dinas PU dan Binamarga, 2016

3-15
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1. Kawasan Wisata Alam dan Lebar Jalan : 4-5 m Kondisi : Baik 90% dilengkapi dengan saluran
Agro Wisata Pango-pango Perkerasan : Tanah/sirtu drainase yang memadai
Kondisi : Dalam proses  Objek wisata dan sarana
pengerjaan seperti pintu masuk dan area
parkir perlu di kembangkan
agar lebih menarik minat
wisatawan

5. Kawasan Wisata Alam & Air


SARIRA-LION (LEMO) Terjun Sarambu Assing
PANGO-PANGO
Keterangan:
Lokasi : ± 7 km dari Jalan  Akses Jalan menuju kawasan
Poros/Jalan Utama BUNTU BURAKE
ini perlu diperlebar dan
Ketinggian : ± 1600 m Keterangan: dilengkapi dengan saluran
Lebar Jalan : 4-5 m  Akses Jalan menuju kawasan drainase yang memadai
Perkerasan : Aspal & Beton Bukit Burake perlu diselesaikan
Kondisi : Dalam proses dan dilengkapi dengan saluran 4. Kawasan Wisata Sarira-Lion
pengerjaan drainase dan pengaman/guard (Tilangnga)
Keterangan : rail karena merupakan salah AIR TERJUN SARAMBU ASSING
 Akses Jalan di Kawasan Pango- satu obyek wisata unggulan. Lokasi : ± 35 km dari Kota
pango perlu diselesaikan dan  Perlu adanya perhatian pada Makale, di Kecamatan Bittuang
dilengkapi dengan saluran tikungan-tikungan tajam Ketinggian : ± 1400 m
drainase dan pengaman/guard sehingga mudah dilalui oleh bis Lebar Jalan : 3-4 m
rail karena jalan akses cukup  Objek wisata dan sarana Perkerasan : Beton, tanah
terjal. seperti pintu masuk dan area Kondisi : Beton 20%, tanah
 Perlu adanya perhatian pada parkir perlu di kembangkan 80%
tikungan-tikungan tajam agar lebih menarik minat SARIRA-LION (TILANGNGA) Keterangan:
sehingga mudah dilalui oleh wisatawan  Akses Jalan menuju kawasan
bis. Lokasi : ± 11 km dari Kota ini perlu diperlebar dan
3. Kawasan Wisata Sarira-Lion Makale, di Kecamatan Makale diperkeran serta dilengkapi
2. Kawasan Wisata Religi (Lemo) Utara dengan saluran drainase dan
Buntu Burake Lokasi : ± 9 km dari Kota Lebar Jalan : 3-4 m guard rail yang memadai
Lokasi : ± 2 km dari Jalan Makale, di Kecamatan Makale Perkerasan : Beton  Objek wisata dan sarana
Poros/Jalan Utama Utara Kondisi : Baik 90% seperti pintu masuk dan area
Kota Makale Lebar Jalan : 3-4 m Keterangan : parkir perlu di kembangkan
Ketinggian : ± 1050 m Perkerasan : Beton  Akses Jalan menuju kawasan
ini perlu diperlebar dan

3-16
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
agar lebih menarik minat dilengkapi dengan saluran 9. Kawasan Wisata Desa Adat Lebar Jalan : 3-4 m
wisatawan drainase yang memadai Tumbang Datu) Perkerasan : aspal
Kondisi : baik 80%
6. Kawasan Wisata Sangalla Keterangan :
(Suaya)  Akses Jalan menuju kawasan
ini perlu diperlebar dan
dilengkapi dengan saluran
drainase yang memadai Karena
tempat ini merupakan salah
satu kawasan desa adat yang
DESA ADAT TUMBANG DATU cukup terkenal dan lokasi yang
tidak jauh dari jalan Poros
Lokasi : ± 7 km dari Kota
MAKAM BAYI KAMBIRA
Makale, di Kecamatan Sangalla
SANGALLA (SUAYA) 11. Bandara Baru di Buntu Kuni
Utara
Lokasi : ± 9 km dari Kota 8. Kawasan Wisata Desa Adat Lebar Jalan : 3-4 m
Makale, di Kecamatan Sangalla Bebo’ Perkerasan : aspal
Lebar Jalan : 3-4 m Kondisi : baik 80%
Perkerasan : aspal Keterangan :
Kondisi : baik 90%  Akses Jalan menuju kawasan
Keterangan : ini perlu diperlebar dan
 Akses Jalan menuju kawasan dilengkapi dengan saluran
ini perlu diperlebar dan drainase yang memadai
BUNTU KUNI
dilengkapi dengan saluran
drainase yang memadai 10. Kawasan Wisata Ke’te’ Kesu’ Bandara baru ini merupakan salah
DESA ADAT BEBO’ satu solusi penting dalam
7. Kawasan Wisata Makam meningkatkan pariwisata di
Lokasi : ± 7 km dari Kota Toraja. Dengan jarak ± 5 km dari
Bayi Kambira
Makale, di Kecamatan Sangalla jalan Poros akan memudahkan
Lokasi : ± 9 km dari Kota
Utara wisatawan dalam menjangkau
Makale, di Kecamatan Sangalla
Lebar Jalan : 3-4 m tempat-tempat wisata di Toraja
Lebar Jalan : 3-4 m
Perkerasan : aspal
Perkerasan : beton
Kondisi : baik 80%
Kondisi : baik 85%
Keterangan :
Keterangan : KE’TE’ KESU’
 Akses Jalan menuju kawasan
 Akses Jalan menuju kawasan
ini perlu diperlebar dan Lokasi : ± 4 km di
ini perlu diperlebar dan
dilengkapi dengan saluran Tenggara Rantepao, ± 2 km dari
drainase yang memadai jalan Poros

3-17
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
II. Kondisi Infrastruktur Jembatan di KSPN Toraja
Tabel 3.13. Tabel Profil Jembatan Kabupaten Tana Toraja
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG

1 00101 001 S. Sandabilik Sungai 3.0 4.5 Baik Pelat Beton Kel. Tiromanda Makale Selatan 119o49' 32,207" BT 3o6' 25,784" LS
2 00102 001 S. Sandabilik 2 Sungai 5.0 5.0 Baik Pelat Beton Kel. Tiromanda Makale Selatan 119o48' 55,073" BT 3o6' 19,791" LS
o
3 00104 001 S. Bera 2 Sungai 9.3 5.0 Baik Pelat Beton Kel. Tiromanda Makale Selatan 119 48' 21,422" BT 3o6' 55,102" LS
4 00103 001 S. Bera Sungai 71.0 7.0 Baik Gelagar Beton Limbong Rembon 119o48' 29,358" BT 3o6' 15,258" LS
5 00201 002 S. Butturia Sungai 6.7 3.2 Baik Pelat Beton Kel. Rantetayo Rantetayo 119o49' 52,637" BT 3o2' 39,883" LS
o
6 00501 005 S. To'kalimbuang Sungai 30.0 5.0 Baik Pelengkung Baja Kel. Lion Tondok Iring Makale Utara 119 53' 12,833" BT 3o4' 6,561" LS
7 01001 010 S. Suka' Sungai 6.0 4.5 Baik Pelat Beton Kel. Bungin Makale Utara 119o51' 6,658" BT 3o2' 59,068" LS
8 01102 011 S. Tappe Sungai 7.7 4.0 Baik Pelat Beton Randan Batu Makale Selatan 119o47' 33,943" BT 3o10' 20,253" LS
o
9 01103 011 S. Bungin Sungai 12.0 4.5 Baik Pelat Beton Randan Batu Makale Selatan 119 47' 37,397" BT 3o11' 2,521" LS
o
10 01101 011 S. Durian Sungai 14.0 5.0 Baik Pelat Beton Randan Batu Makale Selatan 119 47' 24,681" BT 3o8' 15,309" LS
11 01104 011 S. Bungin 2 Sungai 10.8 4.5 Baik Gelagar Beton Pa'buaran Makale Selatan 119o47' 48,195" BT 3o11' 18,741" LS
o
12 01105 011 S. Padangtonik Sungai 4.0 4.7 Baik Gelagar Beton Pa'buaran Makale Selatan 119 47' 39,688" BT 3o11' 29,383" LS
o
13 01202 012 S. Tapparan 2 Sungai 4.5 4.0 Baik Pelat Beton Kel. Tapparan Rantetayo 119 48' 18,523" BT 3o2' 54,759" LS
14 01201 012 S. Tapparan Sungai 65.7 6.0 Baik Rangka Baja Kel. Tapparan Rantetayo 119o48' 24,116" BT 3o3' 0,438" LS
o
15 01203 012 S. Tapparan 3 Sungai 16.5 4.5 Baik Gelagar Beton Kel. Tapparan Rantetayo 119 48' 5,586" BT 3o2' 4,341" LS
o
16 01205 012 S. Peta 2 Sungai 14.0 4.5 Baik Gelagar Beton Bambalu Kurra 119 47' 10,997" BT 3o0' 21,241" LS
17 01204 012 S. Peta 1 Sungai 15.0 4.8 Baik Gelagar Beton Bambalu Kurra 119o47' 11,278" BT 3o0' 30,547" LS
18 01301 013 S. Ki'atang Sungai 23.4 1.4 Baik Rangka Baja Kel. Bungin Makale Utara 119o51' 57,974" BT 3o3' 52,418" LS
o
19 01401 014 S. Siguntu Sungai 3.0 3.5 Baik Pelengkung Beton Bertulang Kel. Bungin Makale Utara 119 52' 1,639" BT 3o3' 27,267" LS
20 01503 015 S. Parandang II Sungai 1.0 5.0 Rusak Ringan Pelat Beton Kel. Lemo Makale Utara 119o53' 13,003" BT 3o3' 17,028" LS
21 01502 015 S. Parandang I Sungai 1.5 4.0 Baik Pelat Beton Kel. Lemo Makale Utara 119o52' 55,050" BT 3o3' 7,557" LS
o
22 01501 015 S. Buntu Minanga Sungai 4.8 2.9 Baik Pelat Beton Kel. Lemo Makale Utara 119 52' 31,139" BT 3o3' 3,542" LS
23 01601 016 S. Pasang Sungai 5.0 3.7 Baik Pelat Beton Kel. Sandabilik Makale Selatan 119o49' 17,983" BT 3o7' 27,696" LS
24 01701 017 S. Pangkali Sungai 2.5 1.0 Kritis Sementara Kayu Kel. Bungin Makale Utara 119o50' 50,711" BT 3o3' 18,117" LS
o
25 01801 018 S. Bolong Sungai Madandan Rantetayo 119 50' 17,147" BT 3o1' 15,411" LS
26 02101 021 S. Kaluppang Sungai 3.0 3.5 Baik Pelat Beton Kel. Tapparan Rantetayo 119o47' 50,820" BT 3o3' 4,506" LS
27 02201 022 S. Paria Sungai 9.0 3.5 Rusak Ringan Pelat Beton Kel. Manggau Makale 119o50' 51,401" BT 3o7' 44,993" LS
o
28 02301 023 S. Sandabilik Sungai 60.0 5.0 Baik Gelagar Beton Kel. Rante Makale 119 48' 53,640" BT 3o6' 18,030" LS
o
29 02401 024 S. Bambalu Sungai 21.1 3.3 Rusak Gelagar Beton Bambalu Kurra 119 48' 2,069" BT 3o1' 19,694" LS
30 02501 025 S. Dulang Sungai 5.0 4.0 Rusak Pelat Beton Kel. Rantetayo Rantetayo 119o49' 27,007" BT 3o2' 15,022" LS
o
31 03202 032 S. Rantekurra II Sungai 18.0 4.0 Baik Gelagar Beton Bambalu Kurra 119 47' 23,012" BT 2o59' 43,372" LS
o
32 03201 032 S. Rantekurra Sungai 0.0 3.0 Baik Pelat Beton Bambalu Kurra 119 47' 36,007" BT 2o59' 31,907" LS
33 03301 033 S. Surruk I Sungai 3.0 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Kel. Pasang Makale Selatan 119o49' 13,239" BT 3o9' 1,838" LS
o
34 03302 033 S. Surruk II Sungai 3.5 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Kel. Pasang Makale Selatan 119 49' 7,554" BT 3o9' 7,640" LS
o
35 03303 033 S. Surruk III Sungai 2.5 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Kel. Pasang Makale Selatan 119 49' 5,260" BT 3o9' 12,007" LS

3-18
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG

36 03304 033 S. Pangra'ta I Sungai 2.5 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Randan Batu Makale Selatan 119o49' 7,607" BT 3o9' 19,876" LS
37 03305 033 S. Pangra'ta II Sungai 4.0 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Randan Batu Makale Selatan 119o49' 10,248" BT 3o9' 24,875" LS
38 03306 033 S. Pangra'ta III Sungai 3.0 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Randan Batu Makale Selatan 119o49' 9,704" BT 3o9' 26,615" LS
o
39 03307 033 S. Pangra'ta IV Sungai 3.0 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Randan Batu Makale Selatan 119 49' 2,863" BT 3o9' 30,681" LS
40 03402 034 S. Salukanan Sungai 6.0 5.0 Baik Pelat Beton Maroson. Kurra 119 45' 59,652" BT 2o57' 34,652" LS
o

41 03401 034 S. Sangpolo Sungai 6.0 4.0 Baik Pelat Beton Limbong Sangpolo Kurra 119o45' 57,185" BT 2o57' 51,756" LS
42 03501 035 S. Sulokko Sungai 4.0 3.3 Kritis Sementara Kayu Tiroan Bittuang 119o42' 34,992" BT 2o56' 58,590" LS
43 03701 037 S. Botang Sungai 12.9 4.6 Baik Gelagar Beton Kel. Botang Makale 119o51' 45,632" BT 3o7' 30,053" LS
44 03901 039 S. Lapandan Sungai 73.3 5.9 Baik Rangka Baja Kel. Lapandan Makale 119o51' 44,060" BT 3o4' 52,114" LS
45 04203 042 S. Rappa Sungai 10.0 3.0 Rusak Ringan Gelagar Beton Randan Batu Makale Selatan 119o46' 59,384" BT 3o10' 13,181" LS
46 04202 042 S. Patekke II Sungai 4.0 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Randan Batu Makale Selatan 119o47' 8,196" BT 3o10' 7,394" LS
47 04201 042 S. Patekke I Sungai 3.0 3.0 Rusak Ringan Pelat Beton Randan Batu Makale Selatan 119 46' 59,073" BT 3o9' 54,593" LS
o

48 04301 043 S. Tibongso I Sungai 4.7 3.9 Baik Pelat Beton Bo'ne Buntu Sisong Makale Selatan 119o47' 6,734" BT 3o12' 36,093" LS
49 04302 043 S. Tibongso II Sungai 3.5 3.9 Baik Pelat Beton Bo'ne Buntu Sisong Makale Selatan 119 47' 13,081" BT 3o12' 42,672" LS
o

50 04303 043 S. Pattawanan I Sungai 4.7 4.2 Baik Pelat Beton Bo'ne Buntu Sisong Makale Selatan 119o47' 16,559" BT 3o12' 52,012" LS
51 04304 043 S. Pattawanan II Sungai 4.2 4.0 Baik Pelat Beton Bo'ne Buntu Sisong Makale Selatan 119o47' 20,863" BT 3o12' 57,285" LS
52 04501 045 S. Palio' Sungai 5.4 2.3 Baik Pelat Beton Kel. Bungin Makale Utara 119o50' 5,755" BT 3o3' 55,973" LS
o
53 05202 052 S. Lino' Sungai 9.7 3.0 Baik Gelagar Beton Tumbang Datu Sangalla' Utara 119 55' 0,837" BT 3o3' 19,106" LS
54 05201 052 S. Tetetallu Sungai 5.5 2.8 Rusak Ringan Pelat Beton Kel. Bebo' Sangalla' Utara 119 54' 57,039" BT 3o3' 45,782" LS
o

55 05501 055 S. Makula Sungai 9.3 3.2 Baik Pelat Beton Tokesan Sangalla' Selatan 119o55' 20,152" BT 3o6' 45,880" LS
56 05604 056 S. Rantedollok Sungai 14.6 3.7 Baik Gelagar Beton Rantedada Mengkendek 119o54' 50,294" BT 3o11' 55,776" LS
57 05602 056 S. Sosson Sungai 3.5 3.0 Baik Pelat Beton Kel. Tampo Mengkendek 119o54' 8,402" BT 3o12' 42,260" LS
58 05603 056 S. Rante Sungai 3.2 3.0 Baik Pelat Beton Rantedada Mengkendek 119 54' 35,226" BT 3o12' 20,930" LS
o

59 05601 056 S. Malino Sungai 9.7 3.7 Baik Gelagar Beton Kel. Tampo Mengkendek 119o53' 57,146" BT 3o12' 56,364" LS
60 05605 056 S. To'lamba Sungai 4.0 4.5 Baik Pelat Beton Batualu Selatan Sangalla' Selatan 119o56' 15,442" BT 3o9' 38,344" LS
61 05702 057 S. Kaduaja Sungai 6.0 4.0 Baik Pelat Beton Kaduaja Gandang Batu Silanan 119o47' 39,698" BT 3o14' 22,790" LS
62 05701 057 S. Gandang Batu Sungai 3.7 4.0 Baik Pelat Beton Kel. Benteng Ambeso Gandang Batu Silanan 119o49' 11,964" BT 3o14' 35,414" LS
63 05801 058 S. Sarambu Sungai 12.4 3.3 Baik Gelagar Beton Saluallo Sangalla' Utara 119o53' 44,497" BT 3o4' 15,659" LS
64 05802 058 S. Sandale Sungai 9.5 3.6 Baik Gelagar Beton Saluallo Sangalla' Utara 119o55' 4,685" BT 3o4' 33,812" LS
o
65 06001 060 S. Mamara Sungai 8.1 4.1 Baik Pelat Beton Gasing Mengkendek 119 51' 5,991" BT 3o9' 21,991" LS
66 06309 063 S. Batu Rondon Sungai 4.0 6.0 Baik Pelat Beton Uluway Mengkendek 119 58' 47,528" BT 3o16' 48,041" LS
o

67 06310 063 S. Karangan Sungai 6.0 6.0 Baik Pelat Beton Uluway Mengkendek 119o59' 8,030" BT 3o16' 56,046" LS
68 06311 063 S. Gandang Sungai 6.0 5.0 Baik Pelat Beton Uluway Mengkendek 119 59' 17,185" BT 3o17' 7,754" LS
o

69 06308 063 S. Palli 5 Sungai 6.0 5.5 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o58' 13,540" BT 3o16' 50,298" LS
70 06303 063 S. Palli 4 Sungai 5.0 5.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o56' 57,133" BT 3o16' 48,837" LS

3-19
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG

71 06304 063 S. Palli 3 Sungai 4.0 4.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o57' 3,545" BT 3o16' 50,236" LS
72 06302 063 S. Palli 2 Sungai 4.0 5.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o56' 45,723" BT 3o16' 52,483" LS
73 06305 063 S. Palli 6 Sungai 4.5 4.0 Rusak Ringan Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o57' 15,370" BT 3o16' 52,931" LS
74 06301 063 S. Palli 1 Sungai 5.0 6.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o56' 43,936" BT 3o16' 53,715" LS
75 06306 063 S. Bubun Bombo Sungai 5.0 5.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o57' 51,317" BT 3o16' 55,563" LS
76 06307 063 S. Peta'buan Sungai 7.0 5.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o57' 58,550" BT 3o16' 56,338" LS
77 06401 064 S. Pangleon Sungai 17.5 3.5 Rusak Ringan Gelagar Beton Betteng Deata Gandang Batu Silanan 119o50' 30,439" BT 3o15' 15,642" LS
78 06402 064 S. Ta'pankila Sungai 12.0 5.0 Baik Gelagar Beton Garassik Gandang Batu Silanan 119o49' 53,319" BT 3o14' 57,201" LS
79 06501 065 S. Turunan Sungai 5.0 4.0 Baik Pelat Beton Turunan Sangalla' 119o53' 29,458" BT 3o6' 8,173" LS
80 06602 066 S. Purabaya 2 Sungai 4.6 3.1 Baik Pelat Beton Kel. Leatung Sangalla' Utara 119o55' 49,130" BT 3o3' 59,920" LS
81 06601 066 S. Purabaya 1 Sungai 4.9 3.6 Baik Pelat Beton Kel. Leatung Sangalla' Utara 119o55' 49,368" BT 3o4' 2,430" LS
82 06801 068 S. To'po'pong Sungai 10.0 2.0 Baik Gelagar Beton Raru Sibunuan Sangalla' Selatan 119o55' 48,934" BT 3o5' 45,718" LS
83 06901 069 S. Balalo Sungai 6.0 4.5 Baik Gelagar Beton Batualu Sangalla' Selatan 119o57' 40,167" BT 3o7' 16,512" LS
84 06903 069 S. Tambutu 1 Sungai 6.0 4.0 Baik Pelat Beton Batualu Sangalla' Selatan 119o58' 1,033" BT 3o7' 19,758" LS
85 06902 069 S. Tambutu 2 Sungai 12.0 1.0 Kritis Sementara Kayu Batualu Sangalla' Selatan 119o58' 2,491" BT 3o7' 41,066" LS
86 07001 070 S. Piri (Tampo) Sungai 24.8 3.5 Baik Rangka Baja Kel. Tampo Mengkendek 119 54' 14,522" BT 3o12' 44,695" LS
o

87 07002 070 S. Kapa'-Kapa' Sungai 15.5 3.5 Rusak Ringan Gelagar Beton Rantedada Mengkendek 119o54' 43,991" BT 3o12' 56,375" LS
88 07003 070 S. Mararin Sungai 15.7 4.5 Baik Gelagar Beton Rantedada Mengkendek 119o55' 32,331" BT 3o13' 38,611" LS
89 07004 070 S. Mararin2 Sungai 6.0 6.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o57' 18,299" BT 3o15' 10,570" LS
90 07005 070 S. Ramboyang 1 Sungai 5.5 5.5 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o57' 30,895" BT 3o15' 32,450" LS
91 07006 070 S. Ramboyan 2 Sungai 12.5 6.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o57' 35,373" BT 3o15' 37,584" LS
92 07301 073 S. Tongko Sungai 17.0 4.0 Baik Gelagar Beton Kel. Tongko Sarapung Sangalla' 119o54' 13,891" BT 3o4' 37,652" LS
93 07601 076 S. Tongko2 Sungai 1.7 3.2 Baik Pelat Beton Kaero Sangalla' 119o54' 39,131" BT 3o5' 22,730" LS
94 07705 077 S. Sarambu Sungai 5.0 5.0 Baik Pelat Beton Raru Sibunuan Sangalla' Selatan 119o56' 42,803" BT 3o5' 27,167" LS
95 07701 077 S. Totumbang Sungai 14.7 2.8 Baik Gelagar Beton Kel. Tongko Sarapung Sangalla' 119o55' 21,500" BT 3o4' 51,795" LS
96 07702 077 S. Kambutu Sungai 4.2 4.2 Baik Pelat Beton Rantela'bi' Kambisa Sangalla' Utara 119o56' 5,436" BT 3o5' 28,004" LS
o
97 07703 077 S. Kombong Sungai 4.3 4.3 Baik Pelat Beton Rantela'bi' Kambisa Sangalla' Utara 119 56' 6,800" BT 3o5' 29,333" LS
98 07704 077 S. Sibunian Sungai 4.6 4.3 Baik Pelat Beton Raru Sibunuan Sangalla' Selatan 119o56' 19,545" BT 3o5' 37,312" LS
99 08102 081 S. Pessaluan 1 Sungai 4.0 3.5 Baik Pelat Beton Kel. Benteng Ambeso Gandang Batu Silanan 119o49' 15,412" BT 3o12' 21,936" LS
100 08101 081 S. Pessaluan 2 Sungai 4.0 2.0 Rusak Berat Sementara Kayu Kel. Benteng Ambeso Gandang Batu Silanan 119o49' 10,474" BT 3o12' 31,114" LS
101 08301 083 S. Pangleon Sungai 15.5 4.7 Rusak Ringan Gelagar Beton Simbuang. Mengkendek 119o55' 26,252" BT 3o11' 48,051" LS
102 08402 084 S. Batu Sungai 5.0 4.0 Baik Pelat Beton Bo'ne Buntu Sisong Makale Selatan 119o48' 2,359" BT 3o11' 33,592" LS
103 08401 084 S. Ra'pu Sungai 5.5 3.5 Baik Pelat Beton Gandangbatu Gandang Batu Silanan 119 50' 19,820" BT 3o11' 20,875" LS
o

104 08501 085 S. Lempe Sungai 4.1 3.0 Baik Pelat Beton Gasing Mengkendek 119o52' 47,577" BT 3o10' 51,728" LS
105 08801 088 S. Pararra' Sungai 12.8 4.6 Baik Gelagar Beton Kel. Bebo' Sangalla' Utara 119o54' 10,393" BT 3o3' 55,479" LS

3-20
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG

106 08802 088 S. KananDena' Sungai 3.0 3.5 Baik Pelat Beton Tumbang Datu Sangalla' Utara 119o54' 47,573" BT 3o2' 56,736" LS
107 08901 089 S. Rarukan Sungai 4.0 2.0 Baik Pelat Beton Raru Sibunuan Sangalla' Selatan 119o55' 39,279" BT 3o5' 48,888" LS
108 09001 090 S. Sundung Sungai 32.0 1.2 Rusak Ringan Gantung Kayu Pa'tengko Mengkendek 119o54' 8,045" BT 3o14' 34,199" LS
109 09104 091 S. Sarong 1 Sungai 5.7 4.0 Rusak Ringan Pelat Beton Kel. Tosapan Makale Selatan 119 50' 26,592" BT 3o8' 51,719" LS
o

110 09103 091 S. Sarong 2 Sungai 5.0 3.5 Baik Pelat Beton Gasing Mengkendek 119o50' 31,692" BT 3o9' 30,137" LS
111 09102 091 S. Gasing 2 Sungai 0.0 3.5 Baik Pelat Beton Gasing Mengkendek 119o50' 37,374" BT 3o9' 38,744" LS
112 09101 091 S. Gasing Sungai 3.7 3.5 Baik Pelat Beton Gasing Mengkendek 119o50' 37,647" BT 3o9' 41,682" LS
113 09201 092 S. Marrang 2 Sungai 5.0 3.5 Baik Gelagar Beton Kel. Rante Kalua' Mengkendek 119o53' 43,260" BT 3o11' 22,860" LS
114 09202 092 S. Marrang 1 Sungai 3.0 4.0 Baik Pelat Beton Kel. Rante Kalua' Mengkendek 119o53' 38,034" BT 3o11' 15,071" LS
115 09306 093 S. Maliba Sungai 4.0 4.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o56' 10,101" BT 3o16' 39,170" LS
116 09301 093 S. Buntu Datu Sungai 14.0 2.7 Baik Gelagar Beton Buntudatu Mengkendek 119o53' 28,347" BT 3o14' 34,829" LS
117 09304 093 S. Buntu Datu2 Sungai 5.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Pakala Mengkendek 119o55' 18,618" BT 3o15' 45,948" LS
118 09305 093 S. Malino Sungai 15.0 5.0 Baik Pelat Beton Uluway Barat Mengkendek 119o55' 45,210" BT 3o15' 55,708" LS
119 09303 093 S. Kambuno Sungai 9.7 4.8 Baik Pelat Beton Pa'tengko Mengkendek 119o54' 33,697" BT 3o15' 25,539" LS
120 09302 093 S. Kambuno2 Sungai 2.5 5.0 Baik Pelat Beton Pa'tengko Mengkendek 119o54' 26,404" BT 3o15' 26,282" LS
121 09501 095 S. Piri Sungai 8.0 5.0 Baik Pelat Beton Simbuang. Mengkendek 119o55' 18,982" BT 3o10' 25,338" LS
122 09601 096 S. Simbuang Sungai 8.2 4.9 Baik Gelagar Beton Simbuang. Mengkendek 119o56' 8,660" BT 3o11' 19,948" LS
123 09703 097 S. Madallo 3 Sungai 4.5 4.5 Baik Pelat Beton Kel. Benteng Ambeso Gandang Batu Silanan 119 49' 19,479" BT 3o14' 39,512" LS
o

124 09702 097 S. Madallo 2 Sungai 8.6 4.5 Baik Gelagar Beton Kel. Benteng Ambeso Gandang Batu Silanan 119o49' 12,602" BT 3o14' 48,337" LS
125 09701 097 S. Madallo 1 Sungai 3.0 4.0 Baik Pelat Beton Garassik Gandang Batu Silanan 119o49' 18,177" BT 3o15' 4,544" LS
126 09802 098 S. Pekanoran Sungai 4.0 3.0 Baik Pelat Beton Uluway Mengkendek 119o58' 36,503" BT 3o17' 25,362" LS
127 09801 098 S. Awo Sungai 10.0 4.0 Runtuh Sementara Kayu Uluway Mengkendek 119o58' 37,342" BT 3o17' 42,308" LS
128 10001 100 S. Sembang Sungai 6.0 3.5 Baik Pelat Beton Ke'pe' Tinoring Mengkendek 119o52' 3,647" BT 3o9' 22,206" LS
129 10201 102 S. Mila' Sungai 4.0 2.0 Kritis Sementara Kayu Raru Sibunuan Sangalla' Selatan 119 56' 56,457" BT 3o4' 29,714" LS
o

130 10401 104 S. Langso Sungai 5.5 3.0 Rusak Ringan Pelat Beton Garassik Gandang Batu Silanan 119o50' 29,109" BT 3o14' 56,170" LS
131 10901 109 S. Tarangga 1 Sungai 6.0 5.0 Baik Gelagar Beton Pakala Mengkendek 119o57' 1,729" BT 3o12' 47,094" LS
132 10902 109 S. Tarangga 2 Sungai 6.0 3.0 Baik Pelat Beton Pakala Mengkendek 119 56' 36,958" BT 3o12' 55,783" LS
o

133 11001 110 S. Lamba' Sungai 5.0 4.0 Baik Pelat Beton Kel. Rante Alang Sangalla' Selatan 119o56' 0,605" BT 3o9' 17,491" LS
134 11101 111 S. Tabatan Sungai 20.0 5.0 Baik Gelagar Beton SaluTapokko Saluputti 119o45' 18,296" BT 3o2' 4,138" LS
135 11102 111 S. Tiakka Sungai 41.5 5.0 Baik Rangka Baja Salu Tandung Saluputti 119o43' 56,975" BT 3o0' 50,282" LS
136 11203 112 S. Burasia 3 Sungai 7.2 3.2 Kritis Sementara Kayu Burasia Bittuang 119o41' 46,493" BT 3o2' 51,212" LS
137 11201 112 S. Burasia 1 Sungai 3.0 3.5 Baik Pelat Beton Kandua' Bittuang 119o41' 50,221" BT 3o0' 46,367" LS
138 11202 112 S. Burasia 2 Sungai 3.0 4.0 Baik Pelat Beton Kandua' Bittuang 119o41' 43,162" BT 3o1' 2,862" LS
139 11302 113 S. Tapokko Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu SaluTapokko Saluputti 119o45' 25,928" BT 3o1' 5,957" LS
140 11301 113 S. Tapokko2 Sungai 15.0 1.0 Kritis Sementara Kayu SaluTapokko Saluputti 119o45' 0,187" BT 3o0' 45,161" LS

3-21
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG
o o
141 11404 114 S. Pondan Sungai 4.1 7.2 Baik Pelat Beton Balla Bittuang 119 40' 45,131" BT 2 57' 25,360" LS
142 11407 114 S. Bolokan 2 Sungai 4.0 3.7 Rusak Ringan Pelat Beton Tiroan Bittuang 119o42' 3,875" BT 2o56' 42,088" LS
143 11405 114 S. Radda Sungai 20.3 3.7 Baik Gelagar Beton Balla Bittuang 119o40' 55,377" BT 2o57' 11,306" LS
144 11406 114 S. Bolokan 1 Sungai 12.0 3.7 Rusak Ringan Gelagar Beton Tiroan Bittuang 119o41' 58,465" BT 2o56' 40,020" LS
145 11409 114 S. Bolokan 2 Sungai 4.5 4.0 Rusak Ringan Pelat Beton Tiroan Bittuang 119o42' 36,329" BT 2o55' 59,411" LS
146 11408 114 S. Bolokan 3 Sungai 4.0 3.5 Baik Pelat Beton Tiroan Bittuang 119o42' 26,045" BT 2o56' 5,117" LS
147 11403 114 S. Marue Sungai 6.6 1.5 Baik Gelagar Beton Balla Bittuang 119o40' 40,484" BT 2o57' 43,018" LS
148 11402 114 S. Balla Sungai 4.0 5.3 Baik Pelat Beton Kel. Bittuang Bittuang 119o40' 19,740" BT 2o57' 53,021" LS
149 11401 114 S. Saluputti Sungai 20.7 3.7 Kritis Gelagar Beton Kel. Bittuang Bittuang 119o40' 18,500" BT 2o57' 53,898" LS
150 11501 115 S. Parrapo Sungai 16.4 3.0 Baik Gelagar Beton Kel. Rembon Rembon 119o47' 6,100" BT 3o4' 44,675" LS
151 11504 115 S. Peda 2 Sungai 9.0 4.0 Rusak Pelat Beton Lemo Menduruk Malimbong Balepe' 119o44' 49,970" BT 3o4' 54,579" LS
152 11505 115 S. Ratte 1 Sungai 12.0 4.0 Baik Gelagar Beton Leppan Malimbong Balepe' 119o44' 10,157" BT 3o6' 15,235" LS
153 11502 115 S. Malimbong Sungai 3.2 3.7 Baik Pelat Beton Kel. Malimbong Malimbong Balepe' 119o45' 59,054" BT 3o4' 37,647" LS
154 11503 115 S. Peda 1 Sungai 4.3 3.7 Baik Pelat Beton Kel. Malimbong Malimbong Balepe' 119o45' 41,947" BT 3o4' 41,571" LS
155 11507 115 S. Bone Sungai 5.2 4.0 Baik Pelat Beton Leppan Malimbong Balepe' 119o43' 51,341" BT 3o6' 21,963" LS
156 11506 115 S. Ratte 2 Sungai 5.3 3.2 Rusak Ringan Pelengkung Beton Bertulang Leppan Malimbong Balepe' 119o43' 53,917" BT 3o6' 22,902" LS
157 11604 116 S. Karappa Sungai 5.7 3.2 Baik Pelat Beton Kayuosing Rembon 119o46' 14,057" BT 3o8' 39,522" LS
158 11601 116 S. To'pao 1 Sungai 4.7 3.7 Baik Pelat Beton Batusura' Rembon 119o46' 59,246" BT 3o7' 18,169" LS
159 11602 116 S. To'pao 2 Sungai 5.1 3.2 Baik Pelat Beton To' Pao Rembon 119o46' 59,322" BT 3o8' 4,735" LS
160 11603 116 S. Karappa 1 Sungai 4.3 3.2 Baik Pelat Beton To' Pao Rembon 119o46' 55,583" BT 3o8' 14,215" LS
161 11701 117 S. Rea Sungai 28.0 3.0 Baik Gelagar Beton Rea Tulak Langi Saluputti 119o46' 8,317" BT 3o2' 44,300" LS
162 11801 118 S. Pasang Sungai 4.0 3.5 Baik Pelat Beton Kel. Malimbong Malimbong Balepe' 119 45' 33,149" BT 3o4' 29,455" LS
o

163 11801 118 S. Kuririk Sungai 11.3 3.5 Baik Gelagar Beton Kel. Pattan Ulusalu Saluputti 119o45' 48,305" BT 3o3' 48,487" LS
164 11901 119 S. Buatarrung Sungai 11.3 1.4 Rusak Ringan Gorong-gorong Pipa Beton Bua' Tarrung Rembon 119o46' 59,175" BT 3o6' 24,312" LS
165 12001 120 S. Nosu Sungai 5.7 3.2 Baik Gelagar Beton Kel. Talion Rembon 119o47' 15,605" BT 3o5' 13,644" LS
166 12003 120 S. Longdo Sungai 4.0 1.5 Kritis Sementara Kayu Kel. Malimbong Malimbong Balepe' 119o45' 22,683" BT 3o5' 42,168" LS
167 12002 120 S. Langdo Sungai 4.2 2.7 Baik Pelat Beton Sarapeang Rembon 119o46' 58,455" BT 3o5' 17,821" LS
168 12101 121 S. Pali Sungai 12.2 3.3 Baik Gelagar Beton Patongloan Bittuang 119o39' 38,125" BT 2o58' 55,033" LS
169 12301 123 S. Banga Sungai 55.0 5.7 Baik Rangka Baja Banga Rembon 119o47' 19,024" BT 3o4' 43,868" LS
170 12401 124 S. Sasak Sungai 12.0 5.0 Baik Gelagar Beton Sasak Bittuang 119o39' 0,728" BT 2o59' 57,198" LS
171 12402 124 S. Bau 1 Sungai 0.0 3.0 Runtuh Sementara Kayu Bau. Bittuang 119 37' 57,929" BT 3o2' 39,247" LS
o

172 12403 124 S. Bau 2 Sungai 4.0 4.0 Rusak Pelat Beton Bau. Bittuang 119o37' 55,851" BT 3o3' 16,375" LS
173 12501 125 S. Ra'bung I Sungai 5.2 4.0 Baik Pelat Beton Sa'tandung Saluputti 119o44' 27,387" BT 3o2' 31,936" LS
174 12503 125 S. Messila I Sungai 4.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Sa'tandung Saluputti 119o44' 1,035" BT 3o3' 48,369" LS
175 12504 125 S. Messila II Sungai 5.0 1.5 Rusak Berat Sementara Kayu Sa'tandung Saluputti 119o44' 1,873" BT 3o3' 53,681" LS
176 12505 125 S. Tappaleke Sungai 8.0 1.5 Kritis Sementara Kayu Sa'tandung Saluputti 119 44' 11,881" BT 3o4' 31,913" LS
o

3-22
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG
o o
176 12505 125 S. Tappaleke Sungai 8.0 1.5 Kritis Sementara Kayu Sa'tandung Saluputti 119 44' 11,881" BT 3 4' 31,913" LS
177 12506 125 S. Taepa Sungai 3.5 4.1 Baik Pelat Beton Sa'tandung Saluputti 119o44' 5,775" BT 3o4' 37,210" LS
178 12507 125 S. Kanali Sungai 18.5 4.5 Baik Gelagar Beton Leppan Malimbong Balepe' 119o44' 3,512" BT 3o4' 46,908" LS
179 12508 125 S. Pattan Sungai 6.5 4.5 Baik Pelat Beton Lemo Menduruk Malimbong Balepe' 119o44' 18,764" BT 3o4' 49,940" LS
180 12601 126 S. Kuririk II Sungai 4.0 4.0 Rusak Ringan Pelat Beton Sa'tandung Saluputti 119o44' 54,497" BT 3o3' 18,058" LS
181 12602 126 S. Ra'bung II Sungai 6.0 3.0 Rusak Berat Sementara Kayu Sa'tandung Saluputti 119o44' 31,896" BT 3o2' 49,566" LS
182 12702 127 S. Tiwa buri Sungai 5.7 3.1 Baik Pelat Beton Ratte Talonge' Saluputti 119o46' 55,403" BT 3o3' 36,621" LS
183 12703 127 S. Tiwa buri2 Sungai 3.0 4.0 Baik Pelat Beton Rea Tulak Langi Saluputti 119o46' 12,086" BT 3o2' 44,573" LS
184 12701 127 S. Tandung Sungai 6.2 3.2 Baik Pelat Beton Buri' Rembon 119o47' 14,884" BT 3o4' 23,743" LS
185 12801 128 S. Kole Sungai 8.2 3.2 Baik Pelat Beton Kore Barebatu Malimbong Balepe' 119o46' 23,613" BT 3o4' 48,395" LS
186 12901 129 S. Se'seng Sungai 20.8 3.2 Baik Gelagar Beton Se'seng Bittuang 119o41' 50,180" BT 2o59' 15,174" LS
187 13001 130 S. Kalembang Sungai 8.0 4.0 Baik Pelat Beton Tapparan Utara Rantetayo 119o47' 51,057" BT 3o1' 50,666" LS
188 13003 130 S. Kalembang2 Sungai 14.0 4.0 Baik Gelagar Beton SaluTapokko Saluputti 119o45' 24,783" BT 3o1' 49,692" LS
189 13002 130 S. Kalembang3 Sungai 2.3 4.0 Rusak Ringan Pelat Beton SaluTapokko Saluputti 119o45' 34,214" BT 3o1' 26,648" LS
190 13202 132 S. Battayang 1 Sungai Sementara Kayu Balepe' Malimbong Balepe' 119o38' 48,100" BT 3o5' 3,728" LS
191 13201 132 S. Battayang 2 Sungai 6.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Rembo'-rembo' Bittuang 119o36' 10,470" BT 3o2' 40,811" LS
192 13304 133 S. Matea Sungai 14.0 3.0 Baik Sementara Kayu Kadundung Masanda 119o34' 29,578" BT 3o0' 26,450" LS
193 13301 133 S. Pondingao Sungai 8.0 5.0 Rusak Ringan Pelat Beton Kadundung Masanda 119o34' 26,899" BT 2o58' 12,149" LS
194 13305 133 S. Masungnga Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Rembo'-rembo' Bittuang 119o35' 32,639" BT 3o1' 34,043" LS
195 13302 133 S. Pondingao 2 Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Kadundung Masanda 119o34' 16,143" BT 2o58' 27,697" LS
196 13303 133 S. Ratte Sungai 5.0 5.0 Baik Pelat Beton Kadundung Masanda 119o34' 10,679" BT 2o58' 50,874" LS
197 13403 134 S. Marandan 2 Sungai 5.5 3.5 Baik Pelat Beton Leppan Malimbong Balepe' 119o42' 40,575" BT 3o5' 15,658" LS
198 13402 134 S. Marandan Sungai 6.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Leppan Malimbong Balepe' 119o43' 3,270" BT 3o5' 32,460" LS
199 13401 134 S. Kalando Sungai 6.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Leppan Malimbong Balepe' 119 43' 17,815" BT 3o5' 44,091" LS
o

200 13404 134 S. Kaulo I Sungai 5.3 3.2 Rusak Sementara Kayu Balepe' Malimbong Balepe' 119o40' 19,870" BT 3o5' 9,326" LS
201 13405 134 S. Kaulo II Sungai 4.0 2.5 Baik Pelat Beton Balepe' Malimbong Balepe' 119o40' 21,306" BT 3o5' 14,194" LS
202 13406 134 S. Balepe I Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Balepe' Malimbong Balepe' 119o40' 3,792" BT 3o5' 30,793" LS
203 13407 134 S. Balepe II Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Balepe' Malimbong Balepe' 119 39' 56,668" BT 3o5' 35,210" LS
o

204 13408 134 S. Balepe III Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Balepe' Malimbong Balepe' 119o39' 47,467" BT 3o5' 38,744" LS
205 13409 134 S. Balepe IV Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Balepe' Malimbong Balepe' 119o39' 46,659" BT 3o5' 49,550" LS
206 13502 135 S. Rarung Sungai 56.6 3.8 Kritis Gelagar Beton Kel. Padangiring Rantetayo 119o49' 7,698" BT 3o4' 4,548" LS
207 13501 135 S. Mebali Sungai 4.0 2.9 Baik Pelat Beton Maroson Rembon 119o48' 42,416" BT 3o4' 7,206" LS
208 13601 136 S. Kayuosing Sungai 6.0 3.7 Baik Pelat Beton Kayuosing Rembon 119o45' 41,901" BT 3o8' 30,655" LS
209 13603 136 S. Lappo 2 Sungai 5.0 1.0 Rusak Berat Sementara Kayu Kayuosing Rembon 119o45' 4,400" BT 3o7' 18,360" LS
210 13604 136 S. Lappo 3 Sungai Sementara Kayu Leppan Malimbong Balepe' 119 43' 55,832" BT 3o6' 21,741" LS
o

3-23
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG
o o
211 13602 136 S. Lappo 1 Sungai 3.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Kayuosing Rembon 119 45' 16,876" BT 3 7' 25,623" LS
212 13703 137 S. Bau Sungai 7.0 3.0 Baik Pelat Beton Bau. Bittuang 119o38' 31,507" BT 3o2' 14,132" LS
213 13701 137 S. Sandana I Sungai 8.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Sandana Bittuang 119o39' 28,059" BT 3o2' 43,350" LS
214 13702 137 S. Bau 2 Sungai 37.0 1.2 Kritis Gantung Kayu Bau. Bittuang 119o38' 55,785" BT 3o2' 26,851" LS
215 13803 138 S. Ratte I Sungai 5.0 3.0 Rusak Ringan Pelat Beton Kadundung Masanda 119o34' 14,570" BT 2o59' 16,582" LS
216 13802 138 S. Ratte 2 Sungai 8.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Ratte Masanda 119o35' 18,157" BT 2o59' 18,010" LS
217 13801 138 S. Ratte 3 Sungai 10.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Ratte Masanda 119o35' 40,804" BT 2o59' 35,036" LS
218 14002 140 S. Mali Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Pondingao' Masanda 119o35' 5,308" BT 2o56' 21,368" LS
219 14001 140 S. Tamala Sungai 5.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Pondingao' Masanda 119 35' 37,839" BT 2o56' 40,499" LS
o

220 14003 140 S. Mali 2 Sungai 4.0 3.0 Sementara Kayu Pondingao' Masanda 119o34' 30,198" BT 2o55' 24,867" LS
221 14004 140 S. Tondok Tua Sungai 12.5 2.0 Sementara Pondingao' Masanda 119o34' 32,797" BT 2o54' 20,914" LS
222 14108 141 S. Sipe Sungai 8.4 4.2 Baik Pelat Beton Buakayu Bonggakaradeng 119o43' 27,672" BT 3o11' 41,731" LS
223 14106 141 S. Poton II Sungai 10.5 4.0 Baik Gelagar Beton Buakayu Bonggakaradeng 119o44' 48,061" BT 3o9' 58,762" LS
224 14105 141 S. Poton I Sungai 8.0 5.5 Baik Pelat Beton Buakayu Bonggakaradeng 119o45' 1,562" BT 3o9' 53,637" LS
225 14109 141 S. Lebannu Sungai 50.2 5.3 Baik Rangka Baja Rano Tengah Rano 119 43' 26,400" BT 3o12' 37,206" LS
o

226 14107 141 S. Buakayu Sungai 10.5 4.0 Baik Gelagar Beton Buakayu Bonggakaradeng 119o43' 42,292" BT 3o11' 33,008" LS
227 14101 141 S. Palesan Sungai 5.7 3.2 Rusak Ringan Pelat Beton Palesan Rembon 119o46' 7,199" BT 3o8' 51,850" LS
o
228 14102 141 S. Karappa 1 Sungai 4.3 3.2 Baik Pelat Beton Palesan Rembon 119 46' 4,004" BT 3o8' 53,349" LS
229 14103 141 S. Tendandua Sungai 18.7 4.3 Baik Gelagar Beton Palesan Rembon 119o45' 55,785" BT 3o9' 4,160" LS
230 14104 141 S. Tendan 1 Sungai 6.2 3.3 Baik Pelat Beton Palesan Rembon 119o46' 7,685" BT 3o9' 30,637" LS
231 14206 142 S. Tibong 1 Sungai 10.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Bonggakaradeng 119o41' 15,325" BT 3o18' 49,286" LS
232 14207 142 S. Tibong 2 Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o41' 13,399" BT 3o19' 11,394" LS
233 14208 142 S. Bau 1 Sungai 83.0 1.5 Rusak Berat Gantung Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o41' 21,707" BT 3o19' 34,145" LS
234 14202 142 S. Lebannu 3 Sungai 3.5 3.0 Baik Pelat Beton Buakayu Bonggakaradeng 119o43' 12,209" BT 3o12' 48,521" LS
235 14201 142 S. Lebannu 2 Sungai 5.0 4.0 Baik Pelat Beton Buakayu Bonggakaradeng 119o43' 24,111" BT 3o12' 30,471" LS
236 14205 142 S. Mappajang Sungai 60.1 1.5 Kritis Gantung Kayu Bau Bonggakaradeng 119o41' 8,792" BT 3o17' 15,624" LS
237 14209 142 S. Bau 2 Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119 41' 20,900" BT 3o20' 42,936" LS
o

238 14210 142 S. Bakke Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o41' 19,021" BT 3o22' 5,036" LS
239 14211 142 S. Nusa I Sungai 93.0 1.5 Rusak Berat Gantung Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o41' 33,213" BT 3o22' 32,942" LS
240 14203 142 S. Lebannu 4 Sungai 5.0 3.5 Rusak Ringan Gelagar Beton Kel. Ratte Buttu Bonggakaradeng 119o43' 1,467" BT 3o13' 37,442" LS
241 14204 142 S. Lebannu 5 Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Kel. Ratte Buttu Bonggakaradeng 119 42' 58,162" BT 3o14' 5,654" LS
o

242 14301 143 S. Sandangan 1 Sungai 16.0 4.0 Baik Gelagar Beton Mappa' Bonggakaradeng 119o40' 45,156" BT 3o8' 43,674" LS
243 14401 144 S. Matangli I Sungai 12.0 5.0 Baik Gelagar Beton Mappa' Bonggakaradeng 119o42' 2,169" BT 3o7' 52,520" LS
o
244 14402 144 S. Mabaya Sungai 3.2 5.0 Baik Pelat Beton Mappa' Bonggakaradeng 119 41' 1,013" BT 3o8' 5,729" LS
245 14501 145 S. Sandangan 2 Sungai 15.0 5.0 Baik Gelagar Beton Mappa' Bonggakaradeng 119o40' 33,910" BT 3o8' 18,465" LS

3-24
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG
o o
246 14502 145 S. Bitu Sungai 0.0 3.5 Rusak Ringan Gelagar Beton Mappa' Bonggakaradeng 119 39' 47,286" BT 3 8' 9,079" LS
247 14503 145 S. Masuppu Sungai 41.7 4.5 Baik Gelagar Beton Makkodo Simbuang 119o38' 12,936" BT 3o8' 15,685" LS
248 14602 146 S. Petarian 1 Sungai 5.3 3.7 Baik Pelat Beton Makkodo Simbuang 119o36' 26,578" BT 3o8' 41,421" LS
249 14604 146 S. Makodo 1 Sungai 6.4 3.7 Baik Gelagar Beton Makkodo Simbuang 119o35' 16,459" BT 3o9' 55,877" LS
250 14603 146 S. Petarian 2 Sungai 6.0 4.0 Baik Pelat Beton Makkodo Simbuang 119o36' 21,016" BT 3o8' 36,226" LS
251 14606 146 S. Sima Sungai 8.0 3.5 Baik Pelat Beton Simbuang Simbuang 119o33' 49,719" BT 3o11' 23,980" LS
252 14605 146 S. Sadipe Sungai 5.0 5.0 Baik Pelat Beton Simbuang Simbuang 119o34' 5,764" BT 3o11' 15,082" LS
o
253 14601 146 S. Masuppu 2 Sungai 5.2 3.7 Baik Pelat Beton Makkodo Simbuang 119 38' 4,231" BT 3o7' 53,920" LS
254 14702 147 S. Lekke 2 Sungai 3.0 2.0 Baik Pelat Beton Pongbembe Simbuang 119 31' 58,219" BT 3o11' 13,171" LS
o

255 14707 147 S. Buangin Sungai 8.0 4.0 Rusak Ringan Pelat Beton Puang Bembe Mesakada Simbuang 119o29' 7,088" BT 3o12' 50,890" LS
256 14706 147 S. Pongbembe Sungai 18.0 4.0 Baik Gelagar Beton Puang Bembe Mesakada Simbuang 119 30' 37,978" BT 3o11' 10,061" LS
o

257 14705 147 S. Lekke 5 Sungai 4.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Pongbembe Simbuang 119o31' 3,210" BT 3o11' 12,663" LS
258 14701 147 S. Lekke 1 Sungai 4.0 0.0 Pongbembe Simbuang 119o32' 29,393" BT 3o11' 25,001" LS
259 14704 147 S. Lekke 4 Sungai 6.0 4.0 Baik Pelat Beton Pongbembe Simbuang 119o31' 45,733" BT 3o11' 9,437" LS
260 14703 147 S. Lekke 3 Sungai 4.0 2.0 Runtuh Sementara Kayu Pongbembe Simbuang 119o31' 49,192" BT 3o11' 11,421" LS
261 14801 148 S. Buangin 2 Sungai 3.0 3.5 Baik Pelat Beton Kel. Kondodewata Mappak 119o29' 3,227" BT 3o13' 2,694" LS
262 14802 148 S. Kondo 1 Sungai 0.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Kel. Kondodewata Mappak 119 28' 39,941" BT 3o13' 35,187" LS
o

263 14910 149 S. Saruran 2 Sungai 7.0 5.0 Baik Pelat Beton Butang Mappak 119o24' 26,723" BT 3o12' 49,775" LS
264 14907 149 S. MIallo 3 Sungai 13.0 5.0 Baik Gelagar Beton Miallo Mappak 119o25' 47,240" BT 3o13' 41,167" LS
265 14906 149 S. Miallo 2 Sungai 4.0 2.0 Baik Pelat Beton Tanete Mappak 119o26' 15,714" BT 3o13' 44,632" LS
266 14911 149 S. Saruran 3 Sungai 4.0 4.0 Rusak Ringan Pelat Beton Butang Mappak 119o22' 55,795" BT 3o12' 5,788" LS
267 14912 149 S. Saruran 4 Sungai 5.0 4.0 Baik Pelat Beton Butang Mappak 119o22' 37,669" BT 3o12' 0,504" LS
268 14909 149 S. Saruran 1 Sungai 7.0 5.0 Baik Pelat Beton Butang Mappak 119o24' 29,466" BT 3o12' 53,484" LS
269 14908 149 S. Miallo 4 Sungai 11.0 5.0 Baik Gelagar Beton Miallo Mappak 119o24' 35,972" BT 3o12' 57,706" LS
270 14903 149 S. Mappak 3 Sungai 4.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Sangpeparikan Mappak 119o27' 35,868" BT 3o14' 22,734" LS
271 14902 149 S. Mappak 2 Sungai 10.0 3.5 Baik Gelagar Beton Kel. Kondodewata Mappak 119o27' 41,545" BT 3o14' 25,367" LS
272 14901 149 S. Mappak I Sungai 6.0 4.0 Baik Pelat Beton Kel. Kondodewata Mappak 119o27' 58,273" BT 3o14' 18,110" LS
273 14905 149 S. Miallo Sungai 7.0 4.0 Baik Pelat Beton Tanete Mappak 119o26' 43,286" BT 3o13' 56,197" LS
274 14904 149 S. Tanete 1 Sungai 4.0 2.0 Baik Pelat Beton Tanete Mappak 119o27' 9,588" BT 3o14' 7,801" LS
275 15101 151 S. Pattawanan III Sungai 3.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Kaduaja Gandang Batu Silanan 119 47' 17,154" BT 3o13' 9,771" LS
o

276 15301 153 S. Kuse II Sungai 9.0 4.0 Baik Pelat Beton Rano Tengah Rano 119o45' 15,412" BT 3o13' 44,859" LS
277 15701 157 S. Podingao Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Pondingao' Masanda 119o34' 56,416" BT 2o56' 49,808" LS
278 16201 162 S. Rarru Sungai 9.0 3.8 Baik Gelagar Beton Raru Sibunuan Sangalla' Selatan 119o55' 58,913" BT 3o6' 3,869" LS
279 16401 164 S. Pasa' Manai Sungai 8.5 1.0 Rusak Berat Gelagar Beton Kel. Benteng Ambeso Gandang Batu Silanan 119o48' 54,412" BT 3o14' 43,589" LS
280 16502 165 S. Seppon Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o42' 24,384" BT 3o22' 26,128" LS

3-25
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG

281 16507 165 S. Matana Sungai 85.0 1.5 Kritis Gantung Kayu Bau Bonggakaradeng 119o41' 38,890" BT 3o17' 5,201" LS
282 16501 165 S. Nusa II Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o42' 19,950" BT 3o22' 34,217" LS
283 16506 165 S. Mesawi Sungai 4.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Bonggakaradeng 119o41' 43,700" BT 3o18' 27,441" LS
284 16503 165 S. Sangbua Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o42' 10,068" BT 3o20' 58,390" LS
285 16505 165 S. Siamang I Sungai 6.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o41' 31,387" BT 3o19' 28,275" LS
286 16504 165 S. Siamang 2 Sungai 0.0 0.0 Sementara Kayu Bau Selatan Bonggakaradeng 119o41' 48,516" BT 3o19' 58,149" LS
287 16601 166 S. Parodo Sungai 12.7 4.0 Rusak Ringan Gelagar Beton Kandua' Bittuang 119o42' 32,790" BT 3o0' 35,667" LS
288 16606 166 S. Dama II Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Burasia Bittuang 119o42' 19,377" BT 3o2' 6,360" LS
289 16607 166 S. Dama III Sungai 5.0 1.0 Kritis Sementara Kayu Burasia Bittuang 119o42' 17,810" BT 3o2' 6,235" LS
290 16602 166 S. Parodo II Sungai 4.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Kandua' Bittuang 119o42' 41,909" BT 3o1' 8,557" LS
291 16603 166 S. Parodo III Sungai 4.0 3.0 Kritis Sementara Kayu Kandua' Bittuang 119o42' 45,601" BT 3o1' 24,033" LS
292 16604 166 S. Taleppon Sungai 5.0 1.0 Kritis Sementara Kayu Kandua' Bittuang 119o42' 41,996" BT 3o1' 30,334" LS
293 16605 166 S. Taleppon II Sungai 0.0 0.0 Runtuh Sementara Kayu Burasia Bittuang 119o42' 40,752" BT 3o1' 47,987" LS
294 16702 167 S. Batu Sura Sungai 3.2 3.7 Baik Pelat Beton Bua' Tarrung Rembon 119o46' 36,157" BT 3o6' 39,725" LS
295 16701 167 S. Pesimbongan Sungai 46.6 1.5 Baik Pelat Beton Batusura' Rembon 119o46' 46,644" BT 3o6' 48,208" LS
296 40004 400 Sungai 21.5 1.3 Kritis Sementara Kayu Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 15,377" BT 3o6' 7,577" LS
297 40007 400 S. Aka Sungai 0.0 0.0 Baik Pelat Beton Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 14,502" BT 3o6' 15,450" LS
298 40005 400 S. Tondon I Sungai 9.0 7.4 Baik Pelat Beton Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 20,560" BT 3o6' 22,840" LS
299 40008 400 S. Starda II Sungai 0.0 0.0 Runtuh Gelagar Beton Kel. Kamali Pentalluan Makale 119o51' 14,067" BT 3o5' 14,055" LS
300 40001 400 S. Starda I Sungai 12.5 5.0 Baik Gelagar Beton Kel. Kamali Pentalluan Makale 119o51' 12,406" BT 3o5' 27,842" LS
301 40003 400 S. Surame II Sungai 8.8 4.0 Baik Pelat Beton Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 17,286" BT 3o6' 19,397" LS
302 40009 400 Sungai 17.0 1.7 Baik Gelagar Beton Kel. Kamali Pentalluan Makale 119o51' 12,871" BT 3o5' 25,580" LS
303 40010 400 Sungai 4.0 2.0 Rusak Ringan Pelat Beton Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 15,614" BT 3o5' 56,806" LS
304 40011 400 Sungai 5.2 1.0 Rusak Ringan Pelat Beton Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 16,580" BT 3o6' 13,751" LS
305 40012 400 Sungai 18.0 1.5 Rusak Berat Gantung Kayu Kel. Kamali Pentalluan Makale 119o51' 13,198" BT 3o5' 23,177" LS
306 40006 400 S. Tondon II Sungai 4.0 5.3 Baik Pelat Beton Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 27,824" BT 3o6' 18,027" LS
307 40002 400 S. Surame I Sungai 8.8 6.0 Baik Gelagar Beton Kel. Tondon Mamullu Makale 119o51' 16,806" BT 3o6' 22,175" LS
308 40302 403 S. Getengan II Sungai 3.5 5.0 Baik Pelat Beton Kel. Rante Kalua' Mengkendek 119o53' 3,646" BT 3o10' 58,067" LS
309 40301 403 S. Getengan I Sungai 5.2 3.2 Baik Pelat Beton Kel. Rante Kalua' Mengkendek 119 52' 58,982" BT 3o10' 57,034" LS
o

310 40401 404 S. Lalliu Sungai 12.7 4.3 Baik Pelat Beton Kel. Leatung Sangalla' Utara 119o55' 23,527" BT 3o4' 33,767" LS

3-26
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 3.14. Profil Kondisi Jembatan Kabupaten Toraja Utara

No. Kode_Jemb No Ruas Nama Jembatan Tipe_Peny Panjang (m) Lebar (m) Kondisi Bangunan Atas Bahan Lokasi Kecamatan BUJUR LINTANG

27 02201 022 S. Paria Sungai 9.0 3.5 Rusak Ringan Pelat Beton Kel. Manggau Makale 119o50' 51,401" BT 3o7' 44,993" LS
64 05802 058 S. Sandale Sungai 9.5 3.6 Baik Gelagar Beton Saluallo Sangalla' Utara 119o55' 4,685" BT 3o4' 33,812" LS
79 06501 065 S. Turunan Sungai 5.0 4.0 Baik Pelat Beton Turunan Sangalla' 119o53' 29,458" BT 3o6' 8,173" LS
105 08801 088 S. Pararra' Sungai 12.8 4.6 Baik Gelagar Beton Kel. Bebo' Sangalla' Utara 119o54' 10,393" BT 3o3' 55,479" LS
106 08802 088 S. KananDena' Sungai 3.0 3.5 Baik Pelat Beton Tumbang Datu Sangalla' Utara 119o54' 47,573" BT 3o2' 56,736" LS
287 16601 166 S. Parodo Sungai 12.7 4.0 Rusak Ringan Gelagar Beton Kandua' Bittuang 119o42' 32,790" BT 3o0' 35,667" LS
300 40001 400 S. Starda I Sungai 12.5 5.0 Baik Gelagar Beton Kel. Kamali Pentalluan Makale 119o51' 12,406" BT 3o5' 27,842" LS
Sumber: Dinas PU dan Binamarga, 2016

3-27
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
3.3 Kondisi Infrastruktur Cipta Karya
I. Limbah Domestik (Rumah Tangga)
A. Kondisi Infrastruktur Penanganan Air Limbah Infrastruktur Penanganan Air Limbah di Kabupaten Tana Toraja
a. Institusi dan Pelayanan Air Limbah di penanganannya agar tidak menimbulkan masalah Prasarana dan sarana pengolahan air limbah
Kabupaten Tana Toraja di kemudian hari. sebenarnya sudah dilakukan pada jenis limbah

S
istem pengolahan Air Limbah di Kabupaten  Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air tertentu seperti untuk tinja namun untuk limbah
Tana Toraja dengan sistem on site Limbah lain perlu pula dilakukan penanganan, karena hal
(penanganan setempat) yang terbagi atas
dua bagian:
 Pengelolaan oleh masyarakat / rumah tangga
sendiri, dengan membuat jamban keluarga
dan septic tank sendiri.
 Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas
pada prasarana untuk tempat umum dengan
membuat MCK umum dan septic tank
komunal.

b. Kondisi Eksisting Pengelolaan Air Limbah


 Tingkat Kesehatan Lingkungan
Masyarakat dan Lingkungan

T
erkait dengan limbah yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi
masyarakat saat ini belum terasa secara
luas, namun pada daerah tertentu seperti pada
lingkungan kegiatan ekonomi seperti rumah
makan, hotel, pasar, rumah sakit dan buangan
rumah tangga yang selama ini belum dilakukan
netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir
yang menjadi akhir pembungan yang selama ini
sudah sangat terasa. Oleh karena itu untuk
mengantisipasi akibat yang ditimbulkan pada
tahun mendatang seiring dengan semakin
meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarkat
sudah perlu dibuat aturan dan rencana induk

3-28
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
tersebut besar pengaruhnya terhadap kelestarian memberi sumbangan yang besar terhadap dilakukan secara terencana dan terararah dan
lingkungan. Kabupaten Tana Toraja saat ini produksi air limbah di lingkungan perkotaan, dilakukan aturan hukum mengenai sanksi bagi
belum mempunyai sistem pembuangan air limbah sedang pada daerah perdesaan masih sangat yang melanggar kepekatan yang telah disepekati
terpusat berupa bangunan intalasi pengolahan kecil dan masih dapat ternetralisir secara alamiah. tentang keharusan setiap individu, jawatan atau
lumpur tinja (IPLT).  Alternatif Pemecahan Persoalan lembaga swasta yang menghasilkan limbah wajib
Penanganan pembuangan air limbah sebagian Disamping perlunya dibangun sarana dan melakukan pengolahan limbah secara terpadu
besar masih dilakukan secara individual oleh prasarana pengolah air limbah, maka saluran sebelum di buang ke tempat pembunagn akhir.
masyarakat, bahkan sebagian kecil masih pembuang air hujan yang selama ini tergabung  Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan
menggunakan sungai, yang sangat berpengaruh dengan air limbah buangan rumah tangga, limbah Baik pengelolaan pengolahan air limbah dari tinja
pada kesehatan lingkungan. perkotaan dan sebagainya, serta untuk maupun rumah tangga dan dari berbagai sumber
 Permasalahan yang Dihadapi mengefisienkan dana, maka antara saluran air lainnya perlu dilakukan pengembangan seiring
Dengan belum tersedianya sarana dan prasarana limbah dan saluran limpasan air hujan harus dengan bertambahnya jumlah penghasil air
pengolahan air limbah sehingga air buangan kota, dipisahkan. Dengan semakin bertambahnya limbah, demikian pula tentang umur ekonomis
buangan air limbah rumah sakit dan buangan jumlah penduduk seiring pertumbuhan kota dari dan cakupan pelayanannya, hal ini perlu
rumah tangga, maka akan menimbulkan tahun ke tahun berpotensi untuk menghasilkan diproyeksikan perencanaan jangka menegah dan
pencemaran pada sungai, disamping itu masih produksi air limbah baik yang dihasilkan oleh jangka panjang.
belum terpisahnya antara drainase air hujan industri, hotel, rumah makan dan sebagainya  Usulan dan Prioritas Program
dengan limbah buangan rumah tangga sehingga  Rekomendasi Program Air Limbah yang diusulkan adalah :
volumenya menjadi besar yang menyebabkan Atas permasalahan yang dihadapi seperti yang 1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur
kapasitas sarana yang diperlukan dalam disebutkan pada analisis permasalahan diatas, Tinja IPLT di kota Makale
mengolah limbah tersebut cukup besar. maka direkomendasikan untuk membangun 2. Pembangunan Septick tank komunal pada
 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan sarana dan prasarana pengolah air limbah untuk kawasan permukiman yang kepadatan
Sarana (PS) Air Limbah menetralkan air limbah / buangan sebelum penduduknya tinggi.
Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air dilepas pada pembuangan akhir yaitu sungai. 3. Pengadaan armada tinja ( Mobil Tinja )
limbah terutama sampah daerah perkotaan dan  Sistem Prasarana yang Diusulkan 4. Pengembangan sistem penanganan air limbah
air limbah rumah tangga, khususnya pada rumah Agar pengolahan air limbah dapat mencapai terpusat (sewerage system) untuk kota Makale
makan dan sejenisnya yang selama ini cukup tujuan dan sasaran peruntukannya maka perlu

3-29
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
B. Kondisi Infrastruktur Penanganan Air Limbah Infrastruktur Penanganan Air Limbah di Kabupaten Toraja Utara
1. Instutusi Pelayanan Air air limbah domestik juga Pembangunan Daerah lebih tempat. Sistem ini meliputi
Limbah berkaitan erat dengan tupoksi memainkan peran sebagai tangki septik, cubluk dan
Berdasarkan Peraturan Menteri SKPD Badan Pengendalian dan regulator. Upaya-upaya preventif resapan. Sedangkan untuk
Pekerjaan Umum Nomor : Pengelolaan Lingkungan Hidup dan promotif menjadi bagian tangki, suspek aman masih
14/PRT/M/2010 tentang Standar dan Badan Perencanaan penting yang tidak terpisahkan cukup besar yaitu 76.70%.
Pelayanan Minimal Bidang Pembangunan Daerah terutama dari rangkaian kegiatan Kabupaten Toraja Utara ada saat
Pekerjaan Umum dan Penataan dalam hal perumusan kebijakan, pengelolaan air limbah domestik ini pengelolaan black water (air
Ruang, maka koordinasi dan pengawasan maupun sehingga peran dari Dinas limbah yang berasal dari jamban
penyelenggaraan pelayanan pembinaan. Institusi Kesehatan juga bersifat penting. atau WC) masih sebatas
dasar Bidang Pekerjaan Umum pemerintahan tersebut memiliki 2. Sistem dan Cakupan pengumpulan dan
dan Penataan Ruang korelasi yang kuat, dimana Dinas Pelayanan penampungan, sedangkan unit
dilaksanakan oleh instansi yang Tata Ruang dan Permukiman Air limbah domestik di pengolahan pengangkutan dan
bertanggung jawab di Bidang berperan sebagai operator Kabupaten Toraja Utara dikelola pengolahan akhir lumpur tinja
Pekerjaan Umum dan Penataan karena lebih bersifat teknis,dan secara on-site (setempat), atau Instalasi Pengolahan
Ruang, baik daerah provinsi Badan Pengendalian dan dimana sistem pembuangan air Limbah Tinja (IPLT) belum
maupun kabupaten/kota, Pengelolaan Lingkungan Hidup limbah dilakukan secara tersedia.
menurut indikator kinerja target serta Badan Perencanaan individual, diolah dan dibuang di Sistem pengolahan air limbah
2010-2014 Kementerian domestik yang terdiri atas black
Pekerjaan Umum, disebutkan water yang berasal dari tinja,
indikator layanan dasar urine, air pembersih dan air
penyehatan lingkungan penggelontor. Umumnya
permukiman untuk air limbah menggunakan jamban leher
permukiman (air limbah angsa,plengsengan, cemplung
domestik) adalah penyediaan dan sebagian lagi masih buang
sistem air limbah setempat yang air besar sembarangan. Air
memadai sebesar 60 %, dan limbah domestik lainnya adalah
sistem air limbah skala Grey Water yang merupakan air
komunitas/kawasan/kota sebesar limbah hasil kegiatan dapur,
5%, oleh dinas yangmembidangi mandi dan mencuci.
pekerjaan umum. 3. Tujuan, Sarsaran dan
Pada Kabupaten Toraja Utara Strategi Eksisting untuk
pengelolaan air limbah domestik Air Limbah
menjadi tupoksi lintas SKPD yang Tujuan, Sarsaran dan Strategi
mana secara teknis menjadi Eksisting untuk Air Limbah dapat
kewenangan Dinas Tata Ruang dilihat pada Tabel berikut ini
dan Permukiman. Pengelolaan

3-30
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 3.15. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
Sasaran Sasaran
Tujuan Strategi Tujuan Strategi
Pernyataan Indikator Pernyataan Indikator
Meningkatkan Berkurangnya Pengurangan 20% - Stimulan untuk /swasta limbah masterplan
ketersediaan praktek BABS masyarakat yang BABs pembangunan mengenai pengelolaan air
sarana dan menjadi 0% di Kabupaten Toraja MCK dan jamban pengelolaan limbah
prasarana Utara pada tahun 2018 keluarga air limbah
pengelolaan - Memaksimalkan Menyiapkan Tersedianya Adanya regulasi daerah Membuat Regulasi
air limbah yag CLTS regulasi regulasi tentang pengelolaan air tentang air limbah
sehat - Meningkatkan dalam tentang limbah
akses masyarakat mengatur pengelolaan air
terhadap sistem limbah
prasarana dan pengelolaan permukiman
sarana air limbah air limbah
melalui sistem Mewujudkan Meningkatkan - Bertambahnya jumlah - Pelatihan SDM
komunal; lembaga kualitas dan personil yang ahli tentang
100% sarana Tidak ada lagi sarana - Pembangunan pengelolaan kuantitas dalam pengelolaan air pengelolaan air
Perkantoran kesehatan yang tidak sarana air limbah personil limbah limbah
memiliki sarana memiliki pengelolaan pengelolaan air yang pengelolaan air - Bertambahnya jumlah - Penambahan
pengelolaan limbah limbah di tiap berkualitas limbah personil pengelolaan personil pengelola
limbah pada perkantoran permukiman air limbah air limbah
tahun 2023 - Bertambahnya - Perda Pengelolaan
100% sarana Tidak ada lagi sarana - Pembangunan lembaga yang bersifat Air Limbah
kesehatan kesehatan yang tidak Incenarator di tiap pemberdayaan - Penguatan
memiliki sarana memiliki pengelolaan Puskesmas masyarakat dalam kelembagaaa
pengelolaan limbah - Pembangunan pengelolaan air limbah masyarakat
limbah pada pengelolaan air Meningkatan - Meningkatkan Meningkatkan anggaran - Menjaga
tahun 2023 limbah di tiap dan alokasi Anggaran Rutin APBD komitmen pihak
Puskesmas mengembangk anggaran untuk pembangunan swasta yang
100% sarana Tidak ada lagi sarana - Pembangunan an alternatif dalam APBD sarana air limbah sebesar sudah
pendidikn pendidikan yang tidak SPAL ditiap sumber - Mencari 10% pada tiap tahunnya berpartisipasi
memiliki sarana memiliki pengelolaan sekolah pendanaan sumber selama ini
pengelolaan limbah - Pembangunan dan dalam pembiayaan - Bekerjasama
limbah pada perbaikan jamban penyelenggara APBN dan dengan lembaga
tahun 2023 sekolah an sistem APBD Prov atau pendonor
Meningkatkan Meningkatkan Bertambahnya jumlah - Perda Pengelolaan pengelolaan dari luar negeri
kesadaran peran sarana air limbah Air Limbah air limbah
serta masyarakat/swa komunalyang di bangun - Penerapan permukiman.
partisipasi sta dalam dunia usaha pada lokasi mekanisme sanksi Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kab. Toraja Utara tahun 2013
masyarakat pengelolaan sasaran - Pembuatan

3-31
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
II. Air Minum
A. Institusi dan Pelayanan Air Minum di Kabupaten Tana Toraja
1. SPAM yang Dikelola PDAM Tabel 3.16. Prosentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum

P
elayanan Air Minum untuk masyarakat di Kabupaten Tana Toraja Sumber Air Minum
dilayani oleh PDAM Tana Toraja. Secara kelembagaan, PDAM Non BJP – BJP - Tidak
kabupaten Tana Toraja terbagi menjadi (1) Kantor Pusat dengan No. Kecamatan PDAM
PDAM Terlindung Terlindungi
tugas melaksanakan administrasi dan manajemen keuangan secara (%)
(%) (%) (%)
keseluruhan dan (2) Kantor cabang/IKK bertugas mengelola dan melayani 1. Makale 46,02 - 53,14 0,84
secara langsung terhadap pelanggan.
2. Makale Selatan 5,99 20,59 68,40 5,02
Struktur organisasi PDAM Tana Toraja Kabupaten dibentuk berdasarkan
Keputusan Bupati Tana Toraja No : 821.22/BPKPD/V/2010 tentang 3. Makale Utara 23,48 3,66 60,46 12,40
susunan organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum 4. Mengkendek 9,20 35,8 48,26 6,74
Kabupaten Tana Toraja yang terdiri dari Badan Pengawas, Direktur, 5. Gandang Batu 1,09 21,27 43,17 34,47
Bagian Administrasi dan Keuangan, Bagian Teknik, Sub Bagian dan Sub Sillanan
Cabang Perusahaan. 6. Sangalla 11,35 11,00 54,33 23,32
7. Sangalla Selatan 26,70 4,90 26,90 41,50
2. Sistem yang Ada

A
kses air minum eksisting di Kabupaten Tana Toraja dengan 8. Sangalla Utara 3,85 24,00 50,45 21,70
mengidentifikasi ketersediaan data yang terdata di instansi terkait 9. Rantetayo 19,79 9,40 51,51 19,30
yang mempunyai wewenang atau pernah melakukan kegiatan 10. Kurra - 51,24 35,66 13,10
pengembangan SPAM. Adapun persentase rumah tangga dengan sumber 11. Saluputti 5,40 25,54 60,86 8,20
air minum di Kabupaten Tana Toraja disajikan pada Tabel disamping ini. 12. Rembon 18,68 19,75 61,57 -
Dari data tersebut dapat diketahui rumah tangga yang menggunakan 13. Malimbong - 18,64 63,51 17,85
sumber air minum jaringan perpipaan hanya sebesar 9,71 % dan bukan Balepe
jaringan perpipaan sebesar 31,63 % dengan sumber air minum tak 14. Bittuang 8,11 86,77 4,74 0,38
terlindung sebesar 43,83 % dan BJP yang tak terlindung 14,63 %.
15. Masanda - 8,10 91,90 -
16. Bonggakaradeng 4,61 48,60 0,79 46,00
17. Rano - 53,42 22,90 23,68
18. Mappak - 80,30 16,10 3,60
19. Simbuang - 78,18 18,20 3,62
Jumlah 9,71 31,63 43,83 14,83
Sumber: Dinas PDAM, 2016

3-32
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
3. SPAM Jaringan Perpipaan Tabel 3.18. Sumber Air Baku Pelayanan PDAM

S
istem Penyediaan Air Minum (SPAM) jaringan perpipaan yang dikelola Jenis Jenis Kapasitas (l/det)
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tana Toraja No Lokasi
Sumber Pengolahan Terpasang Produksi
untuk pelayanan ibukota Kabupaten yang terdiri dari 1 (satu)
1 Burake Mata Air Tanpa 10 4
kecamatan dalam kota yaitu: 1. Makale 2013 Kapasitas Produksi Pengolahan
terpasang 59.00 l/d dan beroperasi 40 l/d, tingkat kebocoran air 48,8% 2 Kombong Mata Air Pengolahan 2 1,5
untuk melayani 3,176 Unit Rata-rata 46.89 % dari jumlah penduduk Lengkap
wilayah pelayanan, dan secara teknis dapat dijelaskan sebagai berikut : 3 Palino’ Mata Air Tanpa 5 2
a. Unit Air Baku Pengolahan
Unit air baku untuk mencukupi kapasitas produksi sebesar 59l/detik yang 4 Kia’tang.1 Air Sungai Pengolahan 20 2
diperlukan dalam melayani penduduk kota Makale berasal dari 3 lokasi
dengan beberapa jenis sumber dan kapasitasnya seperti dalam tabel 5 Kia’tang.2 Air Sungai Pengolahan 10 3
dibawah ini.
Tabel 3.17. Sumber Air Baku Pelayanan PDAM Tana Toraja 6 Rantetayo Air Sungai IPA Lengkap 20 10
Lokasi 7 Salupangasan Mata Air Tanpa 5 2
Jenis Kapasitas Pengolahan
No Lokasi Bangunan
Sumber Pengambilan 8 Masapibulan Mata Air Pengolahan 10 10
Penangkap
1 Burake Mata Air Burake 4 9 Saluallo Mata Air 5 0.55
2 Kombong Mata Air Kombong 4 10 Rantealang Mata Air 2 2
3 Kia'tang I Sungai Kia'tang 20 11 Sarira Mata Air 4 0.5
4 Kia'tang II Sungai Kia'tang 20 12 Ulusalu Mata air 5 0.55
Jumlah 48 13 Kaero Mata air Tanpa 5 2.60
14 Tiro Manda Mata air Pengolahan 5 2.60
Sumber : PDAM Tana Toraja, 2016
15 Malimbong Mata air 2 1
b. Produksi 16 Sillanan Mata air 2 0.92
Unit produksi yang dibangun dan dioperasikan oleh PDAM Kabupaten Tana 17 Tallu Lembang Mata air 2 0,76
Toraja dalam pemenuhan distribusi air minum ke pelanggan masing-
18 Bituang Mata air 2 0,75
masing dicukupi oleh mata air yang tidak berinterkoneksi dalam satu
pengolahan, tetapi didistribusikan ke daerah pelayanan dengan jenis J u m l a h 116 39,01
campuran yaitu antara Instalasi Pengolahan Lengkap dan Bangunan Sumber : Laporan PDAM
1)
Penangkap (Broncaptering) dengan desinfektan. Yang dapat diuraikan . IPA Kia’tang Kapasitas terpasang 20 l/detik dioperasikan 18 l/detik
seperti dalam tabel dibawah ini: karena pompa air baku sebagian sudah tua.

3-33
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Kapasitas produksi yang dioperasikan dalam 3 (tiga) tahun terakhir tidak Tabel 3.20. Cakupan pelayan PDAM Tana Toraja
secara maksimal sesuai jumlah kapasitas terpasang, Jumlah kapasitas Jumlah Cakupan
Jumla
produksi yang dioperasikan dijelaskan pada tabel dibawah ini : No Uraian Pendud Pelayanan Ket
h SR
uk Jiwa %
Tabel 3.19. Kapasitas Produksi I. PERKOTAAN
1. Makale 33,784 2,613 15,678 45.41
Kapasitas 2. Makale Utara 11,779 437 2,622 22.26
Kapasitas Kapasitas
Tidak Jumlah 45,563 3,050 18,300 40.16
Tahun Terpasang Operasi
dimanfaatkan II. PERDESAAN
l/detik m3 l/detik m3 l/detik 1. Bonggakaradeng 6,893 53 318 4.61
2. Simbuang 6,091 - - - Belum ada
2010 108.00 2.780.181 64.20 1.501.939 50,5 pelayanan
2011 105 / 2.365.000 44,8 1.413.864 30 PDAM
751) 3. Rano 6,049 - - - Belum ada
2012 59 / 751) 2,780,179 31.89 2,319,307 10 pelayanan
PDAM
Sumber : Laporan PDAM 4. Mappak 5,594 - - - Belum ada
1)
. Kapasitas terpasang 45 l/detik dioperasikan 15 l/detik karena sumber air pelayanan
mengalami penurunan debit akibat pendangkalan dari pepohonan. PDAM
5. Mengkendek 27,638 361 2,166 7.84
4. Unit Distribusi 6. Gandasil 19,261 98 588 3.05

S
istem distribusi yang dibangun dan dioperasikan oleh PDAM 7. Sangalla 6,609 106 636 9.62
Kabupaten Tana Toraja untuk pelayanan masyarakat adalah secara 8. Sangalla Utara 7,371 328 1,968 26.70
9. Sangalla Selatan 7,333 54 324 4.42
grafitasi dan perpompaan dengan jaringan perpipaan dengan prinsip
10. Makale Selatan 12,411 181 1,086 8.75
sistem loop yang menggunakan pipa diameter 40 mm - 250 mm mm
11. Saluputti 11,779 115 690 5.86
sepanjang 115,095 km.
12. Bittuang 14,507 198 1,188 8.19
13. Rembon 18,114 470 2,820 15.57
5. Unit Pelayanan 14. Masanda 6,185 - - - Belum ada
a. Tingkat Cakupan

P
pelayanan
elayanan air minum PDAM Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013 PDAM
yaitu Sebesar 3050 Sambungan atau 40,16 % yang terlayani dari 15. Malimbong Balepe 8,938 113 678 7.59
total jumlah penduduk Perkotaan. Sedangkan pelayan air minum 16. Rantetayo 10,641 362 2,172 20.41
untuk pedesaan yang dilayani oleh PDAM Tana Toraja pada tahun 2013 17. Kurra 5,148 - - - Belum ada
sebesar 2439 sambungan rumah atau 8,10 % dari total jumlah penduduk pelayanan
pedesaan. Tabel berikut menunjukan daerah cakupan pelayanan PDAM PDAM
Jumlah 180,562 2,439 14,634 8.10
Tana Toraja.
Total ( I + II ) 226,125 5,489 32,934 14.56
Sumber : Laporan PDAM, 2016

3-34
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
b. Kontinuitas pelayanan
IPA RANTE TAYO RESERVOAR IPA KIA'TANG
+ ..................M + ..................M + ..................M

Kontinuitas pendistribusian air minum ke pelanggan sering mengalami RESERVOAR

gangguan sehingga tidak dapat didistribusikan selama 24 jam / hari.


c. Penjualan air dan Tingkat Konsumsi Air Minum
PELAYANAN IKK RANTE
TAYO
+ ..................M

Penjualan air selama 3 (tiga) tahun terakhir mengalami penurunan dari


SUMBER BURAKE
+ ..................M

1.412.957 m3 pada tahun 2010 menjadi 867.938 m3 pada tahun 2012 IPA BATU PAPAN RESER VOAR
( BARU ) + ..................M
+ ..................M

demikian juga tingkat konsumsi air minum dari 15,4 m3/bulan pada tahun
2010 menjadi 13,8 m3/bulan pada tahun 2012 dan untuk pelanggan
rumah tangga (domestik) selama 3 (tiga) tahun terakhir sangat rendah
RESER VOAR
MANGGASA'
+ ..................M

yaitu rata-rata adalah sebanyak 65,5 l/orang/hari atau 9,83m3/bulan.


Tabel 3.21. Riwayat Konsumsi Air
Rata-Rata Rata-rata
Penjualan
Tahun Konsumsi Konsumsi RT
m3 (1 Tahun)
m3 /Bulan m3/Bulan SUMBER KOMBONG
+ ..................M

2010 706.625 3,6 20


SUMBER KOMBONG
+ ..................M
2011 640.806 2,5 15
2012 1.147.473 4 26
SKEMATIK PELAYANAN SPAM KOTA TANA TORAJA
Sumber : Laporan PDAM, 2016
6. SPAM Ibukota Kecamatan (IKK)

P
d. Tingkat Kebocoran Air
Tingkat Kebocoran air selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan DAM Kabupaten Tana Toraja melayani akses air minum jaringan
kenaikan yaitu pada tahun 2010 sebesar 21,5% menjadi 32,9% pada perpipaan untuk 8 (delapan) Ibukota Kecamatan tetapi pada tahun
tahun 2012, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini: 2012 yang beroperasi adalah 5 (lima) Ibukota Kecamatan,dan 3
Tabel 3.22. Riwayat Tingkat Kehilangan Air (tiga) Ibukota Kecamatan.
Tahun Distribusi Air Air Terjual Tingkat Kebocoran
Tabel 3.23. Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM IKK Kabupaten Tana Toraja
(m3) (m3)
2010 1.426.944 706.625 50,40% IKK IKK IKK
No Uraian
Ge’tengan Rembon Rantetayo
2011 1.426.843 640.806 55% 1. Unit Air Baku
2012 1.955.848 1.147.473 41,30%  Lokasi Salupangasan Masapibulan/M Tapparan
Sumber alimbong
Sumber : Laporan PDAM, 2016  Jenis Sumber Mata air Sungai/ Mata Sungai
Air
 Kap.pengamb 5 l/d 7 l/d 20 l/d
ilan

3-35
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
IKK IKK IKK Rekapitulasi dari 5 (lima) kecamatan yang beroperasi selama 3 (tiga)
No Uraian
Ge’tengan Rembon Rantetayo tahun terakhir yaitu tahun 2010 – 2012 dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Unit Produksi  Kapasitas Produksi mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010
 Jenis sumber Mata air Mata air/sungai Mata Air sebesar 26 l/d menjadi 22,5 l/d pada tahun 2012.
 Penjualan air mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 sebesar
 Jenis Tanpa Tanpa Tanpa
Pengolahan Pengolahan Pengolahan Pengolahan
267.858 m3 menjadi sebesar 196.054 m3 pada tahun 2012. Penurunan
 Kapasitas 5 l/d 7 l/d 20 l/d Penjualan air sebagai akibat terhentinya operasi IKK Silih Nara selama
terpasang 8 (delapan) bulan dan IKK Bintang selama 1 (satu) Bulan.
 Kapasitas 1,5 l/d 2,5 l/d 20 l/d  Jumlah sambungan pelanggan selama 3 (tiga) tahun terakhir
Operasi 3,5 l/d 4,5 l/d 20 l/d mengalami kenaikan pada tahun 2010 sebanyak 1.880 unit pelanggan
3 Unit Distribusi menjadi 2.020 unit pelanggan pada tahun 2012.
 Sistem Pipa 75 – 40 Pipa dia 100 – Pipa dia 200 –  IKK Bintang mengalami penurunan jumlah pelanggan dari 308 unit
perpipaan mm 40mm 50mm pada tahun 2010 menjadi 165 unit pelanggan pada tahun 2012 karena
Sepanjang sepanjang sepanjang sebagian besar berpindah menjadi pelanggan hasil pembangunan dari
11.018 m Bak 19.504 m, dan 15.026m, dan
PNPM yang dikelola masyarakat.
Pelepas Tekan Bak Pelepas Res kap.
Tekan 100m3  IPA IKK Pegasing Kapasitas 20 l/detik hasil pembangunan TA 2010
 Sistem Gravitasi Gravitasi Gravitasi sampai tahun 2012 belum dioperasikan karena diperkirakan tingginya
pengaliran beban biaya listrik dalam operasionalnya.
4. Unit Pelayanan  IPA IKK Rusip Antara kapasitas 10 l/detik hasil pembangunan TA 2007
 Tingkat 8% / 361 SR 19% / 583 22% / 383 sampai tahun 2012 belum dioperasikan.
Cakupan melayani SR, melayani SR, melayani Untuk gambar skematik SPAM masing-masing Ibukota Kecamatan (IKK)
kp.asia desa desa disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Jml.Penduduk Malimbong, Tapparan, MATA AIR
27.638 jiwa Kole Rantetayo, BPT
Sawangan, Tanamalia,
Kole Barebatu, Batupapan,
Rembon, Talion Kamali
,Limbong jml Pentalluan,
Penduduk jml Penduduk
27.052 jiwa. 10.641jiwa.
 Kontinuitas 24 Jam 24 jam 12 Jam
Pelayanan
 Tingkat 1 1,5 1,3
Konsumsi air m3/orng/bulan m3/orang/Bln m3/orang/bln
5. TKA/NRW SKEMATIK PELAYANAN EKSISTING IKK GE’TENGAN
Sumber: Dinas PDAM, 2016

3-36
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
7. Perdesaan
 Jaringan Perpipaan

A
SUNGAI BPT kses air minum masyarakat di Kabupaten Tana Toraja melalui
IPA & jaringan perpipaan non-PDAM pada tahun 2012 masih sangat
RESEVOAR rendah yaitu masih sebesar 15 % dari total jumlah penduduk.
BPT
Adapun program-program yang mempunyai kontribusi dalam
pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Kabupaten Tana Toraja
antara lain:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri)
2. Program PAMSIMAS
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

SKEMATIK PELAYANAN EKSISTING IKK REMBON

SUNGAI BPT
IPA
RESEVOAR

SKEMATIK PELAYANAN EKSISTING IKK RANTETAYO

3-37
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
B. Institusi dan Pelayanan Air Minum di Kabupaten Toraja Utara
1. SPAM yang Dikelola PDAM penduduk akan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan
Kabupaten Toraja Utara secara geografis merupakan salah satu kabupaten pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 321.598 jiwa dengan kapasitar
yang memiliki topografi pegunungan dengan penggunaan lahan dominan produksi air bersih sebesar 558,33 liter/detik. (PBAM Kab. Toraja Utara
hutan, hal ini menyebabkan potensi air yang dimiliki cukup besar. 2009).
Khusus untuk kawasan perkotaan sumber air minum diperoleh dari Untuk antisipasi terjadinya kelangkaan air bersih, untuk ini usaha
layanan PDAM sedangkan daerah pedesaan diperoleh dari sumber-sumber konservasi sumber air baku dan pembuatan waduk untuk penampungan
air dari alam seperti dari mata air. Dalam pengelolaan air untuk diminum air hujan menjadi hal yang harus segera dilakukan sejak saat ini.
berdasarkan study EHRA angka dikelola secara direbus 97.98% dan Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perencanaan yang harus
menyimpan air yang sudah diolah ditempat aman sebesar 98.48%. dilakukan adalah :
3. Pertumbuhan pelanggan rata-rata pertahun mengalami peningkatan.
4. Pembuatan waduk-waduk baru untuk penampungan air hujan sebagai
sumber air baku mengingat rusaknya catchment area.
5. Pembangunan pipanisasi dan perlengkapan lainnya untuk
operasionalisasi waduk yang telah selesai.
6. Pembangunan pengolahan air bersih (WTP).
7. Melakukan efektifitas penagihan kepada pelanggan.
8. Melakukan pembenahan dan perbaikan jaringan pipa.
9. Melakukan pengaturan klasifikasi pelanggan dan penyesuaian tarif.
10. Memperluas jaringan pelayanan kepada Kecamatan-kecamatan yang
belum terlayani.

3. Permasalahan:
1. Pengolahan air yang representatif belum tersedia sehingga kualitas air
rendah terutama pada musim hujan.
2. Kondisi pipanisasi yang telah usang dan tidak memenuhi standard.
3. Tingkat kebocoran yang tinggi.
Sumber : Kajian Study EHRA 2013 4. Rendahnya tarif air yang berlaku belum mampu menutupi biaya
Gambar 3. 1. Grafik Pengelolaan Air Minum operasional.
5. Kekurangan tenaga perencana yang ahli dan professional.
2. Sistem yang Ada Kekurangan dana untuk melakukan investasi secara mandiri dan
PDAM tahun 2008 telah mencapai kapasitas produksi 81,62 ltr/detik pada meningkatkan kesejahteraan pegawai yang masih rendah.
musim hujan dan 67,34 liter/detik pada musim kemarau dan banyaknya
distribusi air sebesar 126.639 M3 dengan cakupan layanan sebasar 11.043
pelanggan untuk berbagai sektor. Jika dipredikasi bahwa populasi

3-38
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4. Kondisi Infrastruktur Penanganan Air Minum Di Kawasan Destinasi Wisata
a. Kawasan Wisata Alam dihasilkan dari aktifitas mandi,
dan Agro wisata Pango- bilas dan cuci, dibuang ke
pango semak-semak di bagian belakang
Pada destinasi wisata alam WC; (3) Untuk hasil aktifitas
Pango-pango, belum ada fasilitas kakus (black water) ditampung di
air minum/air bersih ke kawasan cubluk; dan (4) Dengan kondisi
wisata ini. Untuk keperluan yang tidak memadai, wisatawan
minum dan lain-lainpara dikenakan tarif untuk ke KONDISI EKSISTING JARINGAN AIR EKSISTING INFRASTRUKTUR TOILET
WC/Toilet. BERSIH WISATA
wisatawan biasanya membawa
air minum masing-masing c. Objek Wisata Lemo
sebelum menuju lokasi wisata Beberapa kondisi eksisting
ini. Terkait dengan penanganan fasilitas penanganan air limbah
air limbah, sudah ada fasilitas pada objek wisata Lemo adalah
toilet untuk kawasan wisata ini sebagai berikut: (1) 1. Sudah
yang disediakan oleh Pemerintah ada fasilitas Toilet/MCK yang
layak untuk melayani penyaluran
setempat/pengelola wisata yang EKSISTING INFRASTRUKTUR TOILET
KONDISI EKSISTING TOILET WISATA air limbah, baik yang grey water WISATA
berada dekat Gazebo. (mandi, cuci, bilas) dan yang
Sedangkan kondisi eksisting
black water (Buang air kecil dan
untuk penanganan air bersih di
BAB); (2) Air limbah dari WC
objek wisata adalah sebagai
(Black Water) ditampung di
berikut: (1) Terlihat adanya
Septic Tank tanpa persesapan,
pipanisasi untuk sumber air
Sedangkan kondisi eksisting sementara air limbah grey water
toilet. Informasi dari penjaga
untuk penanganan air bersih di ( untuk bilas ,cuci, mandi)
loket bahwa sumber air yang
objek wisata adalah sebagai dibuang ke saluran drainase
OBJEK WISATA PANGO-PANGO digunakan berasal dari PDAM
berikut: (1) Tidak ada jaringan menuju areal persawahan/lahan
Toraja Utara; dan (2) 2. Kualitas
perpipaan (PDAM atau non terbuka; (3) Terlihat adanya pipa
b. Objek Wisata Religi air bersih secara fisis bagus : air
PDAM) ke fasilitas Toilet/WC; keluaran yang bersumber dari
Buntu Burake tidak berbau, dan tidak berwarna
black water yang sudah diolah
Beberapa kondisi eksisting dan (2) Air Minum/Air Bersih di
tangki septik dan juga dari air
fasilitas penanganan air limbah drop dari SPAM IKK Makale d. Objek Wisata Tilanga
grey water; dan (4) Toilet /WC
di objek wisata Buntu Burake; dengan menggunakan truk air Beberapa kondisi eksisting
terdiri dari 4 bilik, dilengkapi
(1) Kondisi toilet/WC terbuat dari fasilitas penanganan air limbah
lalu ditampung di tangki (toran dengan wastafel dan urinoir.
bangunan semi permanen yang air). Periode pengangkutan 1x pada objek wisata Tilanga adalah
tidak layak; (2) Air Limbah yang sebagai berikut: (1) Sudah ada
sehari.

3-39
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
fasilitas Toilet/MCK yang layak e. Objek Wisata Alam dan terawat; dan (4) Air Limbah grey
untuk melayani penyaluran air Air Terjun Sarambu water dan black water
limbah, baik yang grey water Assing ditampung di 1 tangki septic.
(mandi, cuci, bilas) dan yang Kondisi eksisting fasilitas Sedangkan kondisi eksisting
black water (Buang air kecil dan penanganan air limbah pada penanganan air bersih di objek
BAB); (2) Air limbah dari WC objek wisata Air Terjun Sarambu wisata Suaya adalah sebagai
(Black Water) ditampung di Assing adalah belum adanya berikut: (1) Terlihat adanya
Septic Tank tanpa peresapan, fasilitas penyaluran air limbah pipanisasi untuk sumber air
sementara air limbah grey water yang memadai. Sedangkan bersih di toilet; (2) Kualitas air
(untuk bilas, cuci, mandi) kondisi eksisting penanganan air bersih secara fisis bagus dengan
dibuang ke saluran drainase bersih di objek wisata Air Terjun air tidak berbau dan tidak
menuju areal persawahan/lahan Sarambu Assing adalah masih berwarna; dan (3) Berdasarkan
terbuka; (3) Terlihat adanya pipa belum tersedianya jaringan informasi, kapasitas pengaliran
keluaran yang bersumber dari perpipaan yang tersambung air cukup dan lancar.
black water yang sudah diolah EKSISTING INFRASTRUKTUR menuju kawasan wisata ini.
tangki septik dan juga dari air PENANGANAN AIR LIMBAH
grey water; (4) Toilet /WC terdiri
dari 6 (enam) bilik, dilengkapi
dengan wastafel dan urinoir; dan
(5) Himbauan untuk menjaga air
dengan tulisan “Air adalah
sumber kehidupan hindarilah
agar air tidak tercemar limbah”. KONDISI EKSISTING WISATA AIR
Sedangkan kondisi eksisting TERJUN SARAMBU ASSING
untuk penanganan air bersih di
objek wisata Tilangan adalah KONDISI EKSISTING TOILET WISATA
f. Objek Wisata Suaya SUAYA
sebagai berikut: (1) Terlihat Beberapa kondisi eksisting
adanya pipanisasi untuk sumber fasilitas penanganan air limbah
air toilet; (2) Kualitas air bersih pada objek wisata Suaya adalah
secara fisis bagus: air tidak sebagai berikut: (1) Sudah
berbau, dan tidak berwarna; dan EKSISTING INFRASTRUKTUR tersedia toilet di lokasi wisata
(3) Dari keterangan pengurus PENANGANAN AIR LIMBAH Suaya yang dibangun dari
wisata, kapasitas pengaliran air program Sanitasi Lingkungan
cukup dan lancar. Berbasis Masyarakat (SLBM); (2)
Toilet dilengkapi dengan 3 (tiga)
bilik WC; (3) Kondisi kurang

3-40
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
g. Objek Wisata Pemakaman Bayi Kambira h. Objek Wisata Kete’ Kesu
Beberapa kondisi eksisting fasilitas penanganan air limbah pada objek Beberapa kondisi eksisting fasilitas penanganan air limbah pada objek
wisata Pemakaman Bayi Kambira adalah sebagai berikut: (1) Sudah ada wisata Kete’ Kesu adalah sebagai berikut: (1) Sudah ada toilet di lokasi
toilet di lokasi wisata Pemakaman Bayi Kambira yang dibangun dari wisata; (2) Fasilitas Toilet ada 2 bilik WC (Pria dan Wanita); (3) Kondisi
program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); (2) Toilet cukup terawat dan bersih; dan (4) Air Limbah grey water dan black water
dilengkapi dengan bilik WC; (3) Kondisi kurang terawat; dan (4) Air ditampung di 1 tangki septic.
Limbah grey water dan black water ditampung di 1 (satu) tangki septik. Sedangkan kondisi eksisting untuk penanganan air bersih di objek wisata
Sedangkan kondisi eksisting untuk penanganan air bersih di objek wisata Kete’ Kesu adalah sebagai berikut: (1) Terlihat adanya pipanisasi untuk
Pemakaman Bayi Kambira adalah suplai air mengandalkan pengisian sumber air bersih di toilet yang dilairkan dari PDAM Toraja Utara; (2)
secara berkala di ember berwarna hitam yang diisi oleh pengelola. Kualitas air bersih secara fisis bagus karena air tidak berbau, dan tidak
berwarna; (3) Berdasarkan informasi, kapasitas pengaliran air mencukupi
dan lancar.

KONDISI TOILET WISATA PEMAKAMAN BAYI KAMBIRA


KONDISI TOILET WISATA KETE’ KESU

3-41
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
III.Persampahan
A. Pengelola Sampah di Kabupaten Tana Toraja dan
Toraja Utara Pengelolaan Sampah Eksisting di Toraja

P
engelola sampah di Kab. Tana Toraja adalah Kantor Kebersihan, Utara
Pertamanan, Pemadam Kebakaran, Pemakaman, dan Penerangan 2.50%
0
Jalan Umum (KP4). 5.50% Sampah dibakar
Sementara pengelola sampah di Kab. Toraja Utara adalah Dinas
Permukiman dan Tata Ruang Toraja Utara.
Sampah dikumpulkan ke
29% TPS
B. Timbulan dan Komposisi Sampah Toraja

D
i Kab. Tana Toraja, 53,6 % sampah dibakar oleh warga, 11,8% 57% Sampah dibuang ke lahan
kosong/kebun/hutan
sampah dikumpulkan ke TPS, 23,9% sampah dibuang ke lahan
kosong/kebun/hutan, 2,5% sampah dibuang ke sungai, 0,2% Sampah dibuang ke sungai
sampah dikumpulkan oleh kolektor informal (Buku Putih Sanitasi Tana 7%
Toraja, 2014).

Pengelolaan Sampah Eksisting di Tana Toraja


C. Kondisi Pengelolaan Sampah Eksisting
8.00% 1. Tana Toraja

P
0.20% Sampah Dibakar
2.50% elayanan sampah di Tana Toraja meliputi pengelolaan sampah
Sampah dikumpulkan ke berbasis masyarakat sebanyak 26.304 KK (79% dari populasi),
TPS layanan penuh pemda (Rumah Tangga-TPS-TPA) dan penyapuan
Sampah dibuang ke lahan jalan adalah sebesar 3.458 KK (10% dari populasi), dan layanan
23.90%
53.60%
kosong/kebun/hutan pengangkutan (RT-TPS-TPA) sebesar 1.968 KK (6% dari populasi).
Sampah dibuang ke Pelayanan sampah yang dipusatkan di Kawasan perkotaan (Kecamatan
sungai
Makale, Makale Utara, dan Mengkendek) memiliki volume sampah
Sampah dikumpulkan
mencapai sekitar 115 m3/hari atau 41.860 m3/tahun dengan volume
11.80% oleh kolektor informal
sampah yang terangkut sekitar 92,93m3/hari atau 28.994,5 m3/tahun.
Sarana-prasarana persampahan di Kota Makale terdiri atas: 7 unit gerobak
Sementara di Kab. Toraja Utara, 57 % sampah dibakar oleh warga, 7%
sampah dikumpulkan ke TPS, 29% sampah dibuang ke lahan
kosong/kebun/hutan, 5,5% sampah dibuang ke sungai, 3,2% sampah
dibiarkan saja sampai membusuk, dan 2,5 % lain-lain (Buku Putih Sanitasi
Toraja Utara, 2013).

KONDISI TPA EKSISTING TANA TORAJA

3-42
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
sampah, 10 unit becak motor sampah, 12 unit motor sampah, 4 unit dump dilakukan dengan baik. TPS 3R akan berperan penting untuk melakukan
truck, 7 unit arm roll truck. Terdapat 140 buah tong sampah, 14 bak pemilahan sampah (yang belum terpilah oleh warga) dan juga untuk
sampah, 28 container, dan 95 TPS. mengolah serta mendistribusikan sampah untuk proses pengolahan lebih
Keterbatasan armada pengumpul sampah, dan juga fasilitas tempat lanjut.
sampah menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya pelayanan. Terdapat 1 prasarana TPA yang berlokasi di Tanamalea, Kelurahan
Pelayanan sampah juga harus ditingkatkan, masyarakat harus membayar Padangiring, Kecamatan Rantetayo, dengan sistem open dumping dan
retribusi dan tidak boleh membakar sampahnya, khususnya di daerah memiliki kapasitas yang masih cukup besar. Air Lindi permukaan dialirkan
perkotaan. Penambahan unit alat berat untuk pengangkut sampah, SDM dan diolah menuju Kolam Lindi, sementara air lindi yang terinfiltrasi ke
untuk pengumpul sampah sampai ke pedesaan, dan juga pengadaan tanah dapat berpotensi mencemari tanah dan air tanah.
wadah sampah harus dipenuhi oleh pemerintah.
Untuk pelaku 3R di Tana Toraja, terdapat 1 unit TPS 3R yang berlokasi di
sebelah TPA. Akan tetapi TPS 3R ini belum berjalan optimal karena belum
memiliki operator yang dapat menjalankan sistem nya. Selain itu, terdapat
3 kelompok masyarakat yang mengelola sampah organik menjadi kompos
dan 3 kelompok masyarakat yang mengelola sampah non-organik (plastik)
di Kec. Makalle, Makalle Utara, dan Sangalla.

KOLAM PENGOLAHAN LINDI


Kondisi TPA Eksisting masih dapat dioptimalkan. Air lindi perlu dikelola
agar meminimalisir dampak ke lingkungan. Sistem open dumping harus
dirubah ke Sanitary Landfill. Rehabilitasi TPA Eksisting harus dilakukan
untuk mengoptimalkan volume sampah dan juga meminimalisir dampak
lingkungan.
Untuk menghadapi tantangan kawasan strategis pariwisata, perlu
disiapkannya lokasi TPA baru yang memenuhi persyaratan dan
implementasi yang sesuai standar.
KONDISI EKSISTING TPS 3R TANA TORAJA
2. Toraja Utara

P
TPS 3R belum berjalan optimal. Fasilitas infrastruktur sudah terbangun elayanan sampah baru dilakukan di daerah perkotaan, yaitu
hanya saja pengelolaannya yang terkendala biaya dan SDM. Optimalisasi Kecamatan Rantepao dan sebagian Kecamatan Sa’adan. Secara
pendampingan harus dilakukan dan juga perlu didorong keterlibatan umum alur sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Toraja Utara
swasta dalam pengelolaan TPS 3R dan juga pengelolaan TPA. dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Penerapan 3R khususnya pemilahan sampah dari sumber perlu dilakukan
dengan melakukan pendekatan melalui peraturan dan juga sosialisasi
kepada masyarakat. Pengolahan sampah yang terpilah juga harus

3-43
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 3.24. Alur sistem pengelolaan sampah eksisting Toraja Utara

Semi Daur Ulang/


User Pengumpulan Penampungan
Input Pengangkutan Pengolahan Pembuangan
Interface Setempat Sementara
Akhir Terpusat Akhir
Sampah Tong Sampah Motor sampah TPS / Counter Dump Truck Tidak Ada TPA
Rumah Karung goni/ Gerobak Arm Roll Truck
Tangga kresek sampah
EKSISTING LANGI, TONDON
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Permukiman
Sampah Tong Sampah Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Dibakar
Rumah
Tangga
Sampah Karung Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Drainase/Sung
Rumah goni/Kresek ai/Kebun/Laha Sarana-prasarana persampahan di Kota Makale
Tangga n Kosong terdiri atas: unit gerobak sampah, becak
Sampah Tong Sampah Pemulung Pengumpul Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada motor sampah, unit motor sampah, unit
Anorganik Karung perorangan dump truck, unit arm roll truck. Terdapat
goni/Kresek
Sampah Tong Sampah Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Dibakar pula ratusan tong sampah, puluhan bak
Anorganik sampah, container, dan banyak tersebar TPS.
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2016 Perkiraan fasilitas tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini disamping.
Tabel 3.25. Fasilitas infrastruktur pengelolaan sampah toraja utara TPA eksisting yang digunakan saat ini,
Kelompok Teknologi yang Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Sumber Data menggunakan sistem open dumping, berlokasi
Fungsi Digunakan Data di Lembang (Desa) Langi, Kec.Tondon).
User Interface Tong Sampah Buah 0 Belum Tersedia bersifat sementara. Estimasi sekitar akhir
Kantong Kresek Buah 0 tahun 2016 akan digunakan TPA yang
Karung Goni Buah 0
Pengumpulan Motor Sampah Unit 4 Dinas Tata Ruang dan
berlokasi di Desa Karua, Kecamatan Balusu.
Setempat Gerobak Sampah Buah 11 Permukiman Status lahan sudah milik Pemkab, ditunjukkan
Pemulung Orang 16 oleh bukti sertifikat lahan. Selain itu tahap
Penampungan Counter Unit 9 Dinas Tata Ruang dan perencanaan sudah menghasilkan studi AMDAL
Sementara Bak Sampah Buah 0 Permukiman maupun DED. Luas lahan sekitar 2,5 Ha.
Pengumpul Unit 1
Untuk menghadapi tantangan kawasan
Pengangkutan Dump Truck Unit 4 Dinas Tata Ruang dan
Arm Roll Truck Unit 2 Permukiman strategis pariwisata, perlu disiapkannya lokasi
Semi Pengelolaan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada TPA baru yang memenuhi persyaratan dan
Akhir Terpusat implementasi yang sesuai standar.
Daur Ulang/ TPA Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Pembungan Akhir

3-44
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
D. Kondisi Infrastruktur Penanganan Persampahan Di Kawasan Destinasi Wisata
1. Kawasan Wisata Alam memanfaatkan (Re-use) dari Secara periodik sampah diangkut Tetapi masih terdapat sampah
dan Agro Wisata karung beras. oleh Dinas Kebersihan Kab. yang dibuang diluar wadah
Pango-pango Toraja selama kurang lebih 2 sampah tersebut. Hal ini
Sarana pewadahan sampah di minggu sekali. Berdasarkan dikarenakan masyarakat belum
wisata Pango-pango belum informasi dari pedagang bahwa memiliki kesadaran yang tinggi.
mencukupi, hanya berada di sampah juga terkadang dibakar. Pengolahan sampah yang
sekitar lokasi Gazebo. Fasilitas dilakukan dengan cara dibakar.
air bersih dan WC pun sangat 3. Objek Wisata Lemo
terbatas, hanya berlokasi di Terdapat wadah sampah di
lokasi sekitar Gazebo. lokasi parkiran, dan di jalan 4. Objek Wisata Tilanga
Pengangkutan sampah ke lokasi menuju lokasi makam. Sampah di area lokasi
ini belum dikelola oleh dinas Sayangnya masih terlihat dibersihkan secara rutin oleh
kebersihan. Pengolahan sampah sampah bungkus permen dan penjaga loket. Sementara
dilakukan dengan cara dibakar. botol minum yang dibuang sampah tersebut dibuang di
sembarangan di dekat lokasi kebun atau dibakar. Terliihat
makam. Berdasarkan informasi sampah yang dibuang di lembah
dari penjaga loket, tidak ada di belakang toilet.
layanan pengangkutan sampah
di lokasi ini. Wadah sampah
telah dilengkapi di sepanjang
jalan menuju lokasi makam.
Diseluruh lokasi, baik di sekitar
parkiran, di warung-warung, dan
2. Objek Wisata Religi juga di lokasi patung, terdapat
wadah sampah yang terbuat dari
Buntu Burake
rangka besi dan juga bekas
Tepat di lokasi parkir ketika
karung beras. Akan tetapi di
pengunjung hendak menuju
lokasi dekat patung masih 5. Objek Wisata Alam
lokasi patung, terdapat tulisan
terlihat pengunjung yang tidak dan Air Terjun
“Alam menangis karena
disiplin dan bertanggung jawab,
perbuatan manusia yang tidak Sarambu Assing
membuang sampah botol minum
bertanggung jawab”. Tulisan Lokasi wisata ini masih belum
sembarangan. Sampah akan
tersebut terpasang di pohon dan dikelola oleh pemerintah daerah.
dikumpulkan ke satu lokasi di
juga dibelakangnya terdapat Untuk kondisi eksisting saat ini
dekat area parkiran, untuk
wadah sampah yang belum adanya pengelolaan
diambil oleh pihak dinas
kebersihan.

3-45
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
kebersihan di objek wisata air 7. Objek Wisata Suaya petugas Dinas Kebersihan.
terjun sarambu assing. Lokasi objek wisata ini masih Terlihat pada wada sampah ini,
terdapat sampah yang di buang pernah adanya aktivitas
sembarangan. Di area ini minim membakar sampah di wadah
sampah ini. Fasilitas tempat
sekali wadah sampah sehingga
pengunjung kesulitan dalam sampah terpilah (Organik dan
mencari tempat sampah di lokasi Non Organik) di akses jalan kaki
menuju Kete’ Kesu sudah
wisata ini.
tersedia di objek wisata ini.

6. Objek Wisata
Pemakaman Bayi
Kambira
Terdapat wadah sampah yang
terpasang di bagian dalam dan
luar lokasi ini. Kebersihan objek
wisata ini belum dilayani oleh
dinas kebersihan Toraja, dan
penanganan sampah dilakukan
dengan cara dibakar oleh
pengelola lokasi.

8. Objek Wisata Kete’


Kesu
Di dekat parkiran menuju objek
wisata, terdapat container bak
sampah (bin) yang menjadi
tempat dikumpulkannya sampah
dari area ini untuk diangkut oleh

3-46
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
IV. Permukiman Kumuh
A. Kondisi Permukiman Kumuh di Kab. Tana Toraja Salah satu kebjakan dan strategi yang harus diperhatikan lagi adalah
1. Penanganan Institusi tentang pengentasan dan penataan kawasan kumuh. Hal ini tentunya

P
enyelenggaraan pembangunan permukiman dan penanganan akan menambah nilai estetis jika ingin dikembangkan sebagai kawasan
kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Tana Toraja dilaksanakan budaya.
oleh Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kabupaten Tana Toraja Instutusi yang bertanggung jawab atas pengelolaan wilayah dan kawasan
dengan koordinasi dengan instansi terkait lainnya antara lain Bappeda, di Kabupaten Toraja, dan sekaigus berfungsi sebagai penentu kebijakan
camat, kepala desa / lembang / lurah dan sebagainya. Sedangkan dalam bagi pengembangan Pemukiman dan perumahan adalah Dinas Tata Ruang
aspek pelaksana tetap mengikutsertakan unsur masyarakat melalui dan Pemukiman Kabupaten (Tarkim).
Lembaga Swadaya masyarakat yang ada.
2. Perumahan dan Permukiman

P
Untuk mendukung kinerja institusi ini diperlukan Landasan Hukum:
 Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan erwujudan kebijakan dan strategi struktur tata ruang wilayah
Gedung Kabupaten Toraja Utara yang sedikit banyak akan mempengaruhi
 Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang peraturan wajah pemukiman dan perumahan akan mengarahkan sistem
Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak internal pelayanan wilayah yang tersebar dan terhirarki mulai dari Pusat
fungsi pada tahun 2010. Kegiatan Lokal (PKL) kabupaten, Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), hingga
 Undang-Undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Permukiman Dimana Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kabupaten merupakan kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau
B. Kondisi Permukiman Kumuh di Kab. Toraja Utara beberapa kecamatan. Sementara Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
1. Penanganan Institusi

D
skala kecamatan atau beberapa desa (disebut Lembang untuk wilayah
alam PP/26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Kabupaten Toraja Utara). Sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
(RTRWN) ditetapkan Kawasan Toraja dan sekitarnya sebagai salah
adalah merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan sudut kepentingan
kegiatan skala antar desa (disebut Lembang untuk wilayah Kabupaten
strategisnya adalah sosial budaya. Terkait dengan aspek kepentingan
Toraja Utara).
sosial budaya di kawasan Toraja, maka akan terdapat dua wilayah
administratif kabupaten yang berkepentingan dan tercakup didalamnya,
3. Permukiman Kumuh

S
yakni Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara.
alah satu mengidentifikasi kawasan kumuh adalah Studi EHRA dari
Regulasi itu juga berdampak pada strategi pengembangan kawasan
kajian Buku Putih Sanitasi (BPS) yang dikeluarkan oleh Pokja Sanitasi
perumahan dan pemukiman di Kabupaten Toraja Utara.
Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh Bappeda. Untuk Kabupaten
Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah dan kawasan yang
Toraja Utara sudah terbentuk Pokja Sanitasi. Sedangkan Buku Putis
berpengaruh pada penataan kawasan permukiman dan perumahan di
Sanitasi (BPS) baru berupa Draft.
Kabupaten Toraja Utara meliputi :
Daerah kumuh bisa ditentukan dengan derajat sanitasi yang rendah,
- Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung
termasuk tingkat pendidikan dan pola kepadatan ruang pemukiman
- Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya
- Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis

3-47
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
dengan kelengkapan infrstruktur air bersih, limbah, drainase dan Area Wilayah
No Penyebab Utama Beresiko
penanganan persampahan yang jauh dari maksimal. Beresiko Prioritas
Selain dari terbatasnya kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi juga karena Lombongan
minimnya jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) kesehatan di Balusu
15 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
berbagai unit pelayanan kesehatan yang menyebabkan tidak optimalnya Bangunlipu
kinerja unit-unit pelayanan tersebut. Sehingga perlu peningkatan SDM Sa'dan
16 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
baik secara kuantitas maupun kualitas tenaga kesehatan yang ada di Pesondongan
Kabupaten Toraja Utara. Sa'dan Liku
17 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Hasil kajian studi EHRA yang mengacu pada 5 (lima) pilar Sanitasi Total Lambe'
Berbasis Masyarakat (STBM) diketahui bahwa Kabupaten Toraja Utara Sa'dan
18 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
sebagai salah satu kabuapten yang rawan terhadap sanitasi. Sangkaropi
Berdasarkan penggabungan data Sekunder , Persepsi SKPD dan data 19 Resiko 4 Sa'dan Mataallo Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
kajian EHRA untuk 21 Kecamatan dengan 151 kelurahan/lembang di 20 Resiko 4 Sa'dan Andulan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Kabupaten Toraja Utara yang menjadi prioritas, diperoleh gambaran area 21 Resiko 4 Poya Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
berisiko sanitasi Kabupaten Toraja Utara resiko tinggi dan sangat tinggi 22 Resiko 4 Sikuku' Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
(Resiko 4 adalah yang paling tinggi, jika dipetakan akan diwarnai MERAH. Benteng
23 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Identik dengan PAKUMIS: PADAT KUMUH MISKIN) Mamullu
24 Resiko 4 Buntu Tagari Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Tabel 3.1. Daerah / Area Beresiko Sanitasi dan Penyebab Utamanya 25 Resiko 4 Dende Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
26 Resiko 4 Piongan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Area Wilayah 27 Resiko 4 Londong Biang Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
No Penyebab Utama Beresiko
Beresiko Prioritas 28 Resiko 4 Rindingallo Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
1 Resiko 4 Pa'paelean Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 29 Resiko 4 Ponglu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
2 Resiko 4 Sapan Kua Kua Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 30 Resiko 4 Pulu'pulu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
3 Resiko 4 Issong Kalua Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 31 Resiko 4 Sarambu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
4 Resiko 4 Misa Ba'bana Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 32 Resiko 4 Buntu Minanga Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Pitung Roroan
5 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 33 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Penanian Barra'Barra'
6 Resiko 4 Makkuan Pare Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 34 Resiko 4 Paonganan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
7 Resiko 4 Rantebua Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 35 Resiko 4 Pangkung Batu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
8 Resiko 4 Sumalu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 36 Resiko 4 Talimbangan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Rantebua Pengkaroan
9 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 37 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Sanggalangi Manuk
10 Resiko 4 Bokin Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 38 Resiko 4 Sapan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
11 Resiko 4 Buangin Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 39 Resiko 4 Baruppu Parado Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
12 Resiko 4 Karre Penanian Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 40 Resiko 4 Benteng Batu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
13 Resiko 4 Penanian Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan Baruppu
14 Resiko 4 Bori Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 41 Resiko 4 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Selatan

3-48
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Area Wilayah Area Wilayah
No Penyebab Utama Beresiko No Penyebab Utama Beresiko
Beresiko Prioritas Beresiko Prioritas
42 Resiko 4 Baruppu Utara Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 69 Resiko 3 Laang Tanduk Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
43 Resiko 3 Salu Air Limbah Domestik, Prohisan, dan Persampahan 70 Resiko 3 Saloso Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
44 Resiko 3 Salu Sarre Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 71 Resiko 3 Limbong Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
45 Resiko 3 Salu Sopai Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 72 Resiko 3 Mentirotiku Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
46 Resiko 3 Marante Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 73 Resiko 3 Malango Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
Nonongan 74 Resiko 3 Singki Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
47 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Selatan 75 Resiko 3 Rante Pasele Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
48 Resiko 3 Rinding Batu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 76 Resiko 3 Rantepao Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
49 Resiko 3 Tallu Lolo Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 77 Resiko 3 Sereale Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
50 Resiko 3 Sangbua Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan Benteng Ka'do
78 Resiko 3 Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
Pantanakan To'Ria
51 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Lolo 79 Resiko 3 Embatau Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
52 Resiko 3 Tadongkon Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 80 Resiko 3 Buntu Barana Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
53 Resiko 3 Tandung La'bo Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 81 Resiko 3 Tikala Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
54 Resiko 3 Buntu La'bo Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 82 Resiko 3 Bori Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
55 Resiko 3 Pata' Padang Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 83 Resiko 3 Parinding Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Tongkonan 84 Resiko 3 Deri Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
56 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Basse' 85 Resiko 3 Palawa' Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
57 Resiko 3 Tallang Sura' Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan 86 Resiko 3 Pangli Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
58 Resiko 3 Nanggala Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 87 Resiko 3 Pangli Selatan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Nanna Lili'Kira'
59 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 88 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Nanggala Ao'Gading
60 Resiko 3 Basokan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 89 Resiko 3 Sa'dan Ulu Salu Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
61 Resiko 3 Tondon Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan Sa'dan Ballo
90 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Tondon Pasange
62 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Mataallo 91 Resiko 3 Sa'dan Pebulian Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
63 Resiko 3 Tondon Langi' Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan Sa'dan
92 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Buntu Tallung Malimbong
64 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Lipu 93 Resiko 3 Sa'dan Tiroallo Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
65 Resiko 3 Tallung Lipu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 94 Resiko 3 Bangkelekila Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Tampo Tallung 95 Resiko 3 Tampan Bonga Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
66 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Lipu 96 Resiko 3 Tongariu Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
Rante Paku Sesean
67 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 97 Resiko 3 Air Limbah Domestik, Prohisan dan Persampahan
Tallung Lipu Mataallo
Tagari Tallung 98 Resiko 3 Polo Padang Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
68 Resiko 3 Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
Lipu

3-49
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Area Wilayah Area Wilayah
No Penyebab Utama Beresiko No Penyebab Utama Beresiko
Beresiko Prioritas Beresiko Prioritas
99 Resiko 3 Kapala Pitu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 107 Resiko 3 Lempo Poton Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
100 Resiko 3 Ma'dong Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 108 Resiko 3 Bulu Langkan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
101 Resiko 3 Paku Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 109 Resiko 3 Buntu Batu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
102 Resiko 3 Parinding Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 110 Resiko 3 Ampang Batu Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
103 Resiko 3 Kapolang Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 111 Resiko 3 Mai'ting Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
104 Resiko 3 Buntu Karua Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 112 Resiko 3 Parandangan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
105 Resiko 3 Awan Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 113 Resiko 3 Rante Uma Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan
106 Resiko 3 Batu Lotong Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan 114 Resiko 3 Batu Busa Prohisan, Air Limbah Domestik, dan Persampahan

3-50
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
3.4 Kondisi Infrastruktur Sumber Daya Air
I. Kondisi Infrastruktur Irigasi

S
ungai Sa’dan atau Sungai Saddang adalah sungai yang mengalir Jenis jenis kerusakan yang terdapat pada daerah layanan irigasi terbagi 3
membelah Tana Toraja dengan 294 anak sungai disepanjang jenis diantaranya yaitu:
alirannya. Sungai Sa’dang merupakan sungai terpanjang di Sulawesi - Rusak Ringan : perlu dilakukan perbaikan setempat/per titik,
Selatan. Sungai ini membentang sepanjang 182 Km dari dataran tinggi panjang saluran kurang lebih 5.202 meter dan bak pembagi dan pintu
perbukitan Latimojong, dan mengarah ke Kabupaten Pinrang, sebuah air.
kabupaten di sebelah barat daya Tana Toraja, dan berakhir di Selat - Rusak Sedang : perlu dilakukan rehab segmen pada saluran yang
Makassar. Dengan lebar rata-rata sekitar 80 m, Sungai Sa’dan memiliki rusak panjang saluran kurang lebih 9.658 meter dan bak pembagi
arus yang cukup deras dengan banyak bebatuan besar yang tersebar di serta pintu air.
sepanjang alirannya. - Rusak Berat : Peru dilakukan penggantian baru atau perbaikan
Fungsi dan manfaat Sumber daya Air adalah untuk memenuhi kebutuhan secara menyeluruh, tidak ada kerusakan berat.
air pada jaringan irigasi, kebutuhan air baku untuk air minum. Terdapat Dari data diatas jenis penanganan perbaikan yang diusulkan adalah
5 (lima) lokasi irigasi di Kabupaten Tana Toraja, yaitu: berupa operasi dan pemeliharaan.
 Lokasi Kecamatan Tabang
Kecamatan Tabang mempunyai area irigasi sebagai berikut:  Lokasi Kampung Ala Kanaka
Awo, Belau, Buri, Kalatangnga, Kakuku-Tobena, Kapa kappa, Area Irigasi pada Kampung Ala Kanaka adalah sebagai
Kasisi, Komba-1, Kmba-2, Kuma, Malii, Mamara, Mangge, berikut: Boto, Bolele, Balombong, Bamba, Bamba Sandangan,
Mararin, Seledadi Salu ratte II, Sampang, Saangkili, Banga, Bangre, Bangunan, Baramese, Bare Batu, Batukloang,
Sangrapuan, Sapan, Same, Sumanambu, Tabang, Toliku, Aa Batu, Alang Balalang, Bia, Bongbong, Bongil, Botang, Buangin, Bungin,
alang, Ambelangi, Awa/Korang. Jenis saluran irigasi tersebut diatas Burasia, Battu Dama, Battu Limbong, Dai Tabiri, Dengo, Dualang
memiliki luas 3.128 Ha yang terdiri dari: Manadandan, Durian, Galungan Kamurung, Gantungan, Garotin, Gelepo,
- Irigasi saluran Teknis = 128 Ha Kalesok, Kalo Baine, Kambuno, Kamiri, Kampung Ala Kanaka I s/d III,
- Irigasi saluran Semi Teknis = 800 Ha Kana Butu, Kanan Mapa, Kappuan, Kararo, Karondang, Kondo Dewata,
- Irigasi saluran Sederhana = 2.200 Ha Lu”lang, Kutilak Panian, Kurin Kurin.
Dengan 3 (tiga) tingkat jaringan sistem saluran, yaitu: jenis saluran irigasi tersebut diatas memiliki luas 3.175 Ha yang terdiri dari
- Saluran Primer : awal pengambilan air dari sumber air(Sungai :
Saddan) melalui bangunan sadap, panjang saluran kurang lebih 2.264 - Irigasi saluran Teknis = 100 Ha
meter - Irigasi saluran Semi Teknis = 975 Ha
- Saluran Sekunder : Diambil dari saluran primer melalui pintu air - Irigasi saluran Sederhana = 2.100 Ha
pembagi yang berikut masuk ke saluran tersier, panjang saluran Dengan 3 (tiga) tingkat jaringan sistem saluran yaitu:
kurang lebih 4.340 meter. - Saluran Primer : awal pengambilan air dari sumber air(Sungai)
- Saluran Tersier : Diambil dari saluran sekunder melalui pintu air melalui bangunan sadap, panjang saluran kurang lebih 2.298 meter
pembagi yang berikut masuk ke petak sawah, panjang saluran - Saluran Sekunder : Diambil dari saluran primer melalui pintu air
kurang lebih 8.246 meter pembagi yang berikut masuk ke saluran tersier, panjang saluran
kurang lebih 4.415 meter.

3-51
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
- Saluran Tersier : Diambil dari saluran sekunder melalui pintu air - Saluran Tersier : Diambil dari saluran sekunder melalui pintu air
pembagi yang berikut masuk ke petak sawah, panjang saluran pembagi yang berikut masuk ke petak sawah, panjang saluran
kurang lebih 8.370 meter kurang lebih 8.530 meter
Jenis jenis kerusakan yang terdapat pada daerah layanan irigasi terbagi 3 Jenis jenis kerusakan yang terdapat pada daerah layanan irigasi terbagi 3
jenis diantaranya yaitu: jenis diantaranya yaitu:
- Rusak Ringan : perlu dilakukan perbaikan setempat/per titik, - Rusak Ringan : perlu dilakukan perbaikan setempat/per titik,
panjang saluran kurang lebih 5.279 meter dan bak pembagi dan pintu panjang saluran kurang lebih 5.380 meter dan bak pembagi serta
air. pintu air.
- Rusak Sedang : perlu dilakukan rehab segmen pada saluran yang - Rusak Sedang : perlu dilakukan rehab segmen pada saluran yang
rusak panjang saluran kurang lebih 9.803 meter dan bak pembagi rusak panjang saluran kurang lebih 9.993 meter dan bak pembagi
serta pintu air. serta pintu air.
- Rusak Berat : Perlu dilakukan penggantian baru atau perbaikan - Rusak Berat : Perlu dilakukan penggantian baru atau perbaikan
secara menyeluruh, tidak ada kerusakan berat. secara menyeluruh, tidak ada kerusakan berat.
Dari data diatas jenis penanganan perbaikan yang diusulkan adalah Dari data diatas jenis penanganan perbaikan yang diusulkan adalah
berupa operasi dan pemeliharaan, kerusakan diakibatkan oleh operasional berupa operasi dan pemeliharaan, karena kerusakan diakibatkan oleh
saluran. operasional saluran.

 Lokasi Lompok Lintang sampai Panglulukan Katambi  Lokasi Kecamatan Sarangdena


Area irigasi Lompok Lintang sampai Panglulukan Katambi Kecamatan Sarangdena mempunyai area irigasi sebagai
adalah sebagai berikut: Lampok Litak, Langdoan, Langsa, berikut: Patindak Bau, Pattan, Pattingloan, Ponding,
Leda, Lekke, Leso, Lettek Tapeng, Liku Lambe, Mabaya, Pongtoding, Pura Tau, Rebung, Rambu, Rambu Mawa,
Mambulo, Mandaian, Martal, Marue, Ma;lan Mangkagantaran, Randanan, Randanan, Timur, Rano, Rante Dolok,, Rate, Rate
Mesila Endeng, Ma:tan, Miolang, Nenneng, Nenneng Kale, Orong, Lepangan, Rebo Malo, Ron Pakaulu, Runandan, Salu Patondon, Salu Aka,
Palayang, Palepang Pao, Paino, Pambasoan, Pamolongan, Pandan, Salu Anak Undangan, Salu, Salu Langsa, Salu Mairo, Salu Pangki, Salu
Pangala:Patongloan, Panglulukan Katambi. Dengan total layanan daerah Randanan, Salu Tandung, Salu Ratte, Sambura Tandung, Sangkadewang,
irigasi seluas 3.236 Ha yang terdiri dari: Sanglelen, Sarambu, Sarambu-1, Sarambu Kandua, Sarangdena,
- Irigasi saluran Teknis = 286 Ha Sarombon, Sepon, Se:seng, Sima dengan total layanan daerah irigasi
- Irigasi saluran Semi Teknis = 900 Ha seluas 2.996 Ha yang terdiri dari:
- Irigasi saluran Sederhana = 2.050 Ha - Irigasi saluran Teknis = 96 Ha
Dengan 3 (tiga) Tingkat Jaringan sistem saluran, yaitu: - Irigasi saluran Semi Teknis = 1.000 Ha
- Saluran Primer : awal pengambilan air dari sumber air(anak - Irigasi saluran Sederhana = 1.900 Ha
sungai Saddan) melalui bangunan sadap, panjang saluran kurang Dengan 3 (tiga) tingkat jaringan sistem saluran, yaitu:
lebih 2.342 meter - Saluran Primer : awal pengambilan air dari sumber air(Sungai)
- Saluran Sekunder : Diambil dari saluran primer melalui pintu air melalui bangunan sadap, panjang saluran kurang lebih 2.168 meter
pembagi yang berikut masuk ke saluran tersier, panjang saluran - Saluran Sekunder : Diambil dari saluran primer melalui pintu air
kurang lebih 4.500 meter. pembagi yang berikut masuk ke saluran tersier, panjang saluran
kurang lebih 4.166 meter.

3-52
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
- Saluran Tersier : Diambil dari saluran sekunder melalui pintu air - Saluran Tersier : Diambil dari saluran sekunder melalui pintu air
pembagi yang berikut masuk ke petak sawah, panjang saluran pembagi yang berikut masuk ke petak sawah, panjang saluran
kurang lebih 7.898 meter kurang lebih 5.741 meter
Jenis jenis kerusakan yang terdapat pada daerah layanan irigasi terbagi 3 Jenis jenis kerusakan yang terdapat pada daerah layanan irigasi terbagi 3
jenis diantaranya yaitu: jenis diantaranya yaitu:
- Rusak Ringan : perlu dilakukan perbaikan setempat/per titik, - Rusak Ringan : perlu dilakukan perbaikan setempat/per titik,
panjang saluran kurang lebih 4.981 meter dan bak pembagi serta panjang saluran kurang lebih 3.621 meter dan bak pembagi serta
pintu air. pintu air.
- Rusak Sedang : perlu dilakukan rehab segmen pada saluran yang - Rusak Sedang : perlu dilakukan rehab segmen pada saluran yang
rusak panjang saluran kurang lebih 9.251 meter dan bak pembagi rusak panjang saluran kurang lebih 6.725 meter dan bak pembagi
serta pintu air. serta pintu air.
- Rusak Berat : Perlu dilakukan penggantian baru atau perbaikan - Rusak Berat : Perlu dilakukan penggantian baru atau perbaikan
secara menyeluruh, tidak ada kerusakan berat. secara menyeluruh, tidak ada kerusakan berat.
Dari data diatas jenis penanganan perbaikan yang diusulkan adalah Dari data diatas jenis penanganan perbaikan yang diusulkan adalah
berupa operasi dan pemeliharaan, karena kerusakan diakibatkan oleh berupa operasi dan pemeliharaan, karena kerusakan diakibatkan oleh
operasional saluran tersebut. operasional saluran.

 Lokasi Kecamatan Sinae Potong Loan II. Pengelolaan Bangunan Intake Kepentingan
Kecamatan Sinae Potong Loan mempunyai area irigasi sebagai
berikut: Sinae Potongloan, Sinolon, Sipato To Induk, Solongan, Air Baku untuk Air Minum
Solo Pasang, Sulukan, Sumasan, Sumoang, Tanete, Tanete-1, A. Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja
Tangkaloanm, Tappang, Padongoan, Tappang Utaramaluku, i. Bangunan Intake di Sungai Saddan
Tarra, Taluk Malo, Tendan To Sendana, Tibong, To”Awo, To Dambu, Intake Makale IPA kapasitas 20 L/s berada di Sungai Saddan
To”Kalo, To”Liang, To”Dole” Tokeran, Tokua, To” Laba, To” Lemo Sisiran, ii. Bangunan Intake IPA 30 L/s
To”Limbong Rarte B, Tomban, Tombang, Tombag Debu, Tongge, Bangunan Intake berada di lembah dari perbukitan disekitarnya yang
Tukaran, Uma Tumatua Padakka. Saluran irigasi tersebut diatas memiliki relative tinggi, air keluar dari lokasi tertentu/mengumpul dengan
luas 2.178 Ha yang terdiri dari: debit air 30 L/s dan bertekanan.
- Irigasi saluran Teknis = 178 Ha
- Irigasi saluran Semi Teknis = 400 Ha B. Irigasi di Kabupaten Toraja Utara
- Irigasi saluran Sederhana = 1.600 Ha Total Daerah Irigasi Kabupaten Toraja Utara adalah sejumlah 175 daerah
Dengan 3 (tiga) tingkat jaringan sistem saluran, yaitu: irigasi dengan rincian 1 buah Derah irigasi kewenangan Provinsi sulawesi
- Saluran Primer : awal pengambilan air dari sumber air(Sungai selatan dan 174 aerah irigasi kewenangan kabupaten Toraja Utara,
Saddan) melalui bangunan sadap, panjang saluran kurang lebih 1.576 dengan cakupan luas layanan mencapai luas 11.955 Ha. Untuk lebih detail
meter bisa di lihat dari tabel di bawah ini :
- Saluran Sekunder : Diambil dari saluran primer melalui pintu air
pembagi yang berikut masuk ke saluran tersier, panjang saluran
kurang lebih 3.029 meter.

3-53
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 3.1. Total Daerah Irigasi Kabupaten Toraja Utara
Luasan LOKASI KONDISI LUAS AREAL (HA)
SUMBER AIR
NAMA KONDISI
NO Nama Daerah Irigasi KOORDINAT (SUNGAI, RUSAK RUSAK STATUS KET.
KECAMATAN DAS BENDUNG POTENSIAL BAIK JARINGAN
MATA AIR) RINGAN BERAT
(Ha) X Y

Total Daerah Irigasi Kabupaten


Toraja Utara

I. Kewenangan Puast - - - -

II. Kewenangan Provinsi 1,230 1,231 1,231 -

1 DI. Balombong Sesean 1,230 1,231 1,231 - Semi Teknis Rusak Ringan

III. Kewenangan Kabupaten 10,725 4,826 3,218 2,681

1 D.I Batu Alang 168.00 TIKALA Sa'dan/Saddang Tikala Batu Alang 168 76 50 42 Semi teknis Rusak Ringan

2 D.I Bori' 135.00 SESEAN Sa'dan/Saddang Bori' Bori' 135 61 41 34 Sederhana Rusak Ringan

3 D.I Batupak I 117.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang Nanna' Batupak I 117 53 35 29 Semi teknis Rusak Ringan

4 D.I Bomboway 88.00 TIKALA Sa'dan/Saddang Buntu Barana' Bomboway 88 40 26 22 Semi teknis Rusak Ringan

5 D.I Bonoran 65.00 KESU' Sa'dan/Saddang Panta'nakan Lolo Bonoran 65 29 20 16 Sederhana Rusak Ringan

6 D.I Bubun Batu 20.00 SANGGALANGI' Sa'dan/Saddang Pata'padang Bubun Batu 20 9 6 5 Sederhana Rusak Ringan

7 D.I Butang 48.00 BALUSU Sa'dan/Saddang Ao' Gading Butang 48 22 14 12 Sederhana Rusak Ringan

8 D.I Daro 23.00 RINDINGALLO Sa'dan/Saddang Pangala' Selatan Daro 23 10 7 6 Sederhana Rusak Berat

9 D.I Kalimbuang 52.00 KESU' Sa'dan/Saddang Tadongkon Kalimbuang 52 23 16 13 Semi teknis Rusak Ringan

10 D.I Karangan 42.00 SOPAI Sa'dan/Saddang Marante Karangan 42 19 13 11 Semi teknis Rusak Ringan

11 D.I Lantang Batu 40.00 SANGGALANGI' Sa'dan/Saddang Issong Kalua' Lantang Batu 40 18 12 10 Semi teknis Rusak Ringan

12 D.I Lewangan 38.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang Sangkaropi' Lewangan 38 17 11 10 Semi teknis Rusak Ringan

13 D.I Londong Biang 117.00 SESEAN SULOARA' Sa'dan/Saddang Landorundun Londong Biang 117 53 35 29 Sederhana Rusak Berat

14 D.I Marara 80.00 BUNTAO' Sa'dan/Saddang Buntu Dengen Marara 80 36 24 20 Sederhana Rusak Ringan

15 D.I Mata Salu 49.00 SANGGALANGI' Sa'dan/Saddang Tallung Penanian Mata Salu 49 22 15 12 Sederhana Rusak Ringan

16 D.I Nonongan 242.00 SOPAI Sa'dan/Saddang Laang Tanduk Nonongan 242 109 73 61 Sederhana Rusak Ringan

17 D.I Pangli Palawa 200.00 SESEAN Sa'dan/Saddang Pangli Selatan Pangli Palawa 200 90 60 50 Semi teknis Rusak Ringan

18 D.I Pengkaroan Manuk 60.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang TA'ba' Pengkaroan Manuk 60 27 18 15 Semi teknis Rusak Ringan

19 D.I Pirri' 65.00 RINDINGALLO Sa'dan/Saddang Mai'ting Pirri' 65 29 20 16 Sederhana Rusak Ringan

20 D.I Pura Allo 90.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang Sa'dan Matallo Pura Allo 90 41 27 23 Sederhana Rusak Ringan

21 D.I Salu Karruk 72.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang Liku Lambe' Salu Karruk 72 32 22 18 Sederhana Rusak Ringan

22 D.I Salu Silaga 60.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang Sapan Salu Silaga 60 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

23 D.I Salu Tabu 70.00 TIKALA Sa'dan/Saddang Salu Ta'bu Salu Tabu 70 32 21 18 Semi teknis Rusak Ringan

3-54
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Luasan LOKASI KONDISI LUAS AREAL (HA)
SUMBER AIR
NAMA KONDISI
NO Nama Daerah Irigasi KOORDINAT (SUNGAI, RUSAK RUSAK STATUS KET.
KECAMATAN DAS BENDUNG POTENSIAL BAIK JARINGAN
MATA AIR) RINGAN BERAT
(Ha) X Y
- -

54 D.I Berre' 30.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Garuang Berre' 30 14 9 8 Sederhana Rusak Ringan

55 D.I Bila 55.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Garuang Bila 55 25 17 14 Sederhana Rusak Ringan

56 D.I Bokin / Padamaran 95.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang Bokin Bokin 95 43 29 24 Sederhana Rusak Ringan

57 D.I Bombang 95.00 BUNTAO' Sa'dan/Saddang S. Buntao Bombang 95 43 29 24 Sederhana Rusak Ringan

58 D.I Bombong 70.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang S. silaga Bombong 70 32 21 18 Sederhana Rusak Ringan

59 D.I Bongli 123.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang S. silaga Bongli 123 55 37 31 Sederhana Rusak Ringan

60 D.I Bulu' - Bulu' 35.00 SOPAI Sa'dan/Saddang Kanuruan Bulu' - Bulu' 35 16 11 9 Semi teknis Rusak Ringan

61 D.I Buntu Lalla' 36.00 SOPAI Sa'dan/Saddang s. sopai Buntu Lalla' 36 16 11 9 Sederhana Rusak Ringan

62 D.I Dusun Tondon 50.00 TONDON Sa'dan/Saddang Tondon Dusun Tondon 50 23 15 13 Sederhana Rusak Berat

63 D.I Guririk 55.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Guririk 55 25 17 14 Sederhana Rusak Ringan

64 D.I Kakondongan 38.00 TONDON Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Kakondongan 38 17 11 10 Sederhana Rusak Ringan

65 D.I Kalebu' - indo'toding 25.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang Batu lotong Kaleu' 25 11 8 6 Sederhana Rusak Ringan

66 D.I Kalo Pikung 50.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang Batu lotong Kalo Pikung 50 23 15 13 Semi teknis Rusak Ringan

67 D.I Kampuang To'tabang 76.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang Ta'ba' To'tabang 76 34 23 19 Sederhana Rusak Ringan

68 D.I Karangan Marante 42.00 SOPAI Sa'dan/Saddang Marante Karangan 42 19 13 11 Semi teknis Rusak Ringan

69 D.I Kayu Angin 37.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang Buangin Kayu Angin 37 17 11 9 Sederhana Rusak Ringan

70 D.I Kendenan 65.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang Baruppu' Utara Kendenan 65 29 20 16 Semi teknis Rusak Ringan

71 D.I Laga Mafia 35.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang Benteng Mambe Laga Mafia 35 16 11 9 Sederhana Rusak Ringan

72 D.I Langdoan 40.00 DENPINA Sa'dan/Saddang S. dende Langdoan 40 18 12 10 Sederhana Rusak Ringan

73 D.I Langkan 46.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Langkan 46 21 14 12 Sederhana Rusak Ringan

74 D.I Langsa' 50.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Langsa' 50 23 15 13 Sederhana Rusak Berat

75 D.I Liku Lambe 56.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang Liku Lambe' Liku Lambe 56 25 17 14 Sederhana Rusak Ringan

76 D.I Limbong Deata 50.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang S. Maiting Limbong Deata 50 23 15 13 Sederhana Rusak Ringan

77 D.I Lokko'na Lamba Teklitak 60.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang S. Maiting Batu lotong 60 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

78 D.I Lolai 36.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Sopai Lolai 36 16 11 9 Semi teknis Rusak Ringan

79 D.I Lolai Baruppu' 36.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Baruppu Lolai Baruppu' 36 16 11 9 Semi teknis Rusak Ringan

80 D.I Lombo' Simparun 37.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Baruppu Lombo' Simparun 37 17 11 9 Sederhana Rusak Ringan

81 D.I Manakgallang 85.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' Manakgallang 85 38 26 21 Sederhana Rusak Ringan

82 D.I Marura 72.00 BALUSU Sa'dan/Saddang S. Balusu Marura 72 32 22 18 Sederhana Rusak Ringan

83 D.I Massayo 68.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Massayo 68 31 20 17 Semi teknis Rusak Ringan

3-55
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Luasan LOKASI KONDISI LUAS AREAL (HA)
SUMBER AIR
NAMA KONDISI
NO Nama Daerah Irigasi KOORDINAT (SUNGAI, RUSAK RUSAK STATUS KET.
KECAMATAN DAS BENDUNG POTENSIAL BAIK JARINGAN
MATA AIR) RINGAN BERAT
(Ha) X Y
- -

84 D.I Mata Kanan 50.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Mata Kanan 50 23 15 13 Sederhana Rusak Ringan

85 D.I Mau' (Buntu Lempong - To'bulan) 62.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang Nanna Buntu Lepong 62 28 19 16 Sederhana Rusak Ringan

86 D.I Ne' Akkung 132.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' Ne' Akkung 132 59 40 33 Sederhana Rusak Ringan

87 D.I Ne' Dido 65.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' Ne' Dido 65 29 20 16 Sederhana Rusak Ringan

88 D.I Ne' Sari Tiro Allo 30.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Ne' Sari Tiro Allo 30 14 9 8 Semi teknis Rusak Ringan

89 D.I Pa'basean Doa 54.00 SESEAN Sa'dan/Saddang S. Aya' Pa'basean Doa 54 24 16 14 Semi teknis Rusak Ringan

90 D.I Paka' Bi' 42.00 SESEAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Paka' Bi' 42 19 13 11 Sederhana Rusak Ringan

91 D.I Pangala' Patongloan 50.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Pangala' Patongloan 50 23 15 13 Sederhana Rusak Ringan

92 D.I Pangroro Tondon 37.00 TONDON Sa'dan/Saddang S. tondon Pangroro Tondon 37 17 11 9 Sederhana Rusak Ringan

93 D.I Pa'parukan 85.00 RINDINGALLO Sa'dan/Saddang S. Maiting Pa'parukan 85 38 26 21 Sederhana Rusak Ringan

94 D.I Paressa 45.00 DENPINA Sa'dan/Saddang S. Sarambu Paressa 45 20 14 11 Semi teknis Rusak Ringan

95 D.I Pasa' 83.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala Pasa' 83 37 25 21 Sederhana Rusak Ringan

96 D.I Pasamboan 59.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala Pasamboan 59 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

97 D.I Pasang Tau'la'ba 38.00 DENPINA Sa'dan/Saddang S. Dende Pasang Tau'la'ba 38 17 11 10 Sederhana Rusak Ringan

98 D.I Patandi 79.00 DENPINA Sa'dan/Saddang S. Pasang Patandi 79 36 24 20 Sederhana Rusak Ringan

99 D.I Pa'tondokan 77.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Pa'tondokan 77 35 23 19 Sederhana Rusak Ringan

100 D.I Pembangunan Tigaruk 49.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang S. Maiting Pembangunan Tigaruk 49 22 15 12 Sederhana Rusak Ringan

101 D.I Penniroan 35.00 SESEAN SULOARA' Sa'dan/Saddang S. Maiting Penniroan 35 16 11 9 Sederhana Rusak Ringan

102 D.I Pokkao' 55.00 SESEAN SULOARA' Sa'dan/Saddang S. Maiting Pokkao' 55 25 17 14 Sederhana Rusak Ringan

103 D.I Ponding Kanan 70.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Baruppu Ponding Kanan 70 32 21 18 Semi teknis Rusak Ringan

104 D.I Pong Toding 150.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Baruppu Pong Toding 150 68 45 38 Sederhana Rusak Ringan

105 D.I Pulio 82.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang S. Maiting Pulio 82 37 25 21 Sederhana Rusak Ringan

106 D.I Rangke 26.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Rangke 26 12 8 7 Semi teknis Rusak Ringan

107 D.I Rano Kalua' Pongsakke 63.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Rano 63 28 19 16 Sederhana Rusak Ringan

108 D.I Ranre Langda 47.00 SOPAI Sa'dan/Saddang S. Sopai Ranre Langda 47 21 14 12 Sederhana Rusak Ringan

109 D.I Rante Issong 56.00 BUNTAO' Sa'dan/Saddang S. Sanggalangi Rante Issong 56 25 17 14 Sederhana Rusak Ringan

110 D.I Rantebua 30.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Rantebua 30 14 9 8 Sederhana Rusak Ringan

111 D.I Rongo 47.00 BUNTAO' Sa'dan/Saddang S. Sanggalangi Rongo 47 21 14 12 Sederhana Rusak Ringan

112 D.I S. Bulan 50.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang S. Maiting S. Bulan 50 23 15 13 Sederhana Rusak Ringan

113 D.I S. Siba'ta 150.00 BALUSU Sa'dan/Saddang S. Sa'dan S. Siba'ta 150 68 45 38 Semi teknis Rusak Ringan

3-56
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Luasan LOKASI KONDISI LUAS AREAL (HA)
SUMBER AIR
NAMA KONDISI
NO Nama Daerah Irigasi KOORDINAT (SUNGAI, RUSAK RUSAK STATUS KET.
KECAMATAN DAS BENDUNG POTENSIAL BAIK JARINGAN
MATA AIR) RINGAN BERAT
(Ha) X Y
- -

114 D.I S. Simpo 35.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala S. Simpo 35 16 11 9 Sederhana Rusak Ringan

115 D.I Saloso 35.00 RANTEPAO Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Saloso 35 16 11 9 Sederhana Rusak Ringan

116 D.I Salu Alang 68.00 TALLUNGLIPU Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Salu Alang 68 31 20 17 Sederhana Rusak Ringan

117 D.I Salu Asa 50.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu Asa 50 23 15 13 Sederhana Rusak Ringan

118 D.I salu Aya 45.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' salu Aya 45 20 14 11 Sederhana Rusak Ringan

119 D.I Salu Baroko - Luba'ba 55.00 SESEAN SULOARA' Sa'dan/Saddang S. Maiting Luba'ba 55 25 17 14 Sederhana Rusak Ringan

120 D.I Salu Batito' - Batu 47.00 SESEAN SULOARA' Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu Batito' - Batu 47 21 14 12 Sederhana Rusak Ringan

121 D.I Salu Bone 35.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu Bone 35 16 11 9 Sederhana Rusak Ringan

122 D.I Salu Bulung 51.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Salu Bulung 51 23 15 13 Sederhana Rusak Ringan

123 D.I Salu Gallo' 89.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Salu Gallo' 89 40 27 22 Sederhana Rusak Ringan

124 D.I Salu Kalimbung 55.00 KESU' Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Salu Kalimbung 55 25 17 14 Sederhana Rusak Ringan

125 D.I Salu Kanan 61.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Barupu' Salu Kanan 61 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

126 D.I Salu Kapa' 47.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Barupu' Salu Kapa' 47 21 14 12 Sederhana Rusak Ringan

127 D.I Salu Kariango - Bu'buk 69.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Barupu' Salu Kariango - Bu'buk 69 31 21 17 Sederhana Rusak Ringan

128 D.I Salu Lebani' 34.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Barupu' Salu Lebani' 34 15 10 9 Sederhana Rusak Ringan

129 D.I salu Pandan 60.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala salu Pandan 60 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

130 D.I Salu Roroan 65.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Barupu' Salu Roroan 65 29 20 16 Sederhana Rusak Ringan

131 D.I Salu Sekong 62.00 RINDINGALLO Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu Sekong 62 28 19 16 Sederhana Rusak Ringan

132 D.I Salu Se'pon 51.00 RINDINGALLO Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu Se'pon 51 23 15 13 Sederhana Rusak Ringan

133 D.I Salu Sopai 60.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu Sopai 60 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

134 D.I salu Tobabangan - Kalintaro 61.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Babangan 61 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

135 D.I Salu To'durian 60.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Salu To'durian 60 27 18 15 Semi teknis Rusak Ringan

136 D.I Salu To'karoa 90.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu To'karoa 90 41 27 23 Sederhana Rusak Ringan

137 D.I Salu Tolambun 91.00 AWAN RANTEKARUA Sa'dan/Saddang S. Maiting Salu Tolambun 91 41 27 23 Sederhana Rusak Ringan

138 D.I Salu koyan Kalembang 40.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Salu koyan Kalembang 40 18 12 10 Sederhana Rusak Ringan

139 D.I Sapan 70.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang S. Silaga Sapan 70 32 21 18 Sederhana Rusak Ringan

140 D.I Sarambu 37.00 SOPAI Sa'dan/Saddang S. Sopai Sarambu 37 17 11 9 Sederhana Rusak Ringan

141 D.I Sarambu Pollo' Tendok 40.00 SOPAI Sa'dan/Saddang S. Sopai Sarambu Pollo' Tendok 40 18 12 10 Sederhana Rusak Ringan

142 D.I Saruang 60.00 TIKALA Sa'dan/Saddang S. Tikala Saruang 60 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

143 D.I Sikuku' 34.00 TIKALA Sa'dan/Saddang S. Tikala Sikuku' 34 15 10 9 Sederhana Rusak Ringan

3-57
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Luasan LOKASI KONDISI LUAS AREAL (HA)
SUMBER AIR
NAMA KONDISI
NO Nama Daerah Irigasi KOORDINAT (SUNGAI, RUSAK RUSAK STATUS KET.
KECAMATAN DAS BENDUNG POTENSIAL BAIK JARINGAN
MATA AIR) RINGAN BERAT
(Ha) X Y
- -

144 D.I Sumalu 40.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Sumalu 40 18 12 10 Sederhana Rusak Ringan

145 D.I Tanete Appang 89.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Tanete Appang 89 40 27 22 Sederhana Rusak Ringan

146 D.I Tangbanga Tatia' 58.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Tangbanga Tatia' 58 26 17 15 Sederhana Rusak Ringan

147 D.I Tangdok Deata 75.00 BARUPPU' Sa'dan/Saddang S. Baruppu' Tangdok Deata 75 34 23 19 Sederhana Rusak Ringan

148 D.I Tarra' Sarong 37.00 KAPALA PITU Sa'dan/Saddang S. Maiting Tarra' Sarong 37 17 11 9 Sederhana Rusak Ringan

149 D.I Tei' (Doi') 40.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala Tei' (Doi') 40 18 12 10 Sederhana Rusak Ringan

150 D.I To' Nase 71.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala To' Nase 71 32 21 18 Sederhana Rusak Ringan

151 D.I To' Rante 53.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala To' Rante 53 24 16 13 Sederhana Rusak Ringan

152 D.I To' Rangri 37.00 TONDON Sa'dan/Saddang S. Tondon To' Rangri 37 17 11 9 Sederhana Rusak Ringan

153 D.I To'loda 85.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan To'loda 85 38 26 21 Semi teknis Rusak Ringan

154 D.I Tomerauk 59.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Tomerauk 59 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

155 D.I To' salu To'punti 60.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala To' salu To'punti 60 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

156 D.I To'tabang 32.00 BUNTUPEPASAN Sa'dan/Saddang S. silaga To'tabang 32 14 10 8 Sederhana Rusak Ringan

157 D.I To'tuyu Limbonglangi - Tiromanda 67.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' Limbonglangi' 67 30 20 17 Sederhana Rusak Ringan

158 D.I To'yasa Akung 97.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' To'yasa Akung 97 44 29 24 Sederhana Rusak Ringan

159 D.I Tumpang 64.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' Tumpang 64 29 19 16 Sederhana Rusak Ringan

160 D.I Tumpang Ranteaa' 30.00 SESEAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Tumpang Ranteaa' 30 14 9 8 Sederhana Rusak Ringan

161 D.I Turunan 60.00 RANTEBUA Sa'dan/Saddang S. Sumalu Turunan 60 27 18 15 Sederhana Rusak Ringan

162 D.I Ulusalu - Lombok 90.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Ulusalu - Lombok 90 41 27 23 Sederhana Rusak Ringan

163 D.I Urang-Urang 56.00 RINDINGALLO Sa'dan/Saddang S. Maiting Urang-Urang 56 25 17 14 Sederhana Rusak Berat

171 D.I Karre 115.00 NANGGALA Sa'dan/Saddang S. Nanggala Karre 115 52 35 29 Semi teknis Rusak Ringan

172 D.I Tilu'pi' 65.00 SA'DAN Sa'dan/Saddang S. Sa'dan Tilu'pi' 65 29 20 16 Semi teknis Rusak Ringan

173 D.I S. Tanga 88.00 BUNTAO' Sa'dan/Saddang S. Tangnga S. Tanga 88 40 26 22 Semi teknis Rusak Ringan

174 D.I Garotin 83.00 BANGKELEKILA' Sa'dan/Saddang S. Aya' Garotin 83 37 25 21 Semi teknis Rusak Ringan

Sumber: Dinas PDAM, 2016

3-58
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
III.Kondisi Infrastruktur Air Baku (Sungai, Danau, Mata Air)
A. Analisis Neraca Air WS Saddang Tahun 2016

P
ada kondisi analisis berdasarkan data-data tahun 2016, terjadi defisit Sementara itu besarnya volume defisit untuk tambak adalah sebesar 142,8
terhadap pemenuhan air irigasi sebesar 538.000.000 m3, yang Juta m3 tersebar di beberapa DAS yaitu Sibo, Binangali, Lipukasi, Segeri,
berada di Kabupaten Pangkep sebesar 216.000.000 m3 dan Irigasi di dan Lamba.
Kabupaten Enrekang sebesar 317.000.000 m3. Sehingga diperlukan Jika dilakukan pengembangan dengan menambah debit waduk, maka
waduk dengan volume sebesar defisit tersebut diatas. didapatkan kenaikan pemenuhan air irigasi di Kabupaten Pangkajene dari
Pada kondisi eksisting tahun 2016, terjadi defisit pemenuhan air baku 41% menjadi 83%, dan di Kabupaten Enrekang, dari 25% menjadi 50%.
sebesar 11,5 Juta m3 di DAS Segeri 4,6 Juta m3, DAS Binanga sebesar 4,6 Hasil selengkapnya adalah seperti pada tabel di bawah ini:
Juta m3, dan DAS Pangkajene sebesar 2,18 Juta m3. sehingga diperlukan
waduk-waduk dengan manfaat air baku sebesar volume tersebut diatas.

Tabel 3.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Di WS Saddang Tahun 2016


Angka Angka
Rata-rata Tahunan Keberhasilan Keberhasilan
Angka
Kode Nama Berkala Tahunan
ketidakberhasilan
Kebutuhan Defisit Kebutuhan Defisit Jumlah Jumlah
Nilai (%) Nilai (%)
(Mcm) (Mcm) (m3/detik) (m3/detik) (-) (-)
35 Saddang Hulu 45,084 0,000 1,430 0,000 12 100,0 1 100,0 0
50 Lekomalilin 13,374 0,000 0,424 0,000 12 100,0 1 100,0 0
95 Rantepao 8,892 0,000 0,282 0,000 12 100,0 1 100,0 0
145 Baraka 22,230 0,000 0,705 0,000 12 100,0 1 100,0 0
205 Parepare 7,349 0,000 0,233 0,000 12 100,00 1 100,0 0
320 Barru 95,532 4,658 3,029 0,1448 11 91,7 0 0,0 0
400 Pangkep 516,313 216,502 16,372 6,865 5 41,7 0 0,0 0
490 Tembang 27,043 0,000 0,858 0,000 12 100,0 1 100,0 0
495 Irigasi di 721,282 317,414 22,872 10,065 3 25,0 0 0,0 0
Kabupaten
Enrekang
575 Bendung Benteng 350,859 0,000 11,126 0,000 12 100,0 1 100,0 0
585 Pinrang 1.373,012 0,000 43,538 0,000 12 100,0 1 100,0 0
590 Sidrap 558.310 0,000 17,704 0,000 12 100,0 1 100,0 0
Total 3.739,279 538,574 118,572 17,078
Sumber: Hasil Analisa, 2016

3-59
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 3.1. Analisis Kebutuhan Air Baku Di WS Saddang Tahun 2016
Angka
Angka Keberhasilan
Rata-rata Tahunan Keberhasilan
Tahunan Angka
Kode Nama Berkala
ketidakberhasilan
Kebutuhan Defisit Kebutuhan Defisit Jumlah Jumlah
Nilai (%) Nilai (%)
(Mcm) (Mcm) (m3/detik) (m3/detik) (-) (-)
165 Sibo 148,866 20,142 4,721 0,639 7 58,3 0 0,0 0
190 Kariango 99,244 0,000 3,147 0,000 12 100,0 1 100,0 0
220 Karajne 21,287 0,000 0,675 0,000 12 100,0 1 100,0 0
305 Binangali 40,372 7,038 1,280 0,223 8 66,7 0 0,0 0
335 Lipukasi 242,234 61,738 7,681 1,958 7 58,3 0 0,0 0
360 Segeri 121,117 34,500 3,841 1,094 8 66,7 0 0,0 0
455 Lamba 99,244 19,463 3,147 0,617 8 66,7 0 0,0 0
605 Sadang 148,866 0,000 4,721 0,000 12 100,0 1 100,0 0
Total 921,230 142,880 29,212 4,531
Sumber: Hasil Analisa, 2016

B. Proyeksi Kebutuhan Air

B
erdasarkan data-data dari Biro Pusat Statistik tahun 2015, perhitungan
pertumbuhan PDRB pada kabupaten di WS Saddang dari tahun 2010
sampai 2014 adalah 5,99% (kategori tinggi adalah > 4%).Pada
kondisi tingkat ekonomi tinggi maka skenario yang dijalankan adalah
dengan besaran penambahan secara intensif dalam jangka pendek untuk
pemenuhan air baku dan irrigáis sebagai berikut. Waduk, embung dan
bendung untuk memenuhi kebutuhan RKI, irigasi dan Lintrik sebesar 250
Juta m3 direncanakan selesai hingga tahun 2014, dengan persiapan studi
yang dilaksanakan setidaknya pada tahun 2011. Sementara itu perencanaan
sector tambak juga dilaksanakan dalam waktu singkat sehingga pada tahun
2014 telah beroperasi. Kemudian dari tahun 2014 - 2019 di bangun waduk
embung dan bendung untuk memenuhi kebutuhan RKI, irigasi dan Listrik
sebesar 340 Juta m3. Kemudian dari tahun 2019 - 2029 di bangun embung
dan bendung untuk memenuhi kebutuhan RKI, irigasi dan Listrik sebesar
105 Juta m3.

3-60
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
3.5 Kondisi Infrastruktur Perumahan dan Permukiman
I. Perumahan dan Permukiman III.Alokasi Pendanaan dan Penganggaran

G
ambaran umum pembangunan pemukiman di Kabupaten Tana untuk Kawasan Kumuh

S
Toraja agak berbeda dengan Kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan, umber dana yang digunakan dalam rangka pengembangan
dimana permukiman relatif tersebar di seluruh kawasan dengan ciri permukiman dalam rangka pengentasan Kawasan Kumuh adalah
khas yang dipengaruhi oleh adat dan budaya, dimana kawasan Kabupaten APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN dan Swadaya masyarakat.
Tana Toraja terbagi atas 32 wilayah adat. Sumber dana APBN selama ini memang mengalokasikan terbanyak untuk
Pembangunan pemukiman perkotaan lebih cepat dibanding di pedesaan membiayai program / kegiatan peningkatan kualitas permukiman baik
yang merupakan kosentrasi penduduk suatu wilayah yang berperan perkotaan maupun perdesaan terutama kawasan yang memiliki fungsi
sebagai pusat pelayanaan dan pusat pemasaran bagi wilayah yang dominan seperti kawasan wisata dan budaya dengan dana pendamping
dipengaruhinya, secara fisik cenderung berkembang ke daerah pinggiran atau sharing dengan APBD Kabupaten.
kota yang sangat dipengaruhi adanya kegiatan ekonomi, kondisi wilayah
dan fungsi kawasan yang demikian seperti aktivitas perdagangan industri
dan transportasi. Dalam perkembangannya diperhadapkan berbagai IV. Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan
masalah sosial seperti timbulnya kawasan kumuh, air bersih, dan Infrastruktur Permukiman

U
kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan lainnya. sulan dan prioritas kegiatan pembangunan infrastruktur
permukiman di Kabupaten Tana Toraja, termasuk Penanganan
Kawasan Kumuh, meliputi:
II. Permukiman Kumuh A. Program Prioritas Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

M
asalah kawasan kumuh perkotaan (kota Makale) belum tertangani  Perbaikan Lingkungan Permukiman, dengan Kegiatan :
dengan baik, baru sebagian kecil melalui Program P2KP.  Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan
Sedangkan pembangunan pemukiman pedesaan ditangani secara kegiatan penanggulangan kemiskinan pada kawasan perkotaan dan
stimulan melalui program pembangunan infrastruktur pedesaan (PPIP) kawasan perdesaan yang terpencil dan terisolir.
program pengembangan kecamatan (PPK) / PNPM Mandiri pedesaan serta  Program Prioritas Dukungan terhadap Kawasan RSH, skala kawasan
Program PAMSIMAS. dan skala lingkungan berupa penyediaan Infrastruktur Primer:
Kriteria kawasan kumuh dapat ditentukan oleh terbatasnya Kondisi - Pembangunan jalan akses, jalan poros, drainase primer
prasarana dan sarana permukiman yang secara kuantitas menyebar baik - Penyediaan SPAM
diperkotaan maupun di daerah pedesaan seperti peningkatan kualitas - Pembangunan prasarana dan sarana air limbah terpusat/komunal
lingkungan perumahan kota, pembangunan infrastruktur pedesaan seperti - Penyediaan prasarana dan sarana kawasan perbatasan.
peningkatan jalan/jembatan desa, penyediaan air bersih dan sanitasi serta B. Program Perioritas Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
fasiilitas umum lainnya. Skala Kawasan:
Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator  Pengembangan prasarana dan sarana desa Agropolitan.
keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada  Pengembangan wilayah perbatasan
masyarakat terutama di daerah perkotaan sehingga terbentuk lah  Pembinaan pengembangan wilayah perbatasan pada 6 kawasan
kawasan kumuh di Kota Makale Kabupaten Tana Toraja perbatasan dengan kabupaten lainnya.

3-61
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
STRATEGI
4 PENGEMBANGAN
4.1. Ultimate Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan Dan Budaya
4.1.1. Ultimate Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan Dan Budaya Toraja
Ultimate KSPN Toraja disusun berdasarkan sehingga pencapaian target wisatawan Pembangunan PLTA Sungai Makalo serta
potensi pengembangan Kawasan Pariwisata mancanegara dan wisatawan nusantara dengan Sumber-sumber listrik dari pembangkit
yang masuk ke dalam wilayah administrasi jumlah yang cukup signifikan pada tahun 2019 listrik EBTKE yang sifatnya Off Grid yang
Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja dan 2025 bisa tercapai. nantinya berfungsi secara penuh dapat
Utara dengan mempertimbangkan ketersediaan Arahan ultimate untuk Wilayah ini dirinci menjadi penggerak seluruh kegiatan
Infrastruktur baik PUPR maupun Non PUPR, sebagai berikut: Pariwisata, perikanan, pertanian, Industri
khususnya simpul-simpul destinasi wisata dan a. Terbangunnya Bandara Udara Internasional pengolahan dan sektor-lainnya di kawasan
simpul simpul produksi agroindustri potensial Buntu Kuni yang mampu di darati oleh KSPN Toraja;
yang dapat mendorong/ sebagai pendorong pesawat jet sekelas Boeing , dimana d. Terbangunnya Industri Agrowisata Kopi
pengembangan KSPN Toraja. mempunyai panjang Runway 2000-2200 Toraja yang sudah mendunia di samping
Ultimate ini dibuat untuk mendukung meter, diharapkan mampu membawa sebagai tulang punggung pembangunan
tercapainya sasaran KSPN Toraja sebagai penumpang atau wisatawan mancanegara Agrowisata di KSPN Toraja juga mampu
Kawasan Wisata Budaya Etnik/Tradisi, pada dan Nusantara direct dari Bandara Ngurah berorientasi export sebagai market driven
prinsipnya KSPN ini dipersiapkan untuk Rai Bali dan Bandara bandara utama lain di di bidang komoditi Agroindustr, terutama
mendorong pertumbuhan wisata bagian Indonesia serta penerbangan internasional dengan terbangunnya konektivitas logistik
tengah-selatan sehingga dapat mengurangi dari luar negeri internasional melalui bandara baru Buntu
disparitas dan kesenjangan antara wilayah yang b. Terbangunnya Amenity wisatawan berupa Kuni
masuk KSPN Toraja dengan Wilayah Pusat Hotel/penginapan/homestay dengan e. Terbangunnya Fasilitas atau infrastruktur
perekonomian sulawesi selatan dan juga jumlah yang cukup banyak yaitu sekitar penyediaan air minum dan air bersih
dengan wilayah pariwisata yang sudah maju 3000 kamar, sehingga mampu menampung sebesar 100 lps untuk masing masing
sebelumnya seperti Bali,Lombok, maupun dan melayani target pencapaian wisatawan kabupaten yang masuk ke KSPN Tana
Danau Toba. mancanegara sebanyak 250.000 orang dan Toraja , dimana teknis nya masing masing
Selain itu melihat kondisi saat ini dimana wisatawan nusantara sebanyak 1 juta SPAM terbagi dengan Kapasitas @20 lps,
pariwisata di Destinasi Toraja kurang pertahunnya, perlu menggaet pihak dengan total layanan masing, masing
mengalami kemajuan pengembangan investor di sektor pariwisata yang 10.000 pelanggan untuk Kabupaten Tana
infrastruktur dan pengembangan destinasi yang profesional di bidang perhotelan. Toraja dan 10.000 pelanggan;
berarti sehingga jumlah wisatawan c. Tercapainya Pemenuhan Infrastuktur PUPR f. Pengembangan 16 Destinasi pariwisata
mancanegara tiap tahunnya cenderung tetap dan NON PUPR Pada Jalur Back Bone yang Prioritas KSPN Toraja menjadi destinasi
telah mengalami kejenuhan dalam tingkat Handal di tahun 2025 , dari sektor energi Wisata berkelas Dunia lengkap dengan
pertumbuhannya, maka Pengembangan maka optimalisasi PLTD Makale sebesar 25 sarana sanitasi, lapangan parkir yang
infrastruktur PUPR dan Non PUPR serta MW dan Rencana pembangunan PLTA memadai, kios kios penjual souvenir yang
pengembangan destinasi wisata prioritas Makale, PLTA sungai Sadang, dan Rencana tertata apik, dan gapura masuk destinasi

4-1
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
wisata yang bagus dan menarik dimana dan aktivitas logistik komoditas unggulan
terdiri dari 9 kawasan Wisata Prioritas di KSPN Toraja.
Kabupaten Tana Toraja dan 9 Destinasi
Wisata Prioritas di Kabupaten Toraja.
Target kunjungan wisata di 2019
diharapkan dapat menyerap 250.000
pengunjung Wisatawan mancanegara dan
1 Juta pengunjung Wisatawan domestik;
dan
g. Pembangunan Jalur Kereta Api Trans
Sulawesi yang merupakan jalur logistik dan
jalur transportasi wisatawan, bagi
wisatawan yang mendarat di Makasar dan
melanjutkan ke KSPN Toraja menggunakan
Jalur darat.
h. Pengembangan Pelabuhan Pare Pare dan
Pelabuhan Mamuju sebagai sarana
transportasi moda laut yang membawa
wisatawan baik dari Kalimantan maupun
dari wilayah barat pulau Sulawesi lainnya,
atau sebagai jalur logistik komoditas
potensial KSPN Tana Toraja seperti Kopi
dan Padi.
i. Pengembangan Pelabuhan Pelayaran Yacth
di Palopo sebagai alternatif moda
transportasi wisatawan mancanegara yang
menggunakan kapal yacth/pesiar selama
berkunjung di kawasan perairan wisata di
sekitar sulawesi selatan dan tenggara.
j. Program Ketahanan Pangan untuk
mendukung aktivitas pariwisata dan
aktivitas masyarakat dengan melakukan
program O & P bangunan jaringan Irigasi
Teknis yang ada di KSPN Toraja.
k. Handalnya Kondisi jalan Poros Enrekang-
Makale-Rotenpao-Palopo untuk
mendukung kelancaran aktivitas wisatawan

4-2
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.2. Simpul-Simpul Destinasi Wisata Prioritas dan Simpul Industri Kreatif serta Agro Industri akan Di Kembangkan
4.2.1. Simpul-Simpul Destinasi Wisata Yang Prioritas di KSPN Toraja
A. Kawasan Wisata Religi Buntu D. Kawasan Wisata Mengkendek di 3) Liang pahat
Burake di Makale dengan objek Kecamatan Mengekendek; dengan 4) Permandian Air Panas Bake’
pendukung : objek penunjang ; 5) Panorama Alam.
1) Gua alam 1) Potok Tengan H. Kawasan Batu Tallu Simbuang di
2) Museum 2) Panorama alam Buntu Kandora Simbuang dengan objek
3) Monumen Penginjilan 3) Banua Puan pendukung :
4) Panorama Alam 4) Liang Lo’ko’ Randanan 1) Panorama Alam
5) Rumah Adat 5) Panjat Tebing 2) Kolam Alam Limbong Deata
6) Kuburan Batu Tondon Makale 6) Kuburan Batu Ke’ Pe’ dan 3) Tedong-tedong
7) Kuliner 8) Kereta gantung Tinoring 4) Liang pahat
8) Taman Hiburan Plasa kolam E. Kawasan Wisata Makam Adat 5) Kolam Alam Kondo Dewata
Makale. Lemo di Makale Utara dengan 6) Batu Sittene
9) Kolam Alam Assa objek penunjang : I. Kawasan Air terjun Sarambu Assing
10) Pasar Hewan 1) Permandian alam Tilanga’ di Bittuang dengan objek
B. Kawasan Wisata Kaero di Sangalla’ 2) Makam adat Sirope pendukung :
: dengan objek penunjang : 3) Tongkonan Mandetek 1) Agrowisata Bolokan
1) Permandian Air Panas Makula 4) Agrowisata Rante Lingkua’ 2) Hutan Wisata
2) Pekuburan batu Suaya 5) Makam Bayi –Passilliran Alla 3) Permandian Air Panas
3) Kuburan Bayi /Passilliran F. Kawasan Wisata Papa Batu 4) Rumah Adat
Kambira’ Tumakke di Rembon dengan objek 5) Air terjun Ratte Sarambu
4) Kuburan Gua Alam Tampang pendukung; J. Kawasan Wisata Pango-pango di
Allo 1) Rumah Adat Pattan Makale Selatan ; dengan objek
5) Gua Alam Sullukan 2) Talion pendukung :
6) Tongkonan Banua Kasalle Bau 3) Benteng Pongtiku, Boronan 1) Panorama Alam
7) Museum Buntu Kalando 4) Likunna Makuyo 2) Tracking
8) Atraksi Seni Budaya 5) Atraksi Budaya 3) Sepeda Gunung
9) Rante Tongko Sarapung 6) Pekuburan Batu Sanduri, Lo’po’ 4) Wisata Berkuda
C. Kawasan Wisata Sillanan Gandang G. Kawasan Kuburan Liang Ba’ba 5) Monumen Ampang Banu’
Batu Sillanan dengan objek Saratu Ollon di Bonggakadeng 6) Atraksi seni budaya
penunjang; dengan objek pendukung : 7) Agrowisata.
1) Sassa’ 1) Air terjun Salu Bitu K. Kawasan Wisata Alam tondok To
2) Perkampungan Adat Sillanan 2) Permandian Air Panas Ratte Bugi’di Masanda ;dengan objek
3) Kawasan Hutan Mapongka. Buttu pendukung :

4-3
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1) Panorama Alam 5) Kuburan Batu 5) Kerajinan seni ukir
2) Atraksi Seni Budaya 6) Rumah Adat Papa Batu P. Kawasan Wisata Batutumonga;
3) Air Terjun Sarambu Sengo’ Tongkonan Tallu Manuk dengan objek pendukung :
4) Permandian Air Panas N. Kawasan Desa Wisata Bebo’ 1) Panorama Alam
5) Batu Tindak Sarira Tumbang Datu di Sangalla Utara: 2) Tracking
6) Sakean dengan objek penunjang : 3) Sepeda Gunung
7) Bulu Pala’ 1) Desa Wisata 4) Wisata Berkuda
8) Lando Tekka 2) Rumah Adat 5) Atraksi seni budaya
L. Kawasan Wisata Barereng di 3) Tradisi Kehidupan Masyarakat 6) Agrowisata.
Kurra; dengan objek pendukung : Sehari-hari Q. Kawasan Wisata Lolai; dengan
1) Rafting/Arung Jeram 4) Benteng To Pada Tindo objek pendukung :
2) Air Terjun 5) Goa Alam Sa’pak Bayo-Bayo 1) Panorama Alam
3) Kolam Pemancingan 6) Passiliran Kambisa 2) Tracking
4) Tracking 7) Kerajinan seni ukir 3) Sepeda Gunung
5) Panorama O. Kawasan Desa Wisata Kete Kesu di 4) Wisata Berkuda
M. Kawasan Wisata Talondo Tallu di Kec. Kete: dengan objek 5) Atraksi seni budaya
Malimbong Balepe’ ; dengan objek penunjang : 6) Agrowisata.
pendukung : 1) Desa Wisata 7) Pasar Hewan Bolu; dengan
1) Air terjun 2) Rumah Adat objek pendukung :
2) Hutan Wisata 3) Tradisi Kehidupan Masyarakat 8) Pasar Hewan Kerbau
3) Perkemahan Sehari-hari 9) Pasar Hewan babi
4) Atraksi seni budaya 4) Goa Alam

4-4
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.3. Pengembangan Investasi Kawasan Wisata Pegunungan dan Pegunungan
4.3.1. Investasi Pengembangan Industri Kreatif serta AgroIndustri / Agrotourism di KSPN Tana Toraja.
A. Agroindustri Kopi Dan Produk Tabel 4.1. Proyeksi Usaha Pengembangan
Pertanian Unggulan Lainnya ; Industri Pengolahan Kopi Toraja
Kopi Toraja masuk dalam jajaran lima besar
kopi terenak di dunia. Para ahli meneyepakati
bahwa kopi mulai diperkenalkan di Toraja mulai
abad 16 oleh para pedagang dari kerajaan
Gowa. Dokumen penguatnya adalah Lontaraq
Bilang (catatan harian kerajaan Gowa), dalam
literatur itu diceritakan bahwa orang Gowa
berlayar membawa kopi ke Toraja.Kopi yang
awal mulanya diperkenalkan oleh para
pedagang dari Arab sebagai minuman kekuatan
dan penambah vitalitas, membuat mata tetap
terjaga. Untuk membiakkannya dibutuhkan
tempat tinggi dan bersuhu dingin, dan Toraja Biji Kopi Toraja Arabica yang di Ekspor
memenuhi kreteria tersebut. Sumber: Hasil Observasi, 2016
Terdapat dua jenis dari kopi Toraja yaitu, kopi
jenis arabica dan kopi jenis robusta. Kedua kopi
Kopi Toraja jenis arabica ini merupakan kopi
ini memiliki ciri khasnya sendiri dan sama-sama
yang berasal dari Indonesia. Kopi ini sungguh
memiliki rasa yang enak. Kopi Toraja arabica
membanggakan Indonesia karena dapat
memiliki rasa yang kaya, selain itu kopi jenis ini
diterima di pasar internasional. Eksistensinya di
juga memiliki rasa yang kuat sehingga banyak
kancah luar negeri nampaknya tidak main-
orang yang menyukai kopi ini. Semua kopi
main. Hal ini terbukti dengan masuknya kopi
mempunyai rasa pahit tersendiri, namun kopi ini
arabica sebagai jejeran tiga besar kopi yang
memiliki keunggulan di banding dengan kopi
terbaik, bahkan mayoritas produksi kopi Toraja
yang lain. Kopi arabica memang juga memiliki
jenis arabica di ekspor semua ke beberapa
rasa pahit, namun asa pahit yang dimilikinya ini
negara peminum kopi seperti: Jepang, Taiwan,
akan cepat hilang seiring kopi yang kita minum
Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa.
tertenggak.

4-5
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.4. Strategi Pengembangan Destinasi Wisata dan Simpul-Simpul Produksi Industri Kreatif dan Agro Industri
4.4.1 Strategi Pengembangan Kepariwisataan ;
a. Strategi Pengembangan dalam bentuk konstruksi pelabuhan yang ada seperti di
Kepariwisataan KSPN Toraja ; pemadatan dengan agregat. Mamuju,Pare-pare dan Palopo
Pada Strategi pengembangan 2. Harus ada konektifitas antar menjadi Pelabuhan yang mampu
kepariwisataan KSPN Toraja , maka ada destinasi wisata satu dengan menampung pendaratan kapal-
2 hal penting yang harus dilakukan destinasi wisata lainnya berupa kapal pesiar yang berasal dari
yaitu : infrastruktur jalan destinasi utama wisata baik di
1. Meningkatkan level Konektivitas 3. Membangun venue dan destinasi sekitar sulawesi selatan seperti,
lokasi KSPN Toraja melalui wisata di KSPN Toraja menjadi Wakatobi, pulau selayar, pulau
Pembangunan bandara baru Buntu destinasi wisata berkelas dunia bali,pulau kalimantan, maupun
Kuni yang mampu menerbangkan dengan segala macam amenitas kapal pesiar yang berasal langsung
wisatawan Mancanegara dan dan infratsruktur pendukung yang dari luar negeri, sehingga para
wisatawan Nusantara langsung mampu memanjakan wisatawan di wisman yang mendarat bisa di
dari Bali sebagai darah transit dalam menikmati daerah wisata arahkan untuk menikmati wisata di
utama wisman dan daerah daerah yang di tawarkan. KSPN Toraja terlebih dahulu.
lain di indonesia menuju kawasan 4. Selain itu juga perlu di bangunnya 8. Usulan pertimbangan akses masuk
pariwisata Toraja, sehingga venue venue baru yang mampu ke KSPN Toraja memalui Palu
wisman dan wisnus tidak perlu lagi memperkaya jumlah aktraksi yang (Moda darat Palu – Pasang Kayu –
melakukan perjalanan darat yang di tawarkan kepada wisatawan. Toraja Utara) dengan perkiraan
panjang dan melelahkan selama 5. Mengajak dunia usaha perhotelan waktu tempuh ± 2,5 – 3 jam.
hampir 8 jam dari makasar menuju untuk membangun 9. Pengembangan Desa Wisata yang
Makale. hotel/penginapan/homestay untuk perlu mendapatkan perhatian
Selain itu juga menjadikan jalan menanamkan uangnya khusus seperlu Des Wisata di Kec.
poros enrekang-makale-ratenpao- membangun sarana hotel dan Parupu
palopo menjadi jalan dengan penginapan bagi wisatawan 10. Pengembangan Event dan Atraksi
status handal dan mampu mancanegara dan wisatawan budaya sebagai daya Tarik
mendukung aktivitas trasnportasi nusantara. pariwisata perlu dikembangkan,
wisatawan dengan jumlah besar. 6. Menyediakan infratsruktur Contoh : Maraton Tour 2 hari 2
Dan yang terakhir adalah pendukung kepariwisataan seperti malam di Bulan September
membangun dan memperlebar sarana toilet umum, penyediaan 11. Perlu adanya perhatian
jalan jalan menuju destinasi wisata air bersih dan suplai listrik yang pemerintah untuk memelihara
yang saat ini masih kurang memadai untuk destinasi wisata. keaslian/ originalitas destinasi
mendukung aktivitas wisatawan 7. Secara kewilayahan dan dukungan wisata baik fisik maupun budaya.
yaitu dengan lebar jalan hanya 3 – dengan provinsi sulawesi selatan , (contoh: rumah tongkonan dan
3,5 meter, dan masih banyak yang maka perlu di bangun dan lingkungan sekitarnya.
kembangkan pelabuhan-

4-6
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Peta Strategi pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Toraja
4-7
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.5. Penetapan Kawasan Inkubasi Kepariwisataan
4.5.1. Dasar-dasar Penetapan kawasan Inkubasi Kepariwisataan (Pengembangan Agro Wisata Pango-Pango KSPN Toraja)
A. Dasar-dasar Penetapan kawasan 2. Parameter yang di jadikan dasar kawasan inkubasi, dipilih kawasan
Inkubasi ; pemilihan lokasi terbaik Kawasan Agrowisata Pango-Pango, sebagai
Sebelum menetapkan kawasan inkubasi Inkubasi adalah yang terkait dengan 10 kawasan inkubasi prioritas.
pariwisata di lokasi terpilih yaitu di Pango-Pango faktor berikut : 3. Pertimbangan penetapan kawasan
,Batutumonga Dan Desa IndustriTenun di a) Ketersedian dan lokasi lahan, inkubasi di Pango-pango didasarkan
Toraja Utara dimana selain keindahan alam b) Besaran investasi, kepada:
yang akan di sajikan kepada wisatawan di c) Kedekatan dengan sumber a) Kekuatan Bisnis :
samping itu utamanya adalah ada jenis bahan baku,  Wilayah Pango-pango
komoditas utama yang menjadi kspn Toraja d) Kedekatan dengan pasar bermorfologi perbukitan
yang di kenal Dunia yaitu Kopi Arabica Organic (Bandara/Jalan Poros), dengan ketinggian 1600-1800
yang di tanam di ketinggian diantara 1400 – e) Kemudahan transfer teknologi, mdpl dan mempunyai akses
1800 mdpl dan Tenun Khas Toraja. jenis f) Keterlibatan masyarakat, tinggi ke wilayah usaha
komoditas agroindustri perkebunan kopi dan g) Nilai tambah produk, perkebunan Kopi di wilayah
Industri Kreatif Tenun Toraja sebagai motor h) Mudahnya barrier to entry dan barat KSPN Toraja, secara
penggerak ekonomi kawasan, maka kita perlu exit, geografis berada pada
melakukan evaluasi dan analisa terhadap i) Turunan produk dari komoditas perbukitan yang aman dari
semua potensi lokasi yang ada di wilayah KSPN utama. angin besar dengan udara yang
Toraja. Setelah dilakukan perhitungan analisa sejuk dan view yang sangat
1. Ada beberapa simpul produksi kopi dengan menggunakan Decision indah;
arabika Toraja yang coba di lakukan Support System Model, maka di peroleh  Sangat berpotensi untuk di
analisa mengenai kesesuaian lokasi peringkat lokasi terbaik untuk dijadikan bangun resort bagi wisatawan
pengembangan kawasan inkubasi yaitu lokasi terpilih kawasan inkubasi di KSPN asing dan nusantara dengan
: Toraja yaitu Kawasan Wisata Pango- tema agro dan tema landscape
 Simpul Perkebunan Kopi dan Pango. view yang sangat indah.
Wisata Pegunungan Pango- Selain penetapan kawasan inkubasi dari  Kegiatan usaha perkebunan
Pango . 2 (dua) alternatif simpul produksi kopi Arabika telah berjalan
 Simpul Perkebunan Kopi dan menggunakan model Hierarki Decision secara sejak lama oleh
Wisata Pegunungan Batu Support System maka penilaian masyarakat dan perusahaan
Tumonga . dilakukanjuga berdasarkan swasta;
 Simpul Desa Tenun Khas pertimbangan yang diterapkan pada  Kopi yang di hasilkan adalah
Toraja dan destinasi Desa masing masing wilayah di dalam KSPN kopi arabika organik dengan
Wisata di Kec. Rantetayo. Toraja, dengan melihat pada kesiapan kualitas sangat baik dan
KSPN Toraja dalam membangun selama ini di eksport ke jepang,

4-8
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
australia , negara eropa d an ditingkatkan produktivitasnya nelayan, terbatas hanya pada
amerika; untuk setiap petani/pengusaha penjualan hasil tangkapan
 Adanya rencana pembangunan karena kurangnya ada langsung tanpa melalui
Bandara Buntu Kuni yang dukungan modal dari lembaga pengolahan.
letaknya sangat dekat dari keuangan, Isu, permasalahan dan potensi ini
kawasan agrowsiata Pango-  Saat ini belum tumbuh industri dapat dijadikan sebagai faktor
pango sehingga akan pengolahan kopi arabika yang penggerakuntuk menumbuhkan
memudahkan pemasaran dan terintegrasi dengan produktivitas perkebunan kopidan
distribusi produk komoditas perkebunan di KSPN Toraja resort wisata melalui program
kopi dari pango-pango ke pasar dengan jumlah produksi yang inkubasi.Beberapa gambar
baik pasar nasional maupun mampu mendukung aktivitas dibawah ini menunjukkan ilustrasi
pasar internasional. eksport yang berdaya saing terhadap pintu masuk utama di
b) Tantangan : infrastruktur karena area bisnis kawasan inkubasi juga
 Bunga pinjaman bank yang infrastruktur pendukungnya pandangan keseluruhan dari atas
tinggi, jual kopi yang tidak masih belum berfungsi optimal, serta proporsi jalan yang terdapat
stabil, menyebabkan  Pertumbuhan ekonomi para di area pintu masuk di Kawasan
menurunnya produktivitas atau petani berjalan sangat lambat inkubasi.
hasil produksi petani, disebabkan hasil produksi kopi
 Potensi kopi arabika di wilayah tidak memberikan nilai tambah
pango-pango agak sulitdapat yang sesuai bagi masyarakat

4-9
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Sumber: Hasil analisis 2016
Gambar 4.1. Grafik Peringkat Parameter pemilihan Lokasi Kawasan Inkubasi Industri Pariwisata & Komoditas Unggulan

Tabel 4.1. Hasil peringkat pemilihan lokasi kawasan inkubasi di KSPN Toraja

Sumber: Hasil analisis, 2016


4-10
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Gambar disebelah kiri menunjukkan pintu masuk untuk area
bisnis resort pegunungan di kawasan inkubasi gambar
monument mencirikan bahwa kawasan inkubasi mempunyai
kegiatan untuk industry Pariwisata berbasis Agro
Gambar bawah kanan menunjukkan proporsi disekitar pintu
masuk dan keluar area bisnis kawasan inkubasi dengan lebar
jalan sekitar 12 m dandiperuntukkan lalu lintas kendaraan
berat sehingga kelas jalannya untuk kelas 1
Gambar bawah kiri menunjukkan pandangan keseluruhan dari
udara area bisnis pada kawasan inkubasi seluas lebih kurang 3
Ha

AGROWISATA
PANGO-PANGO
Ilustrasi Pintu masuk Agrowisata Pango-Pango

4-11
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
AGROWISATA PANGO-PANGO
Ilustrasi Pintu masuk Agrowisata Pango-Pango (Lanjutan)

4-12
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
AGROWISATA PANGO-PANGO
Ilustrasi Lokasi Agrowisata Pango-Pango

4-13
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
AGROWISATA PANGO-PANGO

Ilustrasi Lokasi Agrowisata Pango-Pango (Lanjutan)

4-14
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Posisi Strategis Lokasi Agrowisata Pango Pango

4-15
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.5.2. Areal terpilih untuk kawasan
inkubasi ;
Penempatan kawasan inkubasi dan
anjungan cerdas di wilayah KSPN
Toraja seperti telah dipertimbangkan
melalui aspek bisnis dan tantangan
yang harus dihadapi akan diusulkan
tersebut yang berjarak kurang lebih 7
km dari Jalan Poros Utama Makale-
Rotenpao dan 500 meter dar Jalan
Jalan Poros Utama Makale-Rotenpao,
sehingga aksesibilitas terhadap
kedatangan wisatawan serta akses
bahan baku dan terhadap
transportasi/pengangkutan hasil
produksi menuju kota-kota utama di
indonesia dan mancanegara menjadi
lebih baik. Dalam lay out/pra rencana
kawasan inkubasi diusulkan tata letak
penempatan setiap bangunan, formasi
jalan akses, jaringan kelistrikan untuk
industri pengolahan, pergudangan,
posisi anjungan cerdas yang berfungsi
sebagai etalase dari produk–produk
yang di hasilkan oleh industri
pengolahan yang ada di dalam
kawasan inkubasi.

4-16
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4-17
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4-18
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4-19
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Desain Typical Jalan di Kawasan Inkubasi Argowisata Pango-Pango

4-20
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Desain Typical PJU dan Drainase di Kawasan Inkubasi Argowisata Pango-Pango

4-21
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.5.3. Pengelolaan Kawasan Inkubasi pengelolaannya berbeda dengan hasil produksi wisatawan, perlu ditunjang oleh tersedianya
Agrotourism Pango Pango ; pertanian pada umumnya. Faktor pengetahuan sarana dan prasarana seperti jalan menuju ke
Pendekatan pengembangan agro wisata, yang luas dalam bidang pertanian, keterampilan ODTW agro, banyak yang kurang terpelihara,
meliputi : 1. Pengembangan berbasis dalam bercocok tanam, sikap terhadap mengingat lokasi agro wisata kadang-kadang
konservasi, dimaksudkan pola pembinaan yang pekerjaan yang ditangani harus menjadi bagian jauh ke pedalaman atau berada di lembah
tetap mempertahankan keaslian agroekosistem penting bagi SDM yang bekerja pada pegunungan dan bukit. Kadang-kadang jalan
dengan mengupayakan kelestarian sumber pengusahaan ODTW agro. Para petani memiliki tersebut rusak, sehingga mengakibatkan sulit
daya alam lingkungan hidup, sejarah, budaya, skill dalam bercocok tanam perlu mendapatkan untuk pengunjung menjangkau lokasi agro
dan rekreasi. 2. Pengembangan berbasis tambahan pengetahuan tentang ilmu tanaman, wisata, disamping prasarana jalan, yang sering
masyarakat, dimaksudkan pola pembinaan tumbuhan untuk pengembangan informasi menjadi kendala untuk berkembangnya ODTW
masyarakat yang menempatkan agro wisata kepada pengunjung. 2. Aspek keuangan Pada agro wisata adalah listrik, air bersih dan
sebagai pemberdayaan masyarakat petani umumnya investasi dan permodalan usaha agro telekomunikasi juga keberadaannya cukup
untuk dapat memperoleh nilai tambah baik dari wisata, lebih dikaitkan dengan usaha pertanian, terbatas dan sulit untuk diakses. Sarana yang
sisi hasil pertanian maupun dari kunjungan peternakan, perikanan, holtikultura mengingat dibutuhkan untuk menunjang pelayanan
wisatawan dan efek ganda dari penyerapan jenis usaha pertanian tersebut lebih banyak kepada wisatawan antara lain seperti fasilitas
hasil pertanian oleh usaha pariwisata dan dikelola dengan bantuan dana pemerintah umum (toilet), restaurant, ruang informasi,
pengembang. 3. Penetapan wilayah/darah sebagai kegiatan yang berkaitan dengan sarana transportasi di dalam lokasi agro wisata
agro wisata sebagai daerah/wilayah peningkatan produksi hasil pertanian. Namun atau sarana transportasi menuju ke lokasi areal
pembinaan. 4. Inventarisasi kekuatan agro telah banyak pula pengusaha agro wisata yang penjualan aneka hasil agro wisata. Sebagai
wisata. 5. Peranan lembaga pariwisata dan dikelola pihak swasta, yang secara mandiri. salah satu contoh yang bisa di jadikan acuan
lembaga pertanian dalam pembinaan agro Mengembangkan usaha dibidang agro wisata dalam pengembangan agrotourism yang ada di
wisata. dengan investasi modal yang cukup besar. Indonesia secara profesional adalah
Dalam pengelolaan agro wisata, perlu Investasi modal dibidang agro wisata oleh pihak pengusahaan agro wisata Taman Buah Mekar
mempertimbangkan secara seksama beberapa swasta/perorangan tersebut dalam rangka Sari di Kabupaten Bogor yang menjadi
aspek yang akan melatar belakangi mengembangkan usaha ekspor hasil produksi kebanggaan bangsa Indonesia, dimana
keberhasilan pengelolaan agro wisata, seperti : pertanian, perikanan, peternakan, holtikultura, berbagai jenis buah dapat dilihat dan dinikmati
1. Aspek sumber daya manusia Sumber daya seperti bunga potong, disamping dapat dan tersedianya berbagai sarana pendukung
manusia, adalah merupakan pengelolaan dinikmati sebagai keindahan, bertujuan pula seperti transportasi di lokasi, tempat hiburan
ODTW agro wisata, oleh karena SDM yang untuk ekspor. Dengan demikian aspek dan lain-lain, memudahkan pengunjung
dibutuhkan di samping harus memiliki latar keuangan dalam pengelolaan agro wisata menikmati segala sesuatu yang disajikan
belakang pendidikan dibidangnya, harus pula merupakan kekuatan dasar yang akan pengelola, demikian pula keberadaan taman
memiliki pengalaman yang luas dalam menunjang terhadap kemajuan perusahaan. 3. bunga Nusantara di Kabupaten Cianjur telah
mengelola pekerjaannya. Tata cara pengelolaan Aspek fasilitas, sarana, dan prasarana Hasil membawa popularitas Kab. Cianjur meningkat.
komoditas usaha pertanian yang disajikan komoditas berbagai usaha pertanian yang Sarana usaha pariwisata dalam bentuk rumah
sebagai komoditi daya tarik wisata dimanfaatkan sebagai obyek kunjungan bagi makan, hotel, pelayanan informasi

4-22
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
restaurant/agro wisata, sarana tersebut bencana. b. Mengembangkan kawasan dimaksud, meliputi: a. Dalam kawasan
dibutuhkan bagi pengunjung untuk budi daya pertanian lahan basah dan lindung, peruntukan ruang adalah
memperoleh pelayanan makanan dan minum. lahan kering sebagai mata pencaharian hutan lindung, hutan suaka
Manakala pengunjung mengelilingi ODTW agro pokok penduduk jangka panjang, margasatwa dan cagar alam, dan hutan
wisata, demikian pula dengan ketersediaan sekaligus pembentukan lansekap konservasi. b. Dalam kawasan
sarana akomodasi, sering kali dibutuhkan pertanian yang menunjang keindahan penyangga yaitu kawasan antara hutan
wisatawan/pengunjung manakala dan keseimbangan alam, pengalihan lindung dan kawasan budi daya
kunjungannya membutuhkan tinggal lebih lama lahan-lahan non pertanian diarahkan pertanian adalah dalam bentuk
untuk memperoleh pengalaman yang pada lahanlahan yang tidak atau perkebunan hutan produksi terbatas.
mendalam terhadap ODTW tersebut. Disamping kurang produktif. c. Mengembangkan c. Dalam kawasan budi daya pertanian,
itu, bagi pengelola agro wisata, penyediaan kawasan-kawasan wisata baru sesuai ruang diperuntukkan tanaman
sarana rekreasi untuk anakanak adalah dengan potensi alam yang tersedia, tahunan, tanaman pangan lahan basah
merupakan perpaduan fasilitas yang harmonis selain mengembangkan obyek wisata dan tanaman pangan lahan kering. d.
antara kebutuhan orang tua/dewasa dengan yang telah ada, perlu dikembangkan/ Dalam kawasan non pertanian
kebutuhan anakanak. Pengelola ODTW agro diversifikasi produk lainnya yang diperuntukkan untuk rekreasi, fungsi
wisata, sewajarnya tetap berpikiran bahwa agro menjadi alternatif daya tarik wisata pariwisata, pemukiman, dan industri.
harus dapat dilayani dengan berbagai fasilitas seperti agro wisata di ODTW tertentu Sedangkan dalam peletakan dan
yang memungkinkan wisata/pengunjung betah, b) Zonasi pengembangan kawasan Agro penataan zonasi yang berkaitan dengan
tinggal lama di tempat tersebut dan mampu Wisata yang dikembangkan hendaknya pengembangan ODTW agro wisata,
menyeimbangkan kebutuhan berbagai mendukung terhadap upaya penzonasian perlu dilaksanakan
karakteristik wisatawan diversifikasi produk wisata yang dengan mengkombinasikan keindahan
1) Model Pengembangan ODTW Agro Wisata ; mendukung fungsi kawasan wisata dan sumber daya alam sebagai ODTW
a) Pengembangan lanskap sekaligus memperhatikan budi daya dengan potensi sumber daya pertanian
Pengembangan lansekap ODTW agro pertanian. Pengembangannya sebagai ODTW agro.
wisata, harus berdasarkan kepada RT, dilakukan berdasarkan potensi 2) Pengelolaan dan Operasionalisasi
RW yang dilakukan di kota, Kabupaten pertanian yang dimiliki dan peruntukan Agrotourism Pango-Pango harus
propinsi atau produk perencanaan ruangnya sesuai dengan RTDR dari mencakup aktivitas dan Fasilitas berikut :
lainnya yang mendukung dan menjadi masing-masing desa, di satu a) Fasilitas ODTW Agro Pada umumnya
dasar pengembangan wilayah. Konsep Kecamatan, sehingga fungsi pariwisata fasilitas ODTW agro belum memiliki
dasar pengembangan lansekap meliputi dapat dilakukan sejalan dengan fungsi standar yang dapat dijadikan dasar
: a. Memanfaatkan dan melestarikan budi daya pertanian. Pengembangan untuk membangun fasilitas yang
kawasan lindung yang menjamin fungsi zonasi kewilayahan (RTRW) dibutuhkan wisatawan. Namun dalam
hidrologis serta sebagai pengendali dikategorikan dalam beberapa beberapa hal perencanaan fasilitas
pelestarian alam yang meliputi peletakan terdiri dari kawasan lindung, dapat mengacu kepada kebutuhan
kawasan lindung, kawasan hutan kawasan penyangga, kawasan budi pengunjung tersedia dan
lindung setempat, kawasan suatu alam, daya pertanian dan kawasan non berdasarkan kepada pelayanan
dan cagar budaya serta kawasan rawan pertanian. Adapun penataan zonasi pengunjung yang disesuaikan

4-23
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
dengan fasilitas yang tersedia. dapat memadukan berbagai kegiatan 3) Perizinan-perizinan Yang Terkait Dengan
Adapun untuk mendapatkan fasilitas : 1) Menikmati pemandangan 2) Pengembangan Kawasan Inkubasi
yang dapat memenuhi pelayanan Jalan-jalan, jogging, bersepeda 3) Industri Pengolahan Perikanan Tangkap
pada ODTW agro dapat mempelajari Berkemah 4) Horse riding 5) Sukabumi Berdasarkan Peraturan
karakteristik, meliputi: 1. Mengamati lokasi flora 6) Membeli Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009
Karakteristik wisatawan a. Pola hasil agro wisata 7) Rekreasi tentang Kawasan Industri dan
aktivitas wisatawan di ODTW agro keluarga/children play ground 8) sehubungan dengan Undang-Undang
wisata Dari segi jenis wisatawan Keliling kawasan dengan kendaraan Nomor 32 Tahun 2009 tentang
dibagi menjadi wisatawan nusantara khusus 9) Menanam dan membeli Perlindungan dan Pengelolaan
dan wisatawan mancanegara. Pola bibit komoditas pertanian 10) Lingkungan Hidup, maka terdapat
aktivitas wisatawan nusantara Menanam dan membeli bibit beberapa jenis perijinan yang terkait
memiliki kegiatan : a. Berwisata komoditas pertanian 11) Kegiatan dengan pengembangan kawasan industri
bersama keluarga b. Berwisata outbound 12) Fotografi 13) yang akan disiapkan oleh perusahaan
secara rombongan c. Berwisata Menikmati hasil agro wisata c. kawasan Inkubasi Industri Pengolahan
dengan membawa makanan Gambaran fasilitas yang dapat Perikanan Tangkap Sukabumi, perijinan
sendiri/piknik d. Berwisata memakai dikembangkan dalam lokasi agro tersebut meliputi:
kendaraan sendiri. b. Aktivitas wisata: Gerbang pintu masuk Parkir a) Izin Lingkungan Izin yang diberikan
pengunjung di agro wisata Pola di dalam lokasi Pos keamanan kepada setiap orang yang melakukan
aktivitas pengunjung di lokasi agro Tempat sampah Masjid/musola usaha dan/atau kegiatan yang wajib
wisata, sangat bervariasi, dan Kamar mandi/toilet Rumah AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka
memiliki kekhususan tergantung dari makan/restaurant Wartel Shelter perlindungan dan pengelolaan
jenis lokasi dan karakter dari agro Toko cinderamata Pusat lingkungan hidup sebagai prasyarat
wisata itu sendiri. informasi/TIC Kendaraan warawiri untuk memperoleh izin usaha
b) Aktivitas pengunjung dengan Jalan setapak Panggung hiburan dan/atau kegiatan, yang diterbitkan
karakter agro wisata yang berada di Bangku penonton Panggung oleh Menteri, Gubernur atau
perbukitan dapat memadukan pengamat Gardu pandang Jalan di Bupati/Walikota sesuai dengan
berbagai kegiatan, seperti : 1) dalam lokasi yang diperuntukkan bagi kewenangannya.
Menikmati pemandangan/fotografi transportasi mengelilingi lokasi b) Persetujuan Prinsip
2) Jalan-jalan, jogging, bersepeda 3) Brosur/guide book Petunjuk arah Persetujuan Prinsip merupakan
Bermain/rekreasi keluarga 4) Lapang parkir di plaza Museum persetujuan awal terhadap
Memetik buah-buahan, sayur mayor, botani Perpustakaan Shopping rencana investasi yang akan
menikmati keindahan taman bunga arcade/pertokoan Loket karcis Pintu ditanamkan oleh calon
5) Menanam bibit 6) Berkemah 7) gerbang dan pintu masuk/keluar investor. Persetujuan prinsip ini
Kegiatan outbound 8) Mengamati Pramuwisata Pengamanan, pos P3K, biasanya dituangkan dalam
lokasi flora 9) Membeli hasil agro ambulance Auditorium pemutaran Surat Keputusan/Surat
wisata b. Aktivitas pengujung film Kantor pengelola. Persetujuan dari pejabat
dengan karakter dataran rendah yangberwenang. Terdapat dua

4-24
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
hal yang dijadikan Industri dilakukan mengajukan permohonan Izin
pertimbangan persetujuan berdasarkan Rencana Mendirikan Bangunan (IMB).
prinsip, yaitu ; Tata Ruang Wilayah Permohonan IMB diajukan
(1) bidang usaha, dan yang ditetapkan kepada Bupati/Walikota
(2) ketersediaan pemerintah daerah melalui Kepala Dinas PU/Dinas
lahan/kesesuaian setempat. Tata Kota setempat.
peruntukan lahan dengan c) Izin Usaha Kawasan Industri f) Izin Perluasan Kawasan
kegiatan yang diajukan, Izin Usaha Kawasan Industri Industri Izin Perluasan
(3) Izin Lokasi Perusahaan (IUKI) dikeluarkan oleh pejabat Kawasan Inkubasi Industri
kawasan industri yang yang ditunjuk oleh diajukan setelah perusahaan
telah memperoleh Bupati/Walikota, atas kawasan inkubasi industri
Persetujuaan Prinsip wajib permohonan Perusahaan memperoleh Izin Usaha
memperoleh Izin Lokasi Kawasan Industri yang telah Kawasan Industri (IUKI) dan
Kawasan Inkubasi Industri dilengkapi dengan beberapa telah beroperasi. Apabila
Agro wisata Pango Pango syarat khususnya laporan perusahaan kawasan industri
dengan mengajukan kondisi lapangan untuk dapat merasa perlu melakukan
permohonan kepada: dioperasikan dan kegiatan perluasan kawasan, maka
 Bupati/Walikota untuk pembangunan fisik sarana diharuskan mengajukan Izin
Kawasan Inkubasi prasarana yang telah Perluasan Kawasan Industri.
Industri Agro wisata dilakukan. Untuk selengkapnya tata cara
Pango Pango yang d) Hak Guna Bangunan (HGB) perizinan berkaitan dengan
lokasinya di wilayah Permohonan Hak Guna pengembangan dan
satu Kabupaten/Kota, Bangunan (HGU) dilakukan pembangunan kawasan
 Gubernur untuk dalam 2 (dua) tahap. Tahap industri akan diatur dalam
Kawasan Industri yang pertama dilakukan Surat Keputusan (SK) Menteri
lokasinya lintas permohonan HGU Indusk Perindustrian lebih lanjut.
Kabupaten/Kota, atau untuk keseluruhan Kawasan
 Kepala Badan Inkubasi Agrowisata Pango
Pertanahan Nasional Pango. Tahap berikutnya
untuk Kawasan diajukan permohonan HGU
Industri yang lokasinya untuk masingmasing kaveling
lintas provinsi. industri.
Pemberian Izin Lokasi e) Izin Mendirikan Bangunan
Kawasan Inkubasi (IMB): Perusahaan industri
Industri Agro wisata yang akan mendirikan
Pango Pango kepada bangunan dan sarana
Perusahaan Kawasan penunjangnya wajib

4-25
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
B. BrandingAnalysis dari Kawasan d) Pembangunan infrastruktur berKualitas kawasan dengan standar nasional bahkan
Inkubasi Agrotourism PangoPango ; yang dikolaborasikan dengan fasilitas internasional seperti:
Beberapa komponen dalam melakukan pendukung terbaik serta area terbuka a) Infrastruktur Jalan dengan standar
branding analysis adalah : hijau yang luas dan pengaturan kawasan Agrowisata Pango Pango, di
1) Brand Positioning ; kawasan yang terencana merupakan dukung dengan jalan-
Secara definisi maka brand positioning tujuan kawasan Inkubasi Agro wisata jalanpenghubung didalam kawasan
adalah suatu cara untuk mendemontrasikan Pango Pango untuk menjadikannya itu sendiri.
keunggulan dari kawasan Inkubasi sebagai salah satu kawasan industri b) Infrastruktur Energi, dimana di
Agrotourism Pangopango yang ingin di Agro Wisata terbaik di Sulawesi siapkan Gardu induk tambahan di
tonjolkan di mata stakeholdernya. Selatan, samping gardu induk yang telah ada
Sehingga Brand Positioning dari Kawasan e) Kawasan Industri dengan kemudahan terutama untuk mendukung
Inkubasi Agrotourism Pangopango adalah : akses eksport import barang keberadaan venue-venue wisata
a) Kawasan Industri dengan produksi/industri melalui Bandara yang membutuhkan energi listrik
pelayanannya yang lengkap, memiliki Buntu Kuni dan Pelabuhan pelabuhan dalam jumlah tidak kecil (>1 Mw)
area seluas 2,5 hektar, yang dilengkapi Pare-Pare ataupun Pelabuhan Palopo c) Infrastruktur Air Bersih, di karenakan
dengan infrastruktur berkualitas dan dan Mamuju yang berada tidak jauh letak lokasi kawasan yang dekat
fasilitas-fasilitas pendukung serta dari kawasan industri. dengan sumber air baku dari sumber
pengaturan kawasan yang terencana 2) Brand Identity ; air permukaan, maka diperlukan
dengan sangat baik, Brand Identity dari Kawasan Inkubasi infrastruktur penyedia air bersih baik
b) Kawasan Industri yang mampu adalah “kawasan InkubasiAgrotourism itu melalui pipanisasi dan sarana
mendukung kegiatan industri dari Pangopango” pengolahan air bersih.
tenant/hunian bagi berbagai jenis 3) Brand Communication ; d) Infrastruktur Pengolahan air limbah,
industri meliputi industri wisata agro , 4) Brand communication dari kawasan dikarenakan kawasan ini rencananya
cafe, butik, souvenir shop, restauran, Inkubasi Pengolahan Ikan Tangkap di dominasi oleh industri besar yang
dengan skala UMKM, dan masih banyak Pelabuhan Ratu bisa di lakukan dengan tentunya mempunyai masalah
lagi, metode : pengolahan air limbah , maka
c) Selain menyediakan infrastruktur yang a) Dunia Maya (Website , Commercial pengelola kawasan menyediakan
tertata dengan baik, kawasan Ekonomi website content, dll) layanan pengolahan air limbah yang
Inkubasi Agro wisata Pango Pango juga b) Melalui Surat Kabar Lokal, maupun integrated dan sesuai standar
menyediakan pelayanan terpadu satu Nasional lingkungan.
pintu untuk membantu para investor c) Media Elektronika (TV,Radio) e) Menyediakan fasilitas pelayanan
dalam proses pendirian bisnisnya di 5) Strategy Employer Branding, dimana perijinan satu pintu di dalam kawasan
Indonesia. Pelayanan ini meliputi perusahaan pengelola kawasan sehingga mempermudah investor
proses pengajuan perijinan ke Badan menyeleraskan Brand Positioning nya maupun tenant untuk mengurus
Koordinasi Penanaman Modal dengan program-program perijinan dari kegiatan industrinya.
Indonesia (BKPM), pengembangan kawasan, seperti
pembangunan infrastruktur pendukung

4-26
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
6) Visi ; Menyaksikan kota Rantepao dari kejauhan dan
Menjadi kawasan Inkubasi Agrotourism 4.5.4. Desain Destinasi Wisata Baru Lolai menikmati kehidupan warga yang bersahaja.
Pangopango yang dilengkapi dengan “Negeri di Atas Awan) ; Ketika matahari agak tinggi, Anda bisa
infrastruktur berkualitas dan fasilitas-fasilitas Lolai menjadi surga baru wisata di Tana Toraja, melakukan tracking disini, jalan-jalan,
pendukung serta pengaturan kawasan yang Sulawesi Selatan. Dari ‘Negeri di Atas Awan’ ini, menyusuri kampung melewati persawahan
terencana dengan sangat baik, berwawasan wisatawan disuguhkan gumpalan awan putih sambil santai bercengkerama dengan kearifan
lingkungan, pilihan utama dan terpercaya sembari menyambut terbitnya matahari lokal di sepanjang jalan.
baik di dunia industri industri pariwisata. pagi.Dari atas, pengunjung bisa menyaksikan Guna lebih mengoptimalkan potensi wisata di
7) Misi ; lanskap Kota Rantepao yang dikelilingi Bukit Lolai, maka team mengapresiasi nya dengan
Untuk mendukung program pemerintah Kaleyakan, Gunung Sesean, Gunung Tirotiku, mencoba membuat desain arsitektur gardu
dalam menciptakan kawasan Inkubasi Agro dan Gunung Sopai. Jika cuaca sedang bagus, pandang dan fasilitas lainnya guna
wisata Pango Pango dalam bentuk industri pengunjung bisa menyaksikan bentangan awan menyamanan wisatawan dalam menimati
Pariwisata yang berdaya saing tinggi, ramah yang seolah menari dari kejauhan.Lolai jadi matahari pagi yang begitu indah.
lingkungan dengan mendirikan dan destinasi baru untuk wisata di Tana Toraja.
mengelola sebuah kawasan industri Baru popular awal 2016 ini.
Pariwisata sebagai lokasinya.Untuk Desa Lolai berjarak sekitar 16 kilometer dari
mendukung rencana pemerintah dalam pusat Kota Rantepao. Dibutuhkan waktu sekitar
mengundang investor lokal dan asing dengan 1 jam perjalanan untuk sampai ke lokasi ini,
mendirikan sebuah infrastruktur industri yang terlebih jalan yang dilalui masih rusak dan
terintegrasi dengan baik. Tidak hanya belum tersedia angkutan umum.
membangun kawasan industri yang Umumnya para pecinta matahari terbit atau
berkualitas baik di kawasan KSPN Toraja sunset akan rela menunggu sejak jam 5 pagi
namun lebih luasnya di wilayah Provinsi menanti panorama pertemuan luar biasa antara
Sulawesi Selatan. matahari, awan, persawahan dan lereng bukit.

4-27
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Konsep Arsitektural Penataan Destinasi Wisata Lolai di KSPN Toraja

4-28
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4-29
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.6. Penataan Infrastruktur Kota
Penunjang Pariwisata
4.6.1 Penataan Infrastruktur Kota
Penunjang Pariwisata di KSPN
Toraja ;
Salah satu yang harus di tata dalam
rangka meningkatkan daya tarik wisatawan baik
wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara adalah dengan menata infrastruktur
kota yang nyaman bagi wisatawan. Pada
penataan infrastruktur kota yang di sasar oleh
konsultan sebagai upaya untuk menarik
wisatawan adalah dengan membangun sarana
pedestrian/pejalan kaki yang indah dan nyaman
bagi wisatawan dan masyarakat di wilayah
KSPN Toraja. Konsep yang di pergunakan
adalah konsep Green Infrastruktur.
Konsep Perencanaan Pembangunan Fasilitas Pedestrian KSPN Toraja

Kondisi Eksisting
Fasilitas Pedestrian
di Taman Kota di
Kabupaten Tana
Toraja

4-30
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4.7. Pentahapan Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
Pegunungan dan Budaya KSPN Toraja
1. KSPN Toraja dikembangkan berdasarkan tahapan sesuai
prioritasnya ditetapkan dua tahap pengembangan yaitu ;
a. Pengembangan tahun 2018,
b. Pengembangan jangka menengah secara bertahap mulai dari
2018 hingga 2023,
c. Pengembangan jangka Panjang sesuai dengan Ultimate Goals
hingga tahun 2026.
Untuk tahapan pengembangan tahun 2018 dan pengembangan
jangka menengah diprioritaskan kepada penyiapan infrastruktur
pendukung bagi kegiatan-kegiatan sektor yang akan dilaksanakan
di tahun 2017 hingga tahun 2022.
Persiapan-persiapan yang dilakukan pada infrastruktur
pendukung, baik PUPR maupun non PUPR akan disesuaikan
dengan urgensinya sehingga dapat mendukung ultimate goals dan
pertumbuhan wilayah 10 tahun kedepan.
2. Berikut tahapan yang akan dilakukan pada tahun 2018 seperti di
lihat pada daftar dan digambarkan pada gambar berikut :
a. Pembangunan Bandara Buntu Kuni,
b. Pembangunan TPA Rantetayo,
c. Pembangunan IPLT Makale,
d. Pembangunan IPLT Rotenpao,
e. Pembangunan 2 buah Spam di KSPN Toraja,
f. Pembangunan 16 Destinasi Wisata di KSPN Toraja,
g. Peningkatan Jalan Poros Enrekang-Makale-Rotenpao-Palopo,
h. Pembangunan Jalan Menuju Bandara Baru Buntu Kuni,
i. Peningkatan Kualitas Jalan ke 16 Destinasi KSPN Toraja di Kab.
Tana Toraja,
j. Peningkatan Jalan Lingkar Pariwisata Kab. Toraja Utara,
k. Pembangunan Smart Traveller Plaza di KSPN Toraja,
l. Pemeliharaan bangunan irigasi di Daerah Irigasi di dalam
Lingkup KSPN Toraja,
m. Pembangunan Trotoar di Pusat Kota Makale,
n. Pembangunan Trotoar di Pusat Kota Rotenpao,
Ilustrasi desain Konsep Perencanaan Pembangunan Fasilitas Pedestrian o. Pembangunan TPST 3R di Kawasan Pariwisata KSPN Toraja,
KSPN Toraja. p. Pembangunan SPAM Pedesaan 2-5 Lt/dt Pedesaan.

4-31
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
RENCANA
5 INFRASTRUKTUR
STRATEGIS
5.1 Kebutuhan Infrastruktur pendukung di KSPN Toraja
Pengembangan KSPN Toraja sebagai Kawasan 1) Pengembangan Destinasi Wisata Prioritas , juta wisatawan domestik (Wisatawan
Strategis Pariwisata Nasional sedang dimana dari hasil analisa dan hasil FGD Mancanegara di dominasi berasal dari
berkembang diarahkan untuk menjadi destinasi dengan para pemangku kepentingan baik di wisatawan yang berangkat dari provinsi
wisata unggulan di Indonesia sejajar dengan tingkat pemerintah daerah tingkat 1 dan Bali).
daerah lain yang telah maju seperti Bali di pemerintah tingkat II serta para pemangku 6) Pembukaan jalur konektivitas baru dari
samping pengembangannya untuk mengurangi kepentingan lainnya yang terkait dengan Wisman yang di arahkan untuk mendarat di
disparitas serta kesenjangan pertumbuhan KSPN Toraja , maka di putuskan ada 16 bandara di Kota Palu kemudian
antara Bagian selatan atau kota makasar – Destinasi/Kawasan Pariwisata Prioritas melanjutkan dengan jalur Darat ke
Bagian utara (Toraja-Toraja Utara-Enrekang- yang akan di kembangkan pada masa 2018 Rotenpao yang mempunyai waktu tempuh
Luwu) khususnya juga selain mengembangkan - 2026 2,5 jam perjalanan, melewati wilayah
KSPN Toraja dan sekitarnya juga 2) Target market Wisman yang masuk pegunungan yang asri dan indah.
Mengoptimalkan potensi SDA dan mengolahnya menggunakan 3 Pintu Masuk Utama yaitu : 7) Pembangunan dan pengembangan fasilitas
di industri pengolahan yang direncanakan pada a. Pintu Masuk Bandara Sultan Hasanudin di dalam kawasan atau di destinasi yang
kawasan prioritas. Untuk menjelaskan tentang di Makasar, perlu di bangun sebagai destinasi kelas
kebutuhan infrastruktur di KSPN Toraja berikut b. Pintu Masuk Bandara Buntu Kuni di dunia dengan semua fasilitas pendukung
di berikan deskripsi kebutuhan per Kawasan Kabupaten Tana Toraja, nya seperti jalan akses masuk kawasan
prioritas dan simpul produksi yang diharapkan c. Pintu Masuk Bandara Utama di destinasi, lahan parkir yang luas, fasilitas
dapat terpenuhi atau terlayani pada tahun Kabupaten Palu Provinsi Sulawesi sanitasi yang memadai dan indah serta
2026. Tengah. fasilitas kepariwisataan lainnya
3) Pelebaran jalan Poros Nasional Enrekang- 8) Perkebunan Kopi yang luas yang
5.1.1 Kawasan prioritas pengembangan makale-Rotenpao-Palopo dari semua 5 menghasilkan kopi Toraja khususnya Kopi
di KSPN Toraja meter menjadi 7 meter akan meningkatkan Arabika Toraja yang sudah di kenal luas di
Sebelum kita mengetahui kebutuhan kehandalan konetivitas transportasi mancanegara dengan tingkat produksi
infrastruktur untuk pengembangan KSPN Toraja wisatawan maupun logistik masuk dan mencapai angka 18.000 ton pertahun
di Wilayah Backbone Jalan Poros Nasional keluar KSPN Toraja. dimana di kelola baik secara tradisional
Enrekang-Makale-Rotenpao-Palopo di 4) Terbukanya lapangan kerja baru untuk maupun modern, yang memerlukan
Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja 1000 TK per destinasi akibat prasarana infrastruktur pertanian
Utara di Provinsi Sulawesi Selatan, maka kita operasionalisasi setiap Destinasi yang ada perkebunan yang memadai.
perlu melakukan identifikasi dan analisa di KSPN Tana Toraja sehingga secara Total 9) Luas nya lahan pertanian padi di wilayah
terhadap isu, hambatan dan peluang apa saja mampu membangkitkan Tenaga Kerja KSPN Toraja baik di wilayah Kabupaten
yang memicu kebutuhan infrastruktur untuk sejumlah 1500 tenaga kerja sampai tahun Tana Toraja maupun Kabupaten Toraja
pengembangan KSPN Toraja, seperti yang ada 2019. Utara memerlukan infrastruktur irigasi
di daftar berikut ini : 5) Target Pengembangan KSPN Toraja yang pertanian yang memadai sehingga
mencapai 250.000 wisatawan asing, dan 1

5-1
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
kebutuhan air untuk pertanian bisa di waktu dekat akan di bangun IPLT dengan yang dapat menampung pesawat jet
penuhi kapasitas 30 M3/hari komersial sekelas Boeing atau Airbus
10) Belum tersedia SPAM di 8 Kecamatan di 17) Masih di buangnya limbah atau kotoran dengan panjang landasan 2000 m - 2200
wilayah yang memiliki destinasi pariwisata hewan ke sungai, sehingga memerlukan m , program ini telah dibuat oleh
prioritas . suatu infrastruktur pengolahan air Limbah Kementrian Perhubungan
11) Kebutuhan Air Baku untuk masyarakat ternak dengan kapasitas + 5 M3/hari, melaluiDirektorat Jenderal Perhubungan
untuk setiap spam kapasitas 10 lps - 20 lps terutama di lokasi pasar Bolu. Udara .
12) Infrastruktur sanitasi dan air bersih yang 18) Normalisasi sungai dimana di fungsikan c) Rencana Pembangunan Terminal Type B di
masih tidak memadai di kawasan destinasi saat ini sebagai sumber air irigasi dan Rotenpao yang di harapkan mampu
wisata sehingga menyebabkan wisatawan sumber air baku masyarakat. menampung aktivitas transportasi
enggan untuk kembali datang (repetitive) 19) Kebutuhan Infrastruktur jalan yang mampu penumpang wisatawan maupun
ke KSPN Toraja. mendukung Distribusi produk kopi dan masyarakat yang menggunakan moda
13) Kondisi Infrastruktur Jalan Backbone KSPN produk pertanian serta perkebunan lainnya darat dari daerah selatan KSPN Toraja
Toraja yang belum memadai mendukung untuk keperluan eksport keluar negeri menuju KSPN Toraja
aktivitas Industri Pariwisata. maupun pemenuhan kebutuhan dalam d) Infrastruktur non PUPR: Ketenaga
14) Kondisi Sanitasi Masyarakat Pedesaan di negeri Listrikan
wilayah destinasi wisata maupun desa / 20) Kebutuhan Infrastruktur Energi Listrik e) Kebutuhan untuk kawasan pariwisata
lembang di sekitar destinasi wisata yang untuk mendukung aktivitas masyarakat dan disekitarnya termasuk masyarakat pada
masih belum baik. aktivitas kepariwisataan sebesar 40-50 tahun 2019 diperkirakan sekitar 50 Mw
15) Sistem TPA eksisiting tidak mampu MWatt. dan diharapkan dapat dipasok dari
mendukung penangann timbulan sampah 21) Kebutuhan Infrastruktur Pelabuhan di PLTDMakale yang saat ini telah beroperasi
akibat aktivitas masyarakat dan akibat Palopo , Mamuju, dan Pelabuhan Pare-Pare dengan kapasitas produksi 25 Mw, dan
aktivitas wisatawan, dimana TPA eksisting yang mampu mendukung aktivitas suplay dari beberapa power plant On Grid
masih menggunakan sistem “Open kedatangan wisman yang menggunakan maupun Off Grid yang rencana akan di
Dumping” dimana kedepannya di kapal pesiar dan yatch bangun sampai tahun 2019
harapakan adanya TPA sanitary Landfill 22) Infrastruktur non PUPR, Perhubungan ; f) Infrastruktur non PUPR:Telekomunikasi
pada sistem Landfill nya dengan luas a) Untuk melayani trasnportasi laut menuju merupakan prasarana yang vital di sebuah
masing-masing kabupaten di KSPN Toraja Kawasan KSPN Toraja, dibutuhkan Kawasan wisata integratif seperti KSPN
adalah seluas 6 Ha di lengkapi infrastruktur dermaga dan fasilitas pendukungnya, Toraja, Kebutuhan untuk kawasan
TPA yang lengkap dengan konsep 3 R. Sistim kepelabuhanan di Palopo, Mamuju pariwisata disekitarnya pembangunan
16) Belum adanya Infrastruktur IPLT guna dan Pare-Pare digunakan untuk melayani infrastruktur telekomunikasi dengan
penanganan Limabh Tinja yang di persinggahan kapal pesiar dengan jaringan fiber optic (8 core), dimana
akibatkan dari aktivitas masyarakat dan frekwensi sekitar 2 kapal/hari, dengan draft infrastrukturnya nantinya akan di siapkan
aktivitas wisatawan dimana di masing- Depth antara 8 – 15 meter Operator Telekomunikasi seperti
masing kabupaten di rencanakan dalam b) Untuk melayani kunjungan wisatawan PT.Telkom,PT.Telkomsel, PT.Indosat.
melalui udara dibutuhkan Bandar udara

5-2
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
5-3
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
5.2 Arahan Pengembangan Infrastruktur PUPR Berdasar Kebijakan Spasial
Pengembangan KSPN Toraja tidak dapat terhadap pertumbuhan wilayah KSPN Toraja 2. Rencana Strategis Kementerian PUPR
dipisahkan dari Rencana Tata Ruang yang telah pada 10 hingga 12 tahun kedepan. tahun 2015-2019;
dibuat, terkait juga dengan rencana Adanya kebijakan spasial pembangunan serta Seluruh Kebijakan yang tertuang
pembangunan di sektor Perhubungan, dukungan infrastrukturnya telah ditetapkan didalam rencana-rencana tersebut yang
ketenaga listrikan dan bidang ke PU an yang dalam Rencana Tata Ruang dengan dasar berkaitan dengan wilayah pengembangan
telah ada, disini ditegaskan bahwa kepentingan hukum berupa Peraturan Pemerintah dan Strategis KSPN Toraja merupakan arahan bagi
dalam pengembangan KSPN Toraja terutama Peraturan Daerah pengembangan pengembangan KSPN Toraja.
membuat keterpaduan dari infrastruktur yang Perencanaan pembangunan (development 5.2.1.1 Kebijakan Berdasarkan
ada dan upaya untuk meningkatkan jumlah plan) di KSPN Toraja akan mengisi langkah- RTRWN
kedatangan wisatawan terutama wisatawan langkah strategis untuk pengembangan wilayah Di dalam Pasal 5 PP No. 26 Tahun 2008 tentang
mancanegara serta untuk meningkatkan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
pelayanan kepada masyarakat di dalam Ruang dan pengembangan infrastruktur disebutkan kebijakan yang terkait dengan
menikmati infratsruktur yang memadai baik itu pendukung untuk 10-12 tahun kedepan, Struktur Ruang Nasional.
infrastruktur dasar, infratsruktur wilayah mengacu kepada ultimate infrastruktur yang 1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan
maupun infrastruktur wisata di samping untuk diusulkan dalam hal ini Pembangunan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari Kepariwisataan, dan Pembangunan agribisnis yang merata dan berhierarki; dan
pemanfataan hasil sumberdaya alam baik sesuai dengan potensi yang ada.Dari kebijakan 2. Peningkatan kualitas dan jangkauan
pertanian maupun perkebunan yang memang di struktur ruang yang telah dituangkan dalam pelayanan jaringan prasarana
kenal cukup baik dan unggul serta mengurangi Rencana Tata Ruang serta pengembangan transportasi, telekomunikasi, energi, dan
disparitas atau kesenjangan antara wilayah potensi SDA dan penetapan simpul-simpul sumber daya air yang terpadu dan merata
sulawesi selatan bagian selatan – dengan destinasi dan produksi pertnian maupun industri di seluruh wilayah nasional.
wilayah provinsi sulawesi selatan bagian utara, kreatif sesuai dengan kajian maka dalam Kebijakan Berdasarkan Rencana Strategis
menumbuh kembangkan potensi-potensi yang pembangunan KSPN Toraja ini juga akan Kementerian PUPR tahun 2015-2019. Tema
belum tergali dan mengembangkan produksi diambil langkah-langkah strategis besar pengembangan wilayah Pulau Jawa
sumber daya alam sebagai market driven bagi pembangunan infrastruktur pendukung bidang adalah:
wilayah, PUPR dan non PUPR serta tingkat 1. Sebagai lumbung pangan nasional;
Selain mengakomodir kegiatan yang pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan 10- 2. Sebagai salah satu pintu gerbang
menyangkut kepentingan Nasional dan 12 tahun mendatang destinasi wisata terbaik dunia;
kepentingan daerah maka tujuan KSPN Toraja 5.2.1 Rencana Pengembangan Tingkat 3.
juga mengisi peluang-peluang pembangunan Nasional 5.2.1.2 Rencana Pengembangan Tingkat
yang belum terlaksana dalam hal belum KebijakanPengembangan Infrastruktur PUPR Provinsi
berfungsinya konektivitas antar infrastruktur didasarkan atas: Strategi pengembangan infrastruktur tingkat
antar daerah sehingga perlu disusun strategi 1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Provinsi diuraikan menurut Provinsi Sulawesi
pengembangan wilayah dimana pembangunan 2008-2028; Selatan :
itu di harapkan dapat memberi nilai tambah

5-4
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
1. Rencana Pengembangan Provinsi transportasi antar moda di Kota kemudian DPN Toraja-Lorelindu dan
Sulawesi Selatan Makasar, Pare-Paredan kota yang sekitarnya yang telah meliputi 7 Kawasan
Terkait dengan pengembangan emndukung konektivitas KSPN Toraja. Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN)
infrastruktur di KSPN Toraja di wilayah melalui pembangunan jaringan jalan yaitu: Maros (karst), Kota Makassar,
provinsi sulawesi selatan, Strategi untuk nasional yang handal; dan Sengkang, Sinjai, Bulukumba, Selayar, dan
peningkatan kualitas pelayanan dan Kebijakan pengembangan kawasan Palopo dan 2 Kawasan Strategis Pariwisata
jangkauan pelayanan jaringan prasarana pariwisata, diarahkan pada kawasan yang Nasional (KSPN) yaitu: Toraja dan
transportasi, energi, telekomunikasi, memiliki objek dengan daya tarik wisata Takabonerate.
sumber daya air yang merata di seluruh dengan mendukung upaya pelestarian Strategi pengembangan struktur ruang
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan meliputi: budaya, keindahan alam dan lingkungan. nasional diarahkan untuk meningkatkan
a. meningkatkan jaringan prasarana Pengembangan kawasan pariwisata di kualitas dan jangakuan pelayanan jaringan
transportasi dan keterpaduan Sulawesi Selatan meliputi pengembangan prasarana transportasi, telekomunikasi,
pelayanan transportasi darat, laut, dan kawasan pariwisata alam (TWA) yang energi, dan sumber daya air yang terpadu
udara; mengandalkan potensi dan kekayaan alam dan merata di seluruh wilayah nasional.
b. meningkatkan jaringan energi listrik diarahkan pada TWA yang berada di Sebagai upaya mewujudkan strategi
dengan pengembangan pembangkit kabupaten Luwu Timur, Gowa, Bone, pengembangan wilayah nasional, Sulawesi
tenaga listrik melalui memanfaatkan Soppeng, Pangkep, Kepulauan Selayar, Selatan sebagai bagian dari Pulau Sulawesi
sumber energi terbarukan dan tidak Maros, Takalar, Jeneponto, Wajo, yang mengemban peran sebagai lumbung
terbarukan secara optimal; Enrekang, Tana Roraja, Sinjai, dan Kota pangan nasional, pusat pegembangan
c. mewujudkan keterpaduan sistem Palopo serta Kota Makassar, ekonomi kelautan dan pusat pertambangan
penyediaan jaringan energi/kelistrikan pengembangan pariwisata budaya dan mineral dan panas bumi didukung oleh
termasuk jaringan pipa dan kabel dasar sejarah (TWB) yang mengandalkan keberadaan jaringan jalan arteri primer,
laut; kekayaan alam, adat, sejarah dan budaya jaringan jalan kolektor primer, jaringan
d. mengembangkan prasarana pada kawasan permukiman dan perdesaan jalan bebas hambatan, rencana
telekomunikasi yang dapat menjangkau tradisional maupun kawasan peninggalan pembangunan jaringan jalur kereta api
seluruh wilayah; kerajaan, serta situs peninggalan sejarah antar kota lintas Pulau Sulawesi dan
e. meningkatkan kuantitas dan kualitas diarahkan pada kabupaten Tana Toraja, jaringan penyeberangan lintas antar
jaringan prasarana serta mewujudkan Toraja Utara, Sinjai, Bone, Bulukumba, provinsi di dalam wilayah Pulau Sulawesi.
keterpaduan sistem jaringan sumber Gowa, Bulukumba serta Kota Makassar dan Jaringan transportasi di Provinsi Sulawesi
daya air. Kota Palopo. Pengembangan kawasan Selatan juga didukung oleh jaringan
f. mewujudkan interaksi infrastruktur pariwisata dilakukan dengan menunjuk transportasi laut, jaringan energy guna
jaringan transportasi (jalan dan kereta pada peraturan Pemerintah No. 50 Tahun mendukung pengembangan wilayah
api) di Provinsi Sulawesi Selatan yang 2011 Tentang Rencana Induk Provinsi Sulawesi Selatan meliputi
nyaman sesuai ketentuan teknis, dan Pembangunan Kepariwisataan Nasional pengembangan depo bahan bakar
terhubung dengan sistem jaringan (RIPARNAS) yang telah menetepkan minyak/gas bumi dan jaringan pipa gas dan
prasarana wilayah Daerah Pariwisata Nasional (DPN) minyak bumi, dan system jaringan energy
provinsi/kabupaten/kota dan simpul Makassar-Takabonerate dan sekitarnya yang handal. Pengembangan jaringan

5-5
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
telekomunikasi di Sulawesi Selatan berupa 12) Program pengembangan 27) Program pengembangan
jaringan terrestrial, dan pengembangan kerjasama/kemitraan pariwisata, agrowisata, wisata alam, air
jaringan mikro analog dan digital. 13) Program peningkatan kesiagaan terjun, arum jeram dan wisata
mitigasi, penanggulangan alam lainnya,
2. Rencana Pengembangan Tingkat bencana alam dan tanggap 28) Program pembangunan kawasan
Kabupaten/Kota darurat, destinasi pariwisata,
a. Rencana pengembangan 14) Program lingkungan sehat 29) Program pengembangan
Kabupaten Tana Toraja perumahan dan permukiman, kerjasama/ kemitraan pariwisata,
Strategi pengembangan infrastruktur: 15) Program peningkatan pelayanan 30) Program pembangunan
1) Program pengembangan sistem angkutan, jembatan beton, rangka beton,
penanganan jalan dan jembatan, 16) Program peningkatan kualitas jembatan gantung dan jembatan
2) Program pembangunan kawasan dan produktivitas tenaga kerja, darurat sepanjang 500 m,
destinasi pariwisata dan wisata 17) Program peningkatan 31) Program pemeliharaan
alam, penyediaan fasilitas sarana infrastruktur,
3) Program pembangunan olahraga, 32) Program revitalisasi permukiman
infrastruktur perdesaan, sentra 18) Program pengelolaan areal dan perumahan.
produksi dan pertumbuhan sarana umum, b. Rencana pengembangan
wilayah, 19) Program peningkatan kebersihan Kabupaten Toraja Utara
4) Program peningkatan fasilitas lingkungan, pengelolaan sampah Peningkatan dan pemerataan
sarana pemerintahan dan umum, dan ruang terbuka hijau, pembangunan prasarana wilayah terdiri
5) Program perencanaan tata ruang 20) Program peningkatan pasar atas:
dan kawasan, tradisional, pasar modern dan 1) Melestarikan dan meningkatkan
6) Program pemetaan dan pasar hewan, fungsi warisan budaya lokal dan
pemanfaatan ruang dan 21) Program peningkatan rona alam sebagai obyek wisata
pengelolaan areal pemakaman, penyediaan fasilitas ketenaga dunia.
7) Program peningkatan fasilitas listrikan dan telekomunikasi, 2) Melestarikan dan meningkatkan
keselamatan transportasi, 22) Program pemeliharaan dan fungsi dan daya dukung
8) Program pembangunan penanganan darurat, lingkungan untuk
prasarana dan fasilitas 23) Program pengembangan mempertahankan dan
perhubungan, pengelolaan air baku, air bersih meningkatkan keseimbangan
9) Program pengembangan promosi dan air limbah, ekosistem lingkungan, dan
dan pemasaran pariwisata, 24) Program perlindungan dan mempertahankan fungsi
10) Program pengembangan konservasi sumber daya alam, perlindungan kawasan.
informasi dan komunikasi, 25) Program pengembangan kinerja 3) Mengembangkan dan
11) Program pelestarian dan pengelolaan persampahan, meningkatkan fungsi kawasan
penelusuran nilai budaya dan 26) Program perencanaan dalam pengembangan
situs-situs budaya, pengembangan wilayah, perekonomian wilayah.

5-6
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
4) Strategimengembangkan perkebunan kopi arabika dan robusta Konsep rencana pembangunan pengelolaan
kawasan permukiman pada adalah untuk mendukung program sumber daya air WS, yaitu :
pusat-pusat pelayanan wilayah ketahanan pangan Republik Indonesia, a. Melakukan konservasi vegetatif di
dan sub wilayah dimana lebih perlu dilakukan studi lebih lanjut terhadap lahan kritis yang luasnya mencapai
tersedia sarana dan prasarana kelayakannya. Meskipun sekarang telah 6.517 km²;
lingkungan permukiman yang banyak lahan-lahan persawahan yang b. Pembangunan check dam dan
layak. terkonsentrasi di bagian utara kabupaten- prasarana pengendali sedimen
5) Mengendalikan pertumbuhan kabupaten itu, juga perkebunan dan untuk perlindugan kawasan
permukiman pada kawasan yang peternakan untuk meningkatkan ketahanan permukiman, sawah, dan kebun di
memiliki resiko rawan bencana pangan maka potensi kabupaten yang saat seluruh DAS di WS Saddang
alam seperti longsor dan banjir. ini masih belum dikembangkan secara terutama di Sungai Lancirang,
6) Mengembangkan sarana dan optimal perlu dipacu serta ditingkatkan dari Sungai Lampoko, Sungai Tabo-
prasarana lingkungan sisi kualitas kuantitas dan juga manajemen Tabo;
permukiman pada kelompok- yang baik. Pemerintah juga harus c. Melakukan pembangunan
kelompok permukiman yang mempersiapkan infrastruktur pendukung bangunan pengendali sedimen di
tersebar agar kehidupan berupa saluran irigasi, jaringan jalan bagian hulu dan tengah Sungai
penduduk setempat menjadi pedesaan serta pasokan listrik yang cukup Lancirang, Sungai Lampoko, dan
lebih berkualitas. dan ini juga harus dihitung berdasarkan Sungai Tabo-Tabo;
7) Mengoptimalkan pemanfaatan studi kelayakan dan nilai keekonomisan d. Menyusun Peraturan Daerah pada
lahan-lahan dalam kawasan kegiatan integrated farming tersebut.Untuk sungai-sungai strategis terutama di
perkotaan baik pada pusat Provinsi banten ada 6 bendung yang perkotaan dan penetapan
wilayah maupun sub pusat dimanfaatkan untuk pengembangan Peraturan Daerah tentang batas
wilayah, guna meminimalisir pertanian dan perkebunan, yaitu: dan peruntukan sempadan sungai
alihfungsi lahan produktif di  Bendung Tebang Kab. Tanatoraja dan waduk;
daerah-daerah pinggiran yang Kapasitas 273 M3, e. Melakukan upaya penegakan
berarti pula mempertahankan  Bendung Nonongan Kab. hukum yang tegas terhadap
areal resapan air. Tanatoraja Kapasitas 231 M3, pelanggaran ileggal logging di
 Bendung Tawai Kab. Tanatoraja kawasan konservasi;
Kapasitas 231 M3, f. Pembangunan bendungan,
3. DukunganTerhadap Kawasan  Bendung Saluratte Kab. Tanatoraja bendung, waduk, embung, dan
Hinterland Kapasitas 303 M3, check dam diseluruh WS Saddang.
Sesuai dengan usulan pada ultimate goals  Bendung Waedalle Kab. Tanatoraja Prioritas utama adalah Bendungan
KSPN Toraja bawa pengembangan Kapasitas 55 M3, Buttu Batu (Bendungan Saddang)
pertanian dan perkebunan di kabupaten  Bendung Batualang Kab. Tana yang memiliki potensi irigasi
Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara di Toraja Kapasitas 135 M3, sebesar 63.000 ha. Bendungan ini
sentra-sentra pertanian dan perkebunan direncanakan memiliki potensi
terutama produk padi , palawija dan produk listrik sebesar 90 MW

5-7
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
g. Pembangunan bendungan yang m. Normalisasi Sungai Saddang dan 5.3 Strategi Pengembangan
difungsikan sebagai PLTA yaitu Sungai Mataallo; Infrastruktur Non PUPR
Bakkaru, Bendungan Poko, n. Pembangunan prasarana Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Non
Bendungan Malea, dan Bendungan pelindung pantai diseluruh DAS di PUPR didasarkan atas:
Bojo; WS Saddang terutama Pantai  Rencana Induk Perkereta Apian
h. Pembangunan jaringan irigasi Pallameang, Pantai Bojo, Pantai Nasional;
permukaan di WS Saddang Lero, Pantai Suppa, Pantai  Rencana Induk Ketenaga Listrikan
terutama di DI Saddang seluas 60 Pangkep, Pantai Watuwoe, Pantai Nasional; dan
% dari potensi luasannya. Barru, Pantai Lapakaka, Pantai  Rencana Strategis Kementerian
i. Pengembangan jaringan irigasi DI Wiringtasi, Pantai Cilellang, yang Perhubungan.
Banteng dan DI Tabo-Tabo. dimulai dalam jangka pendek;
j. Melakukan O & P, rehablitasi, o. Pembangunan prasarana 5.3.1 Rencana Induk Perkereta Apian
upgrading prasarana irigasi baik pengendali banjir diseluruh DAS di Nasional
bendung dan jaringannya yaitu DI WS Saddang terutama pembuatan Salah satu strategi konektivitas KSPN
Matajang, DI Talung, DI Saddang, tanggul dan perkuatan tebing di Toraja adalah memanfaatkan keberadaan dan
DI Kalola Kalosi, DI Tabo-Tabo, DI Sungai Saddang, Sungai Bottoe, rencana pembangunan jaringan kereta Api
Rajang. Melalui rehabilitasi Sungai Kiru-Kiru, Sungai Saddang Trans Sulawesi yang saat ini baru sampai kota
diharapkan dapat meningkatkan Hulu, Sungai Pangkajene, Sungai Pare-pare dimana Strategi pengembangan
produktivitas DI sebesar 70% Ala Karajae, Sungai Saddang Hilir, perkeretaapian nasional terdiri dari 6 (enam)
selama 20 tahun mendatang; Sungai Balusu; strategi yaitu:
k. Melakukan O & P, rehabilitasi, p. Pemberdayaan dan peningkatan 1. Strategi pengembangan jaringan dan
upgrading prasarana air baku peran masyarakat dalam kegiatan layanan perkeretaapian;
untuk air minum dan jaringan pemeliharaan jaringan irigasi; 2. Strategi peningkatan keamanan dan
distribusi air minum untuk suplai q. Peningkatan Sistem Informasi keselamatan perkeretaapian;
kebutuhan Kabupaten Enrekang, Sumber Daya Air (SISDA) dan 3. Strategi Alih Teknologi dan
Kabupaten Sidrap, Kabupaten kemampuan tenaga Sumber Daya Pengembangan Industri;
Pinrang, Kabupaten Sidrap, Kota Manusia. 4. Strategi Pengembangan sumber daya
Pare-Pare; manusia perkeretaapian;
l. Pembangunan check-dam dan 5. Strategi Pengembangan Kelembagaan;
prasarana pengendali sedimen dan
untuk perlindugan kawasan 6. Strategi Investasi dan Pendanaan.
permukiman, sawah, dan kebun di
seluruh DAS di WS Saddang
terutama di Sungai Lancirang,
Sungai Lampoko, Sungai Tabo-
Tabo;

5-8
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Rencana Track Kereta Api Trans Sulawesi Sebagaian dari Strategi Nasional Perkeretapian Indonesia

5-9
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel Program Perkeretaapian di Pulau Sulawesi

d. Meningkatkan keterjangkauan (aksesibilitas)masyarakat terhadap


layanan kereta api melalui mekanisme kewajiban pelayanan publik
(publicservices obligation).
Dalam kaitannya dengan pengembangan KSPN Toraja maka peran dari
infrastruktur perkereta apian dapat diusulkan sebagai alternatif untuk
mendukung transportasi baik manusia maupun barang dari dan menuju
kawasan-kawasan strategis yang diusulkan dalam ultimate KSPN Toraja ini.
Pengembangan dan Pemantapan Jaringan Kereta Api untuk mendukung
kebutuhan pengembangan WPS 9 yang diusulkan dalam sinkronisasi
program berdasarkan RTRW Provinsi,jaringan rel kereta api Bagian strategi
Konektivitas KSPN Toraja adalah pengembangan Track Makasar – Pare-
Pare, Terkait dengan KSPN Toraja , terutama pada kawasan-kawasan
simpul produksi dan simpul pariwisata yang ditetapkan pada ultimate goals,
pelayanan jaringan kereta api diusukan dibangun untuk melayani; Kawasan
Pariwisata dan Produk komoditas unggulan seperti Padi, Kopi dan hasil
peternakan dimana jalur kereta api itu harus dapat terkoneksi dengan
stasiun pusat di pare pare menggunakan moda darat dengan kendaraan
trucking dan bus dan kemudian di lanjutkan dengan kereta api ke kota kota
Strategi yang terkait dengan penyediaan infrastruktur perkeretaapian besar yang di lintasi oleh jalur trans Sulawesi.
adalah strategi yang pertama “Strategi pengembangan jaringan dan
layanan perkeretaapian”. Strategi pengembangan jaringan untuk Pulau 5.3.2 Rencana Induk Ketenaga Listrikan Nasional
Sulawesi difokuskan pada jaringan kereta api antar kota yang memiliki  Kebijakan Pelayanan Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Melayani
pelabuhan dan yang merupakan koridor logistik untuk mendukung layanan Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Listrik.
angkutan penumpang dan barang. Untuk mencapai sasaran pengembangan  Kebijakan Pengembangan Kapasitas Pembangkit
jaringan dan layanan perkeretaapian akan ditempuh kebijakan-kebijakan Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik diarahkan untuk
seperti : memenuhi pertumbuhan beban yang direncanakan, dan pada beberapa
a. Meningkatkan kualitas pelayanan, keamanan dan keselamatan wilayah tertentudiutamakan untuk memenuhi kekurangan pasokan tenaga
perkeretaapian; listrik. Pengembangan kapasitas pembangkit juga dimaksudkan untuk
b. Meningkatkan peran kereta api perkotaan dan kereta api antar meningkatkan keandalan pasokan yang diinginkan, dengan mengutamakan
kota; pemanfaatan sumber energi setempat, terutama energi terbarukan.
c. Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lain dengan Untuk sistem kelistrikan sulawesi, PLN telah merencanakan beberapa
membangun akses menuju bandara,pelabuhan dan kawasan pembangunan pembangkit listrik baru. Di bawah ini beberapa power plant
industri; dan kawasan Pariwisata strategis

5-10
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
eksisting maupun rencana yang masuk kedalam grid listrik nasional di
provinsi sulawesi selatan khususnya yang terkait dengan kabupaten
toraja,kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Luwu,
dimana terdiri dari :
 PLTP Bittuang, dan Sangalla PLTM Kadundung : SUTT
 PLTA Buntu Batu PLTP Sulili : SUTT
 PLTM Batu Sitanduk, Rante Bala : SUTT
 PLTP Parara : SUT
 PLTD Makale

Dalam rangka pengembangan kapasitas pembangkit yang akan mendukung


KSPN Toraja Ke LIMA Pembangkit Listrik ini direncanakan untuk
mendukung pasokan listrik grid Sulawesi khusunya Sulawesi Selatan dan
dimasukkan dalam sistim interkoneksi Sulawesi.

5.3.3 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan. Sumber : Hasil Observasi, 2016


Arahan strategis dan kebijakan Kementerian Perhubungan yang terkait
dengan strategi konektivitas KSPN Toraja adalah pembangunan Pelabuhan
Samudera Pare Pare dan Pembangunan Pelabuhan Nasional Mamuju dan
Pelabuhan Palopo. Sedangkan untuk sektor perhubungan laut untuk wilayah
selatan difokuskan kepada peningkatan layanan, baik pelabuhan dan jumlah
kapal yang melintasinya. Strategi Kementerian Perhubungan diuraikan
sebagai berikut:
 Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang
berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal
dan kewilayahan;
 Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi
untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan
Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan
lainnya di wilayah nonkoridor ekonomi;

Sumber : Hasil Observasi, 2016

5-11
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
5.4 Rencana Strategis Infrastruktur KSPN Toraja
5.4.1 Peningkatan Kualitas infrastruktur pedesaan (PPIP) program melihat apakah ada sinkronisasi program ke-
Permukiman Perkotaan pengembangan kecamatan (PPK) / PNPM PUPR-an dan non PUPR yang berdampak
Gambaran umum pembangunan pemukiman di Mandiri pedesaan serta Program PAMSIMAS. terhadap kabupaten/ kota yang dituju.
Kabupaten Tana Toraja agak berbeda dengan Dalam perkembangannya diperhadapkan Konektivitas antara kegiatan di KSPN Toraja.
Kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan, dimana berbagai masalah sosial seperti timbulnya Pada simpul-simpul pertumbuhan di kspn
permukiman relatif tersebar di seluruh kawasan kawasan kumuh, air bersih, dan kebutuhan Toraja ini akan di usulkan sistim konektivitas
dengan ciri khas yang dipengaruhi oleh adat prasarana dan sarana lingkungan lainnya antar kawasan dan simpul kegiatan
dan budaya, dimana kawasan Kabupaten Tana Program yang dianjurkan untuk Peningkatan  Sistim Permukiman pada kawasan
Toraja terbagi atas 32 wilayah adat. Kualitas Lingkungan Perkotaan pada kawasan- perkotaan dan pedesaan
Pembangunan pemukiman perkotaan lebih kawasan kumuh ini adalah RTBL Kawasan  Persebaran kegiatan pada simpul Industri,
cepat dibanding di pedesaan yang merupakan Perkotaan, SPPIP Kabupaten yang dilanjutkan Pariwisata, Perikanan Pertambangan
kosentrasi penduduk suatu wilayah yang dengan RPKPP. Sehingga dapat diketahui Pertanian, perkebunan dan Peternakan
berperan sebagai pusat pelayanaan dan pusat berapa kebutuhan infrastruktur yang akan  Kesiapan infrastruktur PUPR dan Non PUPR
pemasaran bagi wilayah yang dipengaruhinya, diperbaiki atau dibuat khususnya drainase, air sebagai pelayanan antar kawasan.
secara fisik cenderung berkembang ke daerah limbah, air bersih, sanitasi dan jalan-
pinggiran kota yang sangat dipengaruhi adanya lingkungan.
kegiatan ekonomi, kondisi wilayah dan fungsi
kawasan yang demikian seperti aktivitas 5.4.2 Keterpaduan Infrastruktur PUPR
perdagangan industri dan transportasi. Masalah dan Non PUPR dengan Sektoral
kawasan kumuh perkotaan (kota Makale) belum dan Daerah
tertangani dengan baik, baru sebagian kecil Setiap adanya kegiatan pembangunan di
melalui Program P2KP. Sedangkan kabupaten/kota tentu juga berdampak
pembangunan pemukiman pedesaan ditangani terhadap kebtuhan infrastruktur baik PUPR
secara stimulan melalui program pembangunan maupun non PUPR, keterpaduan disini untuk

5-12
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
5-13
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
5.5 Program Infrastruktur Strategis Wilayah KSPN Toraja skala kawasan Rp. 79.808.000.000
5.5.1 Bidang Binamarga 3. Pengembangan sistem Penyediaan Air Minum Rp. 208.120.000.000
Program Infrastruktur Strategis Wilayah KSPN Toraja – Bidang 4. Peningkatan Kualitas (PK) Rumah Swadaya bagi
Binamarga(Total Rp. 895.166,000,000) Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Rp. 100.000.000.000

Program Penyelenggaraan Jalan Nasional Rp 5567.520.000.000 b. Kabupaten Toraja Utara ;


Kabupaten Tana Toraja 1. Pengembangan sistem pengelolaan sampah
1. Program Penyelenggaraan Jalan Rp. 133.130.000.000 Kawasan Rp. 198.200.000.000
2. Program Penyelenggaraan Jembatan Rp. 68.296.000.000 2. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah
skala kawasan Rp. 87.434.000.000
Kabupaten Toraja Utara 3. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Rp. 297.000.000.000
1. Program Penyelenggaraan Jalan Rp. 126.220.000.000 4. Program Pembinaan dan Pengembangan
Infrastruktur Permukiman Rp. 12.500.000.000
5.5.2 Bidang Sumber Daya Air
Program Infrastruktur Strategis Wilayah KSPN Toraja – Bidang Sumber Daya 5.5.4 Bidang Perumahan dan Pemukiman
Air (Total Rp. 154.551.000.000) Program Infrastruktur Strategis Wilayah KSPN Toraja – Bidang Perumahan-
Pemukiman Total Rp. 39.000.000.000.Total biaya tersebut terdiri dari:
1. Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku Rp. 22.776.000.000 a. Kabupaten Tana Toraja;
2. Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, 1. FS dan DED paket pembangunan Homestay
Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya Rp. 131.775.000.000 untuk kawasan wisata Rp. 500.000.000
2. Paket pembangunan Homestay untuk
5.5.3 Bidang Ciptakarya kawasan wisata Rp. 12.500.000.000
Program Infrastruktur Strategis Wilayah KSPN Toraja – Bidang Ciptakarya
(Total Rp. 1.137.762.000.000) ; b. Kabupaten Toraja Utara;
1. FS dan DED paket pembangunan Homestay
a. Kabupaten Tana Toraja ; Untuk kawasan wisata Rp. 1.000.000.000
1. Pengembangan sistem pengelolaan sampah 2. Paket pembangunan Homestay
skala kawasan Rp. 154.550.000.000 untuk kawasan wisata Rp. 25.000.000.000
2. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah

5-14
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program PUPR Mendukung Destinasi Wisata Kete Kesu

5-15
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Infrastruktur Terkait Pengembangan Destinasi KSPN Toraja (Makale-Buntu Burake)
5-16
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Infrastruktur Terkait Pengembangan Destinasi KSPN Toraja (Rantepao-Kete Kesu-Pasar Bolu)
5-17
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Infrastruktur Terkait Pengembangan Destinasi KSPN Toraja (Pango-Pango)
5-18
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Infrastruktur Terkait Pengembangan Destinasi KSPN Toraja (Suaya-Lemo-Kampung Bebo)
5-19
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Utama Infrastruktur Bina Marga tahun 2018-2026

5-20
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Utama Infrastruktur Cipta Karya bidang Air Minum tahun 2018-2026
5-21
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Utama Infrastruktur Cipta Karya bidang Persampahan dan Limbah tahun 2018-2026

5-22
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Utama Infrastruktur Sumber Daya Air tahun 2018-2026

5-23
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Program Utama Infrastruktur Perumahan tahun 2018-2026

5-24
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
ANJUNGAN CERDAS
6 KSPN TORAJA
6.1 Konsep, Prinsip, dan Fungsi Pengembangan Anjungan Cerdas

K
onsep pengembangan Anjungan Cerdas pada Kawasan  Pelayanan meliputi tempat parkir, toilet, telepon umum, ruang
Strategis Pariwisatayang ada di beberapa lokasi di Backbone informasi;
Jalan Nasional di Masing-Masing Kawasan Strategis  Konfigurasi layout dari anjungan cerdas yang coba di desain
Pariwisata baaik itu KSPN Toraja mempunyai konsep Pengelolaan antara lain terdapat tempat parkir yang luas yang bisa
“Rest Area Berbasis Komunitas dengan Tema Industri digunakan pengendara secara gratis, toilet yang bersih, ruang
Kepariwisataan dan Industri Kreatif” informasi yang menyediakan mengenai informasi lalu lintas
Berangkat dari pikiran tersebut terciptalah sebuah pra desain dan komunitas serta fasilitas penunjang seperti restoran, mini
Anjungan Cerdasyang menggambarkan suatu fasilitas yang market yang menyediakan produk-produk lokal seperti produk
menyediakan tempat beristirahat yang nyaman dan layanan pertanian, kerajinan dan lain-lain yang di operasikan oleh
berkualitas lainnya bagi pengguna jalan dengan melibatkan peran masyarakat/komunitas lokal;
serta masyarakat/komunitas lokal dengan tujuan untuk  Penanggung jawab fasilitas yang dioperasikan oleh komunitas
memberikan kontribusi terhadap keselamatan dan kenyamanan di adalah pemerintah daerah atau lembaga kemasyarakatan;
jalan serta mempromosikan produk-produk dan aktivitas  Pertimbangan pendirian Anjungan Cerdas adalah tersediannya
lokal.Syarat-syarat pembangunan Anjungan Cerdas antara lain: akses yang mudah baik oleh anak-anak, orang dewasa, orang
 Lokasi terdapat di tepi jalan raya dan mudah di akses oleh tua maupun difable serta memperhatikan tata ruang
pengguna jalan; setempat.
 Keindahan Gardu pandang merupakan hal yang penting  Toko yang menjual produk-produk lokal Setiap operator
menjadi perhatian di dalam pengembangan Anjungan Cerdas anjungan cerdas wajib memenuhi standar berikut untuk
di masing-masing KSPN; memastikan pemberian pelayanan yang berkualitas tinggi bagi
penggunanya:
 Perawatan fasilitas secara keseluruhan, misalnya adalah toilet
harus selalu bersih dan dapat digunakan secara a man dan
nyaman;
 Membantu pemerintah dalam hal mengumpulkan dan
menyebarkan informasi lalu lintas;
 Mendidik dan melatih staff humas dengan tujuan
meningkatkan kualitas informasi yang ditawarkan;
 Membuat kolaborasi yang saling menguntungkan untuk
meningkatkan fungsi dan fasilitas Michino-eki secara
keseluruhan. Produk pertanian /perikanan /kerajinan/ produk
kreatif masyarakat setempat
Anjungan cerdas yang di usulkan memiliki konsep pengelolaandengan
TAMPILAN BAGIAN DEPAN ANJUNGAN CERDAS bentuk kerjasama pemerintah dengan swasta dimana
masyarakat/komunitas lokal dapat berperan secara independen dalam

6-1
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
pengelolaannya khususnya didaerah pinggiran dan perdesaan yang dilalui Anjungan Cerdas menyediakan wahana pembinaan, pengembangan
oleh jalan raya. Peran masyarakat antara lain dalam penyediaan layanan dan dukungan kemitraan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi
seperti restoran, stan yang menjual produk-produk lokal seperti produk kawasan dan pariwisata;
pertanian, makanan tradisional, barang-barang kerajinan, barang 3. Pertukaran Informasi, Pengetahuan dan Komoditas.
kebutuhan pengendara selama dalam perjalanan dan lain-lain. Anjungan Cerdas menyediakan informasi infrastruktur dan sarana
Hal ini berarti bahwa Anjungan Cerdas yang di usulkan promosi bagi komoditas dan budaya lokal, yang didukung oleh
pembangunannnya sepanjang Backbone KSPN Masing-masing Lokasi fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
akan memberikan pengendara suatu pengalaman unik dan berciri khas 4. Keselamatan Pengguna Jalan.
lokal selama beristirahat, sementara disisi lain masyarakat lokal
Anjungan Cerdas meningkatkan keselamatan pengguna jalan dengan
mendapatkan keuntungan komersial melalui penjualan produk.
Dikarenakan Tema Anjungan Cerdasdi maksudkan untuk kawasan wisata, menyediakan fasilitas tempat istirahat.
maka harus di buat semenarik dan senyaman mungkin bagi wisatawan
sehingga dibangun dengan investasi yang cukup besar dibandingkan II. Fungsi Anjungan Cerdas
dengan pembangunan rest area secara konvensional dan melibatkan Anjungan Cerdas menyediakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
peran serta aktif dari masyarakat setempat, sehingga diharapkan mampu 1. Tempat istirahat untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan
meningkatkan kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat lokal, nasional yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas layanan;
sehingga diharapkan tujuan pemberdayaan masyarakat lokal dan 2. Gardu pandang pada berbagai infrastruktur PUPR berestetika tinggi
penciptaan lapangan kerja baru dapat terwujud. dan keindahan lingkungan fisik sekitar;
3. Sarana pengenalan dan pemasaran berbagai produksi dan budaya
lokal kepada pengguna jalan nasional;
I. Prinsip Anjungan Cerdas
Suatu fasilitas dikatakan sebagai Anjungan Cerdas bilamana memenuhi 4. Pusat informasi berbagai Produk dan Potensi daerahdi sekitar lokasi;
prinsip-prinsip sebagai berikut: 5. Pusat informasi infrastruktur PUPR terutama di sekitar lokasi;
1. Pemberdayaan masyarakat. 6. Area inkubasi untuk destinasi wisata baru, secara mandiri maupun
Anjungan Cerdas memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal sebagai bagian dari destinasi utama;
untuk berpartisipasi dalam kegiatan usaha dan pelayanan; 7. Pusat informasi cerdas, dengan penyediaanfasilitas wifi, informasi
2. Fungsi Inkubasi. lalu lintas, informasi infrastruktur PUPR

6-2
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
6.2 Kriteria Umum Penetapan Lokasi Anjungan Cerdas
Sebelum menetapkan lokasi pembangunan anjungan cerdas di lokasi terpilih maka
kita perlu mengetahui fungsi utama dari anjungan cerdas tersebut yang mengikuti
konsep “Michino-Eki” yang berarti stasiun pelayanan pada sisi jalan dengan konsep
yang berasal dari Jepang yang memiliki keunikan tersendiri. Anjungan Cerdas
didesain untuk membangun komunitas dan membangun hubungan antara komunitas
lokal dan pengguna jalan menyediakan kesempatan berbisnis untuk komunitas
lokal. Selain itu Anjungan Cerdas juga di fung sikan sebagai tempat untuk
penyediaan pelayanan publik seperti layanan kesehatan, aktivitas
pendidikan,pelatihan dan kebudayaan sebaik penyedian restoran dan layanan
komersial
Untuk itu dalam menentukan lokasi anjungan cerdas sepanjang backbone Kawasan TAMPAK PRESPEKTIF MATA BURUNG
strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya , maka perlu dilakukan evaluasi dan
analisa terhadap semua potensi lokasi yang ada di sepanjang Backbone Kawasan
strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya. Dari hasil analisa dan survey ke
lokasi maka di ambil 3 calon lokasi anjungan cerdas yang coba di lakukan analisa
mengenai kesesuaian lokasi pembangunan anjungan cerdas yang sesuai.
Parameter yang di jadikan dasar pemilihan lokasi terbaik Anjungan cerdas adalah
yang terkait dengan 4 faktor berikut:
 Ketersedian dan lokasi lahan
 Dekat dengan simpul kegiatan ekonomi
 Gardu pandang lokasi anjungan cerdas (View) BANGUNAN TOKO CENDERAMATA, FOODCOURT,
 Belum tersedia infrastruktur CAFÉ
 Besaran investasi
Setelah dilakukan perhitungan analisa dengan menggunakan Model Decision
Support System, maka di peroleh peringkat lokasi terbaik untuk dijadikan lokasi
terpilih Anjungan Cerdas

PARKIR BUS

6-3
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
6.3 Anjungan Cerdas KSPN Toraja
I. Dasar-dasar Penetapan Lokasi Anjungan Cerdas
Sebelum menetapkan lokasi pembangunan Anjungan Cerdas di yaitu Anjungan Cerdas di di Jalan Backbone KSPN Toraja (Batas
lokasi terpilih maka kita perlu mengetahui fungsi utama dari Smart Enrekang – Makale) di daerah Ketengan.
Traveler Plaza tersebut yang mengikuti konsep “Michino -Eki” yang Didalam salah satu strategi pengembangan wilayah , maka
berarti stasiun pelayanan pada sisi jalan dengan konsep yang pembangunan Anjungan Cerdas di KSPN Toraja merupakan suatu
berasal dari Jepang yang memiliki keunikan tersendiri. Anjungan strategi yang harus di laksankan untuk meningkatkan jumlah
Cerdas Plaza didesain untuk membangun komunitas dan wisatawan dan sebagai salah satu amenitas bagi wisatawan yang
membangun hubungan antara komunitas lokal dan pengguna jalan berkelas dunia yang di desain berdasarkan beberapa benchmark di
menyediakan kesempatan berbisnis untuk komunitas lokal. Selain negara negara yang sudah maju kondisi infrastruktur
itu Anjungan Cerdas juga di fungsikan sebagai tempat untuk kepariwisataan nya dan tidak melupakan kearifan lokal di bentuk
penyediaan pelayanan publik seperti layanan kesehatan, aktivita s desain yang di rencanakan.
pendidikan,pelatihan dan kebudayaan sebaik penyedian restoran Lokasi Smart Traveller Plaza di KSPN Toraja Berada di Jalur Poros
dan layanan komersial dan bisnis Utama KSPN Toraja dan lebih tepatn ya berada 7 km dari lokasi
Untuk itu dalam menentukan lokasi Anjungan Cerdas sepanjang rencana Bandara Buntu Kuni ke arah Kota Makale.
backbone KSPN Toraja , maka perlu dilakukan evaluasi dan analisa Luas Rencana Smart Traveller Plaza adalah 2,02 Ha dimana view
terhadap semua potensi lokasi yang ada di sepanjang Backbone dari rencana Anjungan Cerdas di KSPN Toraja adalah menghadap
KSPN Toraja. Dari hasil analisa dan survey ke lokasi maka di ambil gunung Kandora yang merupakan salah satu tujuan destinasi
2 calon lokasi Smart Traveler Plaza yang coba di lakukan analisa utama KSPN Toraja.
mengenai kesesuaian lokasi pembangunan Smart Traveler Plaza
yang sesuai dengan yaitu:
 Lokasi Anjungan Cerdas di Jalan Backbone KSPN Toraja (Batas
Enrekang – Makale) di daerah Ketengan
 Lokasi Anjungan Cerdas di Jalan Backbone KSPN Toraja (Batas
Makale – Rotenpao
Parameter yang di jadikan dasar pemilihan lokasi terbaik Anjungan
Cerdas adalah yang terkait dengan 4 faktor berikut:
 Ketersedian dan lokasi lahan
 Dekat dengan simpul kegiatan ekonomi
 Gardu pandang lokasi anjungan cerdas (View)
 Belum tersedia infrastruktur
 Besaran investasi
Setelah dilakukan perhitungan analisa dengan menggunakan Model
Decision Support System , maka di peroleh peringkat lokasi terbaik
untuk dijadikan lokasi terpilih kawasan inkubasi di KSPN Toraja LOKASI ANJUNGAN CERDAS

6-4
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
informasi tentang fungsi infrastruktur dimaksudkan sebagai etalaseuntuk
yang ada di sekitar kawasan, dll. menampilkan produk-produk lokal,
2. Gardu pandang Wisata dan Observasi sedangkan retail dimaksudkan sebagai
Infrastruktur di Sekitarnya fasilitas penjualan produk-produk lokal
Gardu pandang berfungsi sebagai deck baik berupa makanan maupun
observasi untuk dapat melihat kerajinan tangan masyarakat setempat.
pemandangan dan infrastruktur di Fasilitas bangunan atraksi budaya
sekitar Anjungan Cerdas. dimaksudkan sebagai wahana untuk
3. Ruang/tempat mengkomunikasikan menampilkan kesenian dan kreasi
CAFE KOPI
produk dan potensi daerah budaya lokal/nasional.
Komponen ini berfungsi sebagai sarana 6. Fasilitas Teknologi Informasi dan
publikasi produk dan potensi daerah Komunikasi (TIK)
yang tidak berbentuk bangunan. Fasilitas TIK merupakan fasilitas
Komponen ini dapat berupa papan Teknologi Informasi dan Komunikasi
informasi, papan reklame dan media yang disediakan dalam Anjungan
publikasi lainnya. Cerdas. Fasilitas minimal yaitu
4. Bangunan Tempat Istirahat dan disediakannya free wifi bagi pengguna
Tempat Parkir Anjungan Cerdas. Sedangkan dalam
Tempat istirahat merupakan komponen pengembagannya, fasilitas TIK dapat
FASILITAS ANJUNGAN CERDAS utama yang harus disediakan sebagai juga berupa stasiun pemantauan
Bangunan atau venue yang ada di Smart sarana bagi pengunjung dan infrastruktur.
Traveller Plaza KSPN Toraja terdiri dari: pengguna jalan untuk melepaskan
1. Area Bisnis penat setelah melakukan perjalanan. Komponen Pendukung Anjungan Cerdas,
2. Area Kenyamanan Wisatawan Tempat istirahat ini dapat berbentuk yaitu:
3. Area Auditorium BPIW gazebo, pendopo, atau ruang-ruang 1. Kantor Operasional Pengelola
4. Area Hijau publik lainnya. Kantor Operasional Pengelola
Fasilitas parkir ditujukan bagi merupakan bangunan yang digunakan
Komponen Utama Anjungan Cerdas, yaitu: kendaraan berupa bus, kendaraan roda oleh Pengelola Anjungan Cerdas.
1. Ruang/tempat mengkomunikasikan empat dan kendaraan roda dua yang 2. Toilet/Kamar Mandi
infrastruktur PUPR sekitar digunakan oleh pengguna Anjungan Toilet/Kamar Mandi adalah komponen
Ruang/tempat mengkomunikasikan Cerdas maupunPengelola Anjungan yang ada dalam area Anjungan Cerdas
infrastruktur PUPR sekitaradalah Cerdas. sebagai salah satu fasilitas yang
ruang/tempat yang didalamnya 5. Bangunan tempat pameran dan atraksi diperlukan oleh pengguna jalan.
memberikan berbagai informasi terkait budayalokal 3. Tempat Ibadah
dengan jalan maupun infrastruktur Fasilitas Bangunan tempat pameran Tempat ibadah disediakan untuk
kawasan, seperti: informasi rute berupa Product display dan retail pada memenuhi kebutuhan sarana ibadah
perjalanan, informasi kemacetan, Anjungan Cerdas. Product display Pengguna Anjungan Cerdas. Fasilitas

6-5
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
ibadah harus ditata dan didesain 9. Instalasi Air Bersih Salah satu komponen yang penting
demikian rupa sehingga mudah Instalasi air bersih dibuat untuk lainnya adalah ruang bermain anak-
dijangkau oleh pengunjung dan dapat pemenuhan kebutuhan air bersih anak. Tidak menutup kemungkinan
digunakan dengan nyaman. seluruh kawasan Anjungan Cerdas dari bahwa pengguna jalan yang singgah
4. Restoran/Food Court sumber air di sekitar kawasan. terdapat anak-anak. Oleh karena itu
Salah satu fasilitas yang disediakan 10. Fasilitas Pengelolaan Sampah perlu disediakan pula arena bermain
untuk memenuhi kebutuhan Pengguna Pengelolan Sampah dengan metode anak-anak agar kebutuhan beristirahat
Anjungan Cerdas adalah Restoran/Food 3R yaitu Reduce, Reuse, dan mereka juga dapat terakomodir.
Court.Bangunan Restoran/Food Court Recycle dapat diterapkan di kawasan 2. Fasilitas ATM
harus didesain untuk memungkin Anjungan Cerdas. Fasilitas tempat Fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
pelayanan cepat dan jumlah besar yang sampah harus mendukung metode 3R merupakan bangunan yang disediakan
dapat dikombinasikan dengan ini, dengan memberikan tempat sebagai tempat mesin ATM dari
pelayanan eksklusif. sampah sesuai dengan pemilahan jenis berbagai bank.
5. Pos Keamanan sampah, yaitu sampah organik dan 3. Ruang Serba Guna
Pos Keamanan merupakan bangunan sampah non-organik. Dengan metode Ruang Serba Guna merupakan
yang digunakan sebagai pusat kontrol pengelolaan sampah 3R ini diharapkan bangunan yang dapat digunakan untuk
keamanan kawasan Anjungan Cerdas. volume buangan sampah yang keluar fungsi−fungsi pertemuan, pelatihan
6. Ruang Menyusui dari kawasan Anjungan Cerdas dapat dan pameran.
Ruang Nursery merupakan ruang yang diminimalisir. 4. Ruang Penyewa Lokal bertaraf Nasional
disediakan untuk ibu menyusui dan 11. Instalasi Pengolah Air Limbah Fasilitas yang disediakan untuk tenant
keperluan bayi lainnya. Instalasi Pengolah Air Limbah lokal yang sudah memiliki brand
7. Ruang Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan Fasilitas untuk mengolah nasional pemicu pengunjung Anjungan
Fasilitas yang disediakan untuk air limbah sehingga layak untuk Cerdas dan berkembangnya tenant
melayani kebutuhan kesehatan dibuang ke saluran kawasan lokal.
pengguna Anjungan Cerdas dan 12. Fasilitas Listrik dan Energi 5. Bengkel
terbatas pada pelayanan umum dan Fasilitas Listrik dan Energi dibuat untuk Fasilitas bengkel disediakan untuk
pertolongan pertama. pemenuhan kebutuhan listrik dan melayani kebutuhan perbaikan
8. Ruang Terbuka Hijau (RTH) energi seluruh kawasan Anjungan kendaraan pengguna Anjungan Cerdas,
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan Cerdas. termasuk didalamnya disediakan
persyaratan yang harus dipenuhi dalam fasilitas tambal ban, pengisian angin
setiap penataan kawasan Anjungan Komponen Tambahan Anjungan Cerdas, dan cek air radiator.
Cerdas. Luas RTH mengikuti peraturan yaitu: 6. SPBU
yang berlaku di lokasi Anjungan Cerdas 1. Ruang Bermain Anak Fasilitas yang disediakan untuk
berada. pengisian bahan bakar kendaraan.

6-6
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
II. Estimasi Biaya Pembangunan Infrastruktur Anjungan Cerdas III.Tahap Persiapan
Dengan Memperhatikan desain dan typical desain dari infrastruktur dan fasilitas yang nantinya Langkah 1: Penentuan lokasi rencana
akan di sediakan di lokasi Anjungan Cerdas, maka bisa di estimasi besaran biaya yang Anjungan Cerdas sudah dipertimbangkan
diperlukan untuk membangun 1 buah anjungan cerdas beserta pembebasan lahan yang di dalam kajian Development PlanKawasan
perlukan. Strategis Pariwisata Nasional di seluruh
Beberapa Asumsi yang di pergunakan dalam perhitungan pembangunan Anjunga n cerdas Indonesia.
adalah sebagai berikut:
 Estimasi Harga Tanah + Rp.1.000.000,- Langkah 2: Penentuan Penganggaran
 Estimasi volume dan biaya pembangunan masing masing infrastruktur anjungan cer das dan Pembiayaan untuk Pembangunan
terlihat pada tabel berikut: Anjungan Cerdas yang berasal dari
ESTIMASI BIAYA Pemerintah Pusat melalui Kementerian
No JENIS BANGUNAN LUAS (M2)
PEMBANGUNAN PUPR bersumber dari Anggaran
A Pembebasan Lahan 24000 Rp 18,000,000,000.00 Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan
B Pematangan Lahan 24000 Rp 4,800,000,000.00 dapat juga berasal dari Pemerintah
C Biaya pembuatan FS dan DED Rp 3,697,867,800.00 Daerah yang berwenang bersumber dari
D Biaya Pembuatan Dokumen AMDAL Rp 986,098,080.00 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
E Biaya Legal & Perijinan Rp 1,232,622,600.00 (APBD) dan sumber lainnya yang
F Biaya Konstruksi Infrastruktur Anjungan Cerdas Rp 49,304,904,000.00 bersifat Tahun Anggaran Tunggal
1 Ruang Display BPIW /Toko Cenderamata/ATM center/Food court 3000 Rp 17,160,000,000.00 ( Single Years ) atau Tahun Anggaran
2 Minimarket (1 unit) 650 Rp 1,654,400,000.00 Jamak ( Multi Years ).
3 SPBU 1812.2 Rp 7,030,980,000.00
4 Pulu-Pulu Cafe 280.5 Rp 996,450,000.00 Langkah 3: Setelah menentukan
5 Auditirium BPIW 1136 Rp 1,975,200,000.00 langkah 1 dan langkah 2, selanjutnya
6 Home Stay/Penginapan 1256.2 Rp 2,913,680,000.00 dibentuk Kelembagaan Pengelola
7 Spot Selfie (10 Titik), Best View To Kandora 384.65 Rp 933,369,000.00 Anjungan Cerdas. Lembaga Pengelola
8 Mesjid 280.5 Rp 748,850,000.00 Anjungan Cerdas dapat dikelola oleh:
9 Bagian Pintu Masuk-Keluar 1474.6 Rp 3,106,040,000.00 1. Pemerintah Pusat maupun Daerah
10 Genset 72 Rp 324,000,000.00 Lembaga Pengelola Anjungan
11 tempat sampah 40 Rp 100,000,000.00 Cerdas yang dikelola oleh
12 Tower air (2 unit) 36 Rp 738,000,000.00 Pemerintah Pusat atau Daerah dapat
13 Tempat parkir 2520 Rp 2,646,000,000.00 berbentuk:
14 Jalan 3939 Rp 6,499,350,000.00  Badan Layanan Umum (BLU),
15 Trotoar 1143.6 Rp 686,160,000.00 ketentuan pengelolaan Anjungan
16 Ruang terbuka hijau 5974.75 Rp 1,792,425,000.00 Cerdas oleh BLU merujuk kepada
GRAND TOTAL PEMBANGUNAN ANJUNGAN CERDAS DENGAN LAHAN 24000 Rp 78,021,492,480.00 PP No. 23 Tahun 2005 tentang
GRAND TOTAL LUAS PEMBANGUNAN ANJUNGAN CERDAS TANPA LAHAN 24000 Rp 60,021,492,480.00 Badan Layanan Umum.

6-7
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
 Unit Pelaksana Teknis (UPT), ketentuan pengelolaan Langkah 4: Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study/FS)
Anjungan Cerdas oleh UPT merujuk kepada Permen PAN Pembangunan Anjungan Cerdas ini dimaksudkan untuk
No. 18 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi Pelaksana memberikan masukan mengenai:
Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non 1. Kelayakan lokasi;
Kementerian. 2. Kelayakan finansial;
2. Pemerintah Bekerja sama dengan Badan Usaha yaitu 3. Kebutuhan luas bangunan dan kebutuhan luas lahan dengan
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam mempertimbangkan fungsi ruang;
penyediaan Infrastruktur, ketentuan pengelolaan Anjungan 4. Pengembangan wilayah (potensi pengembangan kawasan);
Cerdas dalam bentuk KPBU ini merujuk kepada PerPres RI No. 5. Pengembangan Ekonomi (potensi ekonomi lokal yang dapat
38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan dikembangkan);
Usaha (KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur. 6. Teknis (keselamatan, keamanan dan geometrik jalan, Lalu
lintas Harian Rata-rata);
7. Lingkungan (dampak lingkungan);
8. Sosial budaya (potensi sosial dan budaya);
9. komponen anjungan cerdas;
10. Rekomendasi tipe Anjungan Cerdas;
Dalam pelaksanaan FS ini dilakukan wawancara kepada pengguna
jalan maupun masyarakat lokal untuk mendapatkan berbagai
masukan tentang Pembangunan Anjungan Cerda s. Seluruh proses
mengenai masukan hal-hal tersebut di atas dilakukan
denganmeminta pertimbangan dan masukan dari Pemerintah
Daerah dimana lokasi Anjugan Cerdas berada. Keluaran Studi
Kelayakan adalah rekomendasi kelayakan lokasi Anjungan Cerdas
serta tipologi Anjungan Cerdas. Jika layak, dilanjutkan ke langkah
selanjutnya dan jika tidak maka kembali ke langkah 1, 2, dan 3.

Langkah 5: Setelah hasil FS diketahui bahwa lokasi terpilih layak


untuk menjadi Lokasi Anjungan Cerdas, selanjutnya dilakukan
kegiatan analisis lingkungan yang mengacu pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 Tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL,
yaitu:
1. Anjungan Cerdas dengan Tipe I dilakukan Kegiatan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

6-8
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
2. Anjungan Cerdas dengan Tipe II dan III dilakukan Kegiatan Langkah 6: Apabila Kegiatan AMDAL/UKL−UPL dan ANDALALIN
Analisis Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya selesai dilaksanakan, hal yang selanjutnya dilakukan adalah
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) kegiatan Pengadaan Lahan. Pelaksanaan pengadaan tanah
Bersamaan dengan kegiatan diatas, dilakukan pula kegiatan mencakup:
Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) yang mengacu pada UU i. Pembentukan Tim atau Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Lokasi Anjungan Cerdas
ii. Mengacu kepada UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
AdapunKetentuan mengenai Analisis Dampak Lalu Lintas diatur
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, hal –hal
dalam Undang–Undang tersebut diantaranya: yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, a. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum wajib
dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan diselenggarakan oleh Pemerintah dan tanahnya selanjutnya
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu dimiliki Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis dampak b. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
Lalu Lintas. diselenggarakan melalui tahapan :
2. Analisis dampak Lalu Lintas sekurang -kurangnya memuat:  Perencanaan;
 Analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan  Persiapan;
Jalan;  Pelaksanaan; dan
 Simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa dan dengan adanya  Penyerahan hasil.
pengembangan; c. Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
 Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan
dampak; Tanah, yang paling sedikit memuat :
 Tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau  Maksud dan tujuan rencana pembangunan;
pembangun dalam penanganan dampak; dan  Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan
 Rencana pemantauan dan evaluasi. rencana pembangunan nasional dan daerah;
3. Hasil analisis dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada  Letak tanah;
ayat (1) merupakan salah satu syarat bagi pengembang untuk  Luas tanah yang dibutuhkan;
mendapatkan izin Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah  Gambaran umum status tanah;
menurut peraturan perundang-undangan.  Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah;
4. Analisis dampak Lalu Lintas dilakukan oleh lembaga konsultan  Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
yang memiliki tenaga ahli bersertifikat.  Perkiraan nilai tanah; dan
5. Hasil analisis dampak Lalu Lintas harus mendapatkan  Rencana penganggaran.
persetujuan dari instansi yang terkait di bidang Lalu Lintas d. Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk
dan Angkutan Jalan. Kepentingan Umum, Instansi yang memerlukan tanah
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan analisis da mpak mengajukan pelaksanaan Pengadaan Tanah kepada
Lalu Lintas diatur dengan peraturan pemerintah. Lembaga Pertanahan. Pelaksanaan Pengadaan Tanah
tersebut meliputi :

6-9
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
 Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, e. Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:
penggunaan, dan pemanfaatan tanah;  Uang;
 Penilaian ganti kerugian;  Tanah pengganti;
 Musyawarah penetapan ganti kerugian;  Permukiman kembali;
 Pemberian ganti kerugian; dan  Kepemilikan saham; atau
 Pelepasan tanah instansi.  Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran
suatu BLU. Pendapatan BLU bersumber dari:
IV. Pengelolaan Anjungan Cerdas a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau
A. Pembentukan Lembaga Pengelola Anjungan Cerdas Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ;
1. Bentuk Lembaga Pengelola b. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang
Tahap awal dalam pengelolaan Anjungan Cerdas adalah diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat
pembentukan lembaga pengelola. Lembaga Pengelola Anjungan yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain
Cerdas dapat dikelola oleh: merupakan pendapatan operasional BLU; dan
i. Pemerintah Pusat maupun Daerah c. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil
Lembaga Pengelola Anjungan Cerdas yang dikelola oleh usaha lainnya merupakan pendapatan bagi BLU.
Pemerintah Pusat atau Daerah dapat berbentuk: Pendapatan BLU dilaporkan sebagai Penerimaan Negara
 Badan Layanan Umum (BLU), ketentuan pengelolaan Bukan Pajak (PNBP) kementerian/lembaga atau pendapatan
Anjungan Cerdas oleh BLU merujuk kepada PP No. 23 bukan pajak pemerintah daerah. Ketentuan PNBP merujuk
Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum. kepada UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, Bukan Pajak. Pendapatan BLU tersebut dapat dikelola
adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk langsung untuk membiayai belanja BLU sesu ai RBA.
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktek bisnis yang
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan sehat, dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan
produktivitas. Pengelolaan Keuangan BLU mengikuti Pola dalam RBA. Struktur Organisasi Pengelola BLU adalah
Pengelolaan Keuangan BLU (PPK−BLU) yaitu pola Pejabat Pengelola BLU yang terdiri atas:
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa a. Pemimpin;
keleluasaan untuk menerapkan praktek -praktek bisnis yang b. Pejabat keuangan; dan
sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat c. Pejabat teknis.
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional non
dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU.
ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.  Unit Pelaksana Teknis (UPT), ketentuan pengelo laan
BLU menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU Anjungan Cerdas oleh UPT merujuk kepada Permen PAN No.
yaitu dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran yang 18 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi Pelaksana

6-10
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non − Badan usaha yang ditujukan untuk peningkatan
Kementerian. pelayan umum tanpa tujuan utama mencari
Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan kerja yang keuntungan
bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis − Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum diatur
operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 23 tahun
tertentu dari organisasi induknya. UPT mempunyai tugas 2005
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau b. Tata Cara Pendirian BLU:
kegiatan teknis penunjang serta urusan Pemerintah yang − Syarat Substantif, meliputi:
bersifat pelaksanaan dari organisasi induknya yang pada  Penyediaan jasa dan atau barang layanan umum;
prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta tidak berkaitan  Pengelolaan suatu wilayah dengan tujuan untuk
langsung dengan perumusan dan penetapan kebijakan meningkatkan Perekonomian atau layanan umum;
publik. Diantara syarat pembentukan suatu UPT adalah  Pengelolaan dana khusus dalam rangka
menghasilkan barang/jasa yang diperlukan oleh masyarakat meningkatkan ekonomi dan atau pelayanan kepada
serta memberikan konstribusi dan manfaat kepada masyarakat.
masyarakat dan penyelenggaraan pemerintah. Nomenklatur − Syarat Teknis, meliputi:
UPT adalah: Balai, Loka, dan Pos. Susunan Organisasi UPT Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan
sesuai nomenklaturnya adalah sebagai berikut: fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
a. Balai atau nomenklatur lainnya terdiri dari: pencapaiannya melalui BLU sebagaimana
− Kepala direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
− Subbagian Tata Usaha lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya;
− Seksi, paling banyak 3 (tiga) seksi dan Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang
− Kelompok Jabatan Fungsional bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan
b. Loka atau nomenklatur lainnya terdiri dari: dalam dokumen usulan penetapan BLU.
− Kepala − Syarat Admistratif, meliputi:
− Urusan Tata Usaha  Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan
− Subseksi, paling banyak 3 (tiga) Subseksi kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
− Kelompok Jabatan Fungsional masyarakat;
c. Pos atau atau nomenklatur lainnya terdiri dari:  Pola tata kelola;
− Kepala  Rencana strategis bisnis;
− Petugas Tata Usaha  Laporan keuangan pokok;
− Kelompok Jabatan Fungsional  Standar pelayanan minimum; dan
Pengelolaan Keuangan UPT dapat menerapkan Pola  Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK −BLU). untuk diaudit secara independen. Dari dokumen
Beberapa ketentuan aspek legal BLU yang terdiri dari persyaratan di atas, disampaikan kepada Menteri
Landasan Hukum, Tata Cara Pendirian dan Penerimaan BLU untuk persetujuan dan diserahkan kepada Menteri
sebagai berikut: Keuangan untuk memperoleh pengesahan.
a. Landasan Hukum: c. Penerimaan BLU:

6-11
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
− Memungut biaya dari masyarakat sebagai imbalan ata s Cerdas dalam bentuk KPBU ini merujuk kepada PerPres RI No.
barang/layanan jasa yang diberikan 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan
− Imbalan yang ditetapkan dalam bentuk tarif yang Usaha (KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur.
disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya
atau hasil per investasi dana. disebut sebagai KPBU adalah kerjasama antara pemeri ntah dan
− Menteri / Pimpinan Lembaga mengusulkan tarif Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
layanan, dan selanjutnya ditetapkan oleh Menteri kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang
Keuangan telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala
− Penentuan tarif harus dengan pertimbangan Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan
kontinuitas dan pengembangan layanan; daya beli Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya
masyarakat; asas keadilan dan kepatutan; dan menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
kompetisi yang sehat. memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak. Badan
− BLU dapat menerima hibah yang tidak mengikat, dan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
diperlakukan sebagai pendapatan dari BLU Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan
− Sedangkan hibah terikat yang diperoleh dari Terbatas, badan hukum asing, atau koper asi. KPBU dilakukan
masyarakat atau Badan lain merupakan pendapatan berdasarkan prinsip:
yang harus diperlakukan sesuai peruntukannya  Kemitraan, yakni kerjasama antara pemerintah dengan
− Penerimaan anggaran yang diperoleh dari APBN Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
diperlakukan sebagai pendapatan BLU. perundang-undangan dan persyaratan yang
− Dana dari APBN, hibah tidak terikat, pendapatan dari mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
pemberian layanan dan pendapatan hasil kerjasama  Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang
dengan pihak lain dapat dikelola langsung untuk dilakukan oleh pemerintah dengan Badan Usaha untuk
membiayai operasional dari BLU. memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
− BLU dapat memberikan piutang sehubungan adanya  Bersaing, yakni pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha
penyerahan jasa dan atau barang atau adanya suatu dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka, dan
transaksi transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha
− Disamping itu BLU juga dapat melakukan utang yang sehat;
sehubungan dengan kegiatannya.  Pengendalian dan pengelolaan risiko, yakni kerja sama
− BLU juga dapat melakukan investasi jangka panjang Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan penilaian risiko,
dengan seijin Menteri. Keuntungan dari investasi pengembangan strategi pengelolaan, dan mitigasi terhadap
menjadi pendapatan BLU. risiko;
− Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat berasal  Efektif, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu
dari pegawai negeri sipil (PNS) dan tenaga profesional mempercepat pembangunan sekaligus meningkatkan
non PNS sesuai dengan kebutuhan BLU. kualitas pelayanan pengelolaan dan pemeliharaan
ii. Pemerintah Bekerja sama dengan Badan Usaha yaitu infrastruktur; dan
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam  Efisien, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur
penyediaan Infrastruktur, ketentuan pengelolaan Anjungan mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan

6-12
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
dalam Penyediaan Infrastruktur melalui dukungan dana Pertimbangan dalam pemilihan kelembagaan untuk
swasta. pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan Anjungan
KPBU ini dapat dilakukan dengan pola: Cerdas antara lain dapat dilihat pada tabel13 berikut:
 KPBU dalam Pembiayaan Pembangunan
Tabel 6.1. Faktor Pertimbangan Pemilihan Lembaga
Pemerintah dapat bekerja sama dengan pola Build –
Operate – Transfer (BOT), yaitu Badan Usaha membiayai Pengelola Anjungan Cerdas
pelaksanaan pembangunan komponen Anjungan Cerdas baik
sebagian atau pun seluruhnya, kemudian dikelola oleh NO KONDISI PEMERINTAH KPBU
Badan Usaha selama masa konsesi dengan memberikan
kompensasi bagi hasil kepada pemerintah sesuai perjanjian.1 Ketersediaan anggaran dalam APBN/APBD √
Masa konsesi dapat diperpanjang sesuai dengan perjanjian.
Setelah masa konsesi berakhir, seluruh aset komponen2 Keterbatasan anggaran dalam APBN/APBD √
Anjungan Cerdas yang dibangun oleh Badan Usaha3 Keterbatasan pemerintah dalam inovasi
diserahkan kepada Pemerintah. teknologi dan keahlian pengoperasian √
 KPBU dalam Pengelolaan
Pola KPBU ini hanya dilakukan untuk pengelolaan Anjungan4 Dibutuhkannya katalis sebagai pendorong √
Cerdas, sedangkan pembangunannya sepenuhnya dila kukan percepatan pembangunan
oleh Pemerintah sehingga aset Anjungan Cerdas merupakan
milik Pemerintah. Pola KPBU ini dilakukan setelah seluruh5 Kemitraan akan mendorong pembangunan √
komponen Anjungan Cerdas selesai dibangun, kemudian ekonomi wilayah
pengelolaanya dikerjasamakan dengan Badan Usaha secara
keseluruhan.

6-13
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
6.4 Rencana Bisnis Anjungan Cerdas
I. Pengelolaan Keuangan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat. Sifat
dan sistem pengelolaan PNBP adalah sebagai berikut :
A. Pengelolaan Keuangan BLU ata UPT i. Penerimaan Pendapatan
Pengelolaan Keuangan untuk Lembaga Pengelola berbentuk BLU Sifat penerimaan PNBP dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
atau UPT mengikuti Pola Pengelolaan Keuangan BLU (PPK− BLU).  PNBP Umum
Pendapatan BLU atau UPT dilaporkan sebagai Penerimaan Negara Yaitu penerimaan tidak berasal dari pelaksanaan tugas
Bukan Pajak (PNBP) kementerian/lembaga atau pendapatan bukan pokok dan fungsinya, seperti hasil penjualan barang
pajak pemerintah daerah. Ketentuan PNBP merujuk kepada UU No. inventaris kantor, hasil penyewaan BMN, jasa giro,
20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. PNBP penerimaan kembali uang persekot gaji/tunjangan.
adalah seluruh penerimaan Pemerintah yang tidak berasal dari  PNBP Fungsional
penerimaan perpajakan. Berdasarkan peraturan perundang - Yaitu penerimaan yang berasal dari hasil hasil pungutan
undangan di bidang PNBP, setiap Kementerian/Lembaga yang kementerian negara/lembaga atas jasa yang dib erikan
mempunyai PNBP harus memiliki peraturan perundangan (minimal sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya.
Peraturan Pemerintah/PP) tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP ii. Penyetoran
yang berlaku pada masing-masing Kementerian/Lembaga. PP  Pasal 4 UU No. 20 Tahun 1997 Seluruh PNBP wajib disetor
tersebut digunakan sebagai dasar pemungutan atas pelayanan
langsung secepatnya ke kas negara
yang diberikan kepada masyarakat. Kelompok Penerimaan Negara  Pasal 7 UU No.20 Tahun 1997 Instansi Pemerintah yang
Bukan Pajak meliputi:
ditunjuk, wajib menyampaikan rencana dan laporan realisasi
i. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Penerimaan Negara Bukan Pajak secara tertulis dan berkala
Pemerintah; kepada Menteri.
ii. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
 Pasal 16 ayat 2 UU No. 1 Tahun 2004
iii. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang − Setiap kementerian negara/lembaga/satuan kerja
dipisahkan;
perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan
iv. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan wajib mengintensifkan perolehan pend apatan yang
Pemerintah; menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
v. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal
− Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas
dari pengenaan denda administrasi; Negara/Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur
vi. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah; dalam peraturan pemerintah.
vii. Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang -undang
 Pasal 9 Huruf d UU No. 17 Tahun 2003 Menteri/pimpinan
tersendiri. lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Jenis PNBP yang belum tercakup dalam kelompok PNBP diatas
Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya, antara lain
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Tarif atas jenis
mempunyai tugas untuk melaksanakan pemungutan PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan memperhatikan dan menyetorkannya ke Kas Negara
dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya,
biaya penyelenggaraan kegiatan Pemerintah sehubungan dengan
jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan, dan

6-14
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
iii. Pengelolaan PNBP B. Pengelolaan Keuangan KPBU
 Pasal 5 UU No. 20 Tahun 1997, Seluruh PNBP dikelola Pengelolaan keuangan oleh Lembaga Pengelola Anjungan Cerdas
dalam sistem APBN (on budget) yang berbentuk KPBU lebih fleksibel sesuai dengan kebijakan
 Pasal 16 ayat 1 No 20 tahun 2004 , Setiap kementerian Badan Usaha.
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang
mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan
perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan
II. Sumber-Sumber Pendapatan dan
tanggung jawabnya. Pengeluaran
iv. Penggunaan PNBP Sumber – sumber pendapatan dan pengeluaran Anjungan Cerdas
 Pasal 8 UU No 20 Tahun 1997, Sebagian dana PNBP dapat adalah sebagai berikut:
digunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan A. Pendapatan
jenis PNBP tersebut oleh instansi yang bersangkutan. Pendapatan dalam pengelolan Anjungan Cerdas didapat dari:
Kegiatan tertentu meliputi: 1. Sewa fasilitas
− Penelitian dan pengembangan teknologi Pendapatan Sewa fasilitas dapat berupa:
− Pelayanan kesehatan  Pendapatan sewa jangka panjang yaitu periode sewa
− Pendidikan dan pelatihan lebih dari setahun. Fasilitas yang disewakan jangka
− Penegakan hukum panjang pada Anjungan Cerdas antara lain kios, rumah
− Pelayanan yang melibatkan kekayaan intelektual tertentu makan/foodcourt dan ATM
− Pelestarian Sumber Daya Alam  Pendapatan sewa jangka pendek yaitu periode sewa
v. BLU dapat : kurang dari setahun, misalnya harian atau bulanan.
 Menggunakan langsung pendapatannya tanpa harus disetor Fasilitas yang disewakan jangka pendek pada Anjungan
terlebih ke Kas Negara; Cerdas antara lain Fasilitas pertunjukan lokal dan
 Mengadakan perjanjian utang piutang; penginapan.
 Mengadakan kerjasama operasional dengan pihak lain; 2. Bagi Hasil
 Menggunakan surplus untuk tahun berikutnya, sedangkan Pendapatan dari bagi hasil antara pemilik gedung dengan
bila defisit dapat dimintakan dari APBN; tenant yang berupa kios dan SPBU.
 Pejabat Pengelola BLU dapat berasal dari PNS atau non 3. Pendapatan lainnya
PNS; Pendapatan lainnya berasal dari pengelolaan sendiri
 Remunerasi sesuai tanggung jawab dan profesionalitas. misalnya kios yang dikelola sendiri sehingga menerima
Pengelolaan Anjungan Cerdas oleh BLU atau UPT yang pendapatan dari penjualan produk, pendapatan dari hak
menghasilkan PNBP dilakukan tanpa mengutamakan mencari ekslusif yang diberikan kepada pihak ketiga, tiket
keuntungan dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, tidak menutup pertunjukan, reklame produk di area Anjungan Cerdas dan
kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional dan lain-lain.
pemeliharaan harus dibantu dengan dana APBN atau APBD. Pola Pengelolaan Beberapa Komponen Anjungan Cerdas Diliha t Dari
Aspek Ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

6-15
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Tabel 6.2. Pola Pengelolaan Beberapa Komponen Anjungan Cerdas Pola Pendapatan
Pola Pendapatan No Komponen Anjungan Cerdas Bagi Hak Tidak
Sewa
No Komponen Anjungan Cerdas Hasil Ekslusif Berbayar
Bagi Hak Tidak
Sewa
Hasil Ekslusif Berbayar a. Ruang Bermain Anak V
1. Komponen Utama b. Fasilitas ATM V
a. Ruang/tempat V c. Ruang Serba Guna (RSG) V
mengkomunikasikan
infrastruktur PUPR sekitar d. Ruang Penyewa Lokal bertaraf V V
nasional
b. Gardu pandang wisata dan V
observasi infrastruktur di e. Bengkel V V
sekitarnya
f. SPBU V V
c. Ruang/tempat V
mengkomunikasikan produk dan B. Pengeluaran
potensi daerah Pengeluaran dalam pengelolaan Anjungan Cerdas digunakan
d. Bangunan tempat Istirahat dan V untuk:
tempat parkir 1. Biaya pemeliharan bangunan dan fasilitas
Biaya ini terdiri dari biaya pemeliharaan gedung dan
e. Bangunan tempat pameran dan V fasilitas, perbaikan gedung dan fasilitas.
atraksi budaya lokal 2. Biaya pegawai (SDM)
f. Fasilitas TIK V Biaya pegawai yaitu biaya yang dikeluarkan untuk gaji
pegawai, lembur, honor dan biaya kesehatan.
2. Komponen Penunjang 3. Biaya rutin lainnya
Biaya rutin lainnya terdiri dari biaya listrik, air dan
a. Toilet/KM V komunikasi yang digunakan oleh Pengelola Anjungan
b. Restoran/Food court V V V Cerdas.

c. Ruang Menyusui V

d. Ruang Pelayanan Kesehatan V


Dasar
3. Komponen Tambahan

6-16
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
III.Pemeliharaan Anjungan Cerdas No Komponen Anjungan Waktu Keterangan
Pemeliharaan Anjungan Cerdas dilakukan agar Standar Pelayanan Cerdas Operasional
Minimal (SPM) dapat tercapai. Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini
diperlukan agar operasional dan pemeliharaan bangunan maupun b. Gardu pandang wisata dan 24 Jam
observasi infrastruktur di
fasilitas dalam kawasan Anjungan Cerdas betul -betul dilaksanakan
sekitarnya
sesuai dengan fungsinya, sehingga seluruh bangunan maupun
fasilitas tersebut dapat dipelihara dengan baik dan berfungsi c. Ruang/tempat Sesuai
secara berkelanjutan. mengkomunikasikan produk Kebutuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini memenuhi aspek -aspek dan potensi daerah
sebagai berikut :
A. Kebersihan d. Bangunan tempat Istirahat dan 24 Jam
B. Kesehatan tempat parkir
C. Kenyamanan
e. Bangunan tempat pameran dan Sesuai Jadwal
D. Keselamatan
atraksi budaya lokal Pameran/Pertu
Standar Pelayanan Minimal ini dimaksudkan agar dapat dipakai njukan
oleh Pengelola Anjungan Cerdas sebagai pedoman dalam
pelayanan seluruh fasilitas Anjungan Cerdas yang mencakup: f. Fasilitas TIK 24 Jam Petugas bekerja
A. Pedoman Pelaksanaan Pengoperasian Anjungan Cerdas 3 (tiga) shift
Pedoman Pelaksanaan Pengoperasian Tempat Istirahat dan 2. Komponen Penunjang
Pelayanan terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Kantor Operasional Pengelola Sesuai Jam
 Komponen : Berisi rincian jenis, nama sarana dan
Kerja
prasarana yang terdapat di Anjungan Cerdas
 Waktu Operasi : Berisi uraian pelaksanaan waktu b. Toilet / KM 24 Jam Petugas bekerja
operasional pelayanan 3 (tiga) shift
Pedoman Operasional Komponen Anjungan Cerdas dapat
c. Tempat Ibadah 24 Jam
dilihat pada tabel berikut:
d. Restoran / Food court Sesuai
Tabel 6.3. Jadwal Operasional Pelayanan pada Komponen Anjungan Cerdas
Kebutuhan

No Komponen Anjungan Waktu Keterangan e. Pos Keamanan 24 Jam Petugas bekerja


Cerdas Operasional 3 (tiga) shift
f. Ruang Menyusui 24 Jam
1. Komponen Utama
g. Ruang Pelayanan Kesehatan Sesuai
a. Ruang/tempat 24 Jam Petugas bekerja
Dasar Kebutuhan
mengkomunikasikan 3 (tiga) shift
infrastruktur PUPR sekitar h. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 24 Jam

6-17
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
B. Pedoman Pemeliharaan Kondisi Anjungan Cerdas
No Komponen Anjungan Waktu Keterangan
Cerdas Operasional Pedoman Pemeliharaan Kondisi Anjungan Cerda s merupakan
kegiatan pemeliharaan bulanan yang dimaksudkan sebagai
i. Instalasi Air Bersih 24 Jam Petugas bekerja kegiatan pemeliharaan kondisi dan mutu pelayanan pada
3 (tiga) shift Anjungan Cerdas.
j. Fasilitas Pengelolaan Sampah 16 Jam Petugas bekerja
Pemeliharaan Kondisi Anjungan Cerdas meliputi:
2 (dua) shift  Uraian : Berisi rincian jenis, nama
sarana dan prasarana yang terdap at pada Anjungan Cerdas
k. Instalasi Pengolah Air Limbah 24 Jam Petugas bekerja  Potensi Kerusakan : Berisi rincian prediksi
3 (tiga) shift
kerusakan/kekurangan/ketidak sempurnaan yang perlu
l. Fasilitas Listrik dan Energi 24 Jam Petugas bekerja mendapat perhatian sehingga pelayanan prima tetap
3 (tiga) shift terjamin
3. Komponen Tambahan
 Pemeliharaan : Berisi tindakan awal oleh
pengelola, sejak kerusakan/kekurangan/ketidak sempurnaan
a. Ruang Bermain Anak 24 Jam ditemukan pada saat pemeliharaan
b. Fasilitas ATM 24 Jam  Program Pemeliharaan : Berisi tenggang waktu
perawatan/perbaikan oleh pihak pengelola, sejak
c. Ruang Serba Guna (RSG) Sesuai Jadwal kerusakan/kekurangan/ketidak sempurnaan ditemukan pada
Pemakaian
saat pemeriksaan sampai pulih dan berfungsi sesuai tolak
d. Ruang Penyewa Lokal bertaraf Sesuai ukur kondisi
nasional Kebutuhan
e. Bengkel Sesuai
Pengaturan jam kerja untuk kegiatan pemeliharaan Anjunga n
Kebutuhan Cerdas adalah sebagai berikut:
Jadwal Kerja : Senin s/d Minggu
f. SPBU 24 Jam Petugas bekerja  Shift I : 08.00 – 16.00
3 (tiga) shift
 Shift II : 16.00 – 24.00
 Shift III : 24.00 – 08.00

6-18
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
6.5 Skema Pembiayaan Pembangunan Anjungan Cerdas
Pengelolaan anjungan cerdas sebagai asset milik Pemerintah Pusat BLU harus menggambarkan secara jelas pembaganan
Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat, tentunya mengenai kedudukan, susunan jabatan, dan hubungan kerja
harus mengikuti Peraturan/Perundangan yang berlaku. Ada 2 (dua) antar unit organisasi.
model pembiayaan dan pengelolaan Anjungan Cerdas yang B. Model kedua adalah dengan model KPS dimana merupakan
pengembangan nya di lakukan oleh Kementrian PUPR melalui kontrak jangka panjang antara Pihak Pemerintah dan Pihak
BPIW. Swasta dalam hal penyediaan infrastruktur atau layanan publik
A. Mengacu pada Perpres Nomor 15 Tahun 2015 tentang dimana pihak swasta mengambil alih sebagian dari tanggung
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. jawab dan risiko yang diemban oleh pihak Pemerintah”.
Alternatif pengelolaan anjungan cerdas, dapat dikelola Berdasarkan definisi diatas kita dapat memaham i bahwa:
langsung oleh salah satu Unit PelaksanaTeknis (UPT) di bawah  KPS merupakan kontrak kerjasama antara Pemerintah dan
Badan Pengelola Infrastruktur Wilayah (BPIW). Apabila ada Swasta dalam penyediaan infrastruktur atau layanan publik
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang dapat dalam jangka waktu panjang (biasanya 15-20 tahun)
dikenai tarif, bisa juga pengelola Anjungan Cerdas berbentuk  Pemerintah memiliki peran dalam proses pengadaan Badan
Badan Layanan Umum (BLU), berdasarkan Peraturan Usaha (BU) untuk memilih mitra swasta yang akan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 Tentang melaksanakan pembangunan proyek infrastruktur, serta
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 memberikan dukungan/insentif untuk meningkatkan
Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. kelayakan finansial proyek bilamana diperlukan
Pengelolaan Keuangan BLU dapat diterapkan oleh setiap  Swasta bertanggung jawab dalam tahapan pemb angunan
instansi pemerintah yang secara fungsional menyelenggarakan proyek (termasuk penyediaan finansial, keahlian dan
kegiatan yang bersifat operasional. Instansi dimaksud dapat teknologi yang diperlukan) dan/atau melaksanakan
berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon operasionalisasi serta pemeliharaan sesuai dengan kontrak
atau non eselon pada kementerian/lembaga. Sehubungan kerjasama
dengan itu, apabila instansi pemerintah yang menerapkan PK  kontrak yang bersifat “win-win-win” (antara Pemerintah,
BLU memerlukan perubahan organisasi dan struktur Swasta dan Publik) Hal lainnya yang erlu kita pahami,
kelembagaan, maka perubahan tersebut berpedoman pada bahwa KPS tidak sama dengan konsep privatisasi yang
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan selama kitakenal.
Aparatur Negara. Perubahan tersebut bertujuan untuk
Tabel 6.4. Skema Pembiayaan Pembangunan Anjungan Cerdas
mewujudka ndesain organisasi instansipemerintah yang
menerapkan PK BLU yang mampu memberikan pelayanan KPS PRIVATISASI
kepada masyarakat secara optimal. Bentuk Kerjasama yang saling Swasta sepenuhnya
Desain organisasi harus memperhatikan keserasian antara Kerjasama menguntungkan antara mengelola
besaran organisasi dengan beban tugas, kemampuan dan Pemerintah, Swasta atau menguasai aset
sumberdaya yang dimiliki. Dalam rangka menjamin kejelasan danMasyarakat
mekanisme kerja dan akuntabilitas organisasi, maka desain Aset Tetap dimiliki oleh Dimiliki oleh swasta
Pemerintah
organisasi organisasi instansi pemerintah yang menerapkan PK
Risiko Berbagi risiko antara Sepenuhnya ditanggung

6-19
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
pihakPemerintah dan olehpihak swasta Merupakan Perusahaan yang khusus didirikan oleh sponsor
pihak swasta yang memenangkan proses pelelangan Badan usaha
Peran Fasilitator/ pembayaran Regulator 4. Kontraktor
Pemerintah atas Merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
jasa yang diberikan oleh
pembangunan atas proyek infrastruktur dan/atau pengelolaan
swasta
proyek
5. Lembaga Keuangan
Tabel 6.5. Tantangan dan Manfaat KPS Merupakan pemberi pinjaman yang menyediakan dana yang
cukup bagi Perusahaan kPS untuk memb angun proyek
No. Tantangan Manfaat KPS kerjasama
skema KPS dapat menjadi alternatif sumber 6. Publik
Pendanaan yang pendanaan dan pembiayaan
1 Merupakan masyarakat sebagai pengguna akhir fasilitas atau
tidak mencukupi dalam penyediaan infrastruktur atau layanan
publik layanan
Perencanaan dan skema KPS memungkinkan pelibatan swasta
2 pemilihan proyek dalam penentuan proyek yang
yang tidak baik layak untuk dikembangkan
skema KPS memungkinkan untuk memilih dan
Manajemen yang memberi tanggung jawab
3
tidak efisien kepada pihak swasta untuk melakukan
pengelolaan secara efisien
skema KPS memungkinkan untuk memilih dan
memberi tanggung jawab
Pemeliharaan
kepada pihak swasta untuk melakukan
4 yang tidak
pemeliharaan secara optimal, sehingga
memadai
layanan publik dapat digunakan dalam waktu
yang lebih lama
Para pemangku kepentingan dalam skema KPS , yaitu:
1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
Merupakan pihak yang bertanggung jawab atas penyediaan
layanan kepada publik serta sebagai pihak yang melakukan
kontrak kerjasama dengan Perusahaan KPS.
2. Sponsor Ekuitas
Merupakan perusahaan-perusahaan swasta yang biasanya
bergabung dengan membentuk konsorsiumuntuk mengikuti
lelang pengadaan perusahaan
3. Perusahaan KPS

6-20
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Kelembagaan Sektor Publik dalam Melaksanakan KPS Jaminan Pemerintah
Kelembagaan dan institusi yang terkait dengan penyelenggaraan Jaminan Pemerintah yang diberikan kepada proyek infrastruktur
pengadaan infrastruktur melalui skema KPS di Indonesia adalah bertujuan untuk mengurangi risiko yang dibebankan kepada Badan
sebagaimana digambarkan pada diagram di bawah ini. Usaha. Jaminan Pemerintah ini diberikan oleh Menteri Keuangan
dan/atau Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur s esuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemberian Jaminan Pemerintah yang dilakukan oleh Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur diatur lebih lanjut di dalam Peraturan
Presiden Nomor 78 Tahun 2010, serta melalui Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010. Saat ini yang bertindak
sebagai Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur di Indonesia adalah PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (Persero).
Gambar di bawah menggambarkan skema struktur penjaminan
proyek infrastruktur yang diberikan melalu i IIGF/PT PII.

Tahapan dalam Pelaksanaan KPS di Sekt or Infrastruktur

6-21
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Dana Dukungan Tunai (VGF) Infrastruktur sebagai sebagaimana diatur di dalam PMK Nomor 223/PMK.011/2012
Terobosan KPS tentang PemberianDukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya
Guna mengisi gap pembiayaan tersebut, pemerintah Konstruksi Pada Proyek Kerjasama Pemerintah denganBadan Usaha
memperkenalkan skema kerjasama pembangunan infrastruktur Dalam Penyediaan Infrastruktur. PMK Nomor 223 Tahun 2012 ini
dengan melibatkan partisipasi dari pihak swasta yang kemudian merupakan aturanpelaksanaan dari Pasal 17A Perpres Nomor 56
dikenal dengan skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta) Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas PerpresNomor 67
atau juga dikenal dengan PPP (Public Private Partnership). Guna Tahun 2005 yang memberikan ruang bagi pemerintah untuk dapat
mengatur pelaksanaan pembangunan proyek dengan skema KPS memberikan dukungandalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat
ini, pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi antara lain finansial terhadap proyek kerjasama (KPS).
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2005 jo. Perpres Dukungan tunai pemerintah yang diberikan pada proyek
Nomor 13 Tahun 2010 jo. Perpres Nomor 56 Tahun 2011 jo. infrastruktur atau yang disebut dengan danaVGF ini diberikan
Perpres Nomor 66 Tahun 2013 yang mengatur pola, bentuk dan kepada proyek infrastruktur yang dibangun dengan skema KPS dan
ketentuan pelaksanaan proyek KPS di Indonesia. bertujuan untukmeningkatkan kelayakan finansial proyek guna
Pembangunan infrastruktur dengan skema KPS, pada prinsipnya menimbulkan minat dan partisipasi swasta,meningkatkan kepastian
merupakan usaha penyediaan sarana infrastruktur yang meliputi pengadaan/lelang proyek infrastruktur sesuai kualitas dan waktu
pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan yangditentukan serta mewujudkan layanan infrastruktur publik
kemampuan sarana infrastruktur yang dilakukan berdasarkan dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat. Di dalam
prinsip project financing, dimana sektor swasta selaku sponsor pelaksanaannya, pemberian VGF ini dialokasikan anggarannya oleh
proyek berkewajiban membangun dan/atau mengoperasikan serta Pemerintahc.q. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
melakukan perawatan sarana infrastruktur dengan dana (BUN) sesuai dengan mekanisme APBNdengan memperhatikan
pembangunan infrastruktur sebagian kecil berasal dari modal kemampuan keuangan negara, memperhatikan kesinambungan
sponsor proyek dan sebagian besarnya berasal dari bank dan/atau fiskal (APBN)dan mendasarkan pada prinsip manajemen risiko
lembaga pembiayaan lainnya sebagai lenders atau pemberi fiskal yang cermat, serta merupakan alternatifsetelah tidak
pinjaman proyek. Sedangkan, pemerintah selaku owner dari proyek terdapat lagi alternatif lain untuk membuat Pro yek KPS layak
infrastruktur memberikan kompensasi berupa hak konsesi secara finansial.Lebih lanjut, dukungan kelayakan (VGF)
pengelolaan komersial sarana infrastruktur kepada sektor merupakan belanja APBN yang diberikan dalam bentuk tunaikepada
privat/swasta tersebut selama jangka waktu tertentu sesuai Proyek KPS atas porsi tertentu dari seluruh biaya konstruksi yang
dengan perjanjian kerjasama. Setelah masa konsesi ini selesai, tidak mendominasi. Biayakonstruksi yang dimaksudkan di sini
infrastruktur diserahkan kembali kepada pemerintah meliputi biaya konstruksi itu sendiri, biaya peralatan,
Ketidaklayakan proyek secara finansial ini pada umumnya biayapemasangan, biaya bunga atas pinjaman yang berlaku selama
bersumber dari beban investasi (biaya pembangunan/konstruksi) masa konstruksi dan biaya-biaya lainterkait konstruksi, namun
yang mahal karena teknologi yang digunakan yang tidak tidak termasuk biaya terkait pengadaan lahan dan insentif
dapatdikembalikan sepenuhnya oleh tarif layanan infrastruktur perpajakan.
yang dibatasi dengan kemampuanmembayar (ability to pay) Kriteria proyek KPS yang dapat mengajukan dukungan dana VGF
masyarakat. Dalam rangka mengatasi permasalahan ketidaklayakan antara lain sebagai berikut:
proyekinfrastruktur KPS secara finansial ini, pemerintah  Proyek KPS yang telah memenuhi kelayakan ekonomi tetapi
memberikan dukungan tunai kepada proyekinfrastruktur KPS belum memenuhi kelayakan finansial;

6-22
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
 Menerapkan prinsip pengguna membayar (tarif/user charge);
 Biaya investasi paling kurang senilai Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah);
 Badan Usaha Swasta Pemenang Lelang yang ditetapkan oleh
Pemerintah c.q. PJPK (PenanggungJawab Proyek Kerjasama)
melalui proses lelang yang terbuka dan kompetitif sesuai
denganperaturan tentang Kerja Sama Pemerintah dan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
 Perjanjian KPS mengatur skema pengalihan aset dan/atau
pengelolaannya dari Badan Usaha Penandatangan Perjanjian
Kerja Sama kepada Pemerintah c.q. PJPK pada akhir periode
kerjasama;
 Hasil Prastudi Kelayakan pada Proyek KPS tersebut harus (1)
mencantumkan pembagian risiko yang optimal antara
Pemerintah/PJPK dan Badan Usaha Penandatangan Perjanjian
Kerja Sama/Badan Usaha Pemenang Lelang; (2) menyimpulkan
bahwa Proyek KPS tersebut layak secara ekonomi, yang juga
meliputi aspek teknis, hukum, lingkungan, dan sosial; dan (3)
menunjukkan bahwa Proyek Kerja Sama tersebut menjadi
layak secara finansial dengan diberikannya dukungan
kelayakan VGF.
Dengan diberikannya dukungan tunai (VGF) tersebut oleh
pemerintah, biaya konstruksi dari proyekinfrastruktur akan turun
maksimal sebesar separuh dari yang seharusnya. Dengan
demikian,pengembalian investasi dari proyek akan dapat dicapai
oleh investor swasta karena beban biayakonstruksi, yang
seharusnya 100% merupakan tanggungan pihak swasta dan
tentunya harus kembalisesuai dengan ekspektasi keuntungan
swasta, akan menjadi berkurang. Oleh karena itu,
diharapkandengan pemberian dana VGF tersebut, minat swasta
untuk berinvestasi akan tumbuh sehinggaproyek -proyek KPS
infrastruktur akan banyak terbangun dan dapat melayani
kebutuhan masyarakat,serta mendukung pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.

6-23
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
KELEMBAGAAN
7 PENGELOLA KAWASAN
7.1. Proses Bisnis Pengembangan Infrastruktur Pada Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan dan Budaya
7.1.1 Proses Bisnis Pengembangan Keterpaduan Infrastruktur PUPR dan Non PUPR dengan Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
Pegunungan dan Budaya.
Proses bisnis pengembangan keterpaduan infrastruktur Kawasan Strategis
Pariwisata Pegunungan dan Budaya mengacu kepada keterpaduan
pengembangan infrastruktur Kawasan Strategis Pariwisata Pegunungan
dan Budayadengan Pengembangan Infrastruktur WPS. Proses Bisnis
pengembangan kepariwisataan pada simpul-simpul produksi pariwisata
KSPN Toraja adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan integrasi Infrastruktur PUPR (BM-CK-SDA dan
PnP) antar kawasan pariwisata di Destinasi Prioritas KSPN Toraja;
2. Mengembangkan konektifitas antar kawasan pariwisata KSPN
Toraja dengan Pemanfaatan berbagai Moda Transportasi, Baik
Moda Darat (Kendaraan Darat dan Kereta Api) serta Moda Udara
yaitu dengan Pesawat melalui pengembangan Buntu Kuni di Tana
Toraja;
3. Mengembangkan Jalur Konektivitas destinasi wisata di kawasan
pariwisata KSPN Toraja dengan kawasan kawasan Paririsata lainnya
seperti di Bali dan Manado;
4. Mengoptimalkan keberadaan Kawasan Industri dan kawasan
Ekonomi Khusus yang berada di sekitar KSPN Toraja sebagai
sumber wisatawan potensial bagi KSPN Toraja;
5. Mengembangkan sarana dan prasarana pada KSPN Toraja, seperti:
jaringan air bersih, listrik, dan telekomunikasi; dan keciptakaryaan,
perumahan dan permukiman.

Sumber : Hasil Observasi, 2016

7-1
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
6.

Proses Bisnis dan Kebutuhan Dukungan Infrastruktur terhadap Simpul Industri KSPN TORAJA
7-2
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
7.2. Kelembagaan Pengelola Kawasan
7.2.1. Lembaga Pengelola Perencanaan dan Pemrograman Kawasan
Ketersediaan infrastruktur yangberkualitas merupakan salah satu faktor g. Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah/negara, disamping faktor Usaha.
kualitas lingkungan, “image” dan budaya masyarakat. Selanjutnya, kinerja
infrastruktur menjadi faktor kunci dalam penentuan daya saing global, selain Lingkup Investasi
faktor ekonomi makro, efisiensi pemerintahan dan efisiensi usaha.
Didalam pembiayaan investasi infrastruktur di dalam kawasan pengembangan
WPS 9 maka sesuai dengan amanat Undang-Undang dan Pertaturan yang
menaungi nya maka bisa melalui sebuah lembaga pusat investasi pemerintah
dimana dimaksudkan sebagai upaya percepatan penyelenggaraan infrastruktur
berkelanjutan. Pusat Investasi Pemerintah (PIP) merupakan satuan kerja yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU),
berdiri sejak 2007 sebagai operator investasi Pemerintah yang berkedudukan di
bawah Menteri Keuangan.
Ruang lingkup investasi Pemerintah meliputi Investasi Jangka Panjang berupa
pembelian surat berharga, serta Investasi Langsung meliputi penyertaan modal
dan pemberian pinjaman. Ruang lingkup pengelolaannya meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan
investasi dan divestasi.
Sejak berdiri tahun 2007, setiap tahunnya dan yang terakhir tahun 2010, Laporan
Keuangan PIP diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) atau Unqualified Opinion.
PIP memiliki visi “Menjadi lembaga investasi Pemerintah kelas dunia yang
mengedepankan kepentingan nasional.” Dan misi “Menstimulasi pertumbuhan
ekonomi nasional melalui investasi di berbagai sektor strategis yang memberikan
imbal hasil optimal dengan risiko yang terukur.” Berdasarkan PP Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah,
Dalam melaksanakan kegiatan investasi, PIP berlandaskan pada peraturan Investasi Pemerintah dilakukan dalam bentuk Investasi Surat Berharga
perundangundangan berikut: dan Investasi Langsung. Investasi Surat Berharga meliputi investasi
a. UUD RI Tahun 1945 dengan cara pembelian saham dan surat utang. Sementara Investasi
b. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Langsung meliputi Penyertaan Modal dan/atau Pemberian Pinjaman.
c. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Investasi Langsung dilakukan dengan cara kerjasama investasi antara PIP
d. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dengan Badan Usaha dan/atau BLU dengan pola Kerjasama Pemerintah
e. PP No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership atau PPP) dan/atau antara PIP
f. Peraturan Menteri Keuangan No. 135 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata dengan Badan Usaha, BLUD, Pemprov/Pemkab/Pemkot, BLUD, dan/atau
Kerja Pusat Investasi Pemerintah. badan hukum asing dengan pola selain PPP (Non-PPP).

7-3
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Bidang Investasi Mitra Kerja PIP

7-4
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Sumber Dana PIP pembangunan infrastruktur di Indonesia akan Keterangan:
Untuk melaksanakan kegiatan investasi teratasi dengan peran serta PIP. 1) Kepala Daerah/Kementerian/ Lembaga
Pemerintah, PIP memperoleh dana yang Sesuai dengan Perpres 67 Tahun 2005 tentang melakukan MoU dengan PIP untuk
bersumber dari: Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan lahan proyek KPS.
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah 2) Sebelum dilakukan pengadaan tanah, PIP dan
(APBN) dengan Perpres 13 tahun 2010 tentang Perubahan Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga
b. Keuntungan investasi terdahulu atas Peraturan Presiden RI Nomor 67 Tahun 2005 membuat perjanjian investasi untuk
c. Amanah pihak lain tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan penyediaan lahan proyek KPS dengan
d. Sumber lainnya yang sah. Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, peluang PIP ketentuan:
dalam investasi dengan pola PPP adalah melalui 4  Perjanjian investasi dengan
Peran PIP Dalam Proyek Infrastruktur (empat) pola sebagai berikut. Kementerian/Lembaga secara hukum tidak
dengan Pola Kerjasama Pemerintah dan a. Pola investasi penyediaan lahan infrastruktur bisa dilakukan karena tidak sesuai dengan
Swasta (KPS) atau Public Private Partnership b. Pola investasi konstruksi infrastruktur PP No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi
(PPP) c. Pola investasi joint venture/patungan dengan Pemerintah, sehingga perlu ada Badan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 badan usaha Layanan Umum(BLU).
Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, dalam d. Pola investasi persiapan proyek. Kementerian/Lembaga yang menjadi pihak
melakukan investasi Pemerintah, PIP dapat lainnya yang bekerjasama dengan PIP;
melakukan kerjasama investasi dengan Badan Alternatif Peluang Skema Pembiayaan  Perjanjian investasi dengan Pemda/BUMN
Usaha dan/atau BLU dengan pola Public Private Melalui PIP Untuk Proyek Infrastruktur (karena Undang-Undang) dapat dilakukan
Partnership (PPP) atau Non-Public Private Dengan Pola KPS secara langsung.
Partnership (Non-PPP). Skema 1–Penyediaan Lahan Infrastruktur 3) BLU Kementerian/Lembaga atau Pemda
Pada tanggal 18 Agustus 2010, Menteri Keuangan, melakukan pengadaan lahan bersama dengan
Kepala Bappenas, dan Kepala BKPM Tim Pengadaan Tanah (TPT) dengan
menandatangani Nota Kesepahaman tentang dukungan dana investasi dari PIP.
Koordinasi, Fasilitasi, dan Pemberian Dukungan 4) Setelah proses pengadaan tanah selesai
Pelaksanaan Percepatan Realisasi Proyek Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga
Kerjasama Pemerintah dengan Badan usaha Dalam melakukan pelelangan umum (tender).
Penyedia Infrastruktur. Nota Kesepahaman ini 5) Proses tender sampai penetapan pemenang
dibuat dengan sasaran untuk mengakselerasi (contract agreement) ditetapkan oleh Kepala
realisasi proyek PPP di bidang infrastruktur. Di Daerah/Kementerian/Lembaga.
dalam nota kesepahaman tersebut disebutkan 6) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga
bahwa PIP memiliki tugas memfasilitasi membuat Perjanjian Kerjasama I nvestasi
pelaksanaan proyek PPP melalui kegiatan dengan badan usaha pemenang tender.
penyediaan dana talangan untuk dukungan 7) Badan usaha mengembalikan dana
Pemerintah. Dengan ditandatanganinya nota pengadaan lahan kepada BLU
kesepahaman tersebut, kendala pendanaan dalam Kementerian/Lembaga.

7-5
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
8) BLU Kementerian/Lembaga mengembalikan dana ke PIP. Skema 3 – Pembiayaan Melalui Joint Venture dengan Badan Usaha

Skema 2 – Pembiayaan Dalam Konstruksi Infrastruktur


Keadaan: Pengadaan tanah sudah selesai dilakukan oleh Pemerintah.

Keadaan : Pengadaan tanah sudah selesai dilakukan oleh Pemerintah.


Keterangan:
1) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga melakukan MoU dengan PIP untuk
pemberian dukungan proyek KPS. Dalam MoU disebutkan bahwa PIP siap
Keterangan: untuk menjadi mitra dengan memiliki saham sebesar tertentu dari total nilai
1) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga selaku contracting agency proyek yang ditenderkan, siapapun pemenangnya nanti.
melakukan tender (pelelangan umum) proyek KPS. 2) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga selaku contracting agency melakukan
2) Setelah melalui proses tender, Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga tender (pelelangan umum) proyek KPS. Dalam tender ini diumumkan bahwa
menetapkan badan usaha pemenang tender. PIP akan berkontribusi sebesar persentase tertentu dengan siapapun
3) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga membuat Perjanjian Kerjasama I pemenangnya.
nvestasi dengan badan usaha pemenang tender. 3) Setelah melal ui proses tender, Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga
4) Badan usaha pemenang tender mengajukan proposal investasi untuk menetapkan badan usaha pemenang tender.
menutupi kebutuhan dana konstruksi atau pengadaan lahan (sesuai 4) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga membuat Perjanjian Kerjasama I
dengan mekanisme yang sudah berjalan selama ini) ke PIP. nvestasi dengan badan usaha pemenang tender
5) Badan usana pemenang tender melakukan kerjasama dengan PIP dengan 5) Badan usaha pemenang tender membuat kerjasama investasi dengan PIP
menandatangani Perjanjian Investasi. sesuai dengan proporsi yang sudah ditentukan sebelum tender.

7-6
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Skema 4 – Pembiayaan Persiapan Proyek Skema 5 – Pembiayaan Melalui Kesepakatan PIP, Government
Contracting Agency (GCA), dan Badan usaha (Di luar mekanisme
Perpres No. 67 Tahun 2005 jo. Perpres 13 Tahun 2010)

Keterangan:
1) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga melakukan MoU dengan PIP dalam
rangka proyek KPS kemudian dituangkan dalam bentuk perjanjian investasi
yang akan menginisiasi proyek mulai dari tahapan persiapan proyek sampai
dihasilkan studi kelayakan yang nanti siap untuk ditenderkan.
2) Sesuai perjanjian investasi, PIP bekerjasama dengan
KepalaDaerah/Kementerian/Lembaga untuk membiayai proses persiapan
proyek dimaksud.
3) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga selaku contracting agency melakukan
tender (pelelangan umum) proyek KPS.
Keadaan : Pengadaan tanah sudah selesai dilakukan oleh pemerintah.
4) Setelah melal ui proses tender, Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga
Keterangan:
menetapkan badan usaha pemenang tender.
1) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga melakukan MoU dengan PIP untuk
5) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga membuat Perjanjian Kerjasama I
pelaksanaan proyek KPS.
nvestasi dengan badan usaha pemenang tender.
2) PIP melakukan penilaian kelayakan. Manajemen risiko, dan due diligence
6) Badan usaha pemenang tender mengembalikan dana beserta bunganya yang
atas rencana kerjasama pembiayaan proyek KPS.
telah dikeluarkan untuk biaya persiapan proyekkepada
3) PIP dapat menggandeng mitra/investor lainnya untuk bekerjasama dalam
Kepala
pembiayaan proyek KPS.
Daerah/Kementerian/Lembaga.
4) PIP melakukan perjanjian kerjasama dengan badan usaha untuk
7) Kepala Daerah/Kementerian/Lembaga mengembalikan dana yang telah
pembiayaan proyek KPS tan pa tender.
dikeluarkan PIP d itambah success fee.

7-7
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
Portofolio PIP
Investasi Pemerintah yang telah dilaksanakan oleh PIP antara lain:
1. Saham, surat berharga (saham) portofolio investasi di pasar modal dalam
rangka stabilisasi bursa pada tahun 2009.
2. Pinjaman, land acquisition fund untuk pembangunan jalan tol, pinjaman
modal kerja konstruksi pada beberapa BUMN karya, dan pinjaman daerah
untuk pembangunan infrastruktur dasar seperti pasar, rumah sakit, jalan dan
jembatan, irigasi, dan lain sebagainya.
Pinjaman daerah telah diberikan kepada
a. Pemprov Sulawesi Tenggara untuk pembangunan pengembangan gedung
dan prasarana rumah sakit.
b. Pemkot Surakarta untuk pembangunan pengembangan rumah sakit Dr.
Moewardi.
c. Pemkab Muko-Muko untuk pembangunan rumah sakit.
3. Equity -* Pendirian PT Indonesia Green Investment (investasi di bidang
ramah lingkungan), pembelian 7% saham divestasi PT Newmont Nusa
Tenggara.
Investasi pada sektor renewable energy, antara lain untuk hydro power
dan waste to energy. Pada tahun 2011, PIP juga menerima penugasan dari
Pemerintah untuk melakukan pengelolaan dana geothermal yang setiap
tahunnya akan dialokasikan dalam APBN.
4. Contoh Dalam proyek PPP, partisipasi PIP yaitu dengan memberikan bridging
finance dalam rangka pembebasan lahan jalan tol.
a. Periode 2007 s.d. 2010, PIP bekerjasama dengan Badan Layanan Umum
Badan Pengatur Jalan Tol (BLU-BPJT) dalam rangka penyediaan tanah jalan
tol (khususnya jalan tol TransJawa). Kerjasama PIP-BPJT ini telah berakhir
pada tahun 2010 karena BPJT mendapatkan alokasi dana dari APBN 2010
sebagai dana bergulir pembebasan lahan jalan tol.
b. Pada tahun 2011, PIP melakukan penandatanganan MoU dengan BPJT
untuk memberikan dana talangan untuk pembebasan lahan jalan tol. Sampai
dengan disusunnya materi Buku Konstruksi Indonesia 2011 ini, PIP telah
memberikan dana talangan untuk ruas jalan tol Depok-Antasari, Serpong-
Kunciran, dan KunciranCengkareng, dan JORR-W2 Utara.

7-8
KSPN TORAJA
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU KAWASAN STRATEGI PARIWISATA PEGUNUNGAN DAN BUDAYA
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Anda mungkin juga menyukai