Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nya laporan Pendahuluan ini dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelengkapan dokumen dari
pelaksanaan Pekerjaan Survei Identifikasi Kawasan Kumuh di Wilayah
Mandailing Godang yang dilakukan oleh Tim Konsultan sebagai bentuk
kerja sama dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Mandailing Natal.
Materi yang terdapat dalam Pendahuluan ini terdiri dari 4 bab yang
berisikan materi tentang, Pendahuluan, Tinjauan Kebijakan, Gambaran
Umum Wilayah Perencanaan, dan Pendekatan, Metodologi dan Rencana
Kerja serta Penutup.
Medan, 2021
TIM PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... I-1
I.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN .............................................. I-4
I.2.1 Maksud ........................................................................... I-4
I.2.2 Tujuan ............................................................................. I-4
I.2.3 Sasaran ........................................................................... I-5
I.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN........................................................ I-5
I.4 KELUARAN...................................................................................... I-8
I.5 LANDASAN HUKUM ...................................................................... I-9
I.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ....................................................... I-10
ii
II.3.1 Ketidakteraturan Bangunan ............................................. II-5
II.3.2 Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang
Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Rencana Tata
Ruang Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi
Yang Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Rencana
Tata Merupakan Kondisi Bangunan Gedung Pada
Perumahan Dan Permukiman Dengan: ................ II-5
II.3.3 Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung ................................................... II-5
II.3.4 Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan ...
...................................................................................... II-6
II.3.5 Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air
Minum .......................................................................... II-6
II.3.6 Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase
Lingkungan ................................................................. II-7
II.3.7 Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air
Limbah ......................................................................... II-8
II.3.8 Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan
Persampahan ............................................................. II-8
II.3.9 Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran
.................................................................................... II-10
II.3.10 Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
disesuaikan dengan ketentuan dalam peraturan
perundangan-undangan. ..................................... II-11
II.4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MANDAILING
NATAL .......................................................................................... II-27
II.4.1 Struktur Ruang ............................................................ II-28
II.4.2 Pola Ruang ................................................................. II-29
II.4.3 Kebijakan Kawasan Peruntukan permukiman...... II-29
iii
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
III.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL ......... III-1
III.1.1 Kondisi Fisik Dasar ........................................................ III-1
III.1.2 Kondisi Kependudukan .............................................. III-6
III.1.3 Topografi ...................................................................... III-9
III.1.4 Hidrologi ..................................................................... III-13
III.1.5 Geologi....................................................................... III-15
III.2 GAMBARAN UMUM KECAMATAN SIABU............................... III-20
III.2.1 Letak dan Administrasi Kecamatan Siabu ........... III-20
III.2.2 Kondisi Kependudukan Kecamatan Siabu .......... III-22
III.2.3 Struktur Penduduk di Lihat dari Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur....................................................... III-24
III.2.4 Kondisi Fasilitas........................................................... III-25
iv
IV.2.7 Penyusunan Profil Kawasan Kumuh ...................... IV-34
IV.2.8 Kondisi Drainase Lingkungan ................................. IV-37
IV.3 METODE SURVEI ....................................................................... IV-41
IV.3.1 Survei Instansional (Data Sekunder) ..................... IV-41
IV.3.2 Metode Survei Data Primer .................................... IV-42
IV.4 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................... IV-47
IV.5 PELAPORAN.............................................................................. IV-48
IV.6 SUSUNAN TIM STRUKTUR ORGANISASI PEKERJAAN ............. IV-49
BAB V PENUTUP
V.1 KESIMPULAN ................................................................................ V-1
V.2 SARAN DAN TINDAK LANJUT ..................................................... V-1
LAMPIRAN 1
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel III.13. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2020
............................................................................................ III-24
Tabel III.14. Jumlah Fasilitas Pendidikan Kecamatan Siabu .......... III-26
Tabel III.15. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Siabu ...... III-27
Tabel III.16. Jumlah Peribadatan di Kecamatan Siabu ................. III-29
Tabel III.17. Sarana Transportasi Antar Desa/Kelurahan ................ III-30
Tabel III.18. Jenis Permukaan Jalan Kecamatan Siabu ................. III-31
Tabel III.19. Jaringan Telepon Kecamatan Siabu ........................... III-32
Tabel III.20. Kegiatan Usaha ............................................................... III-34
Tabel IV.1. Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh .......................... IV-7
Tabel IV.2. Kriteria, Indikator Dan Parameter Kawasan Kumuh ..........
........................................................................................... IV-17
Tabel IV.3 Formulasi Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala
Prioritas Penanganan .................................................... IV-25
Tabel IV.4 Jadwal Pelaksanaan Survei Identifikasi Kawasan Kumuh
Wilayah Mandailing Godang....................................... IV-48
viii
DAFTAR PETA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
I-1
kawasan permukiman kumuh umumnya berada di lahan dengan
peruntukan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan tata ruang yang
seharusnya. Artinya, penduduk yang bertempat tinggal di kawasan
permukiman kumuh tinggal dan beraktivitas di area yang tidak layak dan
bahkan dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif. Padahal
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1 menyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Dijelaskan juga pada Undang-undang PKP bahwa
rumah dan permukiman yang layak merupakan kebutuhan dasar manusia
dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak
serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia
Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri dan produktif. Dalam hal ini
negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia
melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak
dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan.
I-2
kawasan permukiman kumuh dan seluruh wilayah dapat mengakses
sanitasi yang layak).
I-3
berdampak pada buruknya kondisi kesehatan masyarakat, munculnya
sumber pencemaran dan sumber penyebaran penyakit serta berpotensi
menimbulkan adanya konflik sosial maupun penyimpangan sosial lainnya.
Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan tersebut perlu untuk
ditangani karena secara lebih makro permukiman kumuh dapat
berdampak buruk bagi produktivitas suatu wilayah.
I.2.1 Maksud
I.2.2 Tujuan
I-4
(1) Sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas permukiman
perkotaan; dan
I.2.3 Sasaran
I-5
pemilihan lokasi kawasan permukiman kumuh yang memerlukan
penanganan dan prioritas di Wilayah Mandailing Godang yang Terpusat
di Kecamatan Siabu adalah sebagai berikut:
(8) Kawasan permukiman yang 60% areanya terdiri dari rumah yang
tidak atau kurang layak huni; dan
I-6
(a) Melakukan studi pustaka materi terkait Survei Identifikasi
Kawasan Kumuh di Wilayah Mandailing Godang yang Terpusat
di Kecamatan Siabu sesuai kerangka acuan yang telah
ditetapkan;
I-7
(a) Metode kompilasi data yang akan digunakan pada kegiatan
Survei Identifikasi Kawasan Kumuh di Wilayah Mandailing
Godang terdiri dari:
I.4 KELUARAN
Output dari kegiatan ini adalah dokumen hasil Kegiatan Survei Identifikasi
Kawasan Kumuh di Wilayah Mandailing Godang dengan penjabaran
sebagai berikut:
(2) Flash Disk (Soft Copy) berisi seluruh laporan dan data-data visual.
I-8
I.5 LANDASAN HUKUM
I-9
(10) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh;
BAB 1 PENDAHULUAN
I-10
BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
BAB 5 PENUTUP
Pada bab Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran
I-11
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
II.1 ISTILAH DAN DEFINISI
(1) Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi
lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
II-1
(7) Bangunan adalah suatu perwujudan arsitektur yang digunakan
sebagai wadah kegiatan manusia.
(8) Ruang Terbuka Hijau, yang selanjutnya disebut RTH, adalah ruang-
ruang dalam kabupaten/kota dalam bentuk area/kawasan maupun
memanjang/jalur yang di dominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk
fungsi perlindungan habitat tertentu, dan/atau sarana kota,
dan/atau pengaman jaringan prasarana, dan/atau budidaya
pertanian.
(9) Garis Sempadan Jalan, yang selanjutnya disebut GSJ, adalah garis
rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana kabupaten/kota.
(12) Jalan Arteri Primer menghubungkan secara berdaya guna antar PKN
atau antara PKN dengan PKW dan antar kota yang melayani
kawasan berskala besar dan atau cepat berkembang dan atau
pelabuhan-pelabuhan utama.
(14) Jalan Lokal Sekunder atau Jalan Lokal adalah jaringan jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan
atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan;
II-2
(15) Jalan Lingkungan Sekunder adalah jaringan jalan yang
menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan;
(16) Air Bersih adalah air yang mutunya disarankan memenuhi syarat-
syarat sebagai air minum seperti ditetapkan dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) 0220- 1987–M tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum;
(17) Air Buangan limbah adalah semua jenis air buangan yang berasal
dari kegiatan rumah tangga maupun non rumah tangga dan industri;
(18) Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sistem pengolahan air yang
terdiri dari unit-unit pengolahan yang dimaksudkan untuk
memperbaiki kualitas air baku menjadi air bersih;
(20) Tangki Septik adalah sebuah bak yang terbuat dari bahan yang rapat
air, berfungsi sebagai bak pengendap yang ditujukan untuk
menampung kotoran padat untuk mendapatkan suatu pengolahan
secara biologis oleh bakteri dalam waktu tertentu;
II-3
permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat. Pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni
dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan
kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.
II-4
II.3.1 Ketidakteraturan Bangunan
II-5
(3) Keselamatan bangunan gedung;
II-6
(2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai
Standar Yang Berlaku.
(4) Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair
di Dalamnya.
II-7
(5) Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk
(1) Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis
yang berlaku sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan
standar teknis yang berlaku merupakan kondisi dimana pengelolaan
air limbah pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak
memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik,
komunal maupun terpusat.
(4) Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik; atau
II-8
(2) Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan
persyaratan teknis merupakan kondisi dimana prasarana dan sarana
persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak
memadai sebagai berikut:
II-9
kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan tidak dilaksanakan baik berupa :
(a) Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau,
sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,
reservoir air, mobil tangki air dan hidran);
(c) Sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai
untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada
masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran;
dan/atau
II-10
(a) Alat pemadam api ringan (apar);
II-11
(c) Jarak Bebas Antar bangunan:
II-12
Tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh
aktivitas informal sebagai pendukung dari aktivitas formal
yang diwadahi dalam ruang/bangunan, untuk
menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.
Perabot jalan
II-13
dalamnya di luar bangunan rumah tinggal tunggal dan
deret. Elemen pengendalian dampak lingkungan adalah
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL/UPL).
II-14
rumah tinggal tunggal dan rumah deret), persyaratan jalan
ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran,
persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan
sistem peringatan bahaya, persyaratan komunikasi dalam
Bangunan Gedung, persyaratan instalasi bahan bakar gas
dan manajemen penanggulangan kebakaran.
II-15
Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak
pribadi pengguna yang di dalam melaksanakan
kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan
Gedung lain di sekitarnya.
II-16
Perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan
dalam skala kawasan.
- Baik : IRI ≤ 4
- Baik : IRI ≤ 8
- Baik : IRI ≤ 10
II-17
Syarat kesehatan air minum sesuai peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
(c) SPAM
SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik
dari prasarana dan sarana air minum yang unit distribusinya
melalui perpipaan dan unit pelayanannya menggunakan
sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran umum,
dan hidran kebakaran.
- Mata air
- Air tanah
- Air hujan
II-18
Unit produksi dengan kapasitas rencana 120% dari kebutuhan
rata - rata, dengan komponen
- Sambungan rumah
- Hidran umum
- Hidran kebakaran
SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non
fisik dari prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual,
komunal, maupun komunal khusus yang unit distribusinya
dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan
tidak termasuk dalam SPAM. SPAM BJP meliputi :
IPA sederhana
II-19
Terminal Air (mobil tangki / tangki air)
Gorong-gorong
Siphon
Street Inlet
Pompa
Pintu Air
II-20
(c) Prasarana Drainase
Sumur Resapan
II-21
(a) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah.
MCK Umum
Sambungan Rumah
Lubang Inspeksi
Pipa retikulasi.
Pipa induk
Bangunan Pelengkap
Zona Penyangga
- MCK Umum
II-22
Cubluk
Biofilter
Truk tinja
Zona Penyangga
(a) Pemilahan
II-23
Sampah yang dapat didaur ulang
Sampah lainnya
(b) Pengumpulan
(c) Pengangkutan
(d) Pengolahan
Kantong Sampah
Bak Sampah
Kontainer sampah
Gerobak Sampah
Motor Sampah
Perahu/Sampan Sampah
II-24
(c) Sarana Pengangkutan
Dump Truck
Armroll Truck
Compactor Truck
Trailer Truck
II-25
(b) Sarana Proteksi Kebakaran
Mobil pompa.
II-26
II.4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MANDAILING NATAL
II-27
kuantitas yang cukup, namun juga kualitas yang layak (transportasi yang
cepat, aman, handal, dan terjangkau serta ketersediaan energi dan
telekomunikasi yang dapat diandalkan).
II-28
kegiatan lokal, pusat pelayanan kawasan, dan pusat pelayanan
lingkungan, yaitu: a. PKL Siabu, Panyabungan, Kotanopan, dan Natal; b.
PPK Bukit Malintang, Lembah Sorik Marapi, Muarasipongi, Linggga Bayu,
dan Batahan; c. PPL Panyabungan Utara, Naga Juang, Huta Bargot,
Panyabungan Timur, Panyabungan Barat, Panyabungan
Selatan,Tambangan, Puncak Sorik Marapi, Ulu Pungkut, Pakantan, Batang
Natal, Ranto Baek,Sinunukan dan Muara Batang Gadis.
II-29
(1) Terciptanya kegiatan permukiman yang memiliki aksesibilitas dan
pelayanan infrastruktur yang memadai sehingga perlu disesuaikan
dengan rencana struktur tata ruangnya dan tingkat pelayanan
wilayah (struktur/hierarki kota);
II-30
(3) Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan
terjangkau oleh sarana transportasi umum;
(7) Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap
bangun (lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah;
penyelenggaraan pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.
(2) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air
antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
(3) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi,
abrasi);
II-31
Kawasan permukiman dan budidaya lainnya, diarahkan untuk
menyediakan ruang bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam
serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan
masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya
adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam, untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan kawasan
permukiman dilakukan dalam kesatuan konsep pengembangan kawasan
yang antisipatif terhadap kemungkinan bencana, yaitu berada pada
akses kawasan-kawasan penyelamatan.
II-32
perkotaan juga identik dengan keberadaan pedagang kaki lima
(PKL), maka dalam pengaturannya perlu penataan dan
pembangunan kawasan pedagang kaki lima tersebut.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan terutama
diarahkan pada kawasan pusat-pusat pelayanan, yaitu pada setiap
ibukota Kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman
perkotaan utama direncanakan di Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam
hal ini adalah ibukota Kecamatan Siabu, Kecamatan Panyabungan,
Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Natal, serta di pusat-pusat
pelayanan kawasan (PPK) yaitu di Kecamatan Bukit Malintang,
Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kecamatan Muara Sipongi,
Kecamatan Lingga Bayu dan Kecamatan Batahan.
II-33
BAB III
GAMBARAN UMUM
WILAYAH
PERENCANAAN
III.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL
III-1
12 Tahun 1998, Kabupaten Mandailing Natal yang dikenal dengan
sebutan MADINA, terdiri dari atas 8 (delapan) kecamatan.
III-2
Luas
No. Kecamatan Ibu Kota Persentase
Area/Km²
12 Pakantan Pakantan 93,6 1,41
13 Panyabungan Panyabungan 259,77 3,92
14 Panyabungan Selatan Tano Bato 87,6 1,32
15 Panyabungan Barat Longat 87,22 1,32
16 Panyabungan Utara Mompang 63,73 0,96
17 Panyabungan Timur Gunung Baringin 397,87 6,01
18 Huta Bargot Bangun Sejati 116,21 1,76
19 Natal Pasar Natal 935,37 14,13
20 Muara Batang Gadis Singkuang 1.435,02 21,67
21 Siabu Siabu 345,36 5,22
22 Bukit Malintang Bukit Malintang 68,74 1,04
23 Naga Juang Banua Simanosor 58,69 0,89
Jumlah 6.620,70 100
Sumber : BPS Kabupaten Mandailing Natal, 2021
III-3
Peta III.1. Orientasi Kabupaten Mandailing Natal
III-4
Peta III.2 Batas Administrasi Kabupaten Mandailing Natal
III-5
III.1.2 Kondisi Kependudukan
III-6
kecamatan-kecamatan dengan akses lintasan regional, yaitu di
sepanjang Jalur Lintas Tengah serta jalan penghubung Jalur Lintas
Tengah Sumatera dan Pantai Barat. Sedangkan kecamatan-
kecamatan yang masih mengalami keterbatasan prasarana jalan
memiliki konsentrasi penduduk yang rendah. Lihat Tabel III.3.
III-7
Tabel III.4. Kepadatan Penduduk Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2019
Kepadatan
Persentase
No. Kecamatan Jumlah (Jiwa) Penduduk
Penduduk
Km²
Tabel III.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis
Kelamin Tahun 2020 di Kabupaten Mandailing Natal
Jenis Kelamin Rasio
No. Kecamatan Jumlah Jenis
Laki-laki Perempuan
Kelamin
1 Batahan 11.393 11.116 22.509 102.5
2 Sinunukan 11.020 10.507 21.527 104.9
3 Batang Natal 12.737 12.596 25.333 101.1
III-8
Jenis Kelamin Rasio
No. Kecamatan Jumlah Jenis
Laki-laki Perempuan
Kelamin
4 Lingga Bayu 13.893 13.683 27.576 101.5
5 Ranto Baek 7.172 6.913 14.085 103.7
6 Kotanopan 13.684 14.187 27.871 96.5
7 Ulu Pungkut 2.338 2.336 4.674 100.1
8 Tambangan 5.246 5.667 10.913 92.6
9 Lembah Sorik Marapi 5.396 5.572 10.968 96.8
10 Puncak Sorik Marapi 4.468 4.507 8.975 99.1
11 Muara Sipongi 6.283 6.245 12.528 100.6
12 Pakantan 1.142 1.080 2.222 105.7
13 Panyabungan 44.533 46.516 91.049 97.8
14 Panyabungan Selatan 5.002 5.321 10.323 94.0
15 Panyabungan Barat 5.256 5.421 10.677 97.0
16 Panyabungan Utara 11.221 11.352 22.573 98.8
17 Panyabungan Timur 7.112 7.102 14.214 100.1
18 Huta Bargot 4.316 4.432 8.748 97.4
19 Natal 17.113 16.784 33.897 102.0
20 Muara Batang Gadis 11.412 10.910 22.322 104.6
21 Siabu 26.048 27.238 53.286 95.6
22 Bukit Malintang 6.297 6.474 12.771 97.3
23 Naga Juang 2.396 2.449 4.845 97.8
Jumlah 235.478 237.408 472.886 99.2
Sumber : BPS Kabupaten Mandailing Natal, 2021
Tabel III.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis
Kelamin Dirinci Menurut Kecamatan Wilayah Studi
Jenis Kelamin
No. Kecamatan Jumlah Rasio Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Kotanopan 13.684 14.187 27.871 96.5
2 Siabu 26.048 27.238 53.286 95.6
3 Natal 17.113 16.784 33.897 102.0
Sumber : BPS Kabupaten Mandailing Natal, 2021
III.1.3 Topografi
III-9
Daerah Kabupaten Mandailing Natal dibedakan menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu :
(3) Dataran Tinggi, kemiringan 150 – 400. Dataran tinggi terdiri 2 jenis,
yaitu :
III-10
No. Kecamatan Topografi
5 Muarasipongi Berbukit s/d Pegunungan
6 Natal Datar s/d Bergelombang
7 Batahan Datar s/d Bergelombang
8 Muara Batang Gadis Datar s/d Bergelombang
9 Bukit Malintang Datar s/d Berbukit
10 Panyabungan Utara Datar s/d Berbukit
11 Panyabungan Timur Berbukit s/d Pegunungan
12 Panyabungan Selatan Berbukit s/d Pegunungan
13 Panyabungan Barat Datar s/d Berbukit
14 Lembah Sorik Marapi Berbukit s/d Pegunungan
15 Tambangan Berbukit s/d Pegunungan
16 Ulu Pungkut Berbukit s/d Pegunungan
17 Lingga Bayu Bergelombang s/d Berbukit
18 Ranto Baek Bergelombang s/d Berbukit
19 Sinunukan Datar s/d Bergelombang
20 Huta Bargot Datar s/d Berbukit
21 Pakantan Berbukit s/d Pegunungan
22 Puncak Sorik Marapi Berbukit s/d Pegunungan
23 Naga Juang Datar s/d Berbukit
Sumber : BPS Kabupaten Mandailing Natal, 2021
III-11
Kemiringan lahan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas sebagai
berikut :
III-12
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur
yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan yang berkembang secara
genetik. Ada beberapa faktor pembentuk tanah antara lain berupa
batuan induk, umur, topografi, iklim dan vegetasi. Interaksi dari faktor-faktor
pembentukan tanah ini menghasilkan jenis-jenis tanah yang berbeda. Sifat
fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan
sesuai dengan kemampuannya yang dibebankan kepadanya.
(4) Podsolik merah kekuningan dan litosol, seluas 76.900 ha (11,92%) yang
dominan terdapat di Kecamatan Natal.
III.1.4 Hidrologi
III-13
listrik (hydromini) dan untuk irigasi. Alur sungai senantiasa bergerak secara
horisontal dan jalur sungai berpindah-pindah (bergerak) secara terus-
menerus pula.
(2) Sungai Batang Batahan mengalir mulai dari Kecamatan Batang Natal
dan bermuara di Kecamatan Batahan;
(3) Sungai Batang Natal mengalir mulai dari Kecamatan Batang Natal
dan bermuara di Kecamatan Batahan;
III-14
(6) Sungai Batang Toru mengalir dan bermuara di Kecamatan Muara
Batang Gadis.
III.1.5 Geologi
III-15
mencapai 1700 m. Sebagian besar lantai graben ditempati oleh endapan
aluvial.
III-16
Peta III.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Mandailing Natal
III-17
Peta III.4 Ketinggian Kabupaten Mandailing Natal
III-18
Peta III.5 Geologi Kabupaten Mandailing Natal
III-19
III.2 GAMBARAN UMUM KECAMATAN SIABU
III-20
Rasio terhadap
No. Desa Luas Ha
Luas Kecamatan
1 Pintu Padang Julu 181,92 4,00
2 Huta Baringin 50,68 0,15
3 Pintu padang Jae 345,81 0,42
4 Sinonoan 56,17 0,16
5 Aek Mual 128,95 0,37
6 Lumban Dolok 765,36 8,01
7 Tangga Bosi I 155,37 0,45
8 Huta Godang Muda 973,32 2,82
9 Muara Batang Angkola 8.575,36 1,67
10 Huraba I 929,61 5,59
11 Simaninggir 164,19 1,06
12 Siabu 2.824,23 8,18
13 Bonan Dolok 2.058,27 5,96
14 Lumban Pinasa 115,49 0,33
15 Simangambat 6.028,17 13,40
16 Huta Puli 2.156,58 6,24
17 Huta Raja 1.275,81 3,69
18 Sibaruang 1.858,32 5,38
19 Sihepeng 547,23 1,58
20 Tanjung Sialang 424,29 1,23
21 Tangga Bosi II 333,73 3,86
22 Tangga Bosi III 1.278,08 15,28
23 Huraba II 219,93 1,23
24 Sihepeng Sada 571,47 1,65
25 Sihepeng Dua 595,25 1,72
26 Sihepeng Tolu 601,53 1,74
27 Sihepeng Opat 589,64 1,71
28 Sihepeng Lima 733,72 2,12
Jumlah 34.536 100
Sumber : kecamatan dalam angka,2021
III-21
Tabel III.10. Luas Desa/Kelurahan Ter-Identifikasi Kawasan Kumuh
No. Desa Luas Ha
1 Pintu padang Jae 345,81
2 Lumban Dolok 765,36
3 Muara Batang Angkola 8.575,36
4 Huraba I 929,61
5 Siabu 2.824,23
6 Bonan Dolok 2.058,27
7 Simangambat 6.028,17
8 Huta Puli 2.156,58
9 Huta Raja 1.275,81
10 Tangga Bosi III 1.278,08
11 Sihepeng Sada 571,47
12 Sihepeng Dua 595,25
13 Sihepeng Tolu 601,53
14 Sihepeng Opat 589,64
15 Sihepeng Lima 733,72
Jumlah 29328,89
Sumber : Kecamatan Dalam Angka,2021
III-22
Tabel III.11. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2020
Jumlah Kepadatan
No. Desa Luas Ha Penduduk Penduduk
(Jiwa) Jiwa/Km²
1 Pintu Padang Julu 181,92 1.859 1.021,88
2 Huta Baringin 50,68 1.120 2.209,94
3 Pintu padang Jae 345,81 843 243,78
4 Sinonoan 56,17 1.168 2.079,40
5 Aek Mual 128,95 468 362,93
6 Lumban Dolok 765,36 4.565 596,45
7 Tangga Bosi I 155,37 881 567,03
8 Huta Godang Muda 973,32 3.883 398,94
9 Muara Batang Angkola 8.575,36 958 11,17
10 Huraba I 929,61 2.420 260,32
11 Simaninggir 164,19 1.173 714,42
12 Siabu 2.824,23 3.729 132,04
13 Bonan Dolok 2.058,27 2.760 134,09
14 Lumban Pinasa 115,49 523 452,85
15 Simangambat 6.028,17 8.325 138,10
16 Huta Puli 2.156,58 3.379 156,68
17 Huta Raja 1.275,81 1.793 140,54
18 Sibaruang 1.858,32 1.663 89,59
19 Sihepeng 547,23 1.308 239,02
20 Tanjung Sialang 424,29 758 178,65
21 Tangga Bosi II 333,73 1.500 449,47
22 Tangga Bosi III 1.278,08 1.073 83,95
23 Huraba II 219,93 2.058 935,75
24 Sihepeng Sada 571,47 1.480 258,98
25 Sihepeng Dua 595,25 690 115,92
26 Sihepeng Tolu 601,53 1.117 185,69
27 Sihepeng Opat 589,64 592 100,40
28 Sihepeng Lima 733,72 1.200 163,55
Jumlah 34.536 52.286 154,28
Sumber: Kecamatan Dalam Angka,2021
III-23
Tabel III.12. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Desa Wilayah Studi Tahun 2020
Jumlah Kepadatan
No. Desa Luas Ha Penduduk Penduduk
(Jiwa) Jiwa/Km²
1 Pintu padang Jae 345,81 843 243,78
2 Lumban Dolok 765,36 4.565 596,45
3 Muara Batang Angkola 8.575,36 958 11,17
4 Huraba I 929,61 2.420 260,32
5 Siabu 2.824,23 3.729 132,04
6 Bonan Dolok 2.058,27 2.760 134,09
7 Simangambat 6.028,17 8.325 138,10
8 Huta Puli 2.156,58 3.379 156,68
9 Huta Raja 1.275,81 1.793 140,54
10 Tangga Bosi III 1.278,08 1.073 83,95
11 Sihepeng Sada 571,47 1.480 258,98
12 Sihepeng Dua 595,25 690 115,92
13 Sihepeng Tolu 601,53 1.117 185,69
14 Sihepeng Opat 589,64 592 100,40
15 Sihepeng Lima 733,72 1.200 163,55
Jumlah 29328,89 34.924 1.190,77
Sumber: Kecamatan Dalam Angka,2021
III.2.3 Struktur Penduduk di Lihat dari Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
1 0-4 5.170
2 5-9 5.446
3 10-14 5.419
III-24
No. Kelompok Umur Jumlah
4 15-19 5.088
5 20-24 4.627
6 25-29 4.117
7 30-34 3.948
8 35-39 3.280
9 40-44 3.093
10 45-49 2.796
11 50-54 2.700
12 55-59 2.582
13 60-64 2.119
14 65-69 1.480
15 70-75 748
16 75+ 673
Jumlah 53.286
Sumber: Kecamatan Dalam Angka,2021
III.2.4.1 Pendidikan
III-25
(3) Sekolah Menengah Atas
III-26
SD SMP SMA SMK
No. Desa/Kelurahan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
26 Sihepeng Tolu 1 1
27 Sihepeng Opat
28 Sihepeng Lima
Jumlah 40 3 7 1 2 1 1 4
Sumber: Kecamatan Dalam Angka,2021
III.2.4.2 Kesehatan
Pintu Padang
1 1 1 2
Julu
2 Huta Baringin 1 1
Pintu padang
3 1 1 2
Jae
4 Sinonoan 1 1 2
5 Aek Mual 1 1 2
6 Lumban Dolok 1 2 3
7 Tangga Bosi I 1 1
III-27
Sarana Kesehatan
No. Desa/Kelurahan Rumah Sakit Puskesmas Pustu Poskesdes/Polindes Posyandu Jumlah
Huta Godang
8 1 1 2 4
Muda
Muara Batang
9 1 1 2
Angkola
10 Huraba I 1 1
11 Simaninggir 1 1 2
12 Siabu 1 2 3
13 Bonan Dolok 1 2 3
14 Lumban Pinasa 1 1
15 Simangambat 1 1
16 Huta Puli 1 3 4
17 Huta Raja
18 Sibaruang
19 Sihepeng
20 Tanjung Sialang 1 1 2
21 Tangga Bosi II 1 1
23 Huraba II
24 Sihepeng Sada
25 Sihepeng Dua
26 Sihepeng Tolu
27 Sihepeng Opat
28 Sihepeng Lima 1 1
Jumlah 0 2 5 8 25 40
III.2.4.3 Peribadatan
III-28
disebabkan oleh jumlah penduduk mayoritas di Kota Medan adalah
Islam. Selain mesjid juga tersedia mushalla sebanyak 98 unit.
Sedangkan fasilitas peribadatan terbanyak kedua yaitu gereja
sebanyak 501 unit, hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk
beragama Kristen yang merupakan penduduk terbanyak kedua
setelah penduduk beragama Islam. Untuk fasilitas peribadatan
terkecil adalah vihara dan kuil sebanyak 0 unit. Untuk lebih jelas
mengenai jumlah fasilitas peribadatan dapat dilihat pada tabel III.16.
III-29
III.2.4.4 Utilitas
Sistem Transportasi
Jenis
No. Desa/Kelurahan Keberadaan Angkutan Umum
Transportasi
III-30
III.2.4.5 Kondisi Jalan
III-31
Jenis
No. Desa/Kelurahan Permukaan Dilalui 4 Roda dan Lebih
Jalan
26 Sihepeng Tolu Aspal/Beton Sepanjang Tahun
27 Sihepeng Opat Aspal/Beton Sepanjang Tahun
28 Sihepeng Lima Aspal/Beton Sepanjang Tahun
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2021
III-32
Jumlah
OP Seluler yang
No. Desa/Kelurahan Menara
Terjangkau
Telepon (BTS)
21 Tangga Bosi II 0 3
22 Tangga Bosi III 0 3
23 Huraba II 0 3
24 Sihepeng Sada 0 3
25 Sihepeng Dua 1 3
26 Sihepeng Tolu 0 3
27 Sihepeng Opat 1 3
28 Sihepeng Lima 0 3
Jumlah 15 84
Sumber: Kecamatan Dalam Angka,2021
III-33
Tabel III.20. Kegiatan Usaha
III-34
BAB IV
PENDEKATAN,
METODOLOGI DAN
RENCANA KERJA
IV.1 KERANGKA PEMIKIRAN
Tahap persiapan terdiri dari 2 (dua) sub tahapan yaitu persiapan awal dan
persiapan teknis.
Persiapan Awal
Persiapan Teknis
IV-1
(3) Penyusunan Rencana Kerja
IV.1.2 Tahap Pengumpulan Data, tahap pengumpulan data terdiri dari 2 (dua) sub
tahapan yaitu: pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data
primer.
Pengumpulan Data Primer, adapun data primer yang dikumpulkan adalah sebagai
berikut:
IV-2
(1) Observasi kawasan kumuh
IV-3
Gambar IV.1 Kerangka Pemikiran Penyusunan Profil Kawasan Permukiman Kumuh Wilayah Mandailing Godang terpusat Kecamatan
Siabu
IV-4
Bagian Kedua: Penetapan Lokasi Pasal 16-Pasal 24
Kumuh Kategori Berat kondisi sosial, potensi sosial tingk partisipasi masy dlm pembangunan
ekonomi, dan
potensi ekonomi keg ekonomi tertentu yg strategis bg masy
Status Lahan Legal budaya
PENILAIAN LOKASI Legalitas Lahan
potensi budaya adanya kegiatan / warisan budaya tertentu
Status Lahan Tidak Legal
Kategori Rendah
Pertimbangan Lain Kategori Sedang
Peninjauan ulang min 1x dlm 5 thn
Kategori Tinggi
Untuk mengetahui pengurangan jumlah
lokasi dan/atau luasan
PENETAPAN LOKASI Dlm bntk Keputusan Bup/Wal (gubernur utk SUMUT) Dilengkapi Tabel Daftar Lokasi & Peta Sebaran
Dilakukan melalui proses pendataan
Berdasarkan Pertimbangan Lain Menentukan Prioritas Penanganan Hasil peninjauan ulang ditetapkan dlm
keputusan Bup/Wal (Gub SUMUT)
IV-5
IV.2 METODE ANALISIS
Dalam UU No. 1 tahun 2011 telah diatur penetapan lokasi perumahan dan
permukiman kumuh. Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah dan untuk
penetapannya wajib didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan melibatkan peran masyarakat dan wajib memenuhi persyaratan
berikut :
(1) Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
(3) Kondisi Dan Kualitas Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum Yang Memenuhi
Persyaratan Dan Tidak Membahayakan Penghuni;
(3) Kondisi Penyediaan Air Minum, yaitu: tidak tersedianya akses aman air minum,
dan tidak terpenuhinya kebutuhan air minum;
IV-6
drainase perkotaan, tidak terpeliharanya drainase, kualitas konstruksi drainase
yang buruk;
(5) Kondisi Pengelolaan Air Limbah, yaitu: sistem pengelolaan air limbah tidak
sesuai standar teknis, dan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak
sesuai dengan persyaratan teknis;
IV-7
No. Aspek Kriteria Keterangan
Panjang Drainase Tidak
Terhubung Dengan Sistem
Drainase Utama: M
Panjang Drainase Tidak
Terpelihara: M
c. Tidak terpeliharanya
Panjang Drainase Buruk: M
Drainase
d. Kualitas Konstruksi
Drainase
a. Sistem Pengelolaan Air
Jumlah KK dg sistem air limbah
Limbah Tidak Sesuai
tdk sesuai standar teknis : KK
Kondisi Standar Teknis
5 Pengelolaan b. Prasarana dan Sarana
Air Limbah Pengelolaan Air Limbah Jumlah KK dg sarpras air limbah
Tidak Sesuai dengan tdk sesuai standar teknis: KK
Persyaratan Teknis
a. Prasarana dan Sarana
Jumlah KK dengan sarpras
Persampahan Tidak
pengolahan sampah yang tdk
Sesuai dengan
sesuai standar teknis: KK
persyaratan Teknis
Kondisi b. Sistem Pengelolaan Jumlah KK dg sistem
6 Pengelolaan Persampahan yang tidak pengolahan sampah tdk sesuai
Persampahan sesuai Standar Teknis standar teknis: KK
c. Tidak terpeliharanya
Jumlah KK dengan sarpras
Sarana dan Prasarana
pengolahan sampah tdk
Pengelolaan
terpelihara: KK
Persampahan
a. Ketidaktersediaan Jumlah bangunan tidak
Prasarana Proteksi terlayani prasarana proteksi
Kondisi Proteksi Kebakaran kebakaran: unit
7
Kebakaran Jumlah bangunan tidak
b. Ketidaktersediaan Sarana
terlayani sarana proteksi
Proteksi Kebakaran
kebakaran : unit
Sumber: Permen PUPERA Nomor. 02/PRT/M/201
IV-8
IV.2.2.1 Kondisi Bangunan Hunian
Penjelasan Parameter
Jelas
IV-9
(c) Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi
permukiman kajian
Sumber Referensi
Penilaian
Penjelasan Parameter
Sumber Referensi
Penilaian
IV-10
(c) Kepadatan Bangunan rendah (<250 Unit/Ha)
Penjelasan Parameter
Rumah tidak memenuhi luas lantai per kapita > 7,2 m2. Misalnya
rumah yang dihuni 5 jiwa tidak memenuhi luas minimal 5x7,2 = 36 m2.
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai < 7,2 m2
(b) Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai > 7,2 m2
(c) Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding
non permanen
(d) Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding
permanen.
IV-11
IV.2.2.2 Kondisi Jalan Lingkungan
Penjelasan Parameter
Sumber Referensi
Penilaian
IV-12
(2) Kualitas Jaringan Jalan
Penjelasan Parameter
(b) Hal ini tidak dipengaruhi oleh material penutupnya apakah beton,
aspal, conblock, jerambah kayu, sirtu, dll. Dalam arti apa pun
materialnya bila kondisinya baik tidak menjadi masalah.
Sumber Referensi
Penilaian
Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini pada
kriteria kondisi drainase, yaitu genangan. Adapun penjelasan lebih lanjut
mengenai identifikasi berdasarkan kriteria kondisi drainase sebagai berikut.
Penjelasan Parameter
IV-13
(b) Apabila genangan yang terjadi tidak lebih dari ketiga hal tersebut,
maka masih dalam batasan toleransi.
Sumber Referensi
Penilaian
Penjelasan Parameter
(a) Kualitas air baku terlindungi ditentukan dengan melihat kondisi sumber
air yang tersedia, yaitu kondisi warna (keruh), kondisi bau dan kondisi
rasa (asam, asin, payau, dll).
(b) Sumber air baku yang tidak memenuhi dimaksud berasal dari non
perpipaan seperti air permukaan (sungai, danau, setu, dll), dan air
tanah/sumur tidak terlindungi.
IV-14
(c) Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi
permukiman kajian
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman tidak terlayani air
baku terlindungi yang berkualitas baik dari perpipaan dan/atau non
perpipaan
(b) Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman terlayani air baku
terlindungi yang berkualitas baik perpipaan dan/atau non perpipaan.
Penjelasan Parameter
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per
orang per hari (Mandi, Minum, Cuci)
(b) Mayoritas masyarakat terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per orang
per hari (Mandi, Minum, Cuci)
IV-15
IV.2.2.5 Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Penjelasan Parameter
(a) Persyaratan teknis air limbah ditentukan dengan melihat apakah sistem
pengelolaan air limbah pada lokasi tidak memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas rumah tangga tidak memiliki kloset leher angsa yang
terhubung septictank atau tidak terlayani MCK/Septik tank Komunal
(b) Mayoritas rumah tangga memiliki kloset leher angsa yang terhubung
septictank atau terlayani MCK/Septik tank Komunal.
Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini pada
kriteria kondisi pengelolaan persampahan, yaitu pengelolaan persampahan
lingkungan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi
berdasarkan kriteria kondisi pengelolaan persampahan sebagai berikut.
Penjelasan Parameter
IV-16
(a) Sistem persampahan pada lokasi tidak memenuhi ketentuan dengan
melihat sistem pengangkutan sampah skala lingkungan
(Gerobak/Angkutan Sampah) dengan frekuensi pengangkutan
sampah dua kali seminggu;
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas sampah domestik rumah tangga tidak terangkut dua kali
seminggu ke TPS dan/atau TPA
(b) Mayoritas sampah domestik rumah tangga terangkut dua kali seminggu
ke TPS dan/atau TPA
IV-17
No. Aspek Kriteria Parameter Nilai Sumber Data
pada lokasi
tidak memiliki
keteraturan
25%-50% 1
bangunan
pada lokasi
tidak memiliki
keteraturan
b. Tingkat Kepadatan 76% - 100% 5 Dokumen
Bangunan bangunan RDTR & RTBL,
memiliki Dokumen
kepadatan
IMB, Format
tidak sesuai
Isian, Peta
ketentuan
Lokasi
51%-75% 3
bangunan
memiliki
kepadatan
tidak sesuai
ketentuan
25%-50% 1
bangunan
memiliki
kepadatan
tidak sesuai
ketentuan
c. Ketidaksesuaian 76% - 100% 5 Wawancara,
dengan Persyaratan bangunan format isian,
Teknis Bangunan pada lokasi peta lokasi
tidak
dan
memenuhi
observasi
persyaratan
teknis
51% - 75% 3
bangunan
pada lokasi
tidak
memenuhi
persyaratan
teknis
25% - 50% 1
bangunan
pada lokasi
tidak
memenuhi
persyaratan
teknis
2 Kondisi Jalan 76% - 100% 5 Wawancara,
Lingkungan area tidak Format Isian,
terlayani oleh
IV-18
No. Aspek Kriteria Parameter Nilai Sumber Data
a. Cakupan jaringan jalan Peta Lokasi,
Pelayanan Jalan lingkungan Observasi
Lingkungan 51% - 75% 3
area tidak
terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
25% - 50% 1
area tidak
terlayani oleh
jaringan jalan
lingkungan
b. Kualitas Permukaan 76% - 100% 5 Wawancara,
Jalan lingkungan area memiliki Format Isian,
kualitas Peta Lokasi,
permukaan
Observasi
jalan yang
buruk
51% - 75% 3
area memiliki
kualitas
permukaan
jalan yang
buruk
25% - 50% 1
area memiliki
kualitas
permukaan
jalan yang
buruk
3 Kondisi a. Ketersediaan Akses 76% - 100% 5 Wawancara,
Penyediaan Aman Air Minum Populasi tidak Format Isian,
Air Minum dapat Observasi
mengakses air
minum yang
aman
51% - 75% 3
Populasi tidak
dapat
mengakses air
minum yang
aman
25% - 50% 1
Populasi tidak
dapat
mengakses air
minum yang
aman
76% - 100% 5
Populasi tidak
terpenuhi
IV-19
No. Aspek Kriteria Parameter Nilai Sumber Data
b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air Wawancara,
Kebutuhan Air minum Format Isian,
Minum minimalnya Observasi
51% - 75% 3
Populasi tidak
terpenuhi
kebutuhan air
minum
minimalnya
25% - 50% 1
Populasi tidak
terpenuhi
kebutuhan air
minum
minimalnya
4 Kondisi a. Ketidakmampuan 76% - 100% 5 Wawancara,
Drainase Mengalirkan area terjadi Format Isian,
Lingkungan Limpasan Air genangan > Peta Lokasi,
30 cm, > 2 jam
Observasi
> 2x setahun
51% - 75% 3
area terjadi
genangan >
30 cm, > 2 jam
> 2x setahun
25% - 50% 1
area terjadi
genangan >
30 cm, > 2 jam
> 2x setahun
b. Ketidaktersediaan 76% - 100% 5 Wawancara,
Drainase area tidak Format Isian,
tersedia Peta RIS,
drainase
Observasi
lingkungan
51% - 75% 3
area tidak
tersedia
drainase
lingkungan
25% - 50% 1
area tidak
tersedia
drainase
lingkungan
c. Ketidakterhubungan 76% - 100% 5 Wawancara,
dengan Sistem drainase Format Isian,
Drainase Perkotaan lingkungan Peta RIS,
tidak
Observasi
terhubung
dengan
IV-20
No. Aspek Kriteria Parameter Nilai Sumber Data
hirarki di
atasnya
51% - 75% 3
drainase
lingkungan
tidak
terhubung
dengan
hirarki di
atasnya
25% - 50% 1
drainase
lingkungan
tidak
terhubung
dengan
hirarki di
atasnya
d. Tidak terpeliharanya 76% - 100% 5 Wawancara,
Drainase area memiliki Format Isian,
drainase Peta RIS,
lingkungan
Observasi
yang kotor
dan berbau
51% - 75% 3
area memiliki
drainase
lingkungan
yang kotor
dan berbau
25% - 50% 1
area memiliki
drainase
lingkungan
yang kotor
dan berbau
e. Kualitas Konstruksi 76% - 100% 5 Wawancara,
Drainase area memiliki Format Isian,
kualitas Peta RIS,
konstruksi
Observasi
drainase
lingkungan
buruk
51% - 75% 3
area memiliki
kualitas
konstruksi
drainase
lingkungan
buruk
IV-21
No. Aspek Kriteria Parameter Nilai Sumber Data
25% - 50% 1
area memiliki
kualitas
konstruksi
drainase
lingkungan
buruk
5 Kondisi a. Sistem Pengelolaan 76% - 100% 5 Wawancara,
Pengelolaan Air Limbah Tidak area memiliki Format Isian,
Air Limbah Sesuai Standar Teknis sistem air Peta RIS,
limbah yang
Observasi
tidak sesuai
standar teknis
51% - 75% 3
area memiliki
sistem air
limbah yang
tidak sesuai
standar teknis
25% - 50% 1
area memiliki
sistem air
limbah yang
tidak sesuai
standar teknis
b. Prasarana dan 76% - 100% 5 Wawancara,
Sarana Pengelolaan area memiliki Format Isian,
Air Limbah Tidak sarpras air Peta RIS,
limbah tidak
Sesuai dengan Observasi
sesuai
Persyaratan Teknis
dengan
persyaratan
teknis
51% - 75% 3
area memiliki
sarpras air
limbah tidak
sesuai
dengan
persyaratan
teknis
25% - 50% 1
area memiliki
sarpras air
limbah tidak
sesuai
dengan
persyaratan
teknis
6 76% - 100% 5
area memiliki
IV-22
No. Aspek Kriteria Parameter Nilai Sumber Data
Kondisi a. Prasarana dan sarpras Wawancara,
Pengelolaan Sarana pengelolaan Format Isian,
Persampahan Persampahan Tidak persampahan Peta RIS,
yang tidak
Sesuai dengan Observasi
memenuhi
persyaratan Teknis
persyaratan
teknis
51% - 75% 3
area memiliki
sarpras
pengelolaan
persampahan
yang tidak
memenuhi
persyaratan
teknis
25% - 50% 1
area memiliki
sarpras
pengelolaan
persampahan
yang tidak
memenuhi
persyaratan
teknis
b. Sistem Pengelolaan 76% - 100% 5 Wawancara,
Persampahan yang area memiliki Format Isian,
tidak sesuai Standar sistem Peta RIS,
persampahan
Teknis Observasi
tidak sesuai
standar
51% - 75% 3
area memiliki
sistem
persampahan
tidak sesuai
standar
25% - 50% 1
area memiliki
sistem
persampahan
tidak sesuai
standar
c. Tidak terpeliharanya 76% - 100% 5 Wawancara,
Sarana dan area memiliki Format Isian,
Prasarana sarpras Peta RIS,
persampahan
Pengelolaan Observasi
yang tidak
Persampahan
terpelihara
51% - 75% 3
area memiliki
IV-23
No. Aspek Kriteria Parameter Nilai Sumber Data
sarpras
persampahan
yang tidak
terpelihara
25% - 50% 1
area memiliki
sarpras
persampahan
yang tidak
terpelihara
7 Kondisi a. Ketidaktersediaan 76% - 100% 5 Wawancara,
Proteksi Keb Prasarana Proteksi area tidak Format Isian,
akaran Kebakaran memiliki Peta RIS,
prasarana
Observasi
proteksi
kebakaran
51% - 75% 3
area tidak
memiliki
prasarana
proteksi
kebakaran
25% - 50% 1
area tidak
memiliki
prasarana
proteksi
kebakaran
b. Ketidaktersediaan 76% - 100% 5 Wawancara,
Sarana Proteksi area tidak Format Isian,
Kebakaran memiliki Peta RIS,
sarana
Observasi
proteksi
kebakaran
51% - 75% 3
area tidak
memiliki
sarana
proteksi
kebakaran
25% - 50% 1
area tidak
memiliki
sarana
proteksi
kebakaran
Sumber: Permen PUPERA Nomor. 02/PRT/M/2016
IV-24
IV.2.3 Analisis Penilaian Tingkat Kekumuhan
Tabel IV.3 Formulasi Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas
Penanganan
Klasifikasi Tingkat Kekumuhan
Nilai Keterangan A A A A A A B B B B B B C C C C C C
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Kondisi Kekumuhan
71 - 95 Kumuh Berat X X X X X X
45 - 70 Kumuh Sedang X X X X X X
19 - 44 Kumuh Ringan X X X X X X
Legalitas Lahan
(+) Status Lahan Legal X X X X X X X X X
(-) Status Lahan Tidak
X X X X X X X X X
Legal
Pertimbangan Lain
11 - 15 Pertimbangan Lain
X X X X X X
Tinggi
6 - 10 Pertimbangan Lain
X X X X X X
Sedang
1-5 Pertimbangan Lain
X X X X X X
Rendah
IV-25
(b) Pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 6-10;
(b) Status tanah tidak legal bila memiliki nilai negatif (-).
(1) A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan
status tanah legal;
(2) A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan
status tanah tidak legal;
(3) A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan
status tanah legal;
(4) A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan
status tanah tidak legal;
(5) A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan
status tanah legal;
(6) A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan
status tanah tidak legal;
(7) B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan
status tanah legal;
(8) B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan
status tanah tidak legal;
(9) B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan
status tanah legal;
(10) B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan
status tanah tidak legal;
(11) B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan
status tanah legal;
IV-26
(12) B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan
status tanah tidak legal;
(13) C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan
status tanah legal;
(14) C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan
status tanah tidak legal;
(15) C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan
status tanah legal;
(16) C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan
status tanah tidak legal;
(17) C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan
status tanah legal;
(18) C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan
status tanah tidak legal.
IV-27
IV.2.4 Analisis Potensi Permukiman Kumuh
Teknik yang digunakan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni union
dan intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa Matematika, maka union adalah
gabungan, intersect adalah irisan. Hati-hati menggunakan union dengan maksud
overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi
secara konsep overlay tidak.
IV-28
Gambar IV.3. Ilustrasi Konsep Overlay
IV-29
(2) Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer menjadi
1 buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut saling
mengisi atau bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu sama
lain.
Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam wilayah
yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa atau kecamatan.
Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan atributnya berdasarkan
batas administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan dihasilkan yaitu layer
dengan luas yang kecil beserta atributnya.
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer input
atau masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan
output dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon
dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan
atau kelas atribut.
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur theme
kedua ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama Secara
mudahnya yaitu menggabungkan kedua tema dan atributnya.
IV-30
IV.2.5 Analisis Kebutuhan PSU
Kebutuhan akses aman air minum didapatkan dari hasil identifikasi area
atau jumlah kk yang sumber air minumnya tidak layak, seperti: dari
sungai, sumur gali yang kotor, dll.
IV-31
(d) Kebutuhan Peliharaan Drainase
IV-32
Kebutuhan pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan dapat diperoleh dari hasil identifikasi sarana dan
prasarana pengelolaan persampahan yang tidak terpelihara atau
dengan kondisi buruk
Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah studi deskriptif-
eksploratif karakteristik masyarakat dan kawasan kumuh di Wilayah Mandailing
Godang terpusat Kecamatan Siabu melalui variabel indikator, yang dilakukan
dengan pendekatan kuantitatif.
IV-33
Penyajian hasil analisa disusun dalam format peta-peta tematik, yang
dilengkapi tabel, grafik dan foto dokumentasi pendukungnya.
Jelas
IV-34
pertimbangan syarat ekologis, lahan bantaran sungai, lahan di
bawah jaringan listrik tegangan tinggi (sutet), dll.
(a) Rumah tidak memenuhi luas lantai per kapita > 7,2 m2. Misalnya rumah
yang dihuni 5 jiwa tidak memenuhi luas minimal 5x7,2 = 36 m2.
(b) Jenis material atap, lantai dan dinding tidak memenuhi persyaratan
kesehatan. Misalnya lantai masih tanah atau dinding atau atap terbuat
dari dedaunan, tidak dapat menahan hujan dan terik matahari, serta
sirkulasi tata udara tidak sehat.
(c) Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai < 7,2 m2
(d) Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai > 7,2 m2
(e) Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding
non permanen
(f) Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding
permanen.
IV-35
IV.2.7.2 Kondisi Jalan Lingkungan
Penjelasan Parameter
Sumber Referensi
Penilaian
IV-36
(2) Kualitas Jaringan Jalan
Penjelasan Parameter
(b) Hal ini tidak dipengaruhi oleh material penutupnya apakah beton,
aspal, conblock, jerambah kayu, sirtu, dll. Dalam arti apa pun
materialnya bila kondisinya baik tidak menjadi masalah.
Sumber Referensi
Penilaian
Penjelasan Parameter
IV-37
(b) Apabila genangan yang terjadi tidak lebih dari ketiga hal tersebut,
maka masih dalam batasan toleransi.
Sumber Referensi
Penilaian
Penjelasan Parameter
(a) Kualitas air baku terlindungi ditentukan dengan melihat kondisi sumber
air yang tersedia, yaitu kondisi warna (keruh), kondisi bau dan kondisi
rasa (asam, asin, payau, dll).
(b) Sumber air baku yang tidak memenuhi dimaksud berasal dari non
perpipaan seperti air permukaan (sungai, danau, setu, dll), dan air
tanah/sumur tidak terlindungi.
IV-38
(c) Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi
permukiman kajian
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman tidak terlayani air
baku terlindungi yang berkualitas baik dari perpipaan dan/atau non
perpipaan
(b) Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman terlayani air baku
terlindungi yang berkualitas baik perpipaan dan/atau non perpipaan.
Penjelasan Parameter
(a) Mayoritas masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per
orang per hari (Mandi, Minum, Cuci)
(b) Mayoritas masyarakat terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per orang
per hari (Mandi, Minum, Cuci)
Penjelasan Parameter
IV-39
(a) Persyaratan teknis air limbah ditentukan dengan melihat apakah sistem
pengelolaan air limbah pada lokasi tidak memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas rumah tangga tidak memiliki kloset leher angsa yang
terhubung septictank atau tidak terlayani MCK/Septik tank Komunal
(b) Mayoritas rumah tangga memiliki kloset leher angsa yang terhubung
septictank atau terlayani MCK/Septik tank Komunal.
Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini pada
kriteria kondisi pengelolaan persampahan, yaitu pengelolaan persampahan
lingkungan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi
berdasarkan kriteria kondisi pengelolaan persampahan sebagai berikut.
Penjelasan Parameter
IV-40
Sumber Referensi
Penilaian
(a) Mayoritas sampah domestik rumah tangga tidak terangkut dua kali
seminggu ke TPS dan/atau TPA
(b) Mayoritas sampah domestik rumah tangga terangkut dua kali seminggu
ke TPS dan/atau TPA
IV-41
(4) Data kondisi umum Kecamatan pada kawasan berada : jumlah penduduk,
mata pencaharian kesejahteraan masyarakat kemiskinan, kawasan
bangunan rumah kumuh, kesehatan masyarakat dan lainnya dianggap
perlu;
Desk study dilakukan dengan meletakan sebaran lokasi kawasan kumuh dari
data-data yang ada ke dalam peta. Dengan metode penapisan, secara
grafis akan terlihat sebaran lokasi yang paling banyak dan yang paling sedikit
tumpang tindih. Sebaran lokasi yang paling banyak tumpang merupakan
daftar lokasi sementara.
Diskusi ini ditujukan untuk memeriksa kedekatan kriteria dan indikator yang
digunakan data-data lokasi yang telah ada terhadap kriteria dan indikator
yang dibangun untuk kegiatan ini.
IV-42
Untuk menetapkan lokasi pendataan Kawasan Kumuh untuk kegiatan
Survei Identifikasi Kawasan Kumuh Wilayah Mandailing Godang terpusat di
Kecamatan Siabu dilakukan pengecekan ke lapangan berdasarkan daftar
panjang yang sudah disusun.
(1) Kawasan :
(c) Historis kejadian bencana banjir, longsor, ROB, kebakaran, dan lainnya
IV-43
Posisi dengan kegiatan utama kota : pusat kota, pinggiran kota,
dekat kegiatan industri, sekitar pelabuhan, pasar, dan lainnya
IV-44
(u) Menderita penyakit disebabkan kondisi lingkungan : ISPA, diare,
penyakit kulit, dan lainnya
(a) Air Minum : Batas pelayanan jaringan dan waktu alir air
minum dari PDAM, dan sumber air minum lainnya
(4) Kemasyarakatan
IV-45
(2) Survei instansi ke kelurahan dimana kawasan kumuh berada, untuk
mendapatkan data kawasan kumuh dan sekitarnya :
Survei ini menggunakan tabel check list kebutuhan data instansional kawasan
dan peta kecamatan.
𝑵
𝒏 ≥
𝟏 + 𝑵. 𝒆𝟐
IV-46
Lokasi persebaran rumah liar terdapat beberapa lokasi di Wilayah
Mandailing Godang terpusat Kecamatan Siabu , yang diusahakan didistribusi
proporsional dari jumlah rumah atau luas kawasan.
IV-47
pelaksanaan pekerjaan, konsultan memandang perlu menyusun jadwal
pelaksanaan pekerjaan. Secara lebih jelas jadwal pelaksanaan seluruh tahapan
pekerjaan adalah seperti terlihat pada tabel IV.2 berikut ini.
IV.5 PELAPORAN
IV-48
(2) Laporan Akhir
Team Leader
Asisten Ahli
Perencanaan Staf Administrasi
Surveyor
dan Umum
Gambar IV.4 Susunan Tim Kegiatan Survei Identifikasi Kawasan Kumuh Wilayah
Mandailing Godang
IV-49
(1) Team Leader. Bertugas sebagai pimpinan dalam pelaksanaan pekerjaan
dan bertanggung jawab penuh atas berlangsungnya pekerjaan dari awal
hingga tahap akhir pekerjaan. Memiliki latar belakang pendidikan S1 Jurusan
Teknik Planologi/Perencanaan Wilayah dan Kota/Teknik Sipil/Teknik Arsitektur
dengan pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun;
(2) Asisten Ahli Perencanaan, Membantu tenaga ahli dalam pengolahan data
dan penyusunan laporan. Memiliki latar belakang pendidikan S1 Jurusan
Teknik Planologi/Perencanaan Wilayah dan Kota/Teknik Sipil/Teknik Arsitektur;
(4) Staf Administrasi dan Umum. Membantu tim secara keseluruhan dalam urusan
umum. Memiliki latar belakang pendidikan minimal D3 serta memiliki
pengalaman kerja sedikitnya 3 (tiga) tahun.
IV-50
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
(3) Baik batang tubuh maupun Peta Digital dalam bentuk shapefile;
Adapun saran dan tindak lanjut dalam proses studi adalah sebagai
berikut :
V-1
acuan dalam meningkatkan kualitas permukiman perkotaan dan
mendorong kawasan permukiman yang layak huni untuk ke
depannya.
V-2
LAMPIRAN
1
FORM SURVEI
NAMA SURVEIOR
KABUPATEN MANDAILING NATAL
PROVINSI SUMATERA UTARA
Peta Lokasi/Kode
I Data Lokasi
ADMNISTRASI
a. Kecamatan
b. Desa/Kelurahan
1.1
c. Dusun/Lingkungan
(Boleh diisi Lebih dari satu)
Umum
a. Luas Ha
a. Jumlah Rumah Unit
b. Jumlah Penduduk Jiwa
1.2
c. Jumlah Kepala Keluarga KK
e. Dominasi 1. Permukiman Pekerja
Permukiman/Perumahan
2. Permukiman Nelayan
3. Buruh dan lainnya
Kriteria Wajib
1. Milik Sendiri
2. Milik Pemda / BUMN
II
Status Kepemilikan Lahan 3. Milik Pemerintah Pusat/BUMN
3. Milik Swasta
4. Kepemilikan Lainnya
1. Mengelompok (Cluster)
2.1 Bentuk Lokasi
2. Terpencar (Scattered)
1. Hunian
2.2 Peruntukan Dalam RTRW Kabupaten
2. Perdagangan, dan Lainnya
2
Kriteria Kompetitif Keterangan Nilai Data
Kondisi Bangunan
Ketidakteraturan Bangunan
76% - 100% Bangunan pada lokasi tidak memiliki
5
keteraturan Dokumen RDTR,
Kesesuaian dengan kebijakan 51% - 75% Bangunan pada lokasi tidak memiliki RTBL, dan
3
Tata Ruang keteraturan Observasi
25% - 50% Bangunan pada lokasi tidak memiliki Lapangan
1
Keteraturan
Tingkat Kepadatan Bangunan
76% - 100% Bangunan pada lokasi tidak memiliki
5
ketentuan Dokumen RDTR,
A
Kesesuaian (KDB,KLB Dan 51% - 75% Bangunan pada lokasi tidak memiliki RTBL, dan
3
Kepadatan Bangunan) ketentuan Observasi
25% - 50% Bangunan pada lokasi tidak memiliki Lapangan
1
Ketentuan
Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan
76% - 100% Bangunan pada lokasi tidak
5
memenuhi persyaratan teknis
Kondisi Bangunan Gedung Pada 51% - 75% Bangunan pada lokasi tidak Berdasarkan Tipologi Bangunan Perumahan Dokumen IMB
3
Perumahan dan Permukiman memenuhi persyaratan teknis dan Permukiman dan Observasi
25% - 50% Bangunan pada lokasi tidak
1
memenuhi persyaratan teknis
Kondisi Jalan Lingkungan
76% - 100% Area tidak terlayani oleh jaringan
5
jalan Lingkungan
Lingkungan Perumahan dan
51% - 75% Area tidak terlayani oleh jaringan
Permukiman yang dilayani 3
jalan Lingkungan
Jaringan Jalan Lingkungan
25% - 50% Area tidak terlayani oleh jaringan
1 Wawancara
B jalan Lingkungan
dan Observasi
76% - 100% Area memiliki kualitas permukaan
5 Lapangan
jalan yang buruk
51% - 75% Area memiliki kualitas permukaan
Kualitas Permukaan 1. Beton, 2. Aspal, 3. Berbatuan, 4 Tanah 3
jalan yang buruk
25% - 50% Area memiliki kualitas permukaan
1
jalan yang buruk
Kondisi Air Minum
C
5
3
Kriteria Kompetitif Keterangan Nilai Data
76% - 100% populasi tidak dapat mengakses air
minum yang aman
Wawancara
Kualitas Air Tidak Berwarna, Tidak 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air
3 dan Observasi
Berbau, Tidak Berasa minum yang aman
Lapangan
25% - 50% Populasi tidak dapat mengakses air
1
minum yang aman
Drainase Lingkungan
1. Air Hujan Tinggi 30 Cm selama 2 jam
Genangan Yang Terjadi 2. Luapan Air Laut
Berdasarkan di Lapangan Wawancara
3. Luapan Sungai dan lainnya
5 dan Observasi
Luas Genangan M Lapangan
Frekuensi Terjadi Genangan
Kali
dalam 1 Tahun
76% - 100% Area memiliki drainase lingkungan
5
yang kotor dan berbau
Wawancara
51% - 75% Area memiliki drainase lingkungan
Kondisi Drainase Lingkungan Pemeliharaan rutin, dan Berkala 3 dan Observasi
yang kotor dan berbau
Lapangan
25% - 50% Area memiliki drainase lingkungan
1
D yang kotor dan berbau
4
Kriteria Kompetitif Keterangan Nilai Data
25% - 50% Area memiliki pengelolaan air limbah
yang tidak terhubung Septik IPAL
1. Toilet pribadi dilengkapi saptik tank
1
2. Toilet pribadi dengan IPAL komunal Wawancara
Prasarana dan Sarana
3. MCK Umum 3 dan Observasi
Pengolahan Air Limbah di Lokasi
4. Sarana Sanitasi Tidak Layak (Cubluk,dll) Lapangan
5
5. Tanpa Sarana Sanitasi
Pengelolaan Persampahan
1. Tempat Sampah
1
2. TPS atau TPS 3R Wawancara
Sistem Persampahan 3. Gerobak Sampah Skala Lingkungan/Diangkut 3 dan Observasi
4. Di Bakar Lapangan
5
5. Tidak Memiliki Tempat Sampah
F
76% - 100% Area memiliki Sarpras persampahan
5
yang tidak terpelihara
Wawancara
Pemeliharaan Sarpras 51% - 75% Area memiliki Sarpras persampahan
Pemeliharaan rutin, dan Berkala 3 dan Observasi
Persampahan yang tidak terpelihara
Lapangan
25% - 50% Area memiliki Sarpras persampahan
1
yang tidak terpelihara
Proteksi Kebakaran
76% - 100% Area tidak memiliki prasarana
Pasokan air untuk pemadan kebakaran, 5
proteksi kebakaran
sirkulasi kendaraan pemadan, sarana Wawancara
G Tidak ter sediaan Sarpras Proteksi 51% - 75% Area tidak memiliki prasarana
komunikasi, bangunan pos kebakaran, alat 3 dan Observasi
Kebakaran proteksi kebakaran
pompa, mobil pompa, mobil tangga, dan Lapangan
25% - 50% Area tidak memiliki prasarana peralatan lainnya 1
proteksi kebakaran
Pertimbangan Lain
Lokasi terletak pada fungsi strategis Kabupaten
5
Mandailing Natal
Nilai Strategis Lokasi
Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis
1
Kabupaten Mandailing Natal Wawancara
Y
Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar > dan Observasi
5
200 Jiwa/ha Lapangan
Kependudukan Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar 151
3
- 200 jiwa/ha
1
5
Kriteria Kompetitif Keterangan Nilai Data
Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <
150 jiwa/ha
Lokasi memiliki potensi sosial, ekonomi, dan
5
budaya
Kondisi sosial, Ekonomi dan
budaya Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan
1
budaya
6
FORM JALAN DAN DRAINASE SURVEI DAN PENETAPAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH, SURVEI IDENTIFIKASI
KAWASANN KUMUH
Nama :
Kode :
Desa/Kelurahan :
Ket :
5. 70-100% Kualitas Yang Buruk (Rusak Parah)
3. 51-71% Kualitas Yang Buruk ( Sedang )
1. 25-50% Kualitas Yang Buruk (Baik)
7
Form Parameter Kekumuhan Survei
Keterangan Parameter Jumlah
1. Aspek Kondisi Bangunan
a. Ketidakteraturan Bangunan Jumlah Bangunan Tidak Unit
b. Tingkat Kepadatan Bangunan Teratur
c. Ketidaksesuaian Persyaratan Luas Kawasan dengan Ha
Teknis Bangunan Kepadatan >200/250 Unit/Ha
Jumlah Bangunan Tidak Unit
Sesuai Teknis
2. Aspek Kondisi Jalan Lingkungan
a. Panjang Jalan Ideal (Standar Minimal) m
b. Panjang Jalan Eksisting m
c. Panjang Jalan Dengan Permukaan retak dan Perubahan Bentuk m
3. Aspek Pelayanan Air Minum
a. Jumlah KK Tidak Terakses Air Minum Berkualitas KK
b. Jumlah KK Tidak Terpenuhi Air Minum Cukup KK
4. Aspek Drainase Lingkungan
a. Luas Kawasan yang terkena genangan Ha
b. Panjang Drainase Ideal (Standar Minimal) m
c. Panjang Saluran Drainase Eksisting m
d. Panjang Saluran Drainase Rusak m
5. Aspek Pengelolaan Air Limbah
a. Jumlah KK Tidak Terakses Sistem Air Limbah Standar KK
b. Jumlah KK Dengan Sarana dan Prasarana Air Limbah Tidak Sesuai KK
Standar Teknis
6. Aspek Pengelolaan Persampahan
a. Jumlah KK Dengan Sarpras Pengelolaan Yang Tidak Sesuai Teknis KK
b. Jumlah KK Dengan Sistem Pengelolaan Sampah Yang Tersedia KK
7. Aspek Proteksi Kebakaran
a. Jumlah Bangunan Tidak Memiliki Prasarana Proteksi Kebakaran Unit
b. Jumlah Bangunan Tidak Terlayani Sarana Proteksi Kebakaran Unit