Catatan ini menjelaskan latar belakang dan dasar bagi keputusan kunci yang
ada sekaligus menjelaskan apa saja sumber-sumber informasi kunci yang
digunakan dalam proses pertimbangan dan memberikan informasi mengenai
pengembangan prosedur tersebut. Teks berwarna biru menunjukkan bagian
dari dokumen inti yang dijadikan acuan oleh catatan ini dan yang akan
diuraikan secara lebih jelas.
Catatan ini harus dibaca bersama dengan dokumen prosedur. Catatan ini
bukan dan tidak dimaksudkan sebagai deskripsi menyeluruh mengenai
prosedur remediasi dan kompensasi. Oleh karena itu, bagian-bagian pada
dokumen prosedur yang dianggap sudah jelas tidak akan dijelaskan lagi.
Catatan ini disusun secara berurutan mengikuti susunan bagian dalam dokumen
prosedur.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Pembukaan
Prosedur ini berlaku untuk perusahaan yang melakukan pembukaan lahan pasca
2005 yang tidak didahului dengan kajian NKT pada lahan yang dikelola oleh
perusahaan pemilik aset teratas (top asset) dan/atau pihak pengelolanya beserta
semua anak perusahaannya yang dimiliki dan/atau dikelola berdasarkan kepemilikan
saham mayoritas, yang menghasilkan kelapa sawit. Hal ini terlepas dari apakah
pembukaan dilakukan sebelum atau sesudah lahan tersebut diakuisisi atau
disewagunakan.
Bagian yang sesuai dan mendukung Klausul 4.2.4 Dokumen Sistem Sertifikasi RSPO
sebagaimana telah diubah dan disetujui oleh Dewan pada tahun 2011 adalah sebagai
berikut:
Keanggotaan RSPO
1
Grup dengan struktur manajemen kompleks diharuskan melakukan berikut ini.
(a) Pernyataan dari pemegang saham pengendali dan direktur di perusahaan pengelola.
(b) Hal yang sama pada poin (a) berlaku untuk masing-masing kelompok operasi.
(c) Pendaftaran keanggotaan oleh perusahaan pemilik aset teratas (top asset).
(d) Pendaftaran keanggotaan oleh perusahaan pengelola.
2
Pemilik saham mayoritas: pemegang saham terbesar. Dalam hal kepemilikan saham adalah sama besarnya
(contohnya 50:50), maka prosedur ini berlaku bagi pihak pemegang kendali manajemen.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
2
(a) Organisasi induk atau salah satu anak perusahaannya yang mayoritas sahamnya
dipegang dan/atau dikelola olehnya adalah anggota RSPO. Persyaratan huruf (b)
hingga (j) akan berlaku jika yang terdaftar sebagai anggota RSPO adalah
perusahaan induk atau salah satu anak perusahaannya;
...
2. Pendahuluan
Dokumen ini berisi Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO yang berlaku
bagi ketidakpatuhan dengan segala ketentuan dalam Prinsip 7.3 P&C
dan/atau Prosedur Penanaman Baru (New Planting Procedure atau NPP)
RSPO. Dokumen ini disusun berdasarkan kerja dan rekomendasi CTF selaku
sub-unit di bawah Kelompok Kerja Keanekaragaman Hayati dan NKT (BHCV-
WG) RSPO yang didirikan pada tahun 2011, dan juga turut dikembangkan
dari pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Dewan Gubernur di masa-masa
awal, ide yang dikembangkan Kelompok Kerja NKT RSPO Indonesia (HCV-
RIWG), dan hasil lokakarya yang telah diselenggarakan bersama anggota
pada forum Roundtable RSPO ke-8 di Jakarta (RT8) bulan November 2010
lalu.
CTF dibentuk pada bulan Agustus tahun 2011 di bawah BHCV WG. CTF bertujuan
untuk mengembangkan dokumen pedoman untuk memandu anggota dan RSPO
sendiri dalam menyelesaikan kasus-kasus pembukaan lahan yang tidak memiliki
kajian NKT, menyusun paket kompensasi yang layak untuk kasus-kasus individual,
dan melaksanakan proyek percontohan mengenai mekanisme yang diusulkan
tersebut. CTF terdiri dari semua anggota BHCV dengan tambahan beberapa orang
ahli yang diminta bantuannya, dan menyelenggarakan pertemuan yang dilaksanakan
setiap tiga bulan sekali. CTF mulai mengembangkan mekanisme ini berdasarkan
pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Dewan Gubernur di masa-masa awal, ide yang
dikembangkan oleh Kelompok Kerja NKT RSPO Indonesia (HCV-RIWG), serta dan
hasil lokakarya yang telah diselenggarakan bersama dengan para anggota pada
forum Roundtable RSPO ke-8 di Jakarta (RT8) bulan November 2010 lalu.
CTF secara rutin mengundang ahli dan pemangku kepentingan kunci lainnya untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai persoalan-persoalan terkait
prosedur kompensasi. Untuk mendukung kerja CTF dan berdasarkan pada
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
3
rekomendasi yang diberikannya, RSPO juga telah menugaskan kegiatan-kegiatan
kajian yang antara lain mencakup biaya pemulihan (restorasi) dan keuntungan
industri minyak sawit serta koefisien vegetasi di Afrika dan Amerika Selatan.
Untuk mengumpulkan umpan balik dan rekomendasi yang membangun dari para
pemangku kepentingan untuk menyusun draf prosedur, CTF mengadakan beberapa
putaran konsultasi publik, termasuk konsultasi secara online dan pertemuan publik.
Putaran pertama diawali dengan pertemuan publik pada tanggal 1 Agustus 2013
yang diselenggarakan di Jakarta, Kuala Lumpur, dan Yaound. Kemudian putaran
kedua diselenggarakan pada bulan Juni dan Juli 2014 dengan pertemuan publik yang
diselenggarakan di Jakarta, Kuala Lumpur, dan Bogota. Konsultasi publik tahun 2014
di Accra dibatalkan karena wabah Ebola.
Pada bulan Agustus tahun 2015 CTF telah merevisi draf Prosedur Remediasi dan
Kompensasi serta menyelesaikan dokumen-dokumen pendukung seperti panduan
untuk Perubahan Pemanfaatan Lahan (Land Use Change atau LUC), kriteria proyek
konservasi dan NKT sosial, serta berbagai templat laporan yang sebelumnya
digunakan pada tahap pertama pelaksanaan. Hasil dari tahap pertama pelaksanaan
tersebut bersama dengan masukan dari putaran ketiga konsultasi publik yang
dijadwalkan pada bulan September 2015 diharapkan dapat menjadi bahan untuk
revisi lebih lanjut terhadap dokumen ini.
Pertanyaan mengenai akses publik terhadap informasi spesifik dari analisis LUC
sesuai perusahaan terkait
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
5
Pekebun wajib mengajukan laporan temuan dari analisis LUC kepada
Sekretariat dalam waktu 60 hari kerja sejak mulai mengikuti proses tersebut.
Catatan mengenai latar belakang historis dan alasan bagi klasifikasi yang
digunakan di dalam matriks tanggung jawab
Klasifikasi perusahaan
Perusahaan yang memiliki unit produksi kelapa sawit diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok berdasarkan tingkat akuntabilitasnya terhadap komitmen sesuai dengan
P&C RSPO. Tiga kelompok tersebut adalah:
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
6
Anggota RSPO yang memiliki unit pengelolaan bersertifikat dianggap memiliki tingkat
akuntabilitas paling tinggi dalam mematuhi P&C RSPO, dan kompensasi yang
dibebankan kepada anggota tersebut disesuaikan dengan tingginya akuntabilitas
tersebut. Adapun anggota RSPO yang tidak memiliki unit pengelola bersertifikat
diharapkan memahami P&C RSPO karena mereka melaksanakan P&C secara penuh,
dan perusahaan non-anggota RSPO memiliki tingkat akuntabilitas paling rendah dan
kemungkinan akan menerima informasi P&C RSPO lebih lambat daripada anggota.
Lahan yang dibuka antara bulan November tahun 2005 dan bulan
November tahun 2007
Berdasarkan P&C RSPO, anggota produsen minyak kelapa sawit RSPO
diwajibkan untuk menyelesaikan kajian NKT pada lahan yang mereka kuasai
untuk penanaman baru yang dilakukan pada bulan November tahun 2005
dan setelahnya. Akan tetapi anggota RSPO masih mendapatkan kelonggaran
untuk penanaman yang dilakukan antara akhir bulan November tahun 2005
dan akhir bulan November tahun 2007. Hal ini terutama dikarenakan periode
uji coba awal di lapangan untuk P&C yang berlangsung hingga tahun 2007;
panduan kajian NKT yang pada saat itu masih bersifat ala kadarnya; hampir
tidak adanya penilai (assessor) NKT yang memenuhi kualifikasi; persyaratan
Interpretasi Nasional terhadap P&C yang baru selesai disusun; dan persoalan
lainnya dalam komunikasi persyaratan pelaksanaan.
Lahan yang dibuka pada waktu antara Desember 2007 dan 31 Desember
2009
P&C RSPO telah dilaksanakan secara sepenuhnya dan semua produsen
minyak sawit anggota RSPO (khususnya yang memiliki unit pengelola
bersertifikat) diharapkan untuk memahami dan mematuhi persyaratan,
termasuk melaksanakan kajian NKT sebelum membuka lahan.
Catatan mengenai alasan mekanisme penghitungan tanggung jawab dan hasil awal
dari pelaksanaan bertahap (Mei 2014 Mei 2015)
Mekanisme dan matriks yang digunakan dalam prosedur ini telah diuji menggunakan
kumpulan data hasil pengungkapan/disklosur melalui implementasi bertahap. Data
yang diterima hingga saat ini telah dianalisis dan didiskusikan oleh CTF dan
dituangkan hasilnya dalam dokumen ini sebagai informasi publik dan untuk menjadi
dasar bagi klasifikasi saat ini yang digunakan untuk menghitung nilai tanggung jawab
dengan menggunakan matriks yang ditunjukkan pada bagian ini.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
8
Per Mei 2014:
Jumlah anggota RSPO pada Mei 2014 yang memiliki lahan yang digunakan untuk 152
produksi minyak sawit angka ini juga mencakup beberapa anggota yang tidak
terdaftar dalam kategori pekebun
Per Agustus 2015:
Jumlah pengungkapan/disklosur mengenai adanya ketidakpatuhan (beberapa 165
anggota telah membuat beberapa pengungkapan sekaligus berdasarkan operasi
yang dijalankan di sejumlah negara.
Jumlah anggota yang belum melakukan pengungkapan kepada RSPO 3
Jumlah laporan mengenai tidak dilakukannya pembukaan lahan yang tidak 105
didahului kajian NKT
Jumlah laporan mengenai ketidakpatuhan terhadap aturan RSPO, yaitu 60
pembukaan lahan tanpa didahului kajian NKT
Jumlah anggota yang menyerahkan analisis LUC secara lengkap 21
Jumlah analisis LUC yang diajukan kepada dan ditinjau oleh RSPO 6
1. memperlihatkan semua contoh pembukaan lahan yang dilakukan tanpa
didahului kajian NKT sejak November 2005;
2. melaksanakan analisis LUC bagi semua lahan yang tidak mematuhi aturan
RSPO; dan
3. menghitung tanggung jawab akhir untuk kompensasi dengan menggunakan
matriks draf yang dipublikasikan.
Sejak Agustus 2015 dan dengan mempertimbangkan hanya analisis LUC yang telah
diserahkan:
Total luas lahan yang dibuka sejak bulan November tahun 2005 tanpa 219.179 Ha
didahului kajian NKT (Tanggung Jawab Kasar)
Perkiraan Tanggung Jawab Akhir untuk Konservasi (Final Conservation 19.490 Ha
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
9
Liability atau FCL)
Sekilas dapat dilihat bahwa dari 219.000 ha lahan yang dibuka tanpa didahului kajian
NKT dihasilkan perkiraan akhir FCL sebesar 19.000 ha atau sekitar 8% dari total luas
lahan yang dibuka. Dengan mendasarkan pada analisis awal mengenai himpunan
bagian dari data yang tersedia (yaitu analisis LUC yang diserahkan kepada RSPO),
ternyata sebagian besar lahan memiliki koefisien vegetasi 0 (dengan perkiraan NKT
rendah atau nol), atau dibuka pada periode paling awal, atau dibuka oleh
perusahaan yang pada saat itu bukan merupakan anggota RSPO. Semua faktor
tersebut mengarah pada rendahnya tingkat tanggung jawab akhir.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
10
tidak
Koef. 0,4 69 0% 0 153 0% 0 0 0%
tersedia
tidak
Koef. 0,0 12.433 6% 0 66.633 31% 0 0 0%
tersedia
Koef. 1,0 0 0% 0 57 0% 57 7 0% 14
Jan 2010 Koef. 0,7 3.889 2% 2.722,3 5.252 2% 3.676,4 719 0% 1.006,6
Mei
2014 Koef. 0,4 662 0% 264,8 839 0% 335,6 586 0% 468,8
Koef. 0,0 416.198 7% 0 10.040 5% 0 902 0% 0
tidak
tidak
Koef. 1,0 0 0% 0 0 0% tersedi 0 0%
tersedia
a
tidak
tidak
Koef. 0,7 0 0% 0 0 0% tersedi 38 0%
Setelah tersedia
a
Mei
tidak
2014 tidak
Koef. 0,4 0 0% 0 0 0% tersedi 0 0%
tersedia
a
tidak
tidak
Koef. 0,0 0 0% 0 0 0% tersedi 42 0%
tersedia
a
Berdasarkan analisis LUC yang sudah diajukan hingga saat ini, pada tahun 2005
sebagian besar lahan yang dibuka tanpa didahului kajian NKT (hampir dua
pertiganya) masuk ke dalam kelas perkebunan pohon dan bukan pohon monokultur,
digarap secara permanen, dibangun, atau berupa lahan terbuka/terdegradasi.
Panduan dalam P&C mengarahkan anggota untuk melakukan ekspansi pada lahan-
lahan yang demikian. Berdasarkan proposal yang dijelaskan dalam dokumen ini,
lahan-lahan tersebut diperkirakan hanya memiliki nilai keanekaragaman hayati
yang sangat rendah atau bahkan tidak memiliki sama sekali sehingga tanggung jawab
kompensasi akhir untuk konservasi yang harus dihadapi anggota yang bersangkutan
adalah nol. Akan tetapi lahan tersebut mungkin masih memiliki kewajiban remediasi
dan nilai tanggung jawab sosial.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
11
CTF menekankan agar anggota tidak menggunakan temuan-temuan ini untuk
menganggap bahwa kajian NKT tidak perlu dilakukan terhadap habitat yang masuk
ke dalam kategori vegetasi 0. Tanggung jawab nol ini hanya mengacu pada
pembukaan lahan sebelum bulan Mei 2014. Pembukaan lahan pada waktu
setelahnya (walaupun pada lahan yang memiliki koefisien nol) mengakibatkan
munculnya tanggung jawab yang harus dihadapi perusahaan non-anggota RSPO.
Sedangkan bagi anggota, hal demikian menyebabkan pencabutan status
keanggotaan RSPO.
Sebanyak 51% lahan dibuka pada periode 2005-2007 yang dianggap sebagai periode
uji coba pendekatan NKT baik oleh anggota maupun non-anggota RSPO. Sementara
14% lainnya dibuka sebelum tahun 2010 (ketika Prosedur Penanaman Baru
diperkenalkan) oleh non-anggota RSPO . CTF berasumsi bahwa pada periode atau
status keanggotaan tersebut, kemungkinan masih terdapat ketidakpastian serta
kurangnya kapasitas dan pengetahuan dalam pendekatan NKT. Oleh karena itu
berdasarkan mekanisme yang diusulkan, 65% lahan yang dibuka dengan menyalahi
aturan RSPO ini akan menghasilkan tidak adanya tanggung jawab kompensasi akhir
untuk konservasi. Akan tetapi lahan tersebut sebetulnya mungkin masih memiliki
tanggung jawab remediasi dan sosial.
Berapa banyak ketidakpatuhan yang dilakukan oleh perusahaan anggota dan non-
anggota RSPO:
Status perusahaan Non-anggota Pada saat itu Pada saat itu
pada saat merupakan anggota merupakan anggota
pembukaan lahan bersertifikat
Hektaran yang 77.680 Ha 121.133 Ha 20.366 Ha
dibuka
% total lahan yang 36% 55% 9%
dibuka
Perusahaan yang bukan anggota RSPO melakukan 36% dari total pembukaan lahan
yang menyalahi aturan RSPO. Berdasarkan usulan yang ada saat ini, hal tersebut
menyebabkan tanggung jawab akhir yang minimal untuk kompensasi. Akan tetapi
lahan tersebut mungkin masih memiliki tanggung jawab remediasi dan sosial.
Kesimpulan
Berdasarkan data terbatas yang tersedia, dari 21 analisis LUC yang diajukan hingga
saat ini, CTF untuk sementara menganggap mekanisme yang diusulkan sudah cukup
kuat untuk dijalankan setelah Periode Implementasi Bertahap tanpa perlu direvisi.
Pendapat ini akan ditinjau karena nantinya akan tersedia data lebih lanjut. Selain itu,
CTF juga meninjau masukan/umpan balik mengenai matriks tanggung jawab yang
diterima dari konsultasi publik.
Oleh karena itu, CTF mengharapkan adanya masukan/umpan balik dari responden
mengenai matriks dan kriteria yang digunakan untuk menghitung tanggung jawab
akhir.
Catatan mengenai skenario yang mungkin dilakukan dan penggabungan Opsi 1 dan
2 untuk memenuhi tanggung jawab konservasi dan sosial
Selain remediasi, ada dua opsi yang dapat dilakukan untuk kompensasi yang
dapat dilakukan oleh pekebun untuk memenuhi tanggung jawab konservasi
ini. Keduanya disajikan dalam urutan prioritas dan dapat digunakan sekaligus
satu sama lainnya untuk memenuhi tanggung jawab akhir konservasi (lihat
Catatan Penjelasan).
Ada tiga skenario kompensasi yang diberikan dalam dokumen ini untuk menyoroti
kemungkinan untuk mengembangkan ketiganya dalam kondisi riil dengan
menggunakan templat konsep proposal kompensasi (Lampiran 4 dokumen
prosedur). Contoh dari ketiganya adalah kompensasi hasil konversi ke nilai uang di
lokasi (contoh 1), kompensasi berbasis luasan di dalam unit pengelolaan (contoh 2)
dan kompensasi berbasis luasan di luar kawasan pengelolaan (contoh 3). Dapat
tidaknya ketiga contoh ini diterapkan tergantung pada besaran kompensasi total
yang harus diberikan oleh pekebun/perusahaan serta pilihan-pilihan yang tersedia
bagi mereka. Namun demikian daftar ini tidaklah lengkap dan mungkin masih ada
calon opsi lainnya yang dapat diterapkan bagi pekebun/perusahaan sesuai dengan
kondisi yang ada.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
13
bersertifikat*
Kompensasi Konservasi
Contoh 1 kompensasi
Tanggung jawab yang dikompensasi
Tanggung jawab yang dikompensasi per
secara kolektif untuk dua atau lebih unit
masing-masing unit pengelolaan
pengelolaan
Kompensasi yang dikonversi ke nilai
Kompensasi berbasis luasan
uang
Ringkasan tanggung jawab akhir untuk kompensasi (per unit pengelolaan atau secara
kolektif)
Total besaran tanggung jawab kompensasi konservasi untuk kelompok unit pengelolaan
adalah 725 ha.
Penjelasan kegiatan & hasil kompensasi untuk konservasi yang diusulkan [maksimal 200
kata]
Perusahaan memilih untuk menginvestasikan dana sejumlah US$ 1.812.500 (US$ 2.500
per ha) dalam program penglepasan orangutan yang dikelola oleh LSM [X] di
Kalimantan, Indonesia.
Pilihan ini adalah karena semua unit manajemen perusahaan dikelilingi oleh perkebunan
dengan pohon kelapa sawit dewasa dan tidak ada lagi hutan yang tersedia untuk
dilaksanakannya proyek perlindungan atau pemulihan baru.
Bagaimana hasil kompensasi dapat memenuhi kriteria kunci berikut:
Tambahan [maks. 100 kata]
Program penglepasan orangutan dipilih dari daftar proyek yang disetujui RSPO.
Sasaran proyek ini adalah memberikan kontribusi terhadap konservasi orangutan dalam
jangka panjang.
Berlangsung dalam jangka panjang [maks. 100 kata]
LSM yang telah berhasil menjalankan operasi dengan baik di Kalimantan selama lebih
dari 20 tahun.
Program penglepasan akan berjalan selama paling tidak 25 tahun dan secara terus-
menerus dipantau selama jangka waktu tersebut.
Berkeadilan [maks. 100 kata]
LSM tersebut terlibat mendorong terjadinya alih bagi manfaat yang berkeadilan melalui
mekanisme alih bagi masyarakat.
Mekanisme alih bagi manfaat ini dibentuk dan dikelola oleh komite bersama antara LSM
dan masyarakat lokal.
Mekanisme alih bagi manfaat ini diawasi dan dievaluasi secara independen oleh
organisasi masyarakat yang terbiasa dengan situasi di lapangan.
Berdasarkan pengetahuan [maks. 100 kata]
Kajian independen untuk menunjukkan keterbatasan sumber daya program penglepasan
dan pemantauan orangutan di kawasan tersebut.
Penelitian yang telah dipublikasi menunjukkan bahwa kawasan yang terlibat tersebut
menyediakan habitat yang cocok bagi orangutan.
Organisasi mana yang akan mengelola/melaksanakan proyek remediasi & kompensasi ini?
Remediasi akan dikelola dan dilaksanakan oleh unit keberlanjutan perusahaan.
Proyek kompensasi akan dikelola dan dilaksanakan oleh LSM [X] di Kalimantan.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
15
Tunjukkan jadwal pelaksanaan kegiatan a) remediasi dan b) kompensasi.
Remediasi yang diusulkan untuk PT Turutan dan Syarikat Contoh Berhad akan
diselesaikan dalam waktu 5 tahun terhitung sejak tahun 2016.
Proyek kompensasi yang diusulkan akan dilaksanakan dan dipantau selama 25 tahun.
Grover Sama
Kontak yang dapat dihubungi di
gsama@gmail.com
organisasi Anda
<alamat><no. telp.>
Contoh 2 kompensasi
Tanggung jawab yang dikompensasi
Tanggung jawab yang dikompensasi per
secara kolektif untuk dua atau lebih unit
satuan unit pengelolaan
pengelolaan
Kompensasi yang dikonversi ke nilai
Kompensasi berbasis luasan
uang
Ringkasan tanggung jawab akhir untuk kompensasi (per unit pengelolaan atau secara
kolektif)
Total besaran tanggung jawab kompensasi konservasi bagi kelompok unit pengelolaan
adalah 1.725 ha.
Penjelasan kegiatan & hasil kompensasi konservasi yang diusulkan [maks. 200 kata]
Perusahaan mengusulkan untuk memperluas kawasan NKT dari 12.575 ha menjadi
14.575 ha dengan memperluas secara efektif kawasan NKT perusahaan seluas 2.000 ha
sebagai tanggung jawab kompensasi perusahaan.
Kawasan tambahan ditandai pada peta terlampir (peta 2).
Pengelolaan dan pemantauan terhadap kawasan perluasan akan dimasukkan ke dalam
rencana pengelolaan NKT yang telah ada.
Bagaimana hasil kompensasi dapat memenuhi kriteria kunci berikut:
Tambahan [maks. 100 kata]
Kawasan kompensasi yang diusulkan merupakan perluasan baru dari kawasan NKT yang
sudah ada dan sekarang tidak sedang dilindungi.
Kawasan ini sebelumnya masuk ke dalam zona yang dapat ditanami, tetapi di tempat
tersebut belum dilakukan kegiatan penanaman serta kawasan tersebut sebagian
besarnya terdiri dari hutan terdegradasi dan belukar tua.
Akan dilakukan tindakan untuk memulihkan dan meningkatkan keanekaragaman hayati
pada kawasan tersebut melalui kegiatan pemulihan hutan.
Berlangsung dalam jangka panjang [maks. 100 kata]
Kawasan ini berada dalam unit pengelolaan kami yang beroperasi berdasarkan sewa
guna lahan tahun XX.
Berkeadilan [maks. 100 kata]
Sebagian besar tanggung jawab kompensasi berkaitan dengan hilangnya hutan
dipterokarpa dataran rendah yang mirip dengan ekosistem yang ditemukan di lokasi
yang diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi dan pemulihan.
Tidak ada masyarakat di kawasan tersebut.
Berdasarkan pengetahuan [maks. 100 kata]
Kajian NKT dan penelitian oleh Universitas X telah menunjukkan bahwa kawasan
penyangga yang diusulkan untuk konservasi dan pemulihan berfungsi sebagai
penyangga terhadap kawasan NKT yang ada.
Organisasi mana yang akan mengelola/melaksanakan proyek remediasi & kompensasi ini?
Komponen remediasi dan kompensasi akan dikelola dan dilaksanakan oleh unit
keberlanjutan perusahaan kami.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
16
Tunjukkan jadwal pelaksanaan kegiatan a) remediasi dan b) kegiatan kompensasi
Remediasi yang diusulkan untuk PT Turutan dan Syarikat Contoh Berhad akan
diselesaikan dalam waktu 5 tahun terhitung sejak 2016.
Proyek kompensasi yang diusulkan akan melibatkan pemulihan aktif selama jangka
waktu 5 tahun lebih dengan pemantauan selama 25 tahun.
Bapak Grover Sama
Kontak yang dapat dihubungi di
gsama@gmail.com
organisasi Anda
<alamat><no. telp. >
Contoh 3 kompensasi
Tanggung jawab yang dikompensasi
Tanggung jawab yang dikompensasi
secara kolektif untuk dua atau lebih
per satuan unit pengelolaan
unit pengelolaan
Kompensasi yang dikonversi ke nilai
Kompensasi berbasis luasan
uang
Nama unit pengelolaan PT Turutan
Lokasi (negara, provinsi dan
Sumatera Barat, Sumatera, Indonesia
kabupaten)
Total luas unit pengelolaan (ha) 9.216
Ringkasan tanggung jawab akhir untuk kompensasi (per unit pengelolaan atau secara
kolektif)
Tanggung jawab kompensasi akhir untuk konservasi (bersih) untuk unit pengelolaan
ini adalah 435 ha.
Penjelasan kegiatan & hasil kompensasi untuk konservasi yang diusulkan [maks. 200
kata]
Perusahaan kami akan mendukung perlindungan zona penyangga dengan luasan
sekitar 500 ha untuk Taman Nasional Tanjung Aru (peta 10 yang terletak
bersebelahan dengan unit pengelolaan kami di Sumatera.
Pendanaan akan disediakan untuk mendukung perlindungan kawasan tersebut secara
aktif, termasuk:
o penyediaan tim survei dalam penentuan tata batas zona penyangga; dan
o mendukung tim patroli yang mengawasi zona penyangga yang berbatasan
dengan Taman Nasional tersebut.
Bagaimana hasil kompensasi dapat memenuhi kriteria kunci berikut:
Tambahan [maks. 100 kata]
Zona penyangga telah diusulkan dalam kerja sama dengan Taman Nasional Tanjung
Aru, akan tetapi rencana ini hingga sekarang belum dilaksanakan karena kurangnya
sumber daya.
Dukungan yang diberikan oleh PT Turutan akan membantu dalam penetapan dan
penandaan batas-batas baru taman nasional serta pembentukan patroli di lapangan
dengan tujuan untuk melindungi keamanan kawasan perluasan.
Berlangsung dalam jangka panjang [maks. 100 kata]
Sekitar 361 ha zona penyangga pada saat ini diklasifikasikan sebagai Hutan Produksi
(HP), sedangkan 139 ha lainnya sebagai Areal Penggunaan Lain (APL).
Melalui dukungan ini Taman Nasional Tanjung Aru akan memasukkan zona
penyangga ke dalam kawasan taman nasional.
Berkeadilan [maks. 100 kata]
Proses FPIC akan mulai dilaksanakan bersama masyarakat yang tinggal di sekitar
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
17
kawasan zona penyangga.
Staf patroli yang akan direkrut dari masyarakat lokal.
Berdasarkan pengetahuan [maks. 100 kata]
Rencana pengelolaan Taman Nasional sejak tahun 2005 telah merekomendasikan
perluasan taman untuk memasukkan sekitar 500 ha zona penyangga.
Penelitian-penelitian yang ada mendukung didirikannya zona penyangga untuk
membantu memelihara integritas zona inti Taman Nasional tersebut.
Organisasi mana yang akan mengelola/melaksanakan proyek remediasi & kompensasi
ini?
Proyek akan dilaksanakan melalui komite gabungan antara pengelola Taman
Nasional, PT Turutan, lembaga pemerintah, perwakilan masyarakat lokal dan LSM.
Komite gabungan ini juga akan melaksanakan pengawasan dan pemantauan.
Tunjukkan jadwal yang diusulkan untuk pelaksanaan kegiatan a) remediasi dan b)
kompensasi.
Perusahaan akan berinvestasi dalam proyek ini selama lebih dari 25 tahun.
Kontak yang dapat dihubungi di Grover Sama
organisasi Anda gsama@gmail.com
Setelah keputusan dibuat di dalam prinsip, CTF perlu merumuskan cara untuk
menghitung jumlah yang sesuai per hektarnya untuk mengonversi FCL menjadi
jumlah uang dalam mata uang Dolar AS. Untuk melakukan penghitungan tersebut
ada dua pilihan utama yang dipertimbangkan dan keduanya mendasarkan jumlah
Dolar AS pada:
1. ukuran ganti rugi yang diturunkan dari lahan yang telah dikonversi menjadi
tempat produksi kelapa sawit; atau
2. berdasarkan ukuran biaya pelaksanaan proyek konservasi yang sepadan
dengan perkiraan hilangnya NKT karena pembukaan lahan.
CTF melihat bahwa setiap pendekatan memiliki paduan manfaat dan kekurangan
sekaligus sebagaimana digambarkan dalam tabel ringkasan berikut ini:
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
18
Pendekatan berbasis ganti rugi Pendekatan berbasis biaya
Alasan Pendekatan ini akan memberikan nilai Pendekatan ini akan menghasilkan
dipilih yang mencerminkan manfaat nilai yang mencerminkan biaya
terhadap anggota yang telah konservasi untuk menekankan
membuka lahan dengan menyalahi peranan prosedur ini dalam
aturan RSPO dan akan mengganti NKT yang hilang.
merepresentasikan hukuman/penalti
yang dikenakan kepadanya.
Kendala 1. Pendekatan ini sulit untuk 1. Sebagian besar proyek yang
pendekatan menentukan nilai yang berkaitan ditinjau berjangka pendek dan
dengan: kemungkinan besar tidak dapat
rata-rata pada kawasan memenuhi kriteria yang
geografis; ditetapkan CTF.
rata-rata selama satu 2. Proyek tersebut sering kali
periode rotasi; dan hanya memberikan biaya
hasil panen dan laba yang pelaksanaan langsung dan
berbeda. bukan biaya akuisisi lahan atau
2. Minimnya ketersediaan data biaya pengelolaan dan
dikarenakan kerahasiaan dalam Monitoring & Evaluasi (M&E)
menjalankan usaha. yang sedang berjalan.
3. Keragaman yang ekstrem, bahkan 3. Sedikitnya jumlah sampel yang
lebih dari 3 tahun yang dijadikan ada jauhnya rentang biaya yang
sampel. Hal ini biasanya ditemukan.
disebabkan oleh fluktuasi harga
minyak sawit mentah (CPO).
Selain itu, juga terjadi perdebatan di kalangan internal CTF sendiri mengenai
kesenjangan antara skala tanggung jawab kompensasi keuangan yang sekali
selesai/lunas terkait dengan penghitungan berbasis pendapatan (revenue-based)
3
http://www.rspo.org/file/3_StudyontheRestorationCostandReturnsfromOilPalmIndustry_Preparedb
yERE.pdf
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
19
ketika pendapatan tersebut diharapkan untuk diperoleh selama masa beroperasinya
perkebunan yang didirikan dengan cara yang menyalahi aturan RSPO.
Rekomendasi yang dihasilkan dari laporan yang ditugaskan RSPO adalah bahwa
tidaklah mungkin untuk menghasilkan suatu angka biaya pemulihan yang selalu
dapat diterima dalam segala kondisi, khususnya jika turut mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan berskala nasional, sekalipun masih berada dalam satu
kawasan seperti Asia Tenggara; apalagi jika mempertimbangkannya secara global.
Oleh karena itu, yang dapat disimpulkan dari laporan ini adalah perlunya
mempertimbangkan pendekatan lain yang mendefinisikan pendekatan per hektar
dari penanaman dengan turut mempertimbangkan kurangnya data yang dapat
diandalkan, fluktuasi harga komoditas, rentang dan perubahan seiring waktu, serta
aspek geografis dalam produktivitas dan biaya, dsb.
Akan tetapi pada diskusi selanjutnya di CTF, kami tidak dapat mencapai kata sepakat
mengenai opsi mana yang harus digunakan sebagai dasar penghitungan. Kedua
pendekatan yang ada menimbulkan kesulitan terkait dengan ketersediaan data,
variabilitas yang ekstrem dan apakah kasus-kasus yang dipilih telah mencerminkan
persyaratan-persyaratan yang sesungguhnya dalam CTF. Selain itu di satu sisi,
pendekatan berbasis pendapatan telah menuai kritik karena prosedur menjadi
seperti denda atau hukuman yang sifatnya negatif; sementara melalui pendekatan
berbasis biaya prosedur menjadi cara yang lebih positif untuk menghasilkan manfaat
konservasi yang berpotensi dapat menggantikan apa yang mungkin telah hilang.
Sementara di sisi lainnya, CTF tidak dapat membuat keputusan mengenai biaya
sesungguhnya yang diperlukan untuk melaksanakan proyek-proyek konservasi yang
sebagaimana disebutkan dalam Bagian 11 dokumen prosedur. Selain itu, CTF juga
tidak dapat menyepakati pembayaran berbasis pendapatan yang sekali jadi/langsung
lunas yang dapat mencerminkan manfaat pembukaan lahan untuk kelapa sawit yang
sesungguhnya didapatkan anggota yang bersangkutan selama hampir seluruh waktu
rotasi 25 tahun semua angka yang ditawarkan terlalu besar, sehingga tidak dapat
diterima para pekebun di dalam CTF.
Akhirnya CTF menentukan konversi yang sifatnya hanya indikatif, dengan besaran
2.500 hingga 3.000 Dolar AS per hektar untuk FCL dalam bentuk pembayaran yang
sekali selesai/lunas untuk proyek yang berjalan selama 25 tahun. Alasan
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
20
digunakannya nilai ini adalah karena dicakup dalam rentang semua angka yang
dilaporkan oleh kajian tersebut (yakni 125 hingga 4.023 Dolar AS), akan tetapi tidak
mengandalkan pada salah satu metodologi saja dan berada pada ujung yang lebih
tinggi dalam rentang yang dilaporkan untuk proyek-proyek pemulihan (125-3.832
Dolar AS). Tujuannya adalah agar mencerminkan dorongan non verbal bagi para
anggota yang memiliki tanggung jawab untuk memilih solusi berbasis pengelolaan
hektaran lahan ketimbang membayar denda.
Selama periode implementasi bertahap, ada banyak hal yang diperoleh dari dampak
pajak kompensasi ini yang berpotensi negatif terhadap nilai lahan dan bahkan
profitabilitas kelapa sawit dalam sistem semacam ini. Akan tetapi selama
pelaksanaan bertahap tersebut muncul,kita harus tetap memperhatikan beberapa
realitas tertentu terkait dengan angka ini dan skala pembukaan lahan yang dilakukan
tanpa didahului kajian NKT.
Hal pertama yang harus diingat adalah bahwa pembayaran sekali selesai/lunas
sebesar 2.500-3.000 Dolar AS untuk pembangunan perkebunan yang biasanya
memiliki usia operasi hingga 25 tahun menunjukkan pembayaran per hektar yang
hanya sebesar 100-120 Dolar AS setiap tahunnya. CTF melihat kemungkinan adanya
beberapa fleksibilitas mengenai bagaimana membagi biaya tersebut seiring waktu di
dalam batasan untuk memastikan agar jumlah tersebut dapat berhasil menghasilkan
keluaran/hasil konservasi. Hal kedua adalah berdasarkan matriks tanggung jawab
yang diusulkan, CTF tidak pernah memaksudkan agar matriks tersebut digunakan
untuk semua lahan yang dibuka tanpa didahului kajian NKT. Pada kenyataannya,
sebagian besar lahan yang dibuka tanpa didahului kajian NKT tidak memiliki
tanggung jawab konservasi apa pun. FCL dihitung berdasarkan waktu dilakukannya
pembukaan lahan tersebut, status perusahaan pada saat pembukaan lahan
dilakukan, sifatnya (komersial atau non komersial), dan kelas vegetasi yang ada pada
saat itu.
Berdasarkan 21 laporan analisis LUC pertama yang diajukan pada saat Pelaksanaan
Bertahap, 21 anggota diketahui telah membuka 215.352 ha lahan tanpa didahului
kajian NKT, dan dengan menggunakan draf matriks tanggung jawab yang telah
dipublikasi didapatkan lahan seluas 18.110 ha untuk FCL-nya. Rentang indikatif
sebesar 2.500-3.000 Dolar AS diberlakukan jika ke-21 perusahaan anggota tersebut
memilih untuk memenuhi FCL-nya dengan mengonversi jumlah yang harus mereka
investasikan menjadi nilai Dolar AS, yakni dari 45.250.000 hingga 54.330.000 Dolar
AS pada proyek konservasi. Di satu sisi hal ini memang menggambarkan adanya uang
dalam jumlah yang signifikan untuk diinvestasikan dalam rangka menyalurkan
manfaat konservasi, akan tetapi di sisi lainnya jumlah ini masih harus dibagi-bagi
untuk lahan seluas 18.110 ha dan waktu 25 tahun untuk rotasi lahan pada umumnya
sehingga akhirnya diperoleh jumlah pembayaran yang hanya sebesar 100-120 Dolar
AS per hektar setiap tahunnya. CTF telah mengajukan angka indikatif ini untuk
mendapatkan tanggapan dan usulan dari anggota dan pihak lainnya pada saat
dilakukannya pelaksanaan bertahap. Satu-satunya masukan yang diterima adalah
dari Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) yang pada tahun 2014 melakukan
penelitian sendiri mengenai enam proyek pemulihan serupa di Malaysia dan
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
21
melaporkan rentang sejumlah RM 2.600-RM 5.430 (780-1.645 Dolar AS pada nilai
tukar 2014).
Oleh karena itu draf konsultasi publik ini mengusulkan angka sebesar 2.500 Dolar AS
per hektar untuk FCL. Angka ini mencakup penyaluran kompensasi selama periode
25 tahun. CTF menyadari bahwa alasan pemilihan angka ini tidak berubah dan
bahwa data tambahan yang diperoleh pada saat periode implementasi bertahap
berada pada rentang biaya yang sudah dilaporkan sehingga hal ini semata tidaklah
dapat diartikan sebagai perubahan yang berarti.
CTF membutuhkan masukan untuk pertanyaan berikut ini (harap baca Bagian 9
Catatan Penjelasan):
Berdasarkan kriteria yang dikembangkan CTF, anggota RSPO yang memiliki tanggung
jawab kompensasi diharapkan untuk menjamin bahwa proyek konservasi
kompensasi bersifat berlangsung lama (jangka panjang). Definisi berlangsung lama
yang disusun CTF berkaitan dengan P&C RSPO, yakni dengan menyadari bahwa pada
situasi normal kemungkinan besar satu kali siklus penanaman berlangsung
sekurangnya dalam waktu 25 tahun. Oleh karena itu anggota yang saat ini memiliki
proyek kompensasi diharapkan untuk bertanggung jawab atas berjalannya proyek
tersebut.
Akan tetapi persoalan akan muncul jika anggota yang memikul tanggung jawab
kompensasi (dan proyek kompensasi sebagai hasilnya) tersebut memutuskan untuk
menjual lahannya kepada pekebun lain.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
22
CTF membutuhkan masukan untuk pertanyaan berikut ini:
Catatan mengenai upaya yang sedang berlangsung untuk meningkatkan kualitas isi
templat
Templat rencana proyek pada Lampiran 5 mungkin dapat berubah setelah ditinjau
oleh anggota CTF pada pertemuan selanjutnya.
Anggota CTF sedang mengerjakan bagian ini untuk menambahkan keterangan rinci
mengenai kriteria dan metodologi pemantauan yang diharapkan akan siap pada
pertemuan CTF November 2015 mendatang. CTF terbuka untuk menerima saran
mengenai mekanisme pengawasan yang baik dan handal.
Sebagaimana telah dijelaskan terkait dengan Bagian 6, CTF dan RSPO tengah
memperbaharui panduan ini untuk menambahkan keterangan rinci dan rujukan
geospasial yang sesuai dengan koefisien. Oleh karena itu lampiran ini merupakan
pekerjaan yang masih berkembang dan dimaksudkan hanya untuk mendukung
dokumen prosedur inti.
Catatan Penjelasan ini berkaitan dengan Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO untuk Pembukaan Lahan yang
tidak didahului Kajian NKT dan dikeluarkan untuk konsultasi publik bulan September 2015
23