Anda di halaman 1dari 45

PENYEDERHANAAN ANALISIS PORTOFOLIO

(MODEL INDEKS TUNGGAL)

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam


Menempuh Perkuliahan Teori Portofolio dan Analisis Investasi
pada Sekolah Pascasarjana Program Magister Akuntansi Universitas Widyatama

Dosen Pembina : Eriana Kartadjumena, Ph.D., Ak., CSRS.

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Edwin Gunawan (51621120020)


2. Sarah Felia Dwiayuni (51621120064)

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 5656/SK/BAN-PT/Akred/M/IX/2020
Tanggal 16 September 2020
BANDUNG
2022
PENYEDERHANAAN ANALISIS PORTOFOLIO
(MODEL INDEKS TUNGGAL)

ABSTRAK

Bisnis investasi merupakan alternatif bagi para investor untuk menanamkan


modal mereka pada investasi yang mereka inginkan, baik dalam investasi jangka pendek
maupun jangka panjang. Di Indonesia sendiri didalam bisnis investasi banyak bermacam-
macam aset, Dengan banyaknya bermacam-macam aset tersebut mengharuskan para
investor untuk membentuk suatu portofolio. Pengertian dari portofolio itu sendiri
merupakan kumpulan wahana investasi yang digabungkan menjadi satu oleh para
pemodal (investor), sebagai upaya untuk mengurangi risiko investasi dan mendapatkan
keuntungan yang maksimal dengan cara melakukan diversifikasi portofolio. Dari
bermacam-macam jenis investasi yang ada salah satunya yang paling popular adalah
saham, karena saham dianggap mampu memberikan keuntungan yang cukup menarik
bagi para investor.
Dalam melaksanakan kegiatan investasi, seorang investor dihadapkan pada dua
hal yaitu tingkat pengembalian dan juga risiko yang mungkin timbul akibat adanya
ketidakpastian. Maka para investor meminimalkan resiko yang mereka tanggung dengan
melakukan diversifikasi, dengan kata lain mereka membentuk portofolio. Metode analisis
model indeks tunggal dapat digunakan untuk menentukan saham-saham yang membentuk
portofolio optimal serta proporsinya.

Kata kunci : investasi, risk and return, portofolio saham dan indeks tunggal

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang atas

kehendak-Nya dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat

serta salam tercurah limpahkan kepada baginda Rasullallah Muhammad S.A.W.

untuk sauri tauladan yang paling sempurna bagi seluruh umat manusia.

Makalah ini berjudul “Penyederhanaan Analisis Portofolio (Model

Indeks Tunggal)”. Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah

untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh perkuliahan Teori Portofolio

dan Analisis Investasi pada Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas

Widyatama.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Selama penulis menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari dukungan

moril maupun materil serta doa yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih secara tulus kepada :

1. Bapak Eriana Kartadjumena, Ph.D., Ak., CSRS. selaku dosen Pembina

mata kuliah Teori Portofolio dan Analisis Investasi di Universitas

Widyatama Pascasarjana.

2. Teman-teman Kelas Magister Akuntansi yang selalu memberikan

dorongan materil maupun moril dalam membantu menyusun makalah ini.

ii
Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan, penulis berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Jazakumullahu khairan katsira. Amin.

Bandung, Okotober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………... vi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… vii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………... 1

1.3 Pembatasan Masalah …………………………………………….. 2

1.4 Tujuan ……………………………………………………………. 2

1.5 Manfaat …………………………………………………………... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Masukan Untuk Analisis Portofolio ……………………………... 4

2.2 Konsep Model Indek Tunggal …………..……………………….. 5

2.3 Model Indek Tunggal Untuk Portofolio …………………………. 9

2.4 Menaksir Beta …………………………………………………… 10

2.5 Menyesuaikan Taksiran Beta Historis …………………………… 12

iv
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 17

3.2 Saran ……………………………………………………………... 18

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Penggambaran Beta ………………………………………………... 11

Gambar 5.2 Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta pada periode 2,

hasil pengamatan Blume …………………………………………... 12

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Dekompesisi Tingkat Keuntungan Untuk Model Indeks Tunggal ……. 8

Tabel 5.2 Beta Berbagai Portofolio Yang Disusun Sesuai Peringkatnya Untuk

Dua Periode Waktu Yang Berurutan …………………………………. 12

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Analisis Portfolio Optimal Model Indeks Tunggal Pada Perusahaan Perkebunan

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bisnis investasi merupakan alternatif bagi para investor untuk menanamkan
modal mereka pada investasi yang mereka inginkan, baik dalam investasi jangka
pendek maupun jangka panjang. Di Indonesia sendiri didalam bisnis investasi banyak
bermacam-macam aset, Dengan banyaknya bermacam-macam aset tersebut
mengharuskan para investor untuk membentuk suatu portofolio. Pengertian dari
portofolio itu sendiri merupakan kumpulan wahana investasi yang digabungkan
menjadi satu oleh para pemodal (investor), sebagai upaya untuk mengurangi risiko
investasi dan mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan cara melakukan
diversifikasi portofolio. Dari bermacam-macam jenis investasi yang ada salah satunya
yang paling popular adalah saham, karena saham dianggap mampu memberikan
keuntungan yang cukup menarik bagi para investor.
Dalam berinvestasi terdapat dua faktor yang harus dipertimbangkan oleh
investor, yaitu tingkat pengembalian keuntungan (return) dan risiko (risk). Untuk
meminimumkan risiko yang ditanggung oleh para calon investor, dapat dilakukan
dengan mengkombinasikan investasi saham yang akan dipilih serta menentukan
proporsi yang akan diinvestasikan pada masing-masing saham. Portofolio efisien adalah
portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau
risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. Sedangkan dalam portofolio
optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan
yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien.
Dalam menganalisis portofolio, penulis menggunakan model indeks tunggal
sebagai dasar perhitungan terhadap saham mana yang akan dipilih oleh investor.
Konsep model indeks tunggal mendasarkan diri pada pemikiran bahwa tingkat
keuntungan suatu sekuritas dipengaruhi oleh tingkat keuntungan pasar. Pada saat pasar
membaik maka harga saham-saham juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada
saat pasar memburuk maka harga saham-saham akan turun harganya. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat keuntungan suatu saham berkolerasi dengan perubahan
pasar (Husnan, 2009:103).

1
2

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk


mendiskripsikan dan menganalisis pembentukkan portofolio saham yang optimal yang
menghasilkan expected return maksimum dan risiko saham minimum dengan
menggunakan model indeks tunggal sebagai dasar pertimbangan investasi saham.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis mengidentifikasi
masalah portofolio investasi sebagai berikut: “Bagaimana optimalisasi portofolio yang
menghasilkan expected return maksimum dan risiko saham minimum dengan
menggunakan model indeks tunggal sebagai dasar pertimbangan investasi saham.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas
mengenai penyederhanaan analisis portofolio (model indeks tunggal). Penulis
menganggap ini sangat menarik. Adapun tujuan dilakukannya pembatasan masalah ini
agar dalam penyusunan makalah ini tidak terjadi selang pendapat. Dalam makalah ini
penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan analisis portofolio
2. Apa yang dimaksud dengan konsep model indek tunggal
3. Apa yang dimaksud dengan model indek tunggal untuk portofolio
4. Bagaimana cara menaksir beta

1.4 Tujuan
1. Memahami analisis portofolio
2. Memahami konsep model indek tunggal
3. Memahami model indek tunggal untuk portofolio
4. Memahami cara menaksir beta
3

1.5 Manfaat
1. Mengetahui analisis portofolio
2. Mengetahui konsep model indek tunggal
3. Mengetahui model indek tunggal untuk portofolio
4. Mengetahui cara menaksir beta
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Masukan Untuk Analisis Protofolio


Sewaktu kita melakukan analisis portofolio, perhatian kita akan terpusat
pada dua parameter, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan dan deviasi
standar tingkat keuntungan portofolio yang efisien. Tingkat keuntungan yang
diharapkan dari portofolio dinyatakan sebagai berikut :

E(Rp) =

Sedangkan deviasi standar portofolio dinyatakan sebagai berikut :

σp = [ ∑ X12 σi + ∑∑ Xi Xj σij ] 1/2

Dengan demikian kalau kita ingin melakukan analisis portofolio yang


terdiri dari 5 saham (atau sekuritas) misalnya, maka untuk menaksir E(R) kita
perlu menaksir tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing saham
yang membentuk portofolio tersebut. Berarti kita perlu menaksir lima tingkat
keuntungan yang diharapkan. Untuk menaksir tingkat keuntungan yang
diharapkan dari suatu portofolio, kita perlu menaksir jumlah tingkat
keuntungan yang diharapkan sebanyak jumlah saham yang membentuk
portofolio tersebut.
Sebaliknya kalau kita ingin menaksir σp kita harus menaksir variance
(atau deviasi standar) dari saham-saham yang membentuk portofolio tersebut
dan koefisien korelasi antar tingkat keuntungan (atau covariance). Kalau
portofolio tersebut terdiri dari 5 saham, maka kita akan menaksir 5 variance
dan 10 koefisien korelasi. Jumlah koefisien korelasi yang perlu ditaksir ini
akan meningkat dengan cepat apabila kita memperbesar saham-saham yang ada
dalam portofolio kita. Formula yang dipergunakan untuk menghitung jumlah
koefisien korelasi antar tingkat keuntungan adalah N (N - 1)/2. Dalam hal ini
N adalah jumlah sekuritas yang dipergunakan untuk membentuk portofolio
tersebut. Jadi kalau kita melakukan pengamatan terhadap 20 sekuritas, maka

4
5

kita harus menaksir 20(20 - 1)/2 = 190 koefisien korelasi. Suatu jumlah
variabel yang tidak sedikit, lebih-lebih kalau pada umumnya para analis
sekuritas melakukan pengamatan terhadap sekitar 50 sampai dengan 100
sekuritas.
Tentu saja kita bisa menghitung koefisien korelasi, variance dan tingkat
keuntungan yang diharapkan berdasarkan atas data tahun-tahun yang lalu.
Tetapi untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan kita berkepentingan
dengan nilai variabel-variabel tersebut di masa yang akan datang, bukan
dengan nilai historisnya. Untuk itu kita hanya bisa melakukan estimasi
terhadap variabel-variabel tersebut. Seandainya nilai variabel-variabel tersebut
relatif stabil, maka kita bisa melakukan estimasi dengan baik dengan
menggunakan data historis.
Untuk keperluan analisis portofolio memang disyaratkan bahwa data
yang kita pergunakan harus mempunyai sifat stationary. Stationarity ini
ditunjukkan dari stabilnya nilai mean dan variance. Kalau suatu series bersifat
stationary berarti untuk variabel tingkat keuntungan yang diharapkan dan
deviasi standar, data historis memang sedikit banyak bisa dipergunakan untuk
menaksir nilai di masa yang akan datang, tetapi tidak untuk koefisien
korelasi. Tidak ada jaminan bahwa kalau tahun yang lalu koefisien korelasi
antara saham A dan B lebih rendah dibandingkan antara saham B dan C, maka
untuk tahun-tahun yang akan datang pola tersebut akan tetap berlaku. Untuk
itulah kemudian dipergunakan model yang diharapkan bisa membantu
memecahkan masalah-masalah tersebut.

2.2 Konsep Model Indeks Tunggal


Kalau kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada
saat "pasar" membaik yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia harga
saham-saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat
pasar memburuk maka harga saham-saham akan turun harganya. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham tampaknya berkorelasi
dengan perubahan pasar. Kalau perubahan pasar bisa dinyatakan sebagai
6

tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham bisa
dinyatakan sebagai :

Ri = ai + βi Rm

dalam hal ini, adalah bagian dari tingkat keuntungan saham ini yang tidak
dipengaruhi oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.
Rm adalah tingkat keuntungan indeks pasar. Variabel ini merupakan variabel
yang acak. βi adalah beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang
diharapkan pada Rj kalau terjadi perubahan pada Rm
Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu
saham menjadi dua bagian, yaitu yang independen dari perubahan pasar dan
yang dipengaruhi oleh pasar. Menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan
suatu saham terhadap tingkat keuntungan indeks dasar. βi sebesar 2 berarti
bahwa kalau terjadi kenaikan (penurunan) tingkat keuntungan indeks pasar
sebesar 10% maka akan terjadi kenaikan (penurunan) Rj sebesar 20%.
Parameter a, menunjukkan komponen tingkat keuntungan yang tidak terpengaruh
oleh perubahan indeks pasar. Parameter ini bisa dipecah menjadi dua, yaitu, αi
(alpha) yang menunjukkan nilai pengharapan dari ai, dan ei, yang menunjukkan
elemen acak dari ai. dengan demikian maka :

ai = αi + ei

Dengan ei mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan tingkat


keuntungan suatu saham sekarang bisa dinyatakan sebagai berikut :

Ri = αi + βi Rm + ei

Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi linier sederhana yang dihitung


dengan R sebagai variabel tergantung dan Rm sebagai variabel independen. Cara
penghitungan regresi secara manual diberikan pada Apendiks Bab ini, meskipun
penggunaan paket program statistik akan sangat mempercepat perhitungan kita.
Perhatikan sekali lagi bahwa Rm dan ei, adalah variabel random. Karena itu
7

cov(ei,Rm ) = 0. Kemudian diasumsikan bahwa ei independen terhadap ej, untuk


setiap nilai i dan j, formal bisa dinyatakan bahwa E(ei,ej,) = 0.

Model indeks tunggal bisa kita ringkas sebagai berikut:


Persamaan dasar
Ri = αi + βi Rm + ei untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan pembentukan saham
E (ei) = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N
Berdasarkan asumsi
(1) lndeks tidak berkorelasi dengan unique return :
E[ ei (Rm – E (Rm)) ] = 0 untuk setiap saham i = 1,.,N
(2) Sekuritas hanya dipengaruhi oleh pasar :
E (ei ej) = 0 untuk setiap pasangan saham
i = 1,..,N dan j = 1,.,N, tetapi i ≠ j
Per definisi
(1) Variance ei = E(ei)2 = σei2 untuk semua saham i = 1,..,N
(2) Variance Rm = σm2
Untuk sekuritas, penggunaan model indeks tunggal menghasilkan tingkat
keuntungan yang diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan dan covariance
antar saham sebagai berikut :
1. Tingkat keuntungan yang diharapkan,
E(Ri) = αi + βi E (Rm)
2. Variance tingkat keuntungan
αi2 = βi σm2 + σei2
3. Covariance tingkat keuntungan sekuritas i dan j
σij = βi βj σm2
Perhatikan bahwa model tersebut menunjukkan bahwa tingkat
keuntungan yang diharapkan terdiri dari dua komponen; bagian yang unik, yaitu
αi dan bagian yang berhubungan dengan pasar, yaitu βi E (Rm). Demikian juga
variance tingkat keuntungan terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang unik (σ ei2)
dan risiko yang berhubungan dengan pasar βi σm2 . Sebaliknya covariance
8

semata-mata tergantung pada risiko pasar. lni berarti bahwa model indeks
tunggal menunjukkan bahwa satu-satunya alasan mengapa saham-saham
"bergerak bersama" adalah bereaksi terhadap gerakan pasar.
Pernyataan tersebut bisa diilustrasikan dengan data yang ada dalam tabel 5.1.
Misalkan kita mengamati tingkat keuntungan suatu saham dan indeks pasar
seperti yang ditunjukkan pada kolom (1) dan (2). Kolom (3) merupakan
reproduksi kolom (1). Sementara ini kita terima dulu bahwa βi = 0,975. Kolom
(5) merupakan kolom (2) dikalikan 0,975. Nilai ei diperoleh sebagai berikut.
Perhatikan bahwa rata-rata ei = 0. Karena itu jumlah ei, juga = 0. Karena jumlah
kolom (5) = 39, maka jumlah kolom(4) harus sama= 13. Karena αi merupakan
konstanta, maka nilai αi, pada setiap bulannya adalah 39/5 = 2,6. Dengan
menggunakan rumus (5.4) kita bisa menghitung bahwa,
σm2 = 32 dan σei2 = 4,732. Dengan demikian maka,
σei2 = βi2 σm2 + σei2
= 30,42 + 4,732
= 35,152
9

2.3 Model Indeks Tunggal Untuk Portofolio


Di muka telah disebutkan bahwa salah satu alasan dipergunakannya
model indeks tunggal adalah untuk mengurangi jumlah variabel yang harus
ditaksir. Kalau kita melakukan analisis portofolio maka pada dasarnya kita harus
memperkirakan E(Rp ) dan σp. Kalau kita mempunyai 10 sekuritas yang
membentuk portofolio, maka untui menaksir E(Rp) kita perlu menaksir sepuluh
tingkat keuntungan sekuritas. Untuk menaksir σp kita perlu menaksir sepuluh
variance tingkat keuntungan dan empat puluh lima covarince.
Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang
perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai
karakteristik sebagai berikut. Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang
dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut. Dinyatakan dalam
rumus,
βp = xi βi
Demikian juga alpha portofolio αp, adalah
αp = xi αi
Dengan demikian persamaan (5.4) bisa dituliskan menjadi
E(Rp) = αp = βp + βp E (Rm)
Untuk variance portofolio, αp2, rumusnya bisa dinyatakan sebagai,
αp2 = βp2+ σm2 + ∑ xiσ ei2
Apabila pemodal menginvestasikan dananya dengan proporsi yang sama pada N
saham, maka variance portofolio bisa dinyatakan sebagai,
σp2 = βp2 σm2 + (1/N) [ ∑ (1/N) (σei2) ]
Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang
dipergunakan untuk membentuk portofolio), makin kecillah nilai term kedua dari
persamaan tersebut. Karena term tersebut menunjukkan risiko sisa (residual risk
atau unsystematic risk) maka ini berarti bahwa sumbangan risiko sisa terhadap
risiko portofolio menjadi makin kecil apabila kita memperbesar jumlah saham
yang ada dalam portofolio. Apabila kita mempunyai N yang besar sekali, maka
term tersebut akan menjadi sangat kecil dan mendekati nol. Sedangkan term
10

yang pertama disebut sebagai systematic risk. Penjumlahan kedua terms tersebut
disebut sebagai risiko total dari portofolio (σp2).
Risiko yang tidak bisa dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang
terdiri dari sekuritas yang makin banyak, merupakan risiko yang berkaitan
dengan βp. Kalau kita rnenganggap risiko residual mendekati nol, maka risiko
portofolio mendekati
σp2 = [ β p2 σm2 ]1/2 = β p σm = [ ∑ Xi β i ]
Karena nilainya sama σm, tidak peduli saham apapun yang kita analisis,
ukuran kontribusi risiko suatu saham terhadap risiko portofolio yang terdiri dari
banyak saham akan tergantung pada β1.

2.4 Menaksir Beta


Penggunaan model indeks tunggal memerlukan penaksiran beta dari
saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Para analis bisa saja
menggunakan judgement mereka dalam menentukan beta. Kita juga bisa
menggunakan data historis untuk menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan
sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Diketemukan berbagai bukti
bahwa beta historis memberikan informasi yang berguna tentang beta di masa
yang akan datang (sebagai misal, Brealey and Myers, 1991, h. 183). Karena itu
sering para analis menggunakan beta historis sebelum mereka menggunakan
judgement / untuk memperkirakan beta di masa yang akan datang.
Persamaan (5.3) menunjukkan bahwa,
Ri = αi + βi Rm + ei
Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linier sederhana,
yang bisa dipecahkan dengan rumus regresi. Berbagai program statistik untuk
dipergunakan di komputer juga tersedia untuk menghitung persamaan tersebut.
Informasi yang diperlukan adalah series tentang tingkat keuntungan suatu saham
(Ri,) dan tingkat keuntungan indeks pasar (Rm). Hasil perhitungan tersebut kalau
di-plot-kan dalam suatu gambar akan nampak seperti dalam Gambar 5.1.
Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α
menunjukkan intercept dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin curam
11

kemiringan garis tersebut, dan sebaliknya. Penyebaran titik-titik pengamatan di


sekitar garis regresi tersebut menunjukkan risiko sisa (σei2)sekuritas yang
diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut, semakin besar risiko sisanya.
Beta juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus,
βi = (σim / σm2) dan untuk alpha, bisa dihitung dengan
αi = E (Rit) – βp E (Rmt)

Nilai βi , dan αi , yang dihitung dengan persamaan regresi merupakan


taksiran dari beta dan alpha yang sebenamya. Taksiran tersebut tidak luput dari
kesalahan (subject to error). Berbagai properti statistik, seperti nilai-t, nilai F,
dan koefisien determinasia perlu diperhatikan untuk menggunakan nilai-nilai
taksiran tersebut.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi
(yaitu bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta
portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai R1 yang
bisa dijelaskan oleh Rm. Dengan demikian semakin besar nilai koefisien
determinasi semakin akurat nllai estimated beta tersebut. Beta portofolio
umumnya lebih akurat dari beta sekuritas individual karena dua hal. Pertama,
beta mungkin berubah dari waktu ke waktu. Ada sekuritas yang betanya berubah
menjadi lebih besar, ada pula yang mengecil. Pembentukan portofolio
memungkinkan perubahan tersebut menjadi saling meniadakan, atau paling tidak
mengecil. Kedua, penaksiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak
(random error). Pembentukan portofolio memungkinkan kesalahan tersebut
diperkecil. Karena itu, semakin banyak sekuritas yang dipergunakan untuk
12

membentuk portofolio, semakin besar nilai koefisien determinasinya. Dengan


demikian maka beta portofolio historis akan merupakan predictor beta masa
depan yang lebih baik dibandingkan dengan beta sekuritas individual.

2.5 Menyesuaikan Taksiran Beta Historis


Apakah kita bisa memperbaiki akurasi penaksiran beta historis untuk
keperluan estimasi beta di masa yang akan datang? Pengamatan yang dilakukan
olehBlume (I97I) menunjukkan fenomenayangmenarik, sebagaimana disajikan
pada Tabel 5.2 berikut ini. Blume mengamati beta dari berbagai portofolio pada
dua periode yang berurutan, yaitu beta pada periode Juli 1954-Juni 1961 dan
periode Juli 1961-Juni 1968. Beta-beta periode pertama tersebut disusun
menurut peringkatnya, dimulai dari beta yang terkecil sampai dengan beta yang
terbesar.
Tabel 5.2. Beta berbagai portofolio yang disusun sesuai peringkatnya
untuk dua periode waktu yang berurutan.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa apabila


pada periode pertama beta suatu portofolio kecil, yaitu di bawah satu, maka pada
periode berikutnya akan terjadi kenaikan. Sebagai misal, beta portofolio pertama
adalah 0,393 pada periode pertama, kemudian beta portofolio ini meningkat
menjadi 0,620 pada periode kedua. Sebaliknya untuk portofolio yang
mempunyai beta tinggi, lebih besar dari satu. Pada periode berikutnya beta
portofolio tersebut menurun. Ada kecenderungan bahwa nampaknya beta
portofolio- portofolio tersebut, dalam jangka panjang akan bergerak di sekitar
satu.
13

Berdasarkan fenomena tersebut Blume kemudian merumuskan teknik


untuk menyesuaikan beta historis yaitu meregresikan ke arah satu. Kalau beta-
beta pada periode kedua diregresikan dengan beta-beta pada periode pertama,
akan diperoleh persamaan
βi2 =0,343 + 0,677 β91
Dalam hal ini βi2, menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 2, dan
βi2, menunjukkan beta untuk sekuritas i pada periode 1. Jadi apabila kita
menghitung beta suatu sekuritas pada periode pertama sebesar 2, maka pada
periode yang akan datang kita akan rnemperkirakan bahwa beta sekuritas
tersebut adalah 0,343 + 0,677 (2) = 1,697 , dan bukan 2. Persamaan tersebut bisa
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 5.2. Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta
pada periode 2, hasil pengamatan Blume

Beta periode 2

0,677

0,343

BBeta periode 1
Teknik yang dikemukakan oleh Blume tersebut telah diuji secara empiris,
dan hasilnya ternyata memang lebih baik daripada seandainya kita menggunakan
beta yang tidak disesuaikan (Klemkosky and Martin, 1975). Pengujian dilakukan
terhadap kemampuan meramalkan teknik tersebut untuk tiga periode yang setiap
periodenya terdiri dari lima tahun, saham individual maupun portofolio yang
terdiri dari sepuluh sekuritas. Ilustrasi 5.1
Pengujian empiris juga dilakukan di pasar modal Indonesia (Pudjiastuti
dan Husnan, 1993). Untuk periode tahun 1990 – 1992, ditemukan bahwa beta
pada t berkorelasi relatif cukup kuat dengan beta t + 1. Korelasi beta 1990
14

dengan beta 1991 ditemukan sebesar 0,39, sedangkan antara beta tahun 1991
dengan 1992 adalah 0,52. Sebaliknya beta pendekatan Blume diterapkan untuk
Indonesia, ditemukan persamaan,
β92 =0,460 + 0,3791β92
Meskipun kecenderungan mendekati satu tidak terdeteksi, peramalan beta
di masa yang akan datang dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut
ternyata sedikit lebih baik daripada dengan menggunakan nilai beta di waktu
yang lalu. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata error yang dikuadratkan (mean
square error), yang lebih rendah untuk estimasi beta dengan persamaan di atas,
daripada beta historis apa adanya.
Dengan demikian, penggunaan beta bukan hanya mengurangi jumlah
variabel yang harus ditaksir, beta yang disesuaikanjuga relatif lebih akurat
sebagai penaksir beta di masa yang akan datang dibandingkan dengan beta
historis yang tidak disesuaikan, dan juga dengan koefisien korelasi historis. Yang
terakhir ini nampaknya merupakan forecaster yang terburuk untuk nilai-nilai di
masa yang akan datang.
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang
harus ditaksir dan penggunaan data (beta) historis (setelah disesuaikan) lebih
bisa diandalkan, tetapi penggunaan beta juga memungkinkan kita
mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi
beta tersebut. Faktor-faktor fundamental ini yang tidak bisa diidentifikasikan
kalau kita menggunakan matrik koefisien korelasi historis. Belum bisa
diidentifikasikan faktor (faktor-faktor) apa yang menyebabkan, misalnya,
koefisien korelasi saham i dengan j ternyata rendah (atau tinggi) pada periode
waktu tertentu.
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat
keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor
fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan
tersebut. Faktor-faktor yang diidentifi kasikan mempengaruhi nilai beta adalah :
15

1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan


dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Kita tahu bahwa pada saat
kondisi perekonomian membaik, semua petusahaan akan merasakan
dampak positifnya. Demikian pula pada saat resesi semua perusahaan akan
terkena dampak negatifnya. Yang membedakan adalah intensitasnya. Ada
perusahaan yang segera membaik (memburuk) pada saat kondisi
perekonomian membaik (memburuk), tetapi ada pula yang hanya sedikit
terpengaruh. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi
perkonomian merupakan perusahaan yang mempunyai beta yang tinggi
dan sebaliknya.
2. Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya
perusahaan yang merupakan biaya. Semakin besar proporsi ini semakin
besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating
leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi, dan
sebaliknya.
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah
perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi
hutang yang dipergunakan, semakin besar financial leverage-nya. Kalau
kita menaksir beta saham, maka kita menaksir beta equity. Semakin besar
proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri
akan menanggung risiko yang makin besar. Karena itu semakin tinggi
financial leverage, semakin tinggi beta equity.
Beberapa peneliti (Beaver, Kettler, and Scholes, 1970) mencoba
merumuskan beberapa variabel akuntansi untuk memperkirakan beta.
Variabel-variabel yang dipergunakan diantaranya adalah:
(l) Dividend Payout (yaitu perbandingan antara dividen per lembar saham
dengan laba per lembar saham).
(2) Pertumbuhan aktiva (yaitu perubahan aktiva per tahun).
(3) Leverage (yaitu rasio antara hutang dengan total aktiva).
(4) Likuiditas (yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar).
(5) Asset size (yaitu nilai kekayaan total).
16

(6) Variabilitas keuntungan (yaitu deviasi standar dari earnings price


ratio).
(7) Beta akunting (yaitu beta yang timbul dari regresi time series laba
perusahaan terhadap rata-rata keuntungan semua (atau sampel)
perusahaan.

Variabel (1) diharapkan mempunyai hubungan yang negatif dengan beta.


Variabel (2) dan (3) diharapkan mempunyai hubungan yang positif. Variabel (4)
diharapkan mempunyai hubungan negatif, dan variabel (5) dan (6) mempunyai
hubungan positif. Beta akunting diharapkan mempunyai hubungan yang positif
dengan beta pasar.
Korelasi masing-masing faktor tersebut dengan beta menunjukkan hasil
yang sesuai dengan pengharapan. Sedangkan untuk menguji apakah variabel-
variabel tersebut memang mempengaruhi beta, dilakukan uji regresi berganda,
dimana variabel tergantungnya adalah beta. Banyak peneliti lain yang juga
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta seperti
yang telah diungkapkan oleh Elton and Gruber (1991).
BAB lll
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada bagian ini penulis mengambil suatu kesimpulan atas makalah yang
telah disajikan sebagai berikut :
1. Portofolio yang optimal adalah kondisi yang dibutuhkan oleh investor
dimana yang akan dipilih investor tergantung dari fungsi utilitasnya
masing-masing. Tentunya yang dipilih adalah portofolio yang sesuai
dengan preferensi investor yang bersangkutan terhadap tingkat
keuntungan dan risiko yang bersedia ditanggungnya.

3.2 Saran
Penulis mencoba untuk memberikan saran yang berkaitan dengan
pembahasan ini, yaitu :
1. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya lebih baik
menginvestasikan pada beberapa sekuritas atau membentuk suatu
portofolio yang optimal karena dapat menurunkan risiko yang dapat
ditanggung oleh investor. Selain dari pada itu bagi para investor juga
harus melihat pada tingkat expected return portofolio, karena apabila
lebih kecil dari tingkat pendapatan yang diharapkan tentunya tidak
baik untuk berinvestasi, akan tetapi jika para investor terlanjur
membeli saham tersebut sebaiknya dipertahankan dengan harapan akan
terjadi perubahan dimasa yang akan datang.
2. Bagi investor Risk Aveter, Risk Seeker bila ingin berinvestasi
hendaknya mempertimbangkan untuk memilih saham-saham optimal
yang dipilih dengan proporsi yang telah ada. Didalam analisa investasi
sebaiknya melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio terutama
risiko dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

17
DAFTAR PUSTAKA

Laraswati, P. & Yuniati, T. (2016). Analisis Portofolio Optimal Model


Indeks Tunggal Pada Perusahaan Perkebunan. Jurnal Ilmu Riset dan Manajemen:
Volume 5. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Diakses dari
www.google.com
Astari, F. (2016). Model Indeks Tunggal Penyederhanaan Analisis
Portofolio. AcademiaEdu. Diakses dari www.academia.edu
Lampiran Jurnal

Analisis Portfolio Optimal Model Indeks Tunggal Pada


Perusahaan Perkebunan
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL MODEL INDEKS TUNGGAL PADA


PERUSAHAAN PERKEBUNAN

Pratiwi Larasati
Pratiwilarasati15@yahoo.com
Tri Yuniati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

In carrying out investment activities, an investor is faced with two things, i.e.: the rate of return and
the risks that may arise as a result of the uncertainty.Therefore, investors minimize the risks they are
borne by conducting diversification, these securities form portfolio. Single index model analysis
methods can be used to determine the stocks that form optimal portfolio and their proportion.The
calculation is done by comparing the level of benefits and the risk level of five stocks that have been
selected as samples and two stocks have been obtained that are categorized into optimal portfolio and
become one combined portfolio, i.e. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) and PT Eagle High
Plantation (BWPT). The result shows that the proportion of stocks of 50%: 50% the level of benefit is
0.0524 and the risk level is 0.0084. On proportion of 60%: 40% the level of benefit is 0.0180 and the
risk level is 0.0104. On proportion of 70%: 30% the level of benefit is -0.0163 and the risk level is
0.0404. It has been found from the result of these three samples have obtained the most optimal
proportion of stocks that is the proportion of 50%: 50%, because this proportion shows the largest level
of benefit of all proportions and it indicates the smallest risk level is of all proportion.

Keywords: Investment, Risk dan Return, Stock Portfolio, Single Index Model, Portfolio Optimal

ABSTRACT

Dalam melaksanakan kegiatan investasi, seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu
tingkat pengembalian dan juga risiko yang mungkin timbul akibat adanya ketidakpastian.
Maka para investor meminimalkan resiko yang mereka tanggung dengan melakukan
diversifikasi, dengan kata lain mereka membentuk portofolio. Metode analisis model indeks
tunggal dapat digunakan untuk menentukan saham-saham yang membentuk portofolio
optimal serta proporsinya. Perhitungan dilakukan dengan membandingkan tingkat
keuntungan dan tingkat risiko dari kelima saham yang menjadi sampel diperoleh 2 saham
yang masuk kedalam portofolio optimal dan menjadi 1 kombinasi portofolio, yaitu PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Eagle High Plantation (BWPT). Hasil menunjukkan pada
proporsi saham 50%:50% tingkat keuntungan sebesar0,0524 dan tingkat risiko sebesar 0,0084.
Pada proporsi 60%:40% tingkat keuntungan sebesar 0,0180 dan tingkat risiko sebesar 0,0104.
Pada proporsi 70%:30% tingkat keuntungan sebesar -0,0163 dan tingkat risiko sebesar 0,0404.
Dari hasil ketiga tersebut maka didapatkan proporsi saham yang paling optimal yaitu
dengan proporsi sama 50%:50%, karena proporsi ini menunjukkan tingkat keuntungan yang
paling besar dari semua proporsi dan menunjukkan tingkat risiko paling kecil dari semua
proporsi.

Kata Kunci: Investasi, Risk dan Return, Portofolio Saham, Model Indeks Tunggal,
Optimalisasi Portofolio.
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
2

PENDAHULUAN

Bisnis investasi merupakan alternatif bagi para investor untuk menanamkan modal
mereka pada investasi yang mereka inginkan, baik dalam investasi jangka pendek maupun
jangka panjang. Di Indonesia sendiri didalam bisnis investasi banyak bermacam-macam
aset, Dengan banyaknya bermacam-macam aset tersebut mengharuskan para investor untuk
membentuk suatu portofolio. Pengertian dari portofolio itu sendiri merupakan kumpulan
wahana investasi yang digabungkan menjadi satu oleh para pemodal (investor), sebagai
upaya untuk mengurangi risiko investasi dan mendapatkan keuntungan yang maksimal
dengan cara melakukan diversifikasi portofolio. Dari bermacam-macam jenis investasi yang
ada salah satunya yang paling popular adalah saham, karena saham dianggap mampu
memberikan keuntungan yang cukup menarik bagi para investor.
Dalam berinvestasi terdapat dua faktor yang harus dipertimbangkan oleh investor,
yaitu tingkat pengembalian keuntungan (return) dan risiko (risk). Untuk meminimumkan
risiko yang ditanggung oleh para calon investor, dapat dilakukan dengan
mengkombinasikan investasi saham yang akan dipilih serta menentukan proporsi yang akan
diinvestasikan pada masing-masing saham. Portofolio efisien adalah portofolio yang
menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu
dengan tingkat keuntungan tertinggi. Sedangkan dalam portofolio optimal merupakan
portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada
kumpulan portofolio yang efisien.
Dalam menganalisis portofolio, penulis menggunakan model indeks tunggal sebagai
dasar perhitungan terhadap saham mana yang akan dipilih oleh investor. Konsep model
indeks tunggal mendasarkan diri pada pemikiran bahwa tingkat keuntungan suatu sekuritas
dipengaruhi oleh tingkat keuntungan pasar. Pada saat pasar membaik maka harga saham-
saham juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga
saham-saham akan turun harganya. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keuntungan suatu
saham berkolerasi dengan perubahan pasar (Husnan, 2009:103).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil suatu
rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana optimalisasi portofolio yang menghasilkan
expected return maksimum dan risiko saham minimum dengan menggunakan model indeks
tunggal sebagai dasar pertimbangan investasi saham pada perusahaan perkebunan di BEI“.
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan dan menganalisis pembentukkan portofolio saham yang optimal yang
menghasilkan expected return maksimum dan risiko saham minimum dengan
menggunakan model indeks tunggal sebagai dasar pertimbangan investasi saham pada
perusahaan perkebunan di BEI.

TINJAUAN TEORITIS

Pengertian Pasar Modal


Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko
untung rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan
dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2010:
29). Menurut Fahmi, (2012: 52) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan
swasta. Dari beberapa pengertian diatas bisa dikatakan bahwa pasar modal adalah tempat
bertemunya antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan
dana dengan cara memperjual belikan sekuritas.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593
3

Pengertian Investasi
Pengertian investasi menurut Tandelilin, (2010: 2) adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Jogiyanto, (2014: 5) investasi
dapat didefisinikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva
produktif selama periode tertentu. Berdasarkan pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa
investasi adalah penanaman modal pada beberapa perusahaan dalam jangka waktu yang di
inginkan, dengan harapan agar memperoleh keuntungan yang lebih dimasa yang akan
datang.

Pengertian Saham
Menurut Darmadji dan Fakhrudin, (2011: 5) saham didefisinikan sebagai tanda
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Menurut Husnan,
(2009: 279) saham yaitu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan, disebut juga sebagai
pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas
dapat dinyatakan bahwa saham merupakan surat / tanda bukti kepemilikan bagian modal
dari suatu perusahaan.

Pengertian Portofolio
Pengertian Portofolio menurut Zubir, (2011: 1) adalah gabungan dari berbagai
instrument invesatasi. Hampir semua orang mempunyai portofolio investasi baik yang
berbentuk tanpa disengaja atau memang diputuskan melalaui perencanaan yang didukung
dengan perhitungan dan pertimbangan rasional. Portofolio merupakan kombinasi atau
gabungan atau sekumpulan asset, baik berupa asset rill maupun asset financial yang dimiliki
oleh investor (Tandelilin, 2010: 156). Hakikat pembentukan portofolio adalah
mengalokasikan dana pada berbagai alternative investasi, sehingga risiko investasi secara
keseluruhan dapat diminimumkan. Berdasarkan pendapat diatas bisa dinyatakan bahwa
portofolio adalah gabungan dari berbagai instrument investasi baik yang berbentuk tanpa
disengaja atau memang diputuskan melalui perencanaan yang didukung dengan
perhitungan dan pertimbangan rasional untuk memaksimumkan keuntungan dan
meminimumkan risiko investasi

Model Indeks Tunggal


Jogiyanto , (2014: 407) menurut wiliam sharpe konsep model indeks tunggal
merupakan teori investasi yang dalam perkembanganya digunakan untuk
menyederhanakan perhitungan di model Markowitz dengan menyediakan parameter-
parameter input yang dibutuhkan dengan memperhitungkan risiko pasar sebagai
pembandingnya.
Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan harga saham berfluktuasi searah
dengan indeks harga pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa apabila indeks harga saham
naik maka harga saham individual cenderung naik. Sebaliknya jika indeks harga saham
turun, maka harga saham individual cenderung mengalami penurunan.
Menurut Jogiyanto, (2014: 408) pemilihan dari indeks pasar tidak tergantung dari
suatu teori tetapi lebih tergantung dari hasil empirisnya. Indeks pasar yang dapat dipilih
untuk pasar misalnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Jika digunakan IHSG, maka
return pasar untuk waktu ke-t dapat dihitung sebesar:

=
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
4

Return-return dari sekuritas mungkin berkolerasi karena adanya reaksi umum


terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Dengan dasar ini return dari suatu sekuritas dan
return dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan;
= (Jogiyanto, 2014: 410)
Keterangan:
Ri: Return saham ke i
αi: Variabel acak yang menunjukan komponen return saham ke i
βi: Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari perubahan Rm
Rm: Tingkat return dari indeks pasar
Maka return ekspektasi dapat dinyatakan sebagai berikut:
= (Jogiyanto, 2014: 410)
Risiko (Varians return) saham yang dihitung berdasarkan model ini terdiri dari dua
bagian: risiko yang berhubungan dengan pasar yaitu: βi².σm² dan risiko masing-masing
perusahaan yaitu σei². Maka berdasarkan model indeks tunggal, rumus varians return saham
adalah sebagai berikut:
= . + (Jogiyanto, 2014: 414)
Model indeks tunggal mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: (Jogiyanto,
2014: 424)
a. Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari Beta masing-masing sekuritas
(βi):

b. Alpha portofolio (αp) juga merupakan rata-rata tertimbang dari Alpha tiap-tiap sekuritas
(αi):

Return ekspektasi portofolio adalah keuntungan yang diharapkan akan diperoleh


oleh investor dimasa mendatang, jadi keuntungan ini belum terjadi, maka return ekspektasi
portofolio dapat dihitung dengan rumus:
= (Jogiyanto, 2014: 425)
Risiko portofolio adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk
portofolio tersebut, risiko portofolio dapat dihitung menggunakan rumus: (Jogiyanto, 2014:
357)
n

Menurut Jogiyanto, (2014: 411) model indeks tunggal menggunakan asumsi-asumsi


yang merupakan karakteristik sehingga menjadi berbeda dengan model-model yang lain.
Asumsi utama dari model indeks tunggal adalah kesalahan residu dari ke-i atau ei tidak
berkolerasi dengan ej untuk semua nilai dari i dan j. Asumsi ini secara sistematis dapat
dituliskan sebagai:
Cov (ei, ej) = 0
Menurut Jogiyanto, (2014: 412) return indeks pasar (Rm) dan kesalahan residu untuk
tiap-tiap sekuritas atau saham (ei) merupakan variabel acak. Maka ei tidak berkolerasi
dengan (Rm), dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
Cov (ei, Rm) = 0
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593
5

Asumsi-asumsi model indeks tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas


bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar, melainkan karena mempunyai
hubungan umum terhadap indeks pasar.

Penelitian Terdahulu

1. Arifin (2014)
Meneliti tentang “Analisis Portofolio Optimal Dengan Model Indeks Tunggal Sebagai
Dasar Penentuan Keputusan Investasi Pada Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek
Indonesia”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa diperoleh 4 saham memiliki nilai
ERB lebih besar dari cut-off pointnya, yang artinya saham-saham tersebut masuk kedalam
kategori portofolio optimal.Dari keempat saham tersebut didaptkan kombinasi portofolio
optimal yaitu 50%:50%, 60%:40%, 70%:30%. Titik efisien terdapat pada titik portofolio 1
dan portofolio 3.
2. Khotim et al. (2014)
Meneliti tentang “Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Dengan Menggunakan
Model Indeks Tunggal Dan Stochastic Dominance Dalam Pengambilan Keputusan Investasi
(Studi Pada Saham-Saham Indeks Sri-Kehati Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2013)”. Hasil penelitian ini menyimpulkan Dengan model indeks tunggal
menghasilkan 6 kandidat saham yang memiliki nilai Excess Return to Beta lebih besar dari
titik pembatas atau cut-off point. Terdapat perbedaan return Portofolio optimal yang
terbentuk dengan model indeks tunggal mampu menghasilkan return portofolio yang
lebih tinggi (0,0311 atau 3,11%) sedangkan return portofolio optimal dengan stochastic
dominance (0,02432 atau 2,43%).
3. Rahmadin et al. (2014)
Meneliti tentang“Pembentukan Portofolio Optimal Saham Berdasarkan Model indeks
Tunggal”. Hasil penelitian ini menyimpulkan Dengan model indeks tunggal
menunjukkan bahwa terdapat 6 saham pembentuk portofolio optimal, yaitu Unilever
Indonesia Tbk (UNVR), Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), Kalbe Farma
Tbk (KLBF), Jasa Marga Tbk (JSMR), Astra Internasional Tbk (ASII), Charoen Phokphan
Indonesia (CPIN) dengan proporsi dana masing-masing saham berturut-turut adalah
sebesar 25,96%, 25,98%, 37,17%, 9,75%, 0,66%, dan 0,48%. Dan mampu memberikan
expected return sebesar 2,30% dan mengandung risiko sebesar 0,09%.
4. Kewal (2013)
Meneliti tentang “Pembentukan Portofolio Optimal Saham-Saham pada Periode Bullish di
Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menyimpulkan Dengan model indeks tunggal
menunjukan bahwa tersusunnya sebuah portofolio saham yang terdiri dari 4 saham,
yaitu ASRI (48,72%), INDF (28,24%), BBNI (16,32%), dan BKSL (6,71%).
5. Windi et al. (2014)
Meneliti tentang “Penerapan Model Indeks Tunggal untuk Menetapkan Komposisi
Portofolio Optimal (Studi pada Saham-Saham LQ-45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Tahun 2010-2012)”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari 22 sampel
perusahaan terpilih terdapat 14 perusahaan yang membentuk komposisi portofolio
optimal dengan proporsi masing masing saham GGRM 3,95%, KLBF 16,35%, JSMR
17,13%,ASII 15,24%, SMGR 7,62%, INTP 4,82%, LPKR 3,30%, BBCA 10,18%, BBNI 5,50%,
INDF 4,15%, PGAS 1,40%, BMRI 7,68%, BBRI 2,27%, dan BDMN 0,40%. Berdasarkan
portofolio yang telah terbentuk hasil perhitungan return portofolio sebesar 3,32% dan
risiko portofolio sebesar 0,22%
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
6

Kerangka Pemikiran

Saham Perusahaan Perkebunan yang Terpilih


1. PT. Astra Agro Lestari Tbk
2. PT. Eagle High Plantations Tbk
3. PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
4. PT. SMART Tbk
5. PT. Tunas Baru Lampung Tbk

Data yang Digunakan:


1. Harga saham individual
2. Dividen yang dibagi
3. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Model Markowitz Model Indeks Tunggal Model CAPM

Portofolio Efisien

Portofolio Optimal

Keputusan Investasi
oleh Investor
Gambar 1
Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
karena penelitian ini menggambarkan dan menganalisis pembentukan portofolio optimal
dengan model indeks tunggal. Penelitian ini merumuskan dan menafsirkan data yang telah
diperoleh di Bursa Efek Indonesia sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui
pengumpulan, penyusunan dan analisis data untuk diketahui gambaran umum perusahaan
perkebunan yang sedang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
perkebunan periode 2014 yang meliputi 16 perusahaan, yang diantaranya adalah sebagai
berikut : PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, PT Bakrie Sumatera
Plantations Tbk, PT Dharma Satya Nussantara Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT Golden
Plantations Tbk, PT Gozco Plantations Tbk, PT Jaya Agra Wattie Tbk, PT Multi Agro Gemilang
Plantations Tbk, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, PT Provident Agro Tbk, PT Salim
Ivomas Pratama Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, PT
SMART Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593
7

Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan diambil dengan teknik Purposive
Sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan kriteria-
kriteria/pertimbangan yang telah ditetapkan maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT London
Sumatra Indonesia Tbk, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, PT Tunas Baru
Lampung Tbk.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Dokumenter. Dimana
data penelitian bisa berbentuk tulisan, gambar, atau monumental (Sugiono, 2013: 329).
Dalam hal ini, data yang akan digunakan adalah data perusahaan perkebunan yang meliputi
data harga saham individu, deviden yang dibagikan, tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia, dan data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2010 - 2014.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Data Harga Saham


Data harga saham yang diteliti adalah harga saham awal (previous price) dan harga saham
penutup (closing price) pada setiap periode 2011-2014, diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
(BEI). Nilai return dan risiko saham diambil dari perubahan harga saham tahunan, baik
secara individual maupun portofolio.
2. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Data IHSG diambil dari penutupan tahunan indeks selama peroide tahun 2010-2014. Data
IHSG mewakili data pasar yang diperlukan untuk menghitung tingkat return pasar (Rm)
dan risiko pasar (σm). Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah
harga saham dipasar regular yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan
sistem lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap harinya.
3. Data Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)
Data tingkat suku bunga SBI diperoleh dari laporan tahunan BI selama periode tahun
2011-2014. Data SBI ini digunakan sebagai proxy return aktiva bebas risiko. Dipilihnya SBI
didasarkan pada pertimbangan bahwa return dan risiko saham juga dihitung secara
tahunan.
4. Portofolio optimal
Portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko tertentu atau
memberikan risiko terkecil dengan return ekspektasi tertentu.
a. Ekspektasi return portofolio
Rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di
dalam portofolio.
b. Risiko Portofolio
Merupakan varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
c. Proporsi portofolio
Karena portofolio dibentuk dari kumpulan saham-saham dengan proporsi tertentu,
maka proporsi portofolio ini juga harus didefinisikan. Proporsi portofolio adalah
besarnya dana yang diinvestasikan pada masing-masing sekuritas.
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
8

Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini diperlukan teknik-teknik dalam menganalisa data. Data yang
dikumpulkan dianalisa secara sistematik, yang kemudian hasil analisis data diterapkan
dalam memecahkan masalah yang ada.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah menggunakan
rumus yang diambil dari (Jogiyanto, 2015: 407) sebagai berikut:

1. Menghitung Tingkat Keuntungan Masing-Masing Saham (Rit)


Merupakan keuntungan saham yang berasal dari perubahan harga saham dan pembagian
deviden, berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan-perubahan nilai
pasar.

( - - )
=
-
Keterangan:
Rit = Tingkat keuntungan saham
Pt = Harga saham individu akhir periode
Pt-1 = Harga saham individu awal periode
Dt = Deviden saham yang diterima pada saham i

2. Menghitung Koefisien α dan β


Memperkirakan apa yang akan terjadi dengan suatu variabel apabila variabel lain
berubah.

n -
=
n -
-
= n
Keterangan:
βᵢ = Beta saham I
αᵢ = Alpha saham i
n = Jumlah periode
X = Indeks keuntungan pasar
Y = Tingkat keuntungan saham

3. Menghitung Indeks Keuntungan Pasar

=
Keterangan:
E(Rm) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar
Rm = Keuntungan pasar

4. Menghitung Tingkat Ekspektasi (E(Ri))


Merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan masing-
masing saham yang membentuk portofolio tersebut.

=
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593
9

Keterangan:
E(Ri) = Tingkat keuntungan ekspektasi saham-I
αᵢ = Alpha saham i
E(Rm) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar
βᵢ= Beta saham i

5. Menghitung Tingkat Risiko Pasar (σm²)


Merupakan mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari
rata-ratanya.

=
Keterangan:
σm² = Varians dari keuntungan pasar
Rm = Tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar

6. Menentukan Varian dari Kesalahan Residu (σ )

=
Maka total risiko adalah:
= . +
Keterangan:
σ = Variance eᵢ atau risiko unik
σ Variance dari keuntungan pasar
β = Beta saham
σ = Varian dari keuntungan saham

7. Menghitung Keuntungan Aktiva Bebas Risiko (RBR)


=
Keterangan:
RBR = Keuntungan aktiva bebas risiko

8. Menghitung Excess Return to Beta (ERB)


Merupakan selisih keuntungan ekspektasi dengan keuntungan aktiva bebas risiko atau
mengukur kelebihan keuntungan relative terhadap 1 unit risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan yang diukur dengan beta.

ERB =
Keterangan:
E(Rᵢ ) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham I
βᵢ = Beta saham i
RBR = Return aktiva bebas risiko

9. Tingkat Pembatas Saham / cut-off point (C*)


Merupakan batasan untuk memisahkan saham-saham mana saja yang akan dimasukan
dalam pembentukkan portofolio optimal.

=
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
10

Keterangan:
Ai = Penentuan nilai cut-off point rate saham A
Ci = Titik pembatas
Bi = Penentuan nilai cut-off point rate saham B
βi = Beta saham i
E(Ri) = Keuntungan yang diharapkan dari saham I
σ = Variance eᵢ atau risiko unik
RBR = Keuntungan aktiva bebasa risiko
σ Variance dari keuntungan pasar

10. Menghitung Beta Portofolio (βp)


Menghitung beta portofolio merupakan rata-rata dari beta saham individu.

Keterangan:
β = Beta Portofolio
= Proporsi saham ke-i
βi = Beta saham ke-i

11. Menghitung Alpha Portofolio


Menghitung alpha portofolio merupakan rata-rata dari alpha saham individu.

Keterangan:
α = Alpha Portofolio
= Proporsi saham ke-i
αi = Alpha saham ke-i

12. Menghitung Keuntungan Ekspektasi Portofolio (E(Rp))


Merupakan rata-rata tertimbang dari keuntungan-keuntungan ekspektasi tiap-tiap
saham tunggal didalam portofolio.
=
Keterangan:
E(RP) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari portofolio
α = Alpha Portofolio
E(Rm) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar
β = Beta Portofolio

13. Menghitung Risiko Portofolio (σp²)


Merupakan risiko yang berhubungan dengan pasar (market related risk) dan risiko unik
(unique risk). Dengan demikian karakteristik beta portofolio.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593
11

Keterangan:
σp = Risiko portofolio
Wi = Proporsi saham ke-i
βp² = Beta saham ke-I
σm² = Varian dari keuntungan pasar
σ = Variance eᵢ atau risiko unik

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Tabel 1
Keuntungan Masing – Masing Saham (Rit)
Periode 2011-2014
Saham 2011 2012 2013 2014
AALI 0,0459 -0,0104 0,3674 0,1739
BWPT -0,0241 0,1136 0,0357 -0,6825
LSIP -0,8008 -0,0243 -0,1018 0,1740
SMAR 0,2941 0,4091 0,1724 0,1408
TBLA 0,4679 -0,1583 0,0295 0,6377
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 1 diatas nampak bahwa tidak setiap tahun perusahaan mengalami
keuntungan atau kerugian. Dari nilai-nilai diatas terdapat perusahaan yang menghasilkan
keuntungan ditiap tahun berturut-turut, dan juga terdapat perusahaan yang mengalami
kerugian.
Tabel 2
Keuntungan Pasar (Rmt)
Periode 2011-2014
Tahun IHSG Rmt
2010 3.703,51 -
2011 3.821,99 0,0320
2012 4.316.69 0,1294
2013 4.274,18 -0,0098
2014 5.226,95 0,2229
∑ (Rm) 0,3745
E (Rm) 0,0936
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Data yang digunakan untuk menghitung indeks keuntungan pasar berdasarkan nilai
IHSG tahun 2010-2011. Sehingga diperoleh nilai Rm sebesar 0,3745 dan rata-rata sebesar
0,0936 yang merupakan keuntungan dari indeks pasar yang berhubungan dengan βᵢ . Beta
(β) dan Alpha (α) Masing-Masing Saham
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
12

Tabel 3
Beta dan Alpha Masing –Masing Saham
Periode 2011-2014
Nama Saham Beta Alpha
AALI -0,5761 0,1981
BWPT -2,6576 0,1095
LSIP 2,5081 -0,4231
SMAR -0,0955 0,2631
TBLA 1,3814 0,1149
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Dari Tabel 3 terdapat 2 perusahaan yang memiliki β < 1. Dan yang paling rendah
adalah saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, ini berarti bahwa saham
tersebut mempunyai risiko pasar di bawah rata-rata dan kurang sensitif terdapat pengaruh
pasar atau kondisi ekonomi pada umumnya apabila dibandingkan dengan keuntungan
pasar yang mempunyai nilai β >1.
Tabel 4
Tingkat Ekspektasi E(Rᵢ) Masing – Masing Saham
Periode 2011-2014
Nama Saham Β a Αl ha E(Rm) E(Rᵢ)
AALI -0,5761 0,1981 0,0936 0,1442
BWPT -2,6576 0,1095 0,0936 -0,1394
LSIP 2,5081 -0,4231 0,0396 -0,1882
SMAR -0,0955 0,2631 0,0396 0,2541
TBLA 1,3814 0,1149 0,0396 0,2442
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Dari Tabel 4 dapat dilihat ada 3 saham yang memiliki nilai E(Rᵢ ) positif. Saham yang
memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi adalah PT Mas Agro Resources and
Technology Tbk, sedangkan yang paling rendah adalah saham PT Astra Agro Lestari Tbk.
Nilai E(Rᵢ ) yang positif akan memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Untuk
memperoleh portofolio yang optimal diperlukan saham yang rata-rata tingkat keuntungan
yang diharapkan bernilai positif.

Tabel 5
Varians Pasar, Varians Kesalahan Residu, dan Tingkat Risiko Saham
Periode 2011-2014
Nama Saham m ᵢ²
AALI 0,0108 0,0245 0,0281
BWPT 0,0108 0,0578 0,1343
LSIP 0,0108 0,1121 0,1803
SMAR 0,0108 0,0149 0,0150
TBLA 0,0108 0,1170 0,5830
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Nilai tingkat risiko pasar (σm²) sebesar 0,0108 berlaku pada semua saham yang
tercantum karena risiko pasar tetap dalam empat periode. Risiko unik (σei²) atau varian
kesalahan residu yang menunjukan risiko yang unik terjadi dalam perusahaan. Risiko unik
atau varian kesalahan residu yang paling tinggi ada pada saham TBLA ( PT Tunas Baru
Lampung Tbk) sebesar 0,1170 sedangkan yang terendah adalah saham SMAR ( PT Sinar Mas
Agro Resources and Technology Tbk ) sebesar 0,0149. Tingkat risiko saham (σᵢ ²) merupakan
hasil perhitungan dari risiko pasar (σm²) serta risiko unik (σei²) dan kemudian nampak dari
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593
13

ke 5 saham memiliki nilai (σᵢ ²) < 1. Semakin rendah nilai (σᵢ ²) maka semakin kecil risiko
saham.
Tabel 6
Return Bebas Risiko (RBR)
Periode 2011-2014
Tahun SBI
2011 6
2012 5,75
2013 7,5
2014 7,5
Jumlah 26,75
Rata-Rata 6,6875
RBR 0,0669
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Dari perhitungan hasil diatas diperoleh bahwa keuntungan bebas risikonya sebesar
0,0669. Hasil dari perhitungan RBR ini digunakan untuk menghitung Excess Return to Beta
(ERB).
Tabel 7
Excess Return to Beta (ERB)
Periode 2011-2014
Nama Saham E(Rᵢ) ᵢ RBR ERB
AALI 0,1442 -0,5761 0,0669 -0,1342
BWPT -0,1394 -2,6576 0,0669 0,0776
LSIP -0,1822 2,5081 0,0669 -0,1017
SMAR 0,2541 -0,0955 0,0669 -1,9608
TBLA 0,2442 1,3814 0,0669 0,1284
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 7 terlihat hanya ada 2 saham yang memiliki nilai ERB positif
yaitu, saham BWPT (PT Eagle High Plantation Tbk) sebesar 0,0776 dan TBLA ( PT Tunas
Baru Lampung Tbk) sebesar 0,1284.

Menghitung Nilai Aᵢ, Bᵢ, dan Cᵢ


Tabel 8
Perhitungan Aj dan Bj
Periode 2011-2014
Nama Saham ERB Aᵢ Bᵢ Aj Bj
TBLA 0,1284 2,0933 16,3087 2,0933 16,3084
BWPT 0,0776 9,4832 122,2050 11,5765 138,5134
LSIP -0,1070 -5.7063 56,0988 5,8702 194,6125
AALI -0,1342 -1,8181 13.5499 4,0521 208,1625
SMAR -1,9608 -1,1964 0,6102 2,8557 208,7727
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
9
Hasil Perhitungan Nilai Cᵢ
Periode 2011-2014
Nama Saham ERB Cᵢ
TBLA 0,1284 0,0193
BWPT 0,0776 0,0502
LSIP -0,1017 0,0205
AALI -0,1342 0,0135
SMAR -4,3841 0,0095
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
14

Saham yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai Cᵢ akan menjadi
kandidat portofolio optimal. Sedangkan saham yang memiliki nilai ERB lebih kecil dari Cᵢ
tidak termasuk dalam kandidat portofolio optimal. Nilai C* adalah nilai Ci yang terakhir
namun nilai ERB masih lebih besar sama dengan Ci. Berdasarkan tabel 9 terdapat dua saham
yang menjadi kandidat portofolio optimal yaitu saham PT. Tunas Baru Lampung Tbk dan
PT. Eagle High Plantation Tbk. Saham yang tidak termasuk dalam kandidat portofolio
optimal adalah saham PT. London Sumatra Indonesia Tbk, PT. Astra Agro Lestari Tbk, dan
PT. Sinar Mas Agro Resource dan Teknologi Tbk.

Kombinasi Portofolio Saham Optimal

Tabel 10
Kombinasi Portofolio Saham Optimal
Portofolio Kombinasi Saham
1 TBLA dan BWPT
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Setelah diperoleh saham saham yang masuk dalam portofolio optimal, maka penulis
menentukan proporsi berdasarkan preferensi investor, yaitu yang menawarkan tingkat
keuntungan tertinggi dengan risiko terendah, dengan proporsi 50%:50%, 60%:40%, 70%:30%.

Portofolio Optimal
Berdasarkan perhitungan pada satu kombinasi portofolio yang terdiri dari dua
saham yang optimal maka, diperoleh hasil tingkat keuntungan yang berbeda-beda. Berikut
ini merupakan tabel untuk perbandingan keuntungan dan risiko portofolio:

Tabel 11
Tingkat Keuntungan Portofolio dan Tingkat Risiko Portofolio
Proporsi Proporsi Proporsi
50% : 50% 60% : 40% 70% : 30%
Portofolio E(Rp) σp2 E(Rp) σp2 E(Rp) σp2
1 0,0524 0,0063 0,0180 0,0090 -0,0163 0,0206
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Portofolio optimal adalah kondisi yang dibutuhkan oleh investor yang mana akan
dipilih oleh investor tergantung dari fungsi utilitasnya masing-masing. Tentunya yang akan
dipilih adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi investor yang bersangkutan
terhadap tingkat keuntungan maupun risiko yang bersedia ditanggungnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan perkebunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2015–Januari 2016. Sampel yang
digunakan sebanyak 5 perusahaan dan setelah dianalisis maka didapatkan saham-saham
yang masuk dalam kandidat portofolio optimal sebanyak dua perusahaan yaitu saham
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT).
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 3, Maret 2016 ISSN : 2461-0593
15

2. Dari ketiga saham tersebut didapatkan satu kombinasi portofolio optimal yang masing-
masing terdiri dari 2 saham. Kombinasi tersebut dibentuk dengan menggunakan
beberapa proporsi dana, yaitu: proporsi 50%:50%, 60%:40%, 70%:30%.
3. Portofolio yang optimal adalah kondisi yang dibutuhkan oleh investor dimana yang akan
dipilih investor tergantung dari fungsi utilitasnya masing-masing. Tentunya yang dipilih
adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi investor yang bersangkutan terhadap
tingkat keuntungan dan risiko yang bersedia ditanggungnya. Fungsi utilitasnya jika
dikaitkan dengan prefernesi investor terhadap risiko yaitu:
a. Risk seeker (sikap yang menyukai risiko)
Terdapat pada portofolio satu yaitu kombinasi antara PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA) dan PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) pada proporsi 50%:50%.
b. Risk aveter (sikap yang tidak menyukai risiko)
Terdapat pada portofolio satu yaitu kombinasi antara PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA) dan PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), pada proporsi 60%:40%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada peneliti memberi beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya lebih baik menginvestasikan pada
beberapa sekuritas atau membentuk suatu portofolio yang optimal karena dapat
menurunkan risiko yang dapat ditanggung oleh investor. Selain dari pada itu bagi para
investor juga harus melihat pada tingkat expected return portofolio, karena apabila lebih
kecil dari tingkat pendapatan yang diharapkan tentunya tidak baik untuk berinvestasi,
akan tetapi jika para investor terlanjur membeli saham tersebut sebaiknya
dipertahankan dengan harapan akan terjadi perubahan dimasa yang akan datang.
2. Bagi investor Risk Aveter, Risk Seeker bila ingin berinvestasi hendaknya
mempertimbangkan untuk memilih saham-saham optimal yang dipilih dengan proporsi
yang telah ada. Didalam analisa investasi sebaiknya melakukan penilaian terhadap
kinerja portofolio terutama risiko dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B.A. 2014. Analisis Portofolio Optimal dengan Model Indeks Tunggal sebagai Dasar
penentu Keputusan Investasi pada Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Darmadji dan Fakhrudin. 2011. Pasar Modal Indonesia. Edisi Tiga. Jakarta. Salemba Empat.
Fahmi, I. 2012. Manajemen Investasi. Edisi Ketiga. Jakarta. Salemba Empat.
Husnan, S. 2009. Dasar-Dasat Teori Portofolio dan Analisi Sekuritas. Edisi Keempat.
Yogyakarta. UPP STIM YKPN.
Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. BPFE. Yogyakarta.
________. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kesembilan.BPFE. Yogyakarta.
________. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kesepuluh.BPFE. Yogyakarta.
Kewal, S. S. 2013. Pembentukan portofolio Optimal Saham-Saham pada Periode Bullish di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Economia 9(1):81-91.
Khotim, A., Darminto., dan Topowijono,. 2014. Analisis Pembentukan Portofolio Optimal
dengan Mennggunakan Model Indeks Tunggal dan Stochastic Dominance dalam
Pengambilan Keputusan Investasi (Studi pada Saham-Saham Indeks Sri-Kehati yang
Listing di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Administrasi Bisnis 9(1):1-10
Analisis Portofolio Optimal Model...-Larasati, Pratiwi
16

Rahmadin, R., Topowijono., dan Zahro, Z. A., 2014. Pembentukan Portofolio Optimal
Saham Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Saham LQ-45 di BEI Tahun
2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis 9(2):1-8.
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.
Cetakan ke-17. Alfabeta. Bandung.
Tandelilin, E. 2010. Analisi Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Kedua.Yogyakarta. BPFE.
Windi, W., M. Sri, M., dan R. Maria, G., W., E., N., P. 2014. Penerapan Model Indeks
Tunggal untuk Menetapkan Komposisi Portofolio Optimal (Studi pada Saham-Saham
LQ-45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012). Jurnal
Administrasi Bisnis 9(1):1-9.
Zubir, Z. 2011. Manajemen Portofolio:Penerepanya dalam Investasi Saham. Salemba
Empat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai