Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

OPERATING EXPOSURE

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam


Menempuh Perkuliahan Manajemen Keuangan Lanjutan pada Fakultas Ekonomi
Program Profesi Akuntansi Universitas Widyatama

Dosen Pembina : Tetty Lasniroha Sarumpaet, S.E., M.Ak., CA

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1.Elsya Mentari Rahmadiar (1517202005)


2.Edwin Gunawan (1517204001)
3.Rizkia Dewi Sopani (1517204003)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 1148/SK/BAN-PT/Ak-SURV/PPAK/XI/2015
Tanggal 31 Januari 2015
BANDUNG
2018
OPERATING EXPOSURE

ABSTRAK

Eksposur operasi (operating exposure) yang juga dikenal sebagai eksposur


ekonomi (economic exposure), eksposur kompetitif (competitive exposure) dan
terkadang bahkan eksposur strategis (strategic exposure) merupakan suatu
pengukuran pada perusahaan dalam nilai kini perusahaan yang terjadi akibat
perubahan arus kas operasi masa depan yang disebabkan oleh perubahan kurs
nilai tukar secara tidak terduga.
Eksposur translasi (translation exposure) yang disebut juga sebagai
eksposur akuntansi (accounting exposure) timbul karena laporan keuangan
perusahaan anak di luar negeri yang dinyatakan dalam mata uang asing harus
disajikan kembali dalam mata uang pelaporan perusahaan induk agar perusahaan
dapat menyusun laporan keuangan konsolidasi. Eksposur translasi juga
merupakan potensi kenaikan atau penurunan kekayaan bersih dan laba bersih
perusahaan induk yang disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar sejak tanggal
terakhir dilakukannya translasi.
.

Kata kunci : eksposur operasi dan eksposur translasi

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang atas

kehendak-Nya dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat

serta salam tercurah limpahkan kepada baginda Rasullallah Muhammad S.A.W.

untuk sauri tauladan yang paling sempurna bagi seluruh umat manusia.

Makalah ini berjudul “OPERATING EXPOSURE”. Adapun maksud dan

tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh perkuliahan Manajemen Keuangan Lanjutan pada Fakultas Ekonomi

Program Profesi Akuntansi Universitas Widyatama.

Selama penulis menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari dukungan

moril maupun materil serta doa yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih secara tulus kepada :

1. Ibu (Alm) Koesbandijah Abdoel Kadir, Prof., Dr., Hj., M.S., Ak. selaku

Pendiri Yayasan Widyatama.

2. Ibu Sri Lestari Roespinoedji, S.H. selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan

Widyatama.

3. Bapak Islahuzzaman, Dr., H., S.E., M.Si., Ak., CA. selaku Rektor

Universitas Widyatama.

4. Bapak Nuryaman, Dr., H., S.E., M.Si., Ak., CA. dan Ibu Dyah

Kusumastuti, Dr., Ir., M.Sc. selaku Wakil Rektor Universitas Widyatama.

ii
5. Bapak R. Wedi Rusmawan K. , Dr., S.E., M.Si., Ak., CA. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

6. Ibu Rita Yuniarti, Dr., S.E., M.M., Ak., CA. selaku Wakil Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Widyatama.

7. Bapak Obsatar Sinaga, Prof., Dr., H., S.IP., M.Si. selaku Direktur Program

Pasca Sarjana Universitas Widyatama.

8. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., CA. selaku Wakil Direktur

Program Pasca Sarjana Universitas Widyatama.

9. Bapak Karhi Nisjar Siradjudin, Prof., Dr., H., M.M., Ak. selaku Ketua

MAKSI-PPAK Universitas Widyatama dan Dosen Pembimbing Mata

Kuliah Akuntansi Pemerintahan.

10. Teman-teman Kelas Program Profesi Akuntansi Angkatan XXX, Riandy,

Yani, Dede, Yulianti, Diqi, Sarah, Putri, Fadilla, Joko, Andri dan Denden.

Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan, penulis berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Jazakumullahu khairan katsira. Amin

Bandung, Juni 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ………………………………………………...………………. vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 2

1.3 Pembatasan Masalah.......................................................................... 2

1.4 Tujuan ................................................................................................ 3

1.5 Manfaat .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Operating Exposure .................................................... 4

2.2 Manajemen Stratejik dan Operating Exposure ................................. 5

2.3 Manajemen Proaktif Operating Exposure ........................................ 6

2.4 Pendekatan Kontraktual : Lindung Nilai Terhadap Transaksi Yang

Tidak Dapat Dilindung 8

2.5 Pengertian Translation Exposure ………………………………….. 8

2.6 Metode Translasi ………………………………………………… 9

iv
2.7 Perbandingan Eksposur Operasi Dengan Eksposur Translasi …...… 17

2.8 Pengelolaan Translation Eksposure ……………………………….. 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19

3.2 Saran .................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Karakteristik Mata Uang Fungsional

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : JURNAL. PENYEBAB ECONOMIC EXPOSURE PADA


PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI BURSA EFEK
INDONESIA
Lampiran 2 : KASUS CARREFOUR S.A.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perusahaan multinasional didefinsikan sebagai perusahaan yang memiliki
anak perusahaan, cabang atau afiliasi yang berlokasi di luar negeri yang
melibatkan aktivitas internasional, yaitu melibatkan dua atau lebih mata uang
yang berbeda. Selain perusahaan multinasional, perusahaan domestik pun dapat
memiliki aktivitas internasional, yaitu jika melakukan kegiatan usaha impor dan
ekspor produk, komponen dan jasa. Keterlibatan dengan aktivitas internasional
menyebabkan perusahaan harus menghadapai risiko mata uang asing.
Foreign exchange exposure adalah suatu ukuran dari risiko yang dihadapi
perusahaan jika terdapat perubahan nilai tukar (kurs) mata uang. Exposure ini
terdiri dari accounting exposure (translation exposure) dan economic exposure
(transaction exposure dan operating exposure).
Economic exposure adalah fokus dari teori ekonomi dimana nilai dari
suatu perusahaan (yang ditentukan dari nilai sekarang dari arus kas di masa
datang) akan berubah akibat adanya perubahan kurs mata uang asing. Transaction
exposure adalah ukuran perubahan nilai dari kewajiban keuangan di masa lalu
yang belum jatuh tempo sampai setelah adanya perubahan kurs. Jadi transaction
exposure terjadi pada arus kas perusahaan yang diakibatkan kontrak kewajiban
yang telah dilakukan. Sedangkan operating exposure yang disebut juga
competitive exposure atau strategic exposure adalah ukuran perubahan nilai dalam
arus kas operasi perusahaan di masa yang akan datang yang diakibatkan
perubahan kurs yang tidak terduga tergantung dari efek perubahan kurs ter!ebut
terhadap unit penjualan harga dan biaya di masa yang akan datang. Dalam krisis
ekonomi global !ekarang ini fluktuasi kurs antar mata uang a!ing menyebabkan
peningkatan operating exposure. Karena operating exposure dapat mempengaruhi
pendapatan dan biaya perusahaan di masa datang maka suatu perusahaan
membutuhkan perspektif jangka panjang dengan anggapan bahwa operasi

1
2

perusahaan akan berkelanjutan dalam lingkup kompetitif biaya dan harga yang
dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs antar mata uang asing.

1.2 Identifikasi Masalah


Banyak hal yang harus dipahami mengenai operating exposure
diantaranya manajemen stratejik dan operating exposure, manajemen proaktif
operating exposure, translation exposure dan lain sebagainya.
Eksposur operasi merupakan eksposur dari sebuah aset (valas) yang terjadi
ketika perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha, periode setelah melakukan
kontrak transaksi sampai produk dikirim ke gudang pembeli atau saat produk atau
jasa diterima oleh pembeli dan sekaligus pembeli melunasi pembayarannya.
.Eksposur translasi (translation exposure), yang juga disebut sebagai
accounting exposure, timbul karena laporan keuangan perusahaan anak di luar
negeri yang dinyatakan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam
mata uang pelaporan perusahaan induk agar perusahaan dapat menyusun laporan
keuangan konsolidasi. Proses akuntansi untuk translasi mencakup pengubahan
(konversi) laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri menjadi laporan
keuangan yang berdenominasi rupiah.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas
mengenai operating exposure. Penulis menganggap ini sangat menarik. Adapun
tujuan dilakukannya pembatasan masalah ini agar dalam penyusunan makalah ini
tidak terjadi selang pendapat. Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana karakteristik operating exposure ?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen stratejik dan operating exposure ?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen proaktif operating exposure ?
4. Bagaimana pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi ?
3

1.4 Tujuan
1. Memahami bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Memahami manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Memahami manajemen proaktif operating exposure.
4. Memahami pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.

1.5 Manfaat
1. Mengetahui bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Mengetahui manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Mengetahui manajemen proaktif operating exposure.
4. Mengetahui pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Operating Exposure


Eksposur operasi merupakan eksposur dari sebuah aset (valas) yang terjadi
ketika perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha, periode setelah melakukan
kontrak transaksi sampai produk dikirim ke gudang pembeli atau saat produk atau
jasa diterima oleh pembeli dan sekaligus pembeli melunasi pembayarannya.
Eksposur operasi (operating exposure) yang juga dikenal sebagai eksposur
ekonomi (economic exposure), eksposur kompetitif (competitive exposure) dan
terkadang bahkan eksposur strategis (strategic exposure) mengukur setiap
perusahaan dalam nilai kini perusahaan yang terjadi akibat perubahan arus kas
operasi masa mendatang yang disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar secara
tak terduga.
Mengukur eksposur operasi perusahaan memerlukan peramalan dan
analisis atas seluruh eksposur transaksi masa depan perusahaan dan eksposur
masa depan atas seluruh kompetitor dan kompetitor perusahaan di seluruh
dunia. Analisis jangka yang lebih panjang, yaitu ketika perubahan kurs nilai tukar
tidak dapat diprediksi dan tidak dapat diperkirakan merupakan tujuan analisis
eksposur operasi. Arus kas perusahaan multinasional dapat dibagi menjadi arus
kas operasi dan arus kas pendanaan. Arus kas operasi timbul dari piutang dan
utang antar perusahaan (antara perusahaan yang tidak terkait) dan intra
perusahaan (antar unit dalam perusahaan yang sama), pembayaran sewa, biaya
royalti dan lisensi, serta beragam biaya jasa manajemen. Arus kas pendanaan
merupakan pembayaran untuk pinjaman (yaitu pokok dan bunga), injeksi modal
ekuitas dan dividen yang memiliki sifat antar maupun intra perusahaan. Pengaruh
eksposur operasi terhadap kesehatan jangka panjang suatu bisnis terbilang jauh
lebih penting, jika dibandingkan dengan perubahan yang disebabkan oleh
eksposur transaksi maupun eksposur translasi. Namun demikian, eksposur operasi
tetap bersifat subjektif karena tergantung pada estimasi perubahan arus di masa
depan selama periode waktu tertentu. Perencanaan terhadap eksposur operasi

4
5

merupakan tanggung jawab manajemen seutuhnya karena tergantung pada


interaksi antara strategi keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi.
Ekspektasi dalam perubahan kurs nilai tukar valuta asing tidak termasuk
dalam pengertian eksposur operasi karena baik manajemen maupun investor
semestinya telah memperhitungkan informasi ini dalam melakukan evaluasi
terhadap hasil operasi dan nilai pasar yang diharapkan. Dari sudut pandang
investor, jika pasar valuta asing bersifat efisien, maka informasi mengenai
perubahan kurs valuta asing yang terduga dapat tercermin dalam nilai pasar
perusahaan. Hanya perubahan yang tidak terduga atau pasar valuta asing yang
tidak efisien yang menyebabkan nilai pasar berubah.

2.2 Manajemen Stratejik dan Operating Exposure


Tujuan manajemen eksposur operasi dan transaksi adalah untuk
mengantisipasi dan mempengaruhi efek perubahan valuta asing yang tak terduga
terhadap arus kas masa depan perusahaan dan bukan sekedar berharap untuk
kondisi terbaik. Untuk memenuhi tujuan ini, manajemen dapat melakukan
diversifikasi basis operasi dan pendanaan perusahaan. Manajemen juga dapat
mengubah kebijakan operasi dan pendanaan perusahaan. Strategi diversifikasi
tidak menuntut perusahaan untuk memprediksikan ketidakseimbangan,
melakukan cukup mengakuinya saat terjadi. Jika operasi sebuah perusahaan telah
terdiversifikasi secara internasional, sedari awal manajemen telah diposisikan
untuk mampu mengakui disekuilibirium ketika terjadi dan bereaksi secara
kompetitif. Dengan mengakui perubahan sementara terhadap kondisi persaingan
di seluruh dunia, manajemen mampu melakukan perusahaan dalam strategi
operasi.
Perusahaan domestik dapat pula terpengaruh sepenuhnya atas eksposur
operasi mata uang asing dan tidak memiliki pilihan untuk bereaksi dengan cara
yang sama seperti halnya perusahaan multinasional. Jika sumber pendanaan
perusahaan terdiverisfikasi sebenarnya perusahaan telah diposisikan dari awal
untuk mendapatkan keuntungan dari deviasi temporer yang terjadi melalui efek
Fisher internasional. Namun demikian, untuk mengganti sumber pendanaan
6

sebuah perusahaan haruslah sudah dikenal dengan baik oleh komunitas investasi
internasional. Sekali lagi, ini bukanlah opsi bagi perusahaan domestik (jika
perusahaan domestik itu membatasi pendanaan terhadap satu pasar modal saja).

2.3 Manajemen Proaktif Operating Exposure


Eksposur operasi dan transaksi dapat dikelola sebagian dengan
mengadopsi kebijakan operasi atau pendanaan yang dapat mengimbangi eksposur
mata uang asing yang diantisipasi. Enam kebijakan proaktif yang umumnya
diterapkan adalah :
a. Menyamakan arus kas mata uang
b. Perjanjian pembagian risiko
c. Back-to-back atau parallel loan
d. Swap mata uang
e. Leads and lags
f. Reinvoicing center
Dalam contoh ini sebuah perusahaan dari Amerika Serikat ingin
melanjutkan penjualan ekspor ke Eropa. Agar dapat berkompetisi secara efektif di
pasar Eropa, perusahaan akan menagih seluruh penjualan ekspor dalam mata uang
Euro. Kebijakan ini menghasilkan penerimaan Euro terus-menerus dari bulan ke
bulan. Rangkaian eksposur transaksi tanpa henti ini dapat dilindung nilai seara
berlanjut dengan forward atau perjanjian kontraktual lainnya.
a. Menyamakan arus kas mata uang
Salah satu jalan untuk meniadakan eksposur panjang yang terus berlanjut
yang diantisipasi perusahaan adalah dengan mendapatkan utang dalam
denominasi mata uang tersebut (matching). Alternatif lain bagi perusahaan AS
adalah menemukan pemasok bahan baku dan komponen di Eropa sebagai
penganti perusahaan dari AS atau negara lain. Selain itu, perusahaan juga dapat
melakukan pengalihan mata uang (currency switching), yaitu perusahaan
membayar pemasok luar negeri dengan mata uang Euro.
7

b. Klausul perjanjian menyangkut mata uang : pembagian risko


Metode alternatif untuk mengelola eksposur arus kas jangka pajang antar
perusahaan adalah dengan melakukan pembagian risiko (risk sharing). Ini
merupakan perjanjian kontraktual, yaitu antara pembeli dan penjual yang sepakat
untuk berbagai atau memecah dampak pergerakan mata uang atas pembayaran di
antara kedua belah pihak. Perjanjian ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak
volatilitas dan pergerakan kurs nilai tukar yag tidak dapat diprediksi bagi kedua
belah pihak.
c. Back-to-Back Loans
Back-to-back loan, yang juga dikenal sebagai parallel loan atau credit
swap, terjadi ketika dua perusahaan di dua negara berbeda mengatur untuk
meminjam dalam mata uang satu sama lain selama periode waktu tertentu. Pada
tanggal pelunasan yang telah disepakati, kedua perusahaan itu mengembalikan
mata uang yang dipinjam. Swap (pertukaran) ini menimblkan lindung nilai
tertutup (covered hedge) terhadap kerugian valuta asing, karena masing-masing
perusahaan pada bukunya sendiri, meminjam dalam mata uang yang sama yang
akan dilunasinya nanti. Terdapat dua kendala fundamental yang menghalangi
penggunaan back-to-back loan secara luas, yaitu sulit bagi perusahaan untuk
menemukan mitra, yaitu pihak counterparty untuk jumlah mata uang dan waktu
yang dikehendaki. Timbul risiko bahwa salah satu pihak akan gagal untuk
mengembalikan dana yang dipinjamkan pada waktu yang telah ditentukan
meskipun masing-masing pihak memiliki jaminan 100% (yang berdenominasi
dalam mata uang yang berbeda).
d. Currency Swaps
Currency swap serupa dengan back-to-back loan, hanya saja tidak tersaji
pada neraca perusahaan. Dalam currency swap, perusahaan dan sebuah swap
dealer atau swap bank sepakat untuk menukarkan jumlah yang ekuivalen atas dua
mata uang yang berbeda pada periode waktu tertentu.
e. Leads and Lags
Menentukan kembali waktu transfer dana Perusahaan dapat mengurangi
baik eksposur operasi dan transaksi dengan mempercepat atau memperlambat
8

waktu pembayaran yang harus dilakukan atau diterima dalam mata uang asing.
Leads and lags intra perusahaan lebih mungkin untuk dilakukan karena
perusahaan berhubungan istimewa kemungkinan besar akan memiliki tujuan yang
sama sebagai satu perusahaan terkonsolidasi. Sebaliknya leads and lags antar
perusahaan memerlukan preferensi waktu perusahaan lain yang independen
terhadap perusahaan lain.
f. Reinvoicing Center
Reinvoicing Center adalah anak perusahaan dari suatu perusahaan
multinasional yang berada di suatu negara tertentu yang berfungsi mengelola
eksposur operasi perusahaan-perusahaan afiliasi.

2.4 Pendekatan Kontraktual : Lindung Nilai Terhadap Transaksi Yang


Tidak Dapat Dilindungi
Dalam kondisi pasar yang semakin mengglobal dan terkait satu sama lain
seperti dewasa ini, maka dalam beberapa kali kesempatan untuk melakukan
hedging menjadi terbatas. Sebagai alternatif, perusahaan dapat melakukan lindung
nilai secara kontraktual. Cara ini seperti dilakukan dengan cara mengambil posisi
opsi mata uang jangka panjang untuk mengimbangi potensi kerugian dari
perubahan kurs nilai tukar dengan rah yang tidak dikehendaki. Selain itu,
kemampuan untuk melakukan lindung nilai terhadap transaksi yang tidak dapat
dilindungi bergantung pada kemampuan perusahaan. Dengan tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk memprediksi arus kas masa depan
2. Untuk memprediksi respon pesaing terhadap perubahan kurs nilai
tukar

2.5 Pengertian Translation Eksposure


Eksposur translasi (translation exposure), yang juga disebut sebagai
accounting exposure, timbul karena laporan keuangan perusahaan anak di luar
negeri yang dinyatakan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam
mata uang pelaporan perusahaan induk agar perusahaan dapat menyusun laporan
9

keuangan konsolidasi. Proses akuntansi untuk translasi mencakup pengubahan


(konversi) laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri menjadi laporan
keuangan yang berdenominasi rupiah. Eksposur translasi juga merupakan potensi
kenaikan atau penurunan kekayaan bersih dan laba bersih per usahaan induk, yang
disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar sejak tanggal terakhir dilakukanya
translasi.

2.6 Metode Translasi


Adapun tujuan utama translasi adalah untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasi. Manajemen perusahaan menggunakan laporan hasil translasi tersebut
untuk menilai kinerja (yaitu memungkinkan dilakukanya perbandingan antara
perusahaan anak yang tersebar di berbagai wilayah geografis). Proses translasi
pada dasarnya cukup sederhana, yaitu :
1. Laporan keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali
dalam mata uang pelaporan perusahaan induk.
2. Jika kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur kembali
masing-masing dan setiap komponen akun dalam laporan terpisah
(laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan), maka tidak akan ada
ketidakseimbangan yang timbul dari proses pengukuran kembali.
3. Karena adanya perbedaan kurs nilai tukar yang digunakan untuk
masing-masing akun pada laporan keuangan, maka akan timbul
ketidakseimbangan.
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk mengukur kembali
masing-masing pos dalam laporan, yaitu:
1. Prinsip translasi di banyak negara seringkali merupakan hasil
kompromi yang kompleks antara valuasi pasar historis dan kini.
2. Kurs nilai tukar historis digunakan untuk akun ekuitas tertentu, aset
tetap dan persediaan; sedangkan kurs nilai tukar kini dapat digunakan
aset lancar, liabilitas lancar, pendapatan dan beban. Prosesnya cukup
sederhana, yaitu :
10

a. Laporan keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali


dalam mata uang pelaporan perusahaan induk.
b. Jika kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur
kembali masing-masing dan setiap pos dalam laporan keuangan
(neraca dan laporan laba rugi), maka tidak ada ketidakseimbangan
yang timbul dari proses pengukuran ini.
c. Namun jika kurs yang berbeda digunakan untuk masing-masing
pos (item) dalam masing-masing laporan, maka timbullah ketidak
seimbangan.
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk mengukur kembali
masing-masing pos (item) dalam laporan keuangan, karena :
1. Prinsip translasi laporan keuangan di berbagai negara seringkali
merupakan hasil kompromi yang kompleks antara valuasi berdasarkan
nilai historis dan harga pasar terkini.
2. Kurs nilai tukar historis dapat digunakan untuk beberapa jenis akun
ekuitas, aset tetap dan persediaan; sedangkan kurs nilai tukar kini
dapat digunakan untuk aset lancar, liabiltias lancar, pos-pos
pendapatan dan beban.
Saat ini, banyak negara yang menentukan metode tranlasi untuk digunakan
oleh perusahaan anak luar negeri berdasarkan sifat operasi bisninya (berdasarkan
karakter perusahaan anak). Sebagai contoh, bisnis perusahaan anak luar negeri
dapat dikelompokkan sebagai entitas luar negeri terintegrasi atau entitas luar
negeri mandiri. Entitas luar negeri terintegrasi merupakan entitas yang beroperasi
sebagai kepanjangan tangan perusahaan induk, yaitu arus kas dan lini bisnis
sangat berkaitan satu sama lain. Entitas luar negeri mandiri merupakan entitas
yang beroperasi pada lingkungan ekonomi lokal yang berdiri independen dari
perusahaan induk.
Mata uang fungsional perusahaan luar negeri merupakan mata uang dari
lingkungan ekonomi yang utama yang menjadi lokasi operasi perusahaan anak
dan arus kas yang dihasilkan berupa mata uang tersebut. Dengan kata lain, mata
uang fungsional merupakan mata uang dominan yang digunakan oleh perusahaan
11

anak luar negeri dalam operasi harian. Tabel berikut menjelaskan karakteristik
mata uang fungsional.

Tabel 2.1
Karakteristik Mata Uang Fungsional
Kriteria suatu mata uang diianggap sebagai mata uang fungsional ditentukan
berdasarkan indikator ekonomi seperti :
1. Mata uang luar negeri : Arus kas yang
terkait dengan masing-masing aset dan
liabilitas entitas luar negeri utamanya
dalam mata uang asing dan tidak
mempengaruhi arus kas perusahaan
induk.
Indikator arus kas 2. Mata uang perusahaan induk : Arus kas
yang terkait dengan masing-masing
aset dan liabilitas entitas luar negeri
secara langsung mempengaruhi arus
kas perusahaan induk saat ini dan siap
untuk dikirimkan kembali (sebagai
remintansi) kepada perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Harga jual
untuk produk entitas luar negeri pada
dasarnya tidak terlalu terpengaruh oleh
fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka
pendek, namun lebih ditentukan oleh
Indikator Harga Jual
kompetisi di pasar lokal atau regulasi
oleh pemerintah setempat.
2. Mata uang perusahaan induk : Harga
jual untuk produk entitas luar negeri
pada dasarnya terpengaruh oleh
12

fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka


pendek; semisal harga jual lebih
banyak ditentukan oleh persaingan
pasar dunia atau harga internasional.
1. Mata uang luar negeri : Terdapat pasar
lokal yang aktif untuk produk yang
dihasilkan entitas luar negeri,
meskipun terdapat jumlah yang
signifikan utuk diekspor.
Indikator Pasar
2. Mata uang perusahaan induk : pasar
penjualan yang paling aktif terdapat di
negara asal perusahaan induk atau
kontrak penjualan dinyatakan dalam
mata uang perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Biaya tenaga
kerja, bahan baku dan lainnya untuk
produk atau jasa entitas luar negeri
utamanya merupakan biaya lokal,
meski ada pula impor dari negara lain.
Indikator Beban
2. Mata uang perusahaan induk : Biaya
tenaga kerja, bahan baku dan lainnya
secara berkelanjutan, utamanya
merupakan komponen yang diperoleh
dari negara asal perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Pendanaan
utamanya berdenominasi dalam mata
uang asing dan dana yang dihasilkan
Indikator Pendanaan
oleh operasi entitas luar negeri cukup
untuk menutup kewajiban utang saat
ini dan yang akan datang.
13

2. Mata uang perusahaan induk :


Pendanaan utamanya berasal dari
perusahaan induk atau kewajiban lain
berdenominasi mata uang lain, atau
dana yang dihasilkan dari kegiatan
operasional entitas luar negeri tidak
cukup untuk menutup kewajiban utang
saat ini dan yang akan datang, tanpa
adanya tambahan dana atau investasi
dari induk perusahaan.
1. Mata uang luar negeri : Volume
transaksi intraperusahaan terbilang
rendah dan tidak ada keterkaitan
operasi yang intensif antara entitas luar
Indikator Transaksi Antar Perusahaan negeri dan perusahaan induk.
dan Pengaturan Kerjasama 2. Mata uang perusahaan induk : Volume
transaksi intraperusahaan terbilang
tinggi dan terdapat keterkaitan operasi
yang intensif antara entitas luar negeri
dan perusahaan induk.

Sejumlah negara, seperti AS, menentukan bahwa mata uang fungsional


perusahaan anak luar negeri harus ditentukan berdasarkan sifat dan tujuan
perusahana anak. Untuk itu, terdapat metode dasar yang umumnya digunakan
untuk melakukan translasi atas laporan keuangan perusahaan anak luar negeri,
yaitu :
a. Metode current rate (Kurs Berlaku)
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos
neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi
oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia dan Wales, serta secara luas digunakan
oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini bila aset yang
14

didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas suatu devalusai akan
menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua aset
dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Metode current rate merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini
dan langkah- langkahnya sebagai berikut :
1. Aset dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang
berlaku.
2. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pencatatan, atau setidaknya menggunakan kurs rata-rata
tertimbang selama periode tersebut.
3. Dividen (pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang
berlaku pada tanggal pembayaran.
4. Akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs
historis.
b. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan
proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak
mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non-
moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non-moneter, persediaan
(inventory) selalu dikonversi dengan kurs historis. Sedang dalam metode
temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs historis, namun bisa saja
dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca
dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada
evalusai biaya (historis ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya
dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan,
cicilan utang dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca
dikonversi dengan kurs historis (harga di masa lalu).
15

c. Metode Current/non-current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi
mata uang. Dengan metode ini, semua aset dan kewajiban lancar dari cabang-
cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat
ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang aset dan kewajiban yang tidak
lancar (non-current), seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs historis,
yaitu kurs pada saat aset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh
karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang
dinilai positif dalam mata uang lokal akan meningkatkan resiko rugi (translation
loss) akibat devaluasi dengan metode current/non-current. Sebaliknya bila modal
kerja ternyata negatif dinilai dalam mata uang lokal berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut. Namun demikian,
metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir
tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan
bahwa kas, piutang dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang
jangka panjang berdasarkan kurs historis mengalihkan pengaruh mata uang yang
berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
d. Metode Monetary/Non-monetary
Aset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang dan piutang
jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka
panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos non-moneter, seperti stok
barang, aset tetap dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs historis. Pos-
pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut,
kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan aset dan
kewajiban non-moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada
kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja
dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter dan non-
moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode
16

ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan


berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur
sebesar biaya perolehan dan kurs translasi historis.
Terlepas dari metode yang digunakan, metode translasi tidak hanya
menentukan kurs nilai tukar yang digunakan dalam pengukuran kembali pos-pos
dalam laporan neraca dan laporan laba rugi, namun juga menentukan saldo
ketidakseimbangan yang diakui (yaitu mempengaruhi laba berjalan atau akun
cadangan ekuitas). Keuntungan atau kerugian akibat penyesuaian translasi tidak
dimasukkan dalam laba bersih konsolidasi, melainkan dilaporkan secara terpisah
dan dicatat pada akun cadangan modal terpisah (dalam neraca) dengan nama
Akumulasi Penyesuaian Translasi (Cumulative Translation Adjustment - CTA).
Keuntungan terbesar menggunakan metode current rate adalah keuntungan atau
kerugian akibat translasi tidak diakui di dalam laporan laba rugi, namun langsung
diakui ke dalam akun cadangan, sehingga dapat mengurangi volatilitas laba yang
dilaporkan.
Amerika Serikat membedakan perusahaan anak luar negeri berdasarkan
mata uang fungsionalnya dan bukan berdasarkan karakteristik perusahaan anak
dengan rincian sebagai berikut :
1. Jika laporan keuangan perusahaan anak luar negeri disusun dalam
dolar AS, maka tidak diperlukan translasi.
2. Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal dan mata uang
lokal merupakan mata uang fungsional, maka dilakukan translasi
dengan menggunakan metode current rate.
3. Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal dan dolar
AS merupakan mata uang fungsional, maka dilakukan pengukuran
kembali dengan menggunakan metode temporal.
4. Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal dan yang
menjadi mata uang fungsional adalah mata uang negara ketiga (bukan
mata uang lokal atau dolar AS), maka laporan tersebut pertama-tama
harus diukur kembali dengan menggunakan metode temporal dan
17

kemudian ditranslasikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan


metode current rate.
Banyak negara-negara di dunia yang termasuk dalam kategori negara maju
menggunakan standar yang ditetapkan oleh International Accounting Standards
Board (IASB) dan mengikuti prosedur translasi dasar yang serupa, yaitu :
1. Anak perusahaan luar negeri dapat berupa anak perusahaan luar negeri
terintegrasi atau anak perusahaan luar negeri mandiri.
2. Anak perusahaan luar negeri terintegrasi (integrated foreign entities)
umumnya diukur kembali dengan menggunakan metode temporal.
3. Anak perusahaan luar negeri mandiri (self-sustaining foreign entities)
ditranslasikan dengan menggunakan metode current rate method, yang
juga dikenal sebagai metode kurs penutupan.

2.7 Perbandingan Eksposur Operasi Dengan Eksposur Translasi


Eksposur operasi tergantung pada :
1. Depresiasi/apresiasi mata uang
Apabila mengalami depresiasi, maka cenderung menimbulkan
kerugian kurs.
2. Peningkatan Volume
Volume yang meningkat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
3. Peningkatan harga jual
Harga jual yang meningkat juga meningkatkan keuntungan
perusahaan.
Sebaliknya eksposur translasi, selain dipengaruhi oleh depresiasi/apresiasi
kurs, dan juga tergantung oleh metode yang digunakan dalam translasi. Selisih
kurs yang timbul dalam metode kurs berjalan berpengaruh langsung terhadap
kinerja (laba/rugi) perusahaan. Sebaliknya, metode temporal berpengaruh
terhadap nilai ekuitas, bersifat akumulatif, sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
18

2.8 Pengelolaan Translation Exposure


Teknik umum yang terutama digunakan untuk meminimalkan dampak
eksposur translasi adalah lindung nilai neraca (balance sheet hedge). Lindung
nilai neraca memerlukan jumlah yang sama atas aset dan liabilitas dalam mata
uang yang terekspos risiko, dalam laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasi.
Jika kondisi dapat dipenuhi untuk setiap mata uang luar negeri, maka eksposur
translasi bersih akan sebesar nol. Jika perusahaan melakukan translasi dengan
menggunakan metode temporal, maka posisi terekspos bersih sebesar nol tersebut
disebut sebagai saldo moneter (monetary balance). Saldo moneter yang komplit
tidak pernah terpenuhi jika yang digunakan adalah metode current rate.
Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan lindung nilai neraca tergantung
pada biaya pinjaman yang besarnya relatif. Aktifitas lindung nilai ini merupakan
kompromi yang melibatkan pengubahan denominasi mata uang akun-akun neraca,
yang di satu sisi menimbulkan biaya berupa beban bunga atau efisiensi
operasional, namun di sisi lain dapat melakukan sebagian perlindungan atas mata
uang asing. Jika perusahaan anak menggunakan mata uang lokal sebagai mata
uang fungsional, maka kondisi berikut dapat menjadi dasar penentuan saat
melakukan lindung nilai neraca :
1. Perusahaan anak luar negeri akan dilikuidiasi, sehingga nilai CTA
akan terealisasi.
2. Perusahaan memiliki jaminan utang atau perjanjian bank yang
menyatakan bahwa rasio utang/ekuitas harus dipertahankan dalam
batasan tertentu.
3. Manajemen dievaluasi berdasarkan ukuran-ukuran laporan laba rugi
dan neraca tertentu, yang dapat dipengaruhi oleh kerugian atau
keuntungan translasi.
4. Anak perusahaan luar negeri beroperasi di lingkungan yang mengalami
hiperinflasi.
BAB lll
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada bagian ini penulis mengambil suatu kesimpulan atas makalah yang
telah disajikan sebagai berikut :
1. Operating exposure yang biasa disebut dengan economic exposure atau
strategic exposure, yakni mengukur perubahan pada present value yang
diterima oleh perusahaan akibat perubahan pada arus kas operasi
perusahaan di masa depan yang disebabkan oleh perubahan yang tidak
terduga pada nilai tukar. Exposure ini mengakibatkan menurunnya
penjualan dari pelanggan luar negeri. Meskipun dampaknya tidak
muncul di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga
kemudian mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar.
2. Translation atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan
dari cabang asing yang dalam mata uang asing, harus dikonversi ke
dalam reporting currency perusahaan induk untuk membuat laporan
keuangan konsolidasi. perbedaan transaction dengan operating
exposure yaitu, transaction exposure muncul dari arus kas masa depan
yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu
operating exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak.
Transaction dan operating exposure sama-sama muncul ketika adanya
perubahan yang tidak terduga dalam arus kas di masa depan.

3.2 Saran
Penulis mencoba untuk memberikan saran yang berkaitan dengan
pembahasan ini, yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan agar dapat mengelola strategi
keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi secara efektif dan
efisien. Karena hal ini akan berdampak pada hasil operasi perusahaan
yang terlihat pada laporan keuangan.

19
20

2. Bagi Pemerintah Indonesia diharapkan agar dapat menjaga stabilitas


perekonomian terutama pergerakan nilai tukar rupiah terhadap nilai
tukar mata uang asing, karena akan berdampak pada penjabaran mata
uang asing perusahaan anak di luar negeri terhadap perusahaan induk di
Indonesia pada saat menyusun laporan keuangan konsolidasian.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Manajemen Keuangan Lanjutan. Modul


Chartered Accountant. Jakarta.
Noor, Zulki Zulfikli. 2011. Penyebab Economic Exposur Pada Perusahaan
Manufaktur Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Universitas Winaya
Mukti. Bandung.
LAMPIRAN 1
JURNAL
PENYEBAB ECONOMIC EXPOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
LAMPIRAN 2
KASUS
KASUS CARREFOUR S.A.
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)

PENYEBAB ECONOMIC EXPOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR


GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Zulki Zulkifli Noor


Universitas Winaya Mukti
Jalan Pahlawan No. 69 Bandung
e-mail: Ake_zulkifli@yahoo.com

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi economic exposure dan faktor yang dominan pengaruhnya
terhadap economic exposure pada perusahaan-perusahaan yang go public yang
berada dalam kelompok perusahaan manufaktur. Ada lima faktor yang diteliti
berdasarkan hubungan yang erat dengan fluktuasi kurs terutama USD yang
merupakan mata uang yang lebih mendominasi dalam transaksi internasional di
Indonesia, yaitu status perusahaan, kewajiban bersih valuta asing, prosentase
ekspor terhadap total penjualan, impor bahan baku dan bahan pembantu, dan
pelaksanaan hedging atas fluktuasi kurs. Analisa multivariate digunakan untuk
melihat kelima faktor di atas terhadap economic exposure. Sebelum dilakukan
analisa multivariate, terlebih dahulu dilakukan analisa univariate yang berguna
untuk menguji setiap variabel yang digunakan. Berdasarkan penelitian ini, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut : (1.) Kelima faktor tersebut mempengaruhi
economic exposure di 62%, 38% lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain di luar
faktor yang diteliti. (2.) Faktor yang dominan pengaruhnya terhadap economic
exposure adalah kewajiban bersih valuta asing, karena memiliki nilai yang
signifikan terhadap economic exposure.

Kata Kunci : Kewajiban bersih valuta asing, prosentase ekspor terhadap total
penjualan, impor bahan baku dan bahan pembantu, pelaksanaan
hedging atas fluktuasi kurs, economic exposure.

ECONOMIC EXPOSURE CAUSES IN GO PUBLIC MANUFACTURING


COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

ABSTRACT. The purpose of this study to determine the factors that affect
economic exposure and the major influences on economic exposure to companies
that go public in the manufacturing company. There are five factors studied on the
basis of a close relationship with the fluctuation of exchange primarily USD, which
is the dominant currency in international transactions in Indonesia, the fifth
company status, the net liabilities denominated in foreign currencies, the
percentage of exports to total sales, imports of raw materials and auxiliary
materials, and implementation of hedging for exchange rate fluctuations.
Multivariate analysis is used to view the five factors of economic exposure. Before
multivariate analysis, first conducted univariate analysis that is useful to examine
each of the variables used. Based on these results, it can be concluded as follows:

211
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222

(1.) The five factors that affect economic exposure under 62%, 38% more
influenced by other factors beyond the factors studied. (2.) Major factors affect the
economic exposure is the net foreign currency liabilities, because it has significant
value to economic exposure.

Keywords: net liabilities denominated in foreign currencies, the percentage of


exports to total sales, imports of raw materials and auxiliary
materials, implementation of hedging for exchange rate fluctuations,
economic exposure.

PENDAHULUAN
Economic exposure ini diteliti karena saat ini perubahan lingkungan eksternal
sangat cepat berubah, sehingga pefubahan fluktuasi kurs sangat cepat, sehingga
Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia harus mengendalikan faktor penyebab
perubahan tersebut agar nilai tukar rupiah tidak anjlok terlalu besar, hal ini sejalan
dengan terjadinya integrasi secara global dari barang dan jasa yang memaksa
suatu negara untuk dapat menspesialisasikan dirinya dan meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya manusia maupun alamnya yang merupakan akibat dari
meningkatnya perdagangan internasional dan investasi internasional yang diikuti
peningkatan lalu lintas komunikasi dan transportasi serta usaha antar negara untuk
menurunkan hambatan dan tarif.
Transaksi ekspor dan impor yang dilakukan di Indonesia menggunakan
berbagai mata uang asing. US Dollar (selanjutnya disingkat USD) merupakan mata
uang yang paling sering digunakan dalam transaksi ekspor dan impor di Indonesia.
Pengaruh perubahan kurs setiap perusahaan tentunya tidak sama, tergantung dari
strategi dan kebijakan yang diambil perusahaan.
Perubahan kurs valuta asing berpengaruh pada arus kas perusahaan, baik
perusahaan tersebut melakukan transaksi dengan pihak luar negeri ataupun hanya
melakukan transaksi dengan pihak dalam negeri. Pengaruh fluktuasi valuta asing
terhadap perusahaan atau disebut foreign exchange exposure dapat
dikelompokkan dalam 3 bentuk, yaitu transaction exposure, operating exposure,
dan translation exposure. Economic exposure timbul karena fluktuasi kurs mata
uang yang nantinya dapat mempengaruhi nilai ekonomis perusahaan. Nilai
ekonomis perusahaan yang dipengaruhi adalah pendapatan dan biaya perusahaan
atau operating cash flownya di masa yang akan datang. Untuk itu penelitian ini
ingin melihat seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi economic exposure
US Dollar dari perusahaan-perusahaan go public yang berada dalam kelompok
perusahaan menufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Sejalan dengan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya nilai faktor-faktor yang mempengaruhi economic
exposure dari tahun 1999 hingga tahun 2003 pada perusahaan–perusahaan go
public yang berada dalam kelompok perusahaan manufaktur.

212
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)

2. Untuk mengetahui faktor–faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap


economic exposure USD pada perusahaan – perusahaan go public yang
berada dalam kelompok perusahaan manufaktur.

Referensi yang relevan


Economic Exposure
Pengelolaan economic exposure dengan mengubah kebijakan operasi
perusahaan yang umum digunakan adalah melakukan leads (mempercepat
pembayaran) atau lags (memperlambat pembayaran), melakukan risk sharing,
yaitu suatu perjanjian yang mana pembeli dan penjual setuju untuk membagi
dampak pergerakan mata uang atas pembayaran yang terjadi diantara mereka,
dan menggunakan reinvoicing center, yaitu suatu subsidiary terpisah pada suatu
lokasi yang khusus mengelola seluruh transaction exposure dari perdagangan yang
terjadi antar subsidiary atau dengan parent companynya.
Pengelolaan economic exposure dengan merubah kebijakan keuangan
perusahaan biasanya meliputi : Penggunaan natural hedge dengan melakukan
matching aliran kas mata uang, Back to back loans atau parallel loans, dan
Currency Swaps.

Perilaku Nilai Tukar


Setiap perusahaan harus mempelajari perilaku nilai tukar, system nilai tukar
yang dianut suatu negera, dan pengaruh nilai tukar terhadap harga saham yang
merupakan cerminan dari nilai perusahaan, sebab dengan pengetahuan tersebut,
perusahaan dapat menentukan pengelolaan exposure yang tepat dala mengalami
fluktuasi nilai tukar dan dapat mengambil keputusan yang tepat demi
kelangsungan bisnis perusahaan.
Menurut Eiteman (1995,129), perusahaan biasanya melakukan peramalan
nilai tukar untuk salah satu tujuan, yaitu accounts payable and receivable,
international price lists, working capital management, dan international investment
analysis.

Bisnis Internasional
Menurut Jeff Madura (1997;457), ada beberapa kemungkinan motif bagi
perusahaan untuk melakukan bisnis internasional, yaitu attrack new sources of
demand, enter markets where superior profits are possible, fully benefit from
economic of scale, use foreign factors of production, use foreign raw
materials,exploit foreign technology, exploit monopolistic advantage, diversify
internationally, react to a foreign currency’s changing value, react to trade
restrictions, dan benefit politically.
Kemungkinan suatu hasil yang kurang menguntungkan dibanding yang di
harapkan sering diartikan sebagai resiko. Bagi perusahaan yang melakukan bisnis
internasional dihadapkan pada resiko yang lain yang dapat berbentuk unsystematic
risk, artinya resiko yang dapat didiversifikasikan, namun ada juga yang berbentuk
systematic risk, yaitu resiko yang tidak dapat didiversifikasikan. Abuaf (1988)
membedakan resiko internasional menjadi dua, yaitu foreign-exchange exposure

213
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222

risk dan political risk (Abuaf; 1988;3). Sedangkan Alan C. Saphiro (1996)
memfokuskan resiko internasional pada inflation risk, exchange risk, dan political
risk (1996; 23).

Resiko Valuta Asing


Pengaruh resiko valuta asing terhadap perusahaan atau disebut foreign
exchange exposure dapat dikelompokkan dalam tiga bentuk, yaitu Transaction
exposure yang timbul karena perusahaan melakukan transaksi/kontrak dalam
valuta asing dan pada saat terjadi perubahan nilai tukar, kontrak tersebut belum
selesai, Operating exposure yang timbul karena fluktuasi nilai tukar dapat merubah
pendapatan dan biaya perusahaan, yakni operating cash flownya, dan Translation
exposure adalah exposure dari laporan keuangan konsolidasi MNC akibat
perubahan nilai tukar.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Economic Exposure


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi economic exposure adalah (Alan
Saphiro,1996):
a. Penjualan produk perusahaan, dalam negeri atau luar negeri.
b. Pesaing utama perusahaan, perusahaan dalam negeri atau luar negeri.
c. Elastisitas permintaan barang terhadap harga.
d. Lokasi produksi perusahaan, dalam negeri atau luar negeri.
e. Impor bahan baku dan bahan pembantunya atau tidak.
f. Penetapan harga input atau outputnya, ditetapkan berdasarkan harga pasar
dunia atau pasar domestik dan menggunakan mata uang apa.
g. MNC atau bukan MNC.
h. Hutang dalam mata uang apa.
i. Hedging atau tidak hedging.
j. Penggunaan mata uang.
Economic exposure dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Penjualan
produk perusahaan, dalam negeri atau luar negeri, .Pesaing utama perusahaan,
perusahaan dalam negeri atau luar negeri, Elastisitas permintaan barang terhadap
harga, Lokasi produksi perusahaan, dalam negeri atau luar negeri, Impor bahan
baku dan bahan pembantunya atau tidak, Penetapan harga input atau outputnya,
ditetapkan berdasarkan harga pasar dunia atau pasar domestik dan menggunakan
mata uang apa, MNC atau bukan MNC, Hutang dalam mata uang apa, Hedging
atau tidak hedging, serta Penggunaan mata uang (Alan Saphiro,1996). Nilai
perubahan digunakan untuk mengatasi adanya stock split, bonus shares, ataupun
stock dividend.

Hipotesa
1. Status perusahaan mempengaruhi economic exposure.
2. Kewajiban bersih valuta asing mempengaruhi economic exposure.
3. Prosentase ekspor terhadap total penjualan mempengaruhi economic
exposure.

214
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)

4. Perusahaan yang mengimpor bahan baku atau bahan pembantu


mempengaruhi economic exposure.
5. Perusahaan melakukan hedging atas fluktuasi kurs mempengaruhi economic
exposure.
6. Kelima faktor tersebut mempengaruhi economic exposure.

METODOLOGI
Metode Pemilihan Sampel
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel, yaitu sampel diambil dari
data yang tersedia pada Indonesian Capital Market Directory tahun 2003, sampel
yang diambil merupakan perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia sebelum tahun 1999, karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan
1999 – 2003, perusahaan yang diteliti tidak melakukan emisi saham baru pada
periode 1999-2003 (karena periode ini perekonomian mulai normal kembali pasca
krisis moneter, dan sebelum pemilu tahun 2004).

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penulisan tesis ini adalah data sekunder.
Indonesian Capital Market Directory tahun 2003, catatan laporan tahunan
perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penulisan ini diperoleh dari
Bursa Efek Indonesia, dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia tahun 1999 hingga tahun 2003. Sedangkan data
sekunder lainnya diperoleh melalui internet. Selain itu, data sekunder juga dapat
diperoleh dari berbagai bahan-bahan tertulis, baik berupa literature-literatur ilmiah
yang digunakan sebagai pondasi teoritis, maupun dari majalah, sutra kabar,
laporan penelitian, jurnal ilmiah, serta tulisan-tulisan lainnya yang menunjang
penulisan tesis ini.

Metode Analisis Data


Nilai perubahan digunakan untuk mengatasi adanya stock split, bonus shares,
ataupun stock dividend. Model regresi yang digunakan sebagai berikut :
Yit = α + bXit + εt
Keterangan :
Yit = Perubahan Harga Saham Individu i pada Bulan t
α = Intersept
bit = Koefisien Economic Exposure
ε = Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan pada Bulan t
Pengujian untuk menentukan adanya pengaruh antara variabel-variabel
independen, terhadap variabel dependen pada perusahaan manufaktur dilakukan
dengan menggunakan analisa multivariate dengan model sebagai berikut:
ß1i = α + b1X1i + b2X2i + b3X3i + b4X4i + b5X5i
Dimana :
ß1i = Economic Exposure
α = Intersept
X1i = Status Perusahaan

215
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222

X2i = Kewajiban Bersih Valuta Asing


X3i = Prosentase Ekspor Terhadap Total Penjualan
X4i = Impor Bahan Baku dan Bahan Pembantu
X5i = Pelaksanaan Hedging atas Fluktuatif Kurs
b1b2b3b4b5 = Koefisien Variabel Independen
Pengukuran variabel dilihat dari definisi konseptual dan definisi operasionalnya.
Berdasarkan model di atas, maka variabel dari penelitian ini adalah :
1. Economic Exposure sebagai dependen variable
2. Variabel yang lain (X1 sampai dengan X5) sebagai dependen variable.
Sebelum dilakukan analisa multivariate, terlebih dahulu dilakukan analisa
univariate untuk setiap variabel di atas. Di dalam melakukan analisa univariate
variabel-variabel yang mempengaruhi economic exposure digunakan uji-t. Uji-t di
sini digunakan untuk menganalisis kelima faktor yang mempengaruhi economic
exposure secara parsial. Sedangkan untuk menganalisis kelima faktor secara
menyeluruh terhadap economic exposure, digunakan uji-F.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian Parsial Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Economic Exposure
Berdasarkan tabel di bawah ini, faktor yang paling besar pengaruhnya
terhadap economic exposure hanya terjadi pada tahun 2000, yaitu faktor
kewajiban bersih valuta asing. Hasil uji t terhadap faktor ini adalah t-hitungnya
memiliki nilai yang lebih besar dari nilai t-tabelnya, yaitu sebesar 2,350 > 1,692,
sehingga Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Faktor ini juga memiliki nilai signifikan
yang lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,025,sehingga dapat dikatakankewajiban bersih
valuta asing berpengaruh signifikan terhadap economic exposure.

Tabel 1. Pengujian Parsial Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Economic Exposure


1999 2000 2001 2002 2003

X1 t = 1,828 t = -0,005 t = 0,439 t = -0,202 t = 0,206


(1,692) (1,692) (1,692) (1,692) (1,692)
Sig = 0,077 Sig = 0,996 Sig = 0,664 Sig = 0,841 Sig = 0,838
X2 t = 0,959 t = 2,350 t = 0,458 t = 0,632 t = -1,389
(1,692) (1,692) (1,692) (1,692) (1,692)
Sig = 0,344 Sig = 0,025 Sig = 0,650 Sig = 0,532 Sig = 0,174
X3 t = 0,154 t = -0,315 t = -0,610 t = 1,901 t = -0,114
(1,692) (1,692) (1,692) (1,692) (1,692)
Sig = 0,878 Sig = 0,755 Sig = 0,546 Sig = 0,066 Sig = 0,910
X4 t = -0,186 t = 0,604 t = 0,367 t = -1,498 t = -1,451
(1,692) (1,692) (1,692) (1,692) (1,692)
Sig = 0,854 Sig = 0,550 Sig = 0,716 Sig = 0,144 Sig = 0,157
X5 t = 0,683 t = 0,692 t = 0,692 t = 1,139 t = 1,401
(1,692) (1,692) (1,692) (1,692) (1,692)
Sig = 1,692 Sig = 0,494 Sig = 0,494 Sig = 0,255 Sig = 0,171

216
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)

Pengujian ini dilakukan per tahun, agar dapat mengetahui perubahan


signifikansi faktor-faktor penyebab tersebut untuk menjawab permasalahan no.1,
serta mengetahui faktor yang dominan yang mempengaruhi economic exposure
per tahun untuk menjawab permasalahan no.2.

Perhitungan Koefisien Economic Exposure


Koefisien economic exposure di sini digunakan sebagai variabel dependent
dalam analisis multi regresi. Tabel berikut ini merupakan hasil akhir dari olahan
regresi yang dilakukan :

Tabel 2. Koefisien Economic Exposure Pada Industri Manufaktur


No. Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
1999 2000 2001 2002 2003
1. 0,071 0,520 -0,006 0,043 0
2. -0,050 -2,399 0,099 0 2,139
3. -0,100 0,036 -0,103 -0,101 0,650
4. -0,203 0,990 -0,053 0,088 0,357
5. -0,007 0,068 0 0 0,011
6. 0,002 0,007 0,001 0,008 -0,006
7. -0,009 0,030 -0,009 0,020 -0,063
8. -0,07 0,404 0,159 -0,312 -0,291
9. -0,040 0,020 0,001 0,003 0,008
10. -0,080 0,043 -0,003 0 0,023
11. -0,018 0,071 0 -0,003 0,046
12. -0,001 0,007 -0,003 0 0,010
13. -0,290 0,004 0,004 -0,015 0,084
14. 0,007 0,118 -0,007 -0,067 0,100
15. -0,011 0,123 -0,004 -0,032 0,004
16. -0,007 -0,022 0 -0,002 -0,008
17. -0,022 0,008 -0,023 -0,002 -0,159
18. 0,004 0,003 0,003 0,042 0,023
19. -0,690 -0,099 -0,020 -0,002 0,124
20. -0,371 -1,090 -0,016 -0,400 0,106
21. -0,003 0,071 -0,004 -0,003 0,004
22. -0,003 -0,012 0,003 0 -0,016
23. 0,012 0,003 0 0,002 -0,003
24. -0,003 -0,030 0,007 -0,031 -0,019
25. 0,002 0,022 0,002 0,013 0,023
26. 0 0,012 0 0 0,017
27. -0,023 -0,010 0,006 -0,014 0,067
28. -0,040 -0,009 0,001 0,005 -0,001
29. -0,006 0,088 -0,001 -0,015 0
30. -0,051 -0,084 -0,003 0,010 0,039
31. -0,007 0,003 -0,001 0,008 0,011
32. -0,104 0,149 -0,021 0,140 0,002
33. -0,014 0,022 0,001 0,018 -0,032
34. 0,012 0,025 -0,003 0,028 0,009
35. 0,100 0,026 -0,001 -0,006 0,003
36. -0,065 0,021 -0,001 0,023 -0,031
37. 0,012 1,023 0,053 0,006 0
38. -0,176 -0,145 -0,113 -0,211 -0,074
39. 0,001 0,080 -0,037 0,142 0,274
Sumber : Data Olahan.

217
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222

Pengujian Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Economic


Exposure
Berdasarkan uraian sebelumnya, kelima faktor tersebut secara simultan diuji
dengan nilai ßUSD yang merupakan ukuran economic exposurenya.

Tabel 3. Pengujian Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Economic


Exposure
1999 2000 2001 2002 2003
X1 b = 0,215 b = -0,002 b = 0,017 b = -0,017 b = 0,064
F = 0,966 F = 1,210 F = 0,224 F = 1,174 F = 1,704
(2,500) (2,500) (2,500) (2,500) (2,500)
Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare =
0,728 0,755 0,633 0,751 0,810
X2 b = 0,075 b = 0,706 b = 0,011 b = 0,033 b = -0,328
F = 0,966 F = 1,210 F = 0,224 F = 1,174 F = 1,704
(2,500) (2,500) (2,500) (2,500) (2,500)
Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare =
0,728 0,755 0,633 0,751 0,810
X3 b = 0,013 b = -0,105 b = -0,017 b = 0,128 b = -0,028
F = 0,966 F = 1,210 F = 0,224 F = 1,174 F = 1,704
(2,500) (2,500) (2,500) (2,500) (2,500)
Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare =
0,728 0,755 0,633 0,751 0,810
X4 b=- b = 0,157 b = 0,008 b = -0,079 b = -0,286
0,013 F = 1,210 F = 0,224 F = 1,174 F = 1,704
F = 0,966 (2,500) (2,500) (2,500) (2,500)
(2,500) Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare =
Rsquare = 0,755 0,633 0,751 0,810
0,728
X5 b = 0,019 b = 0,068 b = -0,006 b = 0,023 b = 0,101
F = 0,966 F = 1,210 F = 0,224 F = 1,174 F = 1,704
(2,500) (2,500) (2,500) (2,500) (2,500)
Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare = Rsquare =
0,728 0,755 0,633 0,751 0,810
Berdasarkan table 3 di atas, dapat disusun persamaannya per tahun dengan
keterangan dari persamaan tersebut, sebagai berikut :

Persamaan Secara Simultan Tahun 1999


β1i = -0,298 + 0,215X1i + 0,075X2i + 0,013X3i – 0,013X4i + 0,019X5i
Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa status perusahaan,
kewajiban bersih valuta asing, prosentase ekspor terhadap total penjualan dan

218
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)

pelaksanaan hedging terhadap fluktuasi kurs memiliki arah positif, yang berarti
nilai harga saham yang merupakan cerminan dari arus kas perusahaan akan naik
searah dengan penguatan niali Rupiah terhadap USD. Sedangkan untuk impor
bahan baku atau bahan pembantu memiliki arah negatif, yang berarti bahwa jika
Rupiah mengalami penguatan maka arus kas perusahaan akan mengalami
penurunan sesuai dengan penurunan harga saham yang merupakan pencerminan
arus kas perusahaan.
Berdasarkan nilai F-hitung, maka dapat disimpulkan bahwa Ho6 diterima dan
Ha6 ditolak, karena nilai F-hitung < F-tabel, yaitu 0,966 < 2,500 pada taraf
signifikansi 0,05.
Secara simultan analisis pada tahun 1999 atas kelima faktor tersebut tidak
mempengaruhi economic exposure. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rsquarenya
yang hanya 62% mempengaruhi economic exposure, sedangkan 38% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari faktor yang diteliti.

Persamaan Secara Simultan Tahun 2000


β1i = -0,517 - 0,002X1i + 0,706X2i - 0,105X3i + 0,157X4i + 0,068X5i
Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa kewajiban bersih valuta
asing, impor bahan baku atau bahan pembantu dan pelaksanaan hedging atas
fluktuasi kurs memiliki arah positif, yang berarti nilai harga saham yang merupakan
cerminan dari arus kas perusahaan akan naik searah dengan penguatan niali
Rupiah terhadap USD. Sedangkan untuk status perusahaan dan prosentase ekspor
terhadap total penjualan memiliki arah negatif, yang berarti bahwa jika Rupiah
mengalami penguatan maka arus kas perusahaan akan mengalami penurunan
sesuai dengan penurunan harga saham yang merupakan pencerminan arus kas
perusahaan.
Nilai F-hitung pada tahun 2000 sebesar 1,210. Nilai ini lebih kecil dari
F(0,05,5,33) = 2,500. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho6 diterima dan Ha6
ditolak pada taraf signifikansi 0,05, karena nilai F-hitung < F-tabel.
Secara simultan analisis pada tahun 2000 atas kelima faktor tersebut tidak
mempengaruhi economic exposure. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rsquarenya
yang hanya 65,5% mempengaruhi economic exposure, sedangkan 34,5% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari faktor yang diteliti.

Persamaan Secara Simultan Tahun 2001


Β3i = -0,016 + 0,017X1i + 0,011X2i - 0,017X3i + 0,008X4i – 0,006X5i
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa prosentase ekspor terhadap total
penjualan dan pelaksanaan hedging atas fluktuasi kurs memiliki arah yang negatif.
Hal ini mengartikan bahwa jika Rupiah mengalami penguatan atas USD, maka
harga saham yang merupakan cerminan dari arus kas perusahaan akan menurun.
Untuk status perusahaan, kewajiban bersih vaulta asing dan impor bahan baku
memiliki arah negatif yang bermakna bahwa harga saham yang merupakan
cerminan dari arus kas perusahaan akan searah pergerakkannya dengan
pergerakkan kurs Rupiah terhadap USD.

219
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222

Dapat dilihat nilai F-hitung pada tahun 2001 sebesar 0,224. Nilai ini lebih
kecil dari F-tabelnya yaitu sebesar 2,500. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho6
diterima dan Ha6 ditolak pada taraf signifikansi 0,05, karena nilai F-hitung < F-
tabel.
Secara simultan analisis pada tahun 2001 atas kelima faktor tersebut tidak
mempengaruhi economic exposure. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rsquarenya
yang hanya 63% mempengaruhi economic exposure, sedangkan 37% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari faktor yang diteliti.

Persamaan Secara Simultan Tahun 2002


β1i = -0,0557 - 0,017X1i + 0,033X2i + 0,128X3i - 0,079X4i + 0,023X5i
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa status perusahaan dan impor
bahan baku atau bahan pembantu memiliki arah positif, yang berarti nilai harga
saham yang merupakan cerminan dari arus kas perusahaan akan naik searah
dengan penguatan niali Rupiah terhadap USD. Sedangkan untuk kewajiban bersih
valuta asing, prosentase ekspor terhadap total penjualan dan pelaksanaan hedging
atas fluktuasi kurs memiliki arah negatif, yang berarti bahwa jika Rupiah
mengalami penguatan maka arus kas perusahaan akan mengalami penurunan
sesuai dengan penurunan harga saham yang merupakan pencerminan arus kas
perusahaan.
Nilai F-hitung pada tahun 2002 lebih kecil dari F-tabelnya yaitu sebesar
1,174 < 2,500. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho6 diterima dan Ha6 ditolak pada
taraf signifikansi 0,05.
Secara simultan analisis pada tahun 2002 atas kelima faktor tersebut tidak
mempengaruhi economic exposure. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rsquarenya
yang hanya 65,1% mempengaruhi economic exposure, sedangkan 34,9% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari faktor yang diteliti.

Persamaan Secara Simultan Tahun 2003


β1i = 0,246 + 0,064X1i - 0,328X2i - 0,028X3i - 0,286X4i + 0,101X5i
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa status perusahaan dan
pelaksanaan hedging atas fluktuasi kurs memiliki arah positif, yang berarti nilai
harga saham yang merupakan cerminan dari arus kas perusahaan akan naik
searah dengan penguatan niali Rupiah terhadap USD. Sedangkan untuk kewajiban
bersih valuta asing, prosentase ekspor terhadap total penjualan dan impor bahan
baku atau bahan pembantu memiliki arah negatif, yang berarti bahwa jika Rupiah
mengalami penguatan maka arus kas perusahaan akan mengalami penurunan
sesuai dengan penurunan harga saham yang merupakan pencerminan arus kas
perusahaan.
Nilai F-hitung pada tahun 2003 lebih kecil dari F-tabelnya yaitu sebesar 1,704
< 2,500. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho6 diterima dan Ha6 ditolak pada taraf
signifikansi 0,05.
Secara simultan analisis pada tahun 2003 atas kelima faktor tersebut tidak
mempengaruhi economic exposure. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rsquarenya

220
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)

yang hanya 61% mempengaruhi economic exposure, sedangkan 39% lainnya


dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari faktor yang diteliti.
Pengujian Asumsi
Asumsi yang mendasari suatu pengujian di dalam regresi linier harus
memnuhi asumsi dasar bahwa tidak terdapat autokorelasi antara variabel bebas
yang satu dengan yang lainnya. Dalam uji ini diperoleh nilai D tahun 1999 =
1,615, tahun 2000, nilai D = 2,063, tahun 2001, nilai D = 2,044, tahun 2002, nilai
D = 2,158 dan tahun 2003, nilai D = 2,071 dari tahun 1999 hingga tahun 2003
berada pada daerah antara dU dan 4 – dU, yaitu 1,79 dan 2,21. Dari hasil ini
dapat diperoleh bahwa tidak terdapat autokorelasi. Dalam uji asumsi ini juga tidak
terjadi multikolinearitas, hal ini dapat dilihat dari probabilitas yang tidak signifikan
dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI


Simpulan
Besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi economic exposure tiap tahun
berbeda-beda. Besarnya nilai faktor-faktor yang mempengaruhi economic
exposure dapat dilihat dari R Square. Pada tahun 1999, faktor-faktor yang
mempengaruhi economic exposure hanya sebesar 62%, sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain diluar faktor yang diteliti. Untuk tahun 2000, faktor-faktor yang
mempengaruhi economic exposure hanya sebesar 65,5%, 34,5% dipengaruhi oleh
faktor lain diluar faktor yang diteliti. Pada tahun 2001, faktor-faktor yang
mempengaruhi economic exposure sebesar 63%, sedangkan 37% dipengaruhi
oleh faktor lain diluar faktor yang diteliti. Untuk tahun 2002, faktor-faktor yang
mempengaruhi economic exposure hanya sebesar 65,1%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor yang diteliti. Dan terakhir pada tahun
2003, faktor-faktor yang mempengaruhi economic exposure hanya sebesar 61%,
sedangkan 39% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor yang diteliti.
Faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap economic exposure adapt
dilihat dari hasil uji parsial. Berdasarkan hasil uji t, hanya pada tahun 2000
terdapat faktor yang secara signifikan mempengaruhi economic exposure, yaitu
faktor kewajiban bersih valuta asing. Hasil dari uji t terhadap faktor ini adalah, t-
hitungnya memiliki nilai yang lebih besar dari t-tabelnya, yaitu sebesar 2,350 >
1,692, sehingga Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Faktor ini juga memiliki nilai
signifikan yang lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,025, sehingga adapt dikatankan
kewajiban bersih valuta asing berpengaruh signifikan terhadap economic exposure.

Rekomendasi
Untuk penelitian selanjutnya, penulis sarankan untuk menambah sampel dan
tahun penelitian. Selain itu, sebaiknya pada penelitian selanjutnya, obyek
penelitian ditentukan berdasarkan komposisi ekspor dan impor yang dilakukan
suatu perusahaan, jadi bukan berdasarkan suatu golongan industri tertentu agar
faktor-faktor yang mempengaruhi economic exposure tersebut dapat lebih
signifikan dan kontribusi yang dihasilkan dapat lebih besar nilainya.

221
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222

Kelemahan penelitian ini adalah terbatasnya informasi yang dibutuhkan secara


detail karena sumber penelitian merupakan perusahaan-perusahaan yang go public
dan listing di Bursa Efek Indonesia, sehingga data dan informasinya juga terbatas
hanya yang tersedia di perpustakaan Bursa Efek Indonesia saja.

DAFTAR PUSTAKA
Abuaf, Niso and Schoess, Stephan. 1988. Foreign-Exchange Exposure
Management, New York: Executive Enterprise Publications Co, Inc.

Buckley, Adrian. 1992. Multinational Finance, Second Edition, Prentice Hall


International, Englewood Cliffs.

Bank Indonesia. 2003. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank Indonesia
Desember 2003.

Eiteman, David K, et al. 1995. Multinational Business Finance, Seventh Edition,


Reading, Massachusetts: Addition-Wesley Publishing Company.

Hady, Hamdy. 2001. Keuangan Internasional, Buku II, Penerbit Ghalia Indonesia.

Indonesian Capital Market Directory. 2003. Institution for Economic and Financial
Research, 2003.

J. Panglaykim, Martani, Murlita. 1988. Bisnis Internasional, Penerbit Universitas


Terbuka.

J. Supranto. 2005. Ekonometri, Buku II, Penerbit Ghalia Indonesia.

Levi, Maurice D. 2001. Keuangan Internasional. Buku II, Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Madura, Jeff. 2003. International Financial Management. Seventh Edition.


Singapore: Info Access Distribution, Pte. Ltd.

Santoso, Singgih. 2004. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik Dengan SPSS Versi
11,5. Penerbit PT Elex Media Komputindo,.

Saphiro, Alan. 1996. Multinational Financial Management, New Jersey: Prentice


Hall International.

222
Kasus Carrefour S.A

1. Gambaran Umum
Carrefor merupakan perusahaan retail yang memiliki banyak cabang di
berbagai Negara, keuntungan yang mereka dapatkan terus meningkat dari tahun
ke tahun sehingga manajemen Carrefour memutuskan untuk meminjam dana
untuk melakukan ekspansi sebesar 13,5 miliar EURO. Masalah terjadi ketika 5
tahun terakhir nilai mata uang EURO menurun sehingga hal ini menyebabkan
perusahaan memiliki modal kerja negatif yang meningkatkan debt to equity ratio.

2. Analisis
Dalam kasus diatas Carrefour meminjam sejumalah dana untuk
mengembangkan bisnisnya sebesar 13,5 miliar EURO, uang tersebut
diinvestasikan untuk modal kerja perusahaan kedalam aset khususnya aset lancar
yang meliputi kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya.
Kebijakan investasi perusahaan berhasil hingga pada tahun ke 5 akan tetapi
perusahaan mengalami modal kerja yang negatif, hal itu dikarenakan nilai mata
uang yang digunakan perusahaan mengalami penurunan pada aset lancar.
Sedangkan nilai hutang lancarnya cenderung bertambah, berkurangnya aset lancar
disebabkan terus menurunnya nilai mata uang EURO yang berpengaruh
berkurangnya nilai kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya
yang diukur dengan menggunakan mata uang EURO. Sedangkan nilai hutang
lancar cenderung meningkat, hal itu disebabkan dengan meningkatnya utang
usaha, utang pinjaman bank, utang investasi lancar terhadap mata uang asing.

3. Upaya yang dapat dilakukan terhadap operating exposure


Ada beberapa upaya untuk mengatasi penurunan mata uang asing, yaitu :
a. Menyamakan arus kas mata uang
Carrefour dapat mendapatkan utang dalam denominasi mata uang EURO,
selain itu menemukan pemasok bahan baku dan komponen di negara yang
menggunakan mata uang utamanya EURO, perusahaan juga dapat
melakukan pengalihan mata uang currency switching, yaitu perusahaan
membayar pemasok luar negeri dengan mata uang EURO.
b. Back to back loans
Carrefour dapat melakukan satu sama lain dengan perusahaan di negara
berbeda mengatur meminjam untuk meminjam dalam mata uang satu sama
lain selama periode tertentu pada tanggal yang ditentukan perusahaan
tersebut mengembalikan mata uang yang dipinjam pertukaran semacam ini
menimbulkan lindung nilai tertutup kerugian valuta asing, karena pada
saat pengembalian nilai yang tercantum dalam neraca perusahaan akan
sama.
c. Currency swap
Perusahaan dan sebuah swap dealer atau swap bank sepakat untuk
menukarkan jumlah yang ekuivalen atas dua mata uang yang berbeda pada
periode waktu tertentu.
Perusahaan juga dapat menggunakan metode translasi yang tepat,
misalnya carrefour menggunakan metode current rate, yaitu sebuah metode yang
mengkonversi semua aset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang
dinyatakan dengan kurs saat ini. Metode current rate merupakan metode yang
paling banyak digunakan saat ini dan langkah- langkahnya sebagai berikut :
a. Aset dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang
berlaku.
b. Pos - pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pencatatan atau setidaknya menggunakan kurs rata.rata
tertimbang selama periode tersebut.
c. Dividen (pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pembayaran.
d. Akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs
historis, keuntungan dari metode ini adalah keuntungan atau kerugian
akibat translasi tidak diakui dalam laporan laba rugi, namun langsung
diakui kedalam pos cadangan, sehingga dapat mengurangi volatilitas laba
yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai