OPERATING EXPOSURE
Disusun Oleh :
Kelompok 6
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 1148/SK/BAN-PT/Ak-SURV/PPAK/XI/2015
Tanggal 31 Januari 2015
BANDUNG
2018
OPERATING EXPOSURE
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang atas
kehendak-Nya dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
untuk sauri tauladan yang paling sempurna bagi seluruh umat manusia.
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
moril maupun materil serta doa yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih secara tulus kepada :
1. Ibu (Alm) Koesbandijah Abdoel Kadir, Prof., Dr., Hj., M.S., Ak. selaku
2. Ibu Sri Lestari Roespinoedji, S.H. selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan
Widyatama.
3. Bapak Islahuzzaman, Dr., H., S.E., M.Si., Ak., CA. selaku Rektor
Universitas Widyatama.
4. Bapak Nuryaman, Dr., H., S.E., M.Si., Ak., CA. dan Ibu Dyah
ii
5. Bapak R. Wedi Rusmawan K. , Dr., S.E., M.Si., Ak., CA. selaku Dekan
6. Ibu Rita Yuniarti, Dr., S.E., M.M., Ak., CA. selaku Wakil Dekan Fakultas
7. Bapak Obsatar Sinaga, Prof., Dr., H., S.IP., M.Si. selaku Direktur Program
8. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., CA. selaku Wakil Direktur
9. Bapak Karhi Nisjar Siradjudin, Prof., Dr., H., M.M., Ak. selaku Ketua
Yani, Dede, Yulianti, Diqi, Sarah, Putri, Fadilla, Joko, Andri dan Denden.
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iv
2.7 Perbandingan Eksposur Operasi Dengan Eksposur Translasi …...… 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
perusahaan akan berkelanjutan dalam lingkup kompetitif biaya dan harga yang
dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs antar mata uang asing.
1.4 Tujuan
1. Memahami bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Memahami manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Memahami manajemen proaktif operating exposure.
4. Memahami pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.
1.5 Manfaat
1. Mengetahui bagaimana karakteristik operating exposure.
2. Mengetahui manajemen stratejik dan operating exposure.
3. Mengetahui manajemen proaktif operating exposure.
4. Mengetahui pendekatan kontraktual, lindung nilai terhadap transaksi yang
tidak dapat dilindungi.
BAB ll
PEMBAHASAN
4
5
sebuah perusahaan haruslah sudah dikenal dengan baik oleh komunitas investasi
internasional. Sekali lagi, ini bukanlah opsi bagi perusahaan domestik (jika
perusahaan domestik itu membatasi pendanaan terhadap satu pasar modal saja).
waktu pembayaran yang harus dilakukan atau diterima dalam mata uang asing.
Leads and lags intra perusahaan lebih mungkin untuk dilakukan karena
perusahaan berhubungan istimewa kemungkinan besar akan memiliki tujuan yang
sama sebagai satu perusahaan terkonsolidasi. Sebaliknya leads and lags antar
perusahaan memerlukan preferensi waktu perusahaan lain yang independen
terhadap perusahaan lain.
f. Reinvoicing Center
Reinvoicing Center adalah anak perusahaan dari suatu perusahaan
multinasional yang berada di suatu negara tertentu yang berfungsi mengelola
eksposur operasi perusahaan-perusahaan afiliasi.
anak luar negeri dalam operasi harian. Tabel berikut menjelaskan karakteristik
mata uang fungsional.
Tabel 2.1
Karakteristik Mata Uang Fungsional
Kriteria suatu mata uang diianggap sebagai mata uang fungsional ditentukan
berdasarkan indikator ekonomi seperti :
1. Mata uang luar negeri : Arus kas yang
terkait dengan masing-masing aset dan
liabilitas entitas luar negeri utamanya
dalam mata uang asing dan tidak
mempengaruhi arus kas perusahaan
induk.
Indikator arus kas 2. Mata uang perusahaan induk : Arus kas
yang terkait dengan masing-masing
aset dan liabilitas entitas luar negeri
secara langsung mempengaruhi arus
kas perusahaan induk saat ini dan siap
untuk dikirimkan kembali (sebagai
remintansi) kepada perusahaan induk.
1. Mata uang luar negeri : Harga jual
untuk produk entitas luar negeri pada
dasarnya tidak terlalu terpengaruh oleh
fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka
pendek, namun lebih ditentukan oleh
Indikator Harga Jual
kompetisi di pasar lokal atau regulasi
oleh pemerintah setempat.
2. Mata uang perusahaan induk : Harga
jual untuk produk entitas luar negeri
pada dasarnya terpengaruh oleh
12
didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas suatu devalusai akan
menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua aset
dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Metode current rate merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini
dan langkah- langkahnya sebagai berikut :
1. Aset dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang
berlaku.
2. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku
pada tanggal pencatatan, atau setidaknya menggunakan kurs rata-rata
tertimbang selama periode tersebut.
3. Dividen (pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang
berlaku pada tanggal pembayaran.
4. Akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs
historis.
b. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan
proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak
mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non-
moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non-moneter, persediaan
(inventory) selalu dikonversi dengan kurs historis. Sedang dalam metode
temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs historis, namun bisa saja
dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca
dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada
evalusai biaya (historis ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya
dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan,
cicilan utang dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca
dikonversi dengan kurs historis (harga di masa lalu).
15
c. Metode Current/non-current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi
mata uang. Dengan metode ini, semua aset dan kewajiban lancar dari cabang-
cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat
ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang aset dan kewajiban yang tidak
lancar (non-current), seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs historis,
yaitu kurs pada saat aset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh
karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang
dinilai positif dalam mata uang lokal akan meningkatkan resiko rugi (translation
loss) akibat devaluasi dengan metode current/non-current. Sebaliknya bila modal
kerja ternyata negatif dinilai dalam mata uang lokal berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut. Namun demikian,
metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir
tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan
bahwa kas, piutang dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang
jangka panjang berdasarkan kurs historis mengalihkan pengaruh mata uang yang
berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
d. Metode Monetary/Non-monetary
Aset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang dan piutang
jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka
panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos non-moneter, seperti stok
barang, aset tetap dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs historis. Pos-
pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut,
kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan aset dan
kewajiban non-moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada
kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja
dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter dan non-
moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode
16
3.1 Kesimpulan
Pada bagian ini penulis mengambil suatu kesimpulan atas makalah yang
telah disajikan sebagai berikut :
1. Operating exposure yang biasa disebut dengan economic exposure atau
strategic exposure, yakni mengukur perubahan pada present value yang
diterima oleh perusahaan akibat perubahan pada arus kas operasi
perusahaan di masa depan yang disebabkan oleh perubahan yang tidak
terduga pada nilai tukar. Exposure ini mengakibatkan menurunnya
penjualan dari pelanggan luar negeri. Meskipun dampaknya tidak
muncul di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga
kemudian mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar.
2. Translation atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan
dari cabang asing yang dalam mata uang asing, harus dikonversi ke
dalam reporting currency perusahaan induk untuk membuat laporan
keuangan konsolidasi. perbedaan transaction dengan operating
exposure yaitu, transaction exposure muncul dari arus kas masa depan
yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu
operating exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak.
Transaction dan operating exposure sama-sama muncul ketika adanya
perubahan yang tidak terduga dalam arus kas di masa depan.
3.2 Saran
Penulis mencoba untuk memberikan saran yang berkaitan dengan
pembahasan ini, yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan agar dapat mengelola strategi
keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi secara efektif dan
efisien. Karena hal ini akan berdampak pada hasil operasi perusahaan
yang terlihat pada laporan keuangan.
19
20
Kata Kunci : Kewajiban bersih valuta asing, prosentase ekspor terhadap total
penjualan, impor bahan baku dan bahan pembantu, pelaksanaan
hedging atas fluktuasi kurs, economic exposure.
ABSTRACT. The purpose of this study to determine the factors that affect
economic exposure and the major influences on economic exposure to companies
that go public in the manufacturing company. There are five factors studied on the
basis of a close relationship with the fluctuation of exchange primarily USD, which
is the dominant currency in international transactions in Indonesia, the fifth
company status, the net liabilities denominated in foreign currencies, the
percentage of exports to total sales, imports of raw materials and auxiliary
materials, and implementation of hedging for exchange rate fluctuations.
Multivariate analysis is used to view the five factors of economic exposure. Before
multivariate analysis, first conducted univariate analysis that is useful to examine
each of the variables used. Based on these results, it can be concluded as follows:
211
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222
(1.) The five factors that affect economic exposure under 62%, 38% more
influenced by other factors beyond the factors studied. (2.) Major factors affect the
economic exposure is the net foreign currency liabilities, because it has significant
value to economic exposure.
PENDAHULUAN
Economic exposure ini diteliti karena saat ini perubahan lingkungan eksternal
sangat cepat berubah, sehingga pefubahan fluktuasi kurs sangat cepat, sehingga
Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia harus mengendalikan faktor penyebab
perubahan tersebut agar nilai tukar rupiah tidak anjlok terlalu besar, hal ini sejalan
dengan terjadinya integrasi secara global dari barang dan jasa yang memaksa
suatu negara untuk dapat menspesialisasikan dirinya dan meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya manusia maupun alamnya yang merupakan akibat dari
meningkatnya perdagangan internasional dan investasi internasional yang diikuti
peningkatan lalu lintas komunikasi dan transportasi serta usaha antar negara untuk
menurunkan hambatan dan tarif.
Transaksi ekspor dan impor yang dilakukan di Indonesia menggunakan
berbagai mata uang asing. US Dollar (selanjutnya disingkat USD) merupakan mata
uang yang paling sering digunakan dalam transaksi ekspor dan impor di Indonesia.
Pengaruh perubahan kurs setiap perusahaan tentunya tidak sama, tergantung dari
strategi dan kebijakan yang diambil perusahaan.
Perubahan kurs valuta asing berpengaruh pada arus kas perusahaan, baik
perusahaan tersebut melakukan transaksi dengan pihak luar negeri ataupun hanya
melakukan transaksi dengan pihak dalam negeri. Pengaruh fluktuasi valuta asing
terhadap perusahaan atau disebut foreign exchange exposure dapat
dikelompokkan dalam 3 bentuk, yaitu transaction exposure, operating exposure,
dan translation exposure. Economic exposure timbul karena fluktuasi kurs mata
uang yang nantinya dapat mempengaruhi nilai ekonomis perusahaan. Nilai
ekonomis perusahaan yang dipengaruhi adalah pendapatan dan biaya perusahaan
atau operating cash flownya di masa yang akan datang. Untuk itu penelitian ini
ingin melihat seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi economic exposure
US Dollar dari perusahaan-perusahaan go public yang berada dalam kelompok
perusahaan menufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Sejalan dengan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya nilai faktor-faktor yang mempengaruhi economic
exposure dari tahun 1999 hingga tahun 2003 pada perusahaan–perusahaan go
public yang berada dalam kelompok perusahaan manufaktur.
212
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)
Bisnis Internasional
Menurut Jeff Madura (1997;457), ada beberapa kemungkinan motif bagi
perusahaan untuk melakukan bisnis internasional, yaitu attrack new sources of
demand, enter markets where superior profits are possible, fully benefit from
economic of scale, use foreign factors of production, use foreign raw
materials,exploit foreign technology, exploit monopolistic advantage, diversify
internationally, react to a foreign currency’s changing value, react to trade
restrictions, dan benefit politically.
Kemungkinan suatu hasil yang kurang menguntungkan dibanding yang di
harapkan sering diartikan sebagai resiko. Bagi perusahaan yang melakukan bisnis
internasional dihadapkan pada resiko yang lain yang dapat berbentuk unsystematic
risk, artinya resiko yang dapat didiversifikasikan, namun ada juga yang berbentuk
systematic risk, yaitu resiko yang tidak dapat didiversifikasikan. Abuaf (1988)
membedakan resiko internasional menjadi dua, yaitu foreign-exchange exposure
213
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222
risk dan political risk (Abuaf; 1988;3). Sedangkan Alan C. Saphiro (1996)
memfokuskan resiko internasional pada inflation risk, exchange risk, dan political
risk (1996; 23).
Hipotesa
1. Status perusahaan mempengaruhi economic exposure.
2. Kewajiban bersih valuta asing mempengaruhi economic exposure.
3. Prosentase ekspor terhadap total penjualan mempengaruhi economic
exposure.
214
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)
METODOLOGI
Metode Pemilihan Sampel
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel, yaitu sampel diambil dari
data yang tersedia pada Indonesian Capital Market Directory tahun 2003, sampel
yang diambil merupakan perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia sebelum tahun 1999, karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan
1999 – 2003, perusahaan yang diteliti tidak melakukan emisi saham baru pada
periode 1999-2003 (karena periode ini perekonomian mulai normal kembali pasca
krisis moneter, dan sebelum pemilu tahun 2004).
215
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222
216
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)
217
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222
218
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)
pelaksanaan hedging terhadap fluktuasi kurs memiliki arah positif, yang berarti
nilai harga saham yang merupakan cerminan dari arus kas perusahaan akan naik
searah dengan penguatan niali Rupiah terhadap USD. Sedangkan untuk impor
bahan baku atau bahan pembantu memiliki arah negatif, yang berarti bahwa jika
Rupiah mengalami penguatan maka arus kas perusahaan akan mengalami
penurunan sesuai dengan penurunan harga saham yang merupakan pencerminan
arus kas perusahaan.
Berdasarkan nilai F-hitung, maka dapat disimpulkan bahwa Ho6 diterima dan
Ha6 ditolak, karena nilai F-hitung < F-tabel, yaitu 0,966 < 2,500 pada taraf
signifikansi 0,05.
Secara simultan analisis pada tahun 1999 atas kelima faktor tersebut tidak
mempengaruhi economic exposure. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rsquarenya
yang hanya 62% mempengaruhi economic exposure, sedangkan 38% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari faktor yang diteliti.
219
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222
Dapat dilihat nilai F-hitung pada tahun 2001 sebesar 0,224. Nilai ini lebih
kecil dari F-tabelnya yaitu sebesar 2,500. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho6
diterima dan Ha6 ditolak pada taraf signifikansi 0,05, karena nilai F-hitung < F-
tabel.
Secara simultan analisis pada tahun 2001 atas kelima faktor tersebut tidak
mempengaruhi economic exposure. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rsquarenya
yang hanya 63% mempengaruhi economic exposure, sedangkan 37% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari faktor yang diteliti.
220
Penyebab Economic Exposure pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek
Indonesia (Zulki Zulkifli Noor)
Rekomendasi
Untuk penelitian selanjutnya, penulis sarankan untuk menambah sampel dan
tahun penelitian. Selain itu, sebaiknya pada penelitian selanjutnya, obyek
penelitian ditentukan berdasarkan komposisi ekspor dan impor yang dilakukan
suatu perusahaan, jadi bukan berdasarkan suatu golongan industri tertentu agar
faktor-faktor yang mempengaruhi economic exposure tersebut dapat lebih
signifikan dan kontribusi yang dihasilkan dapat lebih besar nilainya.
221
Sosiohumaniora, Volume 13, No. 2, Juli 2011 : 211 - 222
DAFTAR PUSTAKA
Abuaf, Niso and Schoess, Stephan. 1988. Foreign-Exchange Exposure
Management, New York: Executive Enterprise Publications Co, Inc.
Bank Indonesia. 2003. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank Indonesia
Desember 2003.
Hady, Hamdy. 2001. Keuangan Internasional, Buku II, Penerbit Ghalia Indonesia.
Indonesian Capital Market Directory. 2003. Institution for Economic and Financial
Research, 2003.
Santoso, Singgih. 2004. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik Dengan SPSS Versi
11,5. Penerbit PT Elex Media Komputindo,.
222
Kasus Carrefour S.A
1. Gambaran Umum
Carrefor merupakan perusahaan retail yang memiliki banyak cabang di
berbagai Negara, keuntungan yang mereka dapatkan terus meningkat dari tahun
ke tahun sehingga manajemen Carrefour memutuskan untuk meminjam dana
untuk melakukan ekspansi sebesar 13,5 miliar EURO. Masalah terjadi ketika 5
tahun terakhir nilai mata uang EURO menurun sehingga hal ini menyebabkan
perusahaan memiliki modal kerja negatif yang meningkatkan debt to equity ratio.
2. Analisis
Dalam kasus diatas Carrefour meminjam sejumalah dana untuk
mengembangkan bisnisnya sebesar 13,5 miliar EURO, uang tersebut
diinvestasikan untuk modal kerja perusahaan kedalam aset khususnya aset lancar
yang meliputi kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya.
Kebijakan investasi perusahaan berhasil hingga pada tahun ke 5 akan tetapi
perusahaan mengalami modal kerja yang negatif, hal itu dikarenakan nilai mata
uang yang digunakan perusahaan mengalami penurunan pada aset lancar.
Sedangkan nilai hutang lancarnya cenderung bertambah, berkurangnya aset lancar
disebabkan terus menurunnya nilai mata uang EURO yang berpengaruh
berkurangnya nilai kas, piutang, persediaan, peralatan dan aset lancar lainnya
yang diukur dengan menggunakan mata uang EURO. Sedangkan nilai hutang
lancar cenderung meningkat, hal itu disebabkan dengan meningkatnya utang
usaha, utang pinjaman bank, utang investasi lancar terhadap mata uang asing.