KEUANGAN INTERNASIONAL
BAB 10 & BAB 11
(EKSPOSUR TRANSAKSI & EKSPOSUR OPERASI)
DOSEN PENGAMPUH
OLEH:
Ummul Fadillah (1793140003)
Manajemen Keuangan A
MANAJEMEN S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Rabbi’Aalamiin ,Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah Manajemen Keuangan ini sebagai salah satu syarat tugas dalam menempuh semester
ini yang berjudul “Eksposur Transaksi & Eksposur Operasi”.
Kami menyadari bahwa hasil tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang disampaikan kepada kami sangat berarti sebagai dorongan
semangat dan pembelajaran yang membangun kami untuk lebih baik lagi di masa depan.
Semoga tugas makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak
yang membutuhkannya. Terima Kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................4
C. TUJUAN MASALAH...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. EKSPOSUR TRANSAKSI........................................................................................................6
B. EKSPOSUR OPERASI.............................................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................................25
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................25
B. SARAN...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26
LAMPIRAN........................................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perusahaan multinasional didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki anak
perusahaan cabang atau aplikasi yang berlokasi di luar negeri (Elteman, 2007:2), yang
berbeda. Selain perusahaan multinasional perusahaan domestik pun dapat memiliki
aktivitas internasional yaitu jika melakukan kegiatan usaha impor dan ekspor produk
komponen dan jasa. Keterlibatan dengan aktivitas internasional menyebabkan perusahaan
harus menghadapi resiko mata uang asing. Foreign Exchange Exposure adalah suatu
ukuran dari risiko yang dihadapi perusahaan jika terdapat perusahaan nilai tukar (kurs)
mata uang. Eksposur ini terdiri dari Ekposur Transaksi, Eksposur Operasi dan Eksposur
Akuntansi. Transaction eksposur adalah ukuran perubahan nilai dari kewajiban uang di
masa lalu yang belum jatuh tempo sampai setelah adanya perubahan kurs. Jadi transaction
exposure terjadi pada arus kas perusahaan yang diakibatkan kontrak kewajiban yang telah
dilakukan sedangkan Operation eksporsure yang disebut juga competition eksposur atau
strategi eksposur adalah ukuran perubahan nilai dalam arus kas operasi perusahaan dimasa
yang akan datang yang diakibatkan perubahan kurs yang tidak terduga tergantung dari
efek perubahan kurs tersebut terhadap unit Penjualan, harga dan biaya di masa yang akan
datang. Dalam krisis ekonomi global sekarang ini, fluktuasi kurs mata uang asing
menyebabkan peningkatan Operation ekspor karena Operation exposure dapat
mempengaruhi pendapatan dan biaya perusahaan dimasa yang akan datang maka suatu
perusahaan membutuhkan perspektif jangka panjang dengan anggapan bahwa operasi
perusahaan akan di berkelanjutan dalam lingkup kompetisi biaya dan harga yang dapat
dipengaruhi oleh perusahaan khusus antar mata uang asing.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan, maka dalam makalah ini kami
akan membahas lebih jauh terkait “Eksposur Transaksi & Eksposur Operasi”
B. RUMUSAN MASALAH
A. EKSPOSUR TRANSAKSI
Pengertian
Dalam kajian resiko valas, seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh
perubahan kurs valas secara umum disebut eksposur. Eksposur transaksi, yang berasal
dari kemungkinan diperolehnya keuntungan atau kerugian usaha akibat transaksi yang
terlanjur menggunakan mata uang asing sebagai denominasi. Dengan kata lain,
eksposur transaksi merupakan resiko terganggunya aliran kas perusahaan di masa
mendatang akibat fluktuasi kurs valas. Eksposur transaksi mengukur perubaha nilai
kewajiban finansial yang terjadi sebelum ada perubahan kurs valas. Pusat perhatian
adalah pada perubahan aliran kas dari akibat kontral yang telah ditangdatangani.
Eksposur transaksi menitik beratkan pada perubahan yang tidak dihjarapkan
dalam aliran kas di masa mendatang pada horizon waktu yang lebih pendek
disbanding eksposur operasi. Eksposur transaksi mengukur keuntungan ataupun
kerugian akibat adanya kewajiban financial yang syarat – syaratnya dinyatakan dalam
valuta asing.
Bila eksposur transaksi benar – benar ada maka perusahaan menghadapi tiga tugas
utama:
1. Perusahaan harus mengidentifikasi derajat eksposur transaksi
2. Perusagaan harus memutuskan apakah perlu atau tidak menghilangkan
(gedging) eksposur ini
3. Bila perusahaan memutuskan untuk melenyapkan sebagian atau
seluruh eksposur ini, perusahaan harus memilih teknik lindung nilai
yang tersedia
Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan hedging atau tidak, mau
tidak mau harus mengidentifikasi masing – masing eksposur transaksi bersih pada
setiap mata uang. Istilah bersih mengacu pada konsolidasi semua lairan kas masuk
dan keluar yang diharapkan pada kurun awktu dan dalam mata uang tertentu.
Untuk mengetahui eksposur bersih pada setiap mata uang pada semua cabang
eprusahaan, TNC pertama – tama harus mengidentifikasi posisi masing – masing
cabangnya intuk seluruh mata uang yang digunakan. Table dibawah memperlihatkan
suatu contoh kasus TNC yang memiliki 4 cabang di London,. Munich, Paris, Toronto
dan melakukan transaksi dalam 4 amta uang. Posisi pada mata uang 1 dimana dua
cabang memiliki aliran masuk bersih, sedang dua cabang lain mempunyau aliran
keluar bersih. Berdasarkan laporan konsolidasi, TNC tersebut mengharapkan aliran
masuk bersih sebesar 20.000 unit dalam mata uang 1. Setiap konsolidasi aliran masuk
bersih dihitung dengan akuntansi posisi semua cabang.
cabang Posisi bersih pada setiap mata uang yang diukur dalam mata uang
perusahaan induk (dalam 1000 unit)
Mata uang 1 Mata uang 2 Mata uang 3 Mata uang 4
London + 100 - 60 - 80 - 30
Munich - 50 - 30 + 50 - 20
Patis - 60 - 50 +70 +100
Toronto + 30 + 70 - 10 - 50
Konsolidasi + 20 - 70 + 30 +0
eksposur
bersih untuk
setiap mata
uang
1. Forward market hedge : perusahaan yang berada dalam posisi long akan
menjual valas forward, sementara perusahaan pada posisi short akan
membeli forward tersebut. Dengan cara ini, perusahaan dapat mematok
nilai dolar dari aliran kas valas. Sebagai ilustrasi, misalkan kurs spot
deutsche mark adalah DM 1 = $ 0,40 dan kurs forward satu tahun adalah
DM 1 = $ 0,3828. Maka penjualan forward sebesar DM 25 juta untuk satu
tahun penyerahan akan menghasilkan $9, 57 juta, berapapun kurs spot
pada tgl 31 Desember.
B. EKSPOSUR OPERASI
Pengertian
Menurut Madura (2000:285) mendeskripsikan bahwa sejauh mana present
value dari arus kas masa depan sebuah perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai
tukar disebut dengan exposure operasi terhadap nilai tukar. Namun, pengaruh
fluktuasi nilai tukar atas arus kas sebuah perusahaan tidak selalu disebabkan oleh
transaksi valuta.
Machfoedz (2002) mengemukakan bhwa eksposur Operasi adalah risiko
perubahan nilai perusahaan atau perubahan aliran kas yang disebabkan karena
perubahan nilai tukar. Eksposur operasi, menjelaskan pengaruh perubahan nilai tukar
mata uang terhadap nilai ekonomis perusahaan.
Eksposur operasi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja.
Perusahaan domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa
terjadi jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam pasar domestik, oleh
sebab itu perusahaan domestik harus bersaing dengan perusahaan asing dalam
merebut pasar, adanya fluktuasi nilai tukar akan dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan harga dan laba rugi perusahaan (Anggraeni:2003).
Untuk memperjelas ekposure ekonomi/operasi berikut contoh yang
dikemukakan oleh Hanafi (2003:277):
Misalkan ada perusahaan Indonesia yang mempunyai cabang di Amerika
Serikat. Cabang tersebut memproduksi barang yang akan dijual di pasar domestic AS.
Proporsi input yang signifikan dating dari Indonesia. Kemudian mata uang dolar
mengalami depresiasi terhapat Rupiah yang cukup signifikan. Perhatikan bahwa
contoh berikut menunjukkan depresiasi. Biasanya mata uang yang mengalami
depresiasi menimbulkan masalah karena aliran kas dengan nominasi mata uang
tersebut, jika dikonversikan ke mata uang Negara kantor pusat akan lebih kecil
dibandingkan sebelum didepresiasi. Perubahan aliran kas karena perubahan kurs
disebabkan dua hal:
a. Perubahan daya saing. Perubahan kurs mengakibatkan perubahan daya saing.
Dalam contoh diatas, karena sebagian input didatangkan dari Indonesia,
harga input dalam rupiah akan menjadi lebih mahal. Hal ini akan
mempengaruhi daya saing produk tersebut.
b. Perubahan karena konversi mata uang. Perubahan kurs juga mengakibatkan
perubahan aliran kas. Dalam contoh diatas, dengan depresiasi dolar, satu
dolar AS akan menghasilkan Rupiah yang lebih sedikit terjadi depresiasi
dolar.
Dampak
Variabel-variabel yang Dampak Apresiasi
Depresiasi Valuta
mempengaruhi Arus Kas Keluar Valuta Lokal atas
Lokal atas
Valuta Lokal Variabel
Variabel
Bahan baku impor yang Tidak Berubah Tidak Berubah
didenominasi dalam valuta local
Bahan baku yang didenominasi Turun Naik
dalam valuta asing
Bunga yang terhutang dari dana Turun Naik
luar negeri yang dipinjam
Tabel 23.2 Dampak dari Berbagai Skenario Nilai Tukar atas Laba
Skenario Nilai Tukar
C$ = $ 0,75 C$ = $ 0,80 C$ = 0.85
Penjualan
AS $ 300 $ 304 $ 307
Kanada C$4 = $ 3 C$4 = $3,2 C$4=$ 3,4
Total $ 303 $ 307,2 $ 310,4
HPP
AS $ 50 $ 50 $ 50
Kanada C$200=$150 C$200=$160 C$200=$ 170
Total $ 200 $ 210 $ 220
Laba Kotor $ 103 $ 97,2 $ 90,4
Laba Operasi
AS: Tetap $ 30 $ 30 $ 30
AS:Variabel $ 30,3 $ 30,72 $ 31,04
(10%dari total penjualan)
Total $ 60,3 $ 60,72 $ 61,04
EBIT $ 42,7 $ 36,48 $ 29,36
Beban Bunga
AS $3 $3 $3
Kanada C$10 = $ 7,5 C$10 = $8 C$10 = $8,5
Total $ 10.5 $ 11 $ 11,5
EBT $ 32,2 $ 25,48 $ 17,86
Dengan informasi diatas, Madison dapat menentukan bagaimana laporan laba
ruginya akan terpengaruh oleh masing-masing scenario kurs. Asumsi dampak kurs
terhadap penjualan AS diperlihatkan pada baris 1. Baris 2 menggambarkan bahwa
jumlah dolar AS ang diterima dalam dolar AS yang diterima dari penjualan di Kanada
(setelah mengkonvers ramalan C$4 juta dari penjualan di Kanada ke dalam dolar AS).
Baris 3 menunjukkan perkiraan total penjualan yang diterima dalam dolar AS, yang
ditentukan dengan menggabungkan baris 1 dan baris 2. Baris 4 merupakan biaya
penjualan barang di AS. Baris 5 mengkonversikan estimasi biaya penjualan sebesar
C$ 200 juta kedalam dolar AS untuk masing-masing scenario kurs. Baris 6 mengukur
perkiraan dolar AS yang dibutuhkan untuk menutup total biaya penjualan barang,
yang diperoleh dari mengkombinasikan baris 4 dan 5. Baris 7 mengestimasikan laba
kotor dalam dolar AS, yang diperoleh dari baris 3 dikurangi baris 6. Baris 8 hingga 10
menunjukkan estimasi biaya operasi, sehingga diperoleh EBIT. Baris 12
mengestimasi biaya bunga yang dibayar, sementara baris 13 menunjukkan estimasi
dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar bunga di Kanada. Baris 14
mengkombinasikan baris 12 dan 13 untuk mengestimasi total dolar AS yang
dibutuhkan untuk membayar semua bunga. Baris 15 menunjukkan penerimaan
sebelim pajak, yang diperoleh dari selisih antara baris 11 dan 14 (Kuncoro. 1996:
290).
Dimana,
PCFt = Persentase perubahan dalam arus kas yang telah disesuaikan
dengan inflasi, yang diukur dalam valuta asal perusahaan,
selama periode t
e t = Persentase perubahan nilai tukar selama periode t
a1 = Koefisien slope
a0 = Konstanta
ųt = Random eror term
Model regresi ini bisa dikembangkan dengan melibatkan variable-variabel
lain. Sebagai contoh, jika pergerakan valuta lain perlu diperhitungkan dalam model,
valuta tersebut dapat dimasukkan kedalam model sebagai variable independen
tambahan. Sensitivitas dari pergerakan masing-masing valuta atas arus kas akan
ditentukan oleh nilai koefisien regres masing-masing. Jika arus kas sebuah perusahaan
multinasional dipengaruhi oleh banyak valuta, perusahaan multinasional tersebut
dapat mengukur sensitivitas dari PCF, terhadap indeks valuta (gabungan).
Sejumlah perusahaan multinasional mungkin lebih suka menggunakan nilai
saham mereka sebagai pengganti nilai perusahaan, jika kemudian menilai bagaimana
harga saham mereka berubah sebagai reaksi terhadap pergerakan valuta. Analisis
regresi kemudian dapat diaplikasikan untuk situasi ini, dengan mengganti PCF,
dengan presentasi perubahan dalam harga saham.
r = a0 + a1 + IHSG + a2 E +e
dimana r merupakan presentase perubahan harga saham perusahaan, IHSG merupakan
persentase Indeks Harga Saham Gabungan, E merupakan persentase perubahan dari
nilai setiap valas (Kuncoro. 1996: 292)
Sejumlah peneliti menurut Madura (2000) termasuk Adler dan Dumas,
menyarankan pemakaian analisis regresi untuk tujuan ini. Dengan menggunakan
pergerakan harga saham sebagai variable independen, analisis regresi dapat
menjelaskan seberapa sensitivnya nilai perusahaan (harga saham) terhadap pergerakan
nilai tukar.
Dampak Exosure Ekonomi/Operasi
Menurut Kuncoro (dalam Stonehill,et al. 1982: 128) dampak eksposur operasi
tergantung dari horizon waktu yang digunakan. Setiap perusahaan kurs yang tidak
diharapkan akan berdampak bagi aliran kas perusahaan dalam 4 tahap: Jangka
Pendek, Jangka menengah dengan kasus ekuilibrium, Jangka Menengah dengan kasus
ketidakseimbangan, dan jangka panjang.
1. Jangka Pendek
Menurut Yuliati & Prasetyo dampak exposure opersi adalah pada aliran kas
yang diharapkan dalam anggaran operasi satu tahunan. Keuntungan atau kerugian
yang dialami akan ditentukan oleh denominasi mata uang. Denominasi mata uang
dalam perjanjiantertulis umumnya tidak dapat diubah, demikian juga dengan
perjanjian yang tidak tertulis. Dalam jangka pendek perusahaan umumnya juga sulit
menyesuaikan harga jual atau harga faktor-faktor produksi. Oleh karena itu, aliran
kas yang terealisasi akan berbeda dari yang dianggarkan . tetapi, seiring berjalannya
waktu, harga-harga dan biaya-biaya akan dapat disesuaikan untuk mencerminkan
kondisi persaingan baru yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang.
Dampak kedua adalah pada aliran kas janga menengah yang diharapkan, seperti
yang telah ditunjukkan dalam perencanaan dua sampai lima tahunan, dimana terdapat
kondisi keseimbangan diantara berbagai nilai tukar mata uang, laju inflasi dan tingkat
bunga antar Negara. Dibawah kondisi keseimbangan perushaan seharusnya dapat
menyesuaikan harga dan biaya faktor produksi untuk mempertahankan aliran kas
yang diharapkan. Dalam kondisi ini, denominasi mata uang dari aliran kas yang
diharapkan tidaklah sepenting Negara dimana aliran kas diperoleh . kebijakan
moneter, fiscal dan neraca pembayaran akan menentukan apakah kondisi
keseimbangan akan tetap ada dan apakah perusahaan mampu menyesuaikan harga dan
biaya (Yuliati &Prasetyo. 2005: 172).
4. Jangka Panjang
Dampak terakhir adalah pada aliran kas jangka panjang, yaitu periode diatas 5
tahun. Aliran kas perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi pesaing yang ada maupun
potensial terhadap perubahan kurs dalam kondisi ketidakseimbangan. Memang harus
diakui, semua perusahaan, tidak peduli orientasi pasarnya domestic maupun
multinasional, akan terkena eksposur operasi dalam jangka panjang apabila pasar vals
tidak berbeda dalam kondisi keseimbangan secara terus menerus (Kuncoro. 1996:
286)
1. Diversifikasi Operasi
Diversifikasi operasi menurut Kuncoro (1996) meliputi diversifikasi
penjualan, lokasi produksi dan sumber bahan baku. Cara yang umumnya ditempuh
adalah:
2. Strategi Pemasaran
Desain strategi pemasaran dalam kondisi mata uang local yang fluktuatif
merupakan peluang yang patut diperhitungkan untuk memperoleh keunggulan
kompetitif. Strategi pemasaran menurut Kuncoro yang lazim digunakan adalah:
Seleksi dan segmentasi pasar
Menurut Hanafi (2003) seleksi pasar menentukan pasar mana yang akan
dimasuki dengan strategi yang yang bagaimana. Negara dengan mata uang yang
menguat merupakan target yang cukup menarik dimasuki karena harga menjadi
relative lebuh mahal dibandingkan produk impor. Sebagai contoh, jika mata uang yen
menguat terhadap mata uang Rupiah, maka produk Indonesia mempunyai kesempatan
yang bagus untuk menembus pasar Jepang. Pada waktu dolar AS menguat terhadap
yen dan mark Jerman pada awal tahun 1980-an, perusahaan mobil Jepang dan Jerman
memperoleh kesempatan yang baik untuk melakukan penetrasi pasar di AS.
3. Produksi
a. Komposisi input : Perusahaan dapat menggunakan input lebih banyak dari
Negara dengan mata uang yang mengalami depresiasi dan mengurangi input
dari Negara dengan mata uang yang menguat. Jika mata uang domestic
menguat relative terhadap mata uang asing, komposisi nput dari luar negeri
akan lebih diperbanyak.
b. Pemindahan fasilitas produksi : Jika perusahaan multinasional mempunyai
beberapa pabrik di beberapa Negara, tingkat produksi dapat diubah ubah.
Tingkat produksi akan ditingkatkan di pabrik di Negara dengan mata uang
yang melemah. Sebaliknya jika mata uang suatu Negara menguat, tingkat
produksi di pabrik di Negara tersebut akan di perkecil.
c. Lokasi Pabrik : Perusahaan multinasional dapat memindahkan lokasi
pabriknya ke Negara ketiga, biasaya Negara dengan tenaga kerja yang lebih
murah. Dengan cara itu, disamping biaya produksi bisa ditekan, penghematan
biaya produksi bisa dipakai untuk mengkompensasi apresiasi nilai mata uang
dalam negeri.
d. Meningkatkan produktivitas : Dengan meningkatkan produktivitas,
kebutuhan relokasi pabrik menjadi lebih berkurang karena perusahaan
multinasional bisa mengkompensasi exposure mata uang asing dengan
kenaikan produktivitas.
4. Kebijakan Keuangan
a. Hedging Alamiah : Melalui hedging alamiah, perusahaan multinasional
berusaha menyeimbangkan denominasi aliran kas masuk dengan denominasi
aliran kas keluar. Misal perusahaan multinasional Indonesia mengekspor
barang ke Filifina. Perusahaan tersebut dengan demikian memperoleh aliran
kas masuk dengan denominasi peso Filifina, sementara input dibayar dengan
Rupiah. Misalkan terjadi depresiasi peso Filifina yang cukup signifikan, maka
aliran kas masuk akan menjadi lebih sedikit jika kas tersebut dikonversikan ke
Rupiah, sedangkan aliran kas keluar dalam rupiah tidak berubah. Dengan
demikian perusahaan tersebut mengalami aliran kas masuk bersih yang lebih
sedikit. Utnuk menghindari situasi semacam itu, perusahaan multinasional bisa
membperbanyak aliran kas keluar dengan denominasi peso Filifina untuk
menyeimbangkan aliran kas masuknya. Perusahaan multinasional tersebut
dapat pempebanyak input dari Filifina sehingga aliran kas keluar dibayar
dengan peso Filifina.
b. Back to Back Loan : Cara ini selain untuk manajemen exposure operasi juga
dapat digunakan untuk mengatasi batasan airan modal. Cara tersebut dapat
digambarkan sebagai beriku: misalkan ada dua perusahaan multinasional:
(1)perusahaan AS dengan cabang di Prancis, (2) perusahaan Prancis dengan
cabang di AS. Jika prancis membutuhkan dana (dalam franc), dan AS
membutuhkan dana (dalam dolar), masing-masing pusat tidak perlu memasok
dana secara langsung,. Jika memasok dana secara langsung akan terjadi
exposure valuta asing. Pusat AS memberikan dana dalam olar, kemudian
dikonversi ke Franc Prancis dan diberikan ke cabang Prancis. Melalui Back to
Back loan, perusahaan prancis memberikan pinjaman dalam bentuk Franc ke
cabang Prancis dari perusahaan multinasional AS. Sedangkan perusahaan AS
memberikan pinjaman dalam bentu dolar AS ke cababg AS perusahaan
multinasional Prancis.
c. Swap Mata Uang asing : Swap mata uang dilakukan dengan menukarkan
aliran kas dengan denominasi yang berbeda. Misalkan perusahaan
multinasional Indonesia mengekspor barang ke AS dan meminjam dana dalam
Rupiah ke bank Indonesia. Untuk menyembangkan aliran kas masuk dengan
kas keluar atu mengurangi exposure valuta asing, akan lebik baik bagi
perusahaan multinasional tersebut untuk menukarkan lairan kas masuk ke
dalam rupiah. Misalkan perusahaan tersebut menemukan perusahaan
multinasional AS yang mengekspor barang ke Indonesia. Aliran masuk
perusahaan tersebut mempunyao denoinasi rupiah, dan perusahaan tersebut
akan lebih baik jika mempunyai aliran kas keluar dengan denominasi dolas
AS. Perusahaan multinasional Indonesia dapat melakukan swap aliran kas
dolar menjadi aliran kas rupiah dengan perusahaan multinasional AS.
Perusahaan multinasional AS mempunyai aliran kas masuk dalam dolar
setelah perjanjian swap tersebut.
d. Leading dan Legging : Leading berarti mempercepat aliran pembayaran,
sedangkan Legging berarti memperlambat pembayaran. Jika mata uang suatu
Negara diperkirakan mengalami depresiasi yang signifikan, maka aliran kas
masuk dengan denominasi mata uang tersebut lebih baik dipercepat. Jika aliran
kas masuk tersebut dibayar pada waktu mata uang terdepresiasi, maka nilai
aliran kas masuk tersebut akan berkurang.sedangkan aliran kas keluar dengan
denominasi mata uang tersebut akan lebih baik jika diperlambat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, eksposur transaksi
merupakan resiko terganggunya aliran kas perusahaan di masa mendatang akibat
fluktuasi kurs valas. Eksposur transaksi mengukur perubaha nilai kewajiban finansial
yang terjadi sebelum ada perubahan kurs valas. Pusat perhatian adalah pada
perubahan aliran kas dari akibat kontral yang telah ditangdatangani. Eksposur
transaksi ini timbul karena Pembelian atau penjualan barang/ jasa secara kredit, di
mana harganya dinyatakan dalam valas, Peminjaman atau pemberian pinjaman dana
dimana pembayaran bunga dan cicilan utang dibuat dalam mata uang asing, Menjadi
suatu kelompok kontrak forward yang tidak jadi dan Memperoleh aktiva ataupun
mendatangkan kewajiban yang didenominasi dalam valas. Eksposur transaksi paling
umum muncul adalah bila suatu perusahaan memiliki aktiva atau pasiva yang
didenominasi dalam mata uang asing.
Exposure Operasi adalah sejauh mana present value dari arus kas masa depan
sebuah perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar .Namun, pengaruh fluktuasi
nilai tukar atas arus kas sebuah perusahaan tidak selalu disebabkan oleh transaksi
valuta. faktor yang mepengaruhi exposure operasi yaitu Penjualan produk perusahaan,
di dalam atau di luar negeri, Pesaing utama perusahaan, baik di dalam maupun di luar
negeri, Elastisitas permintaan barang terhadap harga, Lokasi produksi, Impor bahan
baku dan Enetapan harga input dan output.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE
Setiadi, Muhammad Ilham. Analisis Pengaruh Eksposur operasi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Yang Go Publik
di Bursa Efek Jakarta. UIN. Website:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14079/1/MUHAMM
AD%20ILHAM%20SETIADI-FEB.pdf
Yuliati, Sri Handaru & Prasetyo, Handoyo. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Internasional.
LAMPIRAN
PERTANYAAN :
-sumber https://id.scribd.com
DIJAWAB OLEH : ANDI AGUNG MAHAMERU (1793141020)
Sumber-jurnal.ugm.ac.id
DIJAWAB OLEH: ANDI BAU SENGNGENG (1793242016)