Anda di halaman 1dari 13

AKAD MUDHARABAH

DOSEN PENGAMPU :

FITRI YANI PANGGABEAN, SE.,MSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAISSA GLORIANA

NPM : 1915100281

KELAS : REGULER1 CLUSTER2 IV E

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCABUDI MEDAN

1
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akad
Mudharabah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Fitri Yani Panggabean, SE., M.Si pada mata kuliah
Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Akuntansi Syariah. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kri k dan saran serta bimbingan dari semua pihak yang bersifat membangun
demi perbaikan di masa yang akan datang. Di samping itu, saya terus berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi mahasiswa akuntansi khususnya dan pembaca pada
umumnya. Semoga TUHAN memberka segala usaha dan cita-cita kita. Amin.

Binjai, April 2021

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA

Contents
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR PUSTAKA 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN MAKALAH 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
A . Penger an Akad Mudharabah 6
B. Standar Akuntansi 9
2.1. Modal Mudharabah 9
2.2. Penghasilan Usaha 10
2.3. Penyajian 11
2.4. Pengungkapan 11
BAB III 12
PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akuntansi merupakan suatu proses mencatat, meringkas, mengklasifikasikan,
mengolah dan menyajikan data transaksi serta berbagai ak vitas yang berhubungan dengan
keuangan yang kemudian akan digunakan oleh seseorang yang ahli dibidangnya untuk
mengambil suatu keputusan dalam bentuk laporan keuangan. Pelaporan keuangan tersebut
harus berisi informasi-informasi yang berguna dalam membantu pengambilan keputusan
bagi para pemakainya. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, sesungguhnya kita
telah menggunakan jasa akuntansi. Ke ka seorang pemilik warung mencatat pembelian
barang dagangannya dan mencatat siapa saja yang berhutang di warungnya, memisahkan
kotak antara uang yang masuk dari hasil penjualan dengan kotak uang yang dialokasikan
untuk belanja kebutuhan barang dagangan dan kebutuhan operasional di warungnya. Maka,
pada dasarnya pemilik warung tadi telah menerapkan teknik akuntansi.
Penerapan pengetahuan di bidang akuntansi tentu semakin luas dan kompleks jika
dihadapkan pada bisnis dengan skala yang lebih besar. Seper ilmu-ilmu lainya, ilmu
akuntansi juga berkembang sesuai perkembangan teknologi dan peradaban manusia. Selain
itu, faktor kebutuhan juga ikut serta dalam perkembangan akuntansi itu sendiri. Akan tetapi,
baik akuntansi maupun ilmu-ilmu lain dak berkembang dengan sendirinya tanpa adanya hal
yang cukup berar yang dapat mendorong akuntansi tersebut berkembang dan bertahan
hingga sekarang. Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas), masyarakat
Muslim menjalankan syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi. Semakin banyak
ins tusi bisnis Islami yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan
prinsip syariah.
Untuk mengelola ins tusi Islami ini diperlukan pencatatan transaksi dan pelaporan
keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteris k tertentu yang
sesuai dengan syariah. Pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yang diterapkan pada
ins tusi bisnis Islami inilah yang kemudian berkembang menjadi akuntansi syariah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?


2. Bagaimanakah Standar Akuntansi dari Akad Mudharabah?

4
1.3 TUJUAN MAKALAH

1. Agar Mengetahui Penger an dari Akad Mudharabah.


2. Agar Mengetahui Standar Akuntansi dari Akad Mudharabah.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A . Penger an Akad Mudharabah
Mudharabah adalah akad antara pemilik modal (harta) dengan pengelola modal
tersebut dengan syarat keuntungan diperoleh dibagi sesuai kesepakatan. Mudharabah suatu
akad kerja sama kemitraan antara penyedia dana usaha (shahibul maal / rabulmal) dengan
pengelolaan dana / manajemen usaha (sebagai mudharib) untuk memperoleh hasil usaha
dengan pembagian hasil usaha sesuai porsi (nisbah) yang disepaka bersama pada awal.
Rukun Mudharabah :
1. Orang yang berakad :
a. Pemilik modal / Shahibul maan atau Rabbul maal
b. Pelaksanaan atau usahawan / Mudharib
2. Modal / maal
3. Kerja atau usaha / Dharabah
4. Keuntungan / ribh
5. Shighat / Ijab Qabul

Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Pembiayaan Mudharabah


sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 07/DSN-MUI/IV/2000
tertanggal 4 April 2000 (Fatwa, 2006) sebagai berikut:
Pertama : Ketentuan Pembiayaan
1.Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain
untuk suatu usaha yang produk f.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemlik dana) membiayai 100%
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) ber ndak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian keuntungan ditentukan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepaka bersama dan
sesuai dengan syariah; dan LKS dak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek
tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan
piutang

6
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali
jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lali, atau menyalahi
perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah dak ada jaminan, namun agar
mudharib dak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau
pihak ke ga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbuk melakukan
pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepaka bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur
oleh LKS dengan memperha kan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) dak melakukan kewajiban atau melkaukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat gan rugi atau biaya yang
telah dikeluarkan

Kedua : rukun dan syarat pembiayaan


1. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan Kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak
mereka dalam mengadakan kontrak (akad) dengan memperha kan hal-hal berikut :
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak
(akad)
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau asset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berkut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam
bentuk asset, maka asset tersebut harus dinilai pada waktu akad
c. Modal dak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik
secara bertahap maupun dak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi, yaitu :
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan dak boleh diisyaratkan untuk satu
pihak

7
b. Bagian keuntungan proporsional bagi se ap pihak harus diketahui dan dinyatakan
pada waktu kontrak disepaka dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari
keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola dak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan modal yang disediakan
oleh penyedia dana, harus memperha kan hal-hal berikut :
a. Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana dak boleh mempersempit ndakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola dak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam ndakannya yang
berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam ak fitas itu.
Ke ga : Beberapa ketentuan hukum pembiayaan
1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu
2. Kontrak dak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian dimasa depan yang
belum tentu terjadi
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah dak ada gan rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak dak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
dak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Salah satu prinsip penyaluran dana bank syariah adalah mempergunakan prinsip bagi
hasil yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Mudharabah adalah kerja
sama kemitraan antara pemilik dana dengan pengelola dana untuk memperoleh hasil
dengan pembagian hasil usaha sesuai nisbah yang disepaka pada awal akad. Dalam
pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh bank syariah, modal yang diserahkan dak
hanya dapat bentuk uang tunaitetapi dapat diberikan dalam bentuk modal non-kas. Dalam
pembiayaan mudharabah modal usaha atau proyek sepenuhnya berasal dari pemilik modal
(shahibul maal). Kerugian mudharabah ditanggung oleh pemilik dana kecuali kerugian
tersebut sebagai akibat kesalahan pengelola dana (mudharib). Pembiayaan mudharabah
dapat diaplikasikan apabila nasabah memerlukan modal kerja.

8
B. Standar Akuntansi
Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah yang
sebelumnya diatur dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah digan dengan
PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, yang melipu akuntansi pemilik dana dan
akuntansi pengelola dana. Dalam transaksi dengan prinsip mudharabah, bank syariah dapat
ber ndak sebagai pemilik dana (shahibul maal) atau sebagai pengelola dana (mudharib). Jika
kedudukan bank syariah sebagai pengelola dana, ini dilakukan untuk kegiatan dana yang
dilakukan oleh bank syariah dengan prinsip mudharabah mutlaqah yang diaplikasikan pada
deposito mudharabah dan tabungan mudharabah, oleh karenanya bank syariah harus
menerapkan ketentuan-ketentuan PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah pada akuntansi
pengelola dana. Jika kedudukan bank syariah sebagai pemilik dana, maka hal ini dilakukan
untuk kegiatan bank syariah dalam penyaluran dana dengan prinsip mudharabah yang
diaplikasikan dalam produk pembiayaan mudharabah, oleh karenanya bank syariah harus
memperha kan ketentuan-ketentuan dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah pada
akuntansi pemilik dana. Akuntansi bank syariah sebagai pemilik dana akan dibahas dalam
bab ini, sedangkan akuntansi bank syariah sebagai pengelola dana telah dibahas dalam bab
sebelumnya tentang akuntansi penghimpunan dana. Ketentuan tentang pengukuran dan
pengakuan transaksi mudharabah dalam akuntansi pemilik dana, telah diatur dalam PSAK
105 tentang Akuntansi Mudharabah antara lain sebagai berikut:

2.1. Modal Mudharabah


12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.
13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
(a) investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan;
(b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai
wajar aset nonkas pada saat penyerahan:
(i) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian;
(ii) jika nilai wajar lebih nggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamor sasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah.
14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak,
hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.

9
15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut
diperhitungkan pada saat bagi hasil.
16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana.
17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan
barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efek f dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian
tersebut dak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada
saat pembagian bagi hasil.
18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:
(a) persyaratan yang ditentukan di dalam akad dak dipenuhi;
(b) dak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim
dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau
(c) hasil keputusan dari ins tusi yang berwenang.
19. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum
dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.

2.2. Penghasilan Usaha


20. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha
diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepaka .
21. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir
diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad
mudharabah berakhir, selisih antara:
(a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan
(b) pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau
kerugian .
22. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam prak k dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana.
Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
23. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada
pengelola dana dan dak mengurangi investasi mudharabah.
24. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang.

10
2.3. Penyajian
36. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar
nilai tercatat.
37. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan
(a) dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya
untuk se ap jenis mudharabah;
(b) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan dan telah
jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai
kewajiban; dan
(c) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum
jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.

2.4. Pengungkapan
38. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi dak
terbatas, pada:
(a) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
(b) penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
39. Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi
dak terbatas, pada:
(a) rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
(b) penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi Syari’ah adalah suatu kegiatan iden fikasi, klarifikasi, dan pelaporan melalui
dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu dak
mengandung zhulum (Kezaliman), riba, masyir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram
dan membahayakan. Nilai pertanggung jawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat
dalam sistem akuntansi syari’ah. Ke ga nilai tersebut tentu saja sudah menjadi prinsip dasar
yang operasional dalam prinsip akuntansi syariah. Kelebihan dari akuntansi syariah salah
satunya adalah Akuntansi Syariah didasarkan pada filosofi Islam yang tertuang dalam
Al-Qur’an dan Hadist dan telah berhasil diimplementasikan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam era kepemimpinannya dan berhasil menciptakan masyarakat sejahtera berbahagia
dunia dan akhirat yang di dirhidoi oleh Allah SWT. Semetara kekurangan dari akuntansi
syariah adalah masih terbatasnya pemahaman masyarakat mengenai kegiatan usaha jasa
keuangan syariah (bank, asuransi, dana pensiun, reksa dana dan indeks syariah).
Keterbatasan pemahaman ini menyebabkan banyak masyarakat memiliki persepsi yang
kurang tepat mengenai operasi jasa keuangan syariah.

3.2 Saran
Berdasarkan makalah di atas saya sebagai penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut yaitu pembaca dapat menger dan memahami tentang konsep Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah secara menyeluruh. Semoga makalah
ini dapat diterima dan dimenger serta berguna bagi pembaca atau mahasiswa. Apabila
didalam makalah ini terdapat tulisan atau bahasa yang kurang berkenan saya mengharapkan
kri k dan saran atas tulisan saya agar bisa membangun dan memo vasi untuk membuat
tulisan jauh lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan, Wiroso, Yusuf. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. E-BOOK - AKUNTANSI


PERBANKAN SYARIAH (Sofyan, Wiroso, Yusuf, LPFE Usak , 2010) (1).pdf.
Amir, Baso. 2009. Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah. Online: himasi.blogspot.com

Muhammad. 2008. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

Nurhaya , Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Saputro, Andik S. Dwi. 2009. koreksi konsep nilai tambah syari’ah: menimbang pemikiran
konsep dasar teori s laporan keuangan akuntansi syari’ah1. Jakarta: Universitas Brawijaya.
Soedjais, Zaenal, dkk. 2008. Akuntansi Syariah Apa yng ditakutkan. Jakarta; Akuntansi
Indonesia.

Suwiknyo, Dwi. 2007. Teori Akuntansi Syariah di Indonesia. La Riba Jurnal Ekonomi Islam.
Triyuwono, Iwan. 2006. Perspek f, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai