Anda di halaman 1dari 24

AKUNTANSI MUDHARABAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah Prodi


Akuntansi Syariah 4 Semester 4

DOSEN PENGAMPU:
Hartas Hasbi S.E., M.Ak

OLEH:
KELOMPOK 6
Agung Izulhaq Amir (622022021101)
Fitra Wahyuni (6220220210 5)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


ISNTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BONE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT., karena atas rahmatnya
dan hidayahnya penylis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Akuntansi Mudharabah”
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pak Hartas Hasbi S.E.,
M.Ak. pada Mata Kuliah Akuntansi Syariah di Prodi Akuntansi Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait Akuntansi Mudharabah. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Watampone, 12 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 2
A. LatarBelakang 2
B. RumusanMasalah 3
C. Tujuan Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN 4
1. Pengertian akuntansi mudharabah 4
2. PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah 6
3. Syarat dan Rukun Akad Akuntansi Mudharabah 9
4. Skema Akuntansi Mudharabah 14
 Skema akuntansi mudharabah pada alur usaha 14
 Skema akuntansi mudharabah pada alur lembaga keuangan
syariah 14
 Skema akuntansi Mudharabah secara umum 15
5. Pengakuan dan pengukuran akuntansi mudharabah 16
6. Penjurnalan akuntansi Mudharabah 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian,peringkasan
dan penginterprestasian segala kejadian dan transaksikeuangan untuk
memberikan informasi kepada manajemen dan pihak berkepentingan lain
yang membutuhkan sebagai dasar untuk mengambilkeputusan.
Akuntansi untuk Mudharabah dan penghimpunan danabentuk lainnya
yang menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK
105 tentang akuntansi mudharabah, khususnya nyang terkait dengan
akuntansi untukpenegelolaan dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf
25,dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah)
dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar
jumlah kas atau nilai wajar asset non kas yang diterima. Pada akhir
periode akuntansi, dana syirkah temporer diakui sebagai nilai tercatatnya.
Ketentuan tentang akuntansi Mudaharabah diatur dalam PSAK 105
tahun 2007 tentang Akuntansi mudharabah. Standar ini mengatur
pengakuan dan pengukuran transaksi, baik sisi pemilik dana maupun
pengelola dana. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan
dan pengukuran transaksi adalah mengenal danamudharabah yang
disalurkan, jenis investasai berupa kas maupun non kas, penurunan nilai
investasi sebelum usaha dimulai, dana penghasilan usaha,kerugian akibat
kelalaian pengelola, hak pihak
ketiga atas danabagi hasil syirkah, penyertaan dana pengelola dalam
skemamusyarakah, dan pembagian hasilpada mudharabah musyarakah.1
Perintah ini sesungguhnya bersifat universal dalam arti bahwa praktik
pencatatan harus dilakukan dengan benar atas transaksi yang dilakukan
oleh seseorang dengan orang lainnya. “Substansi”dari perintah ini adalah :
(1)Praktik pencatatan yang harus dilakukan dengan (2) benar(adil dan
jujur). Substansi dalam konteks ini, sekali lagi, berlaku umum sepanjang
masa; tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Di Indonesia untuk muamalah berdasarkan syari’ah memiliki Dewan
Syari’ah Nasional MUI yangFungsi utamanya adalah meneliti dan
memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga
keuangan syari’ah.Produk-produk baru tersebut harus diajukan oleh
manajemen setelah direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syari’ah.2
Kerangka dasar penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank
Syari’ah dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Akuntansi
Perbankan Syari’ah merupakan standar teknis dalam pencatatan,
penyajian, pelaporan, pengungkapan, pengakuan segala transaksi yang
berkaitan dengan kegiatan keuangan suatu bank syari’ah. Selama ini
penyusunan laporan keuangan yang disusun sangat tergantung pada jenis
1
M.Asri Setiawan. Standar akuntansi mudharabah (PSAK 105), AAOIFI dan urgensinya pada
lembaga keuangan syariah. Vol.4. No.2(2019) . hal.111
2
M.Asri Setiawan. Standar akuntansi mudharabah (PSAK 105), AAOIFI dan urgensinya pada
lembaga keuangan syariah. Vol.4. No.2(2019) . hal.108

4
industry serta aturan lain yang berkaitan dengan industry itu, Ini berarti
aturan bank yang masih “copot sini copot sana” juga akan memengaruhi
standard bentuk laporan keuangannya. Memangkedua standar ini banya
mengadopsi kerangka dan standar yang dikeluarkan oleh Accounting and
Auditing Organizations for iclamicfinancial institions (AAOFIFI, 1998)
yang berpusat di Manama Bahrain.3

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian Akuntansi Mudharabah


2. Jelaskan mengenai PSAK 105 Akuntansi Mudarabah
3. Jelaskan Syarat dan Rukun akad Akuntansi Mudharabah
4. Jelaskan Skema Akuntansi Mudharabah
5. Jelaskan Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Mudharabah
6. Bagaimanakah contoh penjurnalan pada akuntansi mudharabah

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Akuntansi Mudharabah


2. Mengetahui mengenai PSAK 105 Mengenai Akuntansi
Mudharabah
3. Mengetahui syarat dan rukun akad Akuntansi Mudharabah
4. Mengetahui skema Akuntansi Mudharabah
5. Mengetahui pengakuan dan pengukuran pada Akuntansi
Mudharabah
6. Mengetahui contoh penjurnalan transaksi pada akuntansi
mudharabah

3
M.Asri Setiawan. Standar akuntansi mudharabah (PSAK 105), AAOIFI dan urgensinya pada
lembaga keuangan syariah. Vol.4. No.2(2019) . hal.108

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Akuntansi Mudharabah


Secara bahasa Mudharabah berasal dari kata Dharb yang artinya
melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga. Dalam pengertian
ini, qiradh adalah pemilik modal memotong sebagai hartanya untuk
diserahkan kepada pengelola modal, dan ia juga akan memotong hasil
usahanya. Secara tekhnik,mendefinisikan mudharabah sebagai akad
kerjasama usaha antara dua pihak dimana piahak pertama (sahibul maal)
menyediakan modal 100%, sedang pihak yang lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.4
Pembiayaan dengan akad mudharabah adalah akad kerja-sama usaha
antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah
sebagai pengusaha/pengelola dana (mudharib), untuk melakukan kegiatan
usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian)
menurut kesepakatan di muka.5
a. Konsep Dasar Transaksi Mudharabah
Secara teknis Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (Shahibul Mal) menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya (Mudharib) sebagai
pengelola. Keuntungan usaha ini dibagi sesuai dengan
kesepakatan dalam kontrak, bila rugi maka akan ditanggung oleh
pemilik modal selama bukan kelalaian dari pengelola. Bila
kerugian disebabkan kecurangan pengelola maka sepenuhnya
4
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2016). Hal : 108
5
Adi Mauludi AC. Akuntansi Pembiayaan Mudharabah. Vol.2.No.2(2015) . hal 132

6
akan ditanggung oleh pengelola.
Mekanisme transaksi Mudharabah yang dilakukan oleh oleh bank
syariah bila diasumsikan sebagai shahibul mal dan nasabah
sebagai mudharib yaitu :
1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola usaha harus secara tunai, dapat berupa uang atau
barang yang nilainya dinyatakan dengan satuan uang.
2. Hasil pengelolaan modal pembiayaan Mudharabah dapat
dihitung
3. Pendapatan usaha
4. Keuntungan usaha
5. Hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan akad, tiap
bulan atau waktu yang telah disepakati
6. Jika nasabah melakukan cidera janji seperti tidak mau
membayar kewajiban maka dapat dikenakan sanksi
administrasi
Mudharabah terdiri dari 3 jenis, yaitu mudharabah mutlaqah
(investasi tidak terikat), mudharabah muqayyadah (investasi
terikat) dan mudharabah musytarakah. Mudharabah mutlaqah
adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya6 .
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik
dana memberikan batasan kepada pengelola dana megenai
tempat, cara, dan objek investasi. Mudharabah yang pengelola
dananya turut menyertakan modal atau dananya dalam kerja
sama investasi.
1. Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan
perubahan investasi terikat sebagai investasi nasabah.
2. Dalam mudharabah mutlaqah disajikan dalam neraca sebagai
investasi tidak terikat.

6
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan. Paragraf 4. Tahun 2007. Hal : 105.2

7
3. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah
dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerjasama investasi.
2. PSAK 105: Akuntansi Mudharabah
Akuntansi untuk Mudharabah dan penghimpunan dana bentuk
lainnya yang menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu
pada PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah, khususnya nyang terkait
dengan akuntansi untuk penegelolaan dana. Berdasarkan PSAK 105
paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana
(nasabah) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset non kas yang diterima. Pada
akhir periode akuntansi, danasyirkah temporer diakui sebagai nilai
tercatatnya.13 Ketentuan tentang akuntansi Mudaharabah diatur dalam
PSAK 105 tahun 2007 tentang Akuntansi mudharabah. Standar ini
mengatur pengakuan dan pengukuran transaksi, baik sisi pemilik dana
maupun pengelola dana. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengakuan dan pengukuran transaksi adalah mengenal danamudharabah
yang disalurkan, jenis investasai berupa kas maupun non kas, penurunan
nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana penghasilan usaha, kerugian
akibat kelalaian pengelola, hak pihak ketiga atas dana bagi hasil syirkah,
penyertaan dana pengelola dalam skema musyarakah, dan pembagian
hasilpada mudharabah musyarakah.7
Akad mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara pemilik
modal (malik/shahib al-mal) yang menyediakan seluruh modal dengan
pengelola ('amil/mudharib) dan keuntungan usaha dibagi di antara
mereka sesuai nisbah yang disepakati dalam akad.8 Dengan pemilik dana
yang menyerahkan dana nya ke pengelola dana untuk dikelola dalam
suatu kegiatan usaha, yang akan menimbulkan suatu keuntngan yanga

7
M.Asri Setiawan. Standar akuntansi mudharabah (PSAK 105), AAOIFI dan urgensinya pada
lembaga keuangan syariah. Vol.4. No.2(2019) . hal.111
8
Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa MUI Tentang Akad Mudharabah,(Jakarta Pusat: Dewan
Syariah Nasional MUI, 2017), hal. 2

8
akan dibagi hasil. Pernyataan diatas sudah dibahas didalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI tetang Akad Mudharabah. Didalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 105 membahas terkaiat pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan :.
1) Pengakuan dan pengukuran Akuntansi untuk Pengelola Dana
a). Dana Syirkah Temporer
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode
akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Jika pengelolaan dana menyalurkan dana syirkah temporer yang
diterima maka pengelolaan dana mengakui sebagai aset.
Pengelolaan dana mengakui pendapatan atas pengaluran dana
syirkah temporer secara bruto sebelum dikurungi dengan bagian
hak pemilik dana9.
Dana syirkah yang terdiri dari tabungan dan deposito dalam akan
mudharabah dan musyarakah diakui sebagai aktiva yang akan di
salurkan kembali kedalam pembiayaan untuk membiayai
mudharib. Dana mudharabah yang dihimpun harus dalam bentuk
uang tunai dan bukan piutang serta dinyatakan dengan jelas
jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk
memungkinkan melakukan usaha10
Dana syirkah yang diterima berupa aset kas dikarenakan
bertujuan untuk memutar dana tersebut melalui pembiayaan yang
dilakukan oleh lembaga keungan yang berorentasi Bank
b). Bagi Hasil
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan
dua prinsip, yaitu bagi laba atau bagi hasil. Hak pihak ketiga atas
bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
9
Ikatan Akuntansi Indonesia, Aplikasi SAK_IAI Pernyataan Standar Keuangan No. 105 Tentang
Akuntansi Mudharabah , (Jakarta: IAI, 2019) hal. 105.2
10
Sofya S Harahap, et.all., Ebook; Akuntansi Pebankan Syariah......hal. 91

9
tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai
habilitas sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.
Dalam hal bagi hasil dibagi menjadi dua metode untuk
menetukan bagi hasil dalam sebuah usaha yakni nagi hasil dan
bagi laba yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
Metode bagi hasil juga ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia yang berbunyi: Pembagian hasil usaha mudharabah
dapat berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba. Jika
berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil
usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan
usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba,
dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto
dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelola dana
mudharabah.
c). Kerugian
“Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian
pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.11 Kerugian
yang diamaksud adalah kerugian yang disebab disebabkan oleh
pengelola dana, bukan disebabkan oleh pemilik dana.
2) Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan
keuangan sebesar nilai tercatat.Pengelola dana menyajikan
transaksi mudharabah dalam laporan keuangan
a). Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar
nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah.
b). Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai
pos bagi hasil yang belum dibagikan di liabilitas.
3) Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapan hal-hal terkait transaksi

11
Ikatan Akuntansi Indonesia, Aplikasi SAK_IAI ..... hal. 105.4

10
mudharabah, tetapi tidak terbatas.
a). Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain
b). Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan
jenisnya
c) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah12
3. Syarat dan Rukun Akad Akuntansi Mudharabah
Syarat Akad Akuntansi Mudharabah
Syarat-syarat sah mudharabah berhubungan dengan rukun-rukun
mudharabah itu sendiri. Syarat-syarat sah mudharabah yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut :
a. Shahibul mal dan mudharib
Syarat keduanya adalah harus mampu bertindak layaknya sebagai
majikan dan wakil. Hal itu karena mudharib berkerja atas perintah
dari pemilik modal dan itu mengandung unsur wakalah yang
mengandung arti mewakilkan. Syarat bagi keduanya juga harus
orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum, dan tidak
ada unsur yang menggangu kecapakan, seperti gila, sakit dan lain-
lain. Selain itu, jumhur ulama juga tidak mensyaratkan bahwa
keduanya harus beragama Islam, karena itu akad mudharabah
dapat dilaksanakan oleh siapapun termasuk non-muslim.
b. Sighat dan ijab qabul
Sighat harus diucapkan oleh kedua pihak untuk menunjukkan
kemauan mereka, dan terdapat kejelasan tujuan mereka dalam
melakukan sebuah kontrak. 51 Lafadz-lafadz ijab, yaitu dengan
menggunakan asal kata dan derivasi mudharabah, muqaradhah
dan muamalah serta lafadz-lafadz yang menunjukkan makna-
makna lafadz tersebut. Sedangkan lafadz-lafadz qabul adalah
dengan perkataan ‘amil (pengelola), “saya setuju,” atau, “saya
terima,” dan sebagainya. Apabila telah terpenuhi ijab dan qabul,

12
Ikatan Akuntansi Indonesia, Aplikasi SAK_IAI ..... hal. 105.5

11
maka akad mudharabah-nya telah sah.13
c. Modal
Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh shahibul mal
kepada mudharib untuk tujuan investasi dalam akad mudharabah.
Syarat yang berkaitan dengan modal, yaitu modal harus berupa
uang, modal harus jelas dan diketahui jumlahnya, modal harus
tunai bukan utang,modal harus diserahkan kepada mitra kerja14
d. Keuntungan atau nisbah
Keuntungan atau nisbah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Keuntungan harus dibagi secara
proporsional kepada kedua belah pihak, dan proporsi (nisbah)
keduanya harus dijelaskan pada waktu melakukan kontrak.
Pembagian keuntungan harus jelas dan dinyatakan dalam bentuk
prosentase seperti 50:50, 60:40, 70:30, atau bahkan 99:1 menurut
kesepakatan bersama. Biasanya, dicantumkan dalam surat
perjanjian yang dibuat dihadapan notaris. Dengan demikian,
apabila terjadi persengketaan, maka penyelesaiannya tidak begitu
rumit.
Karakteristik dari akad mudharabah adalah pembagian untung dan
bagi rugi atau profit and loss sharring (PLS), dalam akad ini return
dan timing cash flow tergantung kepada kinerja riilnya. Apabila
laba dari usahanya besar maka kedua belah pihak akan
mendapatkan bagian yang besar pula. Tapi apabila labanya kecil
maka keduanya akan mendapatkan bagian yang kecil pula.
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-
masing pihak yang melakukan kontrak, jadi angka besaran nisbah
ini muncul dari hasil tawar menawar antara shahibul mal dengan
mudharib, dengan demikian angka nisbah ini bervariasi seperti
yang sudah disebutkan diatas, namun para fuqaha sepakat bahwa
13
Ismali Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis
dan sosial), Bogor : Ghalia Indonesia, 2012, hlm 143.
14
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014, hlm. 62.

12
nisbah 100:0 tidak diperbolehkan.
Apabila pembagian keuntungan tidak jelas, maka menurut ulama
mazhab Hanafi akad itu fasid (rusak). Demikian juga halnya,
apabila pemilik modal mensyaratkan bahwa kerugian harus
ditanggung bersama, maka akad itu batal menurut mazhab Hanafi,
sebab kerugian tetap ditanggung sendiri oleh pemilik modal, oleh
sebab itu mazhab Hanafi menyatakan bahwa mudharabah itu ada
dua bentuk, yaitu mudharabah shahihah dan mudharabah faasidah.
Jika mudharabah itu fasid, maka para pekerja (pelaksana) hanya
menerima upah kerja saja sesuai dengan upah yang berlaku
dikalangan pedagang didaerah tersebut. Sedangkan keuntungan
menjadi milik pemilik modal (mazhab Hanafi, Syafi’i dan
Hambali). Sedangkan ulama mazhab Maliki menyatakan, bahwa
dalam mudharabah faasidah, status pekerja tetap seperti dalam
mudharabah shahihah yaitu tetap mendapat bagian keuntungan
yang telah disepakati bersama.
e. Pekerjaan atau usaha
Pekerjaan atau usaha perdagangan merupakan kontribusi
pengelola (mudharib) dalam kontrak mudharabah yang disediakan
oleh pemilik modal. Pekerjaan dalam kaitan ini berhubungan
dengan manajemen kontrak mudharabah dan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak dalam transaksi.15

Rukun akad Akuntansi Mudharabah


Akad mudharabah memiliki beberapa rukun yang telah digariskan
oleh ulama guna menentukan sahnya akad tersebut, tetapi para
ulama berbeda pendapat tentang rukun mudharabah adalah ijab
dan qabul yakni lafadz yang menunjukkan ijab dan qabul dengan
menggunakan mudharabah, muqaridhah, muamalah, atau kata-
kata searti dengannya. Para ulama berbeda pendapat mengenai
15
Ismali Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis
dan sosial), Bogor : Ghalia Indonesia, 2012, hlm. 143

13
rukun mudharabah, menurut ulama Malikiyah bahwa rukun
mudharabah terdiri dari : Ra’sul mal (modal), al-‘amal (bentuk
usaha), keuntungan, ‘aqidain (pihak yang berakad). Adapun
menurut ulama Hanafiyah, rukun mudharabah adalah ijab dan
qabul dengan lafal yang menunjukkan makna ijab dan qabul itu.
Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah rukun mudharabah ada
enam yaitu :
a. Pemilik dana (shahibul mal)
b. Pengelola (mudharib)
c. Ijab qabul (sighat)
d. Modal (ra’sul mal)
e. Pekeraan (amal)
f. . Keuntungan atau nisbah16
Menurut jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah
ada tiga, yaitu :
a. Dua orang yang melakukan akad (al-aqidani)
b. Modal (ma’qud alaih)
c. Shighat (ijab dan qabul )

Dari perbedaan para ulama diatas dipahami bahwa rukun pada


akad mudharabah pada dasarnya adalah :
a. Pelaku (shahibul mal dan mudharib)
Dalam akad mudharabah harus ada dua pelaku, dimana ada
yang bertindak sebagai pemilik modal (shahibul mal) dan
yang lainnya menjadi pelaksana usaha (mudharib).
b. Obyek mudharabah ( modal dan kerja)
Obyek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari
tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal
menyertakan modalnya sebagai obyek mudharabah,
sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai

16
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010) hlm. 139.

14
obyek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa bentuk uang
atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan
kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan,
selling skill, management skill, dan lain-lain. Para fuqaha
sebenarnya tidak memperbolehkan modal mudharabah
berbentuk barang. Modal harus uang tunai karena barang
tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan
ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah. Namun
para ulama mazhab Hanafi membolehkannya dan nilai barang
yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad
oleh mudharib dan shahibul mall. 17
Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah
dengan hutang, tanpa adanya setoran modal berarti shahibul
mal tidak memberikan kontribusi apa pun padahal mudharib
telah bekerja. Para ulama Syafi’i dan Maliki melarang itu
karena merusak sahnya akad.
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab dan qabul)
Persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari
prinsip an-taraddin minkum (saling rela). Di sini kedua belah
pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah. Pemilik dana setuju dengan
perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si
pelaksana usaha pun setuju dengan perannnya untuk
mengkontribusikan kerja.
d. Nisbah atau keuntungan
Nisbah yakni rukun yang menjadi ciri khusus dalam akad
mudharabah. Nisbah ini merupakan imbalan yang berhak
diterima oleh shahibul mal ataupun mudharib. Shahibul mal
mendapatkan imbalan dari penyertaan modalnya, sedangkan
mudharib mendapatkan imbalan dari kerjanya.
17
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT RajaGrafino
Persada, 2014, hlm. 205

15
4.Skema Akuntansi Mudharabah
 Skema transaksi pada Alur Usaha

Di dalam alur transaksi ini bisa dipahami bahwa shahibul maal


berhubungan secara langsung dengan mudharib, dan ini
merupakan alur transaksi pada dunia usaha, jelas bahwa peran
lembaga keuangan tidak ada. Ini merupakan alur transaksi yang
sederhana, terdapat di kitab-kitab islam dan transaksi inilah yang
dilakukan nabi Muhammad SAW dan para sahabat serta umatnya.
 Skema transaksi pada Alur Lembaga Keuangan Syariah

Di dalam alur transaksi ini, sumber dana yang diterima bank


adalah dari shahibul maal, dana ini bisa berbentuk simpanan
ataupun tabungan. Dana yang telah terkumpul akan disalurkan
kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan yang
menguntungkan. Keuntungannya akan dibagi antara bank dan
pemilik dana (ketiga).18
18
Adiwarman A. Karim, “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”, (Jakarta : Rajawali Pers,

16
 Skema Transaksi Akuntansi Mudaharabah Seecara Umum

Alur ini bisa dipahami bahwa yang menjadi shahibul maal adalah
Lembaga Keuangan Syariah, yang mana akan menyediakan dana
yang berfungsi sebagai modal kerja, sedangkan mudharibnya
adalah nasabah yang akan menjadi pengelola dana dalam kegiatan
proyek / usahanya. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam
nisbah yang telah disepakati di awal akad, dan tidak boleh
dilanggar oleh pihak manapun. Alur lebih jelasnya yaitu sebagai
berikut :
a. Di awali dari permohonan pembiayaan, nasabah mengisi
formulir permohonan pembiayaan yang telah disediakan.
b. Modal dari bank yang telah diberikan kepada nasabah harus
dipergunakan untuk memulai usaha yang sudah disepakati di
awal perjanjian.
c. Hasil dari usaha harus dievaluasi pada waktu yang telah
disepakati di awal perjanjian.
d. Bank dan nasabah akan menerima bagi hasil sesuai
perhitungan yang telah disepakati di awal perjanjian.
e. Untuk penentuan nisbah bagi hasil tidak pasti, disesuaikan
dengan hasil usaha.
f. Bank menerima pengembalian modal dari nasabah.19

2011), hal. 211


19
3Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”, (Jakarta : Gema Insani,
2001), hal. 97

17
5. Pengakuan Dan pengukuran
Dalam PSAK 59 diatur hal-hal yang berkaitan dengan pengakuan dan
pengukuran pembiayaan mudharabah.20
1. Pengakuan pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana
b. Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui
setiap tahap pembayaran atau penyerahan.
2. Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang
yang diberikan bank pada saat pembayaran.
b. Pembiayaan dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai
wajar aktiva non kas pada saat penyerahan, dan selisih wajar
antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas diakui sebagai
keuntungan atau kerugian bank.
c. Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat
diakui sebagai bagian pembiayaan mudharabah kecuali telah
disepakati bersama.
3. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan mudharabah oleh
pengelola dana mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
4. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum
dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka rugi
tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan diakui
sebagai kerugian bank.
5. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non-kas maka kegiatan
usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang tersebut
diterima oleh pengelola dana dalam kondisi siap dipergunakan.
6. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah di-

20
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008) hlm. 277

18
mulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana
maka rugi tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.
7. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non kas dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha maka rugi tersebut
tidak langsung mengurangi jumlah pembiayaan namum
diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
8. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan
oleh:
a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang
lazim dan/atau-yang telah ditentukan di dalam akad
c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.
9. Apabila mudharabah berakhir sebelum jatuh tempo dan pembiayaan
mudharabah belum dibayar oleh pengelola dana, maka pembiayaan
mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.

6.Penjurnalan Akuntansi Mudharabah


Contoh kasus
Pada tanggal 1 Juli 2010 Bank Sukma Syariah (BSS) menyetujui
pemberian fasilitas mudharabah muthlaqah PT ASA yang bergerak di
bidang SPBU dengan kesepakatan sebagai berikut :
Plafon : Rp 1.450.000.000
Objek bagi hasil : Pendapatan Nisbah : PT ASA 70% dan BSS 30%
Jangka waktu :10 bulan (jatuh tempo tanggal 10 Mei 2011
Biaya administrasi : Rp 14.500.000 (dibayar saat perjanjian
ditandatangani)
Pelunasan : pengembalian pokok di akhir periode
Keterangan : modal dari BSS diberikan secara tunai pada
tanggal 10 Juli 2010. Pembayaran dan pelaporan
bagi hasil oleh nasabah dilakukan setiap tanggal

19
10 mulai bulan Agustus.
1. Penjurnalan Transaksi Mudharabah
a. Saat Penandatanganan Akad Mudharabah Jurnal pada tanggal
1 Juli 2010, ketika ditandatanganinya akad mudharabah yang
terdiri dari jurnal pembukaan rekening administratif komitmen
pembiayaan PT ASA dan jurnal pembebanan biaya
administrasi.

b. Saat Penyerahan Investasi Mudharabah Misalkan pada tanggal


10 Juli 2010, BSS mencairkan pembiayaan sebesar Rp
1.450.000.000,- untuk investasi mudharabah.

c. Saat Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah Tabel di bawah ini


adalah laba bruto PT ASA selama 10 bulan yang dilaporkan
setiap tanggal 10 bulan berikutnya

20
Transaksi di atas dapat diklasifikasikan dalam 2 bentuk, yaitu
sbb:
1. Penerimaan dan pelaporan bagi hasil yang
pembayarannya dilakukan secara bersamaan

2. Penerimaan bagi hasil sewaktu pembayarannya tidak sama


dengan tanggal pelaporan bagi hasil. Sebagian hasil usaha
yang belum dibayar oleh pengelola diakui sebagai piutang.

d. Saat Akad Berakhir


1. Alternatif pertama yaitu, Nasabah pembiayaan harus
mampu mengembalikan modal mudharabah. Misal pada

21
tanggal 10 Mei 2011, pada saat jatuh tempo PT ASA
melunasi investasi mudharabah sebesar Rp 1.450.000.000.
Maka jurnal transaksi tersebut adalah sbb:

2. Alternatif kedua yaitu, Nasabah pembiayaan tidak mampu


mengembalikan modal mudharabah. Misal pada tanggal 10
Mei 2011, pada saat jatuh tempo PT ASA tidak mampu
melunasi investasi mudharabah, maka jurnal pada saat
jatuh tempo tersebut adalah sbb:

BAB III
KESIMPULAN

22
A. Kesimpulan
Akuntansi untuk Mudharabah dan penghimpunan dana bentuk
lainnya yang menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu
pada PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah, khususnya nyang terkait
dengan akuntansi untuk penegelolaan dana. Berdasarkan PSAK 105
paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana
(nasabah) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset non kas yang diterima. Pada
akhir periode akuntansi, danasyirkah temporer diakui sebagai nilai
tercatatnya.13 Ketentuan tentang akuntansi Mudaharabah diatur dalam
PSAK 105 tahun 2007 tentang Akuntansi mudharabah. Standar ini
mengatur pengakuan dan pengukuran transaksi, baik sisi pemilik dana
maupun pengelola dana.
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan.
Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita lebih
memahami mengenai Akuntansi Mudharabah
Demi kesempurnaan makalah ini Kritik dan saran sangat kami
harapkan dari para pembaaca. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya

DAFTAR PUSTAKA

M.Asri Setiawan. Standar akuntansi mudharabah (PSAK 105), AAOIFI

23
dan urgensinya pada lembaga keuangan syariah. Vol.4. No.2(2019)

Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa MUI Tentang Akad Mudharabah,


(Jakarta Pusat: Dewan Syariah Nasional MUI, 2017),

Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


2016).

Adi Mauludi AC. Akuntansi Pembiayaan Mudharabah. Vol.2.No.2(2015) .


hal 132

Pedoman Standar Akuntansi Keuangan. Paragraf 4. Tahun 2007.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Aplikasi SAK_IAI Pernyataan Standar


Keuangan No. 105 Tentang Akuntansi Mudharabah , (Jakarta: IAI,
2019)

Sofya S Harahap, et.all., Ebook; Akuntansi Pebankan Syariah

Ismali Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Hukum


Perjanjian, Ekonomi, Bisnis dan sosial), Bogor : Ghalia Indonesia,
2012

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta : PT RajaGrafindo


Persada, 2014

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010)

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta :


PT RajaGrafino Persada, 2014,

uhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”,


(Jakarta : Gema Insani, 2001)

Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press,


2008)

24

Anda mungkin juga menyukai