Anda di halaman 1dari 18

“PEMAPARAN KERANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA,

ANALISIS BIAYA MANFAAT DAN ANALISA DAMPAK STAKEHOLDER”


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih-
Nyalah penyusun boleh diberikan kesangggupan dan kesehatan untuk menyelesaikan
Makalah Etika Profesi Akuntansi Tentang “Pemaparan Kerangka Pengambilan Keputusan
Beretika, Analisis Biaya Manfaat Dan Analisa Dampak Stakeholder” dengan baik.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang boleh membantu
dalam proses pembuatan makalah ini sehingga boleh selesai tepat waktu. Penyusun sangat
berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang Kerangka Pengambilan
Keputusan Beretika, Analisis Biaya Manfaat Dan Analisa Dampak Stakeholder

Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini,
atau ada pihak - pihak yang merasa tersinggung dengan kata-kata dalam makalah ini,
penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya . Kritik dan saran yang membangun guna
untuk menjadikan makalah ini lebih baik, sangat diharapkan. Atas perhatiannya penyusun
mengucapkan terimakasih

Makassar, 23 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kerangka Pengambilan Keputusan Beretika..............................................................3


B. Analisis Biaya Manfaat..............................................................................................3
C. Analisis Dampak Stakeholder....................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................12
B. Saran ........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan
dalam bentuk aturan yang khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini sebagai aturan main dalam
menjalankan profesi tersebut yang biasa disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi
dan ditaati oleh setiap profesi.Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada
masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan prinsip-prinsip moral dan
mengatur tentang perilaku professional.
Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi maupun
non atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada. Akuntansi sebagai
profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika
profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai 3
kewajiban yaitu, kompetensi, objektif, dan mengutamakan integritas. Dalam arti sempit,
profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan
publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan
manajemen.
Peran akuntan dalam perusahaan tidak bisa terlepas dari penerapan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan meliputi prinsip kewajaran (fairness),
akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency), dan responsibilitas
(responsibility). Peran akuntan meliputi akuntan publik, akuntan internal, akuntan
pemerintah, dan akuntan pendidik.
Pentingnya kode etik dalam suatu profesi adalah Suatu cara untuk memperbaiki iklim
organisasional sehingga seseorang dapat berperilaku secara etis. Sistem legal dan pasar
tidak cukup mampu mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak
moral dalam setiap keputusan bisnisnya. Untuk menentukan status bisnis sebagai upaya
menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai pendiri perusahaan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Kerangka Pengambilan Keputusan Beretika ?
2. Bagaimanakah Analisis Biaya Manfaat ?
3. Bagaimanakah Dampak Stake Holder ?
C. TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Kerangka Pengambilan Keputusan
Beretika
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang Analisis Biaya Manfaat
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang Dampak StakeHolder

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Pengambilan Keputusan Beretika
1. Pengambilan keputusan
Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka membuat
pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Teori-teori pengambilan keputusan
bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilhan-pilhan semacam itu dibuat. Beberapa
pengertian keputusan menurut beberapa tokoh (Dhino Ambargo: 2) adalah sebagai
berikut:
a) Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur
perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan
yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius
terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan
tingkatnya sederajat dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
b) Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan
ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi,
dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat. ada baiknya sebelum kita mengambil keputusan, kita harus mengacu pada prinsip-
prinsip berikut ini:
a) Autonom Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian
terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi
banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam
setiap proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut
pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan
biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.
b) Non-malfeasance Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di
kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu

3
pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan
bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun
tidak bagi pihak lain.
c) Beneficence Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan
merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
d) Justice Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan
termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan
yang sempurna namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang
ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.

2. Kerangka kerja pengambilan keputusan etis


Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis Sebagai respons terhadap keputusan
yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka ini menyertakan persyaratan
tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Hal ini dirancang untuk meningkatkan
pertimbangan etis dengan menyediakan:
a. Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
b. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang
relevan ke dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b. hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c. Keadilan yang terlibat,
d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

3. Pendekatan pengambilan keputusan etis


Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pendekatan pengambilan keputusan
etis bisa dilakukan berdasarkan teori etika maupun dengan pendekatan lain dan dapat
dirumuskan dengan batasan-batasan tertentu. Lebih lanjut, Brooks (2006)
mengemukakan tentang batasan tentang pendekatan-pendekatan pengambilan
keputusan etis adalah:
a. Pendekatan Filosofis

4
1) Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi Pelaku
Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu
tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu
memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu Tindakan dan juga
keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar
daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan
dengan utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu
hanya dari manfaat parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks
bisnis, profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme
berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk
menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku
kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan
kebaikan dalam jumlah besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa
sebuah perbuatan benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut
mampu memaksimalkan kebaikan bersih. Dengan kata lain, tindakan dan
sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi positif lebih besar
daripada konsekunsi negatifnya.
2) Deontologi Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada
kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau
tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang
didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting
bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi
kewajibannya. Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi
secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi
dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang
menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal atau
tidak etis dalam mencapai tujuan.
3) Virtue Ethics (Etika Kebajikan) Kalau kedua pendekatan tadi menekankan
pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip
sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan
berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan. Kebajikan adalah karakter yang membuat orang

5
bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi manusia yang bermoral.
Menurut AACSB etika kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi moral
para pelaku dan melihat pada moral masyarakat, seperti masyarakat
profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis dan panduan
tindakan etis.
b. Pendekatan 5 Pertanyaan
Pendekatan 5 pertanyaan ini merupakan pendekatan etis komprehensif yang
dikembangkan oleh Graham Tucker (1990) untuk pengambilan keputusan yang
diusulkan melalui 5 pertanyaan. Pendekatan ini bersifat opsional dan dirancang
untuk memfokuskan proses pengambilan keputusan pada relevansi isu tertentu
untuk organisasi atau pengambilan keputusan yang terlibat. Adapun pertanyaan
dalam pendekatan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang cukup komprehensif karena


melibatkan berbagai kelompok kepentingan, bahkan juga termasuk aspek
lingkungan, yang selama ini jarang dijadikan sebagai pertimbangan dalam
melakukan pengambilan keputusan. Pendekatan ini penting dilakukan untuk
menghindari monopoli tujuan aktivitas bisnis yang hanya memprioritaskan pada
maksimalisasi keuntungan.

6
c. Pendekatan Standar Moral
Pendekatan standar moral dibangun oleh Velasquez (1992) untuk menganalisis
dampak stakeholder yang dibangun langsung pada tiga kepentingan mendasar
dari stakeholder itu sendiri. Ilustrasi dari pendekatan ini dapat dilihat dalam
diagram berikut ini:

d. Pendekatan Pastin
Pastin (1986) menggunakan konsep etika aturan dasar untuk mengungkapkan
gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-
nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan.
Pendekatan Pastin ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

7
B. Analisis Biaya Manfaat
Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan bisnis sering
kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah menggunakan analisis
akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok kepentingan khusus dengan cepat
menunjukkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan dari keputusan bisnis tidak tercermin
dalam (atau yang diluar) laporan perusahaan. Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung
oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika
kemudian, eksekutif perusahaan mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan
manfaat eksternaltersebut ketika mereka berunding tentangkebijakan perusahaan. Tak pelak
lagi mereka mereka meminta kepada akuntan mereka untuk mengembangkan analisis biaya-
manfaat yang diperlukan untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang biasa
dilakukan.
Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
a) Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
b)  Untuk memantau kinerja sebuah perusahaanatau proyek
Bagaimana anggaran biaya manfaat berbeda dari analisis akuntansi tradisional dalam hal
cakupan dan focus.
Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:
1. Organisasi sektor swasta
- dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.
- Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat
- Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publikEvaluasi alokasi
sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum
- Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata,
tungkai dan lain-lain.   
- Perhitungan waktu luang
2. Organisasi sektor publik
Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
- Program kesehatan
- Program pendidikan
- Fasilitas rekreasi

8
- Proyek konservasi
- Proyek-proyek perbaikan transportasi
- Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi

a. Kekurangan data kuntansi tradisional


Adapun kekurangan data  akuntansi tradisional jika dibandingkan dengan analisis biaya
manfaat memiliki kelemahan yaitu
1. Hal ini berfokus pada tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan masa depan
dalam pengambilan keputusan
2. Tidak memperhitungkan factor-faktor eksternal
3. Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau tanpa biaya
4. Fokusnya jauh lebih sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan pemegang saham,
bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau masyarakat)

b. Teknik analisis biaya-manfaat


Daripada menggunakan keterangan normal seperti “pendapatan”, “beban”, dan laba bersih”,
terminology yang dipakai dalam ABM adalah “keuntungan”, “biaya”, dan “kelebihan
manfaat atas biaya”. Konsep ABM tentang manfaat dan biaya lebih luas dari pendapatan dan
biaya, karena meraka memperhitungkan nilai-nilai eksternal masa depan sampai sekarang.
Proyek harus dilakukan jika manfaatnya melebihi biaya atau rasio keuntungan/ biaya lebih
besar dari satu.

c. Tingkat diskon
Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk kegunaan lain.
Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan menghitung biaya kesempatan
yang dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal marginal setelah pajak yang hilang dari
investasi lain atau harga konsumen akan bersedia membayar penundaan konsumsi mereka.
Hasil studi ABM biasanya didiskontokan pada tingkat marginal rata-rata tertimbang
berdasarkan proyeksi sumber-sumber pembiayaan yang digunakan.

d. Pengukuran biaya dan manfaat

9
Meskipun terdapat masalah dalam memilih tingkat potongan yang tepat, ini merupakan
masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya
tahunan masa depan dan keuntungan (itu sendiri).
Sayangnya, banyak biaya dan manfaat tidak dapat ditentukan secara langsung, dan pengganti
atau cara tidak langsung harus digunakan untuk memperkirakan nilai yang terlibat, meskipun
diakui hamper tidak mungkin menangkap semua karakteristik dari niali pengganti.

e. Kekurangan dari analisis biaya manfaat


Beberapa akuntan berpendapat bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh dari misi
tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi argument ini tidak melihat
kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah digunakan sebelum tahun 1844,
keunggulan anggaran biaya manfaat dalam mengatur keputusan pemerintah. Selain itu
kecenderungan yang jelas adalah bahwa tehnik anggaran biaya manfaat akan dipakai di sector
swasta untuk memberikan focus dalam pengambilan keputusan program-progam perusahaan
yang berdampak pada masyarakat.
Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan peran pokok dalam menyediakan data untuk
keputusan di sector swasta dan jika posisi ini harus dipertahankan itu adalah kepentingan
terbaik akuntan untuk mengenal dengan baik tehnik ABM dan kekurangannya. Selain itu
akuntan sering terlibat langsung dengan keputusan ABM di sector public, mereka akan
membuat keputusan yang kurang terampil atau untuk menantang proposal spesifik ABM
secara efektif, kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alas an kami
menekankan pentingnya saran informasi akan menjadi lebih jelas ketika berbagai kekurangan
dan keseriusan ABM dipahami. Kekurangan dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori
yaitu:
- Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).
- Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.
- Masalah yang tidak dapat diatasi oleh ABM.
Adapun kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer  dan pengguna ABM
maka penting jika proyek-proyek saling terpisah satu sama lain. Jika sedang dipertimbangkan
proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek. Selain itu proyek
yang diterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi. Kadang-kadang
kendala anggaran dihapus dan pembuat keputusan diberitahu untuk menghabiskan anggaran
yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan biaya kesempatan dari uang yang dibelanjakan.

10
f. Pilihan yang tersedia
Pilihan yang banyak dan jika tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi ABM sampai di titik
dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada metode yang bisa mencegah
biasdan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan pertama kali harus memahami apa saja
potensi masalahnya. Sangat penting bahwa biaya kesempatan yang akurat diperkirakan untuk
uang yang dipergunakan untuk membiayai setiap proyek ABM.
Bias dapat masuk ke dalam ABM melalui pilihan buruk sebagai pengganti dan metode yang
digunakan untuk mengukur nilai-nilai masyarakat

g. Kendala-kendala
Sehubungan dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan ole preparer dan
pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah satu sama lain, atau jika sedang
dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek.
Selain itu, proyek yang dterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan
administrasi.

h. Isu yang tidak terselesaikan


Pengambil keputusan ABM harus menyadari bahwa ada banyak isu yang tidak pernah dapat
sepenuhnya diselesaikan dengan tehnik ABM. ABM tidak memperhitungkan masalah
ekuitas, seperti kelayakan dari menghukum satu kelompok atas keuntungan kelompok lain.

i. Abm disini untuk tetap dipakai


Akuntansi tradisional tetap berharga, tetapi dalam masyarakat maju, organisasi harus
menyadari dan memperhitungkan dampak eksternal mereka. Pemerintah sudah membuat
pilihan social bagi kita semua berdasarkan analisis biaya manfaat. Oleh karena itu, akuntan
disarankan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang analisis biaya-manfaat beserta
kekurangannya, atau jika tidak mereka akan kehilangan tempat mereka sebagai tangan kanan
dari pengambil keputusan.

C. Analisis Dampak Stakeholder


1. Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah
Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan kepentingan para pemilik
atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan pendekatan secara tradisional.

11
Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi menjadi dua cara, pertama asumsi bahwa
seluruh stakeholder hanya ingin meaksimalkan keutungan jangka pendek. Kedua, hak dan
kewajiban dari beberapa kelompok non-shareholder seperti karyawan, konsumen atau klien,
supplier, kreditor, tokoh masyrakat dan pemerintah memiliki kepentingan dari hasil
keputusan yang dibuat dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan dalam
pengambilan keputusan perusahaan.

Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan kelompok Shareholder dan
kelompok diluar shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi pembentuk dari sebuah
stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika kehilangan salah satu unsure stakeholder
atau biasa disebut primary stakeholder. Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan tidak
dapat berpotensi secara penuh, dan mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan.
Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada keuntungan jangka
panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan karena perusahaan yang modern
mencari shareholders yang terdiri dari perorangan maupun institusi yang tertarik pada
keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis diterapkan.

Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal melalui kegiatan perusahaan
mereka, mereka juga memutuskna bagaimana untuk memilih wakil-wakil mereka, serta
bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup
atas perlindungan terhadap lingkungan. Mereka juga memberikan kompensasi dan nilai lebih
terhadap kegiatan HAM pada suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.

2. Kepentingan yang fundamental dari stakeholder

Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan menciptakaan


tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan keputusan yang dapat
mengakomodir kepentingan mereka Suatu keputusan sebaiknya mempertimbangkan
pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban.

Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak Stakeholder, termasuk hak
dalam membuat keputusan:

 Well-offnes : Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada


biaya.
 Fairness : Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan antara
keuntungan dan biaya.

12
 Right : Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak Stakeholder.

Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir

Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang saham dan
merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan kesehatan suatu
perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan dapat merubah inventory di harga yang lebih
tinggi.

Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir

Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut. hal ini merupakan petunjuk yang berasal
dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari keuntungan dan biaya yang
menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya adalah keputusan untuk menaikan pajak
lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat secara adil sesuai dengan kapasitas mereka
untuk membayar pajak. alasan dan perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran dengan
teliti.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode Etik Akuntan Profesional ini merupakan adopsi dari Handbook of the Code of
Ethics for Professional Accountants 2016 Edition yang dikeluarkan oleh International
Ethics Standards Board for Accountants of The International Federation of
Accountants . Bagian A juga memberikan suatu kerangka konseptual dalam
mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman terhadap prinsip dasar etika, serta
menerapkan perlindungan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman sampai
pada tingkat yang dapat diterima. Akuntan publik adalah seorang akuntan yang telah
memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik.
Seorang akuntan publik dapat diakui profesinya, harus lulus dalam ujian profesi
seorang akuntan publik yang disebut Ujian Sertifikasi Akuntan Publik selain itu
memperoleh sebutan bersertifikat Akuntan Publik dan sertifikat dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.Selain itu seorang akuntan publik wajib menjadi
anggotaInstitut Akuntan Publik Indonesia, asosiasi profesi yang diakui oleh
Pemerintah.
Standar Umum, Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional
yang secara layak diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional. Data
relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai
untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan
pelaksanaan jasa profesionalnya.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.situsekonomi.com/2020/03/4-pendekatan-pengambilan-keputusan-etis.html

Ikhsan, Wahyudi. 2019. Pendekatan Pengambilan Keputusan, Pendekatan Pengambilan


Keputusan Etis, Pendekatan Filososfi, Analisis Biaya Manfaat. Universitas Negeri Padang

http://dexsuar.blogspot.com/2013/07/etika-bisnis-analisis-biaya-manfaat.html
https://docplayer.info/72060769-Pendekatan-dalam-pengambilan-keputusan-
etis.html

15

Anda mungkin juga menyukai