Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Dr. H. Mawardi, S.Ag.,M.Si

OTORITAS JASA KEUANGAN

Oleh :
Kelompok 13

Alfiandri Kurniawan (12220515471)


M. Hidayat A Situmorang (12220515214)
Maradong Siregar (12220513966)
Zaendy Arya Pratama (12220515647)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun
langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dr.H.Mawardi,S.Ag,M.Si


sebagai dosen pengampuh pada mata kuliah “Lembaga keuangan syariah” di kelas A Ekonomi
Syariah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan setulus hati sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Otoritas Jasa Keungan”

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangannya
dan tentunya penulis juga sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih

Pekanbaru, Desember 2023

Kelompok 13

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3


A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan ....................................................................... 3
B. Peran Otoritas Jasa Keuangan ............................................................................... 4
C. Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ........................................................ 6
D. Struktur Otoritas Jasa Keuangan ........................................................................... 7
E. Nilai Strategi Otoritas Jasa Keuangan .................................................................. 8
F. Kegiatan Otoritas Jasa Keuangan ......................................................................... 8
G. Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan ....................................................................... 11

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 12


A. Kesimpulan ........................................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otoritas Jasa Keuangan atau yang lebih dikenal dengan sebutan OJK berdasarkan
Pasal 1 Angka 1 Undang – Undang Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam undang – undang Otoritas Jasa Keuangan tersebut. Pendorong
dibentuknya lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang salah satunya Otoritas Jasa
Keuangan yakni untuk sektor jasa keuangan yang bekerja secara efisien sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masa sekarang.
Adapun aspek–aspek independensi dari kewenangan dalam pengaturan
perundang–undangan yang diatur dalam UU OJK tercantum dengan tegas dan jelas, yaitu
OJK dibentuk dan dilandasi oleh prinsip–prinsip tata kelola yang meliputi independensi,
akuntabiltas, tanggung jawab, transparansi. Kemudian dilihat secara kelembagaan, OJK
merupakan lembaga independesi dalam menjalankan tugas serta kewenangannya bebas
dari campur tangan pihak atau lembaga negara lainya,kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas di atur dalam UU OJK. Hal tersebut secara tegas dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (2)
UU OJK.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Otoritas Jasa Keuangan ?
2. Bagaimana Peran Otoritas Jasa Keuangan ?
3. Bagaimana Dasar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ?
4. Bagaimana Struktur Otoritas Jasa Keuangan ?
5. Apa Nilai strategi Otoritas Jasa Keuangan ?
6. Bagiaman Kegiatan Otoritas Jasa Keuangan ?
7. Kode etik Otoritas Jasa Keuangan ?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Otoritas Jasa Keuangan
2. Untuk mengetahui Peran Otoritas Jasa Keuangan
3. Untuk mengetahui Dasar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
4. Untuk mengetahui Struktur Otoritas Jasa Keuangan
5. Untuk mengetahui Nilai strategi Otoritas Jasa Keuangan
6. Untuk mengetahui Kegiatan Otoritas Jasa Keuangan
7. Untuk mengetahui Kode etik Otoritas Jasa Keuangan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Menurut Hamud M. Balfas OJK adalah lembaga baru yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2011. Lembaga ini didirikan untuk melakukan
pengawasan atas industri jasa keuangan secara terpadu”.1 Dalam Undang-Undang
tersebut dijelaskan bahwa:Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK,
adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Berdasarkan UU No. 21
Tahun 2011 tersebut, pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan menjadi
kewenangan OJK. Termasuk pengaturan dan pengawasan sektor perbankan yang semula
berada pada Bank Indonesia sebagai bank sentral dialihkan ke OJK2
Pendorong dibentuknya lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang salah
satunya Otoritas Jasa Keuangan yakni untuk sektor jasa keuangan yang bekerja secara
efisien sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masa sekarang. Oleh sebab itu berdasarkan
Pasal 4 Undang – Undang Otoritas Jasa Keuangan tujuan pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan ini dipertegas yakni agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor
jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu
melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.
Selanjutnya disebutkan bahwa OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan OJK dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dibentuk sesuai dengan
kebutuhanBerdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa OJK adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan lembaga
keuangan seperti perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan,

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014), Edisi Kedua, h. 221.
2
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), h. 232

3
danapensiun dan asuransi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

B. Peran Otoritas Jasa Keuangan


Setiap lembaga atau perusahaan yang didirikan pasti mempunyai visi, misi, dan
tujuan yang ingin dicapai. Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu
lembaga. Kemudian untuk mencapai visi lembaga atau perusahaan haruslah menetapkan
suatu misi. Setelah visi dan misi ditetapkan maka selanjutnya adalah menetapkan tujuan
pencapaian yang diharapkan.
a. Visi OJK
Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas jasa
industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum.3
b. Misi OJK
Misi yang diemban OJK dalam mencapai visinya adalah:
a. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jas
b. keuangan secara
c. teratur, adil, transparan dan akuntabel
d. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
e. Melindungi kepentingan masyarakat dan konsumen
c. Tujuan OJK
tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Ketentuan Pasal 4 UU OJK
menyatakan bahwa Otoritas Jasa keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
a) Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
b) Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil; dan
c) Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

3
Desi isnaini, Lembaga keuangan syariah, (Bengkulu:CV Zigie Utama,2020) H.16

4
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang diatas, maka dapat diketahui bahwa
tujuan dibentuknya OJK adalah untukmenyelenggarakan sektor jasa keuangan secara
teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta menciptakan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan yang mampu meningkatkan daya saing perekonomian
dan mampu melindungi kepentingan nasabah atau konsumen maupun masyarakat.

d. Fungsi OJK
Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang
OJK yang menyebutkan bahwa: “OJK berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan.”Dari ketentuan Undang-Undang diatas, diketahui
bahwa fungsi OJK adalah melakukan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan sektor jasa keuangan. Dimana pengaturan dan pengawasan
seluruh sektor jasa keuangan dilakukan secara terpadu oleh OJK
e. Wewenang OJK
a. Tugas pengaturan
Merupakan peraturan pelaksanaan undang-undang OJK, peraturan
perundang- undangan di sektor jasa keuangan, peraturan dan keputusan OJK,
peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan, kebijakan mengenai
pelaksanaan tugas OJK, peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu, peraturan mengenai tata cara
pengelola statuter, struktur organisasi dan infrastruktur, serta pengaturan
mengenai tata cara pengenaan sanksi.4
b. Tugas pengawasan
OJK menetapkan kebijakan operasional pengawasan, melakukan
pengawasan, pemeriksaan penyidikan, pelrindungan, konsumen, dan tindakan lain
terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan atau penunjang kegiatan jasa
keuangan, penunjukan dan pengelolaan pengguna statuter, memberikan perintah
tertulis kepada lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi
administrative terhadap pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di

4
Ibid, h.19

5
sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada lembaga jasa
keuangan.

C. Dasar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan


Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
adalah suatu bentuk unifikasi pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan, di mana
sebelumnya kewenangan pengaturan danpengawasan dilaksanakan oleh Kementerian
keuangan, Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK).
Pembentukan OJK didasarkan kepada tiga landasan yaitu:
1. Landasan Filosofis Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan
stabil dan berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang disemua
sektor perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara adil kepada seluruh rakyat
Indonesia.
2. Landasan Yuridis,amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Pasal 34 tentang
Bank Indonesia yang pada hakikatnya Pasal 34 dimaksud untuk memberikan otoritas
pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan dimaksud terhadap industri
perbankan, pasar modal (sekuritas) dan industri keuangan nonbank (asuransi, dana
pensiun, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan serta lembaga lain yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.5
3. Landasan Sosiologis
a. Globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan dibidang teknologi
daninformasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan kompleks,
dinamis, dan saling terkait antar subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun
kelembagaan.
b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan diberbagai
subsektor keuangan (konglomerasi) menambah kompleksitas transaksi dan interaksi
antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan

5
Ibid, h.18

6
D. Struktur Otoritas Jasa Keuangan
Setiap pembentukan suatu organisasi pasti sudah dilengkapi dengan struktur
organisasi di dalamnya. Seperti diketahui bahwa organisasi merupakan tempat atau
wadah untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sedangkan struktur organisasi merupakan
bagan atau kompenen yang ada dalam suatu organisasi Tiap kompenen memiliki tugas,
tanggung jawab dan wewenang masing-masing.
Demikian juga dengan Otoritas Jasa Keuangan memiliki struktur organisasi terdiri
atas:
1. Dewan Komisioner OJK,adalah pimpinan tertinggi OJK yang bersifat kolektif dan
kolegial. Dewan Komisioner beranggotakan 9 (sembilan) orang anggota yang ditetapkan
dengan Keputusan Presiden.6
2. Pelaksana Kegiatan Operasional

Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:


a. Ketua merangkap anggota
b. Wakil ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
danLembaga Jasa Keuangan lainnya merangkap anggota
f. Ketua Dewan Audit merangkap anggota
g. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen
h. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan
GubernurBank Indonesia
i. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat
setingkat Eselon I kementerian Keuangan.

6
Herlina Yustati, Lembaga Keuangan Syariah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar) , h.163.

7
Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:
a. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis
b. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor
Perbankan
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan Sektor
Pasar Modal
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
danLembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang Pengawasan Sektor
IKNB
f. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko, dan
g. Anggota Dewan Komisioner bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen
memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.

E. Nilai strategi Otoritas Jasa Keuangan


Adapun Nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan adalah:
1) Integritas, adalah bertindak objektif, adil dan konsisten sesuai dengan kode etik
dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
2) Sinergi, adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal
maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
3) Inklusif, adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta
memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri keuangan.
4) Visioner, adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat ke depan
(Forward Looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (Out of The Box
Thinking)

F. Kegiatan Otoritas Jasa Keuangan


Dalam kegiatan melakukan pengaturan dan pengawasan OJK memiliki tigas-tugas
tertentu. Disamping itu dalam melaksanakan kegiatannya OJK juga memilki wewenang.
Berikut ini tugas OJK melaksanakan dibidang pengaturan dan pengawasan terhadap:

8
 Kegitaan jasa keuangan di sektor Perbankan.
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Peransurasian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, danLembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan tersebut OJK
mempunyai wewenang:
 Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana
kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan
akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank.
2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan
aktivitas dibidang jasa.

 Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:


1) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum,
batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan
bank
2) Laporan modal yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank.
3) Sistem informasi debitur
4) Pengujian kredit (credit testing).
5) Standar akuntansi bank..

 Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatian-hatian bank


meliputi:
1) Manajemen resiko.
2) Tata kelola bank.
3) Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang.
4) Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.

9
 Untuk melaksanakan tugas pengaturan tersebut OJK mempunyai
wewenang yaitu:
1. Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini.
2. Mentapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan,
3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.
4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan,
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.
6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.
7. Mentapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga
JasaKeuangan.
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban.
9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
penraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan,

 Untuk melaksanakan tugas pengawasan OJK mempunyai wewenang yaitu:


1. Menetapkan kebijakan opersional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan.
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif.
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa
keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.7
4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
5. melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
8. memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, dll

7
Desi isnaini,Op.Cit, h.160.

10
G. Kode etik Otoritas Jasa Keuangan
Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan kepantasan yang
wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, Pejabat, dan
Pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas.
Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas mengawasi
kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK terhadap Kode Etik.
Nilai Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan Nilai
Strategis Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme, Transparansi, Akuntabilitas,
Sinergi, dan Kesetaraan

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
OJK adalah singkatan dari Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan lembaga
independen yang didirikan oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Fungsi utamanya adalah
mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan, termasuk penghimpunan dana
masyarakat, dengan menetapkan peraturan dan keputusan di bidang keuangan. Tujuan
OJK adalah memastikan seluruh kegiatan di sektor keuangan berlangsung adil,
transparan, dan akuntabel. Tugasnya meliputi pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan konsumen, dan tindakan lain yang berkaitan dengan lembaga, pelaku, atau
pendukung jasa keuangan. OJK perlu membangun sistem koordinasi yang kuat dengan
Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan untuk
mencapai tujuannya.

B. Saran
Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan tanggapan mengenai aduan yang diberikan
oleh konsumen alangkah lebih baiknya dibuat pengaturan yang jelas mengenai jangka
waktu Otoritas Jasa Keuangan menanggapi aduan Konsumen. Hal tersebut disebabkan
apabila aturan tersebut tidak dibuat secara jelas maupun tidak terpublikasi kepada
masyarakat, Konsumen yang melakukan pengaduan akan merasa bahwa aduan yang
mereka buat itu mandek ataupun tidak diproses oleh Otoritas Jasa Keuangan, selain itu
kepercayaan Konsumen terhadap Otoritas Jasa Keuangan maupun Lembaga Jasa
Keuangan akan menurun. Apabila hal ini dibiarkan maka akan berdampak buruk pada
citra dari Otoritas Jasa Keuangan sebagai institusi/lembaga yang memiliki tujuan untuk
melindungi kepentingan Konsumen di sektor jasa Keuangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah,(2014),Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana

Adrian Sutedi,(2014)Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta: Raih Asa SuksesDesi
isnaini,(2022),Lembaga keuangan syariah, Bengkulu:CV Zigie
UtamaHerlina Yustati,(2017),Lembaga Keuangan Syariah,Yogyakarta:Pustaka Pelajar

13

Anda mungkin juga menyukai