Anda di halaman 1dari 23

Analisis Manajemen Mutu, Isu &Perubahan pada Manajemen

Proyek PT. HM Sampoerna Tbk


Dosen Pengampu:

Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si

Disusun oleh:

Galang Kuncoro (43218010026)

Rahmawati Dewi Salsabila (43218010055)

Olivio Tritusia Asmoro (43218010128)

Zalfa Indah Permata (42318010131)

Rita Amelia Santuri (43218010204)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
DAFTAR TABEL................................................................................................................................3
ABSTRAK............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................5
A. Definisi Manajemen Mutu............................................................................................5
B. Proses Manajemen Mutu..............................................................................................6
1. Perencanaan Mutu (Quality Planning)...............................................................................6
2. Penjaminan Mutu (Quality Asurance)................................................................................6
3. Pengendalian Mutu (Quality Control).................................................................................7
C. Definisi Manajemen Isu................................................................................................7
D. Langkah-Langkah Manajemen Isu.............................................................................8
LITERATUR TEORI........................................................................................................................10
PEMBAHASAN.................................................................................................................................12
A. Implementasi Manajemen Mutu PT HM. Sampoerna Tbk...................................................12
Penerapan TQM Pada HM Sampoerna Yang Meliputi 4 Elemen TQM......................16
B. Implementasi Manajemen Isu dan Perubahan PT HM. Sampoerna Tbk.............................16
KESIMPULAN..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22
LINK PUBLIKASI............................................................................................................................23

2
DAFTAR TABEL
Table 1.................................................................................................................................................12

3
ABSTRAK
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut
untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi
manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu
perusahaan/organisasi. Proyek manajemen mutu bekerja untuk memastikan bahwa
persyaratan proyek, termasuk persyaratan produk, terpenuhi dan divalidasi.
Perencanaan Mutu (Quality Planning) Perencanaan mutu merupakan proses
mengidentifikasi standar kualitas yang rele!an,yang sesuai dengan kebutuhan pemilik dan
memenuhi standar peraturan yang berlaku untuk setiap bagian pekerjaan, penetapan standar
spesifikasi yang diberlakukan dalam proyek dan perencanaan strategi pencapaian standar
yang direncanakan. Untuk hal ini dapat memanfaatkan decision tree atau decision matrix
untuk mengetahui konsekuensi dari setiap risiko yang potensial. Meski risiko sudah teratasi,
harus tetap memantau terus output-nya.
Penerapan TQM Pada HM Sampoerna Yang Meliputi 4 Elemen TQM Pihak
manajemen PT HM Sampoerna Tbk telah menerapkan prinsip TQM, yang pada dasarnya
adalah untuk meningkatkan mutu produk agar para konsumen merasa puas dengan produk
yang mereka beli.
Berpatokan pada hal inilah, PT HM Sampoerna Tbk selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu produk, melakukan inovasi-inovasi, melakukan penelitian-penelitian
tentang keinginan konsumen dan hal-hal lain yang turut mendukung terciptanya kepuasan
pelanggan. PT HM Sampoerna Tbk menerapkan tiga prinsip dalam mendukung pencapaian
tujuan perusahaan, yaitu: 1) Memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang
wajar bagi perokok dewasa Sampoerna berkomitmen penuh untuk memproduksi sigaret
berkualitas tinggi denganharga yang wajar bagi konsumen dewasa.
PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) menempatkan keselamatan dan kesehatan
karyawan sebagai prioritas utama Menekankan atribut positif dengan mendahulukan
kepentingan karyawan Memberikan dukungan kepada karyawan dan melakukan tanggung
jawab sosial terhadap komunitas, antara lain dengan memberikan cuti dan tetap menerima
gaji seperti biasa bagi: Karyawan yang terdampak; Karyawan yang perlu melakukan
karantina mandiri; dan Karyawan yang perlu merawat anggota keluarga mereka yang
terdampak.

Kata Kunci : Manajemen, Manajemen Mutu & Manajemen Resiko

4
PENDAHULUAN

A. Definisi Manajemen Mutu

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan
karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan
produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”.Hal ini berarti bahwa
kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan
dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara
pengendaliannya. Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau
pemakai produk. Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen
keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu
perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan
ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager
proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas. Hal
hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah produk / pelayanan /
proses pelaksanaan dan proses management proyek itu sendiri.

Dengan kata lain proyek manajemen mutu mencakup proses yang diperlukan
untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini
mencakup "semua aktivitas dari fungsi manajemen keseluruhan yang menentukan
kebijakan mutu, tujuan, dan tanggung jawab dan menerapkan merekadengan cara
seperti perencanaan mutu, jaminan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan kualitas,
dalam sistem mutu". Proyek Manajemen Mutu menggunakan kebijakan dan prosedur
untuk melaksanakan, dalam konteks proyek, sistem manajemen mutu organisasi
dan, bila sesua mendukung kegiatan perbaikan proses yang berkesinambungan
seperti yang dilakukan atas nama organisasi melakukan. Proyek manajemen mutu
bekerja untuk memastikan bahwa persyaratan proyek, termasuk persyaratan produk,
terpenuhi dan divalidasi.

5
B. Proses Manajemen Mutu

Pada proyek konstruksi, ada tiga proses yang harus dilakukan untuk
mendapatkanmutu yang baik. Ini adalah syarat yang harus dilakukan dalam
memanajemen mutu dalamsuatu proyek. Adapun ketiga proses mutu tersebut adalah
perencanaan mutu (Quality Planning), pengendalian mutu (Quality Control) dan
penjaminan mutu (Quality Assurance). Ketiga prosesini dilakukan dalam suatu
manajemen proyek agar proyek tersebut menghasilkan mutu yang baik.
1. Perencanaan Mutu (Quality Planning)

Perencanaan mutu merupakan proses mengidentifikasi standar kualitas yang rele!


an,yang sesuai dengan kebutuhan pemilik dan memenuhi standar peraturan yang berlaku
untuk setiap bagian pekerjaan, penetapan standar spesifikasi yang diberlakukan dalam
proyek dan perencanaan strategi pencapaian standar yang direncanakan. Perencanaan
mutu biasanya berkaitan dengan pemilik yaitu proses produksi,desain produk, atau
pelayanan. Perencanaan mutu ini biasanya dilakukandi tahap#tahap a"al,sebelum tahap
pelaksanaan. $ntuk proyek konstruksi, merencanakan mutu ini sangat perlusebagai acuan
untuk melakukan proses selanjutnya seperti penjaminan mutu dan pengendalian mutu di
tahap selanjutnya. Secara garis besar, Perencanaan mutu bertujuanmengidentifikasi dan
menetapkan standar mutu yang rele!an bagi proyek dan merumuskan strategi
pencapaiannya untuk memastikan proyek dan pekerjaan yang dihasilkan dapatmemehuhi
standar mutu yang dapat diterima.
2. Penjaminan Mutu (Quality Asurance)

Penjaminan mutu merupakan suatu proses menjalankan apa yang sudah


ditetapkandan direncanakan dalam perencanaan mutu, menga"al, menge!aluasi dan
verifikasi pelaksanaan terhadap rencana yang dibuat, serta identifikasi dan antisipasi

6
masalah yangmungkin timbul selama pelaksanaan proyek. Tujuan utama kegiatan
penjaminan mutuadalahmengadakan tindakan#tindakan yang dibutuhkan untuk
memberikan kepercayaankepada semua pihak yang berkepentingan bah"a semua
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkatan mutu proyek telah dilaksanakan
dengan berhasil.
3. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu merupakan suatu proses pemeriksaan dan pengujian terukur,


mulaidari material (spesifikasi), pemasangan (sesuai gambar) dan hasil kerja (sesuai
toleransispesifikasi teknis hasil pekerjaan) dan penilaian berdasarkan standar spesifikasi
teknis dan peraturan yang ditetapkan harus dipatuhi oleh proyek. Pengendalian mutu
melakukan tindakan-tindakan berupa testing, pengukuran, dan pemerikasaan untuk
memantau apakahkegiatan konstruksi telah dilakukan sesuai dengan rencana.
Pengendalian mutu dilakukan pada tahap pelaksanaan proyek, khususnya pada tahap
penugasan dan pengendalian, agar mengetahui apakah tahap-tahap pelaksanaan proyek
sudah dilakukan sesuai dengan syaratdan rencana pada perencanaan mutu. Lalu jika tidak
dilakukan sesuai syarat, maka dilakukan penindak lanjutan.

C. Definisi Manajemen Isu

Manajemen isu oleh Ray Ewing sudah diprediksi jauh-jauh hari sebagai instrumen
vital bagi masa depan organisasi. Ia mengamati bahwa “manajemen isu sesungguhnya
mengenai kekuasaan”. Jika organisasi ingin mempengaruhi agenda kebijakan publik,
pihak manajemen harus memiliki kekuasaan berdasarkan ide posisi isu yang mereka
ambil. Mereka dapat mengubah kebijakan masyarakat karena mereka menawarkan alasan
yang masuk akal untuk menjustifikasi posisi yang mereka sarankan. Posisi ini perlu
diselaraskan dengan kepentingan publik utama, membangun hubungan yang efektif dan
saling menguntungkan, dan meningkatkan kepentingan komunitas. Manajemen isu
merupakan proses proaktif dalam mengelola isu-isu, tren atau peristiwa potensial,
eksternal dan internal, yang memiliki dampak baik negatif maupun positif terhadap
organisasi dan menjadikan isu sebagai peluang meningkatkan reputasi perusahaan. Upaya
mengelola isu dilakukan dengan cara memonitor, mengidentifikasi, menganalisis,
membuat kebijakan stratejik pada tingkat manajemen, impelementasi kebijakan sebagai

7
tindakan mengantisipasi isu dan mengevaluasi dampak kebijakan dalam rangka
mendukung kontinuitas aktivitas perusahaan.

Manajemen isu membantu pihak manajemen untuk mampu berkompetisi di era


global dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan, situasi atau peristiwa. Hal ini
hanya dimungkinkan dengan pilihan pihak manajemen untuk menerapkan kebijakan
manajemen terbuka. Kebijakan manjemen terbuka membawa konsekuensi kemampuan
untuk cepat mengidentifikasi dinamika lingkungan dan pengharapan publik atas
keberadaan dan kinerja organisasi di tengah-tengah komunitas. Manajemen isu perlu
dijadikan sebagai bagian dari kebijakan menyeluruh manajemen stratejik organisasi.
Manajemen isu bisa membantu meningkatkan profit dan bisnis organisasi karena
kemampuannya memindai, mengidentifikasi dan memonitor isu yang muncul dan publik
yang terlibat di dalam isu. Data yang terkumpul bisa membantu strategi pemasaran yang
dikembangkan oleh organisasi sehingga lebih tepat sasaran.
D. Langkah-Langkah Manajemen Isu

Menurut Lucid Chart, ada lima tahap untuk melakukan manajemen isu. Tahap-tahap
ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko dan menghindarkannya dari menjadi masalah
di kemudian hari.

1. Identifikasi Risiko
Pada tahap pertama ini, dilakukan pengumpulan anggota tim dan melakukan
brainstorming untuk memikirkan apa saja permasalahan yang dapat terjadi di
perusahaan. Sebenarnya, hal ini juga bisa diaplikasikan untuk skala yang lebih kecil,
misalnya ketika suatu proyek sedang berlangsung. Gunakan mind map untuk
mempermudah visualisasi hasil brainstorming sehingga semua yang terlibat bisa
memahaminya.
2. Analisis Risiko
Dari semua risiko yang sudah dapat teridentifikasi, perlu memikirkan mana
yang paling mungkin terjadi. Pasalnya, tak semua risiko memiliki kemungkinan
yang sama. Untuk hal ini dapat
memanfaatkan decision tree atau decision matrix untuk mengetahui konsekuensi
dari setiap risiko yang potensial.
3. Atur Prioritas Risiko

8
Dari tahap sebelumnya, kemudian dapat mengetahui risiko mana yang
menjadi prioritas untuk siap dimitigasi. Buatlah daftar urut berdasarkan mana yang
memiliki kemungkinan paling besar dan paling penting untuk diselesaikan.
4. Kelola Risiko
Langkah selanjutnya yang dapat dibuat adalah membuat rencana penyelesaian
masalah atau risiko berdasarkan hasil dari tahap 1 sampai 3 yang sudah dilalui.
5. Monitor Risiko
Meski risiko sudah teratasi, harus tetap memantau terus output-nya. Evaluasi
seberapa baik penanganan risiko tersebut dalam pencegahan isu perusahaan, dan
apakah perbaikan diperlukan.

9
LITERATUR TEORI
Secara bahasa kata Manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti
mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani, mengelola,
menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan memimpin. Kata“ management” berasal
dari bahasa latin “mano” yang berarti “tangan”, kemudian menjadi “manus” berarti bekerja
berkali-kali menggunakan tangan, ditambah imbuhan “agree” yang berarti melakukan sesuatu
sehingga menjadi “managiare” yang berarti melakukan sesuatu berkali-kali dengan
menggunakan tangan (Hidayat, Machali,2010:1)

Menurut Ngalim Purwanto manajemen merupakan suatu proses tertentu yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan
manusia atau sumber daya lainnya (Purwanto, 2010:8).

Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf, derajat, atau kualitas
(Qadratilah, 2011:341). Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran
yang dihasilkan, mutu bukanlah benda magis atau suatu yang rumit, mutu di dasarkan pada
akal sehat.

Menurut Hadari Nawari, manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen dengan


pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya
sesuai dengan standar kualitas dan bermutu dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan
tugas pelayanan umum(public service) dan pembangunan masyarakat (Hadari, 2005:46).

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) menyatakan bahwa “Total Quality
Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungannya” (Fandy, Anastasya, 1998:7).

Tujuan jangka panjang dari manajemen mutu adalah untuk meningkatkan kualitas
pelanggan dan menjaga loyalitas customer dan meningkatkannya. Dalam manajemen mutu
ada beberapa komponen, diantaranya :

1. Quality Planning
Adalah proses perencanaan pembuatan standar kualitas dan bagaimana cara
mencapai target tersebut.
2. Quality Improvement

10
Adalah proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk melalui proses
produksi perusahaan.
3. Quality Control
Adalah proses pengawasan atau monitoring untuk menjaga kualitas produk tetap
berkualitas.
4. Quality Assurance
Adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa produk atau jasa sudah
memenuhi standar yang ditentukan.

Kualitas produk yang stabil baik akan memberikan dampak baik juga bagi
kelangsungan perusahaan kedepannya karena dari kualitas yang bagus akan menimbulkan
loyalitas dan menjadi kebutuhan bagi customer dan memberikan kepercayaan bagi pelanggan
untuk selalu menggunakan produk dari perusahaan.

11
PEMBAHASAN

A. Implementasi Manajemen Mutu PT HM. Sampoerna Tbk.


Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa mutu yang diinginkan didapat
dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design, dan peningkatan inisiatif. Kedelapan
elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut:

A. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.


B. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and leadership.
C. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
D. Roof adalah recognition.

A. Foundation

TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics, integrity, dan trust. Ini
akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan, ketulusan dan memberikan peluang bagi semua
orang untuk ikut serta dalam proses pelaksanaannya. Ketiga elemen kunci pada grup ini akan
membuka potensi TQM yang luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan
kontribusi yang berbeda dan saling melengkapi dalam TQM.

1) Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan hal hal yang dianggap baik
oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang dianggap buruk.
Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang berkaitan dengan etika bisnis dan etika
personal, etika dari individual SDM terhadap perusahaan dan sesama SDM.
2) Integrity termasuk didalamnya adalah kejujuran, moralitas, nilai,keadilan, dan
ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara komponen perusahaan
terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa yang konsumen
harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai
tersebut.
3) Trust merupakan kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan
perusahaan akanmemudahkan proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan. Jadi,
kepercayaan akan mendatangkan lingkungan yang kooperatif terhadap TQM.

12
B. Bricks

Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar penyangga akan lebih kuat lagi dalam
mencapai “atap“ yang menjadi tujuan TQM, yaitu recognition. Bricks terdiri atas hal-hal
berikut:

1) Training–Diklat.Sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya.


Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau badan tersendiri dari Human
Resources Departement. Pada dasarnya diklat yang dibutuhkan karyawan di antaranya
keahlian personal sesuai dengan pekerjaan masing-masing, kemampuan untuk bekerja
aktif dalam tim, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis, dan
keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan karyawan yang efektif.
2) Teamwork–Kekuatan Tim , akan lebih hebat dari individu. Dengan tim
permasalahanakan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang dapat
saling mengisi. Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan
TQM. Ada tiga tipe tim yang disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut:
a) Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) – Ini adalah bentukan
tim yang sifatnya temporer yang bertugas untuk menyelesaikan problem yang
spesifik. Biasanya bentukan tim ini digunakan dalam kurun waktu tiga sampai
dengan dua belas bulan. Tim ini juga biasanya digunakan lagi ketika permasalahan
yang sama timbul pada periode waktu berikutnya
b) Problem Solving Teams (PSTs)Tim ini juga bersifat temporer dengan tugas
menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi serta
menangani penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai
dengan tiga bulan. Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah daripada
permasalahan yang dihadapi QITS.
c) Natural Work Teams (NWTs) – Bentukan tim ini terdiri atas sekelompok kecil
SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul tugas dan tanggung
jawab sendiri-sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya. Konsep yang terdapat
di dalam tim yang melibatkan karyawan, kesanggupan me-manage tim secara
professional, dan kesatuan diantara anggota tim yang berupa lingkaran berkualitas.
Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas waktu dengan jam kerja kurang lebih
satu sampai dengan dua jam setiap minggunya.

13
3) Leadership

Bisa dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM. Sosok kepemimpinan dalam TQM
hendaknya yang memiliki visi ke depan dan mampu menginspirasi anggotanya. Pemimpin di
sini juga berarti mampu membuat arah strategi yang dapat dipahami oleh semua komponen
yang ada dengan nilai-nilai yang mewakili seluruh kepentingan. Sosok kepemimpinan ini
biasanya dipegang oleh seorang manajer. Dalam TQM juga dibutuhkan supervisor yang
berkomitmen untuk memimpin karyawan. Seorang supervisor harus paham betul. TQM
dengan seperangkat nilai dan philosophy yang terkandung di dalamnya dan mampu
mengkomunikasikannya ke seluruh elemen yang berada di bawahnya. Intinya keseluruhan
TQM harus dipahami, dipegang, dan dipimpin oleh perangkat top management yang harus
memiliki komitmen tinggi terhadap hal tersebut. Nilai obyektivitas harus dijunjung tinggi
karena top management bertindak dari planer sampai measurement.

C. Binding Mortar

Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruhan model dari
TQM. Communication – Komunikasi adalah suatu jembatan yang menentukan keberhasilan
TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju ke sasaran akan mengakibatkan
rubuhnya model TQM. Kesatuan dari keseluruhan elemen kunci ini disatukan dengan suatu
komunikasi yang tepat, yang tepat sasaran dan tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM
diperlukan antara seluruh elemen organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam kondisi apa pun
seorang supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang ada di sekitarnya yang
kemudian disampaikan ke manajemen untuk diolah sedemikian rupa menjadi suatu keputusan
terhadap suatu kondisi berupa informasi untuk kemudian disampaikan ke pihak-pihak yang
terkait. Ada beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai berikut:

1) Downward communication

Aliran komunikasi dari atas ke bawah. Komunikasi ini tergolong dominan dalam
oganisasi. Dari top manajemen yang menyampaikan informasi ke supervisor, selanjutnya dari
supervisor ke Karyawan adalah contoh dari komunikasi ini.

14
2) Upward communication

Dapat berupa kritikan karyawan terhadap manajemen atau hasil mata-mata karyawan
dan pengetahuan lainnya dari karyawan yang disampaikan ke atas, demi kesempurnaan
TQM.

3) Sideways communication

Komunikasi ini sangat penting karena memecah dinding pembatas antara satu
departemen dengan departemen lainnya. Tanpa komunikasi ini TQM akan terpecah dari satu
departemen dengan yang lainnya.

D. Roof atau Recognition

Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini mampu
memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan karyawan individual. Dengan seseorang
memperoleh suatu pengakuan, akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi perubahan
yang luar biasa dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas, dan kualitas kerja yang
sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan. Secara tidak langsung hal inilah yang pada
akhirnya akan memberikan kepuasan kepada konsumen berupa produk dengan mutu yang
tinggi sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang berkualitas.

Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada tempat serta terjadi
pada waktu, antara lain sebagai berikut:

1) Cara: Berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat, dan sebagainya.


2) Tempat: Penampilan yang baik dapat dilihat dari kondisi kerja departemen, panitia,
tim, dan top manajemen. Pengakuan di sini terjadi di kalangan departemen, top
manajemen, ataupun dikalangan karyawan
3) Waktu: Pengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu, seperti rapat staf,
penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.

15
Penerapan TQM Pada HM Sampoerna Yang Meliputi 4 Elemen TQM
Pihak manajemen PT HM Sampoerna Tbk telah menerapkan prinsip TQM, yang pada
dasarnya adalah untuk meningkatkan mutu produk agar para konsumen merasa puas dengan
produk yang mereka beli. Berpatokan pada hal inilah, PT HM Sampoerna Tbk selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu produk, melakukan inovasi-inovasi, melakukan
penelitian-penelitian tentang keinginan konsumen dan hal-hal lain yang turut mendukung
terciptanya kepuasan pelanggan PT HM Sampoerna Tbk menerapkan tiga prinsip dalam
mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu:

1) Memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi perokok dewasa
Sampoerna berkomitmen penuh untuk memproduksi sigaret berkualitas tinggi
denganharga yang wajar bagi konsumen dewasa. Ini dicapai melalui penawaran
produk yang relevan dan inovatif untuk memenuhi selera konsumen yang dinamis.
2) Memberikan kompensasi dan lingkungan kerja yang baik kepada karyawan dan
membina hubungan baik dengan mitra usaha. Karyawan adalah aset terpenting
Sampoerna. Kompensasi, lingkungan kerja dan peluang yang baik untuk
pengembangan adalah kunci utama membangun motivasi dan produktivitas karyawan.
Di sisi lain, mitra usaha PT HM Sampoerna Tbk juga berperan penting dalam
keberhasilan PT HM Sampoerna Tbk, dan PT HM Sampoerna Tbk mempertahankan
kerjasama yang erat dengan mereka untuk memastikan vitalitas dan ketahanan
mereka.
3) Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas. Kesuksesan Sampoerna tidak
terlepas dari dukungan masyarakat di seluruh Indonesia.Dalam memberikan
sumbangsih, PT HM Sampoerna Tbk memfokuskan pada kegiatanpengentasan
kemiskinan, pendidikan, pelestarian lingkungan, penanggulangan bencanadan
kegiatan sosial karyawan.

B. Implementasi Manajemen Isu dan Perubahan PT HM. Sampoerna Tbk.


Manajemen isu adalah proses manajemen yang bertujuan membantu melindungi
pasar, mengurangi risiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta mengelola image,
sebagai sebuah aset organisasi, baik untuk kepentingan organisasi itu sendiri maupun
kepentingan stakeholders. Manajemen isu meliputi serangkaian aktivitas yang
berkesinambungan.

16
Pada tahap awal, sebuah issue muncul kepermukaan ketika sebuah organisasi atau
kelompok merasa berkepentingan terhadap suatu masalah (atau kesempatan). Sebagai contoh,
terjadi perkembangan tren politik, perubahan undang-undang, ekonomi dan sosial, perubahan
teknologi, dan sebagainya. Dari sudut pandang manajemen, tren harus diidentifikasi sebagai
asal kemunculan isu.

Kedua, menganalisis isu. Yang perlu dicermati, sumber isu bisa dari seorang individu,
bisa pula dari organisasi. Kegiatan pada tahap ini bertujuan, menentukan asal isu tersebut
yang seringkali sulit karena biasanya isu tidak muncul hanya dari satu sumber saja. Disini,
kemampuan riset, kualitatif maupun kuantitatif menjadi sangat penting. Tahap riset dan
analisa awal ini akan membantu mengidentifikasi apa yang dikatakan oleh individu dan
kelompok berpengaruh tentang isu-isu dan memberikan ide yang jelas pada manajemen.

Ketiga, pilihan strategi perubahan isu (Issue Change Strategy Options) meliputi tiga
cara. Pertama, organisasi tetap berfokus pada sikap lama dan tidak ingin melakukan
perubahan (strategi perubahan reaktif) atau organisasi melakukan strategi perubahan adaptif,
yang berlandaskan pada perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta menawarkan
dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk kompromi atau akomodasi. Terakhir
berkaitan dengan pilihan-pilihan strategi adalah menjadikan organisasi sebagai pelopor
pendukung perubahan. Ini yang disebut dengan strategi dinamis.

Keempat, pemrograman tindakan terhadap isu setelah memilih salah satu dari ketiga
pendekatan di atas sebagai respon terhadap setiap isu, organisasi harus memutuskan
kebijakan yang mendukung perubahan yang diinginkan.

Kelima, yang tidak kalah penting adalah evaluasi. Dibutuhkan riset untuk
mengevaluasi hasil program yang didapat (actual) dibandingkan dengan hasil program yang
diinginkan.

Menurut Benoit, terdapat 5 macam jenis pesan dalam perbaikan reputasi. Pertama,
denial (Penyangkalan). Menurut Image Repair Theory, ada dua jenis penyangkalan, yakni
penyangkalan sederhana dan shifting the blame. Penyangkalan sederhana menyatakan bahwa
peristiwa atau tindakan berbahaya itu tidak terjadi, atau tidak tersangkut dalam peristiwa atau
melakukan tindakan itu, atau bahwa peristiwa atau tindakan itu tidak membahayakan.
Sementara shifting the blame, berusaha mengidentifikasi biang keladi permasalahan, dan
melemparkan tanggung jawab atas peristiwa atau tindakan ofensif tersebut di pihak lain.

17
Kedua, evading responsibility (menghindari tanggung jawab). Strategi ini dapat digunakan
oleh "mereka yang tidak dapat menyangkal melakukan tindakan atau terjadinya peristiwa
tersebut." (W. L Benoit, 1995). Ada empat strategi dalam kaitan ini, yakni provocation
(provokasi), defeasibility (kemustahilan), accident (kecelakaan), dan good intentions (niat
baik), yang bertujuan mengurangi kadar kesalahan yang dituduhkan kepada tertuduh. Ketiga,
Reducing Offensiveness (mengurangi serangan). Strategi umum ketiga adalah upaya untuk
"mengurangi tingkat perasaan sakit yang dialami oleh khalayak" (W. L Benoit, 1995).
Strategi ini memiliki enam subkategori, yakni bolstering (memperkuat), minimization
(minimalisasi), differentiation (membuat perbedaan), transcendence (transendensi), attacking
one’s accusers (menyerang penuduh), dan compensation (kompensasi). Keempat, corrective
action (tindakan perbaikan). Strategi ini dapat dilakukan dengan dua cara, tertuduh dapat
mencoba memulihkan situasi dengan melakukan tindakan tertentu, atau berjanji untuk
berperilaku berbeda di masa depan. Kelima, mortification (mengakui kesalahan). Istilah yang
dipopulerkan oleh Burke (1970) ini menjelaskan strategi terakhir dan merujuk pada ucapan
yang digunakan untuk menerima tanggung jawab atas tindakan ofensif/peristiwa yang terjadi,
meminta maaf, dan meminta pengampunan. Pernyataan penyesalan juga termasuk dalam
kategori ini.

Tabel Image Repair Dan Implementasi Di PT H.M. Sampoerna Pada Masa Pandemi
Covid-19

Komitmen dan Upaya Sampoerna Dalam Mencegah Menekankan atribut positif dengan
Penyebaran COVID-19 di Seluruh Area Kantor dan berkomitmen dan melakukan upaya
Fasilitas Produksi tertentu
PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) menempatkan Menekankan atribut positif dengan
keselamatan dan kesehatan karyawan sebagai mendahulukan kepentingan karyawan
prioritas utama
Memberikan dukungan kepada karyawan dan Sampoerna memberikan kompensasi
melakukan tanggung jawab sosial terhadap cuti dan tetap menerima gaji kepada
komunitas, antara lain dengan memberikan cuti dan karyawan yang menjadi korban
tetap menerima gaji seperti biasa bagi: Karyawan
yang terdampak; Karyawan yang perlu melakukan
karantina mandiri; dan Karyawan yang perlu
merawat anggota keluarga mereka yang terdampak.
Kami memutuskan untuk melakukan penghentian Mencoba memulihkan situasi dengan
sementara kegiatan produksi di pabrik Rungkut 2 memastikan kualitas produk tetap
sejak tanggal 27 April 2020 sampai dengan waktu terjaga dan telah melewati saran,
yang ditentukan kemudian. Penghentian sementara bahkan di atas saran dari European
ini bertujuan agar kami dapat melaksanakan

18
pembersihan dan sanitasi secara menyeluruh di area CDC dan WHO
pabrik Rungkut 2 guna menghentikan tingkat
penyebaran virus COVID-19 yang saat ini telah
berdampak pada beberapa karyawan kami di lokasi
tersebut.
Sejak Pemerintah melakukan upaya pencegahan Mengurangi tanggung jawab dengan
penyebaran COVID-19 di pertengahan bulan Maret menyatakan sejak Maret, yaitu dua
2020, Sampoerna juga telah melakukan berbagai bulan sebelum peristiwa karyawan
upaya dan menerapkan praktik protokol kesehatan positif COVID-19, Sampoerna sudah
secara ketat di seluruh area kantor dan fasilitas memiliki niat baik dalam menerapkan
produksi untuk melindungi karyawan kami protokol kesehatan
Table 1

19
KESIMPULAN

Terdapat empat bagian dala Model TQM. Bagian pertama, Foundation. Foundation
sendiri terdiri dari 3 elemen kunci, iatu ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan dalam
menjalankna hal hal yang dianggap baik, elemen kedua adalah integrity adalah kejujuran
moraltas nilai keadilan dan ketulusan. Dan elemen terakhir adalah trust yang merupakan
kepercayaan di antara krayawan dan phak yang terkait. Bagian Kedua adalah Bricks, bricks
sendiri terdiri atas training, teamworks dan leadershp. Training sangat penting bagi karyawan
untuk meningkatkan produktivitasnya dan teamwork, terdapat tiga tpe tim yaitu qualitiy
improvements team or excellence teams, problem solving teams dan natural work teams.
Bagian ketiga adalah binding mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruah
model dar TQM. Dan bagian terkahir adalah recognition, elemen ini seharusnya mampu
memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan karyawan individual.

PT HM Sampoerna sendiri telah menerapkan prinsip TQM yang berujuan unutk


meningkatkan mutu produk agar para konsumen merasa puas dengan produk yang mereka beli.
PT HM Sampoerna menerapkan tiga prinsip dalam mendukung pencapaian tujua perusahaan,
yaitu:

a) Memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi perokok dewasa
b) Memberikan kompensasi dan lingkungan kerja yang baik kepada karyawan dan
membina hubungan baik dengan mitra usaha.
c) Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas.

Manajemen isu adalah proses manajemen yang bertujuan membantu melndungi pasar,
megurangi risiko, menciptakan kesempatan serta mengelola image. Manajemen isu meliputi
serangkaian aktivitas yang berkesinambungan. Pada tahap awal, sebuah isu muncul
kepermukaan ketika sebuah organisais atau kelompok merasa berkepentingan terhadap suatu
masalah. Selanjutnya perusahan akan menganalisis isu, kegiatan ini bertujuan untuk
menentukan asal isu tersebut. Setelah menganalisis isu, perusahaan memilih trategi perubahan.
Tahap ke empat adalah pemrograman tindakan terhadap isu dan perusahaan harus memutuskan
kebjakan yang mendukung perubahan yang diingnkan dan langkah terakhir adalah peruhsaan
melakukan tahap evaluasi. Terdapat lima macam jenis pesan dalam perbaikan reputasi yaitu
penyangkalan, menghindari tanggun jawab, mengurangi serangan, melakukan tindakan

20
perbaikan dan mengakui kesalahan. Ada beberapa Image repair dan implementasi yang di
lakukan oleh PT HM Sampoerna pada masa pandemi, yiatu seperti PT Sampoerna memberikan
kompesnasi cuti dan karyawan yang menjadi korban tetap menerima gaji dan PT HM
Sampoerna mencoba memulihkan situasi dengan memasitkan kualtas produk tetap terjada dan
telah melewati saran.

21
DAFTAR PUSTAKA
Purba, H.H., Aristiara, N., & Muda, I. (2018). Implementation of Business Process
Improvement to Reduce Wastes: A Case Study in Grand Piano Assembly Process. Journal of
Scientific and Engineering Research, 5(5), 511-527.

Nusraningrum, D., Jaswati, J., & Thamrin, H. (2020). The Quality of IT Project Management:
The Business Process and The Go Project Lean Aplication. Manajemen Bisnis, 10(1), 10-23.

Haryono, A., & Rimawan, E. Improvement of Business Process Modeling in Small and
Medium Industries (Smis) to Sustain in Global Economic Competition. Operations
Excellence, 9(1), 34-43.

Hasmawati, F. (2018). Manajemen Dalam Komunikasi. Al-Idarah, 5(6), 76–86.

Prapti, M. S. (2012). Manajemen Resiko Proyek: Suatu Kajian Teoritis. Jati Undip - Jurnal Teknik
Industri Universitas Diponegoro, 2(2), 74–83. https://doi.org/10.12777/jati.2.2.74-83

http://winantyayu.blogspot.com/2016/11/tqm-total-quality-management.html

22
LINK PUBLIKASI

23

Anda mungkin juga menyukai