DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Ine Amelia 201010503217
Isna Amalia 201010504588
Laelul Syahhuda 191010502471
Loveita Lutsy 201010503223
Lucfi Nurhilahi 201010503863
Kelas : 06SMJP031 / Ruang : 619
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kemudahan dan
kelancaram dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengelola kualitas (TQM
dan SIX SIGMA)”. Makalah ini disusun guna memenuhi kelengkapan tugas mata
kuliah Manajemen Operasi.
Penyusun,
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Pengertian Manajemen Kualitas......................................................................................3
B. Pengertian Total Quality Management (TQM)................................................................4
C. Metode TQM...................................................................................................................4
D. Peran TQM dalam Organisasi Bisnis...............................................................................5
E. Penerapan TQM pada produk Barang..............................................................................6
F. Penopang dan kriteria TQM.............................................................................................7
G. Pengertian Six dan Sigma................................................................................................7
H. Metode Six Sigma...........................................................................................................8
I. Infrastruktur Six Sigma.....................................................................................................9
J. Benefit Pengunaan Metode Six Sigma...........................................................................13
K. Fokus Dan Ruang Lingkup TQM Dan Six Sigma.........................................................14
BAB III..................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai inovasi terus berkembang untuk memudahkan, membantu
berbagai pekerjaan, termasuk dalam pengembangan perusahaan. Mulai dari
penggunaan teknologi terbaru, penerapan sistem manajemen yang lebih efektif dan
sebagainya. Munculnya filosofi baru yang menghendaki perubahan perilaku pada
semua tingkat organisasi dan untuk menjaga pentingnya kepuasan konsumen, yang
dikenal dengan Toal Quality Management (TQM) yang dalam arti manajemen
mutu terpadu.
Secara umum TQM dan Six Sigma merupakan salah satu alat bantu dalam
mengimplementasikan ISO yang berfokus pada peningkatan kualitas produk dan
1
jasa yang dinikmati oleh konsumen. Manajemen kualitas digunakan sebagai suatu
cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continuous performance
improvement) pada setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kualitas?
2. Apa yang dimaksud dengan metode TQM?
3. Apa yang dimaksud dengan metode Six Sigma?
4. Apa itu Infrastruktur Six Sigma dan benefit Six sigma?
5. Jelaskan tentang konsep TQM dan Six Sigma?
C. Tujuan
1. Memahami tentang manajemen kualitas
2. Memahami metode TQM
3. Memahami metode Six Sigma
4. Mengetahui infrastruktur dan benefit metode Six Sigma
5. Memahami konsep TQM dan Six Sigma
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Pengertian Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management adalah suatu sistem manajemen kualitas yang
berfokus kualitas dengan melibatkan semua karyawan untuk melakukan
peningkatan atau perbaikan produk dan jasa yang berkesinambungan. TQM
merupakan pengembangan dari konsep Total Quality Control pada 1950 yang
menitikberatkan bahwa kualitas produk dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
jangkauan standar kualitas dari sektor hulu.
C. Metode TQM
Sejak awal diterapkan, Total Quality Management telah memiliki beberapa
metode yang banyak dipakai oleh perusahaan.
4
b) Metode Joseph M. Juran
Metode Joseph M. Juran memiliki tiga langkah dasar dalam mencapai kualitas
yang cocok atau sesuai dengan harapan konsumen untuk digunakan (fitness for
use), yaitu:
a. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan
yang dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang
mendesak.
b. Mengadakan program pelatihan secara luas.
c. Membantu komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang
lebih tinggi.
c) Metode Philip B. Crosby
Metode ini memiliki dalil-dalil manajemen kualitas yaitu:
a. Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan
b. Sistem kualitas adalah pencegahan
c. Kerusakan nol “zero effect” merupakan standar kinerja yang harus digunakan
d. Ukuran kualitas adalah price of nonconformance
5
1. Keterlibatan tingkat tinggi (dukungan penuh) dari manajer puncak.
2. Berikan program TQM waktu penuh dan berkelanjutan.
3. Alokasi dana dan penyediaan personal yang berkualitas.
4. Penempatan Koordinator (fasiliator) sebagai kebutuhan program TQM
5. Membandingkan dengan perusahaan lain yang telah menerapkan TQM
6. Merumuskan nilai, Visi dan Misi
7. Persiapkan diri secara mental untuk berbagai jenis rintangan
8. Merencanakan perpindahan dari program yang lama ke program-program
TQM
Berikut beberapa tujuan dari pengendalian kualitas produk Barang dalam TQM:
Mengantisipasi bentuk proses produksi sebuah produk yang tidak terkendali.
Penyempurnaan proses terjadinya produk yang tidak sesuai dengan keinginan dan
belum melalui pengujian, Melakukan pengecekan secara acak setelah produk jadi
diterima, yang siap dipasarkan.
Berusaha menghasilkan produk dengan kualitas terbaik dan produk berkualitas
tinggi.
Menekan keluarnya sumber daya keuangan dengan meminimalkan biaya produksi,
baik biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja.
6
F. Penopang dan kriteria TQM
Menurut Jenderal Bill Creech (Soewarsoe Hardjosoedarmo, 1996:14), ada 5
tiang penopang TQM :
a) Produk (barang dan jasa) adalah titik pusat bagi tujuan dan prestasi organisasi.
b) Kualitas dalam produk tidak mungkin terwujud tanpa kualiitas dalam proses.
c) Kualitas dalam proses tidak mungkin terjadi tanpa organisasi yang baik
d) Organisasi yang baik tidak ada manfaatnya tanpa kepemimpinan yang layak.
e) Komitmen dari bawah keatas (bottom-up) yang kuat merupakan tiang
penopang yang mendukung keempat tiang penopang tersebut diatas.
Agar tiap program TQM berhasil, setiap program TQM harus memenuhi
kriteria berikut :
1. TQM harus didasarkan pada orientasi mutu dan pola pikir mutu bagi semua
kegiatan, setiap saat, termasuk dalam setiap proses dan produk.
2. TQM harus berciri humanistik yang kuat dalam rangka menanmkan mutu
yang memperlakukan, melibatkan, dan mendorong karyawan.
3. TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
delegasi wewenang ke semua tingkat organisasi, sehingga partisipasi total
bukan slogan tetapi benar-benar realitas.
4. TQM harus diterapkan secara kholistik sehingga metode, teknik, dan piranti
TQM dilakukan disetiap bagian organisasi.
7
Dengan demikian six sigma bisa dijadikan sebagai alat ukur target kinerja sistem
industri tentang baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok dan
pelanggan.
Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka kinerja sistem industri akan
lebih baik. Six Sigma dianggap sebagai terobosan yang memungkinkan
perusahaan melakukan peningkatan dan sebagai pengendalian proses industri
yang berfokus pada pelanggannya, melalui penekanan pada kemampuan proses
(process capability).
Six Sigma banyak digunakan oleh berbagai perushaan untuk menghadapi
tantangan kualitas kelas dunia diseluruh aspek bisnis. Maka dapat disimpulkan,
six sigma berfokus pada peningkatan performa perusahaan dan menurunkan
kemungkinan kesalahan produk atau jasa.
8
b) DMADV
Metode DMADV digunakan untuk mendesain ulang proses manufaktur
produk baru. Metode ini sering digunakan untuk mengatasi kualitas produk atau
jasa yang tidak memuaskan pelanggan meski sudah dilakukan optimasi.
DMADV juga terdiri dari lima proses yaitu Define, Measure Analyze, Design
dan Verify.
Kedua metode Six Sigma ini merupakan pengembangan dari konsep siklus
PDCA W. Edwards Deming. Namun dalam aplikasinya, DMAIC digunakan
untuk memperbaiki proses bisnis yang sedang berjalan. Dan DMADV untuk
membuat produk baru atau mendesain ulang proses kinerja tanpa ada produk
yang cacat.
9
Hierarki dalam tim Six Sigma terdiri atas beberapa tingkatan berikut.
Champion: berperan melihat implementasi Six Sigma secara terintegrasi dalam
lingkup organisasi secara keseluruhan. Peran sebagai Champion biasanya
dilaksanakan oleh tim manajemen puncak seperti Dewan Direksi. Champion
berada dalam posisi untuk melakukan hal-hal berikut.
Mengenali permasalahan di lingkungan bisnis mereka.
Mengembangkan visi dan menetapkan guideline implementasi.
Menetapkan project peningkatan kinerja.
Menugaskan pimpinan project (project leader), anggota tim, dan
kontributor kunci untuk melaksanakan project peningkatan kinerja.
Menetapkan sumber daya untuk perencanaan, pengukuran, pelatihan
anggota tim.
Melakukan review pelaksanaan project dan mengevaluasi hasilnya.
Memimpin dan mengomunikasikan perubahan organisasi.
Berperan sebagai sponsor dan pembimbing anggota tim implementasi Six
Sigma dari hierarki di bawahnya
Memastikan serah terima proses dari tim implementasi Six Sigma kepada
pemilik proses setelah project selesai
Master Black Belt: merupakan konsultan ahli yang menguasai metodologi Six
Sigma. Master Black Belt bertanggung jawab terhadap konsistensi implementasi
Six Sigma dalam lingkup lintas divisi. Master Black Belt juga bertindak sebagai
mentor/coach untuk Black Belt dan Green Belt. Master Black Belt dipilih oleh
para Champion, dan diharapkan memiliki tanggung jawab sebagai berikut.
Memiliki kompetensi dalam berbagai metode peningkatan kinerja.
Memberikan panduan Team Leader dalam aktivitas proyect sehari-hari.
Melaksanakan analisis pengukuran secara detail.
Mendukung studi banding dan penugasan khusus terkait project Six
Sigma.
1
Black Belt: merupakan pimpinan tim yang mengelola eksekusi project Six Sigma.
Project-project Six Sigma yang dikelola Black Belt biasanya dikelola secara
fulltime, berjangka waktu 4-6 tahun dan memiliki dampak finansial tinggi bagi
perusahaan. Black Belt bekerja di bawah pengawasan Master Black Belt. Untuk
menjadi Black Belt, tidak wajib menjadi Green Belt terlebih dahulu. Tugas dari
Black Belt sebagai berikut.
Memandu pelaksanaan project Six Sigma hingga memberikan hasil.
Melakukan penyelerasan pelaksanaan project Six Sigma dengan
kebutuhan bisnis dan prioritas organisasi.
Menjalin komunikasi dan melakukan konsultasi dengan Champion dan
Master Black Belt.
Melakukan dokumentasi aktivitas dan upaya yang dilakukan tim
implementasi Six Sigma.
Memastikan serah terima proses dari tim implementasi Six Sigma kepada
pemilik proses setelah project dinyatakan selesai.
Green Belt: bertanggung jawab terhadap implementasi project Six Sigma di
departemen yang berada dalam lingkup wewenangnya. Project-project Six Sigma
yang dikelola Green Belt biasanya bersifat part-time dan memiliki jangka waktu 2
tahun. Green Belt memiliki tugas serupa dengan Black Belt, tetapi dengan lingkup
tanggung jawab yang lebih sempit dan bekerja di bawah pengawasan Black Belt.
Yellow Belt: mengimplementasikan project Six Sigma dalam lingkup pekerjaan
yang dikerjakan sehari-hari. Yellow Belt memahami prinsip-prinsip Six Sigma dan
berpartisipasi dalam aktivitas peningkatan mutu. Yellow Belt bisa terlibat dalam
project Six Sigma yang terkait lingkup pekerjaannya dan bersifat part-time.
Yellow Belt diharapkan memiliki atribut sebagai berikut.
Memiliki pengalaman dan keterampilan terkait proses yang dijadikan
topik project Six Sigma.
1
Merupakan perwakilan dari setiap pihak terkait proses dan organisasi.
Merupakan perwakilan dari proses atau fungsi yang kemungkinan
merupakan penyebab utama terjadinya permasalahan dalam proses.
Memiliki pengalaman dan keterampilan tentang pemahaman dan
implementasi metode DMAIC.
Hubungan antarhierarki dalam tim implementasi Six Sigma dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
1
Alat-alat pengukuran dan analisis.
Prinsip dasar dan keterampilan manajemen proses.
Kepemimpinan dan kerja sama tim.
Change management.
Selain mendapatkan tentang metode Six Sigma, anggota tim project Six
Sigma juga dimungkinkan mendapatkan pelatihan lain yang terkait dengan project
Six Sigma yang diimplementasikan.
1
K. Fokus Dan Ruang Lingkup TQM Dan Six Sigma
Salah satu perbedaan antara TQM dan Six Sigma adalah pada fokus dari
kedua metode ini. TQM fokus pada pada masing-masing sektor atau bidang
dalam meningkatkan kualitas produk atau jasa. Fokus utama TQM yaitu
mencapai kepuasan pelanggan.
Sementara Six Sigma sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas
dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara menyeluruh dalam upaya
menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu dan biaya produksi. Six
Sigma merupakan sistem yang lebih komprehensif karena memiliki strategi yang
fokus pada peningkatan kepuasan pelanggan. Six Sigma juga memiliki disiplin
ilmu karena mengikuti model formal yaitu DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improve, Control).
Di samping itu, terdapat beberapa kelemahan dalam penerapan TQM.
Seperti tidak terlalu memperhatikan isu bisnis lainnya karena lebih fokus pada
peningkatan kualitas. Kemudian implementasi TQM juga membangun
pemahaman bahwa masalah kualitas merupakan tanggung jawab departemen
quality control. Padahal masalah kualitas juga bisa bersumber dari departemen
lain.
Kelemahan TQM juga terdapat pada penekanan pada standar minimum
kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk. Beranjak
dari kelemahan tersebut Six Sigma disebut sebagai penyempurna dari sistem
TQM dengan menjadi solusi dari permasalahan atas. Dimana Six Sigma
menggunakan isu bisnis lainnya, biaya dan waktu sebagai bagian yang harus
diperbaiki dalam meningkatkan kualitas produk atau jasa. Six sigma juga
menggabungkan semua tujuan perusahaan dalam satu kesatuan. Sehingga tidak
berfokus pada kualitas, namun juga target perusahaan lainnya.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1
DAFTAR PUSTAKA
Nafisa, Figo. (2022, Agustus 23). Mengenal Perbedaan TQM Dan Six Sigma.
[ICICERT]. Diakses pada tanggal 23 April 2023, dari
https://icicert.com/mengenal-perbedaan-tqm-dan-six-sigma/
Sudarmanto, Eko., dkk. 2022. Total Quality Managemen cetakan pertama. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Tianto, Reza. Tanpa Tahun. Analisis TQM Dan Six Sigma Pada PT HM
Sampoerna. Tbk. Diakses pada tanggal 23 April 2023, dari
https://www.scribd.com/doc/314560487/Makalah-Analisis-TQM-Dan-Six-Sigma-
Pada#.