Anda di halaman 1dari 15

1

TUGAS OSPM
Hubungan Qualitas, Forecasting dalam meningkatkan Produktivitas

Disusun Oleh:

Wahyu Fajri Hidayat

55119120084

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MERCUBUANA

2020
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….. i

DAFTAR

ISI ……………………………………………………………………………………… ii

BAB I

PENDAHULUAN …………………….………………………………………………. 3

1.1 Latar Belakang ………………………..……………………………………. 3

1.2 Tujuan Penulisan ………………………………..………………………...... 4

BAB II

PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..5

2.1 Pengertian dan Penjelasan Kualitas ……………………..……..…….……. 5

2.2 Pengertian dan Penjelasan Forecasting …………………………………….. 7

2.3 Hubungan Quality, Forecasting Dalam Produktivitas ………….………..… 9

BAB III

PENUTUP …………………….………………………………………………………. 14

3.1 Kesimpulan …………………..……………………………….…………….. 14

DAFTAR PUSTAKA ………………………….………………………….…………… 15


3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mendiskusikan manajemen kualitas, forecasting dalam konteks produktivitas, maka


kualitas dapat berarti segala sesuatu yang melekat pada sebuah produk atau jasa yang mampu
memenuhi bahkan melampaui tuntutan dan harapan konsumen. Kemudian manajemen kualitas
dapat di katakan sebagai kegiatan merencanakan kualitas, mengorganisasi kualitas,
mengkoordinasi kualitas, mengendalikan dan mengevaluasi kualitas yang dilakukan oleh
setiap fungsi manajemen yang ada dalam organisasi untuk meningkatkan produktivitas
meningkatkan produktivitas disini tidak hanya pada satu kegiatan atau bagian tertentu saja,
salah satunya bisa menggunakan metode forecasting. Dari segi pengertian forecasting hampir
sama dengan perencanaan letak kesamaanya bisa dilihat dari fungsi yaitu sama sama
membutuhkan baik dalam hal pencapaian target, maupun tenaga kerja. Forecasting sangat erat
hubunganya dengan peramalan atau prediksi kondisi sebuah organisasi dimasa yang akan
mendatang. Sehingga mau tidak mau untuk dapat melihat prospek yang ada serta
mengoptimalkan kebijakan dalam menentukan tujuan.

Oleh karena itu, tidak kalah penting bagi sebuah manajemen organisasi untuk memprediksi
atau meramal kedepanya dengan cara menyusun rencana ( program produksi ), jadwal jangka
pendek, dan jadwal jangka panjang yang tujuanya untuk meningkatkan produktivitas serta
menjawab permintaan program diluar yang di rencanakan sebelumnya.
4

2.1 Rumusan Masalah

Melihat uraian singkat diatas dapat saya Tarik beberapa poin permasalahan yan perlu kita
rumuskan antara lain:

a. Apa pengertian dan penjelasan Kualitas?


b. Apa pengertian dan penjelasan forecasting?
c. Bagaimana hubungan qualitas, forecasting dalam meningkatkan produktivitas?

3.1 Tujuan Penulisan

Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas besar pada mata kuliah Operation Strategic
And Process Management, serta mempelajari, memahami, dan mengkaji lebih dalam lagi
tentang Kualitas, forecasting dengan hubunganya dengan peningkatan produktivitas.
5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kualitas


kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Dalam
mendefinisikan kualitas produk, ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total
Quality Management) yang saling berbeda pendapat, tetapi maksudnya sama. Di bawah ini
dikemukakan pengertian kualitas dari lima pakar TQM (Nasution, 2001: 15-16):
1. Menurut Juran (1993: 32) Kualitas adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for
use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan
pada lima ciri utama berikut:
a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
b. Psikologis, yaitu citra rasa atau status.
c. Waktu, yaitu kehandalan.
d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.
e. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur.
Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan
penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau 7 status konsumen yang memakainya, tidak
mudah rusak, adanya jaminan kualitas dan sesuai etika bila digunakan. Khusus untuk jasa
diperlukan pelayanan kepada pelanggan yang ramah, sopan serta jujur sehingga dapat
menyenangkan atau memuaskan pelanggan.
2. Menurut Crosby (1979: 58) Kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan
produk jadi.
3. Menurut Deming (1982: 176) Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
Apabila Juran mendefinisakan kualitas sebagai fitness for use dan Crosby sebagai conformance to
requirement, maka Deming mendefisinikan kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar
6

atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen
atas suatu produk yang akan dihasilkan.
4. Menurut Feigenbaum (1986: 7) Kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
customer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan
sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu
produk. 8 5. Menurut Garvin (1988) Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Selera atau harapan konsumen pada suatu produk
selalu berubah sehingga kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan
kualitas produk tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja,
perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat
memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang
diterima secara universal, namun dari ke lima definisi kualitas di atas terdapat beberapa persamaan,
yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:
1. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang)
(Nasution, 2001: 15).

2.1.1 Manajemen Kualitas

Manajemen Kualitas Pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality Management) atau


Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu
cara meningkatkan performansi secara terusmenerus (continuous performance improvement) pada
setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. ISO 8402 (Quality
Vocabulary) mendefinisikan Manajemen Kualitas sebagai semua aktifitas dari fungsi manajemen
secara keseluruhan yang menentukan kebijakansanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab,
serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality planning),
pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance), dan peningkatan
kualitas (quality improvement).
7

Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi
harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus
melibatkan semua anggota organisasi. Dari definisi tentang manajemen kualitas di atas, ISO 8402
(Quality Vocabulary) juga mengemukakan beberapa definisi tentang perencanaan kualitas (quality
planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance), dan
peningkatan kualitas (quality improvement), sebagai berikut (Gaspersz, 2001: 5-6):
1. Perencanaan kualitas (quality planning) adalah penetapan dan pengembangan
tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas.
2. Pengendalian kualitas (quality control) adalah teknik-teknik dan aktivitas
operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.
3. Jaminan kualitas (quality assurance) adalah semua tindakan terencana dan
sistematik yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna memberikan
kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas
tertentu
4. Peningkatan kualitas (quality improvement) adalah tindakan-tindakan yang
diambil guna meningkatkan nilai produk untuk pelanggan melalui peningkatan
efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi.

2.2 Pengertian Forcasting


Peramalan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan dalam memprediksi peristiwa dimasa
mendatang (Heizer dan Barry, 2015: 112). Menurut Rusdiana (2014: 95), peramalan adalah salah
satu kegiatan yang dianggap mampu dijadikan dasar dalam pembuatan strategi produksi
perusahaan. Fahmi (2014: 159) juga mengatakan bahwa peramalan merupakan suatu bentuk usaha
dengan menerapkan berbagai pendekatan baik kualitatif dan kuantitatif. dan dapat diukur dengan
Mean Absolute Percent Error (MAPE).
8

2.2.1 Jenis Forecasting


Menurut Heizer dan Render (2015: 115), perusahaan atau organisasi menggunakan 3 tipe
peramalan utama dalam merencanakan operasional untuk masa mendatang.
1. Peramalan ekonomi (economic forecast) menangani siklus bisnis dengan
memprediksikan tingkat inflasi, dan uang yang beredar, mulai pembangunan
perumahan, dan indikator perencanaan lainnya.
2. Peramalan teknologi (techonological forecast) berkaitan dengan tingkat
perkembangan teknologi dimana dapat menghasilkan terciptanya produk baru yang
lebih menarik, yang memerlukan perlengkapan yang baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah permintaan untuk produk atau
jasa dari perusahaan. Peramalan mendorong keputusan sehingga para manajer
memerlukan informasi dengan segera dan dan akurat mengenai permintaan yang
sesungguhnya.

2.2.2 Karateristik Peramalan yang Baik


Menurut Rusdiana (2014: 97), peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang
penting, yaitu: Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan hasil kebiasaan dan
kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan biasa apabila peramalan tersebut
terlalu tinggiatau rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil
peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalanperamalan relatif kecil. Biaya
yang diperlukan dalam membuat suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang
diramalkan. Lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor
pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi beberapa banyak datayang dibutuhkan. Bagaimana
pengolahan datanya (manual atau komputerisasi). Bagaimana penyimpanan datanya dan siapa
tenaga ahli yang diperbantukan. Kemudahan, Penggunaan metode peramalan yang sederhana,
mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
9

2.2.3 Faktor yang Diidentifikasikan Sebagai Teknik dan Metode Peramalan


Ada enam faktor utama yang diidentifikasikan sebagai teknik dan metode peramalan
(Rusdiana, 2014: 101).
a. Horizon waktu: Ada dua aspek dari horizon waktu yang berhubungan dengan masing-
masing metode peramalan. Pertama adalah cakupan waktu dimasa yang akan datang, dan
kedua adalah jumlah periode untuk peramalan yang diinginkan.
b. Pola data: Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa macam-macam
dari pola yang didapati didalam data yang diramalkan akan berkelanjutan.
c. Jenis dari Model-model merupakan suatu deret waktu dimana waktu digambarkan
sebagai unsur yang penting untuk menentukan perubahanperubahan dalam pola. Model-
model perlu diperhatikan karena masing-masing model mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam analisis keadaan untuk pengambilan keputusan.
d. Biaya: Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan dalam suatu
prosedur peramalan, yaitu biaya-biaya pengembangan, penyimpanan data, operasi
pelaksanaan, dan kesempatan dalam penggunaan teknikteknik lainnya.
e. Ketepatan metode peramalan: Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat kaitannya
dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan.
f. Kemudahan dalam penerapan: Metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah
diaplikasikan merupakan suatu prinsip umum bagi pengambilan keputusan.

2.3 Hubungan Kualitas, Forecasting Dalam Meningkatkan Produktivitas

2.3.1 Hubungan Kualitas dan Produktivitas

Pada dasarnya, Tujuan utama dari suatu perusahaan bisnis adalah untuk menghasilkan
keuntungan ataupun profit yang sebanyak-banyaknya. Untuk meningkatkan keuntungan atau
profit perusahaan, Ide ataupun usulan yang paling sederhana dan paling pertama muncul adalah
meningkatkan Produktivitas. Hal ini tidak selalunya tepat. Berikut ini contoh atau gambaran
mengapa meningkatkan Produktivitas bukan suatu pilihan yang tepat pada kondisi tertentu.
10

Perusahan “X” adalah sebuah perusahaan manufacturing elektronika yang memproduksi


DVD Player, setiap harinya perusahaan tersebut berhasil menghasilkan Output sebanyak 1000 unit
dengan rata-rata tingkat defective (cacat) adalah 5%. Untuk meningkatkan Profit, Manajemen
Perusahaan kemudian memutuskan untuk meningkatkan Produktivitas hingga 10%, artinya setiap
hari perusahaan harus menghasilkan 1100 unit. Keputusan meningkatkan Produktivitas dengan
menambahkan jumlah Output Produksi ini membuat karyawan perusahaannya tertekan (stress) dan
ketakutan. Tetapi karena merupakan Kebijakan dan Instruksi dari Manajemen, Karyawan
perusahaan tersebut tetap berusaha untuk memenuhinya. Akan tetapi, Tingkat Kerusakan /
Defective (Cacat) produk yang dihasilkan bertambah dari yang sebelumnya rata-rata 5% per hari
menjadi rata-rata 12% per hari. Artinya, setiap hari terdapat 132 unit yang cacat (rusak) dan Produk
baik yang siap dikirimkan ke Customer (Pelanggan) adalah hanya 968 unit saja. Jumlah tersebut
hanya sedikit lebih tinggi atau 18 unit lebih banyak dari kondisi sebelumnya (950 unit).
Peningkatan Produktivitas jika tidak diiringi dengan pengendalian proses dan peningkatan
kualitas, Tingkat kerusakan akan semakin tinggi sehingga hasilnya sering tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh manajemen perusahaan.

Di sisi yang lain, Peningkatan Kualitas akan selalu dapat menghasilkan peningkatan dalam
Produktivitas. Sebagai Contoh, Perusahaan “Y” memproduksi 1000 unit DVD Player per hari
dengan rata-rata tingkat defective (kerusakan) adalah 5%. Artinya rata-rata setiap hari terdapat 50
unit yang cacat dan 950 unit baik yang siap dikirimkan ke Customer. Manajemen Perusahaan
tersebut selalu berusaha untuk meningkatkan Kualitas. Menurut Pihak Manajemen Perusahaan
“Y”, tingkat defective (kerusakan) yang mencapai 5% ini merupakan suatu biaya yang perlu
dihindari. Apabila pengendalian proses dapat ditingkatkan, Jumlah unit yang baik akan bertambah
sehingga dapat meningkatkan Produktivitas yang akhirnya dapat menghasilkan keuntungan bagi
perusahaannya.

Untuk lebih jelas, Berikut ini perhitungan berdasarkan contoh diatas :


11

Perusahaan “X”

Sebelum permintaan untuk Setelah permintaan untuk menaikan


menaikan Produtivitas 10% Produktivitas 10%
Tingkat Defective (Cacat) 5% 12%
Jumlah yang diproduksi 1000 1100
Jumlah yang Defective 50 132
(Cacat)
Jumlah yang Baik (GOOD) 950 968

Perusahaan “Y”

Sebelum Meningkatkan Setelah Meningkatkan Kualitas


Kualitas
Tingkat Defective (Cacat) 5% 2%
Jumlah yang diproduksi 1000 1000
Jumlah yang Defective 50 20
(Cacat)
Jumlah yang Baik (GOOD) 950 980

Coba kita lihat perbedaan pada hasil dari Perusahaan “X” dan Perusahaan “Y”.
Perusahaan “Y” yang berusaha untuk mengendalikan proses untuk meningkatkan kualitas
Produksi berhasil meningkatkan Outputnya menjadi 980 unit sedangkan Perusahaan “X” yang
diperintahkan untuk menambahkan 10% Produktivitas malah menghasilkan Jumlah Output baik
yang lebih rendah daripada Perusahaan “Y” yang meningkatkan Kualitasnya.

Contoh diatas hanya sebagai gambaran bagaimana Peningkatan Kualitas dapat mempengaruhi
Peningkatan Produktivitas dalam Kegiatan Produksi.
12

Manajemen Perusahaan harus mampu menemukan cara untuk menyeimbangkan


peningkatan Kualitas dan Produktivitas. Terlalu menekankan peningkatan Produktivitas akan
mengorbankan Kualitas yang mungkin pada akhirnya juga akan menurunkan Output Produksi.
Sedangkan terlalu menekankan peningkatan Kualitas dengan mengorbankan Produktivitas juga
akan menimbulkan Biaya Operasional yang tinggi. Oleh karena itu, Peningkatan Kualitas dan
Produktivitas harus dilakukan secara bersamaan tanpa mengorbankan salah satunya.

Dengan meningkatkan Kualitas dan Produktivitas secara bersamaan, perusahaan akan


menikmati keuntungan seperti Harga Pokok Produksi yang lebih rendah, Mengurangi biaya
pekerjaan ulang (rework cost), meningkatkan kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) dan
tentunya meraih Profit (Laba) yang lebih besar.

2.3.2. Hubungan Kualitas dan forecasting

Secara khusus akan meningkatkan produktivitas perusahaan, langkahnya adalah dengan


adanya peran masing masing divisi.

• Meningkatkan Hubungan Antar Divisi


Dalam suatu organisasi, ada beberapa jenis keputusan untuk meningkatkan hubungan antar
divisi, yaitu:
1. Keputusan yang menjadi hak prerogratif salah satu divisi, dalam hal ini tanpa
campur tangan divisi lain
2. Keputusan bersama, maka jelaslah keberhasilan ini di lakukan oleh semua divisi
• Tahapan Hubungan Qualitas Dengan Forecasting

Hubungan ini pada umumnya dapat digolongkan dalam beberapa tahap perencanaan, yaitu:

1. Kualitas Produk

Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi
pangsa pasar dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
13

2. Biaya Produk

Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut
biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang
dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.

3. Waktu Pengembangan Produk

Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi,

menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada


akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian
ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan.

4. Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari
investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.

5. Kapabilitas Pengembangan.

Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan


untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan
datang.
14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hubungan antara Kualitas dan forecasting merupakan merupakan komponen khusus yang
mempengaruhi sebuah Produktivitas dalam produksi

Secara umum kualitas pekerjaan untuk membuat produk atau jasa yang mampu memenuhi
bahkan melampaui tuntutan dan harapan konsumen

Sedangkan forecasting pekerjaan memperkiraakan kejadian dimasa depan menggunakan


data masa lalu
15

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/24022/3/05._BAB_II.pdf

file:///C:/Users/Lenovo%20Notebook/Downloads/930-Research%20Results-3657-1-10-
20181126%20(4).pdf

https://www.academia.edu/32065149/HUBUNGAN_KARYAWAN_9.docx

https://ipqi.org/hubungan-antara-kualitas-dan-produktivitas-dalam-produksi/

Anda mungkin juga menyukai