Anda di halaman 1dari 22

176

PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BANK SYARIAH

Suhaimi
STIT Manna Bengkulu Selatan
Email: suhaimi@gmail.com

Asnaini
FEBI IAIN Bengkulu
Email : asnaasnaini@gmail.com

Abstract: Financing is a process from the analysis of the feasibility of financing to the realization. Realization of
financing is not the last stage of the financing process. After the financing realization, sharia banks
need to conduct monitoring and supervision of financing, because in term of financing is not impossible
to occur problematic financing due to several reasons. Islamic banks should be able to analyze the
causes of problem financing so that it can make an effort to reinvent the quality of the financing.
Keywords: Troubled Financing, Criteria, Merchandising, and Settlement

Abstrak: Pembiayaan adalah suatu proses mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya.
Realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan,
bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan, karena dalam jangka waktu
pembiayaan tidak mustahil terjadi pembiayaan bermasalah dikarenakan beberapa alasan. Bank
syariah harus mampu menganalisis penyebab pembiayaan bermasalah sehingga dapat melakukan
upaya untuk melancarkan kembali kualitas pembiayaan tersebut.
Kata kunci: Pembiayaan Bermasalah, Kriteria, Penyelematan, dan Penyelesaian

A. PENDAHULUAN dalam melakukan kegiatan usahanya


Pembiayaan atau financing adalah berasaskan prinsip syariah, demokrasi
pendanaan yang diberikan oleh suatu ekonomi, dan prinsip kehatihatian.”2
pihak kepada pihak lain untuk Penerapan prinsip kehatihatian
mendukung investasi yang telah dijabarkan dalam bentuk rambu-rambu
3
direncanakan, baik dilakukan sendiri kesehatan bank. Undang-Undang
maupun lembaga. Jadi, pembiayaan Perbankan Syariah, pasal 23 (1) mengatur
adalah pendanaan yang dikeluarkan bahwa “Bank syariah dan/atau UUS
untuk mendukung investasi yang telah harus mempunyai keyakinan atas
direncanakan.1 kemauan dan kemampuan calon nasabah
Dalam pelaksanaannya, sebagian
2
besar asset dari bank syariah adalah Prinsip kehatihatian adalah pengendalian
risiko melalui penerapan peraturan perundang-
pembiayaan. Karena itu pembiayaan undangan dan ketentuan yang berlaku secara
konsisten.Yahman dan Trisadini Prasastinah Usanti
harus dijaga kualitasnya. Dalam Undang- dan Prasastinah Usanti, Bunga Rampai Hukum Aktual
Dalam Perspektif Hukum Bisnis Kontraktual
undang Perbankan Syariah Pasal 2
Berimplikasi Pidana dan Perdata (Surabaya: Mitra
disebutkan bahwa “perbankan syariah Mandiri, 2011), h. 136.
3
Pada penjelasan Pasal 2 Undang-Undang
Perbankan Syariah yang dimaksud dengan prinsip
kehatihatian adalah pedoman pengelolaan Bank yang
1
Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang
Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. sehat, kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan
17. peraturan perundang-undangan.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 177
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

penerima fasilitas untuk melunasi seluruh menhindari terjadinya pembiayaan


kewajiban pada waktunya, sebelum Bank bermasalah/ kegagalan dalam
Syariah dan/ atau UUS menyalurkan dana pembiayaan.
kepada nasabah penerima fasilitas”. Jika hal itu terjadi, maka sumber
Untuk mendapatkan keyakinan maka pelunasan pembiayaan adalah dari usaha
bank syariah wajib melakukan penilaian nasabah yang menghasilkan pendapatan
yang seksama terhadap kemampuan, (revenue) yang disebut first way out dan
modal, agunan, dan prospek usaha dari second way out berupa agunan
calon nasabah penerima fasilitas (collateral). Dalam pembiayaan
(character, capacity, capital, collateral, bermasalah, bank berhak menjual benda
condition).” Pada Pasal 36 juga diatur agunan yang dibebani dengan hak
bahwa “Dalam memberikan pembiayaan jaminan dan mengambil hasil penjualan
dan melakukan kegiatan usaha lainnya, atas benda tersebut sebagai sumber
Bank Syariah dan UUS wajib menempuh pelunasan pembiayaan. Jaminan
cara-cara yang tidak merugikan Bank merupakan hal penting untuk
Syariah dan UUS dan kepentingan diperhitungkan bagi bank karena jaminan
nasabah yang mempercayakan dananya”. merupakan sumber pelunasan bilamana
Aturan ini berimplikasi pada bank syariah nasabah mengalami kegagalan
dalam memberikan pembiayaan wajib pembiayaan Syariah.
mempunyai keyakinan atas kemauan dan B. PEMBIAYAAN BERMASALAH
kemampuan dari nasabah penerima Secara umum pengertian
fasilitas. pembiayaan bermasalah adalah
Prinsip kehatihatian bertujuan agar pembiayaan yang diakibatkan oleh
bank-bank selalu dalam keadaan sehat, nasabah yang tdak menempati jadwal
selalu dalam keadaan likuid, solvent dan pembayaran angsuran dan tidak
menguntungkan (profitable). Dengan memenuhi persyaratan yang tertuang
diberlakukannya prinsip kehatihatian ini dalam akad. Mahmoeddin
diharapkan kadar kepercayaan mengemukakan pengertian pembiayaan
masyarakat terhadap perbakan selalu bermasalah lebih spesifik lagi, yaitu
tinggi sehingga masyarakat bersedia dan pembiayaan yang kurang lancar, dimana
tidak ragu-ragu menyimpan dananya di nasabahnya tidak memenuhi persyaratan
bank.4 Dengan kata lain dalam yang telah dituangkan dalam akad,
pembiayaan bank syariah sebisa mungkin pembiayaan yang tidak menempati
jadwal angsuran, sehingga terjadinya
4
Sutan Remy Sjadeini, Kapita Selecta
Hukum Perbankan Jilid I, t.tp: t.th, h. 53 penunggakan. Pembiayaan bermasalah
AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 178
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

adalah pembiayaan yang tidak pembayaran dinilai berdasarkan aspek


menempati janji pembayaran, sehingga prospek usaha, kinerja nasabah dan
memerlukan tindakan hukum untuk kemampuan membayar. Penetapan
menagihnya, kemudian Mahmoedin juga kualitas tersebut dilakukan dengan
menyimpulkan bahwa pembiayaan mempertimbangkan materialitas dan
bermasalah adalah pembiayaan yang signifikansi dari faktor penilaian
berpotensi untuk merugikan bank komponen serta relevansinya dari faktor
sehingga berpengaruh terhadap kesehatan penilaian terhadap karakteristik
bank itu sendiri.5 penetapan pembayaran angsuran nasabah
Ada 5 (lima) jenis kualitas tersebut. Pembiayaan bermasalah
pembiayaan pada perbankan yaitu: cenderung lebih lebih berisiko terjadi
lancar, dalam perhatian khusus, kurang pada produk-produk dengan persentase
lancar, diragukan dan macet. Pembiayaan alokasi dana yang tinggi seperti
bermasalah adalah kualitas pembiayaan pembiayaan murabahah.
yang mulai masuk golongan dalam Secara spesifik, risiko yang terjadi
perhatian khusus sampai golongan Macet. pada pembiayaan murabahah di
Bank syariah wajib untuk antaranya terkait dengan barang yang
menggolongkan kualitas aktiva produktif timbul karena kehilangan atau kerusakan
sesuai dengan kriterianya dan dinilai dari waktu pembelian sampai waktu
secara bulanan. Jika tidak dilakukan pengiriman. Kemudian risiko yang terkait
maka akan dikenakan sanksi dengan penolakan atau pembatalan
administratif.6 pembelian barang oleh nasabah.
Kualitas pembiayaan pada Selanjutnya riksiko yang terkait dengan
hakikatnya didasarkan atas risiko pembayarannya yang terjadi apabila
terhadap kepatuhan nasabah dalam nasabah tidak membayar penuh atau
memenuhi kewajibannya. Hal ini sebagian dari uang muka, sebagaimana
sebagaimana mengacu pada ketentuan yang telah direncanakan dalam kontrak
PBI No.9/9/PBI/2007 dan PBI pembiayaan.
No.10/24/PBI/2008 tentang penetapan Selanjutnya, menurut Ismail risiko
kualitas pembayaran, yang mana kualitas pembiayaan yang terjadi dari peminjam
adalah tertunda atau ketidakmampuan
5
Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati,
“Analisis Solutif Penyelesaian Pembiayaan peminjam memenuhi ketentuan-
Bermasalah di Bank Syariah: Kajian Pada Produk
Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Banda ketentuan dalam akad sehingga dana
Aceh” Iqtishadia, Vol. 10, No.1, 2017, h. 76 yang disalurkann tidak sepenuhnya
6
Lihat: Pasal 56 Undang-Undang Perbankan
Syariah.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 179
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

kembali. Kondisi ini menimbulkan i. Terjadinya erosi mental: kondisi ini


permasalahan berantai dalam pelaksanaan dipengaruhi timbal balik antara
operasional bank, mulai dari tidak nasabah dengan pejabat bank
terealisasinya target penyaluran dana sehingga mengakibatkan proses
sampai dengan pendapatan laba yang pemberian pembiayaan tidak
lebih kecil. Akibatnya bank mengalami didasarkan pada praktek perbankan
defisit dan berefek kepada nasabah yang yang sehat.
menginvestasikan modalnya.7 2. Faktor Ekstern
Ada beberapa faktor penyebab a. Karakter nasabah tidak amanah
pembiayaan bermasalah :8 (tidak jujur dalam memberikan
1. Faktor Intern (Berasal dari pihak bank) informasi dan laporan tentang
a. Kurang baiknya pemahaman atas kegiatannya);
bisnis nasabah; b. Melakukan sidestreaming
b. Kurang dilakukan evaluasi penggunaan dana;
keuangan nasabah; c. Kemampuan pengelolaan nasabah
c. Kesalahan setting fasilitas tidak memadai sehingga kalah
pembiayaan (berpeluang dalam persaingan usaha;
melakukan sidestreaming);9 d. Usaha yang dijalankan relatif baru;
d. Perhitungan modal kerja tidak e. Bidang usaha nasabah telah jenuh;
didasarkan kepada bisnis usaha f. Tidak mampu menanggulangi
nasabah; masalah/ kurang menguasai bisnis;
e. Proyeksi penjualan terlalu optimis; g. Meninggalnya key person;
f. Proyeksi penjualan tidak h. Perselisihan sesama direksi;
memperhitungkan kebiasaan bisnis i. Terjadi bencana alam;
dan kurang memperhitungkan j. Adanya kebijakan pemerintah:
aspek kompetitor; peraturan suatu produk atau sektor
g. Aspek jaminan tidak ekonomi atau industri dapat
diperhitungkan aspek marketabel; berdampak positif maupun negatif
h. Lemahnya supervisi dan bagi perusahaan yang berkaitan
monitoring; dengan industri tersebut.
Sedangkan faktor fiktif merupakan
7
Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati,
“Analisis Solutif...., h. 77-78
faktor- faktor yang diakibatkan oleh
8
Trisadini Prasastinah Usanti dan adanya manipulasi terhadap permohonan
Prasastinah Usanti, Bunga Rampai Hukum..., h.33-35.
9
Dana digunakan oleh nasabah tidak sesuai pembiayaan dan jaminan, baik yang
dengan peruntukkan pembiayaan yang telah
disepakati dalam perjanjian. dilakukan oleh nasabah maupun bank.
AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 180
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

Bentuk-bentuk manipulasi yang pernah dirubah namanya untuk keperluan


terjadi adalah sebagai berikut:10 pengajuan pembiayaan saja tanpa
1. Fiktif Pembiayaan proses jual beli yang sebenarnya.
Fiktif pembiayaan adalah Ketika terjadi pembiayaan
penipuan yang sengaja dilakukan oleh bermasalah, pihak bank kesulitan
nasabah dalam mengambil untuk mengeksekusi agunan
pembiayaan. Hal sepertinya terjadi tersebut.
ketika nasabah mengajukan b. Fiktif jaminan yang bisa
permohonan pembiayaan, tetapi disebabkan oleh faktor internal
peruntukannya bagi orang lain. bank. Kasus ini dipicu ketika ada
Secara prinsip, pemanfaatan dana nasabah yang tidak layak untuk
tersebut harus dilakukan oleh nasabah mendapatkan pembiayaan
yang mengajukan pembiayaan, tetapi menghubungi oknum tertentu
fakta di lapangan tidak demikian. Di dalam internal bank. Mereka
sinilah awal mulanya terjadi membuat deal agar pengajuan
pembiayaan fiktif sehingga tersebut dapat diterima dan oknum
memunculkan masalah penagihan tersebut akan mendapatkan besaran
ketika terjadi penunggakan tertentu dari pembiayaan tersebut.
pembayaran. Hal ini terjadi karena tidak semua
2. Faktor Fiktif Terhadap Jaminan karyawan yang bekerja pada bank
Yaitu penipuan terhadap tersebut mempunyai dedikasi dan
jaminan yang disyaratkan dalam akad loyalitas yang tinggi terhadap
yang dilakukan baik oleh nasabah perusahaannya. Selain itu, tidak
maupun bank. semua karyawan mengetaui dan
a. Fiktif jaminan terjadi ketika sepenuhnya memahami serta
nasabah mengajukan pembiayaan menguasai kode etik dan SOP
dengan melampirkan jaminan atau perbankan syariah.
sertifikat milik orang lain yang Pembiayaan bermasalah biasanya
dirubah menjadi atas nama nasabah muncul secara bertahap dengan didahului
tersebut. Berdasarkan fakta di oleh beberapa gejala (reg flags). Menurut
lapangan, sertifikat yang Mahmoedin gejala-gejala tersebut
dilampirkan biasanya milik salah berupa:
satu anggota keluarganya yang

10
Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati,
“Analisis Solutif...., h. 86-87

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 181
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

1. Perilaku Rekening (Account Attitudes) terlambat, laporan keuangan tidak


Perilaku rekening nasabah dapat diaudit, persentase laba terhadap
memberikan indikasi tentang gejala aktiva menurun, laporan keuangan
awal munculnya masalah, misalnya direkayasa, harga penjualan terlalu
saldo rekening sering mengalami rendah dan berda di bawah titik impas.
overdraf, saldo giro rata-rata menurun, 3. Perilaku Kegiatan Bsnis (Business
terjadi penurunan saldo secara drastis, Activities Attitudes)
pembayaran pokok angsuran Dalam kategori ini, gejala
tersendat-sendat, jadwal pencairan pembiayaan bermasalah ditandai
dana pembiayaan tidak sesuai dengan bermasalah ditandai dengan penurunan
akad pembiayaan, sering mengajukan supply barang, hubungan dengan
permintaan penundaan atau pelanggan memburuk, harga jual
perpanjangan pembayaran, terlampau rendah, kehilangan hak
penyimpangan penggunaan sebagai distributor, kehilangan
pembiayaan, mengajukan penambahan pelanggan utama, mulai terlibat
pembiayaan dan mengajukan spekulasi bisnis, hubungan dengan
penjadwalan ulang pembiayaan. bank semakin renggang, enggan
2. Perilaku Laporan Keuangan (Fiancial dikunjungi, keterlibatan dengan usaha
Statement Attitudes) lain, ada informasi negatif dari pihak
Berdasarkan perilaku laporan lain, ada klaim dari pihak ketiga, ada
keuangan, gejala pembiayaan pemogokan buruh, nilai agunan
bermasalah dapat berupa penurunan menurun, nasabah alih usaha pokok,
likuiditas, penurunan perputaran mencari pinjaman baru.
modal pembiayaan, peningkatan 4. Perilaku Nasabah (Customer Attitudes)
piutang, penurunan perputaran modal Gejala pembiayaan bermasalah yang
pembiayaan, peningkatan piutang, muncul dalam kategori diantaranya:
penurunan perputaran persediaan, kesehatan nasabah memburuk, terjadi
penurunan rasio aktiva lancar terhadap sengketa rumah tangga, telepon dari
aktiva total, penurunan aktiva tetap, bank sering tidak dijawab, nasabah
penjualan meningkat namun laba mempunyai kegiatan tertentu dan lain-
menurun, debt equity ratio meningkat, lain.11
utang jangka panjang meningkat C. PENYELAMATAN PEMBIAYAAN
tajam, muncul hutang dari bank lain, BERMASALAH
rasio keuntungan terhadap aset 11
Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati,
penurunan, laporan keuangan sering “Analisis Solutif..., h. 78-79
AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 182
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

Idealnya, pembiayaan yang telah Setiap terjadi pembiayaan


diberikan oleh bank syariah bisa berjalan bermasalah maka bank syariah akan
dengan lancar. Nasabah mematuhi apa berupaya untuk menyelamatkan
yang telah disepakati dalam akad. Akan pembiayaan. Berdasarkan Peraturan Bank
tetapi, dalam pelaksanaannya, bisa Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 Tentang
nasabah mengalami kesulitan dalam perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
pembayaran yang berakibat pada tidak Nomor 10/PBI/2008 Tentang
atau kurang lancarnya pembiayaan, yang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank
bisa berujung pada kerugian bagi pihak Syariah dan Unit Usaha Syariah.
bank syariah dan tidak menutup Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya
kemungkinan kerugian pada pihak yang dilakukan bank untuk membantu
nasabah. Jika terjadi pembiayaan nasabah agar dapat menyelesaikan
bermasalah, maka bank syariah akan kewajibannya, antara lain melalui:
melakukan upaya untuk menangani 1. Penjadwalan kembali (rescheduling),
pembiayaan bermasalah tersebut. yaitu perubahan jadwal pembayaran
Pengelolaan Bank yang optimal kewajiban nasabah atau jangka
dalam aktivitas Pembiayaan dapat waktunya;13
meminimalisasi potensi kerugian yang 2. Persyaratan kembali (reconditioning),
akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara yaitu perubahan sebagian atau seluruh
lain dilakukan melalui Restrukturisasi persyaratan Pembiayaan tanpa
Pembiayaan. Pelaksanaan Restrukturisasi menambah sisa pokok kewajiban
Pembiayaan pada Bank, harus tetap nasabah yang harus dibayarkan kepada
memenuhi prinsip syariah disamping Bank, antara lain meliputi:
mengacu kepada prinsip kehatihatian a. perubahan jadwal pembayaran;
yang bersifat universal yang berlaku pada b. perubahan jumlah angsuran;
industri perbankan. Selain itu, aspek c. perubahan jangka waktu;
kebutuhan dan kesesuaian dengan d. Perubahan nisbah dalam
perkembangan industri perbankan syariah pembiayaan mudharabah atau
menjadi pertimbangan dalam musyarakah;
penyempurnaan ketentuan mengenai
Restrukturisasi Pembiayaan di Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah.12

Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank


12
Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Syariah dan Unit Usaha Syariah
13
Nomor 13/9/PBI/2011 Tentang perubahan atas Berdasarkan SEBI No.13/18/DPbS tanggal
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/PBI/2008 30 Mei 2011

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 183
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

e. Perubahan proyeksi bagi hasil obyek murabahah atau istishna’, maka


dalam pembiayaan mudharabah diakui sebagai berikut:14
atau musyarakah; 1. apabila nilai wajar lebih kecil daripada
f. Pemberian potongan. jumlah kewajiban nasabah, maka sisa
3. Penataan kembali (restructuring), kewajiban nasabah tersebut tetap
yaitu perubahan persyaratan menjadi hak BUS atau UUS, yang
Pembiayaan yang antara lain meliputi: penyelesaiannya disepakati antara
a. Penambahan dana fasilitas BUS atau UUS dan nasabah;
pembiayaan bank; 2. apabila nilai wajar lebih besar
b. Konversi akad pembiayaan; daripada jumlah kewajiban nasabah,
c. Konversi pembiayaan menjadi surat maka selisih nilai tersebut diakui
berharga syariah berjangka waktu sebagai uang muka ijarah muntahiya
menengah; dan/atau; bittamlik atau menambah porsi modal
d. Konversi pembiayaan menjadi nasabah untuk musyarakah atau
penyertaan modal sementara pada mengurangi modal mudharabah dari
perusahaan nasabah, yang dapat BUS atau UUS.
disertai dengan rescheduling atau Bank hanya dapat melakukan
reconditioning. restrukturisasi pembiayaan terhadap
Berdasarkan SEBI No.13/18/DPbS nasabah yang memenuhi kriteria
tanggal 30 Mei 2011 Tentang Perubahan sebagai berikut :
atas SEBI Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 a. Nasabah mengalami penurunan
Oktober 2008 Tentang Restrukturisasi kemampuan pembayaran; dan
Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit b. Nasabah memiliki prospek usaha
Usaha Syariah bahwa Bank Uumum yang baik dan mampu memenuhi
Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah kewajiban setelah restrukturisasi.
(UUS) akan menghentikan akad Sedangkan restrukturisasi untuk
Pembiayaan dalam bentuk piutang Pembiayaan konsumtif hanya dapat
murabahah atau piutang istishna’ dengan dilakukan untuk nasabah yang
memperhitungkan nilai wajar obyek memenuhi kriteria sebagai berikut:
murabahah atau istishna’. Dalam hal a. nasabah mengalami penurunan
terdapat perbedaan antara jumlah kemampuan pembayaran; dan
kewajiban nasabah dengan nilai wajar
14
SEBI No. 13/18/DPbS tanggal 30 Mei
2011 Tentang Perubahan atas SEBI Nomor
10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 Tentang
Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah
AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 184
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

b. terdapat sumber pembayaran Kedua, al-Quran surat al-Baqarah


angsuran yang jelas dari nasabah ayat 280:
dan mampu memenuhi kewajiban
setelah restrukturisasi.
Berdasarkan uraian di atas, jelas
bahwa restrukturisasi pembiayaan wajib “Dan jika (orang berutang itu) dalam
didukung dengan analisis dan bukti-bukti kesulitan, maka berilah tenggang wak-
tu sampai dia memperoleh
yang memadai. Hal ini akan dapat kelapangan. Dan jika kamu
terlaksana jika semua bukti menyedekahkan, itu le-bih baik
bagimu, jika kamu mengetahui”
didokumentasikan dengan baik.
Penyelamatan pembiayaan bermasalah Ketiga, al-Quran surat al-Baqarah
dengan restrukturisasi dilakukan apabila ayat 286:
nasabah masih mempunyai i’tikad baik
dalam upaya penyelamatan pembiayaan
bermasalah tersebut. Jika tidak, maka
bank syariah akan melakukan upaya
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Dalam analisis syariah, dasar yang
dapat mendukung upaya restrukturisasi “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan
pembiayaan bermasalah adalah:
kesanggupannya. Dia mendapat
Pertama, al-Quran surat al- (pahala) dari (kebajikan) yang
dikerjakannya dan dia mendapat
Baqarah ayat 276:
(siksa) dari (kejahatan) yang
diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami me-
lakukan kesalahan. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebani kami
”Allah memusnahkan riba dan
dengan beban yang berat
menyuburkan sedekah dan Allah tidak
sebagaimana Engkau bebankan
menyukai setiap orang yang tetap
kepada orang-orang sebelum kami. Ya
dalam kekafiran dan selalu berbuat
Tuhan kami, janganlah Engkau
dosa”.
pikulkan kepada kami apa yang tidak
“Memusnahkan riba” yaitu sanggup kami memikulnya.
memusnahkan harta itu atau meniadakan Maafkanlah kami, ampunilah kami,
dan rahmatilah kami. Engkaulah
berkahnya. “Menyuburkan sedekah” pelindung kami, maka tolonglah kami
yaitu memperkembangkan harta yang menghadapi orang-orang kafir.”
telah dikeluarkan sedekahnya atau Berdasarkan ayat di atas, Syariah
melipatgandakan berkahnya. Islam menekankan pentingnya sedekah

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 185
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

dan perlunya toleransi terhadap nasabah berdasarkan evaluasi ulang


yang sedang mengalami kesulitan (dalam pembiayaan, prospek usaha nasabah
arti sebenar-benarnya) membayar tidak ada, dan atau nasabah tidak
kembali kewajibannya. kooperatif untuk menyelesaikan
Rasulullah SAW yang diriwayatkan pembiayaan atau upaya penyelamatan
dari Muslim bersabda: dengan upaya restrukturisasi tidak
”Orang yang melepaskan seorang membawa hasil melancarkan kembali
muslim dari kesulitannya di dunia,
pembiayaan tersebut.
Allah akan lepaskan kesulitannya di
hari kiamat dan Allah senantiasa Jika hal tersebut terjadi, maka
menolong hamba-Nya selama ia
upaya selanjutnya adalah penyelesaian
(suka) menolong saudaranya.”
pembiayaan bermasalah dengan cara
D. PENYELESAIAN PEMBIAYAAN
eksekusi jaminan. Eksekusi jaminan
BERMASALAH
disesuaikan dengan lembaga jaminan
Pada tahapan penyelesaian
yang membebani benda jaminan
pembiayaan bermasalah, kebijakan yang
tersebut, rahn (gadai syariah), jaminan
dilakukan terhadap pembiayaan
hipotik, jaminan hak tanggungan, dan
bermasalah adalah sebagai berikut:
jaminan fidusia. Pada jaminan hipotik,
1. Penyelesaian Melalui On The Spot
eksekusi agunan diatur pada Pasal
(OTS)
Kebijakan ini dilakukan dengan 1178 BW. Pada jaminan hak
cara turun ke lapangan untuk melihat tanggungan diatur berdasarkan Pasal
langsung jaminan dan prospek usaha 20 Undang-Undang No. 4 Tahun
nasabah. Tujuannya adalah untuk 1996, bilamana debitur cidera janji ada
melihat jika jaminan tersebut bisa 3 alternatif yang dapat dilakukan oleh
terback-up dengan sisa pembayaran bank yaitu:
angsuran. Selanjutnya adalah melihat a. Berdasarkan hak pemegang, hak
prospek usaha dan keadaan ekonomi tanggungan pertama untuk menjual
nasabah untuk menentukan apakah obyek hak tanggungan
bisa menutupi sisa angsurannya.15 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6, atau
2. Penyelesaian Melalui Eksekusi b. Berdasarkan titel eksekutorial yang
Jaminan
terdapat dalam sertifikat hak
Penyelesaian melalui jaminan
tanggungan sebagaimana pada
dilakukan oleh bank syariah bilamana
Pasal 14 (2).

15
obyek hak tanggungan dijual
Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati,
“Analisis Solutif..., h. 87-88 melalui pelelangan umum menurut
AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 186
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

tatacara yang ditentukan dalam Dalam hal harga pembelian


peraturan perundang-undangan untuk agunan melebihi jumlah kewajiban
pelunasan piutang pemegang hak nasabah kepada bank syariah dan
tanggungan dengan hak mendahulukan UUS, selisih kelebihan jumlah tersebut
para kreditur-kreditur. Selain itu atas harus dikembalikan kepada nasabah
kesepakatan penjualan obyek jaminan setelah dikurangi dengan biaya lelang
dapat dilaksanakan di bawah tangan, dan biaya lain yang terkait langsung
jika dengan cara demikian akan dapat dengan proses pembelian agunan.
diperoleh harga tertinggi. Berkaitan dengan hal ini, yang
Pada jaminan fidusia menjadi landasan dalam ketentuan
berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang syariah Islam dapat difahami dalam
Nomor 42 Tahun 1999 apabila debitur surat al-Baqarah ayat 283:
wanprestasi maka obyek jaminan
dapat dieksekusi dengan cara :
a. pelaksanaan titel eksekutorial;
b. penjualan benda yang menjadi
obyek jaminan fidusia atas
kekuasaan penerima fidusia sendiri ”Dan jika kamu dalam perjalanan
sedang kamu tidak mendapatkan
melalui pelelangan umum; seorang penulis, maka hendaklah
c. penjualan di bawah tangan ada barang jaminan yang
dipegang. Tetapi, jika sebagian
berdasarkan kesepakatan. kamu mempercayai sebagian yang
Dalam Undang-undang lain, hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya)
Perbankan Syariah Pasal 40, bank dan hendaklah dia bertakwa
syariah dan UUS dapat membeli kepada Allah, Tuhannya. Dan
janganlah kamu menyembunyikan
sebagian atau seluruh agunan, baik kesaksian, karena barangsiapa
melalui maupun di luar pelelangan, menyembunyikannya, sungguh,
hatinya kotor (berdosa). Allah Maha
berdasarkan penyerahan secara Mengetahui apa yang kamu
sukarela oleh pemilik agunan atau kerjakan.”

berdasarkan pemberian kuasa untuk Diceritakan pula dari Hadis dari

menjual dari pemilik agunan, dengan Aisyah bahwasanya Nabi Muhammad

ketentuan: agunan yang dibeli tersebut SAW pernah membeli bahan makanan

wajib dicairkan selambat-lambatnya dari seorang Yahudi dengan hutang

dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. dan beliau memberikan baju besinya
sebagai jaminan (HR. Bukhari,
Muslim dan al-Nasa’i).

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 187
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

Hadis lain, dari Abu Hurairah suatu sengketa mengenai persoalan


r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: berkenan dengan suatu perjanjian.16
”Siapapun yang bangkrut (muflis), Kesepakatan untuk menyerahkan
lalu krediturnya mendapatkan
penyelesaian sengketa kepada
barangnya sendiri pada si muflis,
maka kreditur itu lebih berhak BASYARNAS, dilakukan oleh pihak:
untuk menarik kembali barangnya
a. Dengan mencantumkan klausula
daripada orang lain. (HR.Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi, al-Nasa’i dan arbitase dalam suatu naskah
Ibnu Majah).
perjanjian; atau
3. Penyelesaian Melalui Badan
b. Dengan perjanjian arbitrase
Arbitrase Syariah Nasional (Non
Litigasi) tersendiri yang dibuat dan disetujui
Berdasarkan klausula dalam
oleh para pihak, baik sebelum
perjanjian pembiayaan, jika salah satu
maupun sesudah timbul sengketa.
pihak tidak menunaikan kewajibannya
Keputusan arbitrase merupakan
atau terjadi perselisihan diantara kedua
keputusan terkahir dan mengikat (final
belah pihak dan tidak tercapai
and biding).
kesepakatan melalui musyawarah,
Berkaitan dengan hal ini, yang
maka penyelesainya bisa dilakukan
menjadi landasan dalam ketentuan
melalui Badan Arbitrase Syariah
syariah Islam dapat difahami dalam
Nasional (BASYARNAS).
surat al-Hujarat ayat 9:
BASYARNAS berwenang:
1)Menyelesaikan secara adil dan cepat
sengketa muamalah (perdata) yang
timbul dalam bidang perdagangan,
keuangan, industri, jasa dan lain-lain
yang menurut hukum dan peraturan
“Dan jika ada dua golongan orang
perundang-undangan dikuasai yang beriman berperang
sepenuhnya oleh pihak yang (bersengketa), maka damaikan
keduanya. Jika salah satu dari
bersengketa, dan para pihak sepakat keduanya berbuat aniaya terhadap
secara tertulis untuk menyerahkan yang lain, maka perangilah
golongan yang berbuat aniaya itu
penyelesaiannya kepada sampai mereka kembali kepada
BASYARNAS sesuai dengan prosedur ajaran Allah. Dan jika golongan itu
telah kembali, maka damaikan
BASYARNAS; 2) Memberikan keduanya dengan adil dan
pendapat yang mengikat atas berlakulah adil. Sesungguhnya

permintaan para pihak tanpa adanya 16


Profil dan Prosedur Badan Arbitase
Syariah Nasional ( BASYARNAS), 3 Februari 2006,
h.9
AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 188
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

Allah menyukai orang-orang yang kekayaan yang tidak dikuasai oleh


berlaku adil”
bank atau sengaja disembunyikan atau
Dalam surat an-Nisa ayat 35
mempunyai sumber-sumber lain untuk
juga ditegaskan bahwa:
menyelesaikan masalahnya.17
Sejak diundangkannya Undang-
undang Nomor 3 tahun 2006 tentang
Peradilan Agama, “jika terjadi
sengketa dalam bidang muamalah
”Dan jika kamu khawatir terjadi maka bisa diselesaikan melalui
sengketa diantara keduanya (suami
istri), maka kirimkan seorang Pengadilan Agama.” Dijelaskan
hakam dari keluarga laki-laki dan bahwa tugas dan wewenang Peradilan
seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua hakam itu Agama adalah memeriksa, memutus
bermaksud mengadakan perbaikan dan menyelesaikan perkara di tingkat
(perdamaian), niscaya Allah akan
memberi taufik kepada suami-istri pertama antara orang-orang beragama
itu. Sesungguhnya Allah Maha Islam di bidang perkawinan, waris,
Mengetahui lagi Maka Mengenal.”
wasiat, hibah, waqaf, zakat, infaq,
Semangat dari tahapan ini adalah
shadaqah dan ekonomi syariah.18
perdamaian. Pengakhiran dari kegiatan
Perubahan pentingnya adalah
bermuamalah di mana masing-masing
bahwa Undang-undang Nomor 3
pihak mengoreksi, membuka diri, dan
Tahun 2006 memperluas kekuasaan
menerima kebaikan yang menjadi
atau kewenangan pengadilan agama
semangat utama dalam setiap
yang meliputi juga sengketa di bidang
perserikatan kerjasama dalam Islam.
ekonomi syariah. Sebelum
Kesalahan dan penolakan oleh salah
diberlakunya Undang-undang ini,
satu pihak harus diselesaikan dengan
sengketa ekonomi syariah tidak dapat
melakukan musyawarah dan kembali
diselesaikan di pengadilan agama,
pada semangat utama (niat baik) dari
karena wewenang pengadilan agama
akad yang sudah disepakati.
dibatasi oleh Undang-Undang Nomor
4. Penyelesaian Melalui Litigasi
7 Tahun 1989 yang hanya dapat
Penyelesaian melalui litigasi
memeriksa, memutus, dan
akan ditempuh oleh bank bilamana
menyelesaiakan perkara-perkara yang
nasabah tidak ada niat baik atau tidak
menunjukkan kemauan untuk
17
memenuhi kewajibannya, padahal Lihat: Sutan Remy Sjahdeini, Kapita..., h.
103
18
nasabah masih memiliki harta Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 189
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

menyangkut perkawinan, warisan, Undang-undang Perbankan


wasiat, hibah, waqaf dan shadaqah. Syariah pada Pasal 55 juga
Artinya, di luar enam bidang tersebut, menjelaskan bahwa:
pengadilan agama tidak dapat a. Penyelesaian sengketa Perbankan
memeriksa, memutus dan Syariah dilakukan oleh pengadilan
menyelesaikannya. Sehingga apabila dalam lingkungan Peradilan
ada sengketa ekonomi syariah yang Agama;
membutuhkan penyelesaian melalui b. Dalam hal para pihak telah
ligitasi, para pihak dapat memperjanjikan penyelesaian
menyelesaikannya di pengadilan sengketa selain sebagaimana
negeri. dimaksud pada ayat (1),
Kewenangan Pengadilan Agama penyelesaian sengketa dilakukan
sebagaimana disebutkan dalam sesuai dengan isi akad;
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 c. Penyelesaian sengketa sebagaimana
ini memberikan kejelasan dan dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
kepastian bagi masyarakat maupun bertentangan dengan prinsip
pelaku ekonomi syariah. Da mana syariah.
ekonomi syariah yang dimaksud Pasal ini memberi peluang
adalah perbuatan atau kegiatan usaha bahwa penyelesaian yang mungkin
yang dilaksanakan menurut syariah, timbul pada bisnis keuangan Syariah,
yang meliputi : dapat melalui ligitasi atau melalui
a. Bank Syariah pengadilan, dan pengadilannya adalah
b. Asuransi Syariah di Peradilan Agama. Namun demikian,
c. Reasuransi Syariah penyelesaian sengketa juga bisa
d. Reksa Dana Syariah melalui musyawarah, mediasi
e. Obligasi Syariah dan surat berharga perbankan, lembaga arbitrase, dan
berjangka menengah syariah melalui pengadilan di lingkungan
f. Sekuritas Syariah Peradilan Umum sepanjang disepakati
g. Pembiayaan Syariah oleh para pihak dalam akad.
h. Pegadaian Syariah Dengan demikian, sampai pada
i. Dana Pensiun lembaga Keuangan tahap ini, penyelesaian sengketa
Syariah ekonomi Syariah dapat dilakukan
j. Bisnis Syariah dan sesuai dengan yang diperjanjikan
k. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. dalam akad. Bentuknya ada dua yaitu
non ligitasi dan ligitasi. Alternatifnya
AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 190
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

bisa melalui: 1) musyawarah; 2) lembaga atau terjadi ketidakberdayaan


mediasi perbankan; 3) Badan pada nasabah, sehingga terjadi masalah.
Arbitrase Syariah Nasional Maka baik pihak lembaga atau nasabah
(Basyarnas); 4) pengadilan agama; dan bisa melakukan upaya untuk
5) lembaga arbitrase lain/pengadilan menyelesaikannya, yaitu melakukan
dalam lingkungan Peradilan Umum penyelamatan pembiayaan bermasalah
sesuai kesepakatan dalam akad. dengan upaya restrukturisasi apabila
E. KESIMPULAN nasabah masih mempunyai niat baik
Pembiayaan pada lembaga untuk menyelesaikannya, atau jika
keuangan syariah harus dijaga nasabah sudah tidak ada lagi niat baik
kualitasnya berdasarkan prinsip kehati- dalam (tidak dapat diajak kerjasama)
hatian. Prinsip kehati-hatian adalah dalam upaya penyelamatan pembiayaan
pedoman pengelolaan lembaga keuangan bermasalah, maka lembaga keuangan
Syariah yang wajib dianut guna Syariah bisa menyelesaikannya dengan
mewujudkan lembaga yang sehat, kuat, cara non ligitasi dan ligitasi.
dan efisien sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. DAFTAR PUSTAKA
Penerapan prinsip ini diwujudkan saat
at-Tariqi, Abdulah Abdul Husain., Ekonomi
melakukan analisa pembiayaan. Yaitu Islam Prinsip Dasar dan Tujua,
Yogyakarta: Magistra Insania Press,
menganalisa keyakinan atas kemauan dan
2004
kemampuan calon nasabah untuk Ibrahim, Azharsyah., Arinal Rahmati., “
melunasi seluruh kewajiban pada Analsis Solutif Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah di Bank
waktunya. Keyakinan tersebut diperoleh Syariah: Kajian Pada Produk
dari penilaian dengan seksama terhadap Murabahah di Bank Muamalat
Indonesia Banda Aceh”, Iqtishadia,
watak, kemampuan, modal, agunan, dan Vol.10,No.1, 2017
prospek usaha dari calon nasabah Muhamad., Manajemen Pembiayaan Bank
penerima fasilitas (character, capacity, Syariah, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005.
capital, collateral, condition).
Peraturan Bank Indonesia Nomor
Idealnya, pembiayaan berjalan 13/9/PBI/2011 Tentang Perubahan
dengan lancar, pihak lembaga sudah atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi
melakukan analisis dengan baik dan Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan
nasabah mematuhi apa yang telah Unit Usaha Syariah
disepakati dalam perjanjian. Namun, jika Profil dan Prosedur Badan Arbitase Syariah
Nasional (BASYARNAS), 3 Februari
terjadi kesalahan dalam analisis oleh 2006

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suhaimi dan Asnaini 191
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

Sjadeini,Sutan Remy., Kapita Selecta


Hukum Perbankan Jilid I, t.tp: t.th
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah.
Undang-undang Nomor 3 tahun 2006
tentang Peradilan Agama.
Yahman., dkk., Bunga Rampai Hukum
Aktual Dalam Perspektif Hukum
Bisnis Kontraktual Berimplikasi
Pidana dan Perdata, Surabaya: Mitra
Mandiri, 2011.
Nur, Yasin., Hukum Ekonomi Islam Geliat
Perbankan Syari’ah di Indonesia,
Malang: UIN-Malang Press, 2009.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Nama : Tri Annisya

Nim : 0503183256

Kelas : Perbankan Syariah 7 C

Matkul : Perbankan Syariah Internasional

REVIEW JURNAL PERBANKAN SYARIAH

Judul jurnal : Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

Jurnal : AL-INTAJ

Download : https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/Al-Intaj

Volume & Halaman : Vol.4 No.2 Hal. 176-190

Tahun : 2018

Penulis : Suhaimi dan Asnaini

Reviewer : Tri Annisya (0503183256)

Tanggal : 03 November 2021

Abstrak : Jurnal yang berjudul tentang “Pembiayaan Bermasalah Di Bank


Syariah” ini berisi tentang pembiayaan yang merupakan suatu proses
mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya.
Realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan.
Setelah realisasi pembiayaan, bank syariah perlu melakukan
pemantauan dan pengawasan pembiayaan, karena dalam jangka waktu
pembiayaan tidak mustahil terjadi pembiayaan bermasalah dikarenakan
beberapa alasan. Bank syariah harus mampu menganalisis penyebab
pembiayaan bermasalah sehingga dapat melakukan upaya untuk
melancarkan kembali kualitas pembiayaan tersebut.
Pendahuluan : Pada awal paragraf penulis menjelaskan pembiayaan atau financing
adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar asset
dari bank syariah adalah pembiayaan. Karena itu pembiayaan harus
dijaga kualitasnya. Dalam Undang- undang Perbankan Syariah Pasal 2
disebutkan bahwa “perbankan syariah dalam melakukan kegiatan
usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip
kehatihatian. Dan pada paragraf selanjutnya penulis juga menjelaskan
Prinsip kehatihatian bertujuan agar bank-bank selalu dalam keadaan
sehat, selalu dalam keadaan likuid, solvent dan menguntungkan
(profitable). Dengan diberlakukannya prinsip kehatihatian ini
diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap perbakan selalu
tinggi sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan
dananya di bank. Dengan kata lain dalam pembiayaan bank syariah
sebisa mungkin menghindari terjadinya pembiayaan bermasalah/
kegagalan dalam pembiayaan.

Pembahasan : Pada bagian pembahasan ini penulis membagi 3 sub pokok bahasan
yaitu:

A. Pembiayaan Bermasalah

Secara umum pengertian pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan


yang diakibatkan oleh nasabah yang tdak menempati jadwal
pembayaran angsuran dan tidak memenuhi persyaratan yang tertuang
dalam akad. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang tidak
menepati janji pembayaran, sehingga memerlukan tindakan hukum
untuk menagihnya, kemudian Mahmoedin juga menyimpulkan bahwa
pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang berpotensi untuk
merugikan bank sehingga berpengaruh terhadap kesehatan bank itu
sendiri.

Ada beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah :

1. Faktor Intern (Berasal dari pihak bank)


a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah
b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah
c. Kesalahan setting fasilitas pembiayaan (berpeluang melakukan
sidestreaming)
d. Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha
nasabah;
e. Proyeksi penjualan terlalu optimis
f. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan
kurang memperhitungkan aspek competitor
g. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketabel
h. Lemahnya supervisi dan monitoring
i. Terjadinya erosi mental

2. Faktor Ekstern
a. Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan
informasi dan laporan tentang kegiatannya)
b. Melakukan sidestreaming penggunaan dana
c. Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah
dalam persaingan usaha
d. Usaha yang dijalankan relatif baru
e. Bidang usaha nasabah telah jenuh
f. Tidak mampu menanggulangi masalah/ kurang menguasai bisnis
g. Meninggalnya key person
h. Perselisihan sesama direksi
i. Terjadi bencana alam
j. Adanya kebijakan pemerintah

B. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

Idealnya, pembiayaan yang telah diberikan oleh bank syariah bisa


berjalan dengan lancar. Nasabah mematuhi apa yang telah disepakati
dalam akad. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, bisa nasabah
mengalami kesulitan dalam pembayaran yang berakibat pada tidak atau
kurang lancarnya pembiayaan, yang bisa berujung pada kerugian bagi
pihak bank syariah dan tidak menutup kemungkinan kerugian pada
pihak nasabah. Jika terjadi pembiayaan bermasalah, maka bank syariah
akan melakukan upaya untuk menangani pembiayaan bermasalah
tersebut.

Pengelolaan Bank yang optimal dalam aktivitas Pembiayaan dapat


meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan
tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan.
Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank untuk
membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara
lain melalui:

1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal


pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;
2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian
atau seluruh persyaratan Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok
kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain
meliputi:
a. Perubahan jadwal pembayaran
b. Perubahan jumlah angsuran
c. Perubahan jangka waktu
d. Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah
e. Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah
atau musyarakah
f. Pemberian potongan.

3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan


Pembiayaan yang antara lain meliputi:
a. Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank
b. Konversi akad pembiayaan
c. Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka
waktu menengah
d. Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara
pada perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan
rescheduling atau reconditioning.

C. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Pada tahapan penyelesaian pembiayaan bermasalah, kebijakan yang


dilakukan terhadap pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:

1. Penyelesaian Melalui On The Spot (OTS), kebijakan ini dilakukan


dengan cara turun ke lapangan untuk melihat langsung jaminan dan
prospek usaha nasabah. Tujuannya adalah untuk melihat jika
jaminan tersebut bisa terback-up dengan sisa pembayaran
angsuran. Selanjutnya adalah melihat prospek usaha dan keadaan
ekonomi nasabah untuk menentukan apakah bisa menutupi sisa
angsurannya.
2. Penyelesaian Melalui Eksekusi Jaminan, penyelesaian melalui
jaminan dilakukan oleh bank syariah bilamana berdasarkan
evaluasi ulang pembiayaan, prospek usaha nasabah tidak ada, dan
atau nasabah tidak kooperatif untuk menyelesaikan pembiayaan
atau upaya penyelamatan dengan upaya restrukturisasi tidak
membawa hasil melancarkan kembali pembiayaan tersebut.
3. Penyelesaian Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Non
Litigasi), berdasarkan klausula dalam perjanjian pembiayaan, jika
salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi
perselisihan diantara kedua belah pihak dan tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah, maka penyelesainya bisa
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional
(BASYARNAS).
4. Penyelesaian Melalui Litigasi, penyelesaian melalui litigasi akan
ditempuh oleh bank bilamana nasabah tidak ada niat baik atau tidak
menunjukkan kemauan untuk memenuhi kewajibannya, padahal
nasabah masih memiliki harta kekayaan yang tidak dikuasai oleh
bank atau sengaja disembunyikan atau mempunyai sumber-sumber
lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Kesimpulan : Pada bagian kesimpulan penulis menjelaskan Pembiayaan pada
lembaga keuangan syariah harus dijaga kualitasnya berdasarkan
prinsip kehati- hatian. Prinsip kehati-hatian adalah pedoman
pengelolaan lembaga keuangan Syariah yang wajib dianut guna
mewujudkan lembaga yang sehat, kuat, dan efisien sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kelebihan : Bahasa yang digunakan oleh penulis yang digunakan mudah


dipahami maksud dan tujuan oleh pembaca.

Analisa sangat rinci dan mudah dipahami

Penulis menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Kekurangan : Penulis tidak menjelaskan metode dan teori penelitian yang


digunakan

Anda mungkin juga menyukai