Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUDI KASUS PENILAIAN KESEHATAN BANK DAN RAHASIA

Disusun Oleh Kelompok 5:

1.Aldhella Rhadinda Matusia( 21101155310646)

2.Anggun wila kurnia ( 21101155310647)

3.Arifah yolanda ( 21101155310648)

4.Dahayu sarvika ( 21101155310649)

5.Fevi fitri ( 21101155310653)

Dosen Pembimbing:

Jumadil Dwi Zulstra, S.E., M.M

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “ YPTK “ PADANG


DESEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Studi Bank dan lembaga keuangan lain.

Pada kesempatan ini penuis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Jumadil Dwi Zulstra, S.E., M,M selaku dosen pengampu mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan lain yang telah mengajar, mendidik, memberikan ilmu
pengetahuan serta wawasannya kepada para mahasiswa. Pada kesempatan ini
juga, Kami sebagai penulis makalah ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak dan sumber-sumber media yang telah terlibat dalam penyusunan makalah
ini. Pada masa pembuatan makalah ini kami sebagai penulis telah melalui suka
duka dalam mengerjakan makalah ini hingga makalah yang sangat sederhana ini
telah selesai dikerjakan. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi, dan keterangan tentang Analisis Tingkat Kesehatan Bank Sulselbar
Cabang Palopo Berdasarkan Metode RGEC yang saat ini sedang marak di
Indonesia, yang pada nantinya bisa memberi pengetahuan yang bermanfaat dan
juga menambah wawasan bagi para pembaca yang membaca makalah ini. Kami
sebagai penulis makalah ini yang namanya manusia pasti tidak luput dari
kesalahan yang ada, maka dari itu saya sadar atas kesalahan, dan kekurangan yang
ada pada makalah ini, mmaka saya juga menerima jika ada kritik atau saran yang
positif dan membangun yang dapat disampaikan langsung demi membangun
kesempurnaan pada pembuatan makalah untuk ke depannya.

Demikin yang dapaat penulis sampaikan, semoga pada makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca makalah ini, sekian dan terima kasih.

Padang, 25 Mei 2023

Kelompok 5
Studi Kasus Kepada Tingkat Kesehatan Bank , Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Dan Konsep Kerahasian Bank Yang Ada Di Bank Indonesia

1. Konsep tingkat Kesehatan bank


Kasus PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK

Seiring dengan krisis multidimensi yang menimpa Indonesia sejak


pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi
termasuk pada sektor perbankan. Krisis moneter yang terus menerus
mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya banyak bank dilanda penyakit
yang sama. Hal ini menyebabkan banyak bank yang lumpuh karena dihantam
kredit macet. Dalam Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun
1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain :
(Luciana, 2005)

1. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan

2. Dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan


turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah,
sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran.

3. Semakin turunnya permodalan bank-bank

4. Banyak bank-bank tidak mampu kewajibannya karena menurunnya nilai


tukar rupiah

5. Manajemen tidak profesional Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari


beberapa indicator.

Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah
laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan
dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian
tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen
untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah,
dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan
akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta
kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi
keberhasilan perusahaan dimasa mendatang.

Statement of Financial Accounting Concept No. 1 menyatakan bahwa


pelaporan keuangan harus mampu memberikan informasi tentang kinerja
perusahaan selama periode tertentu, yang terutama bermanfaat bagi investor
dan kreditor untuk penilaian terhadap prospek perusahaan tersebut di masa
yang akan datang. Kinerja (performance) menurut kamus bisnis dan
manajemen didefinisikan sebagai hasil nyata yang dicapai, kadang-kadang
dipergunakan untuk menunjukkan dicapainya hasil positip (Tunggal, 1995)

Di samping itu, penilaian kinerja operasi suatu perusahaan juga sangat


diperlukan oleh stake holder yang lainnya, misalnya oleh pemerintah,
karyawan, dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan baik langsung
maupun tidak langsung terhadap eksistensi perusahaan untuk penetapan
kebijakan perpajakan, pembuatan berbagai regulasi, dan pemberian fasilitas,
yang akan berpengaruh terhadap perekonomian secara makro.

Karyawan berkepentingan terhadap kinerja operasi perusahaan untuk


menjamin kelangsungan kerja mereka, dan menjamin kesejahteraannya. Para
analis, underwriter, dan konsultan di bidang keuangan juga memerlukan
kinerja operasi suatu perusahaan untuk kepentingan bisnisnya Meskipun
pelaporan bank sudah cukup transparan, namun masih banyak pihak yang
merasa tidak paham bagaimana menilai kinerja operasi bank yang baik

Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima


aspek penilaian, yaitu : 1) capital; 2) assets; 3) management; 4) earnings; 5)
liquidity, 5) sensitivity yang biasa disebut CAMELS. Aspek-aspek tersebut
menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan
dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Secara empiris tingkat
kegagalan bisnis dan kebangkrutan bank dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan model CAMELS dapat diuji sebagaimana yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti yaitu : Thomson (1991) dalam Wilopo (2001) yang menguji
manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di USA
pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit, Whalen
dan Thomson (1988) dalam Wilopo (2001) menemukan bahwa rasio keuangan
CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank, dan di Indonesia Surifah
(1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan
bank dengan menggunakan model CAMEL. Berdasarkan uraian di atas, pada
penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan rasio
CAMELS dalam mengukur kinerja pada lembaga perbankan khususnya pada
Bank Mandiri. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah kinerja
keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk setelah pergantian kepemimpinan
E.C.W. Neloe?.

2. Konsep penilaian tingkat Kesehatan bank


Kasus PT. Bank Bukopin Tbk

Keberadaan bank di Indonesia pada masa sekarang ini sudah menjadi


suatu kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh kalangan masyarakat. Bank
merupakan lembaga keuangan dimana tugasnya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan akan menyalurkan uang tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkan. Agar kegiatan bank tersebut dapat berjalan serta dapat
menjalankan tugasnya, bank memerlukan kepercayaan dari masyarakat. Salah satu
hal yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut adalah
Tingkat Kesehatan Bank. Tingkat kesehatan bank tersebut dapat digunakan untuk
menilai kinerja bank dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap bank. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai salah satunya adalah dengan
menggunakan analisis CAMEL.
Analisis CAMEL merupakan suatu analisis terhadap tingkat kesehatan
bank yang telah ditentukan dlam peraturan Bank Indonesia yang telah
menganalisa beberapa unsur yaitu Capital (Modal) , Asets Quality (Kualitas
Aset) , Management (Manajemen), Earning (Laba) dan Liquidity (Likuiditas).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan Bank
Bukopin pada tahun 2003 hingga 2005 dengan menggunakan analisis CAMEL.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang berjenis
Deskriptif dan menggunakan pendekatan Studi Kasus. Lokasi penelitian yang
dipilih yaitu Bank Bukopin jalan Semeru no 35 Malang. Analisis data yang
digunakan yaitu dengan menghitung besarnya rasio dan nilai kredit dari masing-
masing komponen CAMEL kemudian menetapkan predikat Bank tersebut. Hasil
penelitian yang telah dilakukan, diketahui nilai yang didapat oleh Bank Bukopin
untuk masing-masing unsur dari tahun 2003 hingga 2005 yaitu untuk unsur
Capital (Modal) tahun 2003 mendapatkan nilai kredit sebesar 21,256, pada 2004
naik menjadi 24,56 dan naik lagi menjadi 24,46 pada 2005. Sedangkan untuk
unsur Asets Quality (Kualitas Aset) nilai yang didapat dari tahun 2003 hingga
2005 yaitu pada tahun 2003 nilainya sebesar 27,83 dan pada 2004 naik menjadi
26,46. begitu pula dengan tahun 2005 nilainya sebesar 27,1.

Untuk unsur manajemen nilai yang didapat yaitu tahun 2003 nilainya
sebesar 24,56 kemudian pada 2004 sebesar 24,75 dan pada 2005 naik menjadi
24,93. Sedangkan pada unsur yang keempat ini yaitu earning (laba) nilai yang
didapat dari tahun 2003 hingga 2005 selalu maksimal yaitu 10. Unsur yang
terakhir yaitu Likuiditas nilai yang didapat yaitu pada tahun 2003 sebesar 9,913.
Sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 mendapatkan nilai yang sama yaitu 10. dari
masing-masing unsur itu kemudian dijumlahkan untuk mengetahui nilai CAMEL
secara keseluruhan. Nilai CAMEL secara keseluruhan yang didapat yaitu pada
tahun 2003 sebesar 93,559 kemudian naik menjadi 94,78 pada 2004 dan naik lagi
pada 2005 menjadi 96,49. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kredit
CAMEL Bank Bukopin dari tahun 2003 hingga 2005 selalu mengalami
peningkatan. Besarnya peningkatan pada tahun 2004 yaitu sebesar 1,3%.
Sedangkan pada tahun 2005 kenaikannya sebesar 1,8%.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Bank Bukopin mendapatkan


predikat sehat. Dari kesimpulan yang ada penulis memberikan saran agar Bank
Bukopin selalu mempertahankan predikat sehatnya yang telah siperoleh selama
ini. Selain itu Bank Bukopin juga harus lebih selektif dalam memberikan kredit
untuk meminimalisir tunggakan kredit yang terjadi. Dengan dipertahankan
predikat sehatnya Bank Bukopin diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap
bank dapat dipertahankan, atau bahkan bisa lebih meningkat.

3. Konsep kerahasiaan bank

Kerahasiaan bank merupakan jiwa dari sistem perbankan yang


didasarkan pada kelaziman dalam praktik perbankan, perjanjian kontrak antara
bank dengan nasabah, serta peraturan tertulis yang ditetapkan oleh negara,
sehingga sampai saat ini, rahasia bank tetap diterapkan oleh perbankan
dalam menjalankan usahanya. Suatu kelaziman atau disamakan dengan
kebiasaan adalah sebuah peristiwa sama ataupun terjadi secara bersamaan
yang terus menerus dalam kegiatan tertentu, sehingga perlu dipahami bahwa
kebiasaan bukanlah merupakan hukum, tetapi suatu kebiasaan dapat menjadi
sebuah hukum memerlukan dua unsur yaitu pola tindak yang berulang dan
masyarakat menerima pola tindakan tersebut sebagai sesuatu yang harus mereka
patuhi dan diterima sebagai aturan yang mengikat (opinion iurus necessitates),
berdasarkan teori rahasia bank yang bersifat mutlak maka bank mempunyai
kewajiban untuk menyimpan rahasia atau keterangan keterangan mengenai
nasabahnya yang diketahui bank karena kegiatan usahanya dalam keadaan
apapun juga, dalam keadaan biasa atau dalam keadaan luar biasa. Teori ini
sangat menunjukkan kepentingan individu, sehingga kepentingan negara dan
masyarakat sering terabaikan. Penganut teori ini berpendirian, bahwa semua hal
yang bersangkutan dengan orang, mutlak harus di rahasiakan tanpa
pengecualian. Teori ini sangat bersifat individualistis di mana sangat
bertentangan dan tidak menghargai akan kepentingan umum.

Kemudian, berkembanglah teori rahasia bank yang bersifat relatif atau


nisbi di mana menurut teori ini bank diperbolehkan membuka rahasia atau
memberi keterangan mengenai nasabahnya, apabila untuk kepentingan yang
mendesak, misalnya untuk kepentingan negara atau kepentingan hukum. Teori
ini banyak dianut oleh bank-bank di banyak negara di dunia sehingga dengan
adanya pengecualian di dalam ketentuan rahasia bank memungkinkan untuk
kepentingan tertentu suatu badan atau Instansi diperbolehkan meminta keterangan
atau data tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Bagi Indonesia, ketentuan terkait rahasia bank menjadi suatu


problematika dalam penegakan hukum khususnya terkait dengan tindak
pidana yang menggunakan bank sebagai suatu lembaga untuk menyimpan
dana dari hasil tindak pidana tersebut. Ketentuan terkait rahasia bank
tersebut seringkali menimbulkan suatu kesan bagi masyarakat, bahwa bank
mempunyai kepentingan dalam menjalankan usahanya sehingga dengan sengaja
menyembunyikan keadaan keuangan yang tidak sehat dari nasabah atau debitur,
baik orang perseorangan atau perusahaan yang sedang menjadi sorotan
masyarakat. Dengan perkataan lain bahwa perbankan bersembunyi di balik
ketentuan rahasia bank untuk melindungi kepentingan nasabahnya yang belum
tentu benar dengan tujuan untuk tetap menjalankan usaha perbankan tersebut guna
memperoleh keuntungan semata. Akan tetapi di satu sisi yang lain, maka bank
akan dianggap sebagai lembaga kepercayaan oleh nasabah karena bank yang
mempunyai tugas sepatutnya dan seharusnya melindungi serta merasakan terkait
dengan nasabah nya apabila nasabah tersebut yang jujur dan bersih.
Hal tersebut mengakibatkan bank di Indonesia berada di dalam dua
sisi yang sangat sulit, di mana ada kemungkinan apabila bank tetap menjaga
kerahasiaan bank yang ketat menganut teori rahasia bank mutlak tidak tertutup
kemungkinan industri perbankan muncul sebagai tempat penyimpanan hasil
tindak pidana seperti hasil tindak pidana korupsi, penggelapan uang, pencucian
uang dan tindak pidana lainnya. Oleh karena itu, hal yang harus dipahami adalah
bahwa rahasia bank sangat erat hubungannya dengan perlindungan data dari
nasabah, baik perlindungan data tersebut dari pihak eksternal maupun dari
pihak internal bank itu sendiri akan tetapi perlindungan data tersebut juga harus
berimbang dengan kebutuhan dari masyarakat atau negara guna penegakan hukum
di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan


mendefenisikan bank sebagai badan hukum yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Qamar & Djanggih, 2017). Awal
terbentuknya hubungan nasabah dengan lembaga perbankan didasarkan
adanya kepercayaan bahwa bank akan memberikan keuntungan kepada
nasabah, baik berupa bunga atas simpanannya ataupun rasa aman bahwa
uang yang disimpan berada pada lembaga yang aman. Kondisi demikian inilah
maka perbanakan mendapat julukan sebagai lembaga kepercayaan (agent of trust).
Untuk rahasia bank di Indonesia diatur dalam Pasal 40 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
undangRepublik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
menyatakan: Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan
dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal
41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44 A.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa bank di


Indonesia wajib menerapkan rahasia bank, dimana rahasia bank yang diterapkan
sebatas dan terbatas pada keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya,sehingga keterangan selain terkait dengan nasabah penyimpan dan
simpanannya bukan merupakan rahasia bank, misalnya keterangan mengenai
debitur dan pinjamannya. Akan tetapi rahasia bank tersebut tidak diterapkan
secara mutlak karena ada beberapa pengecualian yakni untuk kepentingan pajak,
kepentingan peradilan pidana, kepentingan peradilan perdata antara bank dengan
nasabah penyimpannya, tukar menukar informasi antar bank, badan urusan
piutang dan lelang negara atau panitia urusan piutang negara dan pihak yang
ditunjuk oleh nasabah penyimpan panitia urusan piutang (Sarapi, 2013).

Disamping itu, dalam pengecualian terhadap rahasia bank juga diatur


secara terpisah dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2012 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
Pasal 72 ayat 1 yang menyatakan bahwa Untuk kepentingan pemeriksaan
dalam perkara tindak pidana Pencucian Uang, penyidik, penuntut umum, atau
hakim berwenang meminta Pihak Pelapor untuk memberikan keterangan secara
tertulis mengenai Harta Kekayaan dari:
a. Orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik;
b.Tersangka; atau
c .Terdakwa.
Hal ini dipertegas pada Pasal 72 ayat 2 yang menyatakan bahwa dalam
meminta keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, bagi penyidik,
penuntut umum atau hakim tidak berlaku ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lain.
Oleh karena itu, mengacu kepada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2012 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang tersebut maka bank di Indonesia tidak boleh menerapkan rahasia bank
terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang (Jailani, 2019).

Salah satu contoh kasus yang terjadi terkait dengan pembukaan


rahasia bank adalah dalam putusan Nomor 57/PID.SUS/2019/PT.DKI dengan
terdakwa atas nama Devy Yuliana yang merupakan pemilik dari PT. Prima Sakti
Sentosa dan PT. Untung Jaya Sejahtera beserta anak perusahaannya. Perusahan
ini bergerak dalam bidang supplier, trading dan investasi akan tetapi
kegiatan yang dilakukan oleh semua perusahaan hanya tukar valas sepeti
halnya money changer dan dalam melakukan transaksi keuangan terdakwa
menggunkan dan menguasai banyak rekening bank atas nama sendiri dan
juga atas nama beberapa karyawan terdakwa serta atas nama perusahaan,
yang selanjutnya digunakan untuk menerima pentransferan uang dari pelaku.
pelaku jaringan narkotika agar tidak dapat diketahui oleh aparat penegak hukum,
dengan tujuan agar transaksi yang dilakukan tidak terlihat asal usulnya dari hasil
tindak pidana dalam kurun waktu antara 2010 sampai dengan 2017.Terdakwa
akhirnya dijatuhi hukuman pidana selama 18 tahun penjara dengan denda 1Miliar
Subsider 6 bulan penjara serta beberapa barang bukti dirampas untuk negara dan
adapula yang dikembalikan.

Faktanya, seluruh permintaan untuk pembukaan rahasia bank yang


disampaikan kepada PT. Bank CIMB Niaga Tbk tidak dapat terpenuhi seluruhnya,
hal ini dikarenakan ada peraturan perundang-undangan yang mewajibkan PT.
Bank CIMB Niaga Tbk untuk menjaga rahasia bank walaupun di dalam
peraturan perundang-undangan ada pengecualian. Akan tetapi hal ini yang
kurang dipahami adanya pengecualian tersebut dapat dipenuhi apabila
permintaan pembukaan rahasia bank tersebut dilakukan sesuai dengan tata
cara yang telah ditetapkan peraturan perundang- undangan, selama hal
tersebut tidak dilakukan oleh pihak ketiga yang meminta dibukanya rahasia bank,
maka hal tersebut tidak dapat dilakukan. Hal ini karena adanya
ketidakjelasan informasi di dalam permohonan untuk pembukaan rahasia bank.

Hal di atas yang mengakibatkan PT. Bank CIMB Niaga Tbk sering
dianggap oleh instansi penegak hukum sebagai sebuah lembaga yang sangat
sulit ditembus untuk memperoleh data guna kepentingan penegakan hukum.
Selain itu, perkembangan praktek perbankan yang sudah berkembang khususnya
di PT. Bank CIMB Niaga Tbk dimana tidak tertutup kemungkinan bahwa
nasabah juga merupakan debitur, sehingga sangat susah untuk memberikan
batasan-batasan mengenai keterangan mana yang merupakan rahasia bank dan
keterangan mana yang tidak merupakan rahasia bank. Hal ini perlu dipahami
karena bagaimanapun juga rahasia bank merupakan suatu hal yang lazim
diterapkan di dalam perbankan dikarenakan pada dasarnya rahasia bank
merupakan perlindungan bank atas data-data nasabah yang telah diberikan kepada
bank berdasarkan kepercayaan, sedangkan disatu sisi lain instansi penegak hukum
memandang bahwa hal ini adalah hambatan di dalam penegakan hukum.

Perbedaan pandangan antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan instansi
penegak hukum ini yang telah lama terjadi dan merupakan sumber permasalahan
sehingga dapat mengganggu perkembangan industri perbankan maupun
penegakan hukum di Indonesia. Perbedaan pandangan tersebut terjadi
dikarenakan ketidakjelasan dan ketidakpahaman baik instansi perbankan
maupun penegak hukum terhadap ketentuan pembukaan rahasia bank. Di satu
sisi PT. Bank CIMB Niaga Tbk sebagai sebuah bank harus menjaga
kepercayaan dari nasabah penyimpan sehingga tidak bisa dengan mudah
memberikan data-data nasabah yang merupakan rahasia bank apabila tidak
didukung dengan permintaan yang sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan. Walaupun demikian, perlu juga menjadi perhatian bagi bank guna
mempermudah khususnya pemahaman dan pengetahuan dari seluruh pihak di PT.
Bank CIMB Niaga Tbk maka sebaiknya hal terkait dengan rahasia bank yang
diatur di dalam peraturan perundang-undangan tersebut dituangkan di dalam
kebijakan internal dari PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Oleh karena itu, perbedaan
pandangan yang bertolak belakang tersebutlah yang menjadi latar belakang
penelitian ini dilakukan, dimana penelitian ini dilakukan dengan judul
“Kerahasiaan Bank Sebagai Bentuk Perlindungan Data Nasabah (Kasus Pada PT.
Bank CIMB Niaga Tbk)”. bagi instansi pemerintah terkait dengan pengaturan
rahasia bank dan perlindungan data nasabah.

Anda mungkin juga menyukai