Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PROFITABILITAS PADA BANK BUKU 4

DOSEN: Dr. SRI MURNI, SE, M.Si

KELOMPOK 5:

1. DWI RIZKI SEPTIANA (18061102004)


2. SHEREN V. SALEMPANG (18061102024)
3. VALENCIA H. P. B. SUCIPTO (18061102027)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkat kesehatan bank sangat penting untuk diketahui oleh para pengguna jasa
perbankan. Laporan keuangan bank dapat dijadikan dasar penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
Laporan keuangan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan yang dapat memberikan
dasar pertimbangan potensi keberhasilan dari Bank BUKU 4 mengelola segala dananya di dalam
perusahaan. Bank BUKU adalah singkatan dari Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha yang
disingkat BUKU. Bank BUKU 4 adalah bank dengan modal inti tertinggi minimal
Rp30.000.000.000.000 atau tiga puluh triliun rupiah. Klasifikasi bank ini berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 6/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan
Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank.Adapun Bank-Bank yang masuk dalam Kategori BUKU 4
yaitu: Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Central
Asia (BCA), Bank CIMB Niaga, Bank Pan Indonesia (PANIN), Bank Danamon.

Dalam menganalisis tingkat kesehatan perbankan dapat dilakukan dengan menggunakan


metode RGEC Metode ini dianalisis melalu empat faktor yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good
Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital (Permodalan). Penilaian ini
dianggap mewakili secara keseluruhan terhadap kesehatan suatu perbankan.Namun, dalam
penelitian ini tidak menganalisis faktor Good Corporate Governance (GCG).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat


penjualan, aset dan modal tertentu. Profitabilitas perusahaan dapat dinilai dengan berbagai
macam cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan
yang lainnya. Ukuran profitabilitas pada industry perbankan umummnya menggunakan Return
on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Profitabilitas juga dipakai untuk mengukur
kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan dari kinerja operasional bank

Analisis tingkat kesehatan yang dilakukan dengan menganalisis keempat variabel dari
metode RGEC. Dalam penilaian profil risiko, dilakukan analisis peringkat risiko inhern.
Penilaian risiko inhern merupakan penilaian atas risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Dalam
mengukur faktor profil risiko menggunakan dua indikator yaitu faktor risiko kredit diproksikan
dengan menggunakan Non Performing Loan(NPL), dan risiko likuiditas diproksikan dengan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Earning (rentabilitas) bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan


laba, dan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional
perusahannya. Dalam penelitian ini akan digunakan Net Interest Margin (NIM) sebagai indikator
dalam mengukur rentabilitas.

Capital Adequacy Ratio(CAR)merupakan salah satu proyeksi yang dapat digunakan


untuk mengukur modal yang dimiliki bank dalam mencukupi seluruh aktiva yang mengandung
risiko seperti kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain yang dibiayai melalui
modal sendiri disamping dari modal yang diperoleh dari sumber-sumber di luar bank. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan olehDeden Edwar Yokeu Bernardin (2016) dimana penelitian
tersebut menghasilkan CAR berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset.

Tabel 1.1Rata-Rata Non Performing Loan (NPL),Net Interest Margin (NIM), Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset(ROA)Bank BUKU 4

TAHUN NPL NIM CAR ROA


2015 2,41 6,41 19,07 2,46
2016 2,87 6,69 20,7 2,51
2017 2,68 6,4 21,27 2,76
2018 2,44 6,17 21,32 2,96
2019 2,48 5,9 22,36 2,83
Sumber: Data Diolah, 2021

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Non Performing Loan(NPL) terjadi
peningkatan pada tahun 2016 yaitu 2,87% yang masih masuk dalam kategori sehat. Secara teori
dengan NPL yang tinggi akan menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Sejalan dengan penelitian dari Angela Christin Mosey, Parengkuan Tommy, Victoria Untu
(2018)bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Namun, dari tabel diatas saat
rata-rata NPL mengalami peningkatan hal yang sama terjadi pada ROA yang mengalami
peningkatan. Yang berarti perkembangan NPL dan ROA menunjukkan pola yang sama. Sejalan
dengan hasil penelitian dari Hermin Sirait, Irma Citarayani, Saminem, Melani Quintania (2020)
menyatakan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Selanjutnya, rata-rata Net Interest Margin (NIM)mengalami penurunan pada tahun 2017 dan
2019. Secara teori dengan NIM yang rendah maka pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank akan menurun atau dengan kata lain akan menurunkan profitabilitas (ROA).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Charlie Oktavianus M. (2019), dan Andy Setiawan
(2017) menunjukkan bahwa NIM berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Namun, bisa
dilihat dari data diatas bahwa saat rata-rata NIM mengalami penurunan tidak sama dengan ROA
yang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Yang berarti tidak terlihat perkembangan NIM dan
ROA menunjukkan pola yang sama.

Berdasarkan uraian diatas bahwa masih terdapat perbedaan dalam hasil penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan dan fenomena yang ada, sehingga adanya penelitian baru sangat
penting dilakukan untuk mengetahui jawaban yang sesuai atas permasalahan. Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dan
Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Pada Bank BUKU 4”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan diuji
dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh yang signifikan Risk Profile (NPL)terhadap ProfitabilitasBank
BUKU 4?

2. Bagaimana pengaruh yang signifikan Earning (NIM)terhadap Profitabilitas Bank BUKU


4?

3. Bagaimana pengaruh yang signifikan Capital (CAR)terhadap Profitabilitas Bank BUKU


4?

4. Bagaimana pengaruhRisk Profile (NPL), Earning (NIM), Capital (CAR)secara


simultanterhadap Profitabilitas Bank BUKU 4?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang signifikan Risk Profile (NPL) terhadap
Profitabilitas Bank BUKU 4
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang signifikan antara Earning (NIM) terhadap
Profitabilitas Bank BUKU 4
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang signifikan antara Capital (CAR) terhadap
Profitabilitas Bank BUKU 4

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Risk Profile (NPL), Earning (NIM), Capital
(CAR)secara simultan terhadap Profitabilitas Bank BUKU 4

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi ilmupengetahuan mengenai
perbankan khususnya mengenai faktor-faktor dalam menganalisis Tingkat Kesehatan
Bank.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi pihak bank agar manajemen
bank dapat mengelola keuangan bank dalam menghadapi keadaan yang dapat berubah-
ubah
b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat tingkat


kesehatan dan untuk meningkatkan kepercayaan pada Bank BUKU 4.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penulis tentang sektor perbankan terlebih khusus dalam menganalisis tingkat kesehatan
bank

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Analisis Kinerja Bank
Proses untuk mengevaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan, baik
dalam bidang organisasi non profit maupun organisasi profit. Penilaian kinerja merupakan suatu
proses untuk menyediakan informasi tentang sejauhmana suatu kegiatan tertentu tercapai,
bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada
selisih diantara keduanya dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. (Pangaribuan dan
Yahya, 2009). Jadi, nampak jelas bahwa dalam melakukan evaluasi terhadap suatu entitas
apapun dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan.

Terkhusus untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan
memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio keuangan.
Pengertian rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
(Harahap, 2008:297).

Analisis laporan keuangan merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis bisnis
merupakan analisis atas prospek dan risiko suatu perusahaan untuk kepentingan pengambilan
keputusan bisnis. Analisis bisnis membantu dalam pengambilan keputusan dengan melakukan
evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya, serta kinerja keuangannya. Adapun
bentuk-bentuk rasio keuangan terdiri dari: likuiditas, struktur modal dan solvabilitas, tingkat
pengembalian atas investasi, kinerja operasi, dan pemanfaatan aktiva (Pangaribuan dan Yahya,
2009).

2.1.2 Laporan Keuangan


Munawir (2007:5) mendefinisikan laporan keuangan sebagai yang terdiri dari neraca dan
perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, di mana neraca menunjukkan atau
menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal yang digunakan dari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan
perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yangmenyebabkan
perubahan modal perusahaan.
Menurut Harahap (2011:132) bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
(1) Untuk memberikan informasi 12 keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber sumber
ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan; (2) Untuk memberikan informasi yang
dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva yang dikurangi kewajiban) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba; (3) Untuk
memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir
potensi perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang; (4) Untuk memberikan
informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban dalam suatu
perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi; dan (5) Untuk
mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan
yang relevan untuk memenuhi kebutuhan dari pemakai laporan, seperti informasi mengenai
kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Harahap (2011:120) menyatakan bahwa pengguna laporan keuangan terdiri atas (1) Para
pemegang saham; (2) Investor; (3) Analis pasar modal; (4) Manager; (5) Karyawan dan serikat
pekerjanya; (6) Instansi pajak; (7) Pemberi dana (kreditur); (8) Supplier; (9) Pemerintah dan
lembaga pengatur resmi; (10) Langganan/lembaga konsumen; (11) Lembaga Swadaya
Masyarakat; dan (12) Peneliti/akademis/lembaga peringkat.

2.1.3 Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio utama dalam seluruh laporan keuangan, karena
tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi/keuntungan. Keuntungan adalah hasil akhir dari
kebijakan dan keputusan yang di ambil manajemen. Rasio keuntungan akan digunakan untuk
mengukur keefektifan operasi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan
Nuzul (2016). Berarti semakin tinggi tingkat rasio profiabilitas suatu bank atau perusahaan maka
keuntungan yang didapat juga akan semakin tinggi pula. Profitabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam mengumpulkan laba dalam kurun waktu satu periode.
Kinerja keuangan bank merupakan suatu ukuran yang menggambarkan kondisi keuangan suatu
bank. Bagi nasabah, sebelum mendepositkan dananya di suatu bank mereka akan melihat terlebih
dahulu kinerja keuangan bank tersebut melalui laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan (Kasmir, 2013:117). Salah satu penghitungan rasio profitabilitas yaitu menggunakan
Return on Asset (ROA) . Return on Asset merupakan rasio profitabilitas yang mengukur tingkat
pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi
pada dana yang digunakan dalam perusahaan (Arief :80). Rumus Return on Asset berikut ini:
Laba Bersih Sebelum Pajak
ROA= ×100 %
Total Aktiva

2.1.4 Kesehatan Keuangan Bank


Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal seperti kemampuan menghimpun dana
dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri, kemampuan pengelola dana,
kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain,
pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. (Sigit Triandaru
dan Totok Budisantoso, 2006:51)

Secara sederhana keuangan bank dikatakan sehat karena bank dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, bank mempunyai modal yang cukup, dapat menjaga kualitas asetnya
dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian
menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta
memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu
bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-
hatian di bidang perbankan (Peraturan Bank Indonesia, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan


disebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehatihatian.
2.1.5. Metode Penilaian Kesehatan Bank RGEC
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1 /PBI/2011 tentang perubahan
metode penilaian tingkat kesehatan bank, saat ini standar metode penilaian yang diterapkan di
Indonesia menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating). Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko merupakan penilaian yang
komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi
penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan.
Penilaian Risk-based Bank Rating disebut juga dengan singkatan RGEC. Istilah RGEC
digunakan karena dalam penilaian berbasis risiko ini menggunakan empat komponen penilaian
yakni profil risiko (Risk profile), tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance), rentabilitas (Earnings), serta permodalan (Capital). Penjabaran mengenai masing
masing faktor akan penulis jelaskan sebagai berikut:

.1.5.1 Risk Profile (Profil Risiko)


Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inhern dan kualitas penerapan
manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Penilaian terhadap risiko terbagi menjadi 8
bagian, yaitu:
a) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada bank. Risiko kredit terjadi apabila pinjaman tidak kembali sesuai kontrak.
b) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi akibat
pegerakan pada faktor – faktor pasar.
c) Risiko Likuiditas
Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena adanya penarikan dana secara serentak yang
dapat mengakibatkan kebangkrutan bank.
d) Risiko Operasional
Risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal,
manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal.
e) Risiko Hukum
Risiko hukum merupakan risiko dari ketidakpastian tindakan atau tuntutan maupun
ketidakpastian dari pelaksanaan atau interpretasi dari kontrak, hukum atau peraturan.
f) Risiko Stratejik
Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak
tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap
perubahan eksternal.
g) Risiko Kepatuhan
Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan suatu bank untuk melakukan perundang –
undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
h) Risiko Reputasi
Risiko yang diakibatkan karena menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

Dalam mengukur profil risiko digunakan indikator risiko kredit dengan rasio Non Performing
Loan (NPL). NPL adalah kredit bermasalah atau kredit macet yang didalamnya terdapat
hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni dari pihak perbankan dalam menganalisis maupun
pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan
pembayaran (Kasmir, 2013:155). NPL dapat dihitung dengan cara kredit bermasalah dibagi
dengan total kredit dan dikali 100%. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6 / 10 / PBI / 2004
tanggal April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, menetapkan
bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) yakni sebesar 5%. Rumus perhitungan untuk NPL adalah
sebagai berikut:
kredit bermasalah
NPL= ×100 %
T otal Kredit

Tabel 2.1 Matriks Peringkat Komposit NPL


PK Kriteria Predikat
1 <2 Sangat Sehat
2 2 - 3,5 Sehat
3 3,5 – 5 Cukup Sehat
4 5–8 Kurang Sehat
5 >8 Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011

.1.5.2 Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)


Secara umum, Good Corporate Governance bisa didefinisikan sebagai seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (Theresia, 2013). Menurut Arifin, et al. (2013),
penilaian terhadap faktor GCG dalam pendekatan RGEC didasarkan ke dalam tiga aspek
utama yaitu, governance structure, governance process, dan governance output. Governance
structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris dan Dewan
Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance process mencakup
fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan
ekstern, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana
kepada pihak terkait dan dana besar, serta strategis bank. Aspek terakhir governance output
mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan. Adapun prinsip – prinsip GCG
berdasarkan Pedoman Good Corporate Governance perbankan Indonesia yang dikeluarkan
oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG) tahun 2006, yaitu
keterbukaan, akuntabilitas, tanggungjawab, interpendensi, dan kewajaran. Berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011, bank diharuskan melakukan penilaian sendiri
(self assessment) terhadap pelaksanaan GCG.

Tabel 2.2 Matriks Peringkat Komposit GCG


PK Kriteria Predikat
1 Memiliki NK < 1,5 Sangat Sehat
2 Memiliki NK 1,5 – 2,5 Sehat
3 Memiliki NK 2,5 – 3,5 Cukup Sehat
4 Memiliki NK 3,5 – 4,5 Kurang Sehat
5 Memiliki NK 4,5 – 5 Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011
.1.5.3 Earning (Rentabilitas)
Earnings adalah salah satu penilaian kesehatan bank dari sisi rentabilitas. Penilaian faktor
rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber–sumber rentabilitas,
kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Karakteristik bank dari
sisi rentabilitas adalah kinerja bank dalam menghasilkan laba, kestabilan komponen – komponen
yang mendukung core earning, dan kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan
prospek laba di masa depan. Penilaian terhadap faktor earnings menggunakan rasio Net Interest
Margin.
Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005), Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan
bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio NIM maka pendapatan bunga atas aktiva
produktif yang dikelola bank akan meningkat, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. NIM dapat dihitung dengan cara membagikan pendapatan bunga
bersih dengan aktiva produktif dan dikali 100%.

Pendapatan Bunga Bersih


NIM = × 100 %
Aktiva Produktif

Tabel 2.3 Matriks Peringkat Komposit NIM


PK Kriteria Predikat
1 NIM > 5% Sangat Sehat
2 2% < NIM ≤ 5% Sehat
3 1,5% < NIM ≤ 2% Cukup Sehat
4 1% < NIM ≤ 1,5% Kurang Sehat
5 NIM ≤ 1% Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011
.1.5.4 Capital (Modal)
Pada permodalan setiap bank diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk memelihara kewajiban
penyediaan modal minimum sebesar 8% yang kemudian dikenal sebagai CAR (Capital
Adequacy Ratio). Menurut Bank Indonesia (No. 9/13/PBI/2007), CAR adalah penyediaan modal
minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang tercantum
dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban
yang bersifat kontijen danatau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga maupun
risiko pasar. CAR dapat dihitung dengan cara membagikan modal dengan aktiva tertimbang
menurut risiko dan dikali 100%.
Modal Bank
CAR= × 100 %
Aktiva Tertimbang menurut Risiko

Tabel 2.6 Matriks Penetapan Peringkat Komposit CAR


PK Kriteria Predikat
1 CAR > 12% Sangat Sehat
2 9% < CAR < 12% Sehat
3 8% < CAR < 9% Cukup Sehat
4 6% < CAR < 8% Kurang Sehat
5 CAR < 6% Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011

2.2 Penelitian Terdahulu


Andy Setiawan (2017) Judul penelitian tentang Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan
Bank terhadapReturn on Asset. Tujuan penelitian untuk Menganalisis pengaruh tingkat
kesehatan bank terhadap Return onAsset (ROA) berdasarkan metode Risk Based Bank Rating
(RBBR). Hasil penelitian menunjukan Tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR
berpengaruh signifikan secara bersama terhadap ROA.

Rima Cahya Suwarno (2017) Judul penelitian Analisis Pengaruh NPF, FDR, BOPO,
CAR dan GCG terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-
2017. Tujuan penelitian untuk Menganalisis pengaruh NPF, FDR, BOPO, CAR dan GCG
terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan variabel NPF, FDR, BOPO, CAR dan GCG
berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Charlie Oktavianus M (2016) Judul penelitian Pengaruh CAR, LDR, NPL danNIM
terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini
untuk Mengetahui perkembangan danpengaruh kecukupan modal CAR, LDR dan NPL. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa LDR dan NIM berpengaruh signifikanterhadap profitabilitas
sedangkan CAR dan NPL bermasalah tidak signifikan terhadap profitabilitas.

Deden Edwar Youke Bernardin (2016) Judul penelitian Pengaruh CAR dan LDR
terhadap Return On Assets. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Loan to Deposit (LDR) terhadap ROA. Hasil penelitian ini CAR berpengaruh
signifikan terhadap ROA dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Angela Christin Mosey, Parengkuan Tommy dan Victoria Untu (2018) Judul penelitian
Pengaruh risiko pasar dan risiko kredit terhadap profitabilitas pada bank umum BUMN yang
terdaftar di BEI periode 2012-2016. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh baik
secara simultan maupun secara parsial antara risiko pasar (NIM) dan risiko kredit (NPL)
terhadap Profitabilitas (ROA). Hasil dari penelitian ini menyatakkan bahwa Secara simultan
risiko pasar (NIM) dan risiko kredit (NPL) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

Hermin Sirait dan Irma Citrayani (2020) dengan Judul penelitian Pengaruh Tingkat
kesehatan bank dengan metode RCRG dan Strategi diverivikasi terhadap pertumbuhan laba
( Studi pada Bank BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Tujuan penelitian ini untuk
menguji pengaruh tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC dan strategi verifikasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan Tingkat kesehatan bank dan strategi diversifikasi berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba sementara tingkat kesehatan bank hanya melalui faktor
earnings yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

2.3 Hubungan Antar Variabel


2.3.1 Non Performing Loan (NPL) dengan Return on Asset (ROA)
Non Performing Loan (NPL) adalah kredit bermasalah atau kredit macet yang
didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni dari pihak perbankan
dalam menganalisis maupun pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja dalam
kewajibannya tidak melakukan pembayaran (Kasmir, 2013:155). Jika terjadi kredit
bermasalah yang mengarah kepada kredit macet dan merugikan, maka tingkat profitabilitas
pasti terganggu (Mahmoeddin, 2010:20). Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa
kredit bermasalah atau yang sering disebut dengan Non Performing Loan (NPL)
mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas bank. Pengaruh antara Non Performing Loan
(NPL) dengan Return On Asset (ROA) juga didukung oleh penelitian dari Angela Christin
Mosey, Parengkuan Tommy, Victoria Untu (2018) tentang Pengaruh risiko pasar dan risiko
kredit terhadap profitabilitas pada bank umum BUMN yang terdaftar di BEI periode 2012-
2016, yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
H1 :Diduga Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap Profibilitas
Bank BUKU 4

2.3.2 Net Interest Margin (NIM) dengan Return on Asset (ROA)


Menurut (Iswi Hariyani,2010:54), Net Interest Margin (NIM) merupakan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Teori yang menyatakan pengaruh antara Net Interest Margin
(NIM) dan Profitabilitas (ROA), menurut (Slamet Riyadi, 2008:135) menjelaskan bahwa
pendapatan bunga bersih yang tinggi akan mengakibatkan meningkatnya laba sebelum
pajak sehingga ROA pun bertambah. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Net Interest Margin (NIM) mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas bank.
Pengaruh antara Net Interest Margin (NIM) dengan Return On Asset (ROA) juga didukung
oleh penelitian dari Angela Christin Mosey, Parengkuan Tommy, Victoria Untu (2018)
tentang Pengaruh risiko pasar dan risiko kredit terhadap profitabilitas pada bank umum
BUMN yang terdaftar di BEI periode 2012-2016, yang menyatakan bahwa NIM
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Adapun hasil penelitian dari Charlie
Oktavianus M (2016) tentang Pengaruh CAR, LDR, NPL dan NIM terhadap Profitabilitas
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia, yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas.
H2 :Diduga Net Interest Margin (NIM)berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas
Bank BUKU 4

2.3.3 Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return on Asset (ROA)


Menurut Bank Indonesia (No. 9/13/PBI/2007), CAR adalah penyediaan modal
minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin
pada kewajiban yang bersifat kontijen dan/atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi
pihak ketiga maupun risiko pasar. Teori yang menyatakan pengaruh antara Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Profitabilitas (ROA), menurut (Mudrajad Kuncoro, 2011:529)
menjelaskan bahwa semakin besar (CAR) maka keuntungan yang diperoleh bank juga akan
semakin besar. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas bank. Pengaruh
antaraCapital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return On Asset (ROA) juga didukung oleh
penelitian dari Deden Edwar Youke Bernardin (2016) tentang Pengaruh CAR dan LDR
terhadap Return On Assets, yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap
ROA. Adapun hasil penelitian dari Rima Cahya Suwarno (2017) tentang Analisis Pengaruh
NPF, FDR, BOPO, CAR dan GCG terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2013-2017. yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
H3 :Diduga CapitalAdequacy Ratio(CAR)berpengaruh signifikan terhadap
Profitabilitas Bank BUKU 4

2.3.4 Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio
dengan Return on Asset (ROA)
Tujuan dari profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Dalam analisis menggunakan metode
RGEC, masing-masing variabel mempunyai pengaruhnya terhadap Profitabilitas yang
diproyeksikan dengan ROA. Seperti teori yang dikemukakan oleh (Mahmoeddin,
2010:20) yang menjelaskan bahwa Jika terjadi kredit bermasalah yang mengarah
kepada kredit macet dan merugikan, maka tingkat profitabilitas pasti terganggu, selain
itu ada juga teori yang dikemukakan oleh (Slamet Riyadi, 2008:135) menjelaskan
bahwa pendapatan bunga bersih yang tinggi akan mengakibatkan meningkatnya laba
sebelum pajak sehingga ROA pun bertambah. Adapun teori yang dikemukakan oleh
(Mudrajad Kuncoro, 2011:529) menjelaskan bahwa semakin besar (CAR) maka
keuntungan yang diperoleh bank juga akan semakin besar. Selain berdasarkan teori,
juga ada berbagai penelitian yang mendukung terdapat pengaruh RGEC terhadap ROA
namun diproyeksikan dalam variabel yang berbeda-beda. Untuk itu penulis tertarik
meneliti dengan menggunakan RGEC akan tetapi menggunakan variabel yang berbeda
dari penelitian sebelumnya yaitu Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin
(NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA).
H4 : Diduga Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan
CapitalAdequacy Ratio (CAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas Bank BUKU 4

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan dari tinjauan teori dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu maka
dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Risk Profile (NPL)


(X1) H1

Earning (NIM) H2 Profitabilitas (ROA)


(X2) (Y)

Capital (CAR) H3

(X3)

H4

2.5 Perumusan Hipotesis


Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, kerangka pemikiran dan penelitian
sebelumnya maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H1 : Diduga Non Performing Loan berpengaruh signifikan terhadap Profibilitas Bank
BUKU 4
H2 : Diduga Net Interest Margin berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Bank
BUKU 4
H3 : Diduga Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas
Bank BUKU 4
H4 : Diduga Non Performing Loan, Net Interest Margin, dan Capital Adequacy
Ratiosecara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Bank
BUKU 4

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis dan bersifatkuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2017, p. 23).Penelitian ini juga menjelaskan secara
deskripif yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai subyek dan obyek penelitian
berdasarkan daya yang bersangkutan (Azwar, 2014 : 126)

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank BUKU 4. Metode pengambilan sampel
adalah sampling jenuh dimana seluruh populasi bank BUKU 4 dijadikan sebagai sampel yaitu
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), PT. Bank Negara Indonesia (Persero), PT. Bank Mandiri
(Persero), PT. Bank Central Asia, PT. Bank CIMB Niaga, PT Bank Pan Indonesia, dan PT Bank
Danamon dengan rentang waktu 2015-2019.

3.3 Data dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung, melalui media perantara. Data sekunder di peroleh dari Annual Report masing-masing
Bank 2015-2019. Data sekunder dari penelitian ini berupa data-data mengenai Risk Profile
(NPL), Earning (NIM), Capital (CAR) dan profitabilitas(ROA) yang dianggap relevan dengan
topik penelitian.

3.4 Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data adalah purposive sampling, yaitu dengan teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini disebut juga teknik observasi nonpartisipan, yaitu
teknik pengumpulan data dengan pengamatan dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dan
hanya sebagai pengamat independent (Sugiyono, 2010:204). Dalam penelitian ini pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode analisis data yang dilakukan dengan berpedoman
pada data yang diperoleh dari data sekunder berupa Annual Report selama 2015- 2019 dan
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan metode RGEC. Agar
diperoleh data yang relevan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara
sebagai berikut:
1. Metode dokumentasi

Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan
metode dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita biografi,
peraturan, kebijakan (Sugiyono, 2010 : 240). Penulis mengambil catatan berupa laporan
keuangan yang telah dipublikasi oleh bank-bank tersebut selama lima tahun terakhir.

2. Studi Pustaka

Suryabrata (2011:35) menyatakan bahwa studi pustaka adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan mengadakan studi penelaahan terhadap sumber-sumber ilmu seperti
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan diteliti. Penulis melakukan studi penelaahan dengan menggunakan sejumlah
literatur yang terkait dengan Manajemen Keuangan dan Analisis Tingkat Kesehatan di sektor
perbankan.

3.5 Metode Analisa Data


Menurut Sugiyono (2013: 147) Analisis data adalah: “Mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, menabulasi data berdasarkan variabel dan jenis
responden, menabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responen, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.” Teknik atau analisis data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Klasik

Menurut Sunjoyo, dkk (2013:54) uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang
harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least
Square (OLS). Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus dilakukan sebelum
melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi
normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada
nilai residualnya. (Sunjoyo dkk, 2013:59). Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan untuk
menguji normalitas residual adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov (Ghozali,
2009:147). Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Rumus
Kolmogorov-Smirnovadalah sebagai berikut:

n1+ n2
KD :1,36 √
n1 n 2

Keterangan :

KD = jumlah Kolmogorov-Smirnov yang dicari

n1 = jumlah sampel yang diperoleh

n2 = jumlah sampel yang diharapkan

(Sugiyono, 2013:257)

Data dikatakan berdistribusi normal, apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada
(P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada (P<0,05),
maka data dikatakan tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol (Ghozali ,2009:95).
Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas
adalah dari aspek berikut ini:

 Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang 0,1, maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas, VIF = 1/Tolerance, jika
VIF = 10, maka Tolerance 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah
Tolerance.
 Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari
0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari multikolinearitas, jika nilai
korelasi lebih dari 0,70, berarti terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel
independen sehingga terjadi multikolinearitas.

 Jika nilai koefisien determinan, baik R2 ataupun adjusted R2 diatas 0,60 namun
tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen,
maka diasumsikan model terkena multikolinearitas (Sunjoyo dkk, 2013:65).

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians
dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap atau disebut homoskedastisitas.(Sunjoyo,2013:69). Cara
mengetahui ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas pada penelitian ini dengan
melakukan pengujian dengan uji glejser. Jika sigifikansi dari nilai probabilitas lebih
kecil dari 0,05 maka model tersebut mengandung heteroskedastisitas, dan apabila
signifikansi dari nilai probabolitas lebih besar dari 0,05 maka model tersebut tidak
mengandung heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi
Menurut Winarno (2015: 29) uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi nya ada korelasi antara residual satu observasinya dengan residual observasi
lainnya (periode sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Dalam uji ini menggunakan uji durbin watson uji ini merupakan salah
satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya korelasi, hampir semua
program statistik sudah menyediakan fasilitas untuk menghitung nilai d yang
mengambarkan koefisien DW. Nilai ini akan berada di kisaran 0 hingga 4. Dasar
pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Durbin Watson


Hipotesisi nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < d < 4


Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi, positif Tidak ditolak du < d < 4-du
atau negatif
Sumber : Ghozali (2013:111)

2. Uji Regresi Linier Berganda


Menurut Sugiyono (2016:192) analisis regresi linier berganda merupakan regresi
yang memiliki satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen.
Adapun persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + β1x1 + β2x2 + β3x3 + e

Keterangan =

Y = Return on Asset (ROA)

a = Konstanta

β1- β3 = Koefisien regresi

X1 = Non Performing Loan (NPL)

X2 = Net Interest Margin (NIM)

X3 = Capital Adequacy Ratio (CAR)


e = Kesalahan residual (error)

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
NPL, NIM, dan CAR terhadap ROA Bank BUKU 4

3. Uji Statistik

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Menurut Ghozali (2012: 97) koefisien determinasi (R2) merupakan alat untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel-variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dirumuskan
sebagai berikut (Kurniawan,2014:186) :

KD = 𝑅2 x 100%

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

R2 = Koefisien korelasi yang dikuadratkan

b. Uji F (Simultan)
Menurut Ghozali (2012: 98) Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel

terikat. Pengujian F dapat dihitung dari formula sebagai berikut Ariefianto (2012:22)

:
R2 /k
F hitung = 2
(1−R )/(n−k −1)

Keterangan :

R : Koefisien korelasi ganda

k : Jumlah variabel independen

n : Jumlah anggota sampel

Menentukan Hipotesis :

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh


signifikan terhadap variabel dependen

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan


terhadap variabel dependen

Menentukan Tingkat Signifikan :

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan mengambil
keputusan 5%

Pengambilan Keputusan :

Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen

Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

c. Uji t (Parsial)
Menurut Ghozali (2012: 98) Uji beda t-test digunakan untuk menguji seberapa jauh

pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara individual

dalam menerangkan variabel dependen secara parsial. Menurut Sugiyono (2016:184)

uji signifikansi t dapat dilakukan dengan rumus statistik sebagai berikut :


t hitung =r √ n−2
√1−r 2
Keterangan :

t : Nilai uji t yang dihitung

r : Koefisien korelasi

r2 : Koefisien determinasi

n : Jumlah anggota sampel.

Merumuskan Hipotesis :

Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel independen


(X) terhadap variabel dependen (Y). NPL, NIM dan CAR secara parsial tidak
berpengaruh terhadap ROA

Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X)


terhadap variabel dependen (Y). NPL, NIM dan CAR secara parsial berpengaruh
terhadap ROA.

Menentukan Tingkat Signifikan :

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan mengambil
keputusan adalah 5%.

Pengambilan Keputusan :

Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan secara parsial dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)

Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan secara parsial dari variabel independen (X)

3.6 Definisi Operasional Variabel

1. Profitabilitas
Profitabilitas dapat diukur dengan Return on Asset (ROA) yang merupakan rasio untuk
menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau
total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari
persentase rasio ini.

Laba Bersi h Sebelum Pajak


ROA= × 100 %
Total Aktiva

2. Risk profile
Profil risiko (Risk profile) dihitung dengan menggunakan rasio Non Performing Loan
(NPL). Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6 / 10 / PBI / 2004 tanggal April 2004
mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, menetapkan bahwa rasio
kredit bermasalah (NPL) yakni sebesar 5%. Rumus perhitungan untuk NPL adalah
sebagai berikut:
kredit bermasalah
NPL= ×100 %
Total Kredit

3. Earning
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011,
parameter penilaian kinerja bank dalam menghasilkan laba (earning) dapat dihitung
dengan menggunakan rasio return on asset (ROA) dan net interest margin (NIM).

Pendapatan Bunga Bersi h


NIM = × 100 %
Aktiva Produktif

4. Capital
Berdasarkan SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, penilaian faktor
permodalan (capital) meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan serta
penilaian mengenai pengelolaan permodalan bank. Faktor capital dapat diukur dengan
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).

Modal Bank
CAR= × 100 %
Aktiva Tertimbang menurut Risiko

Anda mungkin juga menyukai