Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah Manajemen Perbankan

“MANAJEMEN BANK SYARIAH”

Oleh :

NAMA : MUDRIKA KADIR

NIM : 931419115

KELAS/PRODI : B/S1-MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat
dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan makalah yang berjudul “MANAJEMEN BANK SYARIAH” untuk
memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah  Manajemen Perbankan.
Penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi bahan informasi yang
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Gorontalo, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1   Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2   Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3   Tujuan ......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
2.1    Pengertian Manajemen Syariah.................................................................................. 2
2.2    Dasar - dasar Manajemen Syariah ............................................................................. 2
2.3 Prinsip Manajemen dalam Syariah Islam................................................................... 5
2.4 Unsur Manajemen Syariah dan Implikasinya di Bank Syariah.................................. 7
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 10
3.2     Kesimpulan ............................................................................................................... 10
3.2     Saran ......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Managemen di dalam Bank berfungsi sebagai sarana pendorong tercapainya tujuan dari
Bank Syari’ah itu sendiri. Bukan hanya untuk pencapain ke untungan semata melainkan untuk
kemaslahatan umat. Untuk lebih jelasnya kami telah menyiapkan penjelasan yang lebih rinci
pada bab selanjutnya. Penjelasan tersebut mencakup sebagian penjelasan mengenai Pola
Managemen Bank Syari’ah yaitu : Tujuan dari Managemen bank syari’ah, aspek dan sifat
manusia sebagai dasar managemen bank syari’ah, unsur dari managemen bank syari’ah dan
bagaimana implikasinya di dalam bank syari’ah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen dalam Islam?
2. Apa saja yang menjadi dasar-dasar dari manajemen bank syariah?
3. Apakah yang menjadi prinsip dari manajemen bank syariah?
4. Apa saja unsur-unsur manajemen bank syariah dan bagaimana impklikasinya dalam bank
syariah?
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami manajemen dalam Islam
2. Mengetahui apa yang menjadi dasar-dasar dari manajemen bank syariah
3. Memahami prinsip dari manajemen bank syariah
4. Mengetahui unsure-unsur manajemen bank syariah dan impilikasinya dalam bank syariah

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Syariah
Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah. Idarah diambil dari perkataan
adartasy-syai’a atau perkataan ‘adarta bihi juga dapat didasarkan pada kata ad-dauran.
Pengamat bahasa menilai pengambilan kata yang kedua – yaitu: ‘adarta bihi – itu lebih tepat.
Oleh karena itu, dalam Elias’ Modern Dictionary English Arabic kata management (english),
sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah, dan qiyadah dalam bahasa Arab. Dalam Al-Qur’an
dari terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir dalam berbagai derivasinya. Tadbir
adalah bentuk masdar dari kata kerja dabbara, yuddabiru, tadbiran. Tadbir berarti penertiban,
pengaturan, pengurusan, perencanaan, dan persiapan.
Secara istilah, sebagian pengamat mengartikannya sebagai alat untuk merealisasikan
tujuan umum. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa idarah (manajemen) itu adalah suatu
aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal,
perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-
unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat
tercapai dengan cara yang efektif dan efisien.
Berangkat dari uraian-uraian di atas, secara implisit, dapat diketahui, bahwa hakikat
manajemen yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah merenungkan atau memandang ke depan
suatu urusan (persoalan), agar persoalan itu teruji dan baik akibatnya. Untuk menuju hakikat
tersebut, diperlukan adanya peraturan dengan cara yang bijaksanaan.
Hakikat manajemen yang terkandung dalam Al-Qur’an ini, dengan demikian erat
kaitannya dengan percapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajerial itu
sendiri. Karena pada dasarnya terbangunnya konsep manajemen disandarkan kepada ketiga dasar
pemikiran tersebut (pencapaian tujuan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan manajemen).

2.2 Dasar-dasar Manajemen Syariah


Hakikat yang terkandung dalam Al-Qur’an yakni merenungkang atau memandang ke depan
suatu urusan (persoalan), agar perkara itu terpuji dan baik akibatnya, maka hal ini,
menderivasikan adanya prinsip-prinsip manajemen yang meliputi: pertama, keadilan. Kedua,

2
amanah dan pertanggungjawaban. Ketiga, komunikatif. Prinsip pertama dan kedua berangkat
dari klasifikasi pertama yakni lafadz tadbir yang berhadapan dengan lafadz al-amr. Sedangkan
prinsip ketiga berangkat dari klasifikasi kedua dan ketiga yakni lafadz tadbir yang berhadapan
dengan lafadz Al-Qur’an dan lafadz tadbir yang berhadapan dengan al-qaul. Hal tersebut
didasarkan pada argumen bahwa lafadz Al-Qur’an dan al-qaul merupakan simbol dari
komunikasi pada QS As-Shad (38): 29 dan QS Mu’minum (23): 68.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, maka Jamil (2002) meringkasnya menjadi prinsip-
prinsip manajemen Islami, sebagai berikut:
1. Keadilan
Meski benar bahwa keadilan dan ketidakadilan telah terlihat jelas sejak manusia eksis di
muka bumi, manusia masih kabur dalam menggambarkan tapal batasnya. Arti keadilan tidak
pernah dipahami secara lengkap. Keadilan merupakan satu prinsip fundamental dalam ideologi
Islam. Pengelolaan keadilan seharusnya tidak sepotong-potong, tanpa mengacu kepada status
sosial, asset finansial, kelas dan keyakinan religius seseorang. Al-Qur’an telah memerintahkan
penganutnya untuk mengambil keputusan dengan berpegang pada kesamaan derajat, keutuhan
dan keterbukaan. Maka, keadilan adalah ideal untuk diterapkan dalam hubungan dengan sesama
manusia.
Kata kunci yang digunakan Al-Qur’an dalam menjelaskan konsep keadilan adalah ‘adl
dan qist. ‘Adl mengandung pengertian sawiyyat, dan juga mengandung makna pemerataan dan
kesamaan. Penyamarataan dan kesamaan ini berlawanan dengan kata Zulmdan jaur (kejahatan
dan penindasan). Qist mengandung makna distribusi, angsuran, jarak yang merata. Taqassata
salah satu kata derivasinya juga bermakna distribusi yang merata bagi masyarakat, dan qistas,
kata turunan lainnya, berarti keseimbangan berat. Sehingga kedua kata di dalam Al-Qur’an yang
digunakan untuk menyatakan keadilan yakni ‘adl dan qist mengandung makna distribusi yang
merata, termasuk distribusi materi. Keadilan yang terkandung dalam Al-Qur’an, juga bermakna
menempatkan sesuatu pada proposinya.
2. Amanah dan Pertanggungjawaban
Dalam hal amanah dan petanggungjawaban, Islam menggariskan dalam firman-Nya,
yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan”.

3
Amanat yang menjadi pembahasan pada klausa ini merupakan bentuk masdar dari kata
kerja amina, ya’manu, amn (an), amanat (an), aman (an), imn (an), amanat (an) secara leksikal
bermakna segala yang diperintah Allah pada hamba-Nya.
Ibn Katsir mengemukakan bahwa ayat ini menyatakan sift-sifat Utusan Tuhan, yaitu:
menyampaikan seruan Tuhan, member nasihat dan kepercayaan. Al-Maraghi mengklasifikasikan
amanat terbagi atas:

a. Tanggung jawab manusia kepada sesamanya


b. Tanggung jawab kepada Tuhan
c. Tanggung jawab manusia kepada dirinya sendiri.
Prinsip tersebut bermakna bahwa setiap pribadi yang mempunyai kedudukan fungsional
dalam interaksi antar manusia dituntut agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
Apabila ada kelalaian terhadap kewajiban tersebut akan mengakibatkan kerugian pada dirinya
sendiri. Persoalan lebih lanjut berkenaan dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggung
jawab dan sumber tanggung jawab tersebut. Persoalan ini terkait dengan amanat yang telah
dikemukakan, yaitu amanat dari Tuhan berupa tugas-tugas berupa kewajiban yang dibebankan
oleh agama, dan amanat dari sesame manusia, baik amanat yang bersifat individual maupun
organisasional. Pada konteks inilah, si penerima amanat dituntut untuk professional, sesuai
dengan hadist Rasulullah SAW berikut:
“Jika amanat telah disia-siakan, tunggulah kehancuran”. Lalu sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, bagaiamana menyia-nyiakannya?” Rasulullah SAW menjawab, “Jika urusan
diserahkan orang yang bukan ahlinya”.
Selanjutnya, amanat-amanat yang dibebankan tersebut, akan dimintai
pertanggungjawabannya, seperti hadist Rasulullah SAW berikut:
“Setiap hamba itu adalah penggembala (pemelihara) atas harta tuannya, dan dia bertanggung
jawab atas harta yang dikelolanya”.
3. Komunikatif
Sesungguhnya dalam gerak manusia tidak dapat menghindari untuk berkomunikasi.
Begitu akrabnya komunikasi dengan kehidupan manusia, sehingga manusia perlu berkomunikasi
untuk menghindari komunikasi.

4
Dalam manajemen, komunikasi menjadi faktor penting dalam melakukan transformasi
kebijakan atau keputusan dalam rangka pelaksanaan manajerial itu sendiri menuju tercapainya
tujuan yang diharapkan. Begitu pentingnya komunikasi dalam manajemen, sehingga menuntut
komunikasi tersebut disampaikan dengan tepat. Ketepatan menyampaikan komunikasi ini,
selanjutnya disebut sebagai komunikatif.
Uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa kodrati manusia sebagai
makhluk yang tergantung dan makhluk utama yang memeiliki kebebasan dalam menentukan
jalan hidupnya serta eksistensinya sebagai hamba Allah dan Khalifah yang membawa misi
pemakmur bumi dan ma’ruf nahi munkar, erat kaitannya dengan pencapaian hakikat manajemen
yang terkandung dalam Al-Qur’an yakni memandang atau merenungkan suatu urusan
(persoalan) agar persoalan tersebut terpuji dan baik akibatnya.

2.3 Prinsip Manajemen dalam Syari’ah Islam


Berdasarkan prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada relevansinya dengan
Al-Qur’an atau Al-Hadits antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang baik dan
terpuji seperti perbuatan tolong menolong (taawun), menegakkan keadilan di antara manusia,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi, dan lain-lain. Sedangkan
perbuatan munkar (keji), seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebagainya harus dijauhi dan
bahkan harus diberantas.
Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi munkar)
adalah wajib sebagaimana firman Allah SWT:
“Hendaklah ada diantara kamu umat yang menyeru pada kebijakan, menyuruh berbuat yang
ma’ruf dan mencegah perbuatan keji”.
Untuk melaksanakan prinsip tersebut, ilmu manajemen harus dipelajari dan dilaksanakan
secara sehat, baik secara bijak maupun secara ilmiah.
2. Kewajiban Menegakkan Kebenaran
Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghapus
kebatilan, dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridhai Tuhan.

5
Kebenaran (haq) menurut ukuran dan norma Islam, antara lain tersirat di dalam firman
Allah SWT,
“Katakanlah ya Muhammad! Telah datang kebenaran dan telah sirna yang batil. Sesungguhnya
yang batil itu akan lenyap”.
“Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau termasuk salah seorang yang ragu-
ragu”.
Manajemen sebagai suatu metode pengelolaan yang baik dan benar, untuk menghindari
kesalahan dan kekeliruan dan menegakkan kebenaran. Menegakkan kebenaran adalah metode
Allah yang harus ditaati oleh manusia. Dengan demikian manajemen yang disusun oleh manusia
untuk menegakkan kebenaran itu menjadi wajib.
3. Kewajiban Menegakkan Keadilan
Hukum syari’ah mewajibkan kita menegakkan keadilan, kapan dan dimanapun. Allah
berfirman:
“Jika kamu menghukum di antara manusia, hendaknya kamu menghukum (mengadili) secara
adil”.
Katakanlah ya Muhammad! “Tuhamku memerintahkan bertindak adil”.
Semua perbuatan harus dilakukan dengan adil. Adil dalam menimbang, adil dalam
bertindak, dan adil dalam menghukum. Adil itu harus dilakukan dimanapun dan dalam keadaan
apapun, baik itu waktu senang maupun itu di waktu susah. Sewaktu sebagai orang kecil harus
berbuat adil, sewaktu sebagai orang yang berkuasapun harus adil. Tiap muslim harus adil kepada
dirinya sendiri dan adil pula kepada orang lain.
4. Kewajiban Menyampaikan Amanah
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap muslim untuk menunaikan amanah.
Kewajiban menunaikan amanah dinyatakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah ,e,erintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya”.
Ayat ini mengandung pengertian bahwa Allah memerintahkan agar selalu menunaikan
amanat dalam segala bentuknya, baik amanat perorangan, seperti dalam jual-beli, hukum
perjanjian yang termaktub dalam Kitab Al-Buyu’ (hukum dagang) maupun amanat perusahaan,
amanat rakyat dan negara, seperti yang dipikul oleh pejabat pemerintah, ataupun amanat Allah

6
dan umat, seperti yang dipikul oleh setiap pemimpin Islam. Mereka tanpa kecuali memikul
beban untuk memelihara dan menyampaikan amanat.

2.4 Unsur Manajemen Syari’ah dan Impikasinya di Bank syari’ah


1. Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang meliputi:
a. Forecasting
Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, yang paling mungkin
memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan
perhitungan yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi
informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
b. Objective
Objective atau tujuan adalah nilai yang akan dicapai oleh seseorang atau badan.
c. Policies
Policies dapat berarti rencana kegiatan (flan of action) atau juga dapat diartikan suatu
pedoman pokok (guiding principles) yang diadakan oleh suatu badan usaha untuk menentukan
kegiatan yang berulang – ulang. Suatu policie dapat dikenal dengan dua macam sifat, yaitu
pertama merupakan prinsip – rinsip dan kedua sebagai aturan untuk kegiatan – kegiatan. Oleh
karena itu policies merupakan prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan yang terus – menerus
setidak – tidaknya selama jangka waktu pelaksanaan rencana suatu organisasi.
Bidang kegiatan bank yang perlu dirumuskan dalam wujud kebijakan dasar (basic policies)
umumnya meliputi bidang – bidang penting bagi aktifitas bank, yaitu sebagai berikut:
1) Tipe nasabah yang dilayani
2) Jenis layanan yang disediakan bagi nasabah
3) Daerah atau wilayah pelayanan 
4) Sistem penyampaian (delivery system produk dan jasa bank)
5) Distribusi aktiva produktif
6) Prefensi likuiditas
7) Persaingan
8) Pengemangan dan pelatihan staf
d. Programmes

7
Programmes adalah sederatan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies.
Program itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanaka secara
bertahap, dan terikat denga ruang (place) dan waktu (time). Program itu harus merupakan suatu
kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan yang telah ditentukan dalam
organisasi (closely integrated).
e. Schedules
Schedules adalah pembagian program yang harus diselesaikan menurut urut – urutan waktu
tertentu. Dalam keadaan terpaksa schedules dapat berubah, tetapi tujuan dan program tidak
berubah.
f. Prosedures
Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Perbedaannya dengan program adalah program menyatakan apa yang harus
dikerjakan, sedangkan prosedur membicarakan tentang bagaimana melaksanakanya.
g. Budget
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan
yang diharapkan diperoleh dimasa yang akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan
dalam waktu, uang, material dan unit – unit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh
hasil yang diharapkan.
2. Perorganisasian
Perorganisasian diartikan sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang – orang, alat –
alat, tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan
yang dalap digerakkan dalam rangka mencapai tujuan.
Allah menciptakan manusia dalam satu komunitas, satu sama yang lainya saling
berhubungan dan berinteraksi. Kesemuanya ditugasi atau diamanahi sebagai khalifah di muka
bumi ini. Dalam menjalankan fungsi kekhalifahanya diharapkan dapat menciptakan
kemakmuran. Kemakmuran akan terwujud jika diantara manusia saling tolong – menolong, tidak
terpecah-pecah.
3. Struktur Organisasi
Disamping Dewan Komesaris dan Direksi, Bank Umum Syari’ah dan BPR Syari’ah wajib
memiliki Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang ditempatkan dikantor pusat bank tersebut. Oleh
karena itu struktur organisasi bank harus disesuaikan.

8
Sementara itu bank umum konvensional yang membuka kantor cabang syari’ah, selain wajib
memiliki DPS juga wajib membuka Unit Usaha Syari’ah (UUS). UUS merupakan satuan kerja
dikantor pusat bank umum yang berfungsi sebagai kantor induk bagi kantor – kantor cabang
syari’ah, karena BPR konvensional tidak diperkenankan untuk memiliki kantor cabang syari’ah,
maka UUS tidak dikenal pada BPR.
Dalam pelaksanaan tugas sehari – hari, DPS wajib mengikuti fatwa DSN yang merupakan
otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan
ketentuan dan prinsip syari’ah.
4. Perencanaan Organisasi
Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang logis dari kegiatan – kegiatan
bank, menurut hasil yang ingin dicapai yang menunjukan dengan jelas tanggung jawab dan
wewenang atas suatu tindakan. Struktur organisasi tergantung pada besar – kecilnya bank (bank
size), keragaman layanan yang ditawarkan, keahliah personilnya dan peraturan – peraturan
perundang – undang yang berlaku. Tidak ada acuan baku pada penyusunan struktur organisasi
bagi bank dalam segala situasi kebutuhan oprasinya. Bank mengorganisasikan fungsi – fungsi
untuk melayani nasabahnya atau menempatkan karyawan yang ada atau karyawan yang sesuai
dengan bakat dan kemampuannya dan kemampuanya. Struktur organisasi setiap bank berikut
tanggung jawab dan wewenang para pejabatnya bervariasi satu sama lain. Oleh karena itu
struktur organisasi mencerminkan pandangan manajemen tentang pandangan cara yang paling
efektif untuk mengoprasikan bank.
5. Pengawasan
Kelancaran oprasi bank adalah kepentingan utama bagi manajemen puncak (top
management). Melalui pengawasan para menejer dapat memastikan tercapai atau tidaknya
harapan mereka. Pengawasan juga dapat membanu mereka mengambil keputusan yang lebih
baik.
Kata pengawasan dipakai sebagai arti harfiah dari kata controlling. Dengan demikian
pengerian pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan dan pengukuran terhadap
jalanya operasi berdasarkan rencanayang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil
yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan tindakan koreksi penyimpanan, dan
perbandingan  antara hasil (output) yang dicapai dengan masukkan (input) yang digunakan.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan,
pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil
yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien.
Hakikat yang terkandung dalam Al-Qur’an yakni merenungkang atau memandang ke
depan suatu urusan (persoalan), agar perkara itu terpuji dan baik akibatnya, maka hal ini,
menderivasikan adanya prinsip-prinsip manajemen yang meliputi: pertama, keadilan. Kedua,
amanah dan pertanggungjawaban. Ketiga, komunikatif.
Prinsip-prinsip manajemen Islami anatara lain adalah Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
Kewajiban Menegakkan Kebenaran, Kewajiban Menegakkan Keadilan, Kewajiban
Menyampaikan Amanah
Unsur-unsur manajemen bank syari’ah yaitu: Perencanaan, Forecasting, Objective, dan
Policies
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Maka dari itu, penulis secara terbuka akan menerima kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yokyakarta: UPP AMPYKPN, 2002)
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2014)
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Edisi Revisi), (Yokyakarta: UPP AMPYKPN, 2011)
Hafidhuddun, Didin, dan Hendri, Manajemen Syariah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003)
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yokyakarta: YKPN, 2015)
Al-Qur’an dan Terjemahannya
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali, 2014)
Herry dan Khaerul, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013)
Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mubjir, Amaanah dalam Manajemen (terjemahan: Rahmad
Abas), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997)
Arifin Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tanggerang: Azkiz Publisher, 2009)
https://kumpulan-makalah-ekonomi-syariah.blogspot.com/2017/06/makalah-manajemen-bank-
syariah.html

11

Anda mungkin juga menyukai