KELAS: C
NIM: 1011421019
JAWABAN
1. Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan.[1] Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan
meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan
merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme,
Tuhan merupakan pencipta alam semesta, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam
semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan
menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda.
Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa
(memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung
segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal
abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud
(tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang
dapat direnungkan".[1] Banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang
mengembangkan argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.[2]
Memiliki rasa takut terhadap Allah SWT merupakan satu dari 10 ciri-ciri orang beriman. Dirinya
tidak akan berani melanggar apapun apa yang telah ditetapkan menjadi suaru larangan Allah dan
akan selalu mentaati setiap perintah-Nya.
Rasa takut terhadap Allah SWT merupakan salah satu bentuk mengagungkan-Nya. Seperti yang
dijelaskan dalam Q.S Al-Anfal : 2
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang bila disebut nama Allah
Subhanahu Wata’ala gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Khusyuk dalam sholat merupakan satu dari 10 ciri-ciri orang beriman lainnya. Seseorang yang
telah memiliki keimanan yang kuat akan lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah sholat, baik
wajib atau sunnah meski banyak gangguan.
Artinya: (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya (Q.S. al-Mukminum 23:2)
10 ciri0ciri orang beriman tidak akan melakukan hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Dirinya
justru akan sibuk melakukan urasan ibadah yang akan menambah keimanannya. Allah Ta’ala
pun berfirman:
Artinya: dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia (Q.S.
Al-Mukminun 23: 3)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
ِم ْن ُح ْس ِن إِ ْسالَ ِم ْال َمرْ ِء تَرْ ُكهُ َما الَ يَ ْعنِي ِه
Artinya: “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”
(HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih).
Senang mendengar bacaan ayat Al-Aur’an merupakan satu dari 10 ciri-ciri orang beriman.
Bukan hanya itu, keimanan dalam hati mereka juga semakin bertambah ketika mendengar ayat-
ayat Allah SWT. Allah Ta’ala pun berfirman:
Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.
Al-Anfal: 2)
Rujukan nomor 2: https://hot.liputan6.com/read/4153860/10-ciri-ciri-orang-beriman-lengkap-
dengan-dalilnya
3. Adapun implikasi konsep Islam tentang hakekat manusia dan hubungannya dengan
pendidikan Islam adalah: Pertama, Sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep
kesatuan antara qalbiyah dan aqliyah untuk dapat menghasilkan manusia intelektual dan
berakhlak. Kedua, pendidikan Islam harus berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki
manusia secara maksimal, sehingga dapat diwujudkan bermuatan hard skill dan soft skill.
Ketiga, pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang kondusif bagi proses transformasi ilmu
pengetahuan dan budaya Islami. Keempat, konsep hakekat manusia dan fungsi penciptaannya
dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori-teori
pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan rasional filosofis.
Kelima, proses internalisasi nilai-nilai Islam kedalam pribadi seseorang harus dapat
dipadukan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat meperkuat
terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan menuju terbentuknya mentalitas insan kamil.
4. Dalam banyak ayat, Alquran memuji-muji manusia karena memiliki keistimewaan dibanding
ciptaan Allah lainnya. Keistimewaan inilah yang menjadikan manusia memiliki posisi yang lebih
mulia dan utama dari malaikat sekalipun.
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan
di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas
banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS: Alisra:70)
Di awal penciptaan, para malaikat bersujud kepada Nabi Adam kecuali Iblis. Iblis merasa bahan
penciptaan dirinya lebih mulia dari manusia, manusia dari tanah sedangkan Iblis dari api.
Padahal kemuliaan dan keistimewaan Nabi Adam, bukan berkaitan dengan bahan penciptaannya
sehingga Iblis membanding-bandingkan dengan dirinya, tapi sekaitan dengan keistimewaan
potensi yang dimiliki manusia, sebagai bahan menapaki hidup di dunia kelak.
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para
malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang
benar!. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dia
(Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah
Adam menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu,
bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan
dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS: Albaqoroh: 31-33)
Menjadi Khalifah
Dari sisi wujud, manusia memiliki kepantasan menjadi khalifah di muka bumi. Memiliki potensi
dan kelayakan mewarisi serta menjaga bumi agar tetap menjadi tempat yang layak ditinggali dan
tempat makhluk-makhluk lain bertasbih kepada Sang Pencipta.
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di
bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-
Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS:
Albaqarah:30)
Malaikat pun Bersujud Kepada Manusia
Di antara bukti lain dari kedudukan tinggi manusia adalah Allah menyuruh para malaikat-Nya
untuk bersujud kepada manusia, sebagai bukti ketundukan dan ketaatan malaikat kepada perintah
Allah.
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh
(ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” (QS: Shad:71-72)
Mampu Mengungkap Rahasia Alam Semesta
“Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang
segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu
(juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar
kamu bersyukur.” (QS. Anahl: 14)
Memiliki Akal Sempurna untuk Mengetahui Baik dan Buruk
Di antara keistimewaan penting manusia adalah pengetahuan baik dan buruk yang dipahami oleh
akalnya. Karena pengetahuan akan kebaikan inilah yang akan menjadikan manusia sempurna
menuju kepada kesucian. Namun sebaliknya, jika menentang akal dan memperturutkan hawa
nafsu akan mejerumuskan, dan menjadikannya makhluk yang hina.
“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan)
kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS: Assyam: 7-10)
Dibekali Fitrah Tauhid
Manusia dibekali fitrah untuk bertauhid kepada Allah sebagai penciptanya. Manusia memiliki
kecendrungan kepada agama, mencari pencipta lalu tunduk menyembah-Nya. Jika tidak, niscaya
dalam hidupnya akan senantiasa gelisah. Tidak akan pernah tentram selama belum bersama
Tuhan.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada
ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS:
Arrum: 30)
Rujukan nomor 4: https://islamindonesia.id/hikmah/keistimewaan-manusia-dalam-
alquran.htm
5. Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan iptek (Hasibuan, 2014). Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam)
wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Pada dasarnya kita hidup
didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal
harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist (Wiartha, 2017). Tidak akan
tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an
dan Al-Hadist. Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim
ada, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah
ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari
Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil).
Dimasa pandemi covid-19, terjadi transformasi dibidang agama khususnya di bidang dakwah
(Sainuddin, 2020). Dari transformasi inilah, maka sosial media menjadi salah satu trand dalam
mendapatkan pendidikan bagi keluarga khususnya
Rujukan nomor 5 : file:///C:/Users/Hukum%20Dan%20Kerjasama/Downloads/IPTEK
%20MENURUT%20PANDANGAN%20ISLAM_2020.pdf
6. konsepsi hukum dan ham demokrasi dalam islam,dasar kerangkanya ditetapkan oleh Allah.
Hukum ham dalam islam mengatur hak hak manusia dari semua umur mulai dari anak anak
hingga tua dan apa saja yang menjadi keutamaan atau kewajiban setiap umat.Misalnya
kewajiban sebagai anak, kewajiban suami terhadap istri dalam islam, sebagai istri , sebagai
pemimpin, dsb. sedangkan dalam hal demokrasi hukum demokrasi dalam islam berhubungan
dengan organisasi atau kepemimpinan untuk mencapai keadilan dan tujuan bersama yang sesuai
dengan syarian islam
8. Seni sebagai sebagian dari perbuatan dan perilaku manusia yang mendapat sokongan al-
Quran harus memiliki dua tipologi berikut:
Pertama: Seni sebagai media untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama dan prinsip-prinsip
fitrawi manusia serta membuat manusia tetap menaruh perhatian terhadap kehidupan akhirat.
Kedua: dalam pelaksanakannya, seni tidak boleh menyalahi dan menyimpang aturan-aturan yang
telah digariskan oleh agama.
9. sikap mengakui eksistensi agama lain adalah bagian dari perintah Allah (QS.109:1-6).14
Sikap seperti inilah yang dapat dikatagorikan sebagai pluralisme. Pluralisme bukan saja
mengisyaratkan adanya sikap bersedia mengakui hak agama lain untuk eksis di muka bumi,
tapi juga mengandung makna kesediaan berlaku adil kepada mereka atas dasar
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki; “Allah tidak melarang kamu berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama
dan tidak mengusirmu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah (60): 8).
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َوالَ ِه َى تَ َر َك ْتهَا تَأْ ُك ُل ِم ْن، ط َع َم ْتهَا َوالَ َسقَ ْتهَا إِ ْذ َحبَ َس ْتهَا
ْ َ الَ ِه َى أ، ت فِيهَا النَّا َر ْ ت ا ْم َرأَةٌ فِى ِه َّر ٍة َس َجنَ ْتهَا َحتَّى َمات
ْ َ فَ َد َخل، َت ِ َُع ِّذب
ِ ْاش األَر
ض ِ خَ َش
Artinya: “Ada seorang perempuan disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya hingga mati
karena tindakannya tersebut ia masuk neraka. Wanita itu tidak memberi kucing tersebut makan,
tidak pula minum ketika ia mengurungnya. Juga kucing tersebut tidak dibolehkan untuk
memakan serangga-serangga di tanah” (HR. Bukhari no. 3482 dan Muslim no. 2242).
Hadits di atas memberi isyarat bahwa umat Islam tidak dibolehkan melakukan tindakan radikal
maupun teror. Keduanya merupakan tindakan yang berlebihan dan kejam. Apalagi bila dilakukan
kepada sesama manusia. Demikian selain bertentangan dengan agama, juga menyalahi
kemanusiaan.