Anda di halaman 1dari 14

Tugas Akhir Ekonomi Syariah

MAKALAH

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SEKTOR

EKONOMI ISLAM

Oleh :

NAMA : MUDRIKA KADIR

NIM : 931419115

KELAS/PRODI : B/S1-MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA DI SEKTOR EKONOMI SYARIAH” untuk memenuhi nilai tugas akhir mata
kuliah  Ekonomi Syariah.
Penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi bahan informasi yang
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Gorontalo, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1   Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2   Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3   Tujuan Penulisan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1    Sumber Daya Manusia di Sektor Ekonomi Syariah................................................... 3
2.2    Pentingnya SDM dalam Ekonomi Syariah ................................................................ 5
2.3 Tahapan Pengembangan SDM................................................................................... 6
2.4 Prinsip – Prinsip Syariah dalam Pengembangan SDM.............................................. 8
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 10
3.2     Kesimpulan ............................................................................................................... 10
3.2     Saran ......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum,
dimana manajemen umum sebagai proses yang meliputi segi-segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Sumber daya manusia dianggap semakin
penting peranannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan
hasil penelitian dalam bidang sumber daya manusia (SDM) dikumpulkan secara sistematis
dalam apa yang disebut dengan manajemen sumber daya manusia, dimana istilah
“manajemen” mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya
me-manage(menegelola) sumber daya manusia. Sebagaimana firman Allah SWT. Artinya :
“Tidakkah kamu perhatiakan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi
dengan hak? Jika dia menhendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti (Mu)
dengan makhluk yang baru.” Q.S Ibrahim (14):19.

Sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat dinafikan perannya bagi pertumbuhan
bank syariah. Sumber daya manusia tidak saja terkait dengan pengembangan produk, tapi
juga meliputi aspek yang lebih luas, yang sangat menentukan kelanjutan dan kesinambungan
masa depan usaha bank syariah.

Kurang tersedianya sumber daya manusia sekarang ini, memang telah menjadi polemik
yang tengah dihadapi lembaga keuangan syariah. Tidak hanya persoalan kualitas, melainkan
kuantitas juga menjadi sebuah persoalan yang perlu dibenahi. Sebab, disaat meningkatnya
industri perbankan syariah, malah sumber daya manusianya merosot. Akibatnya bisnis akan
menjadi timpang.

Lembaga keuangan syariah seperti bank syariah dikelola dengan prinsip syariah. Lahirnya
perbankan syariah disebabkan oleh kondisi obyektif dengan adanya keinginan masyarakat
untuk berkegiatan ekonomi yang berprinsipkan syariah, diantaranya melalui perbankan
syariah. Bank syariah di Indonesia berkembang sangat cepat, hal ini didukung oleh hadirnya
manajemen sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sebab, bank syariah tidak
mungkin mampu mencapai kesuksesan kecuali didukung oleh manajemen sumber daya
manusia yang berkualitas. Hingga kini, diantara permasalahan yang masih dihadapi
perbankan syariah adalah: SDM yang berlatar belakang pengetahuan dalam bidang perbankan
syariah masih relatif sedikit dibandingkan dengan ekonomi konvensioal.

Perkembangan Perbankan syariah perlu didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang
layak, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitasnya. Namun, faktanya SDM yang
tidak memiliki latar belakang pengetahuan Islamic Banking masih banyak terlibat dalam
institusi syariah. Tentunya kondisi ini sangat signifi kan berpengaruh terhadap produktivitas
dan profesionalisme perbankan syariah (Cut Nur Halimah, 2016).

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana Sumber Daya Manusia di sector Ekonomi Syariah?
2) Mengapa Sumber Daya Manusia begitu penting dalam Ekonomi Syariah?
3) Bagaimana tahapan pengembangan SDM dalam perspektif Ekonomi Syariah?
4) Apa saja prinsip – prinsip syariah yang digunakan untuk pengembangan SDM?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Memahami Sumber Daya Manusia di Sektor Ekonomi Syariah
2) Mengetahui pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Ekonomi Syariah
3) Memahami tahapan pengengmbangan SDM dalam perpektif Ekonomi Syariah
4) Mengetahui prinsip – prinsip syariah yang digunakan untuk pengembangan SDM

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Daya Manusia Di Sektor Ekonomi Syariah

Dalam perspektif ekonomi syariah, kesadaran bahwa manusia merupakan makhluk (Q.s
al-’Alaq/96:1-5) yang diciptakan sebagai “hamba” yang semata-mata mengabdikan diri
kepada Allah Swt. (Q.s. al-Z}âriat/51:52), dan dalam waktu yang sama juga sebagai
“khalifah” (Q.s al Baqarah/2:30) yang mendapat amanah untuk mengelola bumi, meraih
keselamatan dan kemaslahatan dunia dan akhirat (al-mas}âlih fi al-dârain) adalah keyakinan
yang melandasi semua perilaku dan aktifitas manusia. Melalui derivasi kedudukannya
sebagai “pengabdi Allah” (‘abd Allah), manusia menampilkan jati dirinya sebagai makhluk
yang senantiasa menjunjung tinggi moralitas (al-akhlâq al karimah), sumber keunggulan dan
kemulian diri. Sementara dengan kesadaran sebagai “khalifah Allah” manusia membangun
dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta keterampilannya memanfaatkan anugerah
Allah. Kepada manusia sebagai khalifah, yang dipresentasikan Nabi Adam As. sejak semula
memang diajarkan ilmu pengetahuan, lalu dengan ilmu itu, manusia memperoleh
keunggulaan (Q.s. al-Baqarah/2:31-34). Atas dasar keunggulan itulah, maka bumi dengan
segala isinya, dimanfaatkan manusia sesuai dengan amanah yang diberikan oleh Allah.
Sumber daya manusia yang handal berbasis syariah pada hakikatnya harus diletakkan di
atas fondasi kesadaran spiritual (hamba Allah) dan rasional (khalifah Allah). Tidak ada
pertentangan antara kesadaran spiritual dengan kesadaran rasional dalam ekonomi syariah.
Sebagai hamba Allah, manusia menjadi makhluk yang ta’at yang senantiasa melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan sebagai khalifah Allah, manusia menjadi
makhluk yang sukses dan berhasil melalui dukungan ilmu pengetahuan.
Perpaduan antara keunggulan rasionalitas dan keseimbangan emosional dan spiritual pada
gilirannya akan melahirkan jiwa (spirit) yang menghidupkan aktivitas yang mendapat
pertolongan Allah. SDM Syariah yang beraktivitas, baik sebagai pemimpin perusahaan,
pemilik, pemasar (marketer), pelanggan (nasabah) harus terpadu dalam kesadaran ketuhanan
(al-rabbâniy) dan kesadaran rasional (al-‘ilmiy). Orang-orang yang berilmu, yang mampu
membaca, memahami dan memanfaatkan dengan tepat realitas kehidupan untuk kebaikan dan
kemaslahatan hidupnya dan dengan hatinya merasa “takut” (al-khasyyah) kepada Allah,
itulah yang disebut dalam al- Quran sebagai SDM yang handal dan berilmu. (Q.s.
Fathir/35:28). SDM handal yang akan dapat menumbuhkembangkan ekonomi syariah,
sejatinya terdiri atas orang-orang yang di dalam dirinya terpadu kualitas keilmuan sesuai
dengan tuntutan profesi terpadu dalam kesadaran yang membawa dirinya senantiasa takut
kepada Allah.
Dalam menyiapkan SDM yang handal, penguasaan aspek keilmuan yang berkaitan
dengan pengelolaan lembaga keuangan dan perbankan mutlak diperlukan. Ada standar yang
harus digunakan untuk dijadikan sebagai acuan. Standar itu sudah barang tentu berhubungan
dengan tugas dan wewenang yang akan dipertanggungjawabkan. Tinggi-rendahnya
pengetahuan, kesanggupan dan keterampilan ditentukan oleh seberapa besar tanggung jawab
yang akan diberikan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen SDM suatu
perusahaan pada umumnya berlaku secara universal.

3
Dalam penyiapan SDM berbasis syariah, di samping adanya persyaratan keilmuan dan
keterampilan yang berlaku secara umum, ada lagi persyaratan khusus yang sangat
menentukan. Sesuai dengan kerangka filosofis ekonomi syariah seperti yang telah diuraikan
pada bagian awal, perusahaan yang berbasis syariah sejatinya harus dikelola dengan hati.
Dalam buku “Marketing Syariah” karya Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula,
ditegaskan bahwa dalam mengelola bisnis syariah perlu dilakukan dengan hati (al-qalb).15
Tawaran ini nampaknya dapat dipertimbangkan selanjutnya dijadikan acuan dalam
menyiapkan SDM yang handal sebagai pondasi berkembangnya ekonomi syariah. Penyiapan
SDM ini sudah barang tentu akan lebih efektif kalau dilakukan melalui lembaga pendidikan
di Perguruan Tinggi dan mungkin juga dengan pelatihan-pelatihan yang memadai.
Untuk mengisi peluang SDM yang semakin diperlukan mendukung pertumbuhan
lembaga keuangan dan Perbankan Syariah, di samping yang sudah melaksanakan pendidikan
ilmu ekonomi Islam, baik di lingkungan Perguruan Tinggi yang berada di bawah pengelolaan
Kementerian Agama RI maupun swasta, dan berbagai pelatihan yang sudah ada, kebijakan
Kementerian Pendidikan Nasional secara resmi sangat dibutuhkan. Program studi ekonomi
Islam di fakultas-fakultas ekonomi sejatinya harus dirancang dengan memadukan semua
unsur yang diperlukan, untuk mensinergikan ilmu ekonomi konvensional dengan ilmu
ekonomi Islam. Langkah kongkret sinergi sangat ditunggu untuk memfinalkan kurikulum
yang sudah dirancang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Pertumbuhan kajian ekonomi Islam dalam bidang Islamic Finance, ternyata dibelahan
bumi kita telah menunjukkan perkembangan yang sangat memberikan harapan. Sekadar
bandingan, Adji W dan Agus Yuliawan dari pkesinteraktif.com, mewawancarai Rifki Ismail
(Mahasiswa PhD Islamic Finance, Durham University, United Kingdom), terkait dengan
klaim Inggris sebagai pusat keuangan syariah terkemuka di Eropa. Kendati jumlah komunitas
Muslim tidak lebih dari 2 juta orang, Inggris ternyata secara professional memandang Islamic
Banking sebagai peluang pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan. Secara umum,
katanya dalam wawancara itu, bank syariah merupakan fenomena keuangan dunia yang
paling menarik perhatian saat ini. Walaupun baru berkembang secara modern di awal 1970-
an ketika IDB didirikan tahun 1974 lalu, namun dengan laju pertumbuhan tahunan 15%-20%
dan total global asset USD 650-750 miliar, telah tersebar lebih dari 300 lembaga keuangan
Islam dari 75 negara. Industri perbankan syariah ini bukan lagi dipandang sebagai industri
dadakan dan emosional, sekadar memenuhi kebutuhan umat Islam. Ia melihat 8-10 tahun ke
depan industri ini diperkirakan akan menguasai 50% simpanan dari 1,6 miliar penduduk
muslim dunia yang diperkirakan bernilai USD 3 triliun. Perkembangan perbankan syariah di
Inggris mempunyai kelebihan tersendiri, di mana mereka dengan cepat menerima konsep
bank syariah sekaligus mengadopsinya dengan menyesuaikan ketentuan perbankan dan
undang-undang pasar keuangan yang berlaku.
Dalam waktu satu tahun yaitu 2003, pemerintah Inggris telah menyelesaikan masalah
double stamp duties (pengenaan pajak ganda) pada transaksi syariah. Pada tahun 2005
kontrak murâbahah dan mud}ârabah diterima dalam sistem keuangan dan peraturan
keuangan di Inggris. Tahun 2006 kontrak wakâlah dan diminishing musyarakah melengkapi
instrumen-instrumen keuangan syariah yang telah beroperasi di Inggris, bahkan tahun 2007
ketentuan penerbitan sukuk telah disiapkan.

4
Selain keterlibatan komunitas Muslim dan regulator dalam mengembangkan industri
perbankan syariah di Inggris, dukungan juga datang dari sisi akademis. Sejumlah Universitas-
universitas di Inggris telah membuka program master/PhD Islamic banking/
finance/economics seperti Markfield Institute of Higher Education (MIHE), Durham
University, Reading University, Nottingham University, Salford University, Bangor
University dan City University (london) bahkan Oxford University memiliki Oxford Islamic
Finance Center sebuah lembaga kajian Islamic finance. Sejumlah pakar syariah dunia juga
tercatat mengajar di universitas-universitas tersebut seperti Prof. Khursid Ahmad, Prof.
Rodney Wilson, Prof. Habib Ahmed, Prof. Anas Zarqa, Prof. Syed Ibrahim, Dr. Humayon
Dar, Dr. Mehmet Asutay, dll.
Walaupun sistem keuangan di Indonesia belum semapan Inggris namun sebagai negara
berpenduduk Muslim terbesar di dunia serta potensi dana perbankan dalam negeri yang
sangat besar, Indonesia selayaknya dapat mengambil langkah cepat baik di sisi regulasi,
sosialisasi, dunia akademik maupun peningkatan kinerja perbankan syariah agar dapat
menjadi pusat keuangan Islam dunia di Asia sebagaimana yang dilakukan Inggris.
Dalam pandangan Rifki Ismail, Indonesia memiliki lembaga MUI yang credible dalam
menjaga kemurnian kontrak-kontrak syariah serta dukungan penuh bank sentral (BI) dan
pemerintah yang diwujudkan dalam sejumlah ketentuan perbankan syariah dan penerbitan
sukuk pemerintah. Pengesahan UU bank syariah dan UU Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) adalah bukti nyata dukungan regulator dan pemerintah. Jumlah penduduk yang
mayoritas Muslim pada dasarnya merupakan modal utama pengembangan bank syariah di
Indonesia namun usaha menyeluruh dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengedukasi
seluruh masyarakat sejalan dengan persiapan sistem keuangan syariah, penguatan institusi,
infrastruktur, legalitas, dll. Semua ini diharapkan merupakan kunci sukses pengembangan
industri perbankan syariah di Indonesia.

2.2 Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Ekonomi Syariah


Keberadaan manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam
mengelola, mengatur, mengurus, dan menggunakan sumber daya manusia sehingga dapat
berfungsi secara produktif, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Unsur
dalam manajemen adalah tenaga kerja pada suatu perusahaan. Dalam manajemen sumber
daya manusia factor yang diperhatikan adalah manusianya itu sendiri. Disadari atau tidak
bahwa sumber daya manusia merupakan masalah perusahaan yang paling penting, karemna
melalui sumber daya manusia merupakan masalah perusahaan yang paling penting, karena
melalui sumber daya manusialah yang menyebabkan sumber daya yang lain dalam
perusahaan dapat berfungsi/dijalankan atau dilaksanakan. Disamping itu, sumber daya
manusia dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas perusahaan. Melalui sumber daya ,manusia
efektif mengharuskan para manajer atau pemimpin untuk menemukan cara terbaik dalam
mendayagunakan orang-orang yang ada dalam lingkungan organisasi agar tujuan-tujuan yang
diinginkan dapat tercapai.
Organisasi atau Lembaga memandang pentingnya diadakan pengembangan sumber daya
manusia sebab pada saat ini karyawan merupakan asset yang sangat penting dalam pencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Disamping iti dalam kegiatan pengembangan sumber
daya manusia, perlu adanya koordinasi yang cukup baik antara setiap unit kerja yang ada

5
didalam organisasi dengan bagian kepegawaian. Hal ini penting mengingat bahwa stiap unit
kerja lebih mengetahui kebutuhan pengembangan yang bersifat pengetahuan dan
keterampilan teknis para pegawai yang berada dibawahnya. Oleh karena itu, bagian
kepegawaian dalam hal ini pengembangan tersebut berperan sebagai pendukung dalam
pelaksanaan aktivitas pengembangan dan berhubungan dengan peningkatan keterampilan dan
pengetahuan teknis dari setiap unit kerja, bagian kepegawaian dapat melakukan perencanaan
pengembangan karier pegawai agar organisasi memiliki pegawai yang siap pakai pada saat
dibutuhkan untuk posisi atau jabatan baru.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) dalah sebuah unsur terpenting dalam sebuah
organisasi. Dimana manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga mereka
berhatap dengan mereka mendapatkan balasn jasa yang seimbang dengan kontribusi yang
mereka berikan kepada organisasi tersebut yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dengan adanya balasan jasa yang adil dan layak mereka bermotifasi untuk bekerja
sehingga kebutuhannya terpenuhi, dan menimbulkan produktifitas yang tinggi bagi suatu
perusahaan atau organisasi (Qomariya dan Fadllan).

2.3 Tahapan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Dalam tahap pengembangan sumber daya manusia ini terdapat dua aspek kegiatan
penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni kegiata pelatihan dan kegiatan
sumber daya manusia itu sendiri yang dimaksudkan agar potensi yang dimiliki pegawai dapat
digunakan secara efektif. Kegatan pelatihan dipandang sebagai awal yaitu dengan
diadakannya proses orientasi yang kemudian dilanjutkansecara berkelanjutan selama pegawai
tersebut berada didalam organisasi.
Pelatihan merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia menuju era
globalisasi yang penuh dengan tantangan. Berkaitan dengan hal tersebut, disadari bahwa
pelatihhan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan setiap manusia yang dalam hal ini
adalah karyawan. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan tidak dapat diabaikan begitu saja
terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat dan berat pada abad sekarang
ini.
Disadari ataupun tidak, penempatan karyawan dalam suatu bidang kerja tidak dapat
menjamin bahwa mereka akan otomatis sukses dalam pekerjaannya. Permintaan pekerjaan
dan kemampuan karyawan harus seimbang melalui program orientasi dan pelatihan. Kedua
kegiatan tersebut sangat diperlukan apabila karyawan telah dilatih dan telah mahir dalam
bidang kerjanya, mereka memerlukan pengembangan lebih lanjut untuk mempersiapkan
tanggungjawab mereka dimasa mendatang. Dengan mengikuti perkembangan dan
pertumbuhan, dimana menunjukkan makin besarnya diverifikasi tenaga kerja, bentuk
organisasi dan persingan global yang terus meningkat maka upaya pelatihan dan
pengembangan memungkinkan karyawan untuk memperluas kewajiban serta tanggung
jawabnya yang lebih besar. Meskipun kegiatan pelatihan dapat membantu karyawan untuk
menjalankan tugasnya yang ada sekarang, manfaat kegiatan pelatihan dapat terus diperluas
melalui pembinaan karier karyawan dan membantu mengembangkan karyawan tersebut,
untuk mengembangkan tanggung jawabnya di masa mendatang.
Kegiatan pelatihan dan pengembangan memberikan memberikan deviden kepada
keryawan dan perusahaan, berupa keahlian, keterampilan yang selanjutnya akan menjadi

6
asset yang berharga bagi perusahaan. Melalui pelatihan akan menambah kemampuan
karyawan dan demian pula bagi perusahaan, yang mementingkan tuntutan para manajer dan
departemen sumber daya manusia.
Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia ini perlu dilakukan, karena dunia ini
terus berputar dan berkembang ilmu pengetahuan semakin maju. Kalau tidak siap maka akan
tertinggal. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang kuat, kokoh, manusia-manusia
yang mempunyai semangat beramal dan memiliki etos kerja. Sebab, orang-orang yang dalam
jiwanya terdapat gairah untuk beramal dan bekerjalah yang mempunyai jaminan kuat untuk
menjadi orang yang kuat, terhormat, maju, rajin berusaha, yang bermanfaat. Percaya akan
kemampuan dirirnya, tidak suka meminta-minta, tidak mau terpendam dalam kelemahan dan
keputus asaan.
Ada dua strategi pendidikan dan pelatihan yang dapat dilakukan organisasi, yaitu
pendidikan yang dilakukan di dalam organisasi tempat kerja pegawai (on the job training).
Dan pendidikan yang dilakukan diluar tempat kerja pegawai (off the job training). On the job
trainingatau yang disebut juga dengan pelatihan dengan instruksi pekerjaan sebagai suatu
metode pelatihan, yaitu para pekerjaan atau calon pekerja ditempatkan dalam kondisi
pekerjaan yang rill, di bawah bimbingan dan supervise dari pegawai yang telah
berpengalaman atau supervisor. Melalui system ini, instruktur pertama kali memberikan
pelatihan kepada supervisor, dan selanjutnya supervisor, dan selanjutnya supervisor
memberikan pelatihan kepada pekerja. Kegiatan ini meliputi rotasi kerja dimana pegawai
pada waktu tertentu melakukan suatu rangkaian pekerjaan (job rotation). Pegawai secara
internal dilatih dan dibimbing oleh supervisor atau pegawai lain yang berkemampuan tinggi
dan mempunyai kewenangan melatih.
Menururt Wilson, Sloane dan Witney (Heidjrachman dan Husnan, 1993) mengemukakan
metode “off the job training” dilakukan diluar tempat kerja pegawai. Pendidikan dan latihan
mengacu pada simulasi pekerjaan yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk menghindarkan
tekanan-tekanan yang mungkin mempengaruhi jalannya proses belajar. Metode ini dapat juga
dilakukan didalam kelas dengan seminar, kuliah dengan pemutaran film tentang pendidikan
sumber daya insani. Sedangkan “job rotation” berkaitan dengan pemindahan sementara
seorang/ sekelompok pegawai dari satu posisi ke posisi yang lain, sehingga mereka dapat
memperluas pengalaman terhadap berbagai aspek operasional instansi. Aktivitas kerja
berkaitan dengan pemberian tugas yang penting kepada peserta pendidikan untuk
mengembangkan pengalaman dan kecakapan.
Mengenai arti pentingnya pengembangan sumber daya insani Heidjrachman dan Husnan
mengemukakan bahwa sesudah karyawan diperoleh, sudah selayaknya kalau mereka
mengembangakan. Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan melalui
latihan (training), yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini
makin menjadi penting karena perkembangannya teknologi dan makin kompleknya tugas-
tugas pimpinan.
Budaya bekerja akan menjadi salah satu ciri utama setiap pribadi muslim yang
menjadikannya sebagai the thought and spirit of time, citra dan semangat yang terus
memberikan ilham dalam perjalanan kehidupannya, dimana mereka akan mengukir sejarah
dengan tapak- tapak prestatif. Pokoknya harus tertanam dalam keyakinan bahwa bekerja itu

7
adalah amanah Allah, sehingga ada semacam sikap mental yang tegas pada diri setiap pribadi
muslim (Tsamara, 1995).
Pelatihan (training) dalam segala bidang pekerjaan merupakan bentuk ilmu untuk
meningkatkan knerja, dimana islam mendorong umatnya untuk bersungguh-sungguh dan
memuliakan pekerjaan. Rasulullah bersabda yang artinya. Sesungguhnya Nabi Allah, Daud
a.s memakan makanan dari hasil kerja tangannya” Islam mendorong untuk melakukan
pelatihan (training) terhadap para karyawan dengan tujuan mengembangkan kompetensi dan
kemampuan teknis karyawan dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaan. Rasulullah
memberikan pelatihan terhadap orang diangkat untuk mengurusi persoalan kaum muslimin,
dan membekalinya dengan nasihat-nasihat dan beberapa petunjuk (Sinn, 2006).
Dalam lembaga keuangan, Sumber daya Insani perlu diperhatikan, tidak hanya sekedar
profesionalitas bekerjanya saja. Akan tetapi juga profesionalitas cara berfikir dan bertindak
sesuai dengan paradigm yang benar sesuai dengan prinsip ekonomi Islam yaitu berfikir
positif, berakidah benar dan selalu berakhlaq karimah atau shiddiq, tabligh, amanah dan
fatonah (Adityangga, 2006).

2.4 Prinsip – prinsip Syariah dalam Pengembangan SDM


a. Prinsip amanah.
Islam menganggap berbagai jenis sumber daya yang ada merupakan pemberian atau
titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal
mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu untuk
diri sendiri dan untuk orang lain. Kegiatan tersebut kelak akan dipertanggung-jawabkannya di
akhirat. Prinsip ini tidak diakui dalam system kapitalis. Tidak ada “Tuhan dan akherat” dalam
urusan dunia. Mereka menganggap bahwa akherat itu tidak ada, dunia hanya akan berakhir
ketika mereka mati. Sehingga kegiatan ekonomi bagi kapitalis tidak lain adalah pemenuan
kebutuhan dunia.
b. Prinsip kepemilikan terbatas.
Islam mengakui kepemilikan individu dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan
alat produksi dan faktor produksi. Kepemilikan individu dalam hal ini dibatasi oleh
kepentingan masyarakat. Selain itu, Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara
tidak sah, apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat. Hal ini berbeda dengan prinsip
kapitalis yang individualistik. Mereka menganggap bahwa apa yang dimiliki merupakan
kepunyaan mutlak, yang didapatkannya dari hasil usaha. Sehingga, tidak ada tanggap jawab
moral untuk mempertanggung jawabkannya. Kecenderungan ini mengarahkan manusia untuk
menumpuk harta tanpa batas, tanpa memperhatikan orang lain.
c. Prinsip kerjasama dalam kebaikan.
Kekuatan penggerak utama Ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang muslim, apakah ia
sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus
berpegang pada tuntunan Allah SWT. Upaya pencapaian tujuan, harus selalu didasari dengan
nilai-nilai Islam.
Sistem kapitalis menafikan prinsip ini. Meskipun mereka mengakui adanya prinsip
kerjasama, namun kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama yang berbasis kepentingan.
Dasar keuntungan menjadi sandaran dalam setiap kerjasama. Sehingga yang terjadi adalah

8
maciavellian, lakukan apa saja, yang penting anda untung. Meskipun itu dilakukan dengan
menginjak orang lain, menipu, menindas dan memaksa.
d. Prinsip tanggung jawab sosial.
Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, Sistem Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai
oleh beberapa orang saja.
Konsep ini berlawanan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis, di mana kepemilikan industri
didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali industri yang merupakan
kepentingan umum. Sehingga kepemilikan kekayaan hanya terfokus pada segelintir orang
saja. Yang akan terjadi, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
e. Prinsip kepemilikan bersama.
Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan orang banyak. Namun demikian, hal ini bukan berarti islam mendukung sosialis-
komunis. Prinsip ini menekan Negara untuk pro-aktif terhadap kesejahteraan masyarakat.
Berbeda dengan kapitalisme yang menggeser peran Negara, namun ekonomi Islam
memberikan kewenangan Negara (ulil amri) untuk menyeimbangkan sirkulasi kekayaan.
Privatisasi yang liberal hanya akan melahirkan ketimpangan sosial yang jauh dari tujuan
ajaran Islam.
f. Prinsip distribusi ekonomi.
Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (nisab) diwajibkan
membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya, yang
ditujukan untuk orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
Lain halnya dengan kapitalisme yang menganjurkan kepemilikan individu semaksimal
mungkin. Sebagaimana tesis penggagasnya, bahwa sistem ekonomi itu tidak perlu dibatasi,
karena secara alamiah akan diseimbangkan oleh tangan-tangan gaib yang tak terlihat
(invisible hand) yang bernama pasar.
g. Prinsip keadilan.
Islam melarang setiap pembayaran bunga atau riba atas berbagai bentuk pinjaman.
Karena riba hanya akan menyakiti salah satu pihak, yang ini akan melahirkan ketidak adilan.
Islam menganjurkan jual beli yang fair, dan melaraang riba. Islam sangat mengutuk orang
yang melakukan riba, karena riba hanya kan melahirkan ketidak adilan dalam ekonomi.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menyiapkan SDM yang handal, penguasaan aspek keilmuan yang berkaitan
dengan pengelolaan lembaga keuangan dan perbankan mutlak diperlukan. Ada standar yang
harus digunakan untuk dijadikan sebagai acuan. Standar itu sudah barang tentu berhubungan
dengan tugas dan wewenang yang akan dipertanggungjawabkan. Tinggi-rendahnya
pengetahuan, kesanggupan dan keterampilan ditentukan oleh seberapa besar tanggung jawab
yang akan diberikan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen SDM suatu
perusahaan pada umumnya berlaku secara universal.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) dalah sebuah unsur terpenting dalam sebuah
organisasi. Dimana manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga mereka
berhatap dengan mereka mendapatkan balasn jasa yang seimbang dengan kontribusi yang
mereka berikan kepada organisasi tersebut yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dengan adanya balasan jasa yang adil dan layak mereka bermotifasi untuk bekerja
sehingga kebutuhannya terpenuhi, dan menimbulkan produktifitas yang tinggi bagi suatu
perusahaan atau organisasi (Qomariya dan Fadllan).
Dalam tahap pengembangan sumber daya manusia ini terdapat dua aspek kegiatan
penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni kegiata pelatihan dan kegiatan
sumber daya manusia itu sendiri yang dimaksudkan agar potensi yang dimiliki pegawai dapat
digunakan secara efektif. Kegatan pelatihan dipandang sebagai awal yaitu dengan
diadakannya proses orientasi yang kemudian dilanjutkansecara berkelanjutan selama pegawai
tersebut berada didalam organisasi.
Prinsip – prinsip syariah dalam pengembangan sumber daya manusia meliputi :
a. Prinsip kepemilikan terbatas
b. Prinsip kerjasama dalam kebaikan
c. Prinsip tanggung jawab social
d. Prinsip kepemilikan bersama
e. Prinsip distribusi ekonomi
f. Prinsip keadilan
g. Prinsip amanah

3.2 Saran
Sumber daya manusia yang handal berbasis syariah pada hakikatnya harus diletakkan di
atas fondasi kesadaran spiritual (hamba Allah) dan rasional (khalifah Allah). Tidak ada
pertentangan antara kesadaran spiritual dengan kesadaran rasional dalam ekonomi syariah.
Sebagai hamba Allah, manusia menjadi makhluk yang ta’at yang senantiasa melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan sebagai khalifah Allah, manusia menjadi
makhluk yang sukses dan berhasil melalui dukungan ilmu pengetahuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rozalinda. 2016. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia : Implementasi Pada Industri
Perbankan Syariah. Al Masraf (Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan)-Volume 1,
No.1, Januari-Juni
Asnaini. 2008. Pengembangan mutu SDM Perbankan Syariah Sebagai Upaya Pengembangan
Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam La RibaVoll.II.No.1. Yogyakarta.
Makruflis, Muhammad. 2019. Dampak Posisitf Sumber Daya Islami bagi SDM di Bank
Syariah Mandiri KCP Ujung Tanjung Rohil. Jurnal Nathiqiyah, Vol. 2, No. 1 Jan-Jun.
Muhammad. 2003. Kualifikasi Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah. Al-
Mawarid Edisi X Tahun 2003
Mustaqim, Muhamad. 2016. Prinsip Syariah dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
(Studi atas Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia UMKM di Kudus). Jurnal
Penelitian, Vol. 10, No. 2, Agustus.
Nuruddin, Amiur. 2010. SDM Berbasis Syariah. Jurnal TSAQAFAH, Vol. , No. 1, April
2010
Samsuni. 2017.“Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jurnal Al-Falah, Vol. XVII, No. 31.
Sari, Nilam. Abrar Amri. 2018. Peran Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Perkembangan
Perbankan Syariah : analisis kualitas dan kinerja pegawai. Ijtihad :Jurnal Wacana
Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol. 18, No. 2 (2018), pp. 227-249, doi :
10.18326/ijtihad.v18i2.227-249
Tho’in Muhammad, (2016). Kompetensi Sumber Daya Manusia Bank Syariah Berdasarkan
Prinsip-Prinsip Syariah Islam (Studi Kasus pada BNI Syariah Surakarta). Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam.
Syaifullah, Hamli. 2019. Pengembangan SDM Syariah Melalui Perguruan Tinggi: Studi
Kasus di Program Studi Manajemen Perbankan Syariah FAI UMJ. BISNIS: Jurnal Bisnis
dan Manajemen Islam P-ISSN: 2442-3718, E-ISSN: 2477-5533 Volume 7, Nomor 2,
Desember. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/bisnis/index.

11

Anda mungkin juga menyukai