Anda di halaman 1dari 17

Tugas Rutin

“Batuan”

Disusun Oleh :
KELOMPOK C
NAMA MAHASISWA : 1. Aurel Citra Insani Br Naibaho(4203121051)
2. Erdina Sari Sinaga (4203121029)
3. Mira Amelia (4202421012)
4. Putri Kristiana Sirait (4203321024)
5. Putri Sridewi Hutajulu (4203321024)
6. Tri Handayani (4203121067)
KELAS : Fisika Dik D 2020
DOSEN PENGAMPU : Satria Mihardi, S.Pd,M. Pd
MATA KULIAH : Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan peyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan ini dilakukan dalam rangka pemenuhan 6 tugas wajib di
Universitas Negeri Medan. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah agar
pembaca mendapat informasi mengenai batuan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.Terutama kepada orangtua yang
selalu memberi semangat dan motivasi, dosen yang membantu penulis dalam memahami
pelajaran dan teman-teman yang selalu ada membantu penulis menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan penulisan ini masih jauh dari taraf kesempurnaan.Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati penulis menerima segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun.

Medan, September 2021

Kelompok C

ii
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1.Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2.Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
1.3.Manfaat Penulisan.....................................................................................................1

BAB II.................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................2

2.1 Pengertian Batuan..................................................................................................2


2.2 Konsep Struktur Batuan.........................................................................................2
2.3 Jenis-jenis batuan...................................................................................................7
2.4 karakteristik batuan..............................................................................................10
2.5 Siklus batuan........................................................................................................11
Keterangan gambar :......................................................................................................11

BAB III..............................................................................................................................12
PENUTUP.........................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Batuan sebagai penyusun utama bumi memiliki jumlah yang melimpah. Segala unsur
kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari kebutuhan akan batuan. Di bumi ini batuan dibagi
menjadi kelompok besar, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan atau metarmorfis.
Dalam batuan-batuan tersebut terdapat mineral, yaitu unsurunsur kimiawi dalam perbandingan
tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis [1]. Dari
mineral-mineral inilah dapat diketahui kandungan yang terdapat pada batuan tersebut. Para ahli
Petrologi yang mempelajari tentang batuan dan proses pembentukan serta kejadiannya mampu
mengklasifikasi dan mengidentifikasi jenis-jenis batuan berdasarkan ilmu yang mereka miliki.
Namun, dalam melakukannya masih terbatas dengan cara cara konvensional.

1.2.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah menjadi salah satu penyelesaian tugas KKNI yang
ada di Universitas Negeri Medan yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa akan materi
yang sedang dipelajarinya. Penulisan ini juga dapat meningkatkan minat baca mahasiswa untuk
membaca lebih banyak sumber lagi sebagai acuan untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang
dimiliki dan dapat menjadi sebagai penguatan atas ilmu yang dimilikinya, sehingga saat terjun ke
dunia masyarakat

1.3.Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk bahan tambahan pengetahuan bagi yang
membutuhkan. Sesuai dengan topik yang dibahas pada penulisan makalah ini adalah Batuan,
maka penulisan ini lebih bermanfaat kepada mahasiswa yang sedang berada pada jurusan
pendidikan atau bagi siapa saja yang memiliki hubungan dengan pekerjaan di dunia pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batuan

MENURUT PARA GEOLOGIWAN


a. Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk kulit bumi.
b. Batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dibagi atas :
- batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock),
- batuan yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated rock).

MENURUT PARA AHLI TEKNIK SIPIL KHUSUSNYA AHLI GEOTEKNIK


a. Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi.
b. Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah terkonsolidasi dan
tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan cangkul dan belincong.

MENURUT TALOBRE
Menurut Talobre, orang yang pertama kali memperkenalkan Mekanika Batuan di Perancis pada
tahun 1948, batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada
didalamnya (seperti air, minyak dan lain-lain).

Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu agregat atau
kumpulan dari mineral mineral yang telah menghablur. Dan secara umum, Batuan adalah
campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak mempunyai komposisi kimia tetap.

2.2 Konsep Struktur Batuan


Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan, termasuk di
dalamnya bentuk atau kedudukannya. Struktur batuan mengamati ciri-ciri batuan dalam berskala
besar, yang dapat diamati di lapangan, seperti perlapisan, lineasi, kekar-kekar, dan vesikularitas.
Oleh karena itu sebongkah batuan (hand speciment) tidak dapat mendeskripsikan struktur batuan
tersebut.

2
Berdasarkan keterjadiannya, Struktur batuan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Struktur primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan batuan. Misalnya
cross bedding pada batuan sedimen atau kekar akibat cooling joint pada batuan beku.
2. Struktur sekunder, yaitu struktur yang terjadi kemudian setelah batuan terbentuk akibat adanya
proses deformasi atau tektonik. Misalnya fold, fault dan joint.

Struktur Pada Batuan Beku :


Berikut struktur-struktur yang berhubungan dengan aliran magma:

- Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau memanjang
atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
- Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang
mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.
- Lava bantal: struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat interaksi dengan
lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas cembung dan bagian
bawah cekung.

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive
dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing
batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang
harus diperhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.
1. Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan
bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi
petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya:

3
Masif yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.

Sheeting joint yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

Columnar joint yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang
pensil

.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal. Hal ini diakibatkan
proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

4
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini
terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

Amigdaloidal yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit,
kuarsa atau zeoli.

Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran.

 
2. Struktur Batuan Beku Intrusif

5
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah
permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya
struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

- Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh
batuan ini yaitu :

 Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
 Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan
yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan
bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan
kedalaman ribuan meter.
 Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk
tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari
laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
 Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

2. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh
batuan ini yaitu:

 Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk
tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan
kilometer dengan panjang ratusan meter.
 Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2
dan membeku pada kedalaman yang besar.
 Stock, yaitu  tubuh  batuan  yang  mirip  dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil.

6
7
2.3 Jenis-jenis batuan

Berdasarkan Genesa (sejarah terbentuknya) batuan, batuan dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
1) Batuan Beku ( Igneous rock ) : merupakan kumpulan interlocking agregat mineral mineral
silikat hasil pendinginan magma ( Walter T. Huang , 1962 ). Maka dengan jelas dalam
memahami batuan beku, tidak bisa lepas dari pemahaman mengenai magma sebagai bahan asal
dari seluruh batuan beku. Umumnya batuan ini berada di dalam kerak bumi. Hingga kini
setidaknya sudah terdapat 700 jenis batuan beku yang terindentifikasi.

Berdasarkan cara terbentuknya, batuan beku dibagi menjadi tiga macam, yaitu intrusive,
ekstrusif, dan hipabissal. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Intrusive

Batuan intrusive merupakan satu di antara batuan beku yang dalam proses pembentukannya
terjadi di dalam maupun di bawah permukaan bumi. Batuan jenis ini merupakan bentuk dari
pembekuan magma kerak bumi sehingga memiliki bentuk dan tekstur yang kasar.

2. Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif merupakan batuan yang terjadi di atas permukaan kerak bumi. Hal ini
disebabkan adanya proses pencairan magma di dalam kerak bumi. Proses pembentukan jenis
batuan beku ini lebih cepat dibandingkan dengan batuan beku intrusive. Pasalnya, proses
pembekuan terjadi di atas permukaan bumi.

3. Hipabissal

Batuan hipabissal terbentuk oleh adanya proses naik turunnya magma di dalam mantel atau
kerak bumi. Batuan ini terbentuk di antara batuan vukanik dan plutonik.

2) Batuan Sedimen ( Sedimentary rock ) : adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan
hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme ( Pettijohn, 1964 ).
Source rock (batuan asal) dari batuan sedimen dapat berupa batuan beku, batuan metamorf atau
batuan sedimen (yang telah ada sebelumnya) dan telah mengalami rombakan sehingga menjadi

8
batuan sedimen. Dalam memahami batuan sedimen akan terkait dengan proses pelapukan, proses
erosi, denudasi, transportasi, lithifikasi dari bahan asal sampai menjadi batuan sedimen.
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibedakan menjadi empat jenis, yaitu
batuan sedimen klasik, batuan sedimen biokimia, batuan sedimen kimia, dan batuan sedimen
vulkanik.

 Batuan Sedimen Klasik

Batuan sedimen klasik merupakan jenis batuan yang terdiri dari silikat dan beberapa fragmen
batuan yang diangkut menggunakan sebuah fluida dan kemudian material yang diangkut oleh
fluida ini akan terhenti, di mana fluida ini juga terhenti. Bentuk dan ukuran dari batuan sedimen
klasik dibedakan lagi sesuai skala ukuran partikel yang mendominasi dan menggunakan ukuran
skala butir.

 Batuan Sedimen Biokimia

Batuan sedimen biokimia terdiri dari berbagai organisme, biasanya merupakan organisme mikro
yang ikut mengangkut material sehingga berkumpul pada tempat tertentu dan membentuk sebuah
batuan. Jenis-jenis batuan sedimen biokimia ini, di antaranya batu gamping, batubara, batu
endapan rijang.

 Batuan Sedimen Kimia

Batuan sedimen kimia merupakan batuan yang terbentuk dari sebuah kejadian ketika kumpulan
material terperangkap di dalam sebuah tempat dan kandungan mineral di dalam larutannya
menjadi jenuh dan membeku dengan proses anorganik atau secara kimiawi. Contoh dari batuan
sedimen kimia yang paling banyak ditemukan, antara lain batu gamping oolitik dan batuan lain
yang mengandung evaporit, seperti silvit, halit, barit, serta gypsum.

 Batuan Sedimen Vulkanis

Batuan sedimen vulkanis terbentuk karena adanya arus piroklastik, breksi vulkanik, breksi
impact, dan proses lainnya yang jarang sekali ditemukan dan hanya ada pada beberapa kasus
saja.

9
3) Batuan Metamorf ( metamorphic rock ) : adalah batuan yang berasal dari suatu batuan induk
yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat sebagai akibat adanya
perubahan fisika ( tekanan, temperatur atau akibat keduanya yaitu tekanan dan temperatur ( HGF
Winkler, 1967 , 1979 ).

Proses pembentukan batuan ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya, yaitu
protolith. Batuan ini akan mengalami perubahan kimia atau fisika yang cukup besar. Pasalnya,
protolith atau batuan asal akan dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius. Batuan metamorf
juga memiliki berbagai macam jenis yaitu :

1. Batuan Metamorf Kontak

Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang mengalami proses metamorfisis akibat adanya
suhu yang sangat tinggi. Suhu ini berasal dari aktivitas magma yang menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk maupun warna batuan. Beberapa contoh dari batuan metamorf ini, yaitu batu
marmer, batolit, lakolit, dan batuan sill.

2. Batuan Metamorf Regional

Batuan metamorf regional merupakan sebuah kumpulan batuan metamorf dalam ukuran yang
cukup besar dan luas. Sebagian besar batuan di bawah kerak bumi merupakan batuan metamorf
yang mengalami proses metamorfosis ketika terjadinya tabrakan lempeng benua ini.

3. Batuan Metamorf Katalakstik

Batuan ini terjadi karena adanya proses mekanisme deformasi mekanis. Jadi, ketika ada dua
lempeng yang saling bergesekan maka akan menghasilkan panas yang sangat tinggi. Nah, bagian
yang masih mengalami gesekan tersebut yang akan mengalami perubahan struktur di dalamnya.

4. Batuan Metamorf Tindihan

Sesuai namanya, batuan metamorf tindihan ini merupakan hasil dari batuan yang tertimbun
dalam kedalaman yang sangat dalam hingga mencapai perubahan suhu yang sangat drastis.
Batuan ini bisa berubah menjadi batuan metamorf regional jika terjadi perubahan suhu dan
tekanan yang terjadi secara terus menerus.

10
Namun, semua jenis batuan tersebut semuanya berasal dari induk yang sama yaitu magma.

2.4 karakteristik batuan


Sifat batuan yang sebenarnya di alam adalah :

1. HETEROGEN
a. Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda.
b. Ukuran dan bentuk partikel/butir berbeda di dalam batuan.
c. Ukuran, bentuk, dan penyebaran void berbeda di dalam batuan.
2. DISKONTINU
Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-bidang lemah (crack,
joint, fault, fissure) di mana kekerapan, perluasan dan orientasi dari bidang-bidang lemah
tersebut tidak kontinu.
3. ANISOTROP
Karena sifat batuan yang heterogen, diskontinu, anisotrope maka untuk dapat menghitung secara
matematis misalnya sebuah lubang bukaan yang disekitarnya terdiri dari batuan B1, B2, B3,
diasumsikan batuan ekivalen B' sebagai pengganti batuan B1, B2, B3 yang mempunyai sifat
homogen, kontinu dan isotrop.

11
2.5 Siklus batuan

Keterangan gambar :
Pada awalnya batuan beku terbentuk dari proses proses pembekuan magma atau yang
dikenal dengan Differensiasi magma, batuan beku yang tersingkap di permukaan bumi
selanjutnya terkena panas matahari, hujan dan angin mengalami proses pelapukan (weathering),
tererosi dan tertransport kedalam tempat yang lebih rendah yang disebut sebagai cekungan ,
menjadi endapan sedimen ( deposition of sediment ), selanjutnya akibat tekanan dan kompaksi
(burial and compaction ) maka endapan sedimen ini mengeras atau disebut mengalami lithifikasi
menjadi batu, yaitu batuan sedimen. Batuan sedimen dan batuan beku itersebut apabila terkena
proses deformasi dan metamorphisme (terbentuknya kembali suatu batuan akibat proses
metamorfisme) akibat adanya tekanan dan temperatur (pressure and temperature) yang relatif
tinggi maka batuan sedimen dan batuan beku ini akan terubah menjadi batuan metamorf.
Berikutnya batuan sedimen dan batuan metamorf yang terdapat pada kedalaman sangat besar
akan meleleh lagi (partial melting) menjadi magma, selanjutnya magma membeku lagi menjadi
batuan beku, begitu seterusnya ber ulang seperti keterangan sebelumnya, sehingga membentuk
suatu jentera atau siklus batuan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu agregat atau
kumpulan dari mineral mineral yang telah menghablur. Tidak termasuk batuan adalah tanah dan
bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun pelapukan mekanis serta
proses erosi batuan. Sampai disini berarti batuan adalah kumpulan mineral yang telah mengeras
dan merupakan bahan penyusun kerak bumi. batuan dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu : 1) Batuan
Beku ( Igneous rock ) adalah merupakan kumpulan interlocking agregat mineral mineral silikat
hasil pendinginan magma. 2) Batuan Sedimen ( Sedimentary rock ) adalah batuan hasil litifikasi
bahan rombakan batuan hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme.
Source rock (batuan asal) dari batuan sedimen dapat berupa batuan beku, batuan metamorf atau
batuan sedimen (yang telah ada sebelumnya) dan telah mengalami rombakan sehingga menjadi
batuan sedimen. Dalam memahami batuan sedimen akan terkait dengan proses pelapukan, proses
erosi, denudasi, transportasi, lithifikasi dari bahan asal sampai menjadi batuan sedimen. 3)
Batuan Metamorf ( metamorphic rock ) : adalah batuan yang berasal dari suatu batuan induk
yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat sebagai akibat adanya
perubahan fisika ( tekanan, temperatur atau akibat keduanya yaitu tekanan dan temperatur.

3.2 Saran
Penulis menyarankan dalam penulisan makalah selanjutnya agar lebih baik dari yang
telah ada sebelumnya. Misalnya dengan literatur yang lebih banyak agar dapat memperdalam
pembahasan tentang ini

13
DAFTAR PUSTAKA

Drs. M. Mustaghfirin Amin, M. (2014). Batuan. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan


Kebudayaan Republik Indonesia.

RAI, M. A. (2013). Mekanika Batuan. Bandung: ITB PRESS.

14

Anda mungkin juga menyukai