(WEATHERING).
Disusun oleh :
Nama : Riki Kurniadi
Nim : 22440
Angkatan : 2021
Mata Kuliah : Dasar – Dasar Ilmu Tanah
Dosen Pengampu : Dian Pratama Putra, SP, M.Sc
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas izinya dan
kehendaknya jugalah makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pelajaran Dasar – Dasar Ilmu Tanah.
Adapun yang di bahas dalam makalah ini adalah mengenai. “Dasar – Dasar Ilmu
Tanah dan Pelapukan ( Weathering ).
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak dosen Dian Pratama Putra, SP,
M.Sc yang telah memberi materi. Dalam penulisan makalah ini saya menemukan
berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan saya mengenai
hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini.
Harapan saya, makalah ini dapat berguna sebaik baiknya bagi para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk mengetahui apa saja komponen komponen yang
terkandung dalam tanah, sifat karakteristiknya serta dapat memahami pelapukan dan
pedogenesis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................i
B. Rumusan Masalah...............................................................................................i
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................i
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian tanah..................................................................................................1
B. Definisi tanah menurut parah ahli.......................................................................2
C. Tekstur tanah.......................................................................................................3
D. Struktur dan mekanisme pembentukan agregasi tanah.......................................4
E. Definisi berat jenis tanah.....................................................................................5
F. Jenis – jenis organisme pada tanah.....................................................................6
G. Karakteristik tanah..............................................................................................7
H. Komponen yang terdapat dalam tanah................................................................8
I. Proses terjadinya pelapuakan ( weathering ).......................................................9
J. Bagaimana pegonesis tercipta.............................................................................10
A. Latar Belakang
Tanah adalah salah satu sumber daya utama dalam bidang pertanian. Tanah
yang ideal bagi usaha pertanian adalah tanah dengan sifat fisika, kimia, dan biologi
yang baik. Secara fisika, tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran tanaman serta menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimia, tanah
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai unsur. Sedangkan secara biologi, tanah
berfungsi sebagai habitat organisme tanah yang aktif dalam penyediaan hara dan
zatzat aditif bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, tanah juga berfungsi sebagai salah
satu bagian dari ekosistem. Menurut Yasin (2004), ekosistem yang paling stabil dan
sustainable adalah ekosistem hutan. Hal ini disebabkan karena fungsinya yang dapat
mensuplai hara sendiri melalui salah satu caranya yaitu pengembalian bahan organik.
Oleh sebab itu, fungsi tanah sebagai media pertumbuhan tanaman sangat penting
untuk diperhatikan.
Kesuburan tanah ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah. Sifat fisika tanah yang berpengaruh terhadap kualitas kesuburan tanah
baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya yaitu tekstur tanah, struktur
tanah, bobot volume (BV) tanah, total ruang pori (TRP) tanah, permeabilitas tanah,
bahan organik tanah, dan kemantapan agregat tanah. Sifat fisika ini juga akan
mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Ketiga sifat tanah ini saling berkaitan,
sehingga akan menentukan tingkat kesuburan dari suatu tanah.
Sifat fisika tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi
langsung oleh sifat fisika tanah adalah perakaran. Apabila sifat fisika tanah baik maka
perkembangan perakaran akan baik pula. Akar yang berkembang baik akan mampu
menyerap hara dan air dengan baik dari tanah. Faktor pendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh sifat fisika tanah lainnya adalah daya
pegang air tanah, aerase tanah, dan aktivitas mikroorganisme tanah.
Akan tetapi, sifat fisika tanah bisa berubah terutama akibat perubahan
penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan seperti dari lahan hutan menjadi
lahan pertanian mengakibatkan perubahan sifat fisika tanah. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan dalam perakaran tanaman, canopy tanaman, dan pengolahan
tanah. Seperti hasil penelitian Widianto et al., (2004) yang menunjukkan bahwa alih
guna lahan hutan menjadi kopi monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan
sifat tanah permukaan berupa penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori. Selain
itu, Suprayogo et al., (2004) dan Hairiah et al., (2004) juga menjelaskan bahwa alih
guna lahan hutan mengakibatkan penurunan makroporositas tanah.
Perubahan penggunaan lahan juga terjadi di Nagari Muaro Sijunjung, seperti
perubahan hutan menjadi lahan pertanian diantaranya sawah, kebun campuran, kebun
karet, dan sebagainya. Selanjutnya, proses penambangan yang terjadi akhir-akhir ini
di Muaro Sijunjung telah merusak bukan saja hutan, tetapi juga lahan pertanian. Hal
ini akan merubah sifat fisika tanah. Sembiring (2008) menjelaskan bahwa kegiatan
penambangan telah merusak lapisan tanah bagian atas sehingga sumber bahan
organik tanah hilang. Selain itu, tanah bekas tambang biasanya padat dan sukar
diolah, mempunyai struktur, tekstur, porositas, dan bulk density yang tidak
mendukung bahkan akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kondisi tanah yang padat dapat menyebabkan buruknya sistem tata air dan
aerasi (peredaran udara) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif
terhadap fungsi dan perkembangan akar. Rusaknya struktur tanah juga menyebabkan
tanah tidak mampu menyimpan dan meresapkan air pada musim hujan, sehingga
aliran permukaan menjadi tinggi dan berdampak pada peningkatan laju erosi.
B. Rumusan Masalah
C. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah kasar dan halusnya tanah dari fraksi tanah halus 2mm,
berdasarkan perbandingan banyaknya butir butir pasir, debu dan liat (Hardjowigeno,
2003). Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari lapisan lapisan tanah
ada juga yang mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah. Tekstur suatu tanah
merupakan sifat yang hampir tidak berubah berlainan, dengan struktur dan
konsistensi. Karena sifatnya yang relative tetap untuk jangka waktu tertentuh maka
tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi tanah serta struktur yang turut
menentkan tata air dalam tanah yang berupa kecepatan fitrasi, penetrasi dan
kemampuan pengikatan air oleh tanah (Darmawijaya,1990).
Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah
yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lainlain.Butir-butir
yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil.
Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik
apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini
disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir
liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang
kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah
maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila
tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan
tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air
dan unsur hara. Dengan 8 demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah
mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Tekstur tanah ditetapkan secara kualitatif di lapangan, tanah yang bisa
diletakkan diantara ibu jari dengan jari telunjuk dan kemudian saling ditekan dan
dirasakan. Terdapatnya tekstur profil tanah terkadang dapat member keuntungan
tetapi, tetapi kadang memberikan kerugian, tergantung pada tingkatan perkembangan
tanah sampai batas batas tertentu. Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya
tanah, tekstur tanah merupakan perbandingan antara butirbutir pasir debu dan liat.
Teksur tanah dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat
(Hadjowigeno, 2002).
Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir tanah dan
berat isi air suling dengan isi sama pada suhu 40C. Peralatan yang digunakan dalam
pengujian ini antara lain piknometer atau botol ukur, saringan, thermometer, oven
yang dilengkapi dengan pengatur suhu, alat pendingin dll. Prosedur pengujian
meliputi tahapan pengeringan benda uji di dalam oven selama 24 jam dan
penimbangan, selanjutnya benda uji dimasukkan ke dalam piknometer lalu timbang
lagi dan seterusnya.
Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir tanah dan
beratisi air suling dengan isi sama pada suhu 40C. Peralatan yang digunakan dalam
pengujian ini antara lain piknometer atau botol ukur, saringan, thermometer, oven
yang dilengkapi dengan pengatur suhu, alat pendingin dll. Prosedur pengujian
meliputi tahapan pengeringan benda uji di dalam oven selama 24 jam dan
penimbangan, selanjutnya benda uji dimasukkan kedalam piknometer lalu timbang
lagi dan seterusnya. Berat jenis adalah perbandingan relative antara massa jenis
sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000
kg/m³
F. Jenis – jenis organisme pada tanah
Ada beberapa jenis organisme tanah, diantaranya adalah: Pemecah bahan
organik seperti slaters (spesies Isopoda), tungau (mites), kumbang, dan collembola
yang memecah-mecah bahan organic yang besar menjadi bagian-bagian kecil.
Pembusuk bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecahkan bahan-bahan
cellular. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar tanaman dan membantu
tanaman untuk mendapatkan hara dari dalam tanah. Mycorrhiza bersimbiosis dengan
tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara posfor, sedangkan
rhizobium membantu tanaman untuk mendapatkan nitrogen. Pengikat hara yang
hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di dalam tanah. Pembangun
struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat, dan jamur semuanya
membantu mengikat partikelpartikel tanah sehingga struktur tanah menjadi stabil dan
tahan terhadap erosi. Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat
menyerang jaringan tanaman. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda
parasite dan jenis jamur tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain
sebsagai sumber makanan mereka. Occupant/penghuni adalah jenis organisme tanah
yang menggunakan tanah sebagai tempat tinggal sementara pada tahap siklus hidup
tertentu, seperti ulat (larvae) dan telur cacing
G. Karakteristik tanah
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami
proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang
lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-
organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral.
Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap
bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan
gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki
keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil
dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral,
pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk
hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang)
sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi
sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian
optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel
pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel
pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh
pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir,
lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna
tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, cokelat, merah bata, jingga, kuning,
hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan
warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian
(leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap sering kali menandakan kehadiran bahan
organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di
rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan
nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan
besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi
proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang
seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif
membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari
komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari
tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas mengisi ruang
antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini.
Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi
perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran
kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup
besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat
apabila berlebihan kadar lempungnya sehingga kekurangan makropori.
I. Pelapuakan ( weathering )
Salt weathering
Pelapukan yang disebabkan oleh kristalisasi garam dalam ruang pori dan
rekahan.
Wetting and drying weathering
Batuan yang berada dipermukaan basah terkena hujan dan kemudian
dikeringkan oleh panas sinar matahari, proses tersebut berulang secara
kontinyu sehingga batuan menjadi terlapuk.
Stress-release weathering
Batuan yang terkubur dibawah permukaan terkena tekanan yang tinggi oleh
lapisan batuan diatasnya. Jika batuan yang diatasnya tererosi maka tekanan
yang dialami oleh batuan tadi akan berkurang dan batuan akan “melambung”
ke atas.
1. Larutan sederhana
Pembubaran mineral terlarut dalam H2O (larut langsung) atau dalam H2O +
CO2 (karbonasi) untuk menghasilkan kation dan anion dalam larutan.
- Mineral sangat mudah larut (misalnya gypsum, halit), kuarsa
SiO2 + 2H2O => H4SiO4 (direct solution)
(kuarsa) (asam silikat) aq
- Batuan karbonat
CaCO3 + H2O + CO2 <==> Ca2+ + 2HCO3- (karbonasi)
(kalsit) aq aq
2. Hydrolysis
Reaksi antara ion H+ dan OH- pada air dan ion dari mineral silikat,
menghasilkan kationlarut, asam silikat dan mineral lempung (jika ada Al).
- Mineral silikat
3. Oksidasi
Hilangnya elektron dari suatu unsur (biasanya Fe atau Mn) dalam mineral,
menghasilkan pembentukan oksida atau hidroksida (jika ada air).
- Besi dan bantalan mangan, mineral silikat, sulfide besi
4. Hidrasi dan dehidrasi
Bertambahnya (hidrasi) atau berkurangnya (dehidrasi) molekul air pada
mineral, menghasilkan formasi mineral baru.
- Besi oksida
- evaporit
5. Pertukaran ion
Pertukaran ion, terutama kation, antara larutan dan mineral-mineral
- Mineral lempung dan zeolites
6. Chelation
Ion logam yang mengikat molekul organik dengan struktur cincin
- Mineral silikat
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam tanah terdapat berbagai komponen yang menyusun tanah serta
tekstur tanah yang berbeda tergantung dari kedalaman tanah, kondisi dan
lingkungannya. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu iklim,
cahaya matahari dan suhu
B. Saran
Sebaiknya para petani mengamati kondisi tanah agar dapat mendapatkan
tesktur tanah yang subur untuk tanaman yang akan di tanaman dan dapat hasil
memuaskan saat hasil panen nanti
Daftar Pustaka