Anda di halaman 1dari 16

KEJAHATAN JALANAN DI KOTA MEDAN

Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah


Penulisan Karya Ilmiah

DOSEN PENGAMPU: NURHILMIYAH, S.H., M.H.

KELOMPOK 6
1. Ahmad Fauzan Zuhdi Harahap (2306200156)
2. Jesindy Malika (2306200166)
3. Fitri Handayani (2306200183)
4. Reza Alfayed Tarigan (2306200188)
5. Rahmadifika (2306200190)
6. Auryn Ayla Prabudhi (2306200194)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena atas
limpahan rahmat serta anugerah-Nya, penulis mampu untuk menyelesaikan
makalah dengan judul “Kejahatan Jalanan Di Kota Medan”. Sekaligus, penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Nurhilmiyah, S.H., M.H. selaku Dosen
Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah yang telah menyerahkan kepercayaannya
kepada penulis guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis tentu menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.
Demikian yang dapat penulis haturkan. Semoga makalah yang telah penulis
buat mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya. Terima kasih.

Bogor, 5 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
C. Maksud dan Tujuan Penulisan........................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Seseorang Melakukan Kejahatan Pencurian


Dengan Kekerasan (Begal) ................................................................. 4
B. Penegakkan Dan Penanggulangan Upaya Hukum Terhadap
Pelaku Begal Sepeda Motor............................................................... 6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah “kriminalitas” berasal dari kata dasar “kriminal” yang artinya
kejahatan (pelanggaran hukum) yang diancam dengan pidana. Sedangkan yang
dimaksud dengan “kriminalitas” adalah hal-hal yang bersifat pidana, yaitu
perbuatan atau pelanggaran hukum pidana. Kriminalitas atau kejahatan
merupakan permasalahan yang sangat mengkhawatirkan dalam kehidupan
seseorang karena berkembang seiring dengan tingkat peradaban manusia yang
semakin canggih. Sejarah pembangunan manusia selama ini diwarnai dengan
berbagai upaya orang-orang yang mempertahankan hidup mereka ketika
kekerasan menjadi suatu fenomena yang bertujuan untuk mencapai tujuan
kelompok tertentu atau tujuan sosial atau individu untuk bertahan hidup.
Berkaitan dengan kejahatan, maka kekerasan merupakan pelengkap suatu
bentuk kejahatan terhadap korbannya sendiri.1
Kejahatan dapat ditafsirkan secara kriminologis dan yuridis. Kejahatan
dalam lingkup kriminologis berarti perbuatan manusia yang menodai norma-
norma dasar yang hidup di masyarakat, sedangkan dalam lingkup yuridis berarti
kejahatan tersebut ada dan diatur dalam peraturan perundang-perundangan.
Meningkatnya kejahatan yang terjadi saat ini, seperti kejahatan pencurian dan
kejahatan kekerasan, dianggap wajar oleh sebagian kalangan, sehingga
seringkali kekerasa digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai
alat untuk menentang hukum yang mendasarinya (principle guilding).2

1 Nunuk Sulisrudatin, KASUS BEGAL MOTOR SEBAGAI BENTUK KRIMINALITAS PELAJAR,


2020.
2 Jon Efendi Sianturi, Marlina Marlina, and Taufik Siregar, “Politik Hukum Pidana Terhadap

Penanganan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Yang Terjadi Di Jalanan Kota Medan,”
ARBITER: Jurnal Ilmiah Magister Hukum 2, No. 1 (2020): 62–73.

1
Kejahatan bukan merupakan suatu peristiwa yang turun temurun
(diwariskan sejak lahir) atau diwariskan secara biologis. Perilaku menyimpang
ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, baik usia
tua maupun usia muda. Kejahatan dapat dilakukan secara sadar, misalnya
didorong oleh dorongan hati yang kuat dan dorongan-dorongan berupa
paksaan lainnya yang sangat kuat. Namun kejahatan bisa juga dilakukan secara
tidak sadar smaa sekali. Misalnya, seseorang yang terpaksa harus melawan
hukum karena menjadi korban pencurian di jalan raya.
Dalam hukum positif, tindak pidana pembegalan termasuk dalam koridor
pencurian yang diatur dalam Buku II KUHP yaitu pencurian dengan kekerasan
Pasal 365 KUHP dan/atau Pasal 368 KUHP yang mengatur tentang pemerasan
dengan ancaman kekerasan atau kekerasan. Kejahatan memiliki akibat yang
sangat berpengaruh terhadap masyarakat, dapat menimbulkan rasa takut
meninggalkan rumah sendirian dan membawa kendaraanya. Selain itu, dampak
psikologis masyarakat diredam oleh rasa takut akan kejahatan atau ketakutan
akan kejahatan yang berlebihan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
memberantas kejahatan.3
Fenomena pencurian kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat
dengan kekerasan atau dikenal dengan istilah “begal” merupakan wujud
kejahatan yang saat ini banyak memberikan keresahan terhadap masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) begal diartikan sebagai
penyamun atau merampas di jalan. Tindakan membegal merupakan modus
pencurian yang popular terjadi di kota-kota besar, salah satunya di wilayah Kota
Medan.
Keberadaan kriminologi sebagai ilmu pembantu hukum pidana sangat
diperlukan sebagai ilmu yang mempelajari kejahatan, mencoba memahami
fenomena kejahatan di tengah kehidupan bermasyarakat, menyelidiki sebab-

3 Karina Luana Pramesti Widodo dan Hana Faridah, “Analisis Kasus Begal Sepeda Motor
Di Kota Kendari ( Studi Kasus Putusan Nomor.308/Pid.B/2021/Pn KDI),” Jurmal Panorama
Hukum 6, No. 2 (2021): 126–138.

2
sebab terjadinya kejahatn dan mencari atau mengembangkan konsep
penanggulangannya, seperti upaya mencegah atau meminimalisir potensi
kejahatan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai topik tersebut dengan judul makalah:
“Kejahatan Jalanan Di Kota Medan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pokok pikiran yang tertuang di atas terhadap beberapa
permasalahan yang akan menjadi kajian dalam makalah ini. Maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan pencurian dengan
kekerasan (begal)?
2. Bagaimana penegakkan dan penanggulangan upaya hukum terhadap pelaku
begal sepeda motor?

C. Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan
pencurian dengan kekerasan (begal).
2. Untuk mengetahui penegakkan dan penanggulangan upaya hukum terhadap
pelaku begal sepeda motor.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
dari pembaca mengenai masih maraknya kejahatan pencurian yang dilakukan
di jalanan kota di Indonesia, khususnya Kota Medan. Sehingga perlu diupayakan
berbagai cara agar dapat meminimalisir bahkan memunaskan para pelaku
begal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Seseorang Melakukan Kejahatan Pencurian Dengan


Kekerasan (Begal)
Kejahatan adalah tindak pidana yang menimbulkan hukuman mati atau
sanksi. Kejahatan sebagai pola tingkah laku yang memberikan kerugian kepada
masyarakat baik secara fisik maupun materiil. Kejahatan merupakan
permasalahan sosial, yaitu permasalahan masyarakat, karena pelaku kejahatan
dan korban juga merupakan anggota masyarakat. Kriminologi mengkaji konsep
kejahatan dan perilaku menyimpang dari sudut pandang masyarakat itu sendiri.
Suatu masyarakat menyatakan perbuatan disebut kejahatan jika perbuatan
tersebut menimbulkan dampak yang merugikan.
Pencurian dengan kekerasan atau saat ini dikenal dengan sebutan begal,
menjadi salah satu kejahatan yang paling banyak terlihat di berbagai tempat
seperti Kota Medan. Sebab, pelaku pencurian dengan kekerasan semakin
terpacu untuk melakukan aksinya tanpa memandang korbannya laki-laki atau
perempuan. Tidak memperhatian situasi di lapangan sedang ramai atau tidak.
Pasalnya, pelaku dan kelompoknya sudah mempunyai strategi atau taktik untuk
melancarkan aksi pencurian dengan kekerasan yang menggunakan senjata
tajam.4
Tingkat kriminalitas atau kejahatan sampai hari ini terus mengalami
peningkatan. Sebagaimana Wali Kota Medan Bobby Nasution menyampaikan
bahwa ia berharap agar pihak kepolisian mengambil langkah yang nyata dalam
menindak para pelaku begal. Bahkan tidak ragu mengusulkan langkah yang
serius sekalipun, seperti menembak mati dengan tujuan memberikan pelajaran

4 Loc., Cit. Jon Efendi Sianturi, hlm, 130.

4
kepada para pelaku dan mencegah terjadinya tindakan kriminal serupa di masa
mendatang.5
Dilansir dari Kompas.com bahwa pelaku pencurian dengan kekerasan saat
ini telah menggunakan semprotan air cabai, kejadian tersebut terjadi di Jalan
Tangguk Bongkar II, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai,
Kota Medan, Sumatera Utara. Dalam rekaman CCTV yang beredar di media
massa, korban hendak memasukkan sepeda motornya ke dalam rumah namun
tiba-tiba dihampiri sejumlah orang yang kemudian menyerangnya dengan
cairan cabai bahkan pelaku sempat menusuk area punggung korban. Ini
membuktikan bahwa tindakan yang melanggar hukum tersebut masih terjadi
secara masif di beberapa kota-kota besar sekalipun.6
Walter Lunden memberikan beberapa penjelasan mengenai faktor yang
berperan munculnya suatu kejahatan, antara lain:
1. Urbanisasi remaja dari desa ke kota merupakan gelombang yang cukup besar
dan sulit dihentikan.
2. Sering terjadi permasalahan norma adat dengan norma baru yang tumbuh
dalam proses pergeseran sosial yang cepat, terutama di kota-kota besar.
3. Hilangnya atau memudarnya pola kepribadian individu, sangat terkait
dengan pola kontrol sosial tradisional, dimana anggota masyarakat
khususnya remaja dihadapkan pada “samarpola/pola tidak jelas” yang
menentukan perilaku mereka.
Selain itu ada beberapa faktor pendorong lainnya yang dikaji dari sudut
pandang kriminologi, antara lain:

5 Salsabila Syahira, “Kota Medan Darurat Begal, Bobby Nasutin: Tindak Tegas Walau
Harus Ditembak Mati,” UMSU, last modified 2023, https://umsu.ac.id/berita/kota-medan-
darurat-begal-bobby-nasution-tindak-tegas-walau-harus-ditembak-mati/.
6 Teuku Muhammad Valdy Arief, “Begal Di Medan Serang Korbannya Dengan Air Cabai,”

Kompas.Com, last modified 2023,


https://medan.kompas.com/read/2023/08/13/143415778/begal-di-medan-serang-
korbannya-dengan-air-cabai.

5
1. Faktor sosiologi, jika diuraikan terbagi dalam tiga kelompok yaitu: tekanan,
penyimpangan budaya atau kontrol sosial. Perspektif ini berfokus pada
kekuatan sosial yang menyebabkan orang melakukan kejahatan. Namun
teori kontrol sosial berasumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan adalah
bagian dari diri manusia dan menganalisis kemampuan kelompok serta
institusi sosial dalam menciptakan aturan yang efektif. (status ekonomi dan
pengaruh persuasi teman).
2. Faktor Psikologis, memiliki pandangan berdasarkan kedewasaan seseorang
dan memiliki permasalahan psikis sejak dini atau permasalahan lainnya.
Dalam hal ini berkaitan juga dengan kurangnya penanaman nilai-nilai
(keimanan).
3. Faktor biologis mengklasifikasikan penjahat menjadi empat kelompok. Yaitu:
a. Born criminal, yaitu berdasarkan pada dktrin atavisme.
b. Insane criminal, yaitu menjadi jahat karena beberapa perubahan dalam
pemikiran mereka yang menghambat kemampuan mereka dalam
membedakan antara benar dan salah.
c. Occasional criminal atau criminaloid, yaitu berdasarkan pada pengalaman
sehingga mempengaruhi dirinya.
d. Criminal of passion, yaitu pelaku melakukan tindakan yang menyimpang
karena marah, cinta, atau karena kehormatan.

B. Penegakkan Dan Penanggulangan Upaya Hukum Terhadap Pelaku Begal


Sepeda Motor
Penegakan hukum merupakan upaya memberantas tindak pidana secara
rasional, memenuhi rasa keadilan dan efektif. Untuk memberantas kejahatan,
pelaku kejahatan dapat diberikan berbagai alat respon kriminal dan non-
kriminal yang dapat digabungkan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana
pidana digunakan untuk memberantas kejahatan, berarti akan dilakukan politik
hukum pidana, yaitu pemilihan untuk mencapai hasil hukum pidana sesuai

6
dengan keadaan dan situasi pada saat yang sama dan di masa yang akan
datang.7 Soerjono Soekanto mengatakan bahwa pelaksanaan hukum adalah
kegiatan yang menyelaraskan hubungan nilai dan sikap perilaku yang dijelaskan
oleh aturan sebagai rangkaian penerjemahan nilai tahap terakhir. Untuk
menciptakan, melestarikan dan memelihara kehidupan sosial yang tentram.8
Sebagai pengayom masyarakat maka Aparat Kepolisian memiliki peran
sentral dalam penegakan hukum. Pasal 13 Undang-Undang tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 menyatakan bahwa tugas
pokok Kepolisian antara lain, memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat.9
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalir tindak
pidana pembegalan:
1. Upaya Preventif
Tindakan preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya atau
timbulnya kejahatan terlebih dahulu. Mencegah terjadinya kejahatan lebih
baik dari pada berusaha memperbaiki kembali, sebagaimana semboyan
kriminologi yaitu upaya untuk memperbaiki pelaku kejahatan yang harus
fokus dan terarah agar kejahatan tidak terulang kembali. Preferensi terhadap
kegiatan preventif sangatlah beralasan, karena upaya preventif dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa keahlian khusus dan ekonomis. Barnest dan
Teeters menunjukkan beberapa cara untuk menanggulangi kejahatan yaitu:

7 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm.
109.
8
Soerjono Soekanto, “Putusan-Putusan Yang Mempengaruhi Tegaknya Hukum,” BPHN,
1983, https://jdih.situbondokab.go.id/barang/buku/Majalah Hukum Nasional Volume 48
Nomor 2 Tahun 2018.pdf.
9 Ruslan Abdul Gani et al., “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN BEGAL

BERSENJATA (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN SEKTOR TELANAIPURA KOTA JAMBI)” 1, No. 2 (2022):
137–147, https://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jisyaku/article/view/4709.

7
a. Memahami perlunya mengembangkan keinginan sosial atau tekanan
sosial dan tekanan ekonomi yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap perbuatan buruk.
b. Memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang memiliki potensi
kriminal atau sosial, meskipun potensi tersebut disebabkan oleh kelainan
biologis dan psikologis atau kurangnya peluang sosial ekonomi yang
memadai untuk membentuk kesatuan yang harmonis.10
2. Upaya Represif
Upaya represif adalah upaya atau langkah-langkah yang diambil pihak
berwenang setelah terjadinya suatu tindakan kejahatan seperti perampasan
sepeda motor di jalan dan sebagainya.
a. Perlakuan (Treatment)
1) Perlakuan tidak dikenakan sanksi pidana, berarti perlakuan paling
ringan yang diberikan kepada masyarakat yang belum melakukan
kejahatan. Dalam perlakuan ini, suatu penyimpangan dianggap tidak
terlalu berbahaya sebagai tindakan pencegahan.
2) Perlakuan dengan sanksi-sanksi pidana tidak langsung, artinya hal ini
tidak didasarkan pada putusan yang menyatakan suatu hukum
terhadap si pelaku kejahatan. Harapan dari penerapan perlakuan-
perlakuan ini ialah respon baik dari pelanggar hukum terhadap
perlakuan yang diterimanya. Perlakuan ini bertujuan agar pelaku dapat
kembali sadar akan kekeliruannya dan kesalahannya, serta dapat
kembali bergaul di dalam masyarakat seperti sedia kala.11

10 Idul Adnan dan Basriadi, “KEBIJAKAN YANG BISA DITERAPKAN DALAM


MEMINIMALISASI KEJAHATAN BEGAL MELALUI KRIMNOLOGI TERAPAN DI LOMBOK TENGAH
NTB,” Sekolah Tinggi islam Syariah Darussalam 1, No. 2 (2021): 114,
https://ejournal.stisdarussalam.ac.id/index.php/jd/article/view/9.
11 Abdul Syani, Sosiologi Kriminologi (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 139.

8
b. Memasukkan para pelaku kejahatan begal ke dalam Rumah Tahanan
Dalam proses penyelesaian perkara pidana mulai dari tahap penyidikan,
penuntutan sampai adanya putusan akhir Pengadilan para pelaku tindak
pidana dimasukkan ke dalam rumah tahanan. Hal tersebut dilakukan agar
para pelaku merasa jera dengan perbuatannya.
c. Melakukan kegiatan operasi di semua sektor. Operasi ini biasanya
dilakukan di wilayah yang rawan, sehingga dapat menekan terjadinya
kejahatan pencurian dengan kekerasan (begal).
d. Memberikan efek jera kepada pelaku dengan sebuah putusan yang
memiliki kekuatan hukum tetap sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undang.12

12 Loc. Cit., Idul adnan dan Basriadi, hlm. 116.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kejahatan adalah tindak pidana yang menimbulkan hukuman mati atau
sanksi. Kejahatan sebagai pola tingkah laku yang merugikan masyarakat baik
secara fisik maupun materiil. Kejahatan merupakan permasalahan sosial,
yaitu permasalahan masyarakat, karena pelaku kejahatan dan korban juga
merupakan anggota masyarakat. Beberapa faktor pendorong terjadinya
seseorang melakukan kejahatan dalam hal ini pencurian dengan kekerasan
dari sudut pandang kriminologis dibagi menjadi 3 (tiga) antara lain, faktor
sosiologis, faktor psikologis, dan faktor biologis.
2. Penegakan hukum merupakan upaya memberantas kejahatan secara
rasional, memenuhi rasa keadilan dan efektif. Untuk memberantas
kejahatan, pelaku kejahatan dapat diberikan berbagai alat respon kriminal
dan non-kriminal yang dapat digabungkan satu dengan yang lainnya.
Soerjono Soekanto mengatakan bahwa pelaksanaan hukum adalah kegiatan
yang menyelaraskan hubungan nilai dan sikap perilaku yang dijelaskan oleh
aturan sebagai rangkaian penerjemahan nilai tahap terakhir. Untuk
menciptakan, melestarikan dan memelihara kehidupan sosial yang tentram.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalir tindak pidana
pembegalan, diantaranya ialah upaya preventif sebagai suatu pencegahan
dan upaya represif sebagai suatu penanggulangan.

B. Saran
Pada akhir penulisan makalah ini akan dikemukakan beberapa saran, yaitu
sebagai berikut:

10
1. Sebaiknya pihak kepolisian sekitar dilengkapi dengan sarana maupun
prasarana yang memadai sehingga ketika terjadi hambatan-hambatan bisa
diminimalisir, apalagi pencurian dengan kekerasan saat ini yang masih
bergerak secara masif. Pihak kepolisian juga akan dengan efektif dan efisien
mencegah aksi tersebut.
2. Dibutuhkan kerja sama dari semua elemen masyarakat untuk membantu
pihak kepolisian dalam menjalankan perannya terkait pemberantasan dan
pengamanan dari para pelaku pencurian dengan kekerasan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Idul, and Basriadi. “KEBIJAKAN YANG BISA DITERAPKAN DALAM


MEMINIMALISASI KEJAHATAN BEGAL MELALUI KRIMNOLOGI TERAPAN DI
LOMBOK TENGAH NTB.” Sekolah Tinggi islam Syariah Darussalam 1, no.
Kejahatan Begal (2021): 114.
https://ejournal.stisdarussalam.ac.id/index.php/jd/article/view/9.

Arief, Barda Nawawi. Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.
https://books.google.co.id/books?id=Clc_DwAAQBAJ&printsec=copyright&h
l=id#v=onepage&q&f=false.

Arief, Teuku Muhammad Valdy. “Begal Di Medan Serang Korbannya Dengan Air
Cabai.” Kompas.Com. Last modified 2023.
https://medan.kompas.com/read/2023/08/13/143415778/begal-di-medan-
serang-korbannya-dengan-air-cabai.

Gani, Ruslan Abdul, Nuraida Fitri Habi, Ardian Kurniawan, and Ferdiansyah.
“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN BEGAL BERSENJATA (STUDI
KASUS DI KEPOLISIAN SEKTOR TELANAIPURA KOTA JAMBI)” 1, no. 2 (2022):
137–147. https://e-journal.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/jisyaku/article/view/4709.

Sianturi, Jon Efendi, Marlina Marlina, and Taufik Siregar. “Politik Hukum Pidana
Terhadap Penanganan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Yang
Terjadi Di Jalanan Kota Medan.” ARBITER: Jurnal Ilmiah Magister Hukum 2,
no. 1 (2020): 62–73.

Soekanto, Soerjono. “Putusan-Putusan Yang Mempengaruhi Tegaknya Hukum.”


BPHN, 1983. https://jdih.situbondokab.go.id/barang/buku/Majalah Hukum
Nasional Volume 48 Nomor 2 Tahun 2018.pdf.

Sulisrudatin, Nunuk. KASUS BEGAL MOTOR SEBAGAI BENTUK KRIMINALITAS


PELAJAR, 2020.

Syahira, Salsabila. “Kota Medan Darurat Begal, Bobby Nasutin: Tindak Tegas Walau
Harus Ditembak Mati.” UMSU. Last modified 2023.
https://umsu.ac.id/berita/kota-medan-darurat-begal-bobby-nasution-
tindak-tegas-walau-harus-ditembak-mati/.

Syani, Abdul. Sosiologi Kriminologi. Bandung: Remaja Karya, 1987.

12
Widodo, karina luana pramesti, and Hana Faridah. “Analisis Kasus Begal Sepeda
Motor Di Kota Kendari ( Studi Kasus Putusan Nomor.308/Pid.B/2021/Pn
KDI).” Jurmal Panorama Hukum 6, no. 2 (2021): 126–138.

13

Anda mungkin juga menyukai