Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

PEMERASAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Dosen Pengampu : Muh. Asy’ari., SH., MH

Disusun Oleh Kelompok

1. Hestina 018SYE22
2. I Gede Dwik Ardika 019SYE22
3. Febi Febrianti 015SYE22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG D3

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Pendidikan Budaya Anti
Korupsi “PEMERASAN”

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Kasus Pemerasan. Makalah ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi semua orang.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengacu pada berbagai sumber yang
terpercaya dan relevan, serta menganalisis dengan cukup baik. Oleh karena itu, diharapkan
makalah ini dapat memberikan pemahaman yang jelas dan mendalam tentang
PEMERASAN.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berkontribusi
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
baru bagi pembaca. Mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam makalah ini
dan saran serta kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan ke depan.

Mataram, September 2023


ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BABI PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat .............................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN ..........................................................................................4

A. Definisi .................................................................................................................4
B. Jenis –jenis pemerasan dan hukumnya ................................................................4
C. Unsur-unsur pemerasan….....................................................................................6
D. Klasifikasi pemerasan ..........................................................................................6

E. Empat Inti Delik Pemerasan ................................................................................8

BAB III ...................................................................................................................... 9

A. Analisa Kasus.......................................................................................................9

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................12

A. Kesimpulan ..........................................................................................................12
B. Saran ....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia tidak luput dari suatu kesalahan, kesalahan manusia
tersebut terjadi akibat kelalaian maupun faktor kesengajaan yang dilakukan oleh para
manusia itu sendiri. Kesalahan yang dilakukan oleh manusia bisa terjadi dalam suatu
tindak pidana kejahatan di masyarakat. Beberapa contoh kasus tindak pidana dalam
masyarakat yaitu tindak pidana pencurian, tindak pidana pembunuhan, tindak pidana
pemerkosaan dan tindak pidana penganiayaan. Banyaknya tindak pidana yang dilakukan
oleh para pelaku dikarenakan lemah dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh
pelaku sehingga dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Selain beberapa tindak
pidana tersebut terdapat salah satu contoh tindak pidana lainnya yaitu tindak pidana
pemerasan. Kata, pemerasan" dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar peras" yang
bisa bermakna meminta uang dan jenis lain dengan ancaman. Tindak pidana pemerasan
ditentukan dalam Bab XXII Pasal 368 KUHP tentang Tindak Pidana Pemerasan yaitu:
1. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm. 855
"Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang,
diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun".
Tindak pidana pemerasan sebenarnya terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu
tindak pidana pemerasan (afpersing) dan tindak pidana pengancaman (afdreiging).Kedua
macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan
yangbertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak
pidana ini biasanya disebut dengan nama yang sama, yaitu "pemerasan" serta diatur
dalam bab yang sama. Walaupun demikian, tidak salah kiranya apabila orang menyebut,
bahwa kedua tindak pidana tersebut mempunyai sebutan sendiri, yaitu "pemerasan" untuk
tindak pidana yang diatur dalam Pasal 368 KUHP.2
2. Kismadi, pemerasan pengancaman, 29 Januari http: // kismadi. blogspot. Com /
2013 /01/pemerasanpengancaman. html, 20.00 WIB 2013.

Ancaman pidana penjara maksimal sembilan (9) tahun pada kenyataannya masih
belum mampu mencegah terjadinya tindak pidana pemerasaan dan membuat pelaku
tindak pidana pemerasan menjadi jera. Hal ini dapat dilihat dari contoh kasus pemerasan
yang ada di dalam masyarakat, contoh kasus tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan putusan No. 370/Pid.B/2013/PN.GS yang menerangkan bahwa pada
hari Senin, 15 Juli 2013 sekitar pukul 05.00 wib, bertempat di Jalan Raya Lintas
Sumatera. Awalnya saksi Dimas Sepriyanto bin Suyoto bersama saksi Edwin berkandara

1
menggunakan truck melintas dari arah Menggala ke Tegineneng, truk yang dikendarai
kedua saksi tersebut diberhentikan oleh terdakwa Ripto Anwar yang berkendara
menggunakan sepeda motor Honda Supra X 125 bersama Adon dengan cara memepet
truck dari arah kanan lalu saudara Adon mengacungkan jari telunjuk kanan ke arah saksi
Dimas Sepriyanto seraya mengatakan "berhenti! Berhenti kamu!".

Kemudian saudara Adon meminta uang sebesar Rp 200.000.- kepada saksi Darwis
Sepriyanto namun saksi Darwis Sapriyanto mengatakan kepada Adon "saya tidak ada
duit", Lalu Adon mengatakan kepada saksi Darwis Sepriyanto "masa tidak ada duit" dan
dijawab saksi "kalau bisa dikurangi". Lalu Adon memukul kepala saksi Darwis
Sepriyanto dan saksi Edwin menggunakan tangan kosong. Kemudian saksi Darwis
Sepriyanto pun menyerahkan uang sebesar Rp 100.000,- kepada Adon dan terdakwa
mengambil 1 buah handphone cross V5 dari saku baju saksi Darwis Sepriyanto sebagai
jaminan agar saksi Darwis Sepriyanto menebusnya dengan memberikan uang sebesar Rp
100.000,-. Berkaitan dengan kasus tersebut maka terdakwa dijatuhkan hukuman pidana
penjara selama 3 tahun dan 6 bulan berdasarkan Pasal 368 Ayat (2).

3. Mahkamah Agung, Putusan Mahkamah Agung, 14 Februari 2014,


http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/5e80a45bc4deefe9ed722ff5b054a6
69, 19.30 WIB.

Unsur-unsur yang ada di dalam ketentuan Pasal 368 KUHP yaitu sebagai berikut:

Unsur-unsur dalam ketentuan Ayat (2) Pasal 368 KUHP:

1. Barang siapa
2. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum.
3. Memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
4. Untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang (yang seleruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain).
5. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
6. Pada waktu malam dijalan umum.
Berdasarkan kasus tersebut hakim menjatuhkan hukuman pidana selama 3 tahun
dan 6 bulan. Sedangkan ketentuan didalam Pasal 368 KUHP hukuman pidana maksimal 9
tahun. tetapi dalam putusan No. 370/Pid.B/2013/PN.GS terdakwa hanya memeras uang
sebesar Rp 200.000.- dan dijatuhkan hukuman 3 tahun dan 6 bulan. Atas dasar hal
tersebut putusan yang dijatuhkan oleh hakim selama 3 tahun dan 6 bulan penjara maka
dianggap terlalu berat dibanding dengan uang yang diperas oleh pelaku sebesar Rp
200.000.-
Berkaitan dengan kasus di atas maka berdasarkan Pasal 368 Ayat (2) penelitian ini
membahas mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana
pemerasan terhadap sopir truck yang dilakukan oleh preman berdasarkan putusan No.

2
370/Pid.B/2013/PN.GS dan dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak
pidana pemerasan berdasarkan putusan No. 370/Pid.B/2013/PN.GS. Maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul
"Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Pemerasaan Sopir Truk yang
Dilakukan oleh Preman. (Studi Kasus No. 370/Pid.B/2013/PN.GS)"

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pemerasan ?
2. Apa jenis-jenis dan hukum yang berlaku pada pemerasan ?
3. Apa saja unsur-unsur dari pemerasan?
4. Apa klasifikasi dari pemerasan ?
5. Apa empati inti delik pemerasan ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian pemerasan.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya pemerasan.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari pemerasan.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah "pemerasan" berasal dari kata dasar "peras"
yang bermakna leksikal "meminta uang dan sejenisnya dengan ancaman'. Sementara
menurut Black's Law Dictionary (2004: 180), blackmail: diartikan sebagai 'a threatening
demand made without justification'. Sinonim dengan extortion, yaitu suatu perbuatan
untuk memperoleh sesuatu dengan cara melawan hukum seperti tekanan atau paksaan.
Pengertian yang diberikan Black's Law Dictionary lebih mendekati dari maksud hukum
terhadap pemerasan sebagai sebuah kejahatan atau tindak pidana. Pemerasan (Belanda:
afpersing: Inggris: blackmail), adalah satu jenis tindak pidana umum yang dikenal dalam
hukum pidana Indonesia. Spesifik tindak pidana ini diatur dalam pasal 368 KUHP. Dalam
struktur KUHP, tindak pidana pemerasan diatur dalam satu bab (Bab XXIII) bersama
tindak pidana pengancaman. Karena itu kata afpersing sering digabung dengan kata
afdreiging yang diatur pasal 369 KUHP.
Pemerasan adalah tindakan melawan hukum memaksa seseorang dengan kekerasan
atau pencurian yang didahului disertai kekerasan atau ancaman kekerasan, baik diambil
sendiri oleh tersangka maupun penyerahan barang oleh korban. (Pasal 368 ayat (2)
KUHP): ketentuan pasal 365 ayat 2,3 dan 4 berlaku bagi kejahatan ini (KUHP 35, 89,
335, 370 dst.).

B. Jenis-Jenis Pemerasan dan Hukumannya


1. Hukuman maksimal 9 tahun penjara
Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan
barang atau memberikan hutang maupun menghapus piutang (Pasal 368 (1) KUHP.
2. Hukuman maksimal 12 tahun penjara

4
a. Jika perbuatan pemerasan dilakukan pada waktu malam dalamsebuah rumah
ataupekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum atau dalam kereta api
atau trem yang sedang berjalan (KUHP pasal 365 ayat 2).
b. Jika perbuatan pemerasan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
c. Jika masuknya ke tempat kejahatan dengan merusak atau memanjat atau memakai
anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
d. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat (Pasal 356 (2) KUHP).
3. Hukuman maksimal 15 tahun penjara
Dihukum maksimal 15 tahun, jika perbuatan pemerasan mengakibatkan mati.
4. Hukuman maksimal 20 tahun penjara, pidana mati atau penjara seumur hidup.
Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, atau mati dan dilakukan dua orang
atau lebih dengan bersekutu pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam
No. 1 dan 3 (Pasal 365 (3,4) KUHP).

C. Unsur-Unsur Pemerasan
1. Unsur obyektif
a. Dalam pemerasan terdapat unsur kesengajaan yang bersifat tujuan,
yaitumengambil barang orang lain dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan
atau mengambil barang dengan membunuh korban.
b. Unsur memaksa pelaku terhadap korban. Memaksa merupakan tindakan yang
merugikan orang lain.
c. Yang dipaksa yaitu orang (yang menjadi korban)
d. Cara memaksa menggunakan ancaman tertulis, lisan, maupun akan membuka
rahasia korban.
2. Unsur subyektif
a. Maksud yang dituju. Maksud pelaku untuk melakukan pemerasan merupakan
tindakan pidana yang dilarang.
b. Menguntungkan diri atau orang lain.Perbuatan ini dilakukan, untuk
menguntungkan diri atau orang lain, sebagaiman dijelaskan dalam pasal
pemerasan.

5
c. Melawan hukum. Pemerasan merupakan pidan terhadap benda orang lain, yang
sudah menjadi kekuasaan mereka.

Dalam konteks hukum pidana, suatu perbuatan disebut pemerasan jika memenuhi
sejumlah unsur. Unsur-unsurnya bisa ditelaah dari pasal 368 ayat (1)

KUHP: "Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang,
diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun".

Penjelasan Pasal 368 adalah sebagai berikut:

a. Kejadian ini dinamakan "pemerasan dengan kekerasan" (afpersing).


Pemeras itu pekerjaannya: 1) memaksa orang lain; 2) untuk memberikan barang
yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan
orang lain, atau membuat utang atau menghapuskan piutang; 3) dengan maksud
hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak. (pada Pasal
335, elemen ini bukan syarat).
b. Memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman kekerasan:
Memaksa adalah melakukan tekanan kepada orang, sehingga orang itu
melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak sendiri. Memaksa orang lain
untuk menyerahkan barangnya sendiri itu masuk pula pemerasan; Melawan hak
adalah sama dengan melawan hukum, tidak berhak atau bertentangan dengan hukum;
Kekerasan berdasarkan catatan pada Pasal 89, yaitu jika memaksanya itu dengan akan
menista, membuka rahasia maka hal ini dikenakan Pasal 369.
c. Pemerasan dalam kalangan keluarga adalah delik aduan (Pasal 370), tetapi apabila
kekerasan itu demikian rupa sehingga menimbulkan "penganiayaan", maka tentang
penganiayaannya ini senantiasa dapat dituntut (tidak perlu ada pangaduan).
d. Tindak pidana pemerasan sangat mirip dengan pencurian dengan kekerasan pada
Pasal 365 KUHP. Bedanya adalah bahwa dalam hal pencurian si pelaku sendiri yang

6
mengambil barang yang dicuri, sedangkan dalam hal pemerasan si korban setelah
dipaksa dengan kekerasan menyerahkan barangnya kepada si pemeras.

D. Klasifikasi Pemerasan
Berdasarkan definisi dan dasar hukumnya, pemerasan dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah kepada orang lain atau kepada
masyarakat. Pemerasan ini dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua) bagian berdasarkan dasar
hukum dan definisinya yaitu :
a) Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah karena mempunyai kekuasaan
dan dengan kekuasaannya itu memaksa orang lain untuk memberi atau melakukan
sesuatu yang menguntungkan dirinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 12 huruf e UU
PTPK.
b) Pemerasan yang dilakukan oleh pegawai negeri kepada seseorang atau masyarakat
dengan alasan uang atau pemberian ilegal itu adalah bagian dari peraturan atau
haknya padahal kenyataannya tidak demikian. Pasal yang mengatur tentang kasus
ini adalah Pasal 12 huruf e UU PTPK.
2. Pemerasan yang di lakukan oleh pegawai negeri kepada pegawai negeri yang lain.
Korupsi jenis ini di atur dalam Pasal 12 UU PTPK (Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi).

F. Empat Inti Delik Pemerasan


Berdasarkan rumusan Pasal 368 KUHP, maka terdapat empat inti delik pemerasan, yakni:
1. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Dalam hal ini
tindakan seseorang melakukan pemerasan tidak saja untuk dirinya sendiri, tetapi
termasuk tindakan pemerasan yang dilakukan untuk kepentingan orang lain.
2. Secara melawan hukum.
3. Memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman. Dalam konteks ini bagaimana
bentuk pemaksaan dan ancaman itu harus pula didalami sedemikian rupa.

7
4. Untuk memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
si-kena peras atau kepunyaan orang lain, atau supaya membuat utang atau menghapus
piutang.

BAB Ill PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulannya kasus ini menunjukan, dalam pasal ini memperlihatkan kemauan
pelaku untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan merugikan korban. Jadi,
pelaku sadar atas perbuatannya memaksa. Memaksa yang dimaksud dilarang dalam
konteks ini adalah memaksa dengan kekerasan. Tanpa ada paksaan, orang yang dipaksa
tidak akan melakukan perbuatan tersebut. Walaupun pemerasan bagian dari tindak pidana
umum, namun tindak pidana pemerasan termasuk ke dalam delik aduan (klachdelict)
yang berarti tindak pidana baru bisa diproses apabila korban membuat pengaduan
/laporan. Dari dasar di atas, perbuatan pelaku yang melakukan pengancaman
menyebarkan data pribadi anda serta mengancam untuk mengirim uang adalah jelas
merupakan perbuatan pemerasan dan pengancaman yang dilarang undang-undang pidana.

B. Saran
a. Putusan pemidanaan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan hukum.
b. Mengingat efek jera adalah suatu tujuan dari pemidanaan, maka bagi hakim yang
memutus perkara pemerasan yang berawal alasan iuran keamanan, hendaknya
memberikan hukuman yang cukup berat agar fenomena iuran keamanan yang
berakhir dengan pemerasan yang meresahakan masyarakat dapat diberantas. Pihak
kepolisian sebagai mitra dari badan peradilan hendaknya mendukung upaya badan
peradilan untuk memberantas berbagai kejahatan dan tindak pidana yang dewasa ini
banyak dilakukan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum

Pidana, Cet Ke II, (Bandung Citra Aditya Bakti, 2005)

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi Cetakan Ke-4,(Jakarta:Sinar Grafika, 2012)

Hamzah Andi, Delik-delik Tertentu di Dalam KUHP, Cet Ke-4,(Jakarta:Sinar Grafika,

2011)

Anda mungkin juga menyukai