Anda di halaman 1dari 8

MARAKNYA TINDAK PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR

DI KELURAHAN KUKUSAN DITINJAU DARI PASAL 362 KUHP

Dosen Pembimbing:

Fathur Rahman, S.H.,M.H.

Disusun oleh:

Deasy Prita Rahayu

UNIVERSITAS PAMULANG

FAKULTAS EKONOMI

MANAJEMEN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah skripsi ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.

Depok, 12 April 2019

Deasy Prita Rahayu


Daftar Isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan


selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan
telah membuktikan, bahwa kejahatan hanya dapat dicegah dan dikurangi tetapi
sulit diberantas secara tuntas.

Secara sosiologis, kejahatan adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah


laku yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan
masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga
masyarakat, baik yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum
tercantum dalam undang-undang pidana.2 Terdapat berbagai macam kejahatan
bergantung pada sasaran kejahatannya, salah satunya adalah kejahatan terhadap
harta benda. Kejahatan terhadap harta benda dapat berupa perampokan, pencurian
dan/atau penipuan.

Salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah


pencurian. Dimana melihat keadaan masyarakat sekarang ini sangat
memungkinkan orang untuk mencari jalan pintas dengan mencuri. Dari media-
media massa dan media elektronik menunjukkan bahwa seringnya terjadi
kejahatan pencurian dengan berbagai jenisnya dilatarbelakangi karena kebutuhan
hidup yang tidak tercukupi.

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur Pasal
362 KUHP sebagai berikut:

Barang siapa mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp 900,- (sembilan ratus rupiah).”

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara


Indonesia adalah negara hukum. Maka dari itu setiap tindak pidana harus
mendapatkan penderitaan berupa penghukuman tak terkecuali kepada setiap orang
yang melakukan tindak pidana pencurian yang secara nyata diatur dalam pasal
362 KUHP. Sanksi pidana dalam suatu Undang-Undang termasuk didalam nya
sanksi pidana yang terdapat dalam pasal 362 KUHP, karena sanksi pidana dapat
juga dikatakan sebagai salah satu usaha penanggulangan, pencegahan dan
pengendalian kejahatan. Jadi penggunaan hukum pidana dimaksudkan untuk
melaksanakan sanksi pidana bagi pelanggaran terhadap suatu Undang-Undang

Dalam hukum pidana Indonesia, setiap perbuatan atau tingkah laku yang
melanggar undang-undang oleh pelaku tindak pidana harus dipertanggung-
jawabkan segala perbuatan nya dengan melihat pada kesalahan yang
dilakukannya. Pertanggung jawaban pidana yaitu melalui proses penegakan
hukum merupakan salah satu tujuan dalam satu sistem peradilan pidana.

Sistem pertanggung jawaban pidana dalam hukum positif saat ini


menganut asas kesalahan sebagai salah satu asas disamping asas legalitas.
Pertanggung jawaban pidana merupakan bentuk perbuatan pidana yang dilakukan
oleh pelaku tindak pidana terhadap kesalahan yang dilakukannya. Dengan
demikian, perbuatan pidana hanya menunjuk kepada dilarang nya perbuatan.

Adanya kesalahan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana yang telah
melanggar undang-undang maka dalam hal ini harus dapat dibuktikan letak
kesalahan nya agar dapat di jatuhi hukuman yang sesuai dengan tindak pidana
yang dilangar.

Dengan berkembang nya tindak pidana pencurian maka berkembang pula


bentuk-bentuk lain dari pencurian. Kendaraan bermotor yang paling sering
menjadi sasaran tindak pidana pencurian adalah kendaraan bermotor roda dua.
Tindak pidana pencurian sepeda motor merupakan kejahatan yang dapat
merugikan harta benda dengan hasil cukup bernilai. Di sisi lain menimbulkan
kerugian bagi korban. Kendaraan bermotor yang paling sering menjadi sasaran
kejahatan curanmor roda dua yaitu sepeda motor dan kendaraan bermotor roda
empat yaitu mobil pribadi.

Penyebab maraknya kejahatan pencurian kendaraan bermotor (curanmor)


adalah masyarakat ekonomi sosial rendah yang kebutuhan nya tidak terpenuhi
secara layak menurut perundang-undangan, selain itu ditambah pesatnya jumlah
kendaraan bermotor yang dapat dengan mudah dimiliki oleh masyarakat. Semakin
meningkatnya perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, semakin
meningkat pula tindak pidana kejahatan pencurian.

Masalah pencurian kendaraan bermotor merupakan jenis kejahatan yang


sealalu menimbulkan gangguan dan ketertiban masyarakat. Selain mengganggu
dan meresahkan masyarakat kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang
disebut curanmor tidak ada habisnya, curanmor ini biasanya dilakukan oleh
komplotan yang dikelola secara professional, rapi dan teroganisir. Maka dari itu
kejahatan pencurian kendaraan bermotor ini yang dilakukan oleh kompoltan
bukan hanya sekali, melainkan bisa puluhan kali dengan jumlah kendaraan
bermotor yang tidak terhitung. Disamping itu selain hanya mencuri kompoltan
curanmor ini biasanya menjual nya kepada penadah barang hasil curian, penadah
dalam hal ini mempunyai peran sangat penting karena dengan adanya penadah
telah membuka peluang terhadap terjadi nya tindak pidana pencurian kendaran
bermotor. Tak jarang para pelaku curanmor bekerja sama dengan para penadah
untuk mempermudah aksinya dalam menjual barang hasil curian.

Berdasarkan data angka kejahatan di Kota Depok di 2016 cukup


meningkat secara signifikan. Jumlahnya mengalami kenaikan dibanding pada
2015 lalu. Nah, ini yang kemudian menjadi tantangan bagi jajaran Polresta Depok
untuk terus meningkatkan kinerjanya di 2017.

Data pelaporan yang masuk ke Polresta Depok. Tercatat di 2016 ada


sebanyak 3.637 total kejahatan. Angka ini meningkat dibanding 2015 yang
berjumlah 3.068 kasus atau naik sebesar 18,55 persen. Dari data tersebut
curanmor menduduki kejahatan tertinggi kedua setelah pencurian dengan
pemberatan dengan 326 kasus.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian


dengan permasalahan diatas, karena masalah tersebut pelik sehingga
membutuhkan analisis secara mendalam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan sebagai berikut:

1) Apa saja faktor pendorong yang memicu tindakan pencurian?


2) Bagaimana cara mengatasi dan mencegah pencurian?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab
http://repository.unpas.ac.id/13319/2/BAB%20I%20pdf.pdf

http://repository.unpas.ac.id/13319/2/BAB%20I%20pdf.pdf

http://farrahdibayosan.blogspot.com/2014/11/kasus-pencurian-kendaraan-
bermotor.html

http://www.unpad.ac.id/pembelajaran/penyelenggaraan-pendidikan/penulisan-
laporan-tugas-akhir-skripsi-tesis-disertasi-atau-sejenisnya/

https://nesyia.wordpress.com/2011/02/20/tahapan-menulis-skripsi-dari-awal-
sampai-akhir-dengan-cepat/

https://www.masukuniversitas.com/contoh-kata-pengantar/

http://e-journal.uajy.ac.id/10677/2/1HK10140.pdf

https://news.okezone.com/topic/19182/curanmor-di-depok

http://poskotanews.com/2018/12/29/angka-kejahatan-di-polresta-depok-turun-26-
persen-di-tahun-2018/

https://radardepok.com/2017/01/jumlah-kejahatan-di-depok-meningkat/

Anda mungkin juga menyukai