Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Saifuddin, 2010).
Pada ibu pascasalin yang tidak menggunakan kontrasepsi akan mengakibatkan
peningkatan jumlah penduduk, angka kelahiran, angka kematian ibu dan bayi,
serta kehamilan yang terlalu cepat atau tidak di inginkan (Hartanto, 2010).
Pemberian konseling dini tentang KB dilakukan mulai dari pra nikah dan selama
hamil, sehingga pada saat bersalin dan nifas diharapkan pasien sudah mantap
memilih kontrasepsi sesuai dengan kondisinya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan
mengacu pada Kemenkes No.938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen
kebidanan kepada ibu dalam masa kehamilan, diharapkan mampu :
1. Melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif.
2. Melakukan perumusan diagnosa kebidanan/masalah kebidanan.
3. Menyusun perencanaan tindakan.
4. Melaksanakan implementasi/penatalaksanaan asuhan kebidanan.
5. Melaksanakan evaluasi tindakan yang telah diberikan.
6. Membuat pencatatan asuhan kebidanan dengan metode SOAP
7. Membuat pembahasan.
1.3 Pelaksanaan
1.3.1 Tempat : PONED UPT Puskesmas Kendal
1.3.2 Waktu : Periode Tanggal 04 – 17 November 2019
1.3 Sistematika Penulisan
Penulisan Asuhan Kebidanan ini menggunakan teknik 4 langkah yaitu : data
subjektif, obyektif, analisa data dan planning. Bidan melakukan evaluasi secara
sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Hasil
asuhan segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil
asuhan harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien (Kemenkes RI,
2011: 7-8).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar tentang Kontrasepsi Suntik Progestin


2.1.1 Pengertian
Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk
tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat
efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat juga termasuk dalam golongan
ini (Erdjan Albar, 2006: 51).
2.1.2 Profil
1. Sangat efektif.
2. Aman.
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI (Affandi,
2014)
2.1.3 Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (depoprovera), yang mengnadung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan intramusklar
(di daerah bokong).
2. Depo Noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron nantat, yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (Affandi, 2014)
2.1.4 Cara Kerja
1. Mencegah ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi, 2014)
Mekanisme Kontrasepsi Suntikan:
1. Primer : Mencegah Ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge).
Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing hormon
eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di
hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK, yang
tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan
hipo-estrogenik.
2. Sekunder
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuai.
c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi (
Hanafi, 2004: 16 )
Cara kerja KB suntik mencegah kehamilan:
Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari indung telur. Membuat
sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan lendir mulut rahim (serviks).
Tidak dapat mengeluarkan/menghentikan kehamilan yang sudah terjadi.
2.1.5 Efektivitas:
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Affandi, 2014)
Efektifitas Kontrasepsi Suntikan.
a. Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi.
Kurang dari 1 per 100 – wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun
pemakaian DMPA, dan 2 per 100 – wanita – per tahun pemakaian NET EN.
b. Kontrasepsi suntikan sama efektifnya seperti POK, dan lebih efektif dari pada
IUD.
c. Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsi yang paling sering dipakai - 150
mg setiap 3 bulan – adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg
DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga
terdapat periode “ tenggang – waktu / waktu – kelonggaran “ ( grace period )
selama 2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap 3 bulan.
d. Penelitian dalam skala kecil akhir – akhir ini menemukan bahwa dosis lebih
rendah dari DMPA – 100 mg sekali setiap bulan hampir sama efektifnya
dengan suntukan 150 mg, dengan angka kegagalan 0.44 per 100 wanita per
tahun.
Sedangkan pemberian sekali setiap 6 bulan dengan dosis 250, 300, 400 atau
450 mg DMPA umumnya menunjukkan angka kegagalan yang sedikit lebih
tinggi, 0 – 3.6 kehamilan per 100 wanita per tahun.
e. NET EN 200 mg lebih efektif bila diberikan dalam jarak waktu yang lebih
pendek. Penyuntikan sekali setiap 8 - minggu : angka kegagalan 0.4 – 1.8 per
100 wanita per 24 bulan.
Penyuntikan sekali setiap 12 minggu : angka kegagalan 6.6 per 100 wanita
per 24 bulan.
f. Masa kerja NET EN lebih singkat daripada DMPA, sehingga tidak terdapat “
tenggang-waktu / waktu-kelonggaran “ ( grace period ) untuk akseptor NET
EN yang terlambat disuntik ulang ( Hanafi, 2004; 166 )
Sangat efektif, kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0.3
kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian. ( 1 dari 333
pemakai masih bisa hamil).
2.1.6 Keuntungan
1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdamapak serius terhadap
penyakit jantung, gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia . 35 tahun sampai perimenopause.
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Affandi, 2014)
2.1.7 Keterbatasan
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
a. siklus haid yang memendek atau memanjang,
b. perdarahan yang banyak atau sedikit,
c. perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting),
d. tidak haid sama sekali.
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelm suntikan berikutnya.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadi kerusakan/kelainan
pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan).
8. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat (Affandi, 2014)
2.1.8 Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Usia reproduksi.
2. Nulipara yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. Setelah melahirkan
dan tidak menyusui.
5. Setelah abortus atau keguguran.
6. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
7. Perokok.
8. Tekanan darah , 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
9. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturate) atau obat
tuberculosis (rifampisin).
10. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
11. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
12. Anemia defisiensi besi.
13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi (Affandi, 2014)
2.1.9 Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi (Affandi, 2014).
2.1.10 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak
oleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu
disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tesebut selama 7 hari setelah suntikan
tidak boleh melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, asal
saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Affandi,
2014)
2.1.11 Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi
Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai
dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.
2. Bersihkan kullit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah
dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih
pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya
(Affandi, 2014).
2.1.12 Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit
sekali mengganggu kesehatan.
2. Deapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala
dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan
cepat hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada
ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat
saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus
kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab
tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan.
Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat
juga menggunakan kontrasepsi darurat.
6. Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan
dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang
lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan,
kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal
suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil (Affandi, 2014).
2.1.13 Peringatan Bagi Pemakai
1. Setiap terlambat haidharus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau minimal 2
kali lebih banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga
kesehatan, atau klinik (Affandi, 2014)
2.1.14 Penanganan Gangguan Haid
1. Amenorea
a. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup konseling saja.
b. Bila klien tidak dapat menerima kelainan tersebut, suntikan jangan
dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.
2. Perdarahan
a. Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya.
b. Bila perdarahan atau spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun
kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan
tersebut. Obatilah penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai.
Bila tidak ditemukan penyebab adanya perdarahan, tanyakan apakah klien
masih ingin melanjuutkan suntikan, dan bila tidak, suntikan jangan
dilanjutkan lagi, dan carikan kontrasepsi jenis lain.
c. Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan
seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus
dilanjutkan.
d. Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari) atau 2 kali lebih
banyak dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid normal,
jelasakan bahwa hal tersebut biasa terjadi pada bulan pertama suntikan.
e. Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila
ditemukan kelainan ginekologik, klien perlu diobati dan dirujuk.
f. Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak
dapat menerima hal tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihlah jenis
kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi
dan anjurkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung besi
(Saifuddin, 2006: MK-47)
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kontrasepsi Suntik Progestin
2.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Biodata
Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause (Affandi,
2014).
b. Keluhan utama
Sering ditemukan gangguan haid, seperti siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur
atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali, perdarahan yang tidak
menentu, terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan(Affandi, 2014)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu menggunakan obat
untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), anemia
defisiensi besi, memiliki masalah gangguan pembekuan darah (anemia bulan
sabit). Sedangkan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
yaitu ibu yang menderita penyakit kanker payudara, diabetes mellitus disertai
komplikasi, penyakit hati akut (virus), penyakit jantung, stroke (Affandi, 2014).
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Riwayat kanker payudara dan diabetes mellitus tidak boleh menggunakan
kontrasepsi suntikan progestin (Affandi, 2014).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji adanya penyakit turunan seperti
hipertensi, DM, kanker / keganasan, karena bisa ada anggota keluarga ibu yang
menderita penyakit tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa ibu juga
menderita hal yang sama. Padahal keadaan tersebut merupakan kotra indikasi
untuk pemakaian kontrasepsi suntik.
f. Riwayat Haid
Dalam riwayat haid perlu dikaji tentang siklus haid, jumlah perdarahan saat
haid, karena efek samping dari penggunaan kontrasepsi jenis suntik adalah
terjadi gangguan haid berupa spotting. Berkurangnya panjang siklus haid dan
memungkinkan juga bisa terjadi amenorrea oleh karena itu bagi ibu yang
memiliki riwayat haid yang banyak, sangat cocok bila menggunakan
kontrasepsi suntik karena mengurangi resiko terjadinya perdarahan hebat
(Hanafi, Hartanto, 2004). Apabila mengalami perdarahan pervaginam yang
belum jelas penyebabnya tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan
progestin tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin (Affandi,
2014).
g. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Nullipara dan yang telah memiliki anak.
2) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
3) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
4) Setelah abortus atau keguguran.
5) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu hamil
atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
(Affandi, 2014).
h. Riwayat KB
Kontrasepsi suntik dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok menggunakan
kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen seperti kontrasepsi oral, IUD,
KB sederhana, maupun metode alamiah.
i. Riwayat Ketergantungan
Perokok dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin. (Affandi, 2014).
j. Riwayat Psikososial
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin bila tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
2. Data Objektif
a. Keadaan Umum
Syarat KB suntik salah satunya adalah keadaan umum ibu harus baik, BB
sekarang juga harus dikaji dan harus dijelaskan pada ibu bahwa efek samping
dari kontrasepsi suntik adalah peningkatan BB 5 kg pada tahun pertama.
b. TTV
Jika tekanan darah <180/110 mmHg dapat menggunakan kontrasepsi suntikan
progestin (Affandi, 2014).
c. Anthopometri
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering (Affandi, 2014).
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan sakit kepala.
2) Muka
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan jerawat (Affandi, 2014).
3) Payudara
Nyeri payudara (Affandi, 2014).
4) Abdomen
Jika ada pembengkakan hati mungkin indikasi adanya penyakit hati. Rujuk ke
spesialis. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi non hormonal
(Affandi, 2014).
5) Genetalia
Perdarahan bercak/spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari (Affandi, 2014).
2.2.2 Diagnosa Masalah Kebidanan
Diagnosa : Ny “….” Papiah umur…. Akseptor KB suntik progestin.
Masalah : - Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
- Gangguan body image sehubungan dengan perubahan bentuk
tubuh
2.2.3 Intervensi
Diagnosa : Ny “….” Papiah umur…. Akseptor KB suntik Cyclofem,
keadaan umum…, keluhan….
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit
diharapkan Ibu mantap menggunakan KB suntik.
Kriteria Hasil : - Tidak ada keluhan / efek samping yang berat.
- Ibu menggunakan kontrasepsi KB suntik kombinasi.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan ibu tentang KB Suntik.
Rasional : Mengetahui sampai dimana pengetahuan ibu tentang KB suntik.
b. Jelaskan efek samping dan cara mengatasinya yang belum diketahui oleh ibu.
Rasional : Klien mampu mengenali efek samping dan mampu mengatasi secara
mandiri.
c. Anjurkan ibu untuk periksa apabila keluhan bertambah berat atau timbul
masalah baru.
Rasional : Deteksi adanya kelainan dan pencegahan komplikasi.
d. Beri suntikan progestin.
Rasional : Suntikan progestin mencegah terjadinya kehamilan selama 3 bulan.
e. Anjurkan ibu datang kembali suntik KB sesuai dengan jadwal yaitu 12 minggu
( 3 bulan ) kemudian.
Rasional : Jadwal penyuntikan yang terlambat dapat menyebabkan kadar
hormon dalam tubuh menurun yang memungkinkan terjadinya
kehamilan.
1. Masalah I : Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit
diharapkan cemas berkurang / hilang
Kriteria hasil : - Pasien dapat beradaptasi dengan keadaannya.
- Pasien lebih tenang.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan secara therapeutik.
Rasional : Membantu menumbuhkan kepercayaan pasien.
b. Kaji pengetahuan pasien tentang amenorhoe.
rasional : Mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
c. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
Rasional : Meningkatkan harga diri pasien.
d. Jelaskan pada pasien penyebab amenorhoe.
Rasional : Penyebab amenorhoe adalah karena pengaruh dari hormon
progesteron.
e. Jelaskan pada ibu efek amenorhoe dapat mengurangi terjadinya anemia.
Rasional : Ibu memahami efek non kontraseptif dari KB suntik.

2. Masalah II : Gangguan body image sehubungan dengan perubahan


bentuk tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit
diharapkan Ibu mampu beradaptasi dengan perubahan
bentuk tubuh.
Kriteria hasil : - Pasien mampu beradaptasi
- Pasien lebih tenang
- Harga diri pasien meningkat.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada ibu dan identifikasi masalah yang dihadapi.
Rasional : Meningkatkan harga diri klien sehingga ibu mau dan mampu
mengungkapkan masalahnya.
b. Diskusikan dengan ibu tentang BB ideal ibu.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan ibu tentang BB ideal.
c. Jelaskan pada ibu penyebab peningkatan BB.
Rasional : Mengurangi kecemasan ibu.
d. Anjurkan ibu ganti kontrasepsi apabila mengalami kenaikan BB yang terlalu
banyak pada tahun kedua dan seterusnya.
Rasional : Menghindari masalah perubahan bentuk tubuh.
e. Anjurkan ibu untuk beraktifitas sesuai kemampuan.
Raional : Aktifitas membantu mengurangi BB.
f. Anjurkan ibu mengatur diet sehari – hari.
Rasional : Peningkatan BB juga dipengaruhi pola makan dan kualitas
makanan yang tidak seimbang.
2.2.4 Pelaksanaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan (2011: 6),
bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
2.2.5 Evaluasi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan (2011: 7), bidan
melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah
selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat
dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien. Evaluasi ditulis dalam bentuk
catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S :Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O :Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A :Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P :Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.
TTD Nama Terang

Petugas
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian : 08 November 2019, pukul: 10.45 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang KIA, Puskesmas Kendal
S :
Istri Suami
Nama : Ny. h Tn. A
Umur : 33 tahun 34 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : Petani Swasta
Status marital : Menikah Menikah
Lama/berapa kali : 8 tahun/1x 8 tahun/1x
Alamat : Ds. N, Kec. K, Kab. N
- Kunjungan ulang KB suntik 3 bulan, ingin menunda kehamilan.
- Baik dulu maupun sekarang ibu tidak pernah mengalami perdarahan yang tidak
diketahui penyebabnya, penyakit hipertensi, benjolan abnormal pada payudara,
sakit kuning (Hepatitis), kurang darah (Anemia), varises, kelainan jantung,
DM, ibu tidak perokok. Saat ini ibu dalam keadaan sehat.
- Dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada riwayat penyakit DM, jantung,
hipertensi maupun benjolan abnormal pada payudara. Suami tidak merokok.
- Ibu menarche umur 14 tahun, lama haid 5-6 hari. Siklus haid 28 hari.
Mengalami nyeri haid pada hari pertama, darah yang keluar tidak menggumpal.
Ganti pembalut 3-4x sehari.
- Setelah memakai KB suntik 3 bulan ibu mengalami perubahan haid. Setelah 2
kali pemberian suntik KB, haid ibu menjadi lebih lama, ± 2 minggu. Setelah 1
tahun pemakain KB suntik, ibu mengalami spotting. HPHT 01-11-2019
- Hamil anak pertama normal, rutin periksa di bidan, diberikan multivitamin
diminum habis sesuai anjuran. Bersalin normal, ditolong bidan. Nifas normal
tidak perdarahan. Anak lahir dengan berat badan 3100 kg, tidak ASI eksklusif,
diberikan ASI dan Susu formula sampai usia 3 tahun. Sekarang anak usia 7
tahun.
- Sejak menikah sampai hamil anak pertama ibu tidak menggunakan alat
kontasepsi apapun, karena ingin segera mendapat keturunan. Setelah
melahirkan anak pertama ibu memakai KB kondom karena suami bekerja
diluar kota. Baru +1 tahun ibu menggunakan KB suntik 3 bulan sampai
sekarang ini. Selama pemakaian KB suntik 3 bulan ini ibu tidak mengalami
keluhan apapun, efek samping ibu mengalami spotting.
- Ibu makan 3x sehari, porsi sedang komposisi nasi, sayur, lauk pauk (tahu,
tempe, ikan asin, telur, daging), buah (jeruk, apel, pepaya, pisang). Ibu minum
air putih 6-7 gelas sehari. Selama memakai KB suntik 3 bulanan nafsu makan
ibu sedikit bertambah, ibu lebih senang mengemil atau makan makanan ringan.
- Ibu BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak. BAK 4-5 kali sehari, warna
kuning jernih. Tidak ada keluhan.
- Ibu tidur siang kurang lebih satu jam, biasanya tidur malam sekitar pukul
21.00-04.30 WIB. Tidak ada keluhan.
- Ibu bekerja sebagai petani. Setiap pagi bersih-bersih rumah, mencuci baju,
memasak, menyapu lalu berangkat ke sawah.
- Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x saat mandi, keramas 2-3 hari sekali ganti
celana dalam tiap mandi dan merasa basah, ganti pakaian setiap kali selesai
mandi, cebok dari depan ke belakang setiap kali selesai BAB/BAK.
- Ibu mengatakan biasanya melakukan hubungan saat suami pulang . Tidak ada
keluhan sakit/nyeri saat berhubungan seksual atau mengalami perdarahan
setelah hubungan seksual.
- Dalam keluarga ibu dari segi agama maupun budaya diperbolehkan memakai
metode kontrasepsi KB suntik karena untuk mengatur jarak kehamilan dan
menjaga kesehatan ibu dan anak.
- Ibu tidak merokok, tidak minum beralkohol, tidak sedang minum obat untuk
epilepsi (fenitan dan barbiturat) maupun obat TBC (rifampisin).
- Ibu selama menggunakan KB suntik merasa ada kenaikan berat badan dan
sekarang sudah tidak mengalami haid lagi, namun ibu masih nyaman
menggunakan KB suntik.

O :
- KU baik, kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
T : 120/70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,5oC
R : 20x/mnt
- TB : 157 cm
BB sekarang : 49,5 kg
BB terakhir suntik : 49,5 kg (tgl 15-10-2019)
BB sebelum KB suntik : 45 kg.
BB
IMT =
(TB)2
49,5
= (1,57)(1,57)
49,5
= 2,46

= 20,12 (Normal)
- Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat, tidak sembab, tidak berjerawat.

Mata : Simetris, conjungtiva palpebra merah muda, sklera putih.


Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
: maupun, tidak ada bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, pernafasan teratur, tidak ada wheezing maupun
ronchi, irama jantung normal.
Payudara : Simetris, tidak terdapat benjolan abnormal, tidak ada
hiperpigmentasi areola mammae.
Abdomen : Tidak ada pembesaran uterus, hepar dan limpa, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada massa
di atas simpisis.
Genetalia : Tidak ada pembesaran kelenjar skine, kelenjar bartoini,
tidak ada varises, tidak ada fluor albus.
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak oedema
Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak ada varises pada kaki.

A :
P10001 usia 33 tahun, usia anak 2 tahun. Peserta KB suntik 3 bulanan tidak
ada kontraindikasi pemakaian, KU baik, prognosa baik.

P :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa keadaan ibu baik dan
dapat diberikan pelayanan. E/ Ibu bersedia.
2. mengkaji ulang pengetahuan ibu tentang efek samping dan cara
mengatasinya.E/ Ibu mengerti
3. Mempersiapan peralatan dan obat triclofemt, dosis, spuit 3cc, kapas alkohol
4. Menyuntikan dengan mengoleskan antiseptik pada lokasi penyuntikan,
menyuntikan KB dengan posisi jarum 90˚ IM di musculus gluteus maksimus
kiri.
5. Menganjurkan untuk tidak memassase tempat penyuntikan yang dapat
menurunkan efektifitas suntik KB 3 bulan. E/ Ibu mengerti
6. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang suntik KB 3 bulanan pada tanggal
01-12-2019
7. Melengkapi dokumentasi pada kartu akseptor KB dan buku laporan KB
8. Rencana asuhan:
a. Kaji keluhan pasien
b. Lakukan pemeriksaan TTV
c. Timbang berat badan
d. Lakukan penyuntikan suntik 3 bulanan jika tidak terdapat kontraindikasi

Petugas

Arliska Wulandari
BAB 4

PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan pendekatan


manajemen kebidanan serta diberikan asuhan sesuai dengan evidance based, ibu
dapat menggunakan KB tanpa adanya komplikasi.

4.2 SARAN

Diharapkan ibu dapat menggunakan KB secara rutin sehingga efektif


untuk mencegah terjadinya kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2014. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Keputusan Mentri Kesehatan
No.938/MENKES/SK/III/2007. Jakarta: Depkes RI.
Marmi. 2016. Buku Ajar “Pelayanan KB”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saifuddin. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saifuddin. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.YBPSP
Saifuddin. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBPSP

Anda mungkin juga menyukai