Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi
perubahan-perubahan psikologik serta kognitif . Remaja adalah bila seseorang telah
mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-
laki dimana pada masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat cepat, pertumbuhan
yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi
tersebut, pada anak perempuan pertumbuhannya lebih cepat daripada anak laki-laki
(Sulistyoningsih, 2012). Status gizi adalah keadaan tubuh akibat mengkonsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi baik di usia remaja sangat
diperlukan terutama remaja putri, karena hal ini berhubungan dengan peran mereka
sebagai calon ibu. Remaja putri yang terpelihara kadar gizinya akan terpelihara
kesehatan reproduksinya agar nanti di masa mendatang mereka akan menjadi wanita
dewasa yang melahirkan generasi berikutnya dan pertambahan berat badannya
adekuat (Proverawati & Wati, 2011). Salah satu masalah yang dialami oleh remaja
putri yaitu Kekurangan Energi Kronis (KEK). KEK merupakan suatu keadaan
dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan
sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau
menahun (Rahmaniar et al, 2011). Dimana Kurang gizi pada remaja putri yang
disebut kurang energy kronik (KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas (LILA)
kurang dari 23,5 cm. Pada umumnya, hal tersebut disebabkan karena remaja putri
makan terlalu sedikit karena keinginan untuk menurunkan berat badan.
Menurut data Riskesdas RI (2013), kelompok umur 13-15 tahun penilaian
status gizi berdasarkan IMT, prevalensi nasional kurus pada remaja umur 13-15
tahun adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus.

1
Masalah tersebut akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan
masyarakat misalnya remaja yang menderita gizi kurang akan berpengaruh pada
kemampuan dan juga konsentrasi belajar, menghambat perkembangan dan
kecerdasan otak serta meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya
tahan tubuh menurun. Akibat kekurangan gizi remaja putri menjadi kurus,
pendek, dan pertumbuhan tulang menjadi tidak proposional khususnya dibagian
panggul dan pelvis yang berpotensi melahirkan bayi dengan BBLR (<2,5 kg)
(Pratiwi, 2015).
Untuk mengatasi masalah KEK pada remaja putri diperlukan KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai KEK dan faktor yang
mempengaruhi serta bagaimana menanggulanginya. Bentuk KIE salah satunya
adalah penyuluhan, yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Untuk mempermudah penerimaan pesan
yang disampaikan dalam penyuluhan dapat digunakan sarana guna menampilkan
informasi. Sarana tersebut biasa disebut dengan alat peraga atau media
penyuluhan berupa benda, pamphlet atau gambar yang diproyeksikan (slide film,
film strip, movie film).

1.2 Tujuan Praktik


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan
remaja dengan KEkurangan Energi Kronik (KEK) dengan perencanaan kehamilan
menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil
asuhannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
1. Melakukan pengkajian dengan pengumpulan data subyektif mengenai teori dan
konsep dasar asuhan kebidanan remaja dengan dismenorea
2. Melakukan pengkajian dengan pengumpulan data obyektif mengenai teori dan
konsep dasar asuhan kebidanan remaja dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK)
3. Melakukan assesment mengenai teori dan konsep dasar asuhan kebidanan
remaja dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
4. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan masalah sesuai dengan teori dan
konsep dasar asuhan kebidanan remaja dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK)
1.3 Lama Praktik
Praktek Asuhan Kebidanan dilaksanakan mulai tanggal 29 November 2020 -
18 Desember 2021di Puskesmas Panekan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Remaja


Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,
psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-
anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis,
dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013).

2.2 Tahapan Remaja


Hurlock (2011)perkembangan remaja, yaitu :
2.2.1 Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun Seorang remaja pada
tahap ini masih heran akan perubahanperubahan yang terjadi pada
tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik
pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Pada tahap ini
remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.
2.2.2 Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun Pada tahap ini remaja
sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa senang jika banyak
teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang
sama pada dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini
mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal
tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-
aktivitas seksual yang mereka inginkan.

4
5

2.2.3 Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun Tahap ini adalah masa
konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian 5
hal, yaitu :
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan dalam
pengalaman-pengalaman yang baru.
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
publik.
2.3 Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja
Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:
2.3.1 Kegelisahan. Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai
banyak angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan.
Hal ini menyebabkan remaja mempunyai anganangan yang sangat tinggi,
namun kemampuan yang dimiliki remaja belum memadai sehingga remaja
diliputi oleh perasaan gelisah.
2.3.2 Pertentangan Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena
sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua. Pertentangan
yang sering terjadi ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja
tersebut.
2.3.3 Mengkhayal Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalan
mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan remaja bersifat negatif.
Terkadang khayalan remaja bisa bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-
ide tertentu yang dapat direalisasikan.
2.3.4 Akitivitas berkelompok Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua
akan mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan semangat
para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang
dihadapi dengan berkumpul bersama teman sebaya. Mereka akan melakukan
6

suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka


atasi bersama.
2.3.5 Keinginan mencoba segala sesuatu Pada umumnya, remaja memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan
ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami sebelumnya.
2.4 Defenisi KEK
Menurut (Kemenkes RI, 2017), Kekurangan Energi Kronik merupakan
keadaan dimana penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan. KEK dapat terjadi
pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan
oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang
baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan
tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber)
dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang -cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun
waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang
cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
2.5 Etiologi KEK
Salah satu penyebab terjadinya KEK pada remaja yaitu perilaku diet yang
berlebihan pada remaja berkaitan dengan perhatian kepada tubuh yang berlebihan
dan ketidakpuasan pada citra tubuh remaja itu sendiri. Hal ini dikarenakan
perubahan fisik dan bentuk tubuh yang terjadi pada masa pubertas merupakan hal
yang sensitif dan penting bagi remaja. Oleh karena itu, masalah yang berkaitan
dengan penampilan fisik dapat memengaruhi citra tubuh dan kepuasan pada tubuh
yang pada akhirnya akan berdampak pada perilaku konsumsi makanan dan
pengendalian berat badan. Selain itu ada faktor lainnya yang dapat menyebabkan
KEK menurut (Alam, Ansyar, & Satrianegara, 2020), antara lain :
2.5.1 Faktor sosial ekonomi
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan.Pendapatan merupakan
faktor yang paling menentukan kualitas, dan kuantitas hidangan. Semakin banyak
7

mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain
semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula presentase dari penghasilan
tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya.
2.5.2 Pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi keadaan gizinya, karena dengan tingkat pendidikan tinggi
diharapkan informasi yang diperoleh lebih banyak.
2.5.3 Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi
hewani yang rendah dan tinggi sumber besi nabati, menu makanan juga banyak
mengandung serat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi dalam
tubuh.
2.5.4 Beban kerja/aktivitas
Yaitu aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang
otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk
diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak
aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun
pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang
dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi
rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang
mengosumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan
tingkat kegiatan.
2.5.5 Penyakit/infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi
akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanismenya
yaitu: Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi
dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit, peningkatan kehilangan
cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan yang terus
menerus,meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
atau parasit yang terdapat pada tubuh.
8

2.6 Patofisiologi
Kurang energi pada remaja akan terjadi jika kebutuhan tubuh akan energi tidak
tercukupi oleh diet. Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan
dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan
ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemerosotan jaringan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Sehingga jika
keadaan ini berlanjut terus menerus, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak
dan protein amino yang digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini
terus menerus terjadi maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi
(Sulistyoningsih, 2012).
2.7 Dampak KEK
Gizi sangat penting dalam menjaga kondisi kesehatan remaja. Kebutuhan gizi
remaja yang sudah terpenuhi mereka bisa tumbuh dan berkembang secara normal.
Pola makan yang sehat juga dapat membantu remaja lebih aktif dalam berpartisipasi di
sekolah dan aktivitas fisiknyapun menjadi lebih berenergi
Remaja yang menderita gizi kurang akan berpengaruh pada kemampuan dan juga
konsentrasi belajar, menghambat perkembangan dan kecerdasan otak serta
meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.
Akibat kekurangan gizi remaja putri menjadi kurus, pendek, dan pertumbuhan tulang
menjadi tidak proposional khususnya dibagian panggul dan pelvis yang berpotensi
melahirkan bayi dengan BBLR (<2,5 kg) (Pratiwi, 2015).
2.8 Tanda-tanda KEK
Menurut Kemenkes RI (2017) tanda tanda KEK antara lain Berat badan <40 kg,
IMT <18,5 (Kurus), LILA (Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm, anemia sedang (8,0-10,9
gr/dL) atau anemia berat (<8,0 gr/dL)
9

2.9 Pengananan KEK


2.9.1 Pemberian TTD remaja putri
Program TTD diberikan kepada rematri usia 12-18 tahun di sekolah dengan
frekuensi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun, Pemberian TTD pada rematri di
sekolah dapat dilakukan dengan menentukan hari minum TTD bersama setiap minggu
sesuai kesepakatan di masing-masing sekolah. Saat libur sekolah TTD diberikan
sebelum libur sekolah (Kemenkes RI, 2021). TTD tidak diberikan pada rematri yang
menderita penyakit, seperti thalasemia, hemosiderosis, atau atas indikasi dokter
lainnya. Sedangkan pembberian TTD Mandiri dilakukan di tempat kerja disalurkan
melalui klinik perusahaan, UKBM, dan kelompok lain seperti karang taruna, LSM, dll.
TTD dapat juga diperoleh secara mandiri dari apotek atau toko obat (Kemenkes RI,
2021).
2.9.2 Perbaikan gizi dengan sosialisasi makanan tambahan
Konsumsi biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu alternatif untuk
memperbaiki gizi masyarakat. Ubi jalan ungu merupakan ubi jalar yang berwarna
ungu pekat baik kulit maupun dagingnya serta memiliki produktivitas yang tinggi, ubi
jalar ungu varietas anitin-3 memiliki kandungan zat antosianin relatif lebih tinggi
dibanding varietas antin-1 dan antin-2. Biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu
produk diversifikasi pangan lokal akan potensi sumber daya alam khususnya
pemanfaatan ubi jalan ungu. Terdapat banyak zat gizi yang ada pada biskuit ubi jalar
ungu seperti karbohidrat, protein, zat besi, dan vitamin C (Syarfaini, Satrianegara,
Alam, & Amriani, 2017).
2.10Tinjauan Kasus Asuhan Kebidanan Remaja dengan KEK
2.10.1 Data Subjektif
1. Biodata
Keadaan sosial ekonomi dikaitkan dengan kemiskinan akibat rendahnya
pendidikan, sehingga tingkat konsumsi pangan dan gizi menjadi rendah,
buruknya hygiene dan sanitasi, serta meningkatnya gangguan kesehatan
(Fathonah, 2016).
Riwayat pendidikan seseorang merupakan suatu unsur penting yang dapat
mempengaruhi status gizi dan kesehatannya. Masalah gizi dan kesehatan
10

seringkali terjadi karena adanya ketidaktahuan dan kurnag informasi tentang


pentingnya pemenuhan gizi untuk kesehatan tubuh sehingga berdampak pada
kesadaran dan kemauan berperilaku gizi seimbang dalam kehidupannya (Alam,
dkk, 2020)
2. Keluhan Utama
Keluhan pada remaja dapat berupa BB kurang, perawakan kurus, sering lemas,
letih, lesu, tidak bersemangat.
3. Riwayat Penyakit
Menurut Alam, dkk (2020), malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena
penyakit infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan
mempercepat malnutrisi. Mekanismenya yaitu: penurunan asupan gizi akibat
kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan
pada waktu sakit, peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,
muntah dan perdarahan yang terus menerus, meningkatnya kebutuhan, baik dari
peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber
besi hewani yang rendah dan tinggi sumber besi nabati, menu makanan juga
banyak mengandung serat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi
dalam tubuh ( Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2010).
Aktivitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang
otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya
duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin
banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
Alam, dkk (2020).
Dalam penelitian Rosidawati, dkk (2019) menunjukkan bahwa sebanyak 18
siswa (60%) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) kurus memiliki body image
yang puas dimana siswa mengalami kepuasan terhadap bentuk tubuhnya dan
menerima ukuran tubuh yang dimilikinya. Siswa bangga memiliki tubuh yang
lebih kurus dibandingkan dengan tubuh temannya yang lain, sedangkan body
11

image tidak puas dikarenakan berbagai alas an anatara lain merasa malu diejek
teman sebayanya yang dianggap kurang gizi dan penyakitan.
5. Riwayat menstruasi
Setelah dilakukan analisis lanjut mengenai status gizi dan usia menarche,
diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaaan rata-rata usia menarche menurut
status gizi. Rata-rata usia menarche siswi yang berstatus gizi obesitas dan gemuk
adalah 11,08±1,3 tahun dan 11,75±0,8 tahun. Pada siswi yang status gizinya
normal rata-rata usia menarchenya adalah 12,33±0,9 tahun. Siswi dengan status
gizi kurus dan sangat kurus rata-rata usia menarchenya adalah 12,75±0,6 tahun
dan 12,92 tahun (Prabasiwi, 2016). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa status
gizi yang kurang dapat memperlambat remaja mendapat haid pertama/menarche.
2.10.2 Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis sampai menurun ke apatis.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah pada remaja usia 13–18 tahun, batas normal tekanan
sistoliknya berkisar antara 112–128 mmHg dan diastolik berkisar antara 66–
80 mmHg. Pemeriksaan nadi normalnya 60-80x/menit, jika denyut nadi lebih
dari 100x/menit mungkin klien dalam keadaan tegang, ketakutan, atau cemas.
Normalnya suhu tubuh 36,5-37,50C, suhu >38oC adalah salah satu tanda
infeksi. Normalnya pernapasan 16-24 kali per menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pertumbuhan, warna, kekuatan rambut, mudah rontok atau tidak. Rambut
yang mudah dicabut menandakan kekurangan gizi.
b. Muka
Mata simetris, konjungtiva merah muda, jika pucat menunjukkan anemia.
3. Pemeriksaan antropometri
Ciri-ciri KEK: BB <40 kg, IMT <18,5 (Kurus), LILA (Lingkar Lengan Atas)
<23,5 cm
12

4. Pemeriksaan penunjang
Di lakukan jika ada indikas Anemia sedang (8,0-10,9 gr/dL) atau anemia berat
(<8,0 gr/dL)

2.10.3 Assesment
Nn. X usia ... tahun dengan KEK , keadaan umum baik/buruk, prognosa
baik/buruk. (Kemenkes RI, 2011)
2.10.4 Penatalaksanaan
1. Jelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan dan menyampaikan bahwa status
gizinya dapat diperbaiki.
Rasional : untuk memberikan pemahaman mengenai keadaannya, membantu
memecahkan masalah yang dialami, serta meningkatkan keefektifan remaja
dalam pengambilan keputusan secara tepat
2. Menjelaskan KIE tentang KEK.
Rasional : Pengetahuan kurang baik yang dimiliki responden tentang gizi
selama masa remaja akan berisiko terhadap timbulnya masalah mengenai gizi
diakibatkan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang diperoleh
remaja.
3. Jelaskan kebutuhan dasar pada remaja meliputi nutrisi, eliminasi,personal
hygiene, aktivitas, istirahat/tidur.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien, sehingga klien mampu
berapdatasi dan mengatasi masalahnya.
4. Pemberian TTD.
Rasional : Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak
kehilangan darah pada saat menstruasi, rematri yang memasuki masa pubertas
mengalami pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat
serta diet yang kadang keliru di kalangan rematri.
5. Memantau BB, IMT, LILA setelah di berikan asuhan
Rasional : Lingkar lengan atas (LiLA) telah digunakan sebagai indikator proksi
terhadap risiko kekurangan energi kronis (KEK) untuk remaja di Indonesia.
Selama ini, ambang batas LiLA yang digunakan adalah 23,5 cm. Penelitian ini
13

bertujuan untuk menguji validitas LiLA terhadap indeks massa tubuh (IMT)
yang merupakan indikator yang lebih baik untuk mengetahui status gizi remaja.
6. Menjadwalkan kunjungan ulang.
Rasional : Memantau kesehatan klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian ke-1 : Rabu, 8 Desember 2021 Pukul : 10.00 WIB


Oleh : Sri Wahyuni di PMB Sri Wahyuni Jabung
3.1 Data Subyektif
3.1.1 Biodata
Remaja
Nama : Nn. U
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA kelas 3
Pekerjaan : Siswi
Alamat : Ds. J, RT/RW 5/2, Kec. P, Kab. M
Orang Tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. W Tn. B
Umur :41 Tahun 51 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : Wiraswasta PNS
Alamat : Ds. J, RT/RW 3/4, Kec. P, Kab. M
3.1.2 Keluhan Utama
Tidak ada keluhan
3.1.3 Status dalam keluarga
Anak kandung
3.1.4 Riwayat pernikahan orang tua
anak dari pernikahan ke 1, lama menikah 22 tahun

14
15

3.1.5 Riwayat menstruasi


HPHT 8 November 2021, Menarche usia 12 tahun, lama haid 7 hari, siklus
haid 28 hari, merasa nyeri pada perut bagian bawah saat haid hari pertama,
konsistensi encer kadang disertai gumpalan, ganti pembalut 3-4 kali.
3.1.6 Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, PMS, HIV/AIDS, hepatitis),
penyakit menurun (asma , hipertensi, kencing manis), penyakit menahun
(TBC dan kencing manis).
2. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak sedang menderita penyakit menular (TBC, PMS, HIV/AIDS, hepatitis),
penyakit menurun (asma, hipertensi, kencing manis), kapenyakit menahun
(TBC dan kencing manis).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada dan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC, PMS,
HIV/AIDS, hepatitis), penyakit menurun (asma, hipertensi, kencing manis),
penyakit menahun (TBC dan kencing manis).
3.1.7 Pola Kebiasaan Sehari-hari
Makan teratur 2x sehari dengan komposisi nasi porsi kecil, telur/tahu/tempe,
Nn. U suka mengkonsumsi makanan yang berserat (wortel, brokoli, kubis,
pisang, apel,alpukat, pir, ubi jalar), minum air putih 5-6 gelas sehari. BAK 5-
6 kali sehari, warna kuning. BAB 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning,
tanpa keluhan. Istirahat/tidur Tidur malam pukul 21.00- 05.00 WIB. Sebagai
pelajar di SMAN 2 Magetan. Jarang berolahraga, belum pernah melakukan
hubungan seksual, tidak ketergantungan dengan obat – obatan terlarang.

3.2 Data Objektif


3.2.1 Keadaan umum baik, kesadaran composmenthis, status emosional stabil.
TD 90/60 mmHg, N 80 x/menit, RR 20 x/menit, S 36,7 ºC, BB 44 kg, TB
154 cm, IMT 18,56 kg/m2, LILA 22 cm, LP 80 cm.
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
Wajah tidak pucat, leher tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan
16

tyroid, tidak ada bendungan pada vena jugularis, pernapasan normal,


punggung normal, genetalia tidak dilakukan pemeriksaan, ekstremitas
normal tidak ada kelainan.
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Hb 12,3 gr/dL

3.3 Asessment
Nn. U usia 18 tahun remaja dengan masalah KEK keadaan umum baik,
prognosa baik.
3.2 Penatalaksanaan
1. Memberitahu remaja bahwa remaja mengalami kekurangan energi kronik
atau KEK. Kekurangan Energi Kronik merupakan keadaan dimana
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan. Kurang gizi akut
disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup
atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode
tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan)
muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang -
cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup
Remaja mengerti dan mampu mengulangi informasi yg disampaikan
2. Memberitahu remaja tentang hasil yang diberikan terdapat tanda-tanda KEK
yaitu tanda tanda KEK antara lain Berat badan <40 kg, IMT <18,5 (Kurus),
LILA (Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm, anemia sedang (8,0-10,9 gr/dL)
atau anemia berat (<8,0 gr/dL)
Remaja mengerti dan mampu mengulangi penjelasan yg di berikan.
3. Mejelaskan dampak yang akan terjadi pada remaja yang mengalami KEK.
Remaja yang menderita gizi kurang akan berpengaruh pada kemampuan dan
juga konsentrasi belajar, menghambat perkembangan dan kecerdasan otak
serta meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan
tubuh menurun. Akibat kekurangan gizi remaja putri menjadi kurus, pendek,
17

dan pertumbuhan tulang menjadi tidak proposional khususnya dibagian


panggul dan pelvis yang berpotensi melahirkan bayi dengan BBLR (<2,5
kg).
Remaja mengerti dan mampu mengulangi penjelasan yang diberikan
4. Memberikan edukasi mengenai ISI PIRINGKU. Isi Piringku merupakan
program yang sedang digalakan oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai
upaya mengkampanyekan konsumsi makanan sesuai porsi gizi seimbang.
Porsi dan jenis makanan yang ada dalam Isi Piringku disesuaikan dengan
usia dan beban aktivitasnya. Untuk bayi dan anak balita yang sedang dalam
masa pertumbuhan sumber protein harus lebih banyak, sedangkan pada usia
dewasa porsi karbohidrat harus dikurangi. Aturan pembagian makanan
dalam Isi Piringku adalah ½ porsi piring makan terdiri dari sayur dan buah-
buahan yang beragam jenis dan warna, ¼ piring makan diisi dengan protein
(ikan,ayam,daging, kacang-kacangan dan lainnya), ¼ piring makan diisi
dengan karbohidrat/makanan pokok (biji-bijian utuh, nasi, gandum, jagung
dan lainnya). Lengkapi porsi Isi Piringku dengan konsumsi air putih yang
cukup dan batasi susu serta produk turunannya. Hal yang perlu diperhatikan
adalah pentingnya keseimbangan antara asupan yang masuk ke dalam tubuh
dengan yang keluar harus seimbang.
Remaja mengerti dan dapat mengulangi penjelasan yang diberikan.
5. Menjadwalkan kunjungan rumah pada hari Jum’at, 10 Desember 2021,
dengan perencanaan KIE sebagai berikut :
Kebutuhan dasar pada remaja, anjuran pemeriksaan laborat, anjuran tablet
tambah darah, evaluasi kenaikan berat badan
6. melengkapi dokumentasi kegiatan yang dilakukan
Petugas

Sri Wahyuni
18

Pengkajian ke-2 : Jum’at, 10 Desember 2021 Pukul : 14.00 WIB


Oleh : Sri Wahyuni di Rumah Pasien

S : - Nn. U tidak ada keluhan.


- Nn. U dapat mengulangi kondisi yang dialaminya dan berusaha
untuk mengatasinya. Nn. U mulai merubah pola makannya dari
2x sehari menjadi 3x sehari. Sesuai dengan edukasi isi piringku
1 porsi piring terdiri dari ¼ nasi, 1/4 sayur bayam, ¼ telur, ¼
buah pisang yang dipotong kecil-kecil dan 1 gelas susu.
O : - Pemeriksaan Umum
- Keadaaan umum baik, Kesadaran composmentis
- TD : 100/60 mmHg, N 78 x/menit, RR : 20 x/menit, S 37oC
- BB : 44 kg
A : Nn. U usia 18 tahun remaja dengan masalah KEK. Pengetahuan
tentang KEK bertambah. keadaan umum baik, prognosa baik.
P :
1. Menjelaskan kebutuhan dasar pada remaja, meliputi kebutuhan
nutrisi, eliminasi, aktifitas, istirahat, personal hygiene
Nn. U mengerti
2. Menganjurkan untuk mengkonsumsi vitamin
Nn. U bersedia minum vitamin
3. Menjadwalkan ulang pertemuan berikutnya pada hari Kamis, 3
Desember 2021, dengan perencanaan KIE sebagai berikut :
Evaluasi kenaikan berat badan, sarankan menghindari
makanan cepat saji seperti junkfood
Petugas

Sri Wahyuni
19

Pengkajian ke-3 : Senin, 13 Desember 2021 Pukul : 15.00 WIB


Oleh : Sri wahyuni di Rumah Pasien

S : - Nn. U tidak ada keluhan.


- Nn. U mampu mengulangi penjelasan tentang kebutuhan dasar
pada remaja.
O : - Keadaaan umum baik, Kesadaran composmentis
- TD : 90/60 mmHg, N 78 x/menit, RR : 20 x/menit, S 36,8oC
- BB: 45 kg IMT: 18,56 kg/m2
A : Nn. U usia 18 tahun remaja dengan masalah KEK. Pengetahuan
tentang KEK bertambah. Keadaan umum baik, prognosa baik.
P :
1. Menyarankan untuk menghindari makanan cepat saji seperti
junkfood seblak, bakso aci dan yang lainnya.
Remaja mengerti dan dapat menjelaskan Kembali
2. Menganjurkan remaja untuk menonitoring BB dengan
mengunakan timbangan berat badan. Sesuai sumber dari
hellosehat.com, waktu yang paling sering digunakan untuk
menimbang berat badan adalah pada pagi hari. Idealnya,
timbang berat badan sebelum sarapan dan setelah buang air
besar (BAB). Pasalnya akan terlihat berat badan asli, karena
tidak memiliki berat badan ekstra dari makanan ataupun sisa
makanan yang ada di dalam pencernaan.
Remaja mengerti dan mampu mengulangi penjelasan yang
diberikan.
3. Lakukan kunjungan dalam waktu dekat dan evaluasi tentang:
Pengetahuan remaja pada pertemuan ketiga
20

4. Kesepakatan kerjasama pendampingan dalam jangka


panjang:
Evaluasi kenaikan BB tiap 1 bulan
Remaja bersedia
5. Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah di lakukan.
Petugas

Sri Wahyuni
21

BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan kebidanan yang di lakukan terhadap Nn. S dengan


masalah disminorea dapat di ambil beberapa pembahasan sebagai berikut :

Pada pengkajian subyektif didapatkan data Nn. “U” berusia 18 tahun


masuk dalam kategori remaja tengah. Pada pengakajian data obyektif Nn. “U”
ditemukan BB = 44 kg, IMT=18,56 Kg/m2, LILA = 22 cm hal ini merupakan ciri-
ciri KEK. Berdasarkan data subjektif dan objektif, hasil analisis pada kasus ini
dapat disimpulkan bahwa Nn. “U” usia 18 tahun remaja denan KEK. Sehingga
penatalaksanaan yang diberikan adalah KIE tentang kebutuhan dasar pada remaja,
yang meliputi kebutuhan nutrisi, eliminasi, aktivitas, isirahat. Memberikan
informasi tentang hidup sehat, seperti mengubah pola makan sehat, diet sehat,
olahraga, istirahat cukup, dan minum air putih. Menganjurkan kepada klien untuk
mengikuti kegiatan positif bersama kelompok teman atau remaja di masyarakat,
misal : belajar bersama, mengikuti les privat, atau kegiatan keagamaan di masjid.
Sehingga hal ini dapat mengurangi kebiasaan remaja saat ini yang menghabiskan
waktunya untuk bermain handphone.
22

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi
pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif Fe.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi.Salah satu penyebab terjadinya KEK pada remaja yaitu perilaku
diet yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan perhatian kepada tubuh
yang berlebihan dan ketidakpuasan pada citra tubuh remaja itu sendiri.
Remaja yang menderita KEK akan mengalami berat badan kurang atau
rendah, serta produktivitasnya akan terganggu karena tidak dapat begerak
aktif sebab kekurangan gizi. Kondisi remaja KEK meningkatkan risiko
berbagai penyakit infeksi dan gangguan hormonal yang berdampak buruk di
kesehatan
5.2 Saran
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi serta memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya
bidan dalam pemberian asuhan kebidanan pada remaja dengan KEK serta
dapat mengatasi masalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
23

Adiyanti, M. G., & Sofia, A. (2013). Hubungan Pola Asuh Otoritaf Orang
Tua Dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Moral.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/j pp/article/download/7760/pdf_6.
Diakses tanggal 8 Desember 2021 pukul 19.00 WIB
Alam, S., Ansyar, D. I., & Satrianegara, M. F. (2020). Eating pattern and
educational history in women of childbearing age. Al-Sihah : Public
Health Science Journal Volume 12, Nomor 1, Januari-Juni 2020, 81-91.
Sumber: https://www.scribd.com/document/525000068/Nur-Afifah-
Baharuddin-054-kek-Pada-Wanita-Usia-Subur . Diakses pada tanggal 20
Desember 2021 pukul 06.30 WIB
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI.(2010).Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Raja Gravindo Persada. Sumber:
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1200/3/BAB
%202%20MELINA.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2021 pukul
07.26 WIB
Fatonah, S. (2016). Gizi & Kesehatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
Sumber: https://www.scribd.com/document/517830726/158-Article-Text-
444-1-10-20200425. Diakses pada tanggal 20 Desember 2021 pukul 06.55
WIB
Prabasiwi, A. (2016). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Status Menarche
Pada Siswi Smp Negeri 10 Kota Tegal. Prosiding Seminar Nasional
IPTEK Terapan (SENIT) 2016, 106-111. Sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/171336-ID-hubungan-antara-
status-gizi-dengan-statu.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2021
pukul 07.36 WIB
Pratiwi, S. K. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga dan Tingkat Pendidikan
Ibu dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara. Kendari: Poltekkes Kemenkes Kendari. Sumber:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200124/0232834/gizi-
saat-remaja-tentukan-kualitas-keturunan/ diakses pada tanggal
20 Desember 2021 pukul 06.19 WIB
Proverawati, A dan Wati, E K. 2011. Ilmu Gizi untuk Perawat dan Gizi
Kesehatan. Yulia Medika. Yogyakarta. Sumber:
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/832/3/BAB%20II.pdf diakses
pada tanggal 19 Desember 2021 pukul 22.52 WIB
24

Rahmaniar, A., Taslim M., Bahar B. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil di Tampa Padang,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Artikel. Makassar: Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. Sumber: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/816/4/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 19 Desember
2021 pukul 23.02 WIB
Rosidawati, Pudjiati, & Prayetni. (2019). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Dengan Body Image Pada Siswa SMA PGRI Jakarta Timur. JKEP. Vol.4
No. 2 Nov 2019, 114-124. Sumber: file:///C:/Users/user/Downloads/283-
Article%20Text-991-1-10-20191127%20(1).pdf. Diakses pada tanggal 20
Desember 2021 pukul 07.33 WIB
Sulistyoningsih, H. (2012). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Pelajar. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Sumber: http://eprints.ums.ac.id/39752/2/04.%20BAB%20I.pdf
diakses pada tanggal 19 Desember 2021 pukul 22.53 WIB
Syarfaini, Satrianegara, M. F., Alam, S., & Amriani. (2017). Analisis Kandungan
Zat Gizi Biskuit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Poiret) Sebagai
Alternatif Perbaikan Gizi di Masyarakat. Al-Sihah Public Science Journal
Volume 9, No. 2, Juli-Desember 2017, 138-152. Sumber: http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/view/3763. Diakses pada tanggal
20 Desember 2021 pukul 06.50 WIB
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pelayanan Kesehatan Sebelum Hamil.
Jakarta:Kemenkes RI. Sumber:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_60248a365b4ce1e/files/
Laporan-Kinerja Ditjen-KesmasTahun-2017_edit-29-jan-18_1025.pdf
diakses pada tanggal 19 Desember 2021 pukul 23.24 WIB
Kemenkes RI. (2021). Buku Panduan Kader Posyandu Remaja. Jakarta:
Kemenkes RI. Sumber: https://dinkes.surakarta.go.id/tablet-tambah-darah-
pada-remaja-putri/2/. diakses pada tanggal 20 Desember 2021 pukul 06.44
WIB
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI. Sumber:https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/
general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses pada tanggal 20
Desember 2021 pukul 06.12 WIB

Anda mungkin juga menyukai