Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN STAGE KELUARGA BERENCANA


DI KLINIK LUTFI HUSADA

oleh :

KHOBIBAH

P1337424821096
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 20
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan KB Suntik di Puskesmas Simgorojo II, telah disahkan oleh


pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Keluarga Berencana yang telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Pendidikan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang Tahun 2022.

Pembimbing Institusi Mahasiswa

Khobibah, S.SiT., M.Kes Alfina Rohmah


NIP. 196406221984092001 NIM. P1337424821318
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN KB SUNTIK

A. TINJAUAN TEORI
KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak
kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang diinginkan
(Saifuddin, 2010). Menurut Proverawati (2010) kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun
permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau
obat-obatan. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding
rahim (Nugroho & Utama, 2014).
KB suntik (depo provera) adalah suntikan medroksi progesteron asetat
yang biasanya diberikan pada hari ke-3 sampai 5 pasca persalinan, segera setelah
keguguran dan pada masa interval sebelum hari ke-3 haid (Wiknjosastro, 2010).
KB suntik Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) merupakan suatu
progestin yang mekanisme kerjanya menghambat sekresi hormon pemicu filikes
(FSH) dan LH serta lonjakan LH (Varney, 2009).
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang di suntikan
ke dalam tubuh wanita secara periodik dan mengandung hormonal, kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang
berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan. Kontrasepsi hormonal jenis KB
suntikan ini di indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif,
pemakaianya yang praktis, harganya relatif murah dan aman (Marmi, 2015).
1. Pengertian Kontrasepsi Suntik Kombinasi (1 Bulan) dan suntik progestin
(3 bulan)
a. Suntik Kombinasi
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang
pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara intramuscular
sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesteron dan
esterogen pada wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik
mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH
dan LH sehingga perkemabangan dan kematangan folikel de graaf tidak
terjadi ( Winarsih, 2017).
b. suntik progestin (3 bulan)
Suntik 3 bulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan
secara intra muscular setiap tiga bulan. Keluarga berencana suntik
merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam
penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan
pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah
bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana ( Winarsih, 2017).
2. Jenis-jenis KB Suntik
a. KB sunti 1 bulan
Suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroxy Progesterone
Acetate dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan melalui injeksi IM
(intramuscular) sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan melalui injeksi IM
sebulan sekali
b. KB suntik 3 bulan
1) DMPA (Depo medroxy progesterone acetate) atau Depo Provera
yang diberikan tiap tiga bulan dengan dosis 150 mg yang disuntik
secara IM.
2) Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan dengan dosis 200 mg Nore-
tindron Enantat.
3. Efektifitas KB Suntik
a. KB suntik 1 bulan
KB suntik 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100
perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
b. KB suntik 3 bulan
Efektifitas keluarga berencana suntuk 3 bulan sangat tinggi, angka
kegagalan kurang dari 1%. World Health Organization (WHO) telah
melakukan penelitian pada DMPA (Depo medroxy progesterone acetate)
dengan dosis standart dengan angka kegagalan 0,7%, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan
4. Cara Kerja KB Suntik
a. KB suntik 1 bulan
a) Menekan ovulasi
b) Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga sulit ditembus
spermatozoa.
c) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi.
d) Mennghambat transport ovum dalam tuba fallopi
b. KB suntik 3 bulan
1) Menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan releasing factor dan hipotalamus.
2) Leher serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi
sperma melalui serviks uteri.
3) Menghambat implantasi ovum dalam endometrium
5. Keuntungan dan Kerugian IUD
a. Keuntungan dari Penggunaan KB suntik 1 bulan diantaranya :
1) Risiko terhadap kesehatan kecil.
2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
4) Jangka panjang.
5) Efek samping sangat kecil.
6) Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik
7) Pemberian aman, efektif dan relatif mudah.
b. Keuntungan dari penggunaan KB Suntik 3 bulan sebagai berikut :
1) Efiktifitas tinggi.
2) Sederhana pemakaiannya.
3) Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali dalam
setahun).
4) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
5) Tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan pembekuan
darah dan jantung karena tidak mengandung hormon estrogen.
6) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, serta
beberapa penyebab penyakit akibat radang panggul.
c. Kerugian dari penggunaan suntik 1 bulan sebagai berikut :
1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak
atau spooting, perdarahan sampai sepuluh hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
3) Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang
senggama dan terasa mengganggu (keputihan).
4) Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan, karena pasien
harus kembali setiap 30 hari untuk kunjungan ulang.
5) Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila digunakan bersamaan
dengan obatobatan epilepsi (feniton dan barbiturat) atau obat
tuberkolosis (rifampisin).
6) Dapat terjadi perubahan berat badan.
7) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung,
stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan
timbulnya tumor hati.
8) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual (IMS), hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.
9) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah penghentian
pemakaian KB suntik 1 bulan.
d. Kerugian dari penggunaan suntik 3 bulan adalah sebagai berikut
1) Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak datang haid
pada setiap bulan selama menjadi akseptor keluarga berencana
suntik 3 bulan berturut-turut. Spotting yaitu bercak-bercak
perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti
keluarga berencana suntik. Metroragia yaitu perdarahan yang
berlebihan di luar masa haid. Menoragia yaitu datangnya darah haid
yang berlebihan jumlahnya.
2) Timbulnya jerawat di badan atau wajah dapat disertai infeksi atau
tidak bila digunakan dalam jangka panjang.
3) Berat badan yang bertambah 2,3 kg pada tahun pertama dan
meningkat 7,5 kg selama enam tahun.
4) Pusing dan sakit kepala.
5) Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan
akibat perdarahan bawah kulit.
6) Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang
senggama dan terasa mengganggu (keputihan).
6. Indikasi Pemakaian KB Suntik
a. Indikasi pemakaian KB Suntik 1 bulan :
1) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.
2) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.
3) Pescapersalinan dan tidak menyusui.
4) Anemia.
5) Nyeri haid hebat.
6) Haid teratur.
7) Riwayat kehamilan ektopik.
8) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
b. Indikasi pemakaian KB suntik 3 bulan :
1) Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak datang haid pada
setiap bulan selama menjadi akseptor keluarga berencana suntik 3
bulan berturut-turut. Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan di luar
haid yang terjadi selama akseptor mengikuti keluarga berencana
suntik. Metroragia yaitu perdarahan yang berlebihan di luar masa
haid. Menoragia yaitu datangnya darah haid yang berlebihan
jumlahnya.
2) Timbulnya jerawat di badan atau wajah dapat disertai infeksi atau
tidak bila digunakan dalam jangka panjang.
3) Berat badan yang bertambah 2,3 kg pada tahun pertama dan
meningkat 7,5 kg selama enam tahun.
4) Pusing dan sakit kepala.
5) Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan
akibat perdarahan bawah kulit.
6) Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang
senggama dan terasa mengganggu (keputihan).
7. Kontraindikasi pemakaian KB suntik
a. Kontraindikasi pemakaian KB suntik 1 bulan :
1) Hamil atau di duga hamil.
2) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
3) Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4) Penyakit hati akut (virus hepatitis).
5) Umur > 35 tahun yang merokok.
6) Ibu mempunyai riwayat kelainan tromoboemboli atau dengan
kencing manis > 20 tahun.
7) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala ringan
atau migrain.
8) Keganasan pada payudara.
b. Kontraindikasi pemakaian KB Suntik 3 bulan :
1) Ibu hamil atau dicurigai hamil.
2) Ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
3) Diabetes mellitus yang disertai konplikasi.
4) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
8. Waktu mulai menggunakan KB Suntik
1. KB Suntik 1 bulan
a) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, ibu
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.
c) Bila ibu tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,
asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Ibu tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan
kondom selama 7 hari dari suntikan pertama.
d) Bila ibu pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan, asal dipastikan tidak hamil.
e) Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat
haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1
danBila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, ibu tidak boleh
diberikan suntik kombinasi.
2. KB suntik 3 bulan
a) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid. B
b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid dan
pasien tidak hamil. Pasien tidak boleh melakukan hubungan
seksual untuk 7 hari lamanya atau penggunaan metode
kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.
c) Jika pasien pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta belum
haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan
ibu tidak hamil.
d) Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberikan.
e) Ibu pasca keguguran, suntikan progestin dapat diberikan.
f) Ibu dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain
dan ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal progestin,
selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara
benar, suntikan progestin dapat segera diberikan tanpa menunggu
haid. Bila ragu-ragu perlu dilakukan uji kehamilan terlebih
dahulu.
g) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu
tersebt ingin mengganti dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal
kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
lain.
h) ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan
pertama dapat diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil
dan pemberiannya tanpa menunggu datangnya haid. Bila
diberikan pada hari 1-7 siklus haid metode kontrasepsi lain tidak
diperlukan. Bila sebelumnya IUD dan ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7
siklus haid. Cabut segera IUD. (Siti Mulyani, 2013).
9. Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit
sekali mengganggu kesehatan.
Menurut hasil penelitian Putri & Chunaeni (2015) mengatakan
bahwa Sebagian besar akseptor KB menggunakan kontrasepsi suntik
DMPA. Sebagian besar kejadian amenorea dialami oleh akseptor
kontrasepsi suntik DMPA. Ada hubungan penggunaan jenis
kontrasepsi suntik dengan kejadian amenorea. penggunaan kontrasepsi
suntik jenis DMPA, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan
berkurangnya kelenjar, hal ini yang memungkinkan jika terjadi paparan
terhadap progesteron dalam jangka waktu tertentu, maka seseorang
dapat mengalami gangguan siklus mens- truasi berupa amenorea.
Amenorea juga disebabkan karena gangguan di hipothalamus bisa
berupa gangguan psikis, pada gangguan psikis terjadi gangguan
pengeluaran GnRH, sehingga pengeluaran hormon gona- dotropin
berkurang, pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun berhenti.
Akibatnya pematangan folikel dan ovulasi tidak terjadi
Hal ini sejalan dengan penelitian Aisyah (2018) menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pemberian alat kontrasepsi suntik dengan
perubahan siklus menstruasi pada akseptor KB. Gangguan pola haid
yang dimaksud seperti perdarahan bercak atau flek, perdarahan
irregular, amenore dan perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah
darah yang hilang dan pada penggunaan kontrasepsi suntik,
endometrium menjadi dangkal dan atropis dengan kelenjar-kelenjar
yang tidak aktif dan insidens yang tinggi dari amenorhoe diduga
berhubungan dengan atrofi endometrium.
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit
kepala, dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya,
dan cepat hilang.
Menurut hasil penelitian A & Widatiningsih (2016) menunjukan
bahwa pada penggunaan KB suntik 3 bulan yang mengalami
penambahan berat badan 34 atau 73, 9 % responden dari 46 orang.
Penggunaan KB suntik 1 bulan yang mengalami penambahan berat
badan 16 atau 34,8% responden. Terdapat perbeda- an penambahan
berat badan pada peng- gunaan KB suntik 3 bulan dan 1 bulan.
Pemakaian kontrasepsi suntik baik kontrasepsi suntik bulanan maupun
3 bulanan mempunyai efek samping utama yaitu perubahan berat
badan. Faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan akseptor KB
suntik adalah adanya hormon progesteron yang kuat sehingga
merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Adanya
nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan
zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah
menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini
akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa dari
karbohidrat menjadi lemak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu & Wijanarko (2017)
mengatakan bahwa penggunaan KB suntik Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA) bisa berefek pada penambahan berat
badan. Terjadinya kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan
karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak, juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan
menurunnya aktivitas fisik, akibatnya dapat menyebabkan berat badan
bertambah
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan
pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut
dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan tidak juga haid,
klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk
dicari penyebab tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan,
suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga
suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal tidak
terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari, atau menggunakan kontrasepsi lainnya selama 7 hari.
Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.
6. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi
suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa
juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut di injeksi
sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang
sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal
saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
10. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut Saifuddin (2010) beberapa peringatan bagi pemakai
kontrasepsi suntik progestin yaitu:
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan
ektopik terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali
lebih banyak dalam satu periode masa haid.
6. Bila terjadi hal tersebut di atas, hubungi segera tenaga kesehatan atau
klinik.
11. Penanganan Efek Samping Yang Sering Dijumpai
Menurut Saifuddin (2010) klien harus kembali ke tempat pelayanan
kesehatan atau klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12
minggu atau DMPA atau setiap 8 minggu untuk Noristerat
Efek Samping Penanganan

Amenore (tidak terjadi ● Bila tidak hamil, pengobatan apapun


perdarahan/spotting) tidak perlu. Jelaskan bahwa darah
haid tidak terkumpul dalam rahim.
Nasihati untuk kembali ke klinik.
● Bila telah terjadi kehamilan, rujuk
klien. Hentikan penyuntikan.
● Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk
klien segera
● Jangan berikan terapi hormonal
untuk menimbulkan perdarahan
karena tidak akan berhasil. Tunggu
3-6 bulan kemudian, bila tidak
terjadi perdarahan juga, rujuk ke
klinik.

Perdarahan/perdarahan ● Informasikan bahwa perdarahan


bercak (spotting) ringan sering dijumpai, tetapi hal ini
bukanlah masalah serius, dan
biasanya tidak memerlukan
pengobatan. Bila klien tidak dapat
menerima perdarahan tersebut dan
ingin melanjutkan suntikan maka
dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan :
● 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi
(30-35 µg etinilestradiol), ibuprofen
(sampai 800 mg, 3 x/hari untuk 5
hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan
bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi
perdarahan banyak selama
pemberian suntikan ditangani
dengan pemberian 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi/hari selama
3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus
pil kontrasepsi hormonal, atau diberi
50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14-
21 hari.

Meningkatnya atau ● Informasikan bahwa


menurunya berat badan kenaikan/penurunan berat badan
sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan
berat badan terlalu mencolok. Bila
berat badan berlebihan, hentikan
suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi lain.

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian logis, untuk
mengambil keputusan yang berfokus pada klien dan pemberi pelayanan
kesehatan (Varney, 2012). Dalam penyusunan karya tugas ilmiah, menurut
Helen Varney terdiri 7 langkah berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan
secara periodik.
Asuhan dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang diaplikasikan ke
dalam berbagai situasi. Dalam setiap langkah dapat dijabarkan sesuai dengan
keadaan pasien tersebut (Varney, 2012).
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien dengan calon akseptor
KB MOW, penulis menggunakan asuhan kebidanan menurut Helen Varney
(2012). Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengkoordinasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada pasien (Varney, 2012).
Asuhan kebidanan menurut Helen Varney (2012) antara lain :
Langkah I : Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui
anamnesa maupun pemeriksaan untuk menilai keadaan pasien secara
menyeluruh.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Nama
Nama lengkap ibu, termasuk nama panggilannya perlu dikaji.
Nama merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang
dengan orang lain. Sebaiknya memanggil klien sesuai dengan
nama panggilan yang biasa baginya atau yang disukainya agar ia
merasa nyaman serta lebih mendekatkan hubungan interpersonal
bidan dengan klien. (Widatiningsih, dkk. 2017)
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui kebutuhan KB ibu berdasarkan usianya,
yaitu untuk mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kehamilan. Fase menunda kehamilan yaitu umur
kurang dari 20 tahun, menjarangkan kehamilan yaitu pada umur
20-35 tahun dan pada fase tidak hamil lagi pada wanita yang
berumur di atas 35 tahun (Saifuddin, 2010). Menurut Hartanto
(2010) umur perlu dicantumkan untuk mengetahui klien dalam
fase apa, dalam sasaran KB yaitu fase menunda kehamilan (umur
istri < 20 tahun), fase menjarangkan kehamilan (usia istri 20-35
tahun), dan fase mengakhiri kesuburan usia istri >35 tahun.
3) Pendidikan
Pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima dan memahami
penjelasan yang disampaikan karena dalam tindakan akan
diberikan pendidikan kesehatan seputar KB yang akan dipakai
ibu, diharapkan ibu dapat memahami semua penjelasan bidan
agar tidak terjadi kesalahan persepsi (Hartanto, 2010).
4) Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup social, masalah
ekonomi agar nasehat bidan sesuai dengan keadaan ibu.
(Mochtar, 2012)
5) Agama
Agama perlu dikaji untuk mengetahui kepercayaan yang dianut
karena ada kemungkinan agama tersebut menganggap tabu cara
pemakaian KB.
6) Suku/Bangsa
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan
dan merugikan bagi pasien (Wulandari, 2010).
7) Alamat
Mengetahui ibu tinggal di mana, juga menjaga kemungkinan bila
ada ibu yang namanya sama dan memastikan ibu mana yang
hendak ditolong, juga diperlukan bila mengadakan kunjungan
kepada penderita (Wulandari, 2010).
2. DATA SUBYEKTIF
a. Alasan Datang
Alasan datang wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Hani dkk, 2010).
b. Keluhan Utama
Menurut Saifuddin (2010), maksud dan tujuan antara lain untuk
mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan
c. Riwayat Kesehatan
1) Sistem Respirasi
a) Asma
Selalu diawasi, pil boleh dipakai (Hartanto, 2010)
b) TBC
Obat rifampisin dapat menurunkan efektivitas pil kontrasepsi
sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan cukup tinggi.
(Baziad, 2011)
2) Sistem respirasi
a) TBC
Efektivitas berkurang bila menggunakan bersamaan dengan
obat tuberkulosis (rifampisin). (Saifuddin, 2010)
3) Sistem Syaraf
a) Epilepsi
Efektivitas berkurang bila menggunakan bersamaan dengan
obat epilepsi (fenitoin dan barbituat) (Saifuddin, 2010).
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Hipertensi
Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung
komponenen gestagen seperti mini pil san depo gestagen
tidak meningkatkan tekanan darah,Namun, kalau sudah
menderita hipertensi sebelumnya, minipil maupun depo
gestagen dapat menyebabkan penigkatan tekanan daprah
(Baziad, 2011)
b) Jantung
Tidak diperbolehkan pada penderita penyakit jantung
(Saiffudin, 2010)
5) Penyakit Sistem Gastrointestinal
a) Hepatitis
Tidak boleh diberikan pada akseptor dengan penyakit hati
akut (Saiffudin, 2010).
b) Tumor Hati
Jika di duga ada tumor jinak sel hati, pil kontrasepsi harus
segera di hentikan (Baziad, 2011).
6) Penyakit Sistem Reproduksi
a) Ca serviks
Kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kanker serviks
bagi wanita dengan HPV. Diduga gestagen memicu efek
karsinoganik dari HPV (Baziad, 2011).
7) Penyakit sistem saraf
Wanita penderita yang sering menggunakan obat anti epilepsi
dapat mempengaruhi efektifitas pil kontrasepsi sehingga pil
kontrasepsi tersebut menjadi kurang efektif, obat-obatan anti
kejang seperti Phenytoin (Dilantin) dapat menurunkan kadar
plasma hormon kontrasepsi (Hartanto, 2010). Bagi wanita
penderita epilepsi pemberian estrogen dapat meningkatkan
frekuensi kejang dan progesteron dapat mengurangi frekuensi
kejang. (Baziad, 2011)
8) PMS
Menurut Baziad (2011) PMS dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
a) Sistitis
Pil pada esterogen tinggi kadang dijumpai pada pyelitis/
sistitis.
b) Gonorea
Pil kontrasepsi tidak
9) Penyakit Sistem Endokrin
a) DM
Kontrasepsi hormonal menyebabkan restensi insulin ringan
sehingga memperburuk toleransi glukosa. Etinilestradiol
mengurangi kebersihan insulin, sedangkan gestagen
mempengaruhi pengambilan maupun pemakain glukosa
perifer. Bila wanita telah mengalami gangguan toleransi
glukosa, pemberian mini pil oral dapat memperburuk
keadaan tersebut (Baziad, 2011)
d. Riwayat Obstetri
Mengkaji HPHT untuk mengetahui ibu sedang haid yang keberapa
karena disarankan memulai penggunaan suntik 3-7 hari pertama
siklus haid (Hartanto,2010)
1) Riwayat KB
Ibu yang akan menggunakan alat kontrasepsi hormonal lain dan
ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar,
dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera
diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis
lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan
yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan
dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang
sebelumnya. Ibu yang menggunakan alat kontrasepsi non
hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrsepsi hormonal,
suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan
dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberianya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.
Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari ke-7 siklus haid,
asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil (Saifuddin, 2010)
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah telah mempunyai anak hidup karena
hal itu merupakan syarat bagi calon akseptor (Depkes RI,2009)
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik progestin adalah
seseorang nulipara dan telah memiliki anak. Yang tidak boleh
menggunakan suntikan progestin salah satunya adalah hamil
atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran) (Saifuddin, 2010)
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Untuk mmbandingkan apa ada perubahan nafsu makan sebelum
dan sesudah pemakaian karena perubahan nafsu makan
merupakan salah satu efek samping kontrasepsi suntik DMPA
merangsang pusat pengendalian nafsu makan lebih besar dari
sebelumnya (Hartanto, 2010)
2) Pola Eliminasi
Kadang ada obstipasi dan diare karena esterogen dan
progesteron dapat meningkatkan kadar beta endorpine yang
menyebabkan aktivitas usus menurun (Baziad, 2011)
3) Personal Hygiene
Efek penyuntikan terutama vagina kering, tetapi factor psikis
dapat pula berpengaruh dalam hal ini
4) Hubungan seksual
Menanyakan kepada ibu tentang pola hubungan seksual dan
adanya keluhan ataupun masalah saat melakukan hubungan
seksual. Pada orang yang mempunyai patner seksual banyak,
cenderung mengidap penyakit hubungan seksual, meskipun
tidak menunjukkan gejala (Hartanto, 2010)
5) Pola aktifitas dan istirahat
Menurut Mufdillah pengkajian pada pola aktifitas dan istirahat
yaitu untuk mengetahui aktifitas ibu berlebihan atau tidak,
adakah trauma atau kecelakaan kerja yang dialami ibu. Dan
untuk mengetahui terpenuhinya kebutuhan istirahat pada ibu.
6) Pola kebiasaan yang merugikan
Tidak merokok > diduga pada wanita yang berusia > 35 tahun
dan merokok akan meningkakan resiko jantung dan stroke
7) Data Psikososial-Spiritual
Sebelum dan sesudah pemakaian karena ada perubahan
psikologis setelah dilakukan suntikan beberapa kali karena
salah satu efeknya adalah depresi. (Depkes RI, 2009)
Menurut Prawirohardjo (2010) menanyakan kepada klien tentang
psikososial spiritual yang terdiri dari :
1) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, sah atau
tidak, sudah berapa kali menikah pada umur berapa menikah
beraapa jumlah anaknya
2) Anggapan dan dukungan keluarga
Ditanyakan apakah pasien sudah menerima kondisinya saat ini
dan bagaimana harapan pasien terhadap kondisinya sekarang, hal
ini dikaji agar memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan
dukungan secara psikologis kepada pasien.
3) Pengambilan keputusan dalam keluarga
Dikaji untuk mengetahui siapa pengambil keputusan pertama dan
kedua dalam keluarga ketika terjadi sesuatu kepada pasien.
3. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Menurut Saifuddin (2010) pemeriksaan umum terdiri dari:
1) KU : Baik, kesadaran: CM
2) Vital Sign
TD ,tidak hipertensi, pasien dengan TD 160/80 mmHg
menggunakan kontrasepsi dengan pengawasan khusus, yang
dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yang
memiliki tekanan darah <180/110 mmHg
3) Berat Badan
Efek samping dari kontrasepsi progestin salah satunya
meningkatnya atau menurunya berat badan. Bahwa kenaikan
atau penurunan dapat terjadi sebanyak 1-2 kg. perhatikan diet
klien bila perubahan BB terlalu mencolok, bila BB berlebihan
hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk kepala, Rambut hitam, lurus, mudah rontok/tidak,
mudah dicabut/tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala
2) Wajah
Oedema pada wajah menunjukan retensi cairan yang patologi
akibat hipertensi yang merupakan kontraindikasi suntik.
3) Leher
Dikaji adakah pembesaran kelenjar (tiroid/limfe) dan adakah
penonjolan vena jugularis merupakan salah satu tanda dan
gejala gagal jantung (Saifuddin, 2010)
4) Dada dan mammae
Tidak ada benjolan payudara / kemungkinan keganasan
mammae. Jika terdapat tanda tersebut, maka tidak
dimungkinkan klien mendapat kontrasepsi suntik
(Saifuddin,2010). Adakah retraksi dinding dada atau adakah
bunyi wheezing yang dapat mengindikasikan adanya
gangguan pada sistem pernapasan.
5) Abdomen
Tidak ada pembesaran hati karena hepatomegali dapat
mengarah langsung pada penyakit hati yang sudah lanjut
dengan hipertensi
6) Ekstermitas
Kuku berwarna kuning berhubungan dengan penyakit hatai
akut yang merupakan kontraindikasi hormonal (Saifuddin,
2010). Oedem ekstermitas merupakan akumulasi cairan akibat
hipertensi. Tidak ada nyeri betis oleh dorsofleksi menandakan
tidak ada tromboflebitis
7) Genetalia
Perdarahan pervagina yang bukan disaluran kemih, vaginitis,
servikitis,polip servikal, mioma uteri.
8) Anus
Terdapat hemoroid atau tidak, apabila terdapat hemoroid
apakah hemoroidnya menonjol di luar atau tidak.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) PP test untuk membantu menegakan diagnose adanya
kehamilan/tidak dengan specimen urine
2) Protein urine. Tidak adanya protein urine
(konsistensi tidak >0,3 gram/liter) urine 24
jam/konsistensi ≥1 gr/l.
3) Gula darah ≥ 360 mg/100 ml dan px glukosuria
≤4
4. ASSESMENT
Diagnosa Ny … P … A … calon akseptor KB suntik baru/ ulang.
5. PELAKSANAAN
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dalam
pemenuhan syarat-syarat diberikannya pelayanan KB
b. Memberikan konseling
Menurut Varney (2009) sebagian pendidikan kesehatan konseling
dan petunjuk untuk klien yang berkaitan dengan depo-provera
diberikan selama proses pemilihan metode kontrasepsi ini
konseling yang adekuat sebelum metode dilakukan bertujuan
untuk memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut
karena ia mengalami perubahan menstruasi. Konseling akan
mempengaruhi antara petugas dan klien dengan meningkatkan
hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. Konseling adalah
proses yang berjalan menyatu dengan aspek pelayanan KB dan
bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kesempatan yakni pada saat pembagian pelayanan. Bila klien
belum pernah menggunakan kontrasepsi suntik dengan pasanganya
disetujui atau tidak dan factor apa yang menyebabkan klien
menggunakan kb suntik. Bila klien memilih kontrasepsi, maka
pelaksana konseling harus mampu memberikan informasi spesifik
mengenai bagaimana kontrasepsi suntik dapat mencegah
kehamilan, keuntungan, kerugian dan syarat serta efek samping
dan tanda-tanda bahaya.
c. Menyerahkan pengambilan keputusan penuh pada klien dan suami
(Prawirohardjo, 2010)
d. Mengisi informed consent yang ditandatangani klien dan petugas
e. Setelah pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak
reproduksi
f. Menyuntikan obat kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan
dengan cara suntik IM dalam didaerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan
setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3
injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu . Mulai denngan
injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. Membersihkan kulit
yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang dibahasi oleh ethil
atau isopropyl alcohol 60-90%. Membiarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik. Mengocok dengan
baik dan menghindari terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkanya dengan
menghangatkanya (Saifuddin, 2010)
g. Memberi jadwal kunjungan ulang untuk suntik progesti 3 bulan 1x
Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dalam buku
KB dan akseptor KBadakah kelainan sebagai kontra indikasi KB
suntik.
Langkah II:Menginterpretasikan data dengan tepat untuk mengidentifikasi
diagnosa / masalah
Data yang telah dikaji diinterpretasikan menjadi diagnosa dan
masalah dengan dasar yang menjadi faktor penunjang :
1. Diagnosa Kebidanan sesuai dengan standar nomenklatur
Kebidanan yaitu;
a. Standar Pelayanan Umum ( 2 standar)
b. Standar Pelayanan Antenatal ( 6 standar)
c. Standar Pertolongan Persalinan( 4 standar)
d. Standar pelayanan nifas ( 3 standar)
e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal (9
standar)
Para, abortus, umur pasien, dengan kebutuhan KB Suntik
Dasar :
a. Para dari pernyataan pasien telah melahirkan berapa kali
b. Abortus dari pernyataanan pasien bahwa pasien tidak. pernah
mengalami keguguran
c. Dari pernyataan pasien bahwa pasien ingin menggunakan KB
suntik
2. Masalah
Merupakan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap KB
suntik. Masalah yang muncul didasari oleh pernyataan pasien terhadap KB
suntik
Dasar : diperoleh melalui anamnesa dan hasil pemeriksaan yang
dapat menimbulkan keluhan yang dialami pasien setelah pemasangan
KB suntik
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial/ mungkin
timbul agar dapat diantisipasi penanganannya.
Munculnya diagnosa atau masalah potensial yang terjadi
kerena pada pemasangan KB suntik dapat terjadi infeksi luka.
Kemudian cara mengantisipasi yaitu dengan pemberian konseling
kepada pasien untuk personal hygiene dan melakukan teknik
septic maupun antiseptik dalam penggunaan KB Suntik.
Langkah IV:Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
berdasarkan kondisi pasien.
Mengidenffikasi perlunya tindakan segera, sesuai kebutuhan
pasien, untuk mengatasi efek samping dalam penanganan Suntik
Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat
dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah-langkah sebelumnya.
Merencanakan asuhan yang diberikan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien yaitu :
1. Awasi kondisi dan tanda-tanda vital
2. Beritahu ibu tentang kondisinya setelah dilakukan pemeriksaan
3. Beritahu pasien tentang KB Suntik
4. Beri dukungan mental pada pasien agar tidak cemas dan takut
5. Beritahu keluarga untuk memberikan dukungan mental
6. Penatalaksanaan lebih lanjut, penanganan KB Suntik.
Langkah VI : Penatalaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
Melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya yaitu :
1. Melakukan pengawasan kondisi dan tanda-tanda vital
2. Memberikan informasi pada ibu tentang kondisinya, setelah
dilakukan pemeriksaan
3. Memberitahu ibu seputar KB Suntik
4. Memberi dukungan mental pada pasien agar tidak cemas dan
takut
5. Memberitahu keluarga, untuk memberikan dukungan mental
kepada ibu, agar ibu tidak cemas
6. Memberikan konseling baik sebelum maupun setelah
tindakan
7. Tindakann KB Suntik
Langkah VII : Mengevaluasi
Melakukan evaluasi yang efektif sesuai dengan tindakan yang telah
dilakukan apakah rencana dan tindakan tersebut telah sesuai atau
belum dalam penatalaksanaannya dengan harapan ibu merasa puas
dan nyaman setelah terpasang KB Suntik dan ibu dalam keadaan
sehat tidak mengalami komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, Baharuddin dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta :
Salemba Medika

Manuaba, Ida. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC, 2010.

Mulyani, N.S. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, 2014

Purwoastuti th.E, Elisabeth S.W. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan


Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2015

Reva Dwi Yanty. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi
Pada Wanita Usia Subur Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Jurnal Antara
Kebidanan 2 (2), p 86-93

Risa Pitriani. (2015). Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Peran Tenaga


Kesehatan dengan Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Pekanbaru . Jurnal
Kesehatan Komunitas 3(1), p 25-28

Sri Wulandari. (2015) Hubungan Faktor Sosialbudaya Dengan Keikutsertaan Kb Iud


Di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta Tahun 2013 . Jurnal Medika
Respati 10 (1), p 18-23

Susanti F.P.F,”Asuhan Kebidanan Pada Ny.D Umur 45 Tahun P3A0 Akseptor KB


IUD dengan Erosi Portio di Puskesmas Jaten 1 Karanganyer”, 2016.

Varney, Hellen. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 volume 1. Jakarta :
Press

Winarsih, S. 2017. Memahami Kontrasepsi Hormonal Wanita.Yogyakarta : Trans


Medika

Yuniasih Purwaningrum.2017. Efek Samping KB IUD (Nyeri Perut) dengan


Kelangsungan Penggunaan KB IUD . Jurnal Kesehatan 5 (1), p 45-51

Yurike Septianingrum, Erika Martining Wardani, Yanis Kartini. (2018) Faktor-


Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Akseptor Kb Suntik 3 Bulan. Jurnal
Ners dan Kebidanan, 5 (1), p 15-19.

Lili Farlikhatun. (2019). Kontribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Minat Penggunaan


Kontrasepsi KB Implan .Jurnal Antara Kebidanan 2( 2), p 89-95

Anda mungkin juga menyukai