PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Dalam
kehidupan manusia kesehatan merupakan sesuatu yang berharga bahkan tidak
bernilai, bahwa dari berbagai hal yang dianggap mempunyai nilai maka
kesehatan menduduki urutan pertama kesehatan bukan hanya berkaitan
dengan penyakit tetapi mempunyai dimensi yang lebih luas. Yaitu selain
dimensi fisik (biologis), juga berkaitan dengan dimensi mental (perilaku) dan
sosial (lingkungan ) yang keseluruhannya saling berpengaruhi. (Kaplan, 2010)
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditunjukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkuan
pelayanan kesehatan yang dibutukan dan dilibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan
hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan
dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin
yang ideal, mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak,
mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak
(BKKBN,2015).
1
Angka penggunaan kontrasepsi menurut data dari World Health
Organitation (WHO) telah meningkat dibanyak bagian dunia, terutama di
Asia dan Amerika Latin, tetapi terus menjadi rendah di sub-Sahara Afrika.
Secara global, penggunaan ini kontrasepsi modern telah meningkat sedikit,
dari 54% di 1990-57,4% pada tahun 2017. Secara regional, proporsi wanita
usia 15-49 melaporkan penggunaan metode kontrasepsi telah meningkat
antara tahun 2008 dan 2017. Di Afrika peningkatan terjadi dari 23,6%
menjadi 27,6%, di Asia sendiri meningkat sedikit dari 60,9% menjadi 61,6%,
dan di Amerika Latin dan Karibia juga mengalami peningkatan yang sedikit
dari 66,7% menjadi 67,0% (Ida,2018)
2
C. SISTEMATIKA PENULISAN
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Batasan Keluarga/Masyarakat
keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Anonim, 2008)
B. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
4
C. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
1. Pengertian KB Implan
Implan atau disebut alat kontasepsi bawah kulit (AKBK) adalah salah satu
metode kontrasepsi yang ampuh untuk menangkal kehamilan. Satu atau enam
kapsul (seperti korek api) dimasukkan dibawah kulit lengan atas secara
perlahan, dan kapsul tersebut kemudian melepaskan hormone levonorgestrel
selama 3 atau lima tahun (Jannah, dkk, 2017).
Implant ini merupakan kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal, dan
dimasukkan kebawah kulit, ada beberapa jenis implant, yang biasa di pakai di
Indonesia itu yang mereknya norplant. Susuk atau implant merupakan salah
satu metode kontrasepsi yang efektif berjangka waktu 2-5 tahun, kontrasepsi
ini terdiri dari 6 batang susuk yang lembut, implant merupakan kontrasepsi
dengan daya guna yang tinggi, maka keberhasilannya 97-99% (Anggraini,
dkk, 2016)
2. Jenis Implan
Jenis-jenis implant meliputi:
1. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestreldan
berdurasi kerja 5 tahun.
5
2. Implant, terdiri atas satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40mm,
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 2-keto-desogestrel dan
berdurasin kerja 3 tahun.
3. Jadena dan inplanont, terdiri atas dua batas yang diisi dengan 75 mg
levonogastrel dengan lama kerja 3 tahun.
4. Implanon, terdiri satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-
kira 4,0 cm, diameter 2mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
3. Efektifitas Implan
Implant bekerja untuk :
1. Menyebabkan lendir serviks menjadi kental
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
3. Mengurangi transfortasi sperma
4. Menentukan ovulasi
Implant merupakan metode KB hormonal modern yang sangat efektif,
dengan kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan. Keuntungannya
meliputi:
Keuntungan kontrasepsi: berdayaguna tinggi, perlindungan jangka
panjang (sampai 5 tahun), pengambilan tingkat kesuburan yang
cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan
senggama, ridak mengganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke
klinik jika ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan
kebutuhan.
an kebutuhan.
6
Keuntungan non kontrasepsi: mengurangi nyeri haid, mengurangi
jumlah darah haid, mengurangi atau memperbaiki anemia,
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka
kejadian jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab
penyakit radang panggul dan menurunkan angka kejadian
endometriosis.
7
4.Indikasi Implan
Implant dapat digunakan berdasarkan pada petunjuk sebagai berikut:
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak atau belum
3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
4. Menyusu dan membutuhkan kontrasepsi
5. Pasca peralihan dan tidak menyusui
6. Pasca keguguran
7. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
8. Riwayat kehamilan ektopik
9. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah
atau anemia sel sabit (sickle cell)
10. Tidak boleh mengguakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen
11. Sering lupa menggunakan pil Ada pun kontra indikasinya meliputi:
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
Mioma uterus dan kanker payudara
Gangguan toleransi glukosa
5. Penggunaan Implan
Waktu penggunaan implant disesuaikan dengan kondisi sebagai berikut:
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak
diperbolehkan metode kontrasepsi tambahan
2. Insersi dapay dilakukan setiap saat, asalkan diyakini tidak terjadi
kehamilan, apabila di insersi setelah haroi ke-7 siklus haid, klien
8
harus menghindari hubungan seksual, atau menggunakan metode
kontrasepsi lain selama 7 hari saja.
3. Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asalkan
diyakini tidak terjadi kehamilan, dan hindari hubungan seksual atau
menggunakan metode kontrasepsi lain 7 hari saja
4. Apabila klien menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca
persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat apabila menyusui
penuh, klien tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain
5. Setelah 6 minggu melahirkan dan kembali haid, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi hindari hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari saja
6. Pada klien yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat,
asalkan diyakini klien tersebut tidak hamil atau klien menggunakan
kontrasepsi terdahulu dengan benar
7. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain
8. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah non hormonal (kecuali
AKDR) dank lien ingin menggatinya dengan implant, insersi
implant dapat dilakukan setiap saat, asalkan diyakini klien tidak
hamil, dan tidak perlu menggunakan sampai datangnya haid
berikutnya
9. Apabila kontrasepsi seblumnya adalah AKDR dan klien ingin
menggantinya dengan implant, insersikan implant pada saat hari ke-
7 dan cegah klien berhubungan seksual selama 7 hari atau gunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja dan segera cabut AKDR
10. Apabila pasca keguguran, implant dapat segera di insersi
9
Langkah-langkah pemasangan implant adalah sebagai berikut:
Persiapan
Tanyakan secara seksama apakah klien telah mendapatkan konseling tentang
prosedur pemasangan implant
Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan, jika ada indikasi
Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anastesi
Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci tangannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air serta membilasnya, sehingga tidak
sisa sabun
Bantu klien naik ke meja periksa
Letakkan kain bersih dan kering dibawah lengan klien dan atur posisi lengan
dengan benar
Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm di atas lipatan siku
10
3. Tetap kerjakan rutinitas harian, namun hindari benturan, gesekan atau
penekanan daerah insersi
4. Hindari membuka balutan penekanan selama 48 jam, dan pertahankan
plester hingga luka sembuh (biasanya 5 hari)
5. Setelah luka sembuh, beri tahu klien bahwa daerah tersebut dapat
disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar
6. Jika ditemukan tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau jika rasa
sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik
7. Beritahu klien bahwa efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah
insersi dan berlangsung hingga 5 tahun bagi norplant dan 3 tahun bagi
susuk
8. Beritahu klien bahwa iya akan segera ditemukan gangguan pola haid,
terutama pada 6 bulan sampai 12 bulan pertama, bahkan, pada
beberapa perempuan, haid sama sekali tidak terjadi
9. Hindari mengkonsumsi obat tuberculosis atau epilepsy karena obat
tersebut dapat menurunkan efektifitas implant
10. Beritahu klien mengenai efek samping yang berhubungan dengan
implant, seperti sakit kepala, penambahan berat badan dan nyeri
payudara, efek samping tersebut tidak berbahaya dan biasanya akan
hilang dengan sedirinya
11. Beritahu klien bahwa norplan akan dicabut setelah 5 tahun pemkaian,
sedangkan susuk implant dicabut setelah 3 tahun atau jika dikehendaki
dapat dicabut lebih awal. Apabila pencabutan kurang dari durasi
tersebut kemungkinan hamil dan sangat meningkatkan resiko
kehamilan ektopik
12. Berikan klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi,
dan nama klinik
13. Anjurkan klien untuk tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada
masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implant, klien harus
11
segera ke klinik tempat implant di pasang jika di temukan hal-hal
sebagai berikut:
A. Amenorea di sertai nyeri perut bagian bawah
B. Perdarahan yang banyak dari kemaluan
C. Nyeri pada lengan
D. Luka bekas insisi mengeluarkan darah dan nanah
E. Ekspulsi dari batang implant
F. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur
G. Nyeri dada hebat
12
BAB III
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal pengkajian : 13 Juni 2021 jam : 02.00 WIT
A. Data Umum
Nama KK : Tn ‘’D.S’’
Desa : Wailihang RT : 003
1. Daftar Anggota keluarga
2. Denah Rumah
U
8 5 4 3
B T
S
6
2 1
7
13
Keterangan :
1. Teras 4. Ruang Keluarga 7. Kamar
2. Ruang Tamu 5. Kamar 8. Kamar Mandi
3. Kamar 6. Dapur
3. Genogram
: laki – laki
: perempuan
: garis pernikahan
: garis keturunan
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga inti dimana di rumah tersebut tinggal satu keluarga terdiri
dari suami dan istri serta 1 orang anak
5. Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga berasal dari pendapatan suami sebagai Supir
6. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga menggunakan waktu istirahatnya dengan menonton Tv dan
mengobrol bersama
7. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap menghadapi masa tua
8. Karakteristik rumah
a. Luas : 6,5 x 12
b. Jumlah kamar :3
c. Jumlah jendela : 12
d. Pemanfaatan perabotan
e. Penataan perabotan
14
f. Jenis jambang
g. Sumber air : Dari Gunung
h. Pembuangan sampah : di hutan
i. Dinding
j. Atap
k. Lantai
l. Cahaya
9. Hubungan keluarga dan tetangga
Baik
10. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi antara anggota keluarga baik dengan menggunakan bahasa
sehari-hari yaitu bahasa Maluku
11. Struktur peran keluarga
Suami sebagai peran keluarga yang berperan penting dalam mengambil
keputusan dalam keluarga dan seluruh anggota keluarga sangat
mematuhinya.
12. Fungsi keluarga
Dalam keluarga salin menghargai dan tolong menolong antar anggota
keluarga
13. Manajemen kesehatan keluarga
keluarga dalam keadaan sehat, tidak ada jenis penyakit yang diderita
oleh anggota keluarga dan dan tidak ada kematian anggota keluarga
dalam 1 tahun terakhir
14. Pola interaksi keluarga
a. Penanggung jawab keluarga adalah kepala keluarga
b. Pengambil keputusan di keluarga adalah suami sebagai kepala
keluarga
15. Pola penggunaan fasilitas kesehatan oleh keluarga
Bila ada anggota keluarga yang sakit keluarga biasanya berobat di
15
bidan setempat
16. Stress dan koping keluarga
Keluarga tidak dalam keadaan stress
17. Keikutsertaan keluarga dalam organisasi masyarakat
Mengaji bersama ibu-ibu desa setiap 1 minggu 3x dan kegiatan
masyarakat 1 bulan 2x
B. Data Khusus
1. PUS/WUS
a. Penanggung jawab keluarga adalah kepala keluarga
b. Pengambil keputusan di keluarga adalah suami sebagai kepala
keluarga
2. Ibu hamil
Dalam keluarga tidak ada ibu hamil
3. Ibu nifas
Di dalam keluarga tidak ada ibu nifas
4. Karakteristik KB
Di dalam keluarga ibu menggunakan KB Implan,ada gangguan
penggunaan alat kontrasepsi yaitu infeksi di derah insersi
5. Bayi dan Balita
Di dalam keluarga ada balita
6. Kesehatan jiwa
Di dalam keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa
16
C. Pengkajian Khusus
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Ny.F.W
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Maluku
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Kawin ke- :1
Alamat : Desa wailihang, kecamatan waplau,
kabupaten buru,
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan kadang-kadang pusing dan haid tidak teratur
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak ada
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak ada
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
f. Riwayat gynekologi
Tidak ada
g. Keadaan psikososial
1) Ibu tinggal bersama suami dan dua orang anaknya
2) Hubungan dengan suami dan kedua anaknya
3) Hubungan dengan keluarga dan masyarakat baik
h. Latar belakang sosial budaya
17
Jumlah anggota keluarga yang tinggal 4 orang, ke dua anaknya
belum ada yang menikah dan masih sekolah
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Makan : 3x sehari ( nasi nasi, sayur, ikan, dan teh gula
Minum : 6-7 gelas/hari
2) Pola aktivitas
Ibu sering melakukan aktivitas rumah tangga seperti
mencuci,membersikan dalam rumah, memasak dll.
3) Pola istirahat
Siang : jam 13.00 – 14.00 WIT (teratur)
Malam : am 21.00 – 07.00 WIT (teratur )
4) Pola eliminasi
BAB :1x/hari, warna kecoklatan,konsistensi lembek, bau
khas , tidak nyeri
BAK : 2-3x/hari warna kuning jernih, bau khas, tidak nyeri
5) Pola personal hygiene
Mandi 3x/hari ,gosok gigi 3x/hari ganti pakaian 3x/hari,
ganti celana dalam 3x/hari, keramas 3x/minggu
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran umum : composmetis
Postur tubuh :
Cara berjalan :
BB : 49 kg
TB : 150 cm
18
b. TTV
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Pernapasan : 23 x/mnt
Suhu : 36,3 oc
c. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Kepala : kulit kepala bersih tidak ada ketombe
Muka : Tidak pucat,tidak icterus,tidak keripuput.
Mata : Simetris,konjungtiva merah muda,skera putih.
Hidung : Tidak ada secret,tadak epistaksis,tidak ada pernapasan
kuping hidung.
Mulut & Gigi : Bibir lembab,tidak ada stomastitis,tidak ada
epulis dan caries gigi.
Telinga : Stimetris,tidak OMP,tidak ada kelainan pendengaran
dan kelainan pada telinga.
Leher : Bersih,tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
Axilla : Simetris,tidak ada lesi,tidak tampak pembesaran
kelenjar limfe.
Dada : tidak ada tarikan intercostal,putting susu simetris,tidak
ada benjolan.
Perut : Bersih,tidak ada lesi,tidak ada bekas luka bekas operasi.
Genitalia : Bersih,tidak ada pengeluaran pervaginam,tidak ada
varises,condiloma acuminate/talata,tidak ada pembesaran
kelenjar bartholini.
Punggung : Bentuk punggung kivosis.
Anus : Bersih,tidak ada hemoroid.
19
Ekstremitas atas : Simetris,tidak ada kelainan
pergerakan,jumlah jari lengkap,tidak ada odem.
Ekstremitas bawah : Simetris tidak ada kelainan
pergerakan,jumlah jari lengkap,tidak odem dan tidak varises.
Integument : Tidak keriput dan kering.
2. Palapasi.
Kepala : Tidak ada benjolan,rambut tidak rontok,tidak ada nyeri
tekan.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
pembengkakan vena jugularis.
Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,tidak ada nyeri
tekan.
Dada : Tidak ada benjolan abnormal pada pada payudara,tidak
ada nyeri tekan,konsistensi mamae lembek.
Abdomen : Tidak benjolan,tidak ada pembesaran hepar,tidak
ada nyeri tekan.
Extremitas atas : Tidak odem.
Extremitas bawah : Tidak odem.
3. Auskultsi.
Dada : Tidak ada bunyi,ronchi maupun wheezing.
4. Perkusi.
Reflex patella : +/+
20
a. Kesadaran : Normal
b. TTV
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 36,3 ℃
Persafasan : 23x/m
Intervensi
1. Timbang BB ibu dan ukur tekanan darah
Rasional : untuk mengetahui adanya kenaikan BB dan hipertensi pada ibu
2. Beritahu penyebab dari infeksi pada daerah insersi
Rasional : agar ibu mengerti tentang penyebab infeksi
3. Berikan paracetamol
Rasional : untuk meredakan rasa nyeri
4. Beritahu ibu untuk mengompres daerah insersi dengan menggunakankompres
hangat.
5. Bersihkan dengan antiseptic apabila terjadi abses
21
Rasional : mengurangi angka terjadinya infeksi
6. Anjurkan ibu menggunakan metode kontrasepsi yang lain
Rasional : karna ibu tidak cocok menggunakan kontrasepsi KB susuk
7. Anjurkan ibu control lagi jika ada keluhan
Rasional : untuk mengetahui keadaan ibu selanjutnya
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 13 juni 2021
Jam : 02.00 wit
Dx : Ny “F.W” Usia 20 tahun akseptor KB implant dengan infeksi pada daerah
insersi
1. Menimbang BB ibu dan mengukur tekanan darah
Hasil :
TD :100/60 mmHg
N :84x/m
S :36,3℃
P :23x/m
2. Memberitahu penyebab dari infeksi pada daerah insersi
Hasil: ibu telah mengetahui tentang penyebab infeksi
3. Berikan paracetamol
Hasil : untuk meredakan rasa nyeri
4. Beritahu ibu untuk mengompres daerah insersi dengan menggunakan kompres
hangat.
5. Membersihkan dengan antiseptic apabila terjadi abses
6. Menganjurkan ibu menggunakan metode kontrasepsi yang lain
7. Menganjurkan ibu control lagi jika ada keluhan
22
VII. EVALUASI
Tanggal : 13 juni 2021 Jam : 02.00 wit
23
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
24
harus berlandaskan keselamatan hidup pasien.
25
dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau
kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan
yang perlu dilakukan yang perlu dilakukan untuk mengantisifasi diagnosa
atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga juga harus
merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan dengan
menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera
yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat
rujukan.Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
5. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukann oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi.Apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah
psikologis. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu
budan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
akan melaksanakan asuhan tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
rencana asuhanbersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam
asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan dilakukan klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah
meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
26
6. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,
misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akanmenyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuhan telah terlaksanakan.
7. Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikan dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidsk efektif serta melakukan
27
penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
B. Data Perkembangan
Didalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah Varney,
sebagai catatan perkembangan dilakukan Asuhan Kebidanan SOAP dalam
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu:
S (Subjektif): Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
O (Objektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan
dalam data focus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.
A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif satu identifikasi (Diagnosa atau
masalah, antisipasi diagnose atau masalah, perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan rujukan sebagai
langkah II,III,IV Varney)
P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah
V,VI,VII Varney.
28
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny”F.W” dengan
infeksi pada derah insersi
Telah dilaksanankan perumusan diagnose/masalah actual pada Ny”F.W”
di Desa Wailihang,kecamatan waplau,kabupaten buru dengan
pengumpulan dari data subjektif,dan data objektif sehingga didapatkan
diagnose kebidanan pada Ny”F.W” dengan infeksi pada daerah insersi.
Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah potensial pada Ny
”F.W”dengan Infeksi pada daerah insersi dan diberikannya penanganan
yang tepat.
Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny ”F.W”
dengan infeksi pada daerah insersi di Desa Wailihang dengan hasil
merencanakan asuhan berdasarkan diagnosa/ masalah aktual dan masalah
potensial yang dapat terjadi.
Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncankan pada Ny
”F.W” dengan Infeksi pada daerah insrsi dengan hasil yaitu semua
tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan
baik tanpa adanya hambatan.
Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny ”F.W”
dengan infeksi pada derah insersi di Desa Wailihang dengan hasil yaitu
asuhan yang telah diberikan berhasil dengan ditandai keadaan ibu baik
29
A. Saran
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus peneliti memberikan
sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat.
1. Untuk klien
Menganjurkan kepada ibu agar mengkomsumsi makanan yang
bergizi dan selalu melakukan perawatan pada daerah insersi untuk
mencegah terjadinya luka parah
30
31
DAFTAR PUSTAKA
32