Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMASANGAN KB

IMPLANT DENGAN AKSEPTOR BARU

SARI MAWAHDAH

2019611011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2020
1.1 Konsep Dasar KB
A. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang di canangkan
pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan  (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Amalia,
2010).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yaitu mencegah atau melawan dan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan (Depkes RI, 2008).
B. Tujuan Keluarga Berencana
 Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara mengatur kelahiran anak, agar di peroleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
 Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat
akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas
 Menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang
berkualitas (Mochtar, 2012).
C. Ciri-Ciri Kontrasepsi Yang Dianjurkan
 Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin
hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
 Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
 Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20-30 atau 35 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua
orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Ini di kenal sebagai catur
warga (Sarifudin, 2010).
Alasan menjarangkan kehamilan :
 Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan.
 Segera setelah anak pertama lahir, maka di anjurkan untuk memakai IUD (Intra
Uterine Device) sebagai pilihan utama.
 Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi, namun di sini tidak
berbahaya karena pada usia kehamilan dan melahirkan yang baik.
 Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program (Hasan, 2009).
D. Macam-Macam KB
 Kondom
Kondom adalah sarung karet tipis penutup alat kelamin laki-laki yang
menampung cairan sel mani saat pria ejakulasi.
 Pil KB
Pil ini adalah hormon yang mengandung estrogen dan progesteron yang diminum
tiap hari.
 Suntik KB
Adalah obat yang di suntikkan ke bokong/ pantat ibu. Suntik KB ada 2 macam
yaitu 3 bulan atau 1 bulan.
 Implant / Susuk
Adalah kapsul batangan yang berbentuk seperti korek api. Ada yang berjumlah 2
biji untuk 3 tahun dan 6 biji untuk 5 tahun.
 IUD / AKDR
Alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim, umumnya berbentuk T.
 Tubektomi / MOW
Adalah kontrasepsi permanen pada perempuan untuk mereka yang tidak ingin
mempunyai anak lagi.
 Vasektomi / MOP
Adalah kontrasepsi permanen pada laki-laki untuk mereka yang tidak ingin
mempunyai anak lagi (Mochtar, 2008)
2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi Implant
A. Definis Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi Implant adalah metode kontrasepsi yang di insersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, (3-5 tahun)
dosis rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2009).
Kontrasepsi Implant adalah sistem norplant dari implant subdermal levonorgestrel
yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic,
masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa
kerja lima tahun (Varney, 2008).
B. Cara Kerja Kontrasepsi Implant
 Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap
mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang
membentuk sawar untuk penetrasi sperma. Mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
 Levonorgestrel
Menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang di induksi
estradiol dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi, meskipun demikian tidak ada bukti
mengenai fertilisasi yang dapat di deteksi pada pengguna implan.
 Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat
pergerakan sperma.
 Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone
(LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi
(Abdul Bari Saifuddin, 2008).
C. Jenis-jenis Implant
 Norplant
Di pakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya
berkisar antara 50-85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun
sampai 30-35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang
paling banyak di pakai.
 Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang di
masukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/ disposable, dengan panjang
kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl
Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada
permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang
perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
 Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
 Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg
nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama
kerja 1 tahun.
 Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin
dari bahan pembawa/ pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan
tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu di keluarkan lagi misal pada
norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, tidak akan mungkin
di keluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat di perbaiki
dengan menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul
ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-
kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan
panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4
cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12-18 bulan. Kecepatan
pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat di
bandingkan silastic (Aziz Alimul Hidayat, 2008).
D. Efek Samping
Efek samping dari penggunaan implant adalah: Gangguan haid,Depresi,
keputihan, Jerawat, Perubahan libido, Perubahan BB, Hematoma, infeksi (Suratun, 2008).
Efek samping dari imlpan antara lain : gangguan pola haid seperti terjadinya
spotting, pendarahan, haid memanjang atau lebih sering berdarah (metrohagia), amenoria,
mual-mual, pening, sakit kepala, kadang2 terjadi perubahan pada libido, dan berat badan
timbulnya agne. Oleh karena jumlah progesterone yang di keluarkan kedalam darah
sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB
(Winkjosastro, 2005).
E. Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Impant
Indikasi
 Pemakaian KB jangka waktu lama
 Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu
dekat
 Tidak dapat memakai jenis KB yang lain (Evy Novianti, 2011)
Kontraindikasi
 Hamil atau diduga hamil
 Pendarahan vagina tanpa sebab
 Wanita dalam usia reproduksi
 Telah atau belum memiliki anak
 Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun)
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
 Pasca persalinan atau pasca keguguran
 Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap
 Riwayat kehamilan ektopik
 Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
 Sering lupa menggunankan kontrasepsi pil
 Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
 Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara (Glasier, 2013)
F. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implant
Keuntungan Kontrasepsi Implant
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang (3-5 tahun)
 Pengembalian kesuburan yang cepat
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Bebas dari pengaruh estrogen
 Tidak mengganggu kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Mengurangi atau memperbaiki anemia
 Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
 Dapat di cabut setiap saat (Gumiarti, 2010).
Kerugian Kontrasepsi Implant
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid,
serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
 Nyeri kepala
 Peningkatan berat badan
 Jerawat
 Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
 Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
Implant
 Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS
 Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (Hanavi, 2009)
G. Pemasangan Implant
Persiapan Lingkungan
 Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang pemasangan implant cocok
untuk pemasangan maupun pencabutan implant
 Mamiliki pencahayaan yang cukup
 Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan
 Terbebas dari debu dan serangga
 Memiliki ventilasi udara yang baik
 Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan
mengalir (air kran dan lain-lain) (Harnawati, 2011).
Pencegahan Infeksi
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun
pencabutan implant, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas
infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal :
 Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang
akan dipasang implant dan membilasnya, hingga tidak ada sabun yang
tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik).
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk
pemasangan dan pencabutan implant, cuci tangan dengan sabun selama 5-
10 detik kemudian bilas dengan air bersih yang mengalir.
 Pakai kedua sarung tangan yang telah di sterilisasi atau di DTT.
 Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah di
beri anti septik.
 Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implant dan
sebelum malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan
clorin 0,5%.
 Kain pemasangan implant (drape) harus di cuci sebelum di gunakan
kembali.
 Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi
(kassa,kapas,dll) kedalam wadah tertutup atau kantong plastik yang tidak
bocor.
 Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan clorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar (Hendry,
2009).
Persiapan alat
 Meja periksa atau tempat tidur untuk berbaling klien
 Alat penyangga lengan (tambahan)
 Batang implan dalam kantong
 Kain penutup steril (disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat
meletakkan implant
 Pasang sarung tangan steril atau di disinfeksi tingkat tinggi
 Sabun untuk mencuci tangan
 Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit (betadin atau sejenis gol povidon iodin
lainnya), lengkap dengan cawan/ mangkok anti karat
 Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
 Spuit (5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch)
 Trokar 10 dan madrin
 Skalpel 11 atau 15
 Kassa pembalut, band aid, atau plester
 Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk kaperluan darurat)
 Klem penjepit atau klem mosquito (tambahan)
 Bak/ tempat instrumen (tertutup) (Henry, 2009).
Persiapan Pemasangan

Langkah 1 Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air
k.         yang mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa
sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik tertentu).
Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan
dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan
penyakit.
Langkah 2 Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja
samping bila ada) dengan kain bersih (jaga privasi klien).
Langkah 3 Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang di
gunakan (lengan kiri) di letakkan pada lengan penyangga atau
meja di samping. Lengan harus di sangga dengan baik dan dapat di
gerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang di
sukai untuk memudahkan pemasangan.
Langkah 4 Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan
siku.
Langkah 5 Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh
alat-alat di dalamnya.
Langkah 6 Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik
kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam
mangkuk steril. Bila tidak ada mangkuk steril, kapsul dapat di
letakkan dalam mangkuk yang di disinfeksi tingkat tinggi (DDT)
atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan
membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu
dengan klem steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan
menyentuh bagian dalam kemasan atau isinya kecuali dengan alat
yang steril atau DDT (Umar, 2012).
Tindakan Sebelum Pemasangan
Langkah 1 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan
kain bersih.
Langkah 2 Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk
setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
Langkah 3 Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah di capai. Hitung
kapsul untuk memstikan jumlahnya.
Langkah 4 Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem
steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. Mulai
mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar
dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering
(sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan.
Langkah 5 Bila ada gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang
untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk
memaparkan tempat yang akan di pasang kapsul. Dapat juga
dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan
kain steril.
Langkah 6 Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat
suntik dengan 3 ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk
menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implant.
Langkah 7 Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian
lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam
pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat
gelembung kecil di bawah kulit, masukkan ke bawah kulit sekitar
4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di
bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga
membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1
ml di antara tempat untuk memasang kapsul (Nursalam, 2012).
Pemasangan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel
untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
Langkah 1 Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk
sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau
dalam.
Langkah 2 Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus di pegang
dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada
trokar :
a.    Dekat pangkal menunjukkan batas trokar di masukkan ke bawah
kulit sebelum memasukkan setiap kapsul.
b.    Dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah
kulit setelah memasang setiap kapsul.
Langkah 3 Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di
dalamnya, masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut
kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan
trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di
bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika
terdapat tahanan coba dari sudut lainnya.
Langkah 4 Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke
atas sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan
hati-hati ke arah tanda dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal
sehingga dapat di raba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu
terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar
akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
Langkah 5 Saat trokar masuk sampai tanda dekat pangkal cabut pendorong
dari trokar.
Langkah 6 Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan
telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan
memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul di ambil dengan tangan
pastikan sarung tangan tersebut bebas dari pertikel lain.
Langkah 7 Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar
sampai terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa.
Langkah 8 Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna
untuk menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu
jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di
tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong.
Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong
tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
Langkah 9 Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus
terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar
tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk
memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar. Hal yang
penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari
terpotongnya kapsul saat trokar di gerakkan untuk memasang
kapsul berikutnya.
Langkah 10 Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke
arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk
memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar
15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi kapsul
pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-
pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini
akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah
trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1)
sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan
lakukan seperti sebelumnya.
Langkah 11 Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko
infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat
kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
Langkah 12 Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul
semuanya telah terpasang.
Langkah 13 Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila
sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus
dicabut dengan hati-hati dan di pasang kembali di tempat yang
tepat.
Langkah 14 Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah
di periksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi
dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit (Rimelda, 2009).
Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1. Menutup Luka Insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa steril
untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu di jahit karena dapat
menimbulkan jaringan parut.
2. Periksa Adanya Perdarahan
Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis dan mengurangi
memar (perdarahan subcutan)
3. Perawatan Klien
 Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadian tidak
umum yang mungkin terjadi selama pemasangan
 Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari
luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemaasangan, kalau bisa di berikan secara
tertulis (Sugiyono, 2010).
H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant
Sebagai Alat Kontrasepsi
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang di cakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
menurut Notoatmodjo :
 Tahu (Know)
 Memahami (Comprehension)
 Aplikasi (Application)
 Analisis (Analysis)
 Sintesis (Synthesis)
 Evaluasi (Evaluation)
2. Pendidikan
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
kualitas manusia, dengan pendidikan manusia di anggap akan memperoleh
pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia semakin berkualitas.
3. Sumber ekonomi
Sumber ekonomi adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga.
Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga,
penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi keluarga karena
keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan, dan transportasi serta kesehatan
dapat terpenuhi (Usman, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, VF, (2011), Macam-Macam Alat Kontrasepsi. http://www. Detikhealth. Com


Saifuddin, (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2, penerbit:Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002.
Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo
Jakarta.
Suratun, (2008), Pelayanan Kelurga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi, Penerbit Trans Info
Media, Jakarta.
Winkasastro,h. 2005. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai