Anda di halaman 1dari 37

PNEUMONIA

Ani Sutriningsih

PSSK - Fakultas Ilmu Kesehatan


Unitri
2019
PNEUMONIA
• Peradangan parenkim paru yang ditandai dengan
proses pemadatan karena adanya eksudat pada
alveoli dan broncheolus (Pediatric Care Plans,
Axton/Fugate).
• Penyakit infeksi saluran pernafasan akut dengan
gejala/tanda utama radang pada parenkin paru (Ilmu
kesehatan anak Fakultas kedokteran Padjajaran).
• Inflamasi parenkim paru biasanya berhubungan
dengan pengisian Alveoli dengan cairan.
Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritasi
kimia dan radiasi (Marilynn. E. Doenges).
Etiologi
1. Bayi 0 – 2 bulan : Streptococus Grup B, gram
Negatif Entorococus dan Klamidia.
2. Usia 2 bulan – 5 tahun : Pneumococus dan H.
Influenzae.
3. Adolesen : Pneumococus dan M Pneumoniac
4. Penderita Immunodefisiensi yang sedang
mendapat steroid, antibiotika lama, parenteral
feeding dan sedang dipasang Ventilator : Cocus
gram negatif, E coli dan Kandida Albikan.
Penyebab Pneumonia

Bakteri merupakan penyebab


umum, diantaranya:
• Streptococcus pneumoniae :
Pneumonia Pneumokokus

Streptococcus pyogenes
• Legionella pneumophila :
Pneumonia Legionela
Penyebab Pneumonia…

• Haemophilus influenza : Pneumonia


Haemophilus influenzae
Penyebab Pneumonia…

• Staphylococcus aureus : Pneumonia Stafilokokus


• Streptococcus pyogenes (Streptococcus group A) :
Pneumonia Streptokokus grup A

Streptococcus pyogenes
•Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis,
coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis
carini

Aspirasi : Makanan, cairan, lambung


Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan
gas
Resiko tinggi terkena pneumonia bakterial

1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah,


seperti penderita HIV/AIDS dan para penderita
penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes
mellitus.
2. Perokok dan peminum alkohol.
3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensive
(ICU/ICCU).
4. Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal.
5. Pasien yang lama berbaring setelah pasca operasi.
Klasifikasi Pneumonia
• Pneumonia dikelompokkan berdasarkan
sejumlah sistem yang berlainan.
• Salah satu diantaranya adalah berdasarkan
cara diperolehnya, dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu diperoleh diluar institusi
kesehatan dan diperoleh di rumah sakit atau
sarana kesehatan lainnya.
• Pneumonia yang didapat diluar institusi
kesehatan paling sering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae.
• Pneumonia yang didapat di rumah sakit
cenderung bersifat lebih serius karena saat
penderita menjalani perawatan di rumah
sakit, sistem pertahanan tubuh penderita
untuk melawan infeksi seringkali terganggu.
Selain itu, kemungkinan terjadinya infeksi oleh
bakteri yang resisten terhadap antibiotik lebih
besar.
Klasifikasi Lain
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
1. Pneumonia komuniti (community-acquired
pneumonia).
2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia).
3. Pneumonia aspirasi.
4. Pneumonia pada penderita
immunocompromised.
Berdasarkan penyebab  virus, bakteri dan jamur
Faktor Resiko
1. Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
2. Usia lanjut
3. Alkoholisme, rokok
4. Kekurangan nutrisi
5. Umur dibawah 2 bulan, berat badan lahir rendah, tidak
mendapat ASI memadai, Imunisasi yang tidak memadai,
dan membedong
6. Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, dan penyakit
kronik menahun.
PATOFISIOLOGI
• Port de Entry  udara, luka

13
14
Penularan
- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara
yang tercemar seperti kontak langsung dengan
penderita melalui percikan ludah sewaktu bicara,
bersin dan batuk dapat memindahkan bakteri ke
orang lain
- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
- Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari
infeksi di dekat paru-paru
MANIFESTASI KLINIS

• Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi


saluran nafas atas akut selama beberapa hari.
• Batuk nonproduktif dan produktif
• Sesak nafas
• Retraksi intercosta
• Demam
• Cyanosis
• Nyeri sendi, lelah
• Mual, muntah, nafsu makan turun
• Ronchi
• Leukositosis
• Pada neonatus: takipneu(napas cepat), retraksi dinding
dada, grunting dan sianosis.
• Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting,
tetapi takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas dan
iritasi.
• Pada anak pra sekolah: demam, batuk (non
produktif/produktif), takipneu, dan dispneu yang
ditandai dengan retraksi dinding dada.
• Pada kelompok anak sekolah dan remaja: panas, batuk
(non produktif/produkti), nyeri dada akibat iritasi
pleura, nyeri kepala, dehidrasi, suara nafas menurun
dan letargi.
KOMPLIKASI
• Abses paru
• Efusi pleural
• Empisema
• Gagal nafas
• Perikarditis
• Meningitis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kajian foto thorak  diagnostik, digunakan untuk melihat adanya
infeksi di paru-paru dan status pulmoner (untuk mengkaji
perubahan pada paru), hasilnya bervariasi.
 Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia.
 Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
 Gambaran brnkopneumonia difus / infiltrat interstisialis pada
pneumonia stafilokok.
2. Nilai AGD  untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksidasi.
3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis  digunakan untuk
menetapkan adanya anemia, infeksi, proses inflamasi.
4. Pewarnaan gram ( darah)  untuk seleksi awal antimikroba.
5. Tes kulit untuk tuberkulin (Mantoux Test) mengesampingkan
kemungkinan TB jika anak tidak berespon terhadap pengobatan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
6. Jumlah leukosit  leukositosis pada pneumonia bakterial.
7. Test fungsi paru  digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
mendiagnosis keadaan.
8. Spirometri statik  digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi.
9. Kultur darah  spesimen darah untuk menetapkan agens
penyebabnya seperti virus dan bakteri.
10. Kultur cairan pleura  spesimen cairan dari rongga pleura untuk
menetapkan agent penyebab seperti bakteri dan virus.
11. Bronkoskopi  digunakan untuk melihat dan memanipulasi
cabang–cabang utama dari pohon trakeobronkeal; jaringan yang
diambil untuk uji diagnostik.
12. Biopsi paru  selama torakotomi, jaringan paru di eksisi untuk
melakukan kajian diagnostik.
PENATALAKSANAAN MEDIS

• Ringan  antibiotik per-oral dan rawat jalan


• Berat 
– Rawat inap
– Anti Biotik
– O2 th/
– Nebulizer
– Postural Drainage
– Cairan dan elektrolit
– Hydration/Fever Control/Nutritional Support
Pengobatan
• Tergantung tingkat keparahan gejala dan jenis organisme
yang menyebabkan infeksi
• Streptococcus pneumonia : penicillin, ampicillin-
clavulanate (Augmentin) dan erythromycin
• Hemophilus influenza : antibiotik, seperti cefuroxime
(Ceftin), ampicillin-clavulanate (Augmentin), ofloxacin
(Floxin), dan trimethoprim-sulfanethoxazole (Bactrim and
Septra)
• Legionella pneumophilia dan Staphylococcus aureus :
antibiotik, seperti erythromycin
Lanjutan..

• Sebagai tambahan, dokter juga akan menyarankan


istirahat, banyak minum, latihan bernapas, diet yang
benar, penekan batuk, penghilang sakit, dan penurun
demam, seperti aspirin (untuk dewasa) atau
asetaminofen. Pada kasus yang parah, dibutuhkan terapi
oksigen dan ventilasi buatan
• Bagian dari pneumonia bervariasi. Masa pemulihan
bergantung pada organisme yang terlibat, kesehatan
umum orang tersebut dan seberapa cepat dan tepat
perhatian medis diperoleh. Mayoritas penderita sembuh
secara lengkap selama beberapa minggu, dengan batuk
yang bertahan antara enam sampai delapan minggu
setelah infeksi hilang
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
• Data dasar
• Riwayat penyakit  dahulu dan sekarang
• Sistem tubuh
PENGKAJIAN

• Sistem Integumen 
– Subyektif : -
– Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
• Sistem Pulmonal 
– Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
– Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru,
• Sistem Cardiovaskuler 
– Subyektif : sakit kepala
– Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi
• Sistem Neurosensori 
– Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran
– Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
• Sistem Musculoskeletal 
– Subyektif : lemah, cepat lelah
– Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi
paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


penumpukan eksudat dan peningkatan produksi mukus.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya cairan melalui hyperthermia atau hyperpnoe atau
kedua-duanya.
4. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
inflamasi.
1.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penumpukan eksudat dan peningkatan produksi
mukus.

Tujuan : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi,


pertukaran gas secara optimal dan oksigen jaringan
adekuat.
Kriteria hasil : Klien menunjukkan pertukaran gas yang
lebih baik dengan tanda pernafasan lancar,
perbaikan warna kulit dan berkurangnya gelisah.
Intervensi Keperawatan

1. Beri posisi yang nyaman


Rasional : dengan membeerikan posisi yang nyaman seperti posisi
semi fowler membuat nafas lebih mudah.
2. Beri lingkungan yang sejuk dengan masker wajah dan O2
Rasional : Udara sejuk melembabkan jalan, membantu mengurangi
sekret dan mengurangi udema bronkhi.
3. Atur O2 dengan masker sesuai dengan anjuran
Rasional : O2 membantu mengurangi cemas yang berhubungan dengan
distres pernafasan dan hipoxema
4. Anjurkan klien untuk batuk efektif dan latihan nafas dalam setiap
2 jam
Rasional : batuk membantu mengeluarkan sekret, nafas dalam
mendorong ekspansi paru-paru.
5. Suction sesuai kebutuhan
Rasional : Suction mungkin diperlukan untuk mempertahankan jalan
nafas, khususnya jika batuk tidak efektif.
Intervensi Keperawatan

6. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam sesuai petunjuk


Rasional : fisioterapy dada dapat membantu mengeluarkan
eksudat & sekresi yang dipermudah melalui batuk & suction.
7. Kaji status pernafasan untuk membuktikan adanya dyspnca,
tachypnca, wheezing, mereth (crackle), ronchi & sianosis
Rasional : tanda ini dapat mengindikasi bahwa pengobatan tidak
efektif & kondisi anak mungkin dalam keadaan buruk.
8. Beri intake cairan oral jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional : cairan berguna untuk memudahkan sekresi.
9. Sediakan waktu istirahat
Rasional : Istirahat dibutuhkan untuk meningkatkan energi dan
melawan infeksi.
10. Rubah posisi setiap 1 – 2 jam
Rasional : Dapat membantu mobilisai & sekresi.
Latihan Soal (1)
Kasus
Seorang laki – laki usia 40 tahun di rawat di ruang penyakit dalam.
Saat ini pasien mengeluh sesak. Pasien menyatakan menderita
batuk berdahak dan sulit keluar selama 4 bulan. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan frekuensi pernafasan 27x/menit, ronchi di semua
lapang paru, nafas pendek dan cepat. Pasien juga mengeluh mudah
lelah dan nafas tersengal-sengal meskipun dengan aktivitas yang
tidak terlalu berat.

Apakah masalah keperawatan utama untuk pasien tersebut?


a. Kelelahan
b. Intoleransi aktivitas
c. Gangguan pola nafas
d. Gangguan pertukaran gas
e. Inefektif bersihan jalan nafas
Latihan Soal (2)
Kasus
Seorang laki-laki usia 45 tahun dirawat di ruang interna dengan
diagnosa PPOK. Hasil pengkajian pasien mengeluh dada sesak,
batuk tidak dapat mengeluarkan riak sampai perut terasa nyeri,
suara nafas tambahan ditemukan Rales. Setelah melalui
serangkaian pengkajian maka perawat menentukan diagnosa
keperawatan Inefektif bersihan jalan nafas.

Apakah intervensi yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?


a. Berikan posisi semi fowler
b. Ajarkan teknik relaksasi
c. Ajarkan teknik nafas dalam
d. Batasi aktivitas berlebihan
e. Ajarkan batuk efektif
Latihan Soal (3)
Kasus
Seorang laki-laki, usia 55 tahun di bawa ke Poliklinik karena
mengalami sesak nafas. Data pengkajian fisik ditemukan kulit
berwarna keabu-abuan, kelembaban kulit dingin dan
frekuensi nafas 26x/mnt, suhu 36 c, frekuensi nadi
88x/mnt,TD 120/80 mmHg, muntah 1 kali, BAK 4-5x/hari.

Apakah masalah utama pada kasus tersebut?

a. Pertukaran gas tidak efektif


b. Ketidakseimbangan nutrisi
c. Kekurangan volume cairan
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
e. Hambatan mobilitas fisik
Latihan Soal (4)
Kasus
Laki-laki berusia 41 tahun dirawat di ruang penyakit dalam
dengan keluhan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi otot bantu nafas, terdapat pernafasan
cuping hidung, suara nafas wheezing, asites pada abdomen,
mata ikterus, TD: 100/60mmHg, Nadi: 89x/mnt.

Apakah tindakan mandiri perawat yang tepat untuk pasien pada


kasus di atas?
a. Memberikan minum hangat
b. Melakukan fisioterapi dada
c. Mengajarkan teknik nafas dalam
d. Mengingatkan pembatasan minum
e. Memberikan oksigen dan posisi semi fowler’s
Latihan Soal (5)
Kasus
Seorang laki-laki usia 40 tahun masuk rumah sakit dengan dengan
keluhan sesak dan batuk Dari hasil observasi perawat klien terlihat
tidak nyaman,perkusi redup, Suara nafas menurun, Fremitus vokal
dan raba berkurang, Frekuensi napas 29x/mnt, Suhu :38 C,
Tekanan darah 130/90 mmHg, Frekuensi nadi 90 x/mnt.diagnosa
medis Efusi pleura

Apakah rencana tindakan yang paling tepat?

a. Identifikasi faktor penyebab


b. Ajarkan pasien untuk batuk efektif
c. Ajarkan pasien melakukan nafas dalam
d. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
e. Kaji kualitas,frekuensi dan kedalaman pernafasan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai