Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IMPLAN

(PENCABUTAN DAN PEMASANGAN IMPLAN)


DI POLI KB/NIFAS RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh :

Yunita Khoirotus Salamah


011413243044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

1
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Asuhan Kebidanan pada akseptor KB implant (pelepasan dan pemasangan)


di Poli KB/Nifas RSUD Dr. Soetomo Surabaya, telah disahkan oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Surabaya, 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Program studi S1 Pendidikan Bidan Poli KB/Nifas
FK Unair Surabaya RSUD dr. Soetomo Surabaya

Miatuningsih, Dip., MW., S.Pd Purwati, Amd. Keb.


NIP195008281986032001 NIP. 196609301989032008

Sunarsih, S.Pd, M.Kes

NIP. 195202281975092001

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia berada di urutan keempat untuk negara berpopulasi terbesar, setelah Cina,
India, dan Amerika Serikat. Populasi penduduknya mencapai 237,6 juta orang pada 2010.
Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief, laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,49 persen per tahun. Ini berarti setiap tahun
jumlah populasi membengkak 3,5 juta hingga 4 juta orang.
Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara
bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-
masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan
pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti (Manuaba,
2010).
Pendapat Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan
mengembangkan sumberdaya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan
perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada satu titik sumberdaya alam tidak
mampu menampung pertumbuhan manusia. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan
setiap keluarga memerhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk
optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan
cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan
yang lain. Juga responsif terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami
oleh wanita dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun
telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat
kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat
diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi.
(Syaifudin, 2007)
Salah satu metodekontrasepsi jangkapanjang yang dapatdipakai oleh semua ibu dalam
usia reproduksi dan mempunyai efektifitas yang tinggi adalah implan, yaitu kontrasepsi yang

3
disusupkan di bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan nama
dagang norplant, implanon, jadena, dan indoplant. Implantdapatdigunakan untuk jangka
waktu tertentu sehingga perlu dilakukan pencabutan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar kontrasepsi khususnya metode implant
serta mampu memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan pencabutan dan
pemasangan implant.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswamampu :
1. Menjelaskan pengertian implant
2. Menyebutkan jenis implant
3. Menjelaskan mekanisme kerja implant
4. Menyebutkan keuntungan dan kerugian penggunaan implant
5. Menjelaskan efek samping penggunaan implant serta cara penanganannya
6. Menyebutkan indikasi medis pencabutan implant
7. Melakukan pencegahan infeksi saat pencabutan implant
8. Menyebutkan dan mempersiapkan peralatan untuk pencabutan dan pemasangan
kembali implant
9. Mempraktekkan pencabutan dan pemasangan kembali implant sesuai langkah-
langkah
10. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan pemasangan dan pencabutan
implant
1.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek klinik ini di laksanakan mulai tanggal 2 s/d 21Februari 2015 di Poli KB
/Nifas RS.Dr.Soetomo Surabaya..

1.4 Sistematika Penulisan


2. Halaman judul
3. Lembar pengesahan
4. Kata pengantar
5. Daftar isi
6. Bab I : 1.1 : Pendahuluan
1.2 : Tujuan
1.3 : Pelaksanaan
1.4 : Sistematika Penulisan

4
7. BAB II : Tinjauan Pustaka
8. BAB III : Tinjauan Kasus
9. BAB IV : Pembahasan
10. BAB V: Penutup
11. Daftar Pustaka

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah kehamilan (dengan menggunakan alat-alat atau
obat pencegah kehamilan)

Kontrasepsi implant ialah cara mencegah kehamilan dengan memasukkan hormon progestin
ke dalam tubuh wanita secara terus menerus, melalui batang silastik berisi hormon tersebut yang
ditanam bawah kulit.

2.2 Jenis Implan


Menurut Saifuddin (2010, pp.MK-53) jenis-jenis alat kontrasepsi bawah kulit (implan),
yaitu :
1) Noorplant
Terdiri dari 6 batang plastic lembut berongga, panjang 3,4cm, diameter 2,4 mm, berisi
dengan 36 mg levenogestrel dengan lama kerja 5 tahun.
2) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur, panjang 40 mm, diameter 2 mm, yang berisi dengan 68
mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang, yang berisi dengan 75 mg levenogestrel dengan lama kerja 3 tahun.

2.3 Mekanisme Kerja Implan


Menurut Saifuddin (2010, MK-.54) dan Manuaba (2009, p.446) :17 Cara kerja implan :
a. Lendir menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi.

2.4 Efektifitas Implan


Menurut Wiknjosastro (2009, p.553) efektifitas dari kontrasepsi ini merupakan gabungan dari
ketiga mekanisme kerja tersebut diatas daya gunanya sangat efektif.

6
2.5 Angka Kegagalan Implan
a. Menurut Saifuddin (2010, p.MK-54) angka kegagalan berkisar 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan
b. Menurut Wiknjosastro (2010, p.553) angka kegagalan norplant antara 0,3- 0,5 per 100
wanita.

2.6 Keuntungan Implan


Menurut Saifuddin (2010, p.MK-54), keuntungan dari kontrasepsi jenis AKBK yaitu
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang ( 5 tahun ) 6 kapsul
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Bebas dari pengaruh estrogen
f. Tidak menggangu ASI
g. Tidak mengganggu kegiatan senggama
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
Keuntungan non kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah darah haid
c. Mengurangi/memperbaiki anemia
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kelainan jinak kanker payudara
f. Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul
g. Menurunkan angka kejadian endometriosis.

2.7 Keterbatasan Implan


Menurut Saifuddin (2010, pp.MK54-55), kontrasepsi AKBK memiliki keterbatasan, antara lain:
a. Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),
hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
b. Sering pula timbulnya keluhan- keluhan, seperti:
Nyeri kepala
Peningkatan/penurunan berat badan
Nyeri payudara
Perasaan mual dan pening/pusing kepala
Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)

7
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi itu sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan
Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat
epilepsi (fenition dan barbituriat).

2.8 Efek Samping Implan


Menurut Saifuddin (2010, p.MK58-59) efek samping dari implan:
1) Perdarahan bercak/spotting
Sering ditemukan pada tahun pertama
Pengobatan:
a) Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.
b) Bila pasien merasa terganggu dapat diberikan pil kombinasi satu siklus atau ibuprofen 3x
800 mg selama 5 hari.
2) Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat, dan apakah
terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada
pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila infeksi,
cabut yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan
metode kontrasepsi lain
3) Infeksi pada daerah insersi
a) Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik, berikan
antibiotik selama 7 hari, implan jangan dilepas
b) Bila tidak membaik cabut implan dan pasang yang baru, pada sisi lengan yang lain atau
metode kontrasepsi yang lain
c) Bila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik danaliran pus keluar, cabut implan
lakukan perawatan luka dan berikan antibiotik oral 7 hari.
4) Berat badan naik/turun
Perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Apabilaperubahan berat badan ini tidak dapat
diterima, bantu klienmencari metode lain.
5) Amenorea
a) Bila tidak hamil, tidak memerlukan penanganan khusus, cukup konseling saja
b) Bila klien tidak dapat menerima, angkat implan dan ganti kontrasepsi lain
c) Bila terjadi kehamilan cabut implan.

8
6) Jerawat
a) Gejala : timbul jerawat yang berlebihan pada wajah
b) Penyebab : karena faktor progesteronnya, terutama nortestosteron menyebabkan
peningkatan kadar lemak
c) Pengobatan:
(1) Bila tidak mengganggu cukup dengan menjaga kebersihan wajah
(2) Bila ada infeksi dapat diberi tetrasiklin 3-4 X 1 kapsul 250 mg selama tujuh hari
(3) Bila jerawat menetap dan bertambah banyak sehingga tidak dapat ditolerir oleh klien
cabut implan dan ganti cara kontrasepsi non hormonal.

2.9 Waktu pemasangan Implan


a. Sewaktu haid berlangsung
b. Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil
c. Bila menyusui : 6 minggu-6 bulan pasca salin
d. Saat ganti cara dari metode yang lain
e. Pasca keguguran

2.10 Teknik Pemasangan Implan


a. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap mungkin mengenal
norplant ini sehingga calon akseptor betul-betul mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi
yang akan dipakai dan berikan iformed consent untuk ditanda tangani oleh suami istri.
b. persiapan alat-alat yang diperlukan :
1) sabun antiseptic
2) kasa steril
3) cara antiseptic (betadine)
4) kain steril yang mempunyai lubang
5) Obat anestesi lokal
6) Semprit dan jarum sntik
7) Trokar no. 10
8) sepasang sarung tangan steril
9) satu set kapsul norplant (6 bulan)
10) Scalpel yang tajam.
c. Teknik pemasangan
1) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
2) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan sabun antiseptic

9
3) Calon akseptor dibaringkan telentang di tempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada meja kecil
disamping tempat tidur akseptor. Kemudian buat pola pemasangan implant 8 cm dari
epikondilus
4) Gunakan hand scoon seteril dengan benar.
5) Lengan kiri pasien yang akan di pasang diolesi dengan cairan anstiseptic / betadin.
6) Daerah tempat pemasangan ditutup dengan kain steril yang berlubang.
7) Dilakukan injeksi obat anestesi, kemudian cek reaksinya
8) setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjag 0,5 cm dengan skalpel yang tajam.
9) Trocard dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit.
10) Kemudian kapsul dimasukkan di dalam trokar dan di dorong dengan plunger sampai kapsul
terletak di bawah kulitn .
11) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedu sampai keenam, kapsul di bawah kulit
diletakkan demikian rupa sehingga susunanya seperti kipas .
12) Setelah semua kapsul berad di bawah kulit, trokar ditarik pelan-pelan keluar.
13) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
14) Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban untuk mencegah perdarahan
dan agar tidak terjadi haematom.
15) Nasehat pada akseptor agr luka jangan basah, selama lebih kurang dari 3 hari dan datang kembali
jika tejadi keluhan-keluhan yang mengganggu .(hanafi ,2004 hal 187)

2.10 Pencabutan Implan


Menurut Wiknjosastro (2009, p.555) penglepasan implan dilakukan atas indikasi:
1) Permintaan akseptor (umpama mau hamil)
2) Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan
biasa
3) Sudah habis masa pakainya
4) Terjadi kehamilan

2.10 Teknik Pencabutan Implan


Mengeluarkan implan pada umumnya lebih sulit dari pada insersi, persoalan dapat timbul bila
implan dipasang terlalu dalam atau bila timbul jaringan fibrous di sekeliling implan.
Untuk mengeluarkan implan:
a. Cuci tangan akseptor, lakukan tindakan aseptic dan antiseptic
b. Tentukan lokasi dari implan dengan jari-jari tangan dan dapat diberi tanda dengan tinta atau
apa saja
c. Suntikan anestesi local dibawah implan, jangan diatas karena pembengkakan kulit akan
menghalangi pandangan dari letak implan

10
d. Buat suatu insisi sedekat mungkin pada ujung-ujung implan
e. Keluarkan implan pertama yang terletak paling dekat ke insisi atau yang terletak paling
dekat dengan permukaan
f. Ada 4 cara pencabutan implan
(a) POP-OUT (Hartanto, 2006, p.187).
Dorong ujung proksimal kapsul (arah bahu) kearah distal dengan ibu jari sehingga
mendekati lubang insisi sementara jari telunjuk mendekat bagian tengah kapsul
sehingga ujung distal kapsul menekan kulit. Bila perlu bebaskan jaringan yang
menyelubungi kapsul dengan skalpel tekan dengan lembut ujung kapsul melalui lubang
insisi sehingga ujung tersebut akan menyembul atau Pop-out melalui lubang insisi.
(b) Cara STANDAR
Jepit ujung distal kapsul dengan klem Mosquito, sampai kira-kira 0,5-1 cm dari
ujung klemnya masuk dibawah kulit melalui lubang insisi.Putar pegangan klem pada
posisi 180 disekitar sumbu utamanya mengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan-
jaringan yang menempel di sekelilingi klem dan kapsul dengan skalpel atau kasa steril
sampai kapsul terlihat dengan jelas.Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan
klem Crile, lepaskan klem Mosquito, dan keluarkan kapsul dengan klem
Crile.Cabut/keluarkan kapsul-kapsul lainnya dengan cara yang sama.
(c) Cara U
Buat insisi memanjang selebar 4 mm kira-kira 5 mm proksimal dari ujung distral kapsul
ke 3 dan ke 4 yang akan dicabut difiksasi dengan meletakkan jari telunjuk tangan kiri
sejajar disamping kapsul, kapsul dipegang dengan klem, kemudian diputar kearah
pangkal lengan atas atau bahu akseptor sehingga kapsul terlihat dan lubang insisi dapat
dibersihkan dari jaringan yang menyelubunginya dengan memakai sekalpel, untuk
seterusnya dicabut keluar.
(d) Cara Tusuk Ma
Dikembangkan oleh Dr. IBG Manuaba dari Denpasar memakai alat bantu kawat atau
jari roda sepeda satu ujung dilengkungan sepanjang 0,5-0,75 cm dengan sudut 90 dan
diperkecil serta diruncingkan sedangkan ujung yang lain dilengkungkan dalam satu
bidang dengan lengkungan runcing tadi dan dipakai untuk pegangan operator. Setelah
kapsul dijepit dengan pinset/klem arteri jaringan ikat dibersihkan dengan pisau sampai
kapsul tampak putih, kemudian alat tusuk Ma ditusukan pada kapsul serta terus dikait
keluar.Atau setelah kapsul dijepit dengan pinset klem arteri alat tusuk Ma ditusukkan
ke dalam kapsul sambil diungkit ke arah luka insisi, lalu pinset/klem arteri dilepaskan
dan dengan pisau kapsul dibebaskan dari jaringan ikat lalu di ungkit keluar dan luka
insisi

11
g. Jangan paksakan untuk mencabut 1 atau 2 kapsul sisa yang sulit dicabut. Aturan yang umum
adalah bila seluruh kapsul tidakbisa dicabut dalam waktu 20 sampai 30 menit atau klien
tampak gelisah maka cara yang terbaik adalah menghentikan tindakan pencabutan,
memulangkan klien dan meminta datang kembali bila luka insisi sudah benar-benar sembuh
(sekitar 4-6 minggu).
h. Bila klien tidak ingin melanjutkan pemakaian implan lagi, bersihkan tempat insisi dan
sekitarnya dengan menggunakan kasa berantiseptik. Gunakan klem untuk memegang kedua
tepi luka insisi selama 10 sampai 15 detik untuk mengurangi perdarahan dari luka insisi,
kemudian dilanjutkan dengan membalut luka insisi. Dekatkan kedua tepi luka insisi
kemudian tutup dengan band aid (plester luka ringan) atai kasa steril dan plester.
i. Rendam semua alat yang sudah digunakan kedalam larutan klorin 0,5% untuk dikontaminasi
alat tersebut

2.11 Konsep dasar Asuhan KebidananPada Akseptor KB Dengan Pencabutan Implan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai


metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis yang pengambilan
keputusan berfokus pada klien (Salmah, 2002 : 157).
Tujuannya agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang adekuat,
komprehensif dan berstandar dengan memperhatikan riwayat ibu selama ini, kebutuhan
dan respon ibu serta mengidentifikasi penyakit-penyakit yang ada dan mengantisipasinya.
Langkah-langkah asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:

1. PENGUMPULAN DATA
Adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan klien/ keluarga dan
tim kesehatan berupa keluhan-keluhan tentang masalah kesehatan (manajemen
kebidanan, pusdiklat, 1996 : 7)

Tanggal dan Jam Pengkajian:


No. Register:Untuk memudahkan dalam mencari riwayat kesehatan, kehamilan, atau
persalinan yang sebelumnya
1.1 Data Subjektif
1.1.1 Identitas (klien dan suami)

12
- Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari-
hari.
Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi ibu dan membantu
menciptakan hubungan baik (rapport).
- Umur
Pertimbangan dalam menentukan jenis kontrasepsi
- Agama
Hal ini untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan kebiasaan yang
dilakukan klien sesuai dengan agama.
- Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mempermudah dalam
pemberian informasi.
- Pekerjaan
Untuk mengetahui pengaruh aktifitas terhadap kesehatan klien.
- Alasan kunjungan, digunakan untuk mengetahui tujuan kunjungan klien
(datang pertama kalinya, rutin, atau karena ada keluhan)
1.1.2 Keluhan utama
Keluhan yang dapat terjadi pada ibu dengan akseptor implant antara lain: nyeri
kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pusing,
kegelisahan.
1.1.3 Riwayat KB
KB apa saja yang sudah digunakan. Kapan dan dimana dilakukan pemasangan
implant.
1.1.4 Riwayat menstruasi
Menstruasi terakhir, siklus, lamanya, banyaknya, sifat darah, dismenorhea,
fluor albus.
1.1.5 Riwayat Obstetri
Jumlah anak, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong persalinan, jenis
kelamin, berat badan lahir, umur anak.
1.1.6 Riwayat kesehatan klien(apakah klien menderita penyakit jantung, hepatitis,
DM, TBC , epilepsi)
1.1.7 Riwayat kesehatan keluarga klien(apakah keluarga klien menderita penyakit
jantung, hipertensi, hepatitis, DM, asma, TBC ,epilepsi )

13
1.1.8 Riwayat psiko sosial budaya
Sikap pasangan terhadap KB (setuju/tidak)

1.2 Data Obyektif


Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, pemeriksaan darah dalam dan pemeriksaan laboratorium.
1.2.1 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: baik, cukup, kurang.
Kesadaran : composmentis
TD : <180/110 mmHg
Suhu : normalnya 36 oC 37 oC
Nadi : normalnya 60 100 kali/menit. (reguler/ ireguler)
RR : normalnya 16 24 kali/menit.
BB : untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kontrasepsi yang
digunakan dengan BB klien

1.2.2 Pemeriksaan Fisik


1.2.2.1 Wajah : tidak pucat
1.2.2.2 Mata : conjungtiva : merah muda; Sklera : putih
1.2.2.3 Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
1.2.2.4 Dada : tidak ada benjolan pada payudara atau riwayat kanker payudara
1.2.2.5 Abdomen : tidak ada hepatosplenomegali, tidak ada massa, tidak
ada nyeri tidak ada tanda tanda kehamilan,
1.2.2.6 Genetalia : tampak bersih, tidak ada kelenjar bartholini.
1.2.2.7 Ekstrimitas: tidak oedema.

2. Interpretasi Data Dasar


Diagnosa aktual : Ny. Papah akseptor KB dengan pencabutan dan
pemasangnan implan
Masalah :
Masalah dapat juga menyertai diagnosa yaitu sesuai dengan keluhan ibu, karena
selama menggunakan alat kontrasepsi belum tentu tidak ada masalah. Dan masalah
yang menyertai belum tentu dapat diartikan sebagai ketidaknormalan. Beberapa

14
masalah yang dapat terjadi selama pemakaian kontrasepsi misalnya berhubungan
dengan ketidaknyaman. Contohnya adalah nyeri payudara, pusing, berat badan naik ,
mual dll
Kebutuhan : Kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan.
3. Mengidentifikasi Diagnosa atauMasalahPotensial
Identifikasi diagnosa atau masalah potencial dibuat setelah mengidentifikasi diagnosa
atau masalah kebidanan. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila mungkin
dilakukan pencegahan.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada tahap ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan
konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan kondisi klien.
5. Menyusun Rencana Asuhan
Pada langkah ini ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Informasi
atau data yang kurang dapat dilengkapi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh
kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif karena sebagian dari
asuhan akan dilaksanakan oleh klien. Rencana asuhan adalah sebagai berikut:
5.1 Beritahu hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu.
R/ untuk memberikan informasi kepada ibu tentang kondisinya saat ini.
5.2 Siapkan peralatan untuk pencabutan implan
R/ untuk memudahkan prosedur sebelum pencabutan.
5.3 Atur posisi ibu yang nyaman untuk dilakukan pencabutan.
R/ agar ibu memperoleh posisi yang nyaman dan memudahkan proses
pencabutan.
5.4 Lakukan pencabutan implan.
R/ pencabutan dilakukan karena masa kerja implan sudah habis.
5.5 Lakukan pemasanga implant kembali
R/akseptor cocok dengan penggunaan kontrasepsi implan
5.6 Berikan konseling pasca pencabutan dan pemasangnan yaitu luka tidak boleh
terkena air selama 3 hari.
R/ agar luka insisi sembuh dengan baik
5.7 Anjurkan klien untuk datang kembali sewaktu-waktu jika ada keluhan

R/ agar keluhan dapat segera ditangani dengan baik

15
5.7 Lakukan dekontaminasi peralatan
R/ sebagai prosedur pencegahan infeksi

6. Penatalaksanaan
6.1 Memberitahu hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu.
6.2 Menyiapkan peralatan untuk pencabutan dan pemasangnan implan
6.3 Mengatur posisi ibu yang nyaman untuk dilakukan pencabutan.
6.4 Melakukan pencabutan implan.
6.5 Melakukan pemasangan implan
6.6 Memberikan konseling pasca pencabutan yaitu luka tidak boleh terkena air
selama 3 hari.
6.7 Menganjurkan klien untuk datang kembali sewaktu-waktu jika ada keluhan
6.8 Melakukan dekontaminasi peralatan

7. Evaluasi
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
S : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan
O : Ibu melakukan instruksi yang diberikan oleh bidan.
Implan sudah dicabut dan dipasangkan kembali.
A : Pencabutan dan pemasangan implan sudah dilakukan dengan baik
P : menganjurkan ibu untuk datang sewaktu-waktu jika ada keluhan.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB
DENGAN PENCABUTAN IMPLAN

Tanggal: 3-2-2015 Jam: 10.13


Oleh: Yunita Khoirotus S. Tempat: Poli KB/Nifas RS.Dr. Soetomo Surabaya
No. Register:10.69.xx.xx

1. Subjektif
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. IA Nama suami :Tn. S
Umur : 39Tahun Umur : 38 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indo Suku/bangsa : Jawa
Alamat : Pacar kembang , Surabaya

1.2 Alasan kunjungan


Ingin mencabut implant karena sudah habis masanya dan ingin memasangn kembali
1.3 Keluhan utama
Ibu tidak ada keluhan
1.4 Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB suntik 3 bulan setelah melahirkan anak yang ke 1 . Tanggal
7 Februari 2012 ibu memasang implant 2 batang di poli KB 1 RS.Dr Soetomo
Surabaya.
1.5 Riwayat menstruasi
Menstruasi terakhir :ibu sedangn menstruasi hari ke 2
1.6 Riwayat Obstetri
1. 9 bln/ SC/ RS/ Perempuan/ 3000 g/ 8 tahun
2. 9 bln/ SC/ RS/ Perempuan/ 3100 g/ 3,5 tahun
1.7 Riwayat kesehatan

17
Ibu tidak menderita jantung, hipertensi, hepatitis, DM, asma, TBC dan HIV AIDS
1.8 Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ibu tidak ada yang menderita jantung, hipertensi, hepatitis, DM, asma, TBC dan
HIV AIDS
1.9 Riwayat psiko sosial budaya
Sikap pasangan terhadap KB: suami setuju dengan pencabutan implan dan kehamilan
dilanjutkan.

2. Data Obyektif
2.1 Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
tekanan darah : 110/80
suhu : 36 C
Nadi : 76x/menit
RR : 20x/menit
2.2 Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak oedema
Ekstremitas atas : terdapat 2 kapsul implan diatas lipatan siku kiri
3. Analisis
Diagnosis : P2002 akseptor KB dengan pencabutan dan pemasangan implan
Masalah :-

4. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu.,Ibu mengetahui hasil
pemeriksaan
2. Menyiapkan peralatan untuk pencabutan implant:
Troli yang telah ditutup dengan duk steril.
Duk lubang 1
mess no.515 1 buah
Cucing 2 buah
klem U 1 buah

18
Betadine
klem mosquito 1 buah
Lidokain 1% 1 amp
Pincet anatomis 1 buah
Aquades
Handscoon 1 pasang,, band aid
Spuit 5 cc , spidol
Skapel

Mempersilahkan ibu untuk mencuci lengan yang akan dilakukan pencabutan inplant,
peralatan sudah disiapkan ibu sudah mencuci lengan tempat implan
3. Mengatur posisi ibu yang nyaman untuk dilakukan pencabutan.,ibu sudah dalam posisi
yang nyaman
4. Meraba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi untuk memperhitungkan jarak
antara kapsul, jarak sudah ditentukan tanda sudah diberikan.
5. Mencuci tangan dengan air mengalir, tangan sudah dicuci
6. Memakai sarung tangan dan menyiapkan bahan yang akan dipakai, alat sudah
disiapkan.
7. Melakukan desinfeksi lokasi pencabutan dari dalam keluar lengan diameter 10-15 cm,
desinfeki sudah dilakukan
8. Memasang doek lubang steril, sudah dipasang doek
Pencabutan kapsul dengan tehnik U klasik
9. Menyuntikkan anestesi lokal 0,3 cc ic ditempat insisi dan 1 cc sudermal di bawah
ujung kapsul , obat anestesi sudah disuntikkan
10. Menguji efek anastesi apakah sudah tidak terasa sakit ,sudah diuji
11. Menentukan lokasi insisi pada kulit lebih kurang 3 mm dari ujung kapsul dekat siku
1/3 dari ujung implan bawah, lokasi sudah ditentukan
12. Melakukan insisi vertikal disekitar 3 mm dari ujung kapsul bawah, insisi sudah
dilakukan
13. Menjepit batang kapsul pada bagian yang sudah diidentifikasi menggunakan klem U
dan memastikan jepitan mencakup sebagian besar diameter kapsul.kemudian tarik
kearah insisi dan membalikkan pegangan klem 1800 kearah bahu klien, sudah
dibalikkan

19
14.Membersihkan kapsul dari jaringan ikat sampai kapsul nampak,lalu jepit kapsul
menggunakan klem mosquito melepaskan klem U kemudian cabut implan pelan-
pelan, implan sudah dicabut
15. Memperlihatkan pada klien implan yang sudah dicabut, klien sudah melihat kapsul
yang sudah dilepas
16. Memasukkan trokart yang berisi 2 kapsul implan
17. Menjungkit trokart dan memasukkan hingga garis kedua
18. memasukkan pendorong hingga terasa tahanan kemudian putar pendorong 180o
19. lepaskan trokart secara withdrawl hingga garis pertama kemudian arahkan ke arah
pemasangan kapsul kedua
20. Menjungkit trokart dan memasukkan hingga garis kedua
21. memasukkan pendorong hingga terasa tahanan kemudian putar pendorong 180o
22. lepaskan trokart dan pendorong, pastikan semua kapsul terpasang dengan baik.
23. Merapatkan kedua tepi insisi lalu menutup dengan band aid, sudah ditutup
24. Membalut tempat pencabutan dengan verban untuk mencegah perdarahan dan
memar, sudah dibalut
25. Membereskan alat alat dan melakukan dekontaminasi ,alat sudah dibereskan dan
direndam dengan larutan clorine 0,5% 10 menit.
26. Mencuci tangan, tangan sudah dicuci
27. Memberikan konseling pasca pencabutan yaitu luka tidak boleh terkena air selama 7
hari., 5 hari verbant baru dibuka 2 hari kemudian buka penutup luka. ibu mengerti
dengan penjelasan yang telah diberikan
28. Menganjurkan klien untuk datang kembali sewaktu-waktu jika ada keluhan,ibu
bersedia datang kembali jika ada keluhan

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. IG P2002 akseptor KB dengan
pencabutan dan pemasangan implan, menggunakan alur pikir manajemen 7 langkah Varney
dan dokumentasi SOAP, didapatkan :
Pengumpulan data terlaksana dengan baik karena adanya kerjasama yang baik antara
pasien dengan petugas. Pengkajian dilakukan berdasarkan data-data yang fokus untuk
menegakkan diagnosa dan masalah pada klien. Pada pengkajian data ibu berkunjung ke
puskesmas untuk mencabut implan dengan alasan habis masanya dan ingin kembaali
memasang implant karena ibu merassa cocok menggunakan implan. Hal ini sesuai dengan
indikasi pencabutan implan dalam tinjauan pustaka. Berarti tidak ada kesenjangan antara
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.
Berdasarkan pengkajian data ibu sedang haid hal ini sesuai dengan petunjuk dalam
buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi bahwa pada saat haid ibu boleh dipasangkan
kembali implant dan tidak diperlukan alat kontrasepsi lain.
Pada data obyektif palpasi didapatkan kapsul implant teraba dengan jelas
Berdasarkan hasil pengkajian data, dilakukan interpretasi data. Dalam hal ini tidak
didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan terbukti dalam kasus muncul
diagnosa bahwa Ny. IG P2002 akseptor KB dengan pencabutan implan.
Untuk metode pencabutan dengan cara membuat insisi memanjang selebar 3 mm
kira-kira ujung distal kapsul yang akan dicabut difiksasi dengan meletakkan jari telunjuk
tangan kiri sejajar disamping kapsul, kapsul dipegang dengan klem U , kemudian diputar
kearah pangkal lengan atas atau bahu akseptor sehingga kapsul terlihat dan lubang insisi
dapat dibersihkan dari jaringan yang menyelubunginya dengan memakai sekalpel, untuk
seterusnya dicabut keluar. Metode ini sesuai dengan metode pada tinjauan pustaka yaitu
dengan metode U.
Pada penatalaksanaan tinjauan kasus, asuhan yang diberikan adalah memberitahu
hasil pemeriksaan, menyiapkan peralatan, mengatur posisi ibu, melakukan pencabutan
implan, memberikan konseling pasca pencabutan, menganjurkan klien untuk datang kembali
sewaktu-waktu bila ada keluhan dan melakukan dekontaminasi peralatan.

21
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Dari kasus Ny. IG P2002 akseptor KB dengan pencabutan dan pemasangnan implan,
dapat disimpulkan bahwa penatalaksanaan kasus ini sesuai dengan teori sehingga didapatkan
hasil yang baik yaitu tidak ada komplikasi yang menyertai.

5.2. Saran
5.2.1. Petugas
Petugas harus senantiasa meningkatkan pelayanan yang selama ini sudah baik menjadi
yang lebih baik lagi, dan menjaga penggunaan protap dalam menangani kasus kontrasepsi
implan yang selama ini sudah diterapkan dengan baik.

5.2.2. Bagi Klien dan Keluarga


Diharapkan ibu lebih kooperatif dalam menerima asuhan yang diberikan oleh petugas
dan bersedia melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina


Pustaka. Jakarta. 2010.

Glasier Anna, Alisa Baggle. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
EGC

JNPKKR, USAID. 2009. Pelatihan Teknologi Kontrasepsi Terkini. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC.

Manuaba, 2009 ,Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Saifuddin Bari Abdul. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

23

Anda mungkin juga menyukai