Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M P1A0 WUS USIA 30 TAHUN


AKSEPTOR LAMA KB IMPLANT
DI UPT PUSKESMAS PANCORAN MAS
KOTA DEPOK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Stase 4


Praktik Asuhan Kebidanan Pada Konteks Keluarga Berencana Dan Pelayanan
Kontrasepsi Dan Masa Perimenopause

OLEH
OKKY MERBEN
19190200005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) pengguna kontrasepsi telah
meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan
terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah
meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun
2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan
pengguna metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di
Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi
61,6%, sedangkan Amerika Latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi
67,0%. Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin
menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode
kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode
kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk
kontrasepsi masih terlalu tinggi. Didorong oleh pertumbuhan populasi. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) data-data dalam SDKI
Tahun 2017 memperlihatkan kemajuan-kemajuan yang dicapai program keluarga
berencana (KB) dalam 5 tahun terakhir dan kontribusinya terhadap situasi transisi
demografi di Indonesia. TFR Indonesia mengalami penurunan sebanyak 0,2 poin,
dari 2,6 per wanita usia subur pada SDKI Tahun 2012 menjadi 2,4 per wanita usia
subur pada SDKI Tahun 2017.
Sedangkan hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Pemerintah Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (SKAP –
KKBPK) tahun 2018 menunjukkan 3 (tiga) indikator capaian RENSTRA BKKBN
2015-2019 yang telah mencapai target, yaitu: pertama penurunan angka kelahiran
total menjadi 2,38 per WUS usia 15-49 tahun dari target tahun 2018 sebesar 2,31
(persentase capaian 97,1%); Kedua, penurunan angka putus pakai menjadi 25% dari
target tahun 2018 sebesar 25% (persentase capaian 100%) dan ketiga peningkatan
penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebesar 23,1% dari target
tahun 2018 sebesar  22,3% (persentase capaian 103,6%).
KB Implant aktif pada tahun 2017 sebesar 63,22%, sedangkan yang tidak
pernah ber-KB Implant sebesar 18,63%. KB aktif tertinggi terdapat di Bengkulu
yaitu sebesar 71,98% dan yang terendah di Papua sebesar 25,73%. Berdasarkan
pola dalam pemilihan jenis alat kontrasepsisebagian besar peserta KB Aktif
memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat dominan (lebih
dari 80%) dibanding metode lainnya; suntikan (62,77%) dan pil (17,24%). Padahal
suntikan dan pil termasuk dalam metode kontrasepsi jangka pendek sehingga
tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian kehamilan lebih rendah
dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Kegiataan praktik klinik kebidanan stase 4 ini tujuan untuk
mengimplementasikan asuhan kebidanan pada konteks keluarga berencana dan
pelayanan kontrasepsi.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Untuk melakukan pengkajian data subjektif
b. Untuk melakukan pengkajian data objektif
c. Untuk melakukan analisis data
d. Untuk melakukan penatalaksanaan sesuai kebutuhan klien yang berdasarkan
evidence based

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa


Untuk mengembangkan pengetahuan dan serta kemampauan mahasiswa
dalam pelaksanan KB implant
1.3.2 Manfaat Puskesmas
Mengetahui sejauh mana mahasiswa kebidanan mampu memberikam asuhan
kebidanan pada akseptor baru maupun lama

1.3.3 Manfaat Masyarakat


Dapat meningkatkan asuhan pelayanan yang lebih komprehensif dan steril
pada akseptor KB implant

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup adalah tentang kesehatan ibu dalam menjadi akseptor KB baru
dan KB lama implant, dan bagaimana prosedur yang akan di lakukan oleh
mahasiswi kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2. Alat Kontrasepsi Implant


2.1 Definisi
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Implant
adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan masa
kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita.

2.2 Jenis Kontrasepsi Implant


Jenis-jenis kontrasepsi implant adalah sebagai berikut:

a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.

b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun. Penggunaan Kontrasepsi Implant

c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Implant adalah kontrasepsi yang mengandung levonogestrel (LNG) yang


dibungkus dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane) dan dipasang
dibawah kulit. Implant berisi dua batang dimana setiap batang Implant
mengandung LNG 75mg. Cara kerja Implant sangat efektif dengan kegagalan
0,2 - 1 kehamilan per 100 perempuan dengan lama efektifitas 3 tahun.9
Beberapa informasi penting yang disampaikan sebelum pemasangan
Implant diantaranya adalah kebersihan daerah yang akan dipasang implant,
penjelasan pemasangan implant dibawah kulit termasuk penyuntikan obat
anastesi, penjelasan tentang daerah insisi yang harus dibiarkan bersih dan kering
selama 48 jam pertama, penjelasan tentang sedikit rasa perih, bengkak atau
lebam pada daerah insisi setelah Implant terpasang serta anjuran yang akan
dilakukan ibu pasca pemasangan Implant, sehingga hal ini tidak perlu
dikhawatirkan oleh calon akseptor.

2.3 Keuntungan Dan Kerugian Kontrasepsi Implant


a. Keuntungan Kontrasepsi Implant
1. Daya guna tinggi
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun )
3. Pengembalian kesuburan yang cepat
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5. Bebas dari pengaruh estrogen
6. Tidak menggangu kegiatan senggama
7. Klien hanya keklinik bila ada keluhan
8. Dapat dicabut setiap saat
9. Mengurangi jumlah darah haid
10.Mengurangi/ memperbaiki anemia
b. Kerugian Kontrasepsi Implant
1. Menimbulkan gangguan menstruasi
2. Peningkatan berat badan
3. Jerawat
4. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
5. Tidak memberikan protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS
6. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi
7. Efektifitas menurun bila menggunakan obat-oabt tuberculosis
(rifampisin)natau obat epilpsy (fenitoin dan berbiturat)
8. Insiden kehamilan ektropik sedikit lebih tinggi
2.4 Cara Kerja Kb Implant

1. Lendir servik menjadi kental karena akibat adanya kerja hormon


progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi Implan.

2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit


terjadi implantasi karena kerja hormon progesteron menekan hormon
estrogen.

3. Mengurangi transportasi sperma karena kerja hormon progesteron


membuat saluran genital menjadi relaksasi sehingga tidak dapat
mendorong ovum.

4. Menekan ovulasi karena hormon estrogen ditekan hormon


progesteron yang telah ada sejak awal

2.5 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Implant


a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari k-7. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan.
b. Insertif dapat dilakukan setiap saat, asal tidak hamil. Bila di insersi hari ke-7
siklus haid, akseptor jangan melakukan hubungan seksual atau
menggunakan kontasepsi lain untuk 7 hari saja.
c. Bila menyusui antra 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi
dapat dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh, akseptor tidak perlu
memakai metode kontrasepsi lain.
d. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi haid kembali, insersi
dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
e. Bila akseptor menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin mengantinya
denggan implant, insrsi dapat dilakukan setiap saat, asal saja akseptor
tersebut meyakini tidak hamil,untuk akseptor yang menggunakan
kontrasepsi dahulu dengan benar.
f. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik tersebut, tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non-hormonal (kecuali
AKDR) dan akseptor ingin menggantinya dengan implant, insert implant
dapat dilakukan setiap saat asal saja diyakini akseptor tidak hamil. Tidak
perlu menunggu sampai datang hamil berikutnya. Bila kontrasepsi
sebelumnya adalah AKDR dan akseptor ingin menggantinya dengan
implant, implant dapat di insersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja dan AKDR segera di cabut.
h. Pasca keguguran implant dapat segera di insersikan.

2.6 Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant Dan Yang Tidak Boleh
Menggunakan Kontrasepsi Implant
a. Yang boleh menggunakan
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak ataupun belum
3. Menghendaki kontrasepsi yang dimiliki efektivitas dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang
4. Pasca persalinan dan tidak menyusui
5. Riwayat kehamilan ektropik
6. Sering lupa minum pil
b. Yang tidak boleh menggunakan
1. Hamil atau diduga hamil
2. Pendarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya
3. Benjolan/ kangker payudara atau riwayat kanker payudara
4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5. Miom uterus dan kanker payudara
6. Gangguan toleransi glukosa
2.7 Waktu boleh menggunakan implant

1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi tambahan.

2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan. Bila diinsresi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

3. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan
seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan,


insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien
tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.

5. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,


insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin


menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat,
asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien
menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.

7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan


dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut.
Tidak perlu metode kontrasepsi lain.

8. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal


(kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan,
insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asalkan diyakini klien
tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid
berikutnya.

9. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin


menggantinya dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat
haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari
saja. AKDR segera dicabut.

10. Pascakeguguran, implan dapat segera diinsersikan.

28. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Kontrasepsi


Implant

a. Umur
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan
rendahnya frekuensi penggunaan KB. Para ibu yang bekerja di luar rumah
menggunakan KB jangka panjang dikarenakan kesibukan. Namun pada ibu
yang tidak bekerja menggunakan KB suntik.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah pengembangan kemampuan seseorang dalam bentuk
prilaku sikap di dalam hidup yang dapat berpengaruh di dalam kehidupan
bermasyarakat
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu,
tujuan pekerjaan adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Para ibu
yang bekerja di luar banyak memilih KB jangka panjang karena pekerjaan
yang membuat mereka sibuk. Jumlah Anak
Jumlah anak adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu yang masih
hidup. Jumlah anak dilahirkan seorang wanita selama hidupnya berpengaruh
dalam menntukan alat kontrasepsi yang akan dipakai. Bayaknya anak yang
dimiliki adalah memiliki salah satu faktor yang menentukan keinginan suami
istri untuk ikut mnjadi akseptor KB. Keluarga yang telah mempunyai banyak
anak (lebih dari 2 orang) diharapkan untuk memakai kontrasepsi yang efektif
dibanding dengan keluarga yang masih mempunyai anak sedikit (paling
banyak 2 orang).
c. Ekonomi
Ekonomi adalah nominal dari hasil kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga.
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Registrasi :-
Tanggal Pengkajian : 11-03-2020
Waktu Pengkajian : 10:30
Tempat Pengkajian : Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas
Pengkaji : Okky Merben

A. Data Subjektif
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn.a
Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Betawi Suku : Jawa
Pendidikan : Sd Pendidikan : Sma
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp Malela Depok

1. Alasan datang : ingin melepas dan pasang implan

2. Keluhan utama: ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Riwayat obstetri: ibu mengatakan menarche usia 14 tahun, haid teratur,


lamanya 3 hari, P1A0 menganti pembalut 3-4 x /hari, tidak ada nyeri haid,
HPHT: 08-02-2020 , mempunyai 1 orang anak

4. Riwayat ginekologi: ibu mengatakan tidak meiliki penyakit kandungan seperti


kista, miom, infeksi saluran reproduksi, benjolan payudara, pendarahan uterus
diluar siklus

5. Riwayat kesehatan: ibu mengatakan tidak memiliki penyakit kronis, keturunan


dan menular seperti hipertensi, TBC, hepatitis, diabetes, asma, HIV/AIDS

6. Riwayat psikososial: ibu mengatakan suami setuju dengan pelepasan KB


implant dan pemasangan kb impland lagi

7. Riwayat KB: ibu mengatakan pernah menggunakan kb suntik 1 bulan dan Kb


suntik 3 bulan, ibu juga mengatakan menggunakan KB implant

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat : istirahat siang : 1-2 jam, tidur malam: 6-8 jam
b) Pola aktivitas: ibu melakukan aktifitas ringan seperti mencuci baju, memasak,
mengurus anak suami, menyapu, mencuci piring dll

c) Pola eliminasi: BAK: 6-7 kali/hari , warna kuning, BAB: 1 kali/ hari, warna
kehitaman, konstitensi lembek

d) Pola nutrisi: makan: 3 x sehari dengan menu nasi, sayur, ikan, ayam, daging
telur, tahu, tempe dan buah, tiap hari berbeda setiap hari. Minum: 6-8
gelas/hari (air putih, teh, dan susu)

e) Pola personal hygiene: mandi 2 x sehari, menganti pakian dalam, keramas


setiap kali mandi, mengosok gigi

f) Pola hubungan seksual: 2 kali seminggu, hubungan terakhir 04-02-2020

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composimentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 131/80 mmHg
Denyut nadi : 88 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 68,3 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 25,01 (Normal)

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak Pucat, tidak odema

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih


Mulut : Bersih, Tidak sariawan, gusi tidak bengkak
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , kelenjar limfe, vena
jugularis
Dada : Tidak Dilakukan
Abdomen : Tidak Dilakukan
Ekstremitas : simentris, jari lengkap, teraba dilengan kiri dua kapsul
Anogenitalia : Tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak Dilakukan

C. Analisis Data : Ny. M P1A0 WUS usia 30 tahun

D. Penatalaksanaan:
1. Membina hubungan yang baik dengan ibu, Sudah Dilakukan
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik, TTV dalam batas normal,
Ibu Mengerti
3. Melakukan konseling pra pencabutan untuk mengetahui alasan pencabutan apakah
ibu mengingikan anak lagi, atau ibu memiliki alasan lain dalam pencabutan KB
implant, Ibu Mengerti
4. Mempersiapkan alat yang digunakan dalam pencabutan implant ( klem , pinset,
bisturi, betadin, kasa, spuit, lidocain, bengkok, dll) , alat sudah disiapkan
5. Memberitahu ibu untuk mencuci lengan yang terpasang implant, Ibu Mengerti
6. Memakai handscoon, telah dilakukan
7. Memastikan posisi kapsul dan melakukan insisi, telah dilakukan
8. Melakukan anastesi intrakutan pada tempat insisi
9. Melakukan pencabutan implant sesuai prosedur pencabutan implant, Sudah
dilakukan 2 kapsul keluar
10. Memasukan ujung trokar sampai batas merah melalui insisi, telah dilakukan
11. Memasukkan implant baru kedalam trokarnya dengan batang mendorong perlahan-
lahan ke ujung trokar sampai terasa adanya tekanan, dengan batang pendorong tetap
stationer, trokar pelan-pelan di tarik kembali ke garis batas dekat ujung trokar terliat
pada insisi dan kembali melakukan prosedur yang sama untuk memasukan batang
implant ke dua, telah dilakukan
12. Setelah terpasang melakukan penekanan pada luka insisi untuk mengurangi
pendarahan dan di beri betadine, telah dilakukan
13. Menutup bekas luka dengan plester anti air, telah dilakukan
14. Menganjurkan ibu untuk menjaga luka tetap kering dan kurangi kerja berat, Ibu
Mengerti
15. Menganjurkan ibu untuk segera kembali ke puskesmas bila ada nanah atau darah
yang keluar dari luka insisi, Ibu Mengerti
16. Memberikan therapy Mefenamat Acid 3x1, telah dilakukan
17. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1minggu lagi, Ibu Mengerti
18. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam bentuk SOAP, Sudah Dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. M usia 30 tahun dengan akespor KB lama
implant, serta membandingkan antara tinjauan teori dan kasus tidak ada kesenjangan disini
dilihat dari prosedur dan tindakan yang dilakukan di lapangan. Ibu megatakan ingin melepas
impland karena sudah 5 tahun pemakaian dan memutuskan memasang kembali. Menurut
penelitian Yuliani Siradjudin tahun 2017 Vol 02 “ Hubungan persepsi dan minat ibu dengan
pemakian kontrasepsi implan di wilayah Puskesmas Jongaya Makkasar” sesuai teori
mengatakan kurangnya ibu memilih alat kontrasepsi implan sebagai alat kontrasepsi yang
akan digunakan, dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang bagaimana cara
pemasangan, berapa lama waktu efektif penggunaannya, juga kelebihan dan kekurangan
kontrasepsi implan. Oleh karena itu lebih banyak ibu-ibu yang memilih kontrasepsi pil, suntik
dan kondom. Dari wawancara dengan Ny.M mengapa Ny.M lebih memilih implant karena
ny.M sudah mengetahui dan merasakan kelebihan dari Kb implant sendiri dalam mencegah
kehamilan.
Menurut jurnal Suyanti 2016 “Determinan penggunaan alat kontrasepsi Implant di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka tahun 2015” mengatakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sukahaji tahun 2015 menggunakan metode kontrasepsi bukan implan dikarenakan sikap,
informasi tentang kb implant dan dukungan suami yang kurang. Dikaitkan dengan pasien
Ny.M ingin menggunakan Kb implan karena Ny.M sudah mendapatkan penjelasan dari
tenaga kesehatan sebelumnya tentang Kb implant sendiri.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Implant adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kapsul kosong silastic yang isi
dengan hormonal yang hanya mengandung progestin dosis rendah dengan masa kerja
panjang, ibu yang mengunakan KB implant biasanya sering mengalami haid yang
tidak teratur karena itulah salah satu efek sampingnya. Implant sendiri tidak dapat
dipasang cabut sediri harus dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten.
Dari hasil pembahasan antara Teori dan pembahasan pada Ny.M usia 30
tahundengan akseptor lama Kb Implant dapat di simpulkan Asuhan kebidanan
pelepasan dan pemasangan ulang akseptor Kb implant dapat di lakukan di karenakan
pengetahuan pendididkan kesehatan tentang kb implant dan kepercayaan ibu sudah di
berikan oleh tenaga kesehatan melalui konseling dan pendekatan.
Dari pengkajian tersebut, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus,
sehingga tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan

B. Saran
1. Tenaga Kesehatan
Pada lahan praktek lebih ditingkatkan mutu pelayanannya dan semua tindakan yang
dilakukan didokumentasikan.
2. Mahasiswi
Para mahasiswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik antara petugas kesehatan,
pasien sehingga terjalin kepercayaan dalam melakuakan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Uswatun,dkk, 2017. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Implant dengan


Kenaikan Berat Badan: Univ Muhammadiyah Magelang
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2016. Peningkatan Partisipasi
Pria dalam KB & KR. Jakarta: BKKBN.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2017. Kesehatan Reproduksi
2017. http://www.bkkbn.go.id. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Pelayanan Keluarga berencana tahun 1995. Jakarta.
Depkes RI.
Depkes RI dan BKKBN, 2009. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit,
Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. 2013. Profil Kesehatan Kabupateen Majalengka
Tahun 2013. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
Grenn, L, W.,dan Kreuter, Marshall W 2005. Health Program Planning, An Education And
Ecological Approach (4th ed.) . new york: the McGrawhillCompanies
Sobur, 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi. Jurnal Rineka Cipta
Suyanti, 2016. Diterminan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2015: Jurnal Ilmiah Indonesia
Yuliani Siradjuddin. 2017. Hubungan persepsi dan minat ibu dengan Pemakaian
Kontrasepsi Implant di Wilayah Puskesmas Jongaya Makassar: Stikes Graha Edukasi
Makkasar

Anda mungkin juga menyukai