PEMASANGAN KB IUD
DI PUSKESMAS CIPTOMULYO
SUKUN
Tugas ini disusun guna memenuhi tugas pkk 1
Dosen Pembimbing : Ni Wayan DR, A.Per.Pen., M.Kes
Disusun Oleh :
Anita Lilik Masrofa
P17310214057
Mahasiswa
Mengetahui,
KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan
keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan
untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa
tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes
RI, 2015).
Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaian
a. Kb hormonal
Jenis kontrasepsi ini biasanya bekerja dengan cara menghentikan tubuh perempuan
untuk berovulasi, mengubah tampilan atau tekstur lendir serviks sehingga
menyulitkan sperma melewati jalan serviks untuk membuahi sel telur Secara umum,
jenis kontrasepsi ini memiliki dua tipe di antaranya :
1. Pil
Pil KB adalah obat pencegah kehamilan yang mengandung hormon estrogen dan
progestin (hormon menyerupai progesteron).
Hormon progestin bekerja menghambat proses ovulasi. Tidak adanya ovulasi berarti
tidak ada sel telur yang diproduksi oleh tubuh. Jenis pil KB sendiri yaitu :
a. Pil KB kombinasi
Pil kombinasi adalah obat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progestin.
Pil ini bekerja dengan dua cara, yaitu mencegah pelepasan sel telur dari ovarium dan
mempertebal lapisan lendir pada serviks dan endometrium.
b. Mini pil
mini pill adalah obat kontrasepsi yang hanya mengandung progestin. Tidak ada
kandungan estrogen seperti di dalam pil kombinasi. Dosis progestin di dalam mini pill
ini lebih rendah daripada dosis progestin dalam pil kombinasi. Mini pill bekerja
dengan cara mengentalkan lapisan lendir serviks serta menipiskan lapisan rahim.
2. Suntikan
3. Implan
4. IUD
b. Kb Non hormonal
1. MAL
2. Metode Kalender
3. Kondom
2. Pengertian KB IUD
IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan
polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid. IUD sangat efektif untuk menjarangkan
kehamilan dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang lainnya seperti implan,
tubektomi, dan vasektomi. IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang paling
banyak digunakan dalam Program KB di Indonesia.Pengguna IUD di Indonesia mencapai
22,6% dari semua pengguna metode kontrasepsi. IUD dapat dibedakan menjadi empat
jenis:8,9
a) Copper-T, jenis ini berbentuk huruf T yang terbuat dari polietilen yang bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga ini memiliki efek anti
fertilitas yang cukup baik. Jenis ini melepaskan levonorgestrel dengan konsentrasi
yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan
efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun
perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping
hormonal dan amenorrhea.
b) Copper-7, berbeda dengan Copper-T, jenis IUD ini memiliki bentuk seperti angka “7”
dimana memiliki ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan dililit kawat tembaga
dengan luas permukaan 200 mm2 .Fungsi bentuk seperti angka “7” ini memudahkan
dalam pemasangan kontrasepsi.
c) Multi Load, jenis Multi Load terbuat dari polietilen dengan dua tangan, kanan dan
kiri, berbentuk seperti sayap yang fleksibel. Jenis ini memiliki panjang 3,6 cm dari
atas hingga bawah dan lilitan kawat tembaga memiliki luas permukaan 256 mm2 atau
375 mm2 . Multi Load memiliki tiga ukuran yaitu standar, small, dan mini.
d) Lippes Loop, merupakan jenis yang terbuat dari polietilen berbentuk spiral atau huruf
S bersambung. Lippes Loop terdiri dariempat jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya, yaitu tipe A berukuran 25 mm dengan benang berwarna biru,
tipe B berukuran 27,5 mm dengan benang berwarna hitam, tipe C berukuran 30 mm
dengan benang berwarna kuning, dan tipe D berukuran 300 mm dengan benang
berwarna putih dan tebal. Lippes Loop memiliki angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari pemakaian jenis ini adalah apabila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Jenis ini
merupakan IUD yang banyak digunakan.
Di indonesia sendiri IUD yang sering digunakan adalah copper-T. Di samping keefektifan
menggunakan IUD, terdapat beberapa kerugian dalam penggunaannya, seperti perdarahan
(spotting) antar menstruasi, nyeri haid yang berlebihan, periode haid lebih lama, dan
perdarahan berat pada waktu haid. Hal-hal tersebut memungkinkan terjadinya anemia dan
resiko lainnya. Setiap bulannya, wanita usia subur akan mengalami periode kehilangan darah
akibat menstruasi. Penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap pengeluaran darah
menstruasi pada wanita, termasuk IUD yang dapat meningkatkan pengeluaran darah dua kali
lipat saat menstruasi. Periode menstruasi yang berlangsung lebih lama dari lima hari dan
menggunakan IUD, secara independen berhubungan dengan nilai hemoglobin yang lebih
rendah (secara berturut-turut -0,15 sampai -0,25 g/dl). IUD memiliki cara kerja yang
menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba falopii, mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu karena
jalannya terhalangi, dan memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
PERSYARATAN PEMAKAIAN
1. Usia reproduktif.
2. Keadaan nulipara.
6.Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi Risiko rendah dari IMS.
9. Tidak menghendaki keha nilaa setelah 1-5 hari sanggama (lihat kontrasepsi darurat).
Pada umumnya Ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif
AKDR dapat digunakan pada Ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya
1. Perokok.
5. Sedang menyusui
Begitu juga Ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR:
4. Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi anti-biotika
sebelum pemasangan AKDR).
8. Penyakit Tiroid.
Catatan: Semua keadaan tersebut sesuai dengan kriteria WHO, WHO Eligibility Criteria
category 1 .Ibu dengan kategori 2 juga dapat menggunakan metode ini.
4.Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mem-
pengaruhi kavum uteri. 6. Penyakit trofoblas yang ganas
PERSIAPAN PEMASANGAN
Konseling Awal
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan kedatangannya.
3 Berikan informasi tantang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntunganketerbatasan dari
masing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversible) :
• Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin akan
dialami
7. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya).
9. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang simpatik.
• Riwayat Infeksi Sistem Genitalia (ISG), Penyakit Menular Seksual (PMS) atau infeksi
panggul
• Kanker serviks
13. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang
akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
Pemeriksaan panggul
14. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia
dengan menggunakan sabun dan air.
15. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
17. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya di
daerah supra pubik
21. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam wadah setril
atau DTT. 22. Lakukan inspeksi pada genetalia eksterna
23. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini amati adanya nyeri atau duh (discharge) vagina.
24. Masukkan speculum vagina
25. Lakukan pemeriksaan inspekulo: • Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina •
Inspeksi serviks
26. Keluarkan speculum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula dengan
tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan.
28. Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, kemudian buka secara
terbalik dan rendam dalam klorin
29. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
• Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
• Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan
sehingga lengan akan melipat
• Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah
lipatan lengan
• Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan AKDR yang
sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter
33. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali
35. Masukkan sonde uterus dengan teknik “tidak menyentuh” (no touch technique) yaitu
secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk tanpa
menyentuh dinding vagina ataupun bibir speculum.
36. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
37. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam kemasan
sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter, kemudian buka seluruh plastic
penutup kemasan. 38. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan
yang tidak steril, hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
39. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal (sejajar lengan AKDR).
Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung inserter kedalam
uterus sampai leher bisa menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan.
40. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
41. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu menarik keluar
tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong.
42. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai
leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan.
43. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-4 cm.
45. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%.
46. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
dengan kasa selama 30-60 detik
49. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempat yang sudah disediakan.
52. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
53. Ajaran klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan.
54. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
55. Beritahu kapan klien harus dating kembali ke klinik untuk control
57. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan konsultasi,
pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut.
58. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.