Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KELUARGA BERENCANA PADA


NY”M” AKSEPTOR LAMA DEPO PROGESTIN DENGAN SPOTTING
DI UPTD PUSKESMAS KETAPANG 2

Oleh :

USWATUN KHASANA
NIM. 2282B1409

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


IIK STRADA INDONESIA
2022/2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


KELUARGA BERENCANA PADA NY”M” AKSEPTOR LAMA DEPO
PROGESTIN DENGAN SPOTING” di UPTD Puskesmas Ketapang 2 telah
disetujui oleh pembimbing penyusunan asuhan pada :
Hari/tanggal : , 2023

Ketapang, 2023

Mahasiswa

Uswatun Khasana

Mengetahui

Dosen Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Bd. Shanty Natalia,S.ST.,M.Keb Bd. Revi Mayasari, SST

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga dapat tersusun Laporan “Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana Patologis” di lingkungan Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK
STRADA INDONESIA
Laporan Asuhan Kebidanan yang diwajibkan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan
Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA Kediri yang akan menyelesaikan
pendidikan Profesi. Dengan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
pembimbing serta petugas kesehatan dalam pemberian Asuhan Komperhensif
terhadap Akseptor KB.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ini.
Akhirnya kami berharap laporan ini dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, sehingga dapat menambah
khasanah perpustakaan di lingkungan Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK
STRADA INDONESIA
Ketapang , Mei 2022

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Tujuan.................................................................................................................3

1.3 Manfaat.............................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana..........................................................................................5

2.2 Kontrasepsi Suntikan Depo Progestin............................................................. 11

2.3 Spotting akibat efek samping suntikan depo progestin.................................... 19

2.4 Kajian dari jurnal penelitian............................................................................21

2.5 Tinjauan menejemen 5 langkah askeb.............................................................22

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Langkah I Identitas Data Dasar.......................................................................34

3.2 Langkah II Interpretasi Data............................................................................39

3.3 Langkah III Diagnosa Potensial.......................................................................41

3.4 Langkah IV Antisipasi Segera.........................................................................41

v
3.5 Langkah VI Perencanaan Pelaksanaan............................................................41

3.6 Langkah VII Pelaksanaan................................................................................41

3.7 Evaluasi............................................................................................................42

Pendokumentasian.................................................................................................43

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Langkah I Identitas Data Dasar.......................................................................49

4.2 Langkah II Interpretasi Data............................................................................51

4.3 Langkah III Diagnosa Potensial.......................................................................53

4.4 Langkah IV Antisipasi Segera.........................................................................53

4.5 Langkah VI Perencanaan Pelaksanaan............................................................54

4.6 Langkah VII Pelaksanaan................................................................................55

4.7 Evaluasi............................................................................................................57

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan......................................................................................................59

5.2 Saran................................................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR SINGKATAN

AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKI : Angka Kematian Ibu

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
KB : Keluarga Berencana
KH : Kelahiran Hidup
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
K/U : Keadaan Umum
LILA : Lingkar Lengan Atas
mmHg : Milimeter Hidrogrirum
PAP : Pintu Atas Pangggul
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia

SOAP : Subjektif, Objektif, Analisa, Pelaksanaan

TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi/foto kegiatan

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang dengan jumlah

peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi BPS

(Badan Pusat Statistik) pada bulan agustus 2017 antara lain jumlah penduduk

Indonesia adalah 261.890.872 orang, terdiri atas 131.579.184 laki-laki

130.311.688 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,5%

per tahun. Dari pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan

berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan

kesejahteraan Negara (Profil Kesehatan, 2017)

Data badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN)

menunjukan pada tahun 2017 ada 37.338.265 pasangan usia subur (PUS),

yang merupakan peserta kb (59,7%) dan hampir separuhnya (31,7%)

menggunakan kontrasepsi suntik. (Profil Kesehatan, 2017)

Upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di

Indonesia yaitu dengan menerapkan program keluarga berencana. KB

dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi diantaranya

metode kontrasepsi sedeharna seperti: kondom, diafragma, pantang berkala

dan koitus interruptus. Metode kontrasepsi efektif hormonal seperti:

AKDR/IUD, dan metode kontrasepsi mantap seperti: metode operasi wanita

(MOW) dan metode operasi pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan

kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya (Manuaba, 2012)

Kontrasepsi suntik KB 3 bulan adalah Depo Medroksiprogesteron

1
2

Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA. Diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntikan intramuscular (IM) di daerah bokong. (Rusmini dkk,

2017)

Tidak jarang dalam pemakaian KB suntik 3 bulan tanpa efek samping,

efek samping KB suntik 3 bulan yang sering terjadi adalah perubahan pola

perdarahan haid, perdarahan bercak (spotting), efek samping lainya yaitu

depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka

panjang bisa terjadi penurunan libido dan densitas tulang. (Rusmini dkk,

2017)

Spotting yaitu perdarahan yang berupa bercak yang berjumlah sedikit,

namun bila spotting tidak ditangani atau berlangsung berkepanjangan akan

menyebabkan anemia, selain itu efek samping lainya adalah terjadi iritasi

dikarenakan frekuensi pemakaian pembalut meningkat lebih sering jika hal

ini dibiarkan dan tidak melakukan perawatan dan menjaga kebersihan

genitalia dengan baik dan benar akan menyebabkan infeksi (Saifuddin, 2010).

Penanganan bila terjadi perdarahan bercak (spotting) jika ringan atau

tidak terlalu mengganggu tidak perlu diberi obat. Tetapi jika menggangu atau

mengalami perdarahan banyak dapat ditangani dengan memberikan pil

kontrasepsi kombinasi 2x1 tablet selama 7 hari, dan ibuprofen (sampai 800

mg, 3x/hari, untuk 5 hari) untuk mencegah inflamasi. (Susilowati Endang,

2011)

Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Adean pada bulan

Januari sampai dengan bulan Oktober 2021 di dapatkan hasil sebanyak 207

akseptor kontrasepsi. Dari 207 akseptor kontrasepsi terdapat 155 akseptor


3

kontrasepsi suntik 3 bulan. Dari 115 akseptor yang menggunakan kontrasepsi

suntik 3 bulan terdapat 13 akseptor yang mengalami spotting atau setara

dengan 11 %, dan terdapat 9 (8 %) akseptor yang mengalami haid tidak

teratur, dan kenaikan BB terdapat 3 (2 %) akseptor tetapi kenaikan BB tidak

signifikan, yaitu sekisar 1-2 kg. Jadi dapat disimpulkan bahwa efek

samping terbanyak dari penggunaan kontrasepsi sutik 3 bulan adalah

spotting. Dan disana cara penanganan yang belum dilakukan adalah cek Hb,

pemberian kontrasepsi kombinasi dan konseling.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil

dengan judul “ Asuhan Kebidanan Holistik Keluarga Berencana Akseptor

Kontrasepsi Suntik 3 Bulan dengan Spotting”.

1.2 Tujuan Studi Kasus

1.2.1 Tujuan Umum

Melakukan asuhan kebidanan akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan

dengan spotting dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney

1.2.2 Tujuan khusus

Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada akseptor kontrasepsi

suntik 3 bulan dengan spotting

1. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar yang meliputi

diagnose kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting

2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa potensial pada akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tindakan segera pada akseptor


4

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting

4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan tindakan asuhan

kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

spotting.

5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan tindakan asuhan

kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting

6. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada

akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

1.3 Manfaat studi kasus

1.3.1 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan asuhan

kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

Mampu melakukan manajemen kebidanan 7 langkah varney pada

akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

1.3.2 Bagi profesi

Sebagai masukan dalam rangka mengembangkan asuhan kebidanan

pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

1.3.3 Bagi institusi dan instansi (Puskesmas Adean)

Mampu meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

1.3.4 Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber bacaan tentang

asuhan kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

spotting.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Tentang Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami istri untuk

mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan (purwoastuti, 2015:

182), menurut Abu Bakar Keluarga Berencana adalah upaya mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan dan mengatur

kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan

hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Abu

bakar, 2014: 15), sedangkan menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang

perkembangan kependudukan dan keluarga sejahtera adalah upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia

dan sejahtera (Setyorini, 2014: 35), sedangkan sumber lain

mengemukakan Menurut WHO (Expert committe, 1970), tindakan yang

membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif- objektif

tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2012: 13)

2.1.2 Pengertian Kontrasepsi

Menurut Firdayanti, 2012 kontrasepsi berasal dari kata “kontra”

5
6

yang berarti mencegah atau melawan dan “konsepsi” yaitu pertemuan

antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Secara singkat Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Upaya ini yang dapat bersifat sementara, dapat

pula bersifat permanen (Firdayanti, 2012: 40). Kontrasepsi merupakan

bagian dari pelayanan Kesehatan reproduksi untuk pengaturan

kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahluk seksual

(Biran Affandi, 2013: U-46). Sedangkan menurut Abu bakar

Pengaturan Kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami

istri (pasutri) untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah

anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan

menggunakan cara ,alat dan obat kontrasepsi (Bakar, 2014: 35).

2.1.3 Tujuan Kontrasepsi

a. Tujuan umum

Memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB

yaitu dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKBS) (Firdayanti, 2012:41).

b. Tujuan khusus

Penurunan angka kelahiran guna mencapai tujuan. Dikategorikan

dalam 3 fase untuk mencapai pelayanan tersebut yaitu:

1) Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana pada fase menunda

ini ditujukan pada pasangan usia subur dengan istri kurang dari 20

tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya


7

2) Fase menjarangkan kehamilan, dimana pada periode usia istri

antara 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk

melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara

kehamilan 2-4 tahun, ini dikenal dengan catur warga.

3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan, dimana

periode ini umur istri diatas 30 tahun terutama 35 tahun sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak

(Firdayanti, 2012:41-42).

2.1.4 Jenis-Jenis Kontrasepsi

a. Metode Sederhana

1) Metode pantang berkala

Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan

pada masa subur istri, untuk menentukan masa subur istri dipakai

3 patokan yaitu:

a) Ovulasi terjadi 14 kurang 2 hari sebelum haid yang akan

datang.

b) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah

ejakulasi.

c) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.

Jadi jika kontrasepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari

sekurang- kurangnya selama 3 hari (72 jam) yaitu 48 jam sebelum

ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi terjadi (Sulistyawati, 2012:

50).

2) Metode suhu basal


8

Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih

24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih

tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Suhu basal dapat

meningkat sebesar 0,2-0,5˚C ketika ovulasi (Taufika, 2014: 51).

3) Metode lendir serviks

Metode lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati lendir

serviksnya setiap hari. Lendir serviks terlihat lengket dan jika

direntangkan di antara kedua jari akan putus menandakan lendir

tidak subur, saat lendir serviks meningkat menjadi jernih dan

melar, apabila dipegang di antara dua jari, lendir dapat

diregangkan dengan mudah tanpa terputus, lendir ini digambarkan

terlihat seperti putih telur mentah disebut lendir subur (Everett,

2012: 43).

4) Metode coitus interuptus

Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga

sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat

dicegah (Sulistiawati, 2012:56)

5) Metode Amenorhea laktasi (MAL)

Metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja

tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya (Endang, 2015:

203).

6) Kondom

Jenis kontrasepsi menggunakan alat untuk mencegah kehamilan


9

dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma

untuk masuk kedalam vagina (Purwoastuti, 2015: 205).

b. Metode modern

a) Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi

yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dimana bahan

bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron.

Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal 3 macam

kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi Oral (Pil), suntikan, dan

kontrasepsi implant (Affandi, 2013:MK-28)

b) Pil KB

Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon

estrogen dan progesteron) ataupu juga hanya berisi progesteron

saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya

ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim.

(1)Pil kombinasi

Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks

mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba

terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan

terganggu pula. Jenis-jenis pil kombinasi antara lain;

monofasik, bifasik, trifasik (Affandi, 2013: MK-31).

(2)Pil progestin

Adalah pil yang mengandung progesteron dan disiapkan

untuk ibu yang menyusui (Affandi, 2013: MK-50).


10

c) Suntik

(1) Suntik kombinasi

Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi

progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan

injeksi I.M (intramuskular). sebulan sekali, dan 50 mg

noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol valerat yang diberikan

injeksi I.M.(intramuskular) sebulan sekali

(2)Suntik progestin

Tersedia 2 jenis kontrasepsi yang mengandung progestin

yaitu Depo Medroksi progesteron Asetat (DMPA),

mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik I.M dan Depo noretisteron Enanta

(/Depo noristeran), yang mengandung 200 mg noretindron

Enantan, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik I.M

(Affandi, 2013: MK-43).

d) Implant/susuk

(1) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga

dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg

levonogo dengan lama kerja tig tahun.

Jadena dan indoplant, terdiri dari dua batang silastik lembut

berongga dengan panjang 4,3 cm ber diameter 2,5 mm, berisi

75 mg levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.

(2) Implano, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan

berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm diameter 2 mm,


11

berisi 68 mg ketodesogestrel dengan lama kerja 3 tahun

(Sulistyawati, 2012: 81).

(3) Mekanis

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat

kontrasepsi yang dimasukkan didalam rahim untuk

menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

(Affandi, 2013: MK-80).

c. Metode mantap

1) Tubektomi

Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas

(kesuburan) seorang perempuan secara permanen dengan

mengoklusi tuba fallopi mengikat dan memotong atau memasang

cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

2) Vasektomi

Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi

pria dengan jalan melakukan okulasi vans deference sehingga alat

transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan

dengan ovum) tidak terjadi (Firdayanti, 2012: 100).

2.2 Tinjauan tentang kontrasepsi suntikan Depo Progestin

2.2.1 Pengertian kontrasepsi suntikan Depo Progestin

KB suntik 3 bulan yaitu salah satu jenis kontrasepsi suntik yang

hanya mengandung hormon progesterone / progestin yang di suntkkan

setiap 3 bulan sekali. Mengandung 150 mg Depo Medroksiprogesteron

Asetat (DMPA) yang diberikan dengan cara disuntik intramuskular (di


12

daerah bokong) (Sulistyawati, 2012: 75), sedangkan Menurut BKKBN, 2002

kontrasepsi suntik adalah metode kontrasepsi yang diberikan secara

intramuscular setiap tiga bulan yaitu metode yang dalam penggunaannya

mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakai relatif lebih tinggi

serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat

kontrasepsi sederhana (Siti dan Mega, 2013: 93)

2.2.2 Macam-macam kontrasepsi suntikan

KB suntik depo progestin terdiri atas dua jenis yaitu Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA,

yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik Intra Muskuler (di

daerah bokong), dan Depo Noretisteron Enontat (Depo Noristerat),

yang mengandung 200 mg Noretindron Erontat, diberi setiap 2 bulan

dengan cara disuntik Intra muskuler (Affandi, 2013: MK-43).

2.2.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan Depo Progestin

Menekan ovulasi, kadar progestin di dalam sirkulasi cukup tinggi

sehingga kadar FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH

(Luteinizing Hormone) menurun dan tidak terjadi lonjakan LH. Pada

keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus

sehingga menyebabkan pelepasan ovum dari folikel. Sedangkan dengan

kadar LH yang menurun maka tidak akan terjadi lonjakan folikel dan

produksi sel telur akan berkurang sehingga menyebabkan tidak

terjadinya pelepasan ovum dari folikel dan menyebabkan tidak terjadi

ovulasi. Perubahan pada endometrium (atrofi) dan selaput rahim tipis,

hormon progesteron mengganggu perubahan fisiologis endometrium

yaitu mengganggu kadar puncak FSH dan LH sehingga meskipun


13

terjadi produksi progesteron yang berasal dari korpus luteum

menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat dan atrofi

sehingga menyebabkan penghambatan dari implantasi.

Lendir serviks yang kental, Kontrasepsi suntik depo progestin

bekerja menghambat terjadinya pembuahan dengan cara menghalangi

naiknya sperma ke dalam kavum uteri dengan membuat lender serviks

menjadi kental sehingga sperma tidak mampu untuk menembus serviks

dan pembuahan tidak akan terjadi. Menghambat transportasi

gamet/ovum oleh tuba, kontrasepsi kontrasepsi suntik progestin

menyebabkan perubahan peristaltic tuba fallopi sehingga pergerakan

gamet dihambat dan konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma)

akan dihambat maka kemungkinan terjadinya perubahan kecil.

Luteulisis Pemberian jangka panjang progesterone dapat menyebabkan

fungsi luteum yang tidak adekuat pada siklus haid yang mempunyai

ovulasi (Firdayanti, 2012: 102-103).

2.2.4 Kontra Indikasi Suntikan

Kontra indikasi dari suntikan depo progestin diantaranya yaitu

hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran), perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,

tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea,

menderita penyakit kanker payudara atau riwayat kanker payudara,

diabetes melitus disertai komplikasi (Affandi, 2013: MK-52).

2.2.5 Keuntungan dan kerugian

Keuntungan suntikan Depo Progestin yaitu sangat efektif,


14

pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak terpengaruh pada

hubungan suami istri, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit

efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat

digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai

perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik, mencegah beberapa penyebab penyakit radang

panggul, menurunkan krisis anemia bulan sabit. sedangkan

kerugian/keterbatasan suntik depo progestin yaitu gangguan siklus haid,

haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,

spotting atau tidak haid sama sekali, tidak dapat diberhentikan sewaktu-

waktu, permasalahan berat badan efek yang paling sering, terlambatnya

kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, terjadi perubahan

pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan

jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas),

pada penggunaan jangka pangjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas,

dan jerawat (Rahma, 2012: 182).

2.2.6 Cara penggunaan

Penggunaan suntik depo progestin yaitu kontrasepsi suntikan

DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular di

daerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan

kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.

Suntikan diberikan setiap 90 hari atau injeksi diberikan setiap 12

minggu. selanjutnya bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas


15

alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropyl alkohol 60-90%, biarkan kulit

kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik, kocok

dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.

Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih

pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan

menghangatkanya (Affandi, 2013: MK-47).

2.2.7 Waktu Pemberian Suntikan DMPA

Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil, Mulai

hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid, ibu yang tidak haid,

injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut

tidak hamil, selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual. ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal

(pil) dapat diberikan selama ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama

dapat diberikan tanpa menunggu haid yang akan datang.

Ibu menggunakan kontrasepsi jenis lain, jenis suntikan dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasespi suntikan 3 bulan, kontrasepsi

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasespsi

suntikan yang sebelumnya, ibu yang menggunakan kontrasepsi non

hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal,

suntikan pertama kontrasepsi hormonal dapat segera diberikan asal

tidak hamil, bila ibu disuntik setelah hari ke tujuh haid, ibu tersebut

selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual, ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal,

suntikan pertama diberikan pada hari pertama sampai hari ke tujuh


16

siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke tujuh siklus

haid, asal saja ibu yakin ibu tidak dalam kondisi hamil, ibu tidak hamil

atau ibu dengan pendarahan tidak teratur, suntikan pertama dapat

diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama

tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual

(Affandi, 2013: MK-45).

2.2.8 Efek Samping

Efek samping dari suntikan depo progestin yaitu gangguan haid

seperti amenorhea yaitu tidak datang minimal 3 bulan berturut-turut

yang dipengaruhi kandungan hormon progesteron dalam suntikan, yang

menghambat terjadinya ovulasi, selanjutnya spotting yaitu bercak-

bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan

kontrasepsi suntikan kemudian metrorhagia yaitu perdarahan yang

berlebihan jumlahnya (Affandi, 2013: MK-48), perubahan berat badan,

biasanya berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram dalam

beberapa bulan setelah pemakaian suntik KB, sakit kepala rasa berputar

atau sakit kepala yang terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan

dari bagian kepala.

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN

dan terjadi pada kurang dari 1-17% akseptor disebabkan peningkatan

hormon progesteron yang mempengaruhi peredaran darah (plasma)

termasuk pembuluh darah yang menuju ke kepala (saraf) sehingga

menyebabkan gangguan sakit kepala (Ayu, dkk, 2012: 171). Hematoma

bengkak pada daerah suntikan dan berwarna kebiruan disertai rasa nyeri
17

pada daerah suntikan akibat perdarahan dibawah kulit dan bisa juga

akibat pemakaian spoit yang berulang atau kesalahan tehnik

penyuntikan (Marfuah, 2012).

2.2.9 Penanganan Komplikasi

a. Gangguan haid

1) Amenorhea

a) Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

(1) Jelaskan sebab terjadinya

(2) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka

penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu

(3) Menganjurkan ibu agar tetap memakai suntikan

(Firdayanti, 2012:107).

b) Tindakan medis

(1) Tindakan dilakukan yaitu dengan memberikan konseling

pada akseptor depo provera/depo progestin.

(2) Bila klien tidak dapat menerima kelainan tersebut,

suntikan jangan dilanjutkan. anjurkan pemakaian jenis

kontrasepsi lain.

(3) Diberikan pil KB 3x1 tablet dari hari III, 1x1 tablet mulai

dari hari IV selama 4-5 hari (Firdayanti, 2012:107).

2) Spotting

a) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi

hal ini bukanlah masalah serius, dan biaanya tidak

memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima


18

perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka

dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.

b) 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol),

ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat

jenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi

kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan

banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan

pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari 3-7 hari

dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal atau

diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin

konjugasi untuk 14-21 hari (Affandi, 2013: MK-48).

b. Meningkatnya/menurunnya Berat Badan

Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2

kg dapat saja terjadi.Perhatiakn diet klien bila perubahan berat badan

terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan

anjurkan metode kontrasepsi lain (Affandi, 2013: MK-48).

c. Sakit kepala

1) Konseling

Menjelaskan pada akseptor bahwa efek samping tersebut

mungkin ada tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.

Rasa berputar atau sakit kepala yang terjadi pada satu sisi, kedua

sisi atau 4 keseluruhan dari bagian kepala disebabkan peningkatan

hormon progesteron yang mempengaruhi peredaran darah

(plasma) termasuk pembuluh darah yang menuju ke kepala (saraf)


19

sehingga menyebabkan gangguan sakit kepala.

2) Pengobatan

Pemberian asam mefenamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi

keluhan (Qadariyah 2012: 23).

d. Hematoma

1) Konseling

Menjelaskan kepada calon akseptor bahwa pada daerah

suntikan dapat terjadi bengkak dan berwarna kebiruan disertai

rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan dibawah kulit

dan bisa juga akibat pemakaian spoit yang berulang atau

kesalahan tehnik penyuntikan (Marfuah, 2012).

2) Pengobatan

Kompres dingin di daerah yang membiru selama 2 hari

setelah itu diubah menjadi kompres hangat hingga warna

biru/kuning menjadi hilang (Marfuah, 2012).

2.3 Tinjauan Khusus tentang Spotting Akibat Efek Samping Kontrasepsi

Suntikan Depo Progestin.

2.3.1 Hubungan Depo Progestin Dengan Spotting

Penyebab terjadinya perdarahan bercak (spotting) dimulai dari

disuntikanya kontrasepsi suntik 3 bulan secara intramuscular di daerah

bokong. Kemudian terjadi ketidakseimbangan hormon-hormon di

dalam tubuh yaitu hormon esterogen dan progesteron. Akibat dari

ketidakseimbangan hormon-hormon didalam tubuh terjadilah pelebaran

pembuluh vena kecil di endometrium. Pelebaran pembuluh vena kecil


20

di endometrium menyebabkan pembuluh vena menjadi rapuh sehingga

terjadi perdarahan lokal yang terjadi di endometrium menyebabkan

keluarnya bercak-bercak darah. Apabila gestagen kurang, stabilitas

stroma berkurang, yang pada akhirnya terjadi perdarahan. (Baziad,

2010)

2.3.2 Penanganan

Menurut Affandi dkk (2012), penanganannya yaitu :

1. Konseling.

2. Pemeriksaan fisik, ginekologik, dan laboratorium.

3. Pemberian progestin.

4. Pemberian esterogen.

5. Pemberian vitamin, ferrum, placebo, dan

6. Kuretase.

2.3.3 Prognosis

Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak

berbahaya. Apabila perdarahan terus berlanjut atau setelah tidak haid

namun terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan

tersebut, memberi penatalaksanaan terhadap penyebab perdarahan

dengan cara yang sesuai, bila tidak ditemukan penyebab terjadinya

perdarahan, menanyakan kepada klien tetap melanjutkan kontrasepsi

suntik 3 bulan atau beralih kontrasepsi lain. (Sulistyawati, 2011).

2.3.4 Penatalaksanaan khusus spotting

Penatalaksanaan spotting karena kontrasepsi suntik 3 bulan

yaitu mengonfirmasikan kepada akseptor bahwa perdarahan ringan


21

sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, biasanya tidak

memerlukan pengobatan. Namun jika spotting dibiarkan bisa

menyebabkan terjadinya anemia, maka perlu dilakukan pengecekan Hb

terlebih dulu. Dan apabila akseptor tidak dapat menerima perdarahan

tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka disarankan pengobatan,

yaitu : 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol),

ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari) atau obat sejenis lain

untuk mencegah inflamasi. Jelaskan bahwa setelah pemberian pil

kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Dan dapat diberikan 2

tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan

1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µgetinilesstradiol atau

1,25 mg esterogen equin konjugasi untuk 14-21 hari. Selain pengobatan

berikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dengan membersihkan

vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih dan menghindari

agar tidak lembab. (Affandi dkk, 2012).

2.4 Kajian dari jurnal penelitian

Menurut jurnal “ Efek Samping KB Suntik Kombinasi (Spotting)

Dengan Kelangsungan Akseptor KB Suntik Kombinasi”(Paramitha

Amelia Kusumawardani dan Hanik Machfudloh, 2021)

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa Setelah akseptor menerima suntikan

makan hormon progestin yang dikandung alat kontrasepsi mempunyai efek

samping mengentalkan serviks sehingga sel sperma menjadi susah aktif

kearah rahim. Selain itu, progestin ini juga menghalangi ovulasi dan dinding
22

rahim menjadi tidak kondusif lagi bagi sel telur yang telah dibuahi. Kinerja

pada hormon dapat memberikan efek samping pada tubuh akseptor KB. Efek

samping yang mungkin timbul pada akseptor KB suntik 3 bulan yaitu adanya

perubahan siklus menstruasi (menstruasi dapat menjadi lebih pendek, lebih

panjang, flek/spotting, lalu menstruasi akan menjadi jarang atau berhenti

sama sekali), berat badan menjadi naik, tidak bisa seketika menjadi subur,

gairah seks berkurang, sakit kepala, nyeri payudara, perubahan mood dan

jerawat.

2.5 Teori Managemen Kebidanan

2.5.1 Pengertian Managemen Kebidanan

Managemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien. (Varney dkk, 2007).

2.5.2 Proses Managemen Kebidanan 7 langkah varney sesuai teori

Proses managemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan

dimana setiap langkah di sempurnakan secara periodik. Proses dimulai

dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh

langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang

diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat

diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah

sesuai dengan kebutuhan pasien. Ketujuh langkah tersebut adalah

sebagai berikut :
23

1. Langkah pertama : pengkajian data

a. Pengkajian

Pengkajian adalah sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien. (Varney dkk, 2007).

b. Data subyektif

Data subyektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,

keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada

pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan. (Hidayat, 2013).

1) Identitas pasien

a) Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar nama

sesuai dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi

lebih akrab antara bidan dan klien.

b) Umur : Untuk mengetahui umur pasien.

c) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut pasien.

Juga membantu kita dalam memberikan asuhan.

d) Suku bangsa : Untuk mengetahui suku bangsa yang

dianut oleh pasien

e) Pendidikan terakhir : Untuk mengetahui tingkat

intelektual yang mempengaruhi perilaku seseorang dan

mempermudah kita dalam memberikan informasi.

f) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi

keluarga dan penghasilan.

g) Alamat : Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien

dengan nama yang sama untuk keperluan kunjungan rumah.


24

2) Keluhan utama

Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan saat pemeriksaan.

(Varney dkk, 2007)

3) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan klien, usia nikah pertama

kali, dan lamanya perkawinan.

4) Riwayat mentruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus, lama mentruasi,

banyaknya ganti pembalut dalam sehari, teratur atau tidak sifat

darah dan keluhan-keluhan yang dirasakan pada waktu

mentruasi. (Sulistyawati, 2014)

5) Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil

konsepsi terakhir (abortus, lahir hidup, penolong persalinan,

apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan

yang baik), apakah ada komplikasi intervensi pada kehamilan,

persalinan, ataupun nifas sebelumnya. (Hidayat, 2013).

6) Riwayat keluarga berencana

Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor

KB. Jika pernah kontrasepsi apakah yang pernah digunakan,

berapa lama, mulai menggunakan, kapan berhenti, keluhan

pada saat ikut KB, alasan berhenti KB. (Hidayat, 2013).

7) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui penyakit apa yang sedang pasien derita


25

sekarang. (Astuti, 2012), menanyakan pada ibu apa saja

keluhan utama yang dirasakan ibu saat ini dan kapan

keluhan itu berawal. (Varney dkk, 2007)

b) Riwayat penyakit sistemik

Riwayat kesehatan yang lalu ditanyakan untuk

mengidentifikasi kondisi kesehatan dan untuk mengetahui

penyakit yang diderita dahulu seperti jantung, asma, TBC,

hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS. (Sulistyawati, 2014).

c) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji dengan penyakit yang menurun atau menular yang

dapat mempengaruhi kesehatan akseptor KB. Sehingga

dapat diketahui penyakit keturunan misalnya hipertensi,

jantung, asma, DM, dan penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, ,malaria, dan HIV/AIDS. (Sulistyawati, 2012).

8) Pola kebiasaan sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Mengetahui seberapa banyak pola nutrisi pada pasien

dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau

tidak ada pada pasien. (Sulistyawati, 2014).

b) Pola eliminasi

Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali sehari warna

dan konsistensi. (Saifuddin, 2010).

c) Pola istirahat

Untuk mengetahui berapa lama pasien tidur siang dan


26

berapa lama pasien tidur malam, dan apakah ada gangguan.

(Astuti, 2012).

d) Pola seksual

Untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan pasien

dalam hubungan seksual dan adakah keluhan selama

hubungan seksual. (Irianto, 2014).

e) Personal hygiene

Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kramas, serta ganti

baju, setidaknya 2 kali sehari. (Sulistyawati, 2014).

f) Aktivitas

Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan pasien sehari-

hari. Hal ini dikaji untuk mengetahui aktivitas sehari-hari

bagaimana dan ada gangguan atau tidak.

9) Data psikologis

Data psikologis ini untuk mengetahui keadaan psikologis

pasien. (Sulistyawati, 2014)

c. Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang dikumpulkan untuk menegakan

diagnose melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi, dan pemeriksaan penunjang. (Sulistyawati, 2014).

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum : mengetahui keadaan pasien baik atau

tidak.

b) Kesadaran : menilai status kesadaran pasien.


27

c) Pemeriksaan tanda vital

(1) Tekanan darah

Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi

dengan nilai satuanya mmhg. (Sulistyawati, 2014).

(2) Pengukuran suhu

Mengetahui suhu badan pasien suhu badan normal

36°C-37,5°C. (Sulistyawati, 2014).

(3) Nadi

Memberi gambaran kardiovaskuler, denyut nadi normal

70x/ menit sampai 80x/ menit. (Saifuddin, 2010)

(4) Pernafasan

Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi pernafasan

dalam satu menit. Pernafasan normal 16-24 x/ menit.

(Saifuddin, 2010).

(5) Berat badan

Mengetahui berat badan pasien. (Saifuddin, 2010)

(6) Tinggi badan

Mengetahui tinggi badan pasien.

2) Pemeriksaan sistematis

a. Kepala

(1) Rambut : untuk menilai warna, kelebatan, dan

karakteristik seperti ikal, lurus, keriting.

(2) Muka : keadaan muka pucat atau tidak adakah

kelainan, oedema.
28

(3) Mata : konjungtiva merah muda atau pucat

putih, sklera putih, ada atau tidak ada gangguan

penglihatan, secret/kotoran.

(4) Hidung : bersih, adakah pernafasan cuping hidung, dan

polip.

(5) Telinga : adakah kotoran, ada atau tidak ada gangguan

pendengaran, penumpukan serumen

(6) Mulut : untuk mengetahui mulut bersih atau tidak ada

caries atau tidak dan ada karang gigi atau tidak.

(Sulistyawati, 2014).

b. Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau

tyroid, tumor dan pembesaran getah bening.

c. Dada dan Axila: apakah ada benjolan pada payudara atau

tidak dan apakah simetris kanan dan kiri dan

pada axila adakah pembesaran getah bening.

(Sulistyawati, 2014)

d. Abdomen : apakah ada jaringan perut atau bekas operasi

adakah nyeri tekan serta adanya massa dengan

palpasi. (Sulistyawati, 2014)

e. Ganetalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-

tanda infeksi, varices, pembesaran, kelenjar

bartholini, dan perdarahan.

f. Ekstermitas: apakah terdapat varises, odema atau tidak,

betis merah atau lembek atau keras. (Sulistyawati,

2014)

3) Pemeriksaan inspekulo
29

Pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk mengetahui

atau mencari sumber perdarahan, apakah terdapat lesi pada

portio atau servik. (Depkes RI, 2016).

4) Pemeriksaan laboratorium

Digunakan data untuk mengetahui kondisi pasien

sebagai data penunjang. Dengan dilakukan pemeriksaan Hb

(Sulistyawati, 2014)

2. Langkah kedua : interpretasi data

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi satu

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi menjadi diagnosa.

a. Diagnosa kebidanan

Diagnose kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standart tata nama dan

diasnostic kebidanan. (Varney dkk, 2007)

Ny…P…A… umur tahun akseptor KB … dengan… Data Dasar

Data Subyektif :

1) pasien mengatakan bernama Ny… umur…

2) pasien mengatakan pernah melahirkan…kali dan pernah atau

tidak pernah abortus

3) pasien mengatakan keluhanya (Saifuddin, 2010).

Data Obyektif :

1) Keadaan ibu : baik

2) Kesadaran : composmentis
30

3) Vital sign :

(1)Tekanan darah : <180/110 mmhg

(2)Respirasi : 16-24x/ menit

(3)(3) Suhu : 36,5-37,5°C

(4)Nadi : 60-100/ menit

(5)BB sebelum :…

(6)BB sesudah :…

b. Masalah

Masalah adalah yang berkaitan dengan keadaan dari hasil

pengkajian atau yang menyertai diagnosa yang sesuai dengan

keadaan pasien. (Hidayat dan Wildan, 2013).

c. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan yang

belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan

dengan melakukan analisa. (Irianto, 2014).

3. Langkah ketiga : diagnose potensial

Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul

berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dari diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila diagnosa

atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2010)

4. Langkah keempat : antisipasi


31

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan. Dalam

rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara

mandiri, segera kolaborasi atau bersifat rujukan. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2010).

5. Langkah kelima : perencanaan

Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan

kebidanan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan

keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. (Saifuddin, 2010).

6. Langkah keenam : implementasi

Implemenstasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang

telah direncanakan secara efesien dan aman. Pada kasus dimana

bidan harus kolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan

dalam managemen asuhan pasien adalah tetap bertanggungjawab

terhadap pelaksana asuhan bersama yang menyeluruh. (Sulistyawati

dan Nugraheny, 2010).

7. Langkah ketujuh : evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang

kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa

pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan

untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2010).

2.5.3 Pendokumentasian Hasil Asuhan

Metode empat pendokumentasian yang disebut SOAP ini

dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Digunakan


32

untuk mendokumentasikan hasil klien dalam rekaman medis klien

sebagai catatan perkembangan kemajuan yaitu :

1. Subjektif (S)

Data atau fakta yang merupakan informasi yang termasuk

biodata, mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status

perjkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan, diperoleh dari hasil

wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga kesehatan

lainya. Keluhan yang dirasakan klien, riwayat keluhan, sifat keluhan,

riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

yang lalu, riwayat ginekologi, dan riwayat KB.

2. Objektif (O)

Dapat dilihat pada kartu akseptor dimana tercantum bahwa

klien memakai suntikan Depo Progestin.

a) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, dan

BB).Tekanan darah, kelebihan dan kekurangan berat badan dapat

mengganggu fungsi hormonal tubuh sehingga sering kali

mengalami amenorhea.

b) Pemeriksaan fisik secara sistematis

Inspeksi daerah wajah perhatikan ekspresi wajah ibu,

palpasi pada daerah leher untuk memastikan tidak adanya

pembesaran kelenjar tiroid, yang dapat menyebabkan produksi

prolaktin sehingga hormone yang bertanggung jawab pada

kesuburan wanita menjadi terganggu, akibatnya siklus menstruasi


33

menjadi terganggu.

c) Pemeriksaan Penunjang : tes kehamilan untuk memastikan tidak

terjadi kehamilan.

3. Assesment (A)

Merupakan keputusan yang ditegakan dari hasil perumusan

masalah yang mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap

kondisi tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai

dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

pasien/klien.

4. Planning (P)

Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin

rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh

bidan ataupun bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus

melakukan implementasi yang efisien dengan melaksanakan yang

telah direncanakan, yaitu menjelaskan tentang keuntungan,

keterbatasan, dan efek samping dari suntik depo progestin.

Pemantauan pada akseptor KB depo progestin dilakukan setiap

bulan selama 2 kali, pemeriksaan dilakukan mencakup penimbangan

BB, TTV, serta keluhan yang lain.


34
BAB III

STUDI KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KELUARGA
BERENCANA PADA NY “M” AKSEPTOR LAMA DEPO PROGESTIN
DENGAN SPOTTING DI UPTD PUSKESMAS KETAPANG 2

No Register :

Tanggal Kunjungan : 7 mei 2023 Jam : 09.10 WIB

Tanggal Pengkajian : 7 mei 2023 Jam : 09.15 WIB

Nama Pengkaji : uswatun khasana

3.1 LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

3.1.1 Identitas Istri / Suami

Nama : Ny “M” Nama : Tn “T”

Umur : 26 tahun Umur : 39 tahun

Nikah/lamanya : 1x/ 8 tahun Nikah/lamanya: 1x/ 8 tahun

Suku : Buton Suku : Buton

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Buruh

Alamat : Desa Ketapang Alamat : Ketapang

3.1.2 Data Biologis / Fisiologis

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan mengeluarkan bercak darah dari alat

kelaminya sejak tanggal 21 April 2023

2. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

49
50

Ibu mengatakan saat ini tidak mempunyai penyakit seperti

Hipertensi, Asma, HIV/AIDS, TBC, DM.

b. Riwayat penyakit dahulu

Ibu mengatakan dahulu tidak pernah menderita penyakit menurun

seperti hipertensi, DM dan riwayat penyakit menular seperti

hepatitis, TBC dan HIV/AIDS, dan tidak ada riwayat penyakit

degeneratif seperti tumor, cancer pada organ reproduksi.

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan baik dari pihak istri maupun suami tidak ada riwayat

penyakit menurun seperti hipertensi, DM dan riwayat penyakit

menular seperti hepatitis, TBC dan HIV/AIDS.

3. Riwayat perkawinan

Status perkawinan syah, kawin satu kali umur 18 tahun dengan suami

umur 31 tahun lamanya 8 tahun dengan anak 2 orang.

4. Riwayat Menstruasi

a. Sebelum menggunakan kontrasepsi

1) Menarche : Ibu mengatakan umur 15 tahun.

2) Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 28 hari.

3) Lama : Ibu mengatakan lamanya 5 hari.

4) Banyaknya : Ibu mengatakan 3 x ganti pembalut per hari.

5) Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur.

6) Sifat darah : Ibu mengatakan darahnya encer, warnanya merah

segar.

7) Disminorhoe : Ibu mengatakan nyeri haid pada hari pertama

menstruasi.
51

8) Flour Albus : Ibu mengatakan mengalami keputihan jika

mendekati menstruasi

b. Sesudah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

1) Siklus : Ibu mengatakan suklus 28 hari.

2) Lama : Ibu mengatakan lama mentruasi 4-5 hari.

3) Banyaknya : Ibu mengatakan 3x ganti pembalut per hari.

4) Teratur/ tidak : Ibu mengatakan menstriuasinya teratur.

5) Konsistensi : Ibu mengatakan darahnya encer warna merah

segar.

6) Desminorhoe : Ibu mengatakan nyeri perut saat menstruasi.

7) Flour albus : Ibu mengatakan mengalami keputihan jika

mendekati menstruasi.

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan nifas yang lalu

Anak Thn Kehamilan Tempat Jenis JK Nifas

1 2015 Aterm Puskesmas Spontan Lk Tdk ada

penyulit

2 2019 Aterm Puskesmas Spontan Pr Tdk ada

penyulit

6. Riwayat Ginekologi

Ibu tidak pernah mengalami Penyakit Menular Seksual (PMS)

7. Riwayat KB

Ibu jadi akseptor KB sejak tahun 2020, pada kartu akseptor

ibu, tercantum bahwa ibu memakai suntik Depo Progestin, ibu tidak
52

pernah meggunakan alat kontrasepsi lain selain KB suntik 1 bulan

dan 3 bulan .

8. Riwayat KB

Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan kontrasepsi suntik

1 bulan lama pemakaian ±2 tahun dengan keluhan menstruasi tidak

teratur, kemudian ibu pindah alat kontrasepsi suntik 3 bulan, lama

pemakaian ± 13 bulan, keluhan yang dialami ibu mengatakan

mengeluarkan bercak darah ± 2 minggu sejak tanggal 21 April

sampai dengan sekarang.

9. Riwayat pola kebutuhan sehari-hari

a. Pola Nutrisi: Ibu mengatakan makan sehari 3 kali, porsi sedang

(nasi, lauk yang kering – kering) dan minum ± 6 gelas

air putih.

b. Pola Aktifitas: Ibu mengatakan bekerja sebagai karyawan di salah

satu pabrik swasta dari pukul 07:00 sampai 19:30.

c. Pola Istirahat: Ibu mengatakan tidak tidur siang, tidur malam ± 7

jam.

d. Pola Eliminasi: Ibu mengatakan BAK ± 4-5 kali sehari warna putih

kekuningan, bau khas urine, BAB 1 kali sehari

padat.
53

e. Pola personal hygiene: Ibu mengatakan mandi satu kali sehari,

keramas 3x/ mgg, sikat gigi 2x/ hr, ganti pakaian 2x /hr

dan mengganti pentylener 2-3 x/ hr.

f. Pola Seksual: Ibu mengatakan saat ini belum melakukan hubungan

seksual.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum ibu baik.

b. Kesadaran composmentis.

c. Tanda-tanda vital.

TD : 120/90 mmHg

N : 80 x/menit (beraturan)

P : 22 x/menit (beraturan)

S : 36,6 oC

d. BB : 65 kg

e. Wajah

Inspeksi : Tidak pucat, tidak ada cloasma.

Palpasi : Tidak ada edema.

f. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda,

sclera putih.

g. mulut

Inspeksi : Bibir lembab, tidak pucat, gigi tampak bersih,

tidak ada caries.

h. Leher
54

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan

vena jugularis.

i. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, putting susu terbentuk.

Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.

j. Abdomen

Inspeksi : Tidak terdapat luka bekas operasi, tampak linea

nigra dan striae alba.

Palpasi : Tidak ada pembesaran uterus, tidak ada nyeri

tekan.

k. Vulva vagina : Tidak ada varises, keluar bercak darah merah

kecoklatan, banyak bercak darah ± 2-3 kali ganti

pantylener per hari, tidak ada tanda iritasi dan

infeksi.

l. Anus : Tidak ada hemoroid

m. Ektremitas : Simetris, gerak aktif

n. Ekstremitas

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices.

Palpasi : Tidak ada edema.

3.1.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang Hb 12,3 gr/dl


55

3.2 Langkah II Intrepretasi data

Tanggal : 7 mei 2023 pukul : 08.30 WIB

Diagnosa kebidanan

Ny.M P2 A0 umur 26 tahun akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

spotting.

Data dasar

Data subyektif :

1. Ibu mengatakan berumur 26 tahun.

2. Ibu mengatakan pernah melahirkan 2 kali dan tidak pernah keguguran.

3. Ibu mengatakan mengeluarkan bercak darah lebih dari dua minggu sejak

21 April 2023 di luar siklus mentruasi.

4. Ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang dialaminya sekarang.

5. Ibu mengatakan tidak nyaman dengan pengeluaran bercak darah pada

genitalianya.

Data Obyektif

Permeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Baik.

2. Kesadaran : Composmentis.

3. Vital sign :

TD : 110/70 mmHg R : 21x/menit N : 80x/menit S : 36,5 ˚C

4. Pemeriksaan genitalia terdapat bercak darah berwarna merah kecoklatan,

tidak ada tanda iritasi dan infeksi.

5. Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Hb dengan hasil 12, 3 gr/dl

Masalah
56

1. Rasa cemas ibu belum mengetahui tentang spotting

2. Ketidaknyamanan pada genitalia karena pengeluaran bercak darah

Kebutuhan

1. Memberikan informasi tentang bercak darah (spotting) dan memberikan

dukungan moril pada ibu

2. Memberikan konseling tentang vulva hygiene.

3.3 Langkah III Diagnosa Potensial


-
3.4 Langkah IV Antisipasi Penanganan Segera

Tidak dilakukan

3.5 Langkah V Perencanaan

Tanggal : 7 mei 2023 pukul : 08:40 WIB

1. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

2. Berikan informasi pada ibu tentang spotting dan berikan dukungan moril

3. Berikan terapi pil kontrasepsi kombinasi 2x1 (30-35 µg etinilestradiol

selama 7 hari), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari) dan

anjurkan ibu untuk minum secara teratur.

4. Berikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi pada ganetalia.

5. Beritahu ibu akan ada kunjungan rumah

3.6 Langkah VI Pelaksanaan

Tanggal 7 mei 2023 Pukul 08:50 WIB

1. Telah dilakukan pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan,

Vital sign : TD : 110/70 mmHg R : 21x/menit N : 80x/menit S : 36,5 ˚C

2. Memberikan informasi pada ibu bahwa bercak darah spotting merupakan


57

perdarahan yang ringan karena merupakan efek samping dari pemakaian

kontrasepsi suntik 3 bulan, dan memberikan dukungan moril pada ibu agar

tidak cemas karena spotting tersebut dapat diatasi.

3. Memberikan terapi pil kontrasepsi kombinasi 2x1 (30-35 µg etinilestradiol

selama 7 hari), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari) dan

menganjurkan ibu untuk minum secara teratur.

4. Berikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi pada vulva, yaitu membersihkan vulva dari

depan kebelakang menggunakan air bersih dan menghindari agar tidak

lembab, dengan mengeringkan selalu vulva setelah BAK maupun BAB.

Dan tetap menjaga pola penggunaan pantylener yaitu dengan mengganti

pantylener 3 sampai 4 kali/ hr agar terjaga kebersihanya dan terhindar dari

iritasi dan infeksi

5. Memberitahu ibu bahwa ada kunjungan rumah pada 13 Mei 2023, dan

apabila ada yang dikeluhkan.

3.7 Langkah VII Evaluasi

Tanggal : 9 mei 2022 Pukul : 09.00 WIB

1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

2. Ibu sudah mengerti dan memahami bahwa spotting yang dialaminya

adalah salah satu efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan

dan bersedia tetap memakai kontrasepsi suntik 3 bulan karena yakin

spotting dapat disembuhkan.

3. Ibu sudah diberikan terapy dan bersedia meminumnya secara teratur.

4. Ibu sudah diberikan konseling tentang perawatan vulva hygiene dan

bersedia menjaga pola penggunaan pantylener.


58

5. Ibu bersedia menerima kunjungan rumah pada 13 Mei 2023 dan apabila

ada keluhan.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


KELUARGA BERENCANA PADA NY “M” AKSEPTOR KB LAMA
SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN SPOTTING
KUNJUNGAN RUMAH DI DESA KETAPANG
TANGGAL 13 MEI 2022

No Register :

Tanggal Kunjungan :13 mei 2023 Jam : 08.20 WIB

Tanggal Pengkajian : 13 mei 2023 Jam : 08.25 WIB

Nama Pengkaji : USWATUN KHASANA

Identitas istri Identitas suami

Nama : Ny “M” Nama : Tn “T”

Umur : 26 tahun Umur : 39 tahun

Nikah/lamanya : 1x/ 8 tahun Nikah/lamanya: 1x/ 8 tahun

Suku : Buton Suku : Buton

Agama : Islam Agama :Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Buruh

Alamat : Desa Ketapang Alamat : Desa Ketapang

Subjektis (S)

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat ini.

2. Ibu mengatakan bercak darah yang keluar sudah mulai berkurang dan ibu masih
59

menggunakan pentylener 3 kali sehari

3. Ibu mengatakan masih meminum obatnya secara teratur.

4. Ibu mengatakan sampai sekarang masih takut melakukan hubungan seksual

karena masih keluar bercak darah dari alat kelaminya

Objektif (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 23 x/menit

Suhu : 36,2 °C

4. Pemeriksaan inspeksi

5. Mata

Conjungtiva : berwarna merah muda

Sklera : warna putih

6. Perdarahan pervagina: terdapat bercak darah berwarna kecoklatan, bau khas

darah.

Assesment (A)

Ny. M Umur 26 tahun P2A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

Planning (P)

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Ibu mengerti hasil pemeriksaan

2. Keadaan umum : Baik


60

3. Kesadaran : Composmentis TTV :

TD : 110/80 mmHg N : 80 x/menit

R : 23 x/menit

S : 36, 2°C

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

Ibu bersedia untuk istrahat cukup

5. Mengingatkan ibu tetap meminum terapi yang diberikan secara teratur.

Ibu bersedia untuk minum terapi yang sudah diberikan secara teratur.

6. Mengingatkan untuk menjaga kebersihan vulva hygiene agar tetap merasa

nyaman.

Ibu besedia untuk menjaga kebersihan vulva hygiene

7. Menyarankan kepada ibu sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual

terlebih dulu sampai bercak darah berhenti.

Ibu besedia tidak melakukan hubungan seksual sebelum bercak darah berhenti

8. Memberitahu ibu akan ada kunjungan rumah 17 mei 2023 atau jika ada

keluhan seperti bercak darah yang dialaminya semakin banyak atau sudah

berkurang.

Ibu bersedia ada kunjungan rumah pada 17 mei 2023


61

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


KELUARGA BERENCANA PADA NY “M” AKSEPTOR KB LAMA
SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN SPOTTING
KUNJUNGAN RUMAH II DI DESA KETAPANG
TANGGAL 17 MEI 2023

No Register :

Tanggal Kunjungan : 17 MEI 2022 Jam : 10.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 17 MEI 2022 Jam : 10.10 WIB

Nama Pengkaji : USWATUN KHASANA

Identitas istri/suami

Identitas istri Identitas suami

Nama : Ny “M” Nama : Tn “T”

Umur : 26 tahun Umur : 39 tahun

Nikah/lamanya : 1x/ 8 tahun Nikah/lamanya: 1x/ 8 tahun

Suku : Buton Suku :Buton

Agama : Islam Agama :Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan :Buruh

Alamat : Desa Ketapang Alamat : Desa Ketapang

Subjektis (S)

1. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan sejak kemarin sore 16 mei 2023

2. Ibu mengatakan senang dan merasa nyaman dengan keadaanya sekarang.

3. Ibu mengatakan masih minum terapi yang diberikan.

4. Ibu mengatakan akan tetap memakai kontrasepsi suntik 3 bulan


62

Objektif (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran:Composmentis

3. Vital Sign

Tekanan darah: 110/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Pernapasan : 24x/menit

Suhu : 36,1 °C

4. Pemeriksaan inspeksi

Mata

1) Conjungtiva : berwarna merah muda

2) Sklera : warna putih

5. Perdarahan pervaginam: tidak tampak adanya bercak darah

Assesment (A)

Ny. M Umur 26 tahun P2A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan.

Planning (P)

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan

ibu sudah semakin membaik

Ibu mengerti hasil pemeriksaan

2. Keadaan umum : Baik

3. Kesadaran: Composmentis

4. TTV :

TD : 110/80 mmHg

N : 82 x/menit
63

R : 24 x/menit

S : 36,1 °C

5. Menganjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan bila ada keluhan seperti

bercak darah yana pernah dialaminya

Ibu bersedia datang ketenaga kesehatan jika ada yang dikeluhkan.

6. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan vulva hygiene.

Ibu bersedia menjaga vulva hygiene.

7. Menganjurkan ibu untuk berhenti meminum terapi yang diberikan dikarenakan

sudah habis terapi yang diberikan

Ibu bersedia menghentikan terapi yang diberikan

8. Menganjurkan dan menguatkan ibu untuk tetap memakai kontrasepsi suntik 3

bulan.

Ibu bersedia tetap memakai.


64

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan manajemen kebidanan varney pada Ny. M

umur 26 tahun akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting maka penulis

akan menjelaskan kesenjangan yang terjadi dan menarik kesimpulan dengan

menggunakan 7 langkah varney sebagai berikut :

4.1. Langkah 1 Identifikasi Data Dasar

Pengkajian kasus ini pada Ny. M dilakukan tanggal 07 sampai 17 Mei

diperoleh data subyektif didapatkan yaitu ibu mengatakan mengeluarkan

bercak darah dari alat kelaminya selama 2 minggu, ibu mengatakan baru

memeriksakan keadaanya setelah 14 hari spotting dikarenakan ibu mengira

bahwa hal tersebut terjadi karena mentruasi, ibu mengatakan menggunakan

kontrasepsi suntik 3 bulan sejak 13 bulan yang lalu dan diperoleh data

subyektif riwayat penyakit sistemik tidak ditemukan atau ibu tidak pernah

mengalami sebelumnya sehingga diperkenankan menggunakan kontrasepsi

suntik 3 bulan, riwayat menstruasi sebelum menggunakan kontrasepsi ibu

mengatakan siklus mentruasi teratur yaitu setiap 28 hari, lamanya 5 hari, ibu

mengatakan ganti pembalut 3x/ hr dan ibu mengatakan mengalami nyeri haid

jika awal menstruasi. Sedangkan riwayat menstruasi setelah penggunaan

kontrasepsi suntik 3 bulan siklus menstruasinya teratur yaitu 28 hari, lamanya

4-5 hari, ibu mengatakan ganti pembalut 3x/ hr dan ibu mengatakan

mengalami nyeri haid jika awal mentruasi. Untuk riwayat kontrasepsi ibu

sebelumnya menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan lama pemakaian ±2

tahun dengan keluhan menstruasi tidak teratur, kemudian ibu pindah alat
65

kontrasepsi suntik 3 bulan lama pemakaian ±13 bulan keluhan yang dialami

ibu mengatakan mengeluarkan bercak darah sudah ±2 minggu sejak tanggal

21 April 2023 sampai dengan sekarang. Menurut Sulistyawati (2014) spotting

adalah keluarnya darah dari vagina diluar siklus haid yang sedikit berupa

bercak. Dan untuk data obyektif keadaan umum baik, kesadaran

composmentis. Pada pemeriksaan genetalia diperoleh hasil inspeksi pada

vulva vagina tidak ada tanda infeksi dan terdapat bercak darah berwarna

kecoklatan dan dilakukan pemeriksaan Hb diperoleh hasil 12, 3 gr/dl.

Menurut Sulistyawati (2014) spotting ialah ditandai dengan mengeluarkan

bercak darah dari alat kelamin dengan kurung waktu lebih dari 2 minggu.

Sedangkan pengkajian pada tanggal 17 Mei 2023 diperoleh data subyektif ibu

mengatakan flek flek yang dialaminya sudah berhenti dan diperoleh data

obyektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Pada pemeriksaan

genetalia diperoleh hasil inspeksi pada vulva vagina tidak ada tanda infeksi,

tidak terdapat adanya bercak darah berwarna kecoklatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Munayarokh (2014) bahwa

lama pemakaian konstrasepsi suntik 3 bulan ≥1 tahun, lebih berpotensi

mengalami gangguan menstruasi spotting dari pada gannguan menstruasi

lainya.

Pengkajian data subyektif yang dilakukan tersebut berdasarkan teori

menurut Hidayat (2013) keluhan utama pada kasus spotting adalah

perdarahan bercak yang dialaminya setelah penyuntikan ke empat

penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan.

Pengkajian data obyektif yang dilakukan tersebut berdasarkan teori


66

menurut Sulistyawati (2014) data objektif adalah data yang diperoleh melalui

pemeriksaan inpeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara

berurutan. Keadaan umum untuk mengetahui keadaan umum pasien baik.

Kesadaran untuk mengetahui kesadaran pasien dengan Composmentis.

Menurut Sulistyawati (2014) mata untuk mengetahui konjungtiva merah

muda sclera putih. Inspeksi muka untuk mengetahui muka tidak pucat untuk

pasien spotting yang normal. Palpasi abdomen untuk mengetahui bentuk

perut dan tidak ada kehamilan. Ganetalia untuk mengetahui letak, ukuran,

konsistensi, dan massa pada kasus spotting untuk mengetahui perdarahan dan

mengetahui adanya flour albus terlihat bercak darah berupa bercak darah

berwarna merah kecoklatan. Dan pemeriksaan penunjang diperlukan sebagai

pendukung diagnosa. Dalam kasus ini pemeriksaan penunjang dilakukan,

yaitu dilakukan dengan pemeriksaan Hb.

Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara praktik dan

teori karena semua yang ada diteori telah dilakukan dan hasilnya sesuai

dengan apa yang ada di teori.

4.2 Langkah II Interpretasi data

Interpretasi data adalah mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan

masalah berdasarkan interpretasi data yang benar benar atas data-data yang

telah dikumpulkan, interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan dan

masalah yang muncul. Dari kasus yang telah dikaji tanggal 07 sampai 17 Mei

2023 data yang telah diperoleh akan diinterpretasikan menurut diagnosa

kebidanan, dan masalah. Data subyektif yang diperoleh yaitu ibu mengatakan

bernama Ny. M, Ibu mengatakan umur 26 tahun, ibu mengatakan pernah


67

melahirkan satu kali dan tidak pernah keguguran, ibu mengatakan memakai

kontrasepsi suntik 3 bulan lamanya ±13 bulan yang lalu, ibu mengatakan

mengeluarkan bercak darah lebih dari dua minggu sejak 28 September 2022

diluar siklus menstruasi.

Pada langkah ini maka diagnosa kebidanan yang muncul yaitu Ny. M

umur 26 tahun P1A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.

Disertai dengan rasa cemas dan ketidaknyamanan sehubungan dengan bercak

darah yang dialaminya maka kebutuhan yang diberikan adalah diberikan

penjelasan tentang spotting dan diberikan dukungan moril, untuk rasa

ketidaknyaman diberikan konseling vulva hygiene dan cara memperhatikan

pola penggunaan pentylener. Sedangkan setelah dilakukan penkajian pada

tanggal 17 Mei 2023 ibu mengatakan bercak darah yang dialaminya sudah

berhenti, maka diagnosa yang muncul pada Ny. M umur 26 tahun P2A0

akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Dan Ny M sudah tidak merasa cemas

karena bercak darah yang keluar dari genatalia sudah berhenti

Pengkajian yang dilakukan tersebut berdasarkan teory menurut varney

(2007) Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup

praktek kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur diagnostic kebidanan.

(Varnay dkk, 2007).

Dari teori menurut Hidayat dan Wildan (2013) Masalah adalah yang

berkaitan dengan keadaan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnose

yang sesuai dengan keadaan pasien. Masalah yang muncul pada akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting menurut Saifuddin (2010) yaitu

rasa cemas dan ketidaknyamanan karena perdarahan diluar haid.


68

Maka dapat ditarik kesimpulan pada langkah ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

4.3 Langkah III Diagnosa Potensial

Menurut irianto (2014) Diagnose potensial yang terjadi pada akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting adalah anemia, menorragie, iritasi

dan infeksi. Diagnosa yang terjadi dapat dipengaruhi oleh pola hidup dari

pasein. sedangkan dalam kasus didapatkan pemeriksaan penunjang yaitu Hb

dengan hasil 12, 3 gr/dl maka dari itu ibu yang mengalami spotting tidak

berpotensi mengalami anemia.

Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

4.4 Langkah IV Antisipasi penanganan segera

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 07 sampai 17 Mei 2023

tidak ada antisipasi segera pada kasus Ny. M umur 26 tahun P2A0 akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting karena tidak terjadi diagnosa

potensial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yekti (2015) bahwa kasus

spotting yang dialami pasien tidak memerlukan tindakan segera karena tidak

adanya masalah yang memerlukan tindakan segera/tindakan

kegawatdaruratan.

Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antra teori dan kasus

4.5 Langkah V Perencanaan

Setelah dilakukan pengkajian tanggal 07 sampai 17 2023 dalam kasus

Ny. M umur 26 tahun P2A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

spotting rencana tindakanya adalah :

4.5.1 Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu dengan


69

memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien mencakup data

subyektif dan data obyektif dan diagnosa kebidanan yang sudah

ditentukan yang bertujuan agar pasien dapat memahami dan mengerti

hasil dari pemeriksaan.

4.5.2 Berikan informasi pada ibu bahwa bercak darah spotting merupakan

perdarahan yang ringan karena merupakan efek samping dari

pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan, dan memberikan dukungan moril

pada ibu agar tidak cemas karena spotting tersebut dapat diatasi.

4.5.3 Berikan terapi pil kontrasepsi kombinasi 2x1 (30-35 µg etinilestradiol

selama 7 hari) yang bertujuan menstabilkan hormon agar spotting

berhenti. ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari) yang bertujuan

mencegah inflamasi dan anjurkan ibu untuk minum secara teratur.

4.5.4 Berikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi pada ganetalia.

4.5.5 Beritahu ibu jika ada kunjungan rumah dan apabila ada keluhan yang

bertujuan untuk pemantauan hasil asuhan yang diberikan.

Perencanaan yang direncanakan berdasarkan teori rencana tindakan

yang dapat dilakukan pada asuhan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan

dengan spotting menurut Saifuddin (2010) berikan terapi pada klien terapi pil

kontrasepsi kombinasi 2x1 (30-35 µg etinilestradiol selama 7 hari), ibuprofen

(sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari). Berikan konseling kepada ibu tentang

vulva hygiene yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva,

yaitu membersihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih

dan menghindari agar tidak lembab. Dan memberikan informasi tentang


70

spotting serta dukunagan moril agar ibu tidak merasakan cemas (Affandi dkk,

2012).

Langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di dalam teori

hanya diberikan terapi pil kontrasepsi kombinasi 2x1 (30-35 µg etinilestradiol

selama 7 hari), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari). Sedangkan

pada praktik jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan

memberikan informasi tentang spotting serta memberikan dukungan moril.

4.6 Langkah VI Pelaksanaan

Setelah dilakukan pengkajian pada anggal 07 sampai 17 Mei 2023 pada

langkah ini dilakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yaitu dalam

praktik menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, memberikan

informasi tentang spotting dan memberikan dukunagan moril, memberikan

terapi pil kontrasepsi kombinasi 2x1 (30-35 µg etinilestradiol selama 7 hari),

ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari), memberikan konseling

tentang perawatan vulva hygiene, dan memberi tahu ibu bahwa ada

kunjungan rumah dan apabila ada keluhan.

Berdasarkan hasil penelitian Endang Sulistyawati (2014) bahwa

spotting dapat ditangani dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi 2x1

tablet selama 7 hari, ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari, untuk 5 hari) untuk

mencegah inflamasi. Berdasarkan hasil penelitian Rita Yusnita (2012) bahwa

konseling pemberian komunikasi teurapeti dapat mengurangi kecemasan. Dan

berdasarkan hasil penelitian Sriani Timbawa (2015) bahwa ada hubungan

vulva hygiene dengan pencegahan infeksi di area ganetalia.

Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah


71

direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus

kolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam managemen asuhan

pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama

yang menyeluruh (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Pada langkah ini

bidan melaksanakan langsung timdakan yang telah direncanakan pada

akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting menurut Saifuddin

(2010), adalah:

4.6.1 Memberikan terapy pada pil kontrasepsi kombinasi 2x1 (30-35 µg

etinilestradiol selama 7 hari), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5

hari) atau obat sejenis lain untuk mencegah inflamasi.

4.6.2 Memberikan konseling kepada ibu tentang vulva hygiene yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva, yaitu

membersihkan vulva dari depan kebelakang menggunakan air bersih

dan menghindari agar tidak lembab, dengan mengeringkan selalu vulva

setelah BAK maupun BAB. (Affandi dkk, 2012).

Pada tahap ini kesenjangan antara teori dan praktik pada teori hanya

memeberikan terapi pil kontrasepsi kombinasi dan ibuprofen dan

memeberikan konseling vulva hygiene. Sedangkan pada praktik menjelaskan

hasil pemeriksaan, menginformasikan tentang spotting serta dukungan moril

dan memberitahu ibu akan ada kunjungan rumah dan apabila ada keluhan.

4.7 Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan, langkah selanjutnya

melakukan evaluasi untuk menilai keefektifan dari asuhan pada Ny. M umur

26 tahun P2A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting selama


72

hari, dimulai dari tanggal 07 sampai 17 Mei 2023 diperoleh hasil keadaan

umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu tidak cemas karena

sudah mengetahui bawha spotting adalah salah satu efek samping dari

kontasepsi suntik 3 bulan yang pasti dapat disembuhkan. Pada tanggal 13 Mei

2023 dilakukan kunjungan rumah didapatkan hasil bercak darah sudah mulai

berkurang. Kunjungan rumah kedua dilakukan pada tanggal 17 Mei 2023

dengan hasil ibu mengatakan bercak darah berhenti sejak tanggal 16 Mei

2023 , ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan jika ada keluhan, dan bersedia

tetap menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

Berdasarkan teori evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

asuhan yang kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa

pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk

mengatasi masalah, dan hasil asuhan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

Menurut Saifuddin (2010), evaluasi yang diharapkan pada akseptor KB

suntik 3 bulan dengan spotting meliputi :

4.7.1 Ibu mengerti tentang efek samping yang akan timbul pada akseptor

kontrasepsi suntik 3 bulan.

4.7.2 Ibu sudah tidak merasa cemas dengan keadaanya.

4.7.3 Spotting dapat teratasi dan pasien tetap menggunakan kontrasepsi

suntik 3 bulan

Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan paktik.
73
BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. M umur 26 tahun

P2A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di UPTD Puskesmas

Ketapang , maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran untuk

meningkatkan Asuhan Kebidanan khususnya untuk akseptor kontrasepsi

suntik 3 bulan dengan spotting.

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan

manajemen kebidanan menurut Varney pada akseptor kontrasepsi suntik 3

bulan dengan spotting maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

5.1.1 Pengkajian akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan diperoleh data subyektif

dan data obyektif diperoleh dari hasil wawancara pasien dimana

keluhan utama adalah ibu mengatakan mengeluarkan bercak darah

sudah dua minggu dan ibu merasa terganggu dengan bercak darah yang

dialaminya. Sedangkan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik,

keadaan ibu, palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan tidak ditemukan

adanya kelainan lain, inspeksi perdarahan pervaginam adanya bercak

darah dan hasil laboratorium yaitu Hb 12, 3 gr/dl.

5.1.2 Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diambil dari

pengkajian sehingga didapatkan diagnoasa yang tepat yaitu Ny. M

umur 26 tahun P2A0 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

spotting. Dimana timbul masalah kecemasan dan rasa ketidaknyamanan

59
60

pada ibu akibat bercak darah yang dialaminya sehingga sehingga diberi

kebutuhan penjelasan tentang perawatan vulva hygiene.

5.1.3 Pada kasus Ny. M akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting

tidak sampai terjadi diagnosa potensial karena tidak ada masalah yang

menimbulkan diagnosa potensial.

5.1.4 Pada kasus Ny. M akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting

tidak ada antisipasi tindakan segera.

5.1.5 Rencana tindakan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu

jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, mengingatkan ulang

ibu untuk meminum terapi yang diberikan secara teratur, memberikan

konseling tentang vulva hygiene, beritahu ibu untuk kunjungan ulang

bila ada keluhan dan akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 13

dan 17 mei 2023.

5.1.6 Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

5.1.7 Evaluasi dari asuhan yang diberikan pada Ny. M selama 7 hari

diperoleh hasil keadaan umum baik, tidak ada masalah potensial yang

muncul, ibu tidak cemas dan sudah merasa nyaman, perdarahan bercak

berhenti, ibu bersedia datang kesarana kesehatan bila ada keluhan dan

ibu tetap menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan

pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai

berikut :

5.2.1 Penulis
61

Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan penulis dalam melaksanakan asuhan

kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spottig.

5.2.2 Profesi

Diharapkan dapat sebagai masukan dalam menangani kasus atau

melaksanankan asuhan kebidanan khususnya pada akseptor kontrasepsi

suntik 3 bulan dengan spotting.

5.2.3 Institusi

1. Puskesmas Adean

Bagi Puskesmas UPTD Kapontori diharapkan dapat

memberikan pelayanan berkaitan dengan konseling tentang efek

samping spotting dan keluhan masalah yang disebabkan spotting

seperti vulva hygiene.

2. Pendidikan

Bagi pendidikan dapat dijadikan referensi tambahan

secara alternatif pemecahan masalah dan untuk membandingkan

teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan kenyataan

dilapangan, terutama mengenai asuhan kebidanan keluarga

berencana pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan spotting.


62
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B., Adriaansz, G. & dkk, &., 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Baziad, A., 2010. Kontrasepsi Hormonal. 2 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Budi, R. T. & Nova, W., 2017. Efek Samping Akseptor KB Suntik Depo
Medroksi Progesterone Acetat (DMPA) Setelah 2 Tahun Pemakaian. Jurnal
Kesehatan, Volume 08, p. 37.
Dinkes, J., 2017. Profil Kesehatan Jawa Tengah, Jawa Tengah: Dinas Kesehatan
Pemerintahan.
Dinkes, K. S., 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, Kabupaten
Semarang: Dinas Kesehatan.
Ernawati, 2017. Hubungan Lama Penggunaan Suntik Depo Progestin dengan
Kejadian Spotting Pada Akseptor KB di Puskesmas Patinggalong Makassar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Volume 10, pp. 123-127.
Fitri, I., 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Handayani, S., 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Kartika, M., 2016. Asuhan Kebidanan KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di RB
Hj Tri Tuti R Sukoharjo. Penelitian.
Kesehatan, M., 2017. Permenkes RI No 28, s.l.: Mentri Kesehatan.
Rusmini, Purwandani, S. & dkk, &., 2017. Pelayanan dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Suryani, I., 2016. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan
Spotting di Klinik Pratama Mutiara Bunda Tasikmalaya. Penelitian.
Susanti, L. W., 2015. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
dengan Kejadian Spotting di Bidan Praktek Swasta Tri Erry Boyolali.
Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan, Volume 02, pp. 32-38.
Susilowati, E., 2011. KB Suntik 3 Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid
dan Penanganannya. p. 11.
Timbawa, S., Kundre, R. & Bataha, Y., 2015. Hubungan Vulva Hygiene Dengan
Pencegahan Infeksi. E-Journal Keperawatan, Volume 3, p.2.
Verralls, S., 2009. Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. 2 ed. Jakarta:
EGC.
Wahyuningsih, H. P., 2009. Etika Profesi Kebidanan. 6 ed. Yogyakarta:
Fitramaya.
Werdaningrum, L. K., 2014. Asuhan Kebidanan KB Suntik Depo Progestin
dengan Spotting di BPM Siti Mursidah Ngargotirto Sumberlawang Sragen.
KTI.
Yusnita, R., 2012. Hubungan Komunikasi Teurapetik Bidan dengan Kecemasan
Ibu Bersalin di Ruang Kebidanan dan Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Pidie. Kebidanan.
DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai