Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization Tahun 2011, 99%
kematian itu terjadi dinegara berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tidak kurang
dari 50 juta aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan. Kontrasepsi kemudian
dijadikan program untuk menekan angka tersebut. DiAfrika tercatat, sekitar 82%
penduduknya tidak berkotrasepsi. DiAsia Tenggara, Selatan, Barat, Hanya 43 % yang
sadar kontrasepsi. Negara maju di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan
selangkah lebih sadar hanya 20% warga yang menolak kontrasepsi.
SKDI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ) pada tahun 2000 angka fertilitas
adalah 17,4 / 1000 penduduk, tetapi pada tahun 2010 kelahiran meningkat menjadi 17,9
/ 1000 penduduk. Pada tahun 2012 TFR (Total Fertilisasi Rate) di indonesia ada
peningkatan fertilitas yaitu dari 2,41 menjadi 2,6. Laporan ini mendukung hasilanalisis
sensus penduduk tahun 2010 yang juga melaporkan stagnasi program kependudukan
dan keluarga berencana di Indonesia . wilayah sumatera selatan padatahun 2006-2008
adalah 2,55 dan pada tahun 2012 adalah 2.8 untuk wilayah jambi pada tahun 2006-2008
adalah 2,3 dan pada tahun 2012 menjadi 2,5.
Puskesmas diIndonesia yang memberikan layanan lengkap KB hanya 61,3% dari segi
pelayanan KB ada indikasi kurangnya perhatian terhadap KB . Data Akseptor yang
membayar layanan KB di indonesia cukup tinggi 84,6%. Analisis mengidikasikan tidak ada
peningkatan akseptor KB yang berarti. Ini menunjukanperan swasta dalam KB masih
perlu ditingkatkan.
Program Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan oleh pemerintah menjadi sangat
penting sebagai pengendalian peledakan penduduk. Data Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) menunjukan bahwa pada tahun 2012 pengguna
kontrasepsi suntik 2.949.633 peserta (47,94%) Tahun 2013 ad 8.500.427 PUS (Pasangan
Usia Subur) yang merupakan peserta KB baru dan hampir separuhnya (48,56%)
menggunakan kontrasepsi suntikan. Sasaran pengguna KB suntik yang ditentukan
pemerintah yaitu 2.531.146 PUS ( Pasangan Usia Subur ). Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi suntik merupakan alat yang paling diminati.
Pencapaian peserta KB aktif semua metode diprovinsi jambi berdasarkan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Tahun 2012 didapatkan data
persentase pemakaian alat suntik (64,04%).Pada tahun 2013 pengguna kontrasepsi
suntikan mencapai (62,81%) atau menurun 1,23% dibanding tahun sebelumnya
sedangkan tahun 2014 ( 59,88%) atau menurun 2,93% dibanding tahun sebelumnya.
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan dan merupakan salah satu
program KB nasional saat ini adalah KB suntik.Suntikan satu bulanan dan tiga bulanan
adalah jenis KB suntik dan merupakan salah satu alat kontrasepsi yang sangat efektif,
tidak mengganggu segama atau hubungan suami istri,aman, reservibilitas tinggi.
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan kontrasepsi suntik
adalah terganggunya pola haid diantaranya amenorrhea, menoragia dan munculnya
bercak ( spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian,
peningkatan berat badan (Saifudin,2006).
Puskesmas Petanang Kecamatan Lubuklinggau Utara I merupakan salah satu pelayanan
kesehatan Pemerintah yang bisa digunakan untuk pemeriksaan ibu hamil, bersalin, nifas
MTBM ( Management terpadu bayi Muda) serta keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai