PENDAHULUAN
Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi,
di Amerika Utara pada tahun 1988 mencapai 12/100.000 kelahiran hidup dan di
Eropa AKI tahun 1998 adalah 23/100.000 kelahiran hidup (Manuaba, 2000)
Sebagai salah satu negara berkembang, indonesia tidak luput dari masalah
yang dihadapi indonesia adalah jumlah penduduk yang relatif masih tinggi,
penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda dan kualitas penduduk
apabila Keluarga Berencana gagal, maka sebagai akibatnya akan timbul malapetaka,
1
2
Mochtar,1998).
Jumlah penduduk Jawa Barat sudah mencapai 39,96 juta jiwa dengan laju
satu penyebab pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah adanya peningkatan jumlah
penduduk di kota Bandung, dimana berdasarkan data dari kantor Badan Pusat
Statistik kota Bandung sesuai hasil registrasi penduduk tahun 2004 adalah sebesar
2.235.624 jiwa. Ada peningkatan penduduk sebanyak 4.356 jiwa dari tahun 2003
sehingga kota Bandung termasuk kota yang cukup tinggi penduduknya. (Profil
penduduk adalah tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Total Fertility Rate kota
2001 sampai dengan 2003, tahun 2001 ( 1,93 ), tahun 2002 ( 1,90 ), tahun 2003 ( 1,85
), dan mengalami kenaikan 0,18 pada tahun 2004 ( 2,03 ). Untuk menanggulangi
bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
gerakan KB nasional adalah pasangan usia subur, dengan prioritas PUS muda dengan
Salah satu upaya dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera seperti
upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara
mortalitas ibu dan anak, karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari
kehamilan resiko tinggi. Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan
anak tetapi dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat
menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan. Kehamilan resiko tinggi dapat
timbul pada keadaan 4 “empat terlalu” : terlalu muda dan terlalu tua usia saat hamil,
terlalu banyak anak lebih dari 4 kelahiran, terlalu dekat jarak kehamilannya kurang
dari 2 tahun. Semua keadaan ini dapat dihindari dengan dilakukannya keluarga
berencana dengan menggunakan salah satu alat atau metoda kontrasepsi yang sesuai
membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap kehamilan yang tidak diinginkan,
4
terjadinya gangguan fisik akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan
(Saifuddin., 2003)
Pada Tahun 2002, BKKBN Jawa Barat menyebutkan bahwa jumlah pasangan
usia subur (PUS) Sebesar 7,09 juta jiwa dengan peserta KB aktif sejumlah 5,13 juta
jiwa (72,36%) dan peserta KB baru sebanyak 0,94 juta jiwa (27,64%). Dari peserta
pil sebesar 28,60%, kontrasepsi IUD sebesar 14,48%, kontrasepsi implan sebesar
5,39%, MOW sebesar 2,45%, MOP sebesar 1,69% dan kondom sebesar 0,62%
(BKKBN, 2002)
kontrasepsi suntik sebesar 41,5%, kontrasepsi pil sebesar 19,8%, kontrasepsi IUD
sebesar 10,5%, kontrasepsi implant sebesar 1,4 %, MOW sebesar 1,8%, MOP
sebesar 0,9% dan kondom sebesar 0,2% dengan jumlah PUS 778.088 jiwa dan
Dari data tersebut terlihat bahwa mayoriras pengguna alat kontasepsi adalah
wanita, argumentasi yang dipakai umumnya karena pilihan bentuk dan variasi jenis
kontrasepsi lebih banyak tersedia untuk perempuan dibandingkan laki-laki. Selain itu
merawat anak adalah perempuan. Secara teoritis dan praktis segmen yang menderita
5
adalah kelompok yang paling mudah dimotivasi untuk suatu perubahan termasuk
di Indonesia adalah keluarga (suami – istri) yang disebut dengan Pasangan Usia
Bandung, 2005)
suntik sebesar 49,8%, IUD sebesar7,1%, PIL sebesar 16,8%, Implant sebesar 1,8% ,
MOW 4,7 %, MOP 1,8% dan lain-lain sebesar 0% dan jumlah PUS keseluruhan di
Lembang adalah 29.145 jiwa dengan jumlah KB aktif terdapat 23.935 jiwa atau
Cicalengka Wetan, 1890 kepala keluarga tinggal di Desa Cicalengka Kulon, 2815
kepala keluarga tinggal di Desa Panenjoan, 2104 kepala keluarga Tenjolaya, 2605
kepala keluarga tinggal di Desa Cikuya dan 1628 tingal di Desa Waluya. Sedangkan
dilihat dari segi sosial ekonomi masyarakat, bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil,
TNI POLRI, karyawan swasta, dagang dan bertani dengan cakupan PNS 8%, TNI
POLRI 2%, Karyawan Swasta 10%, dagang 30%, bertani 5% dan buruh 45%.
kontrasepsi suntik sebesar 43,3%, IUD sebesar 12,1%, PIL sebesar 13,7%, Implant
sebesar 1,6%, lain-lain sebesar 0% dan jumlah PUS keseluruhan di cicalengka adalah
18041 dengan jumlah KB aktif terdapat 1338 jiwa atau (7,4%) (Dinkes Kabupaten
Bandung, 2005)
Cicalengka yaitu hanya (7,4%) atau tidak mencapai yang ditargetkan kabupaten
Bandung yaitu sebesar 75%. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor
maka dari itu penulis tertarik untuk mengambul judul FAKTOR- FAKTOR YANG
Kabupaten Bandung.
Kabupaten Bandung.
Sebagai bahan penelitian bagi pihak-pihak yang berminat dalam bidang ilmu
keluarga berencana sehingga dapat menjadi bahan kajian dan telaahan lebih
mortalitas ibu dan anak, karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari
kehamilan resiko tinggi. Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan
anak tetapi dengan melindunggi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat
menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan. Kehamilan resiko tinggi dapat
timbul pada keadaan 4 “empat terlalu” : terlalu muda dan terlalu tua usia saat hamil,
terlalu banyak anak lebih dari 4 kelahiran, terlalu dekat jarak kehamilannya kurang
10
dari 2 tahun. Semua keadaan ini dapat dihindari dengan dilakukannya Keluarga
Berencana dengan menggunakan salah satu alat atau metoda kontrasepsi yang sesuai
berbagai faktor intrinsik dan ekstrinsik. Yang merupakan faktor intrinsik yaitu umur,
paritas dan pendidikan ibu sedangkan faktor ekstrinsik diipengaruhi oleh faktor sosial
budaya, ekonomi serta kondisi perkawinan dalam hal ini dukungan suami.
Kedua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, hal ini dikarenakan
persetujuan suami dan istri, alasan yang mendasari hal tersebut adalah keluarga
dibentuk dan membentuk untuk membina cinta dan kasih sayang, berbagi suka dan
duka, mempunyai hubungan yang bertanggung jawab atas segala konsekuensi dan
Kerangka Konsep
FAKTOR INTRINSIK
- Umur
- Pendidikan
- Paritas
Ekonomi
Dukungan suami
(Ridjal, 1997)
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
12
1.6 Hipotesis
Hipotesis 1
Hipotesis 2
Hipotesis 3
Hipotesis 4
H0 : Tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan pemakaian alat kontrasepsi
Hipotesis 5