Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015
dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB)

menjadi

prioritas

utama

dalam

pembangunan

kesehatan

indonesia.Dari target MDGs 102 per 100.000 kelahiran hidup ,pada tahun
2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000 kelahiran
hidup .Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 100.000 kelahiran
hidup,pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per
100.000 menjadi 24 per 100.000 kelahiran hidup (Azka,2013).
Secara garis besar masalah yang pokok dibidang kependudukan yang
dihadapi indonesia adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang besar dengan
laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi,penyebaran penduduk
yang tidak merata ,struktur umur muda,dan kualitas penduduk yang masih
harus ditingkatkan (Arliana,2013).
Kontrasepsi implant adalah kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah
kulit ,terdiri dari 6 kapsul silastik,setiap kapsulnya berisi levonorgestrel
sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm dilakukan pada bagian dalam
lengan atas atau dibawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas ,yang
bekerja dalam jangka waktu 5 tahun.Pemasangan implant hanya dilakukan
petugas klinik atau orang terlatih secara khusus ( bidan, dokter )(pinem,2009).

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 2011,99%


kematian ibu terjadi di negeri berkembnag .Dalam jangka waktu yang sama
,tak kurang dari 50juta aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka
bumi ini .Kontrasepsi kemudian dijadikan program untuk menekan angkaangka yang mengerikan itu.Di Afrika tercatat,sekitar 82% penduduknya tidak
berkontrasepsi.Negeri maju di Asia Tenggara,Selatan,dan Barat ,hanya 43%
yang sadar kontrasepsi .Negari maju di Asia timur ,seperti jepang dan korea
selatan selangkah lebih sadar ,hanya 20% warganya yang menolak
kontrasepsi.Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi
implant diseluruh dunia masih dibawah alat kontrasepsi suntik,pil,dan
IUD,terutama di negara negara berkembang.Presentase pengguna alat
kontrasaepsi suntik yaitu 35,3%,pil yaitu 30,5%,IUD yaitu 15,2 % sedangkan
implant dibawah 10% yaitu 7,3% dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7 %
(Safrina,2012).Data survey nasional disemua BPS di Indonesia menunjukkan
presentase terbanyak alat kontrasepsi yang dipakai di indonesia adalah pada
tahun 2010,angka penggunaan kontrasepsi terbesar adalah suntik sebesar
71,6%,pil 13,2%,IUD 4,8%,implant 2,8%,MOW 3,1%,MOP 0,2%,pantang
berkala

1,5%,senggama

terputus

2,2%

dan

metode

lainnya

0,4%

(Febriana,2013).Presentase peserta KB aktif pada wanita subur tahun 2009 di


Negara ASEAN yang tertinggi dicapai thailand sedangkan indonesia berada
pada peringkat ke tiga dari 10 negara ASEAN.Berdasarkan BKKBN ,pada
tahun 2009 peserta KB aktif sebesar 75,70%.Pada tahun 2009 kontrasepsi

hormonal masih dapat diminati sebagai alat KB oleh pasangan usia subur
yaitu sebesar 50,2%(khairani,2012).
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan
yang hingga saat ini belum bisa diatasi .Jumlah penduduk indonesia
berdasarkan

sensus

sebanyak

259.940.857

orang,yang

terdiri

dari

132.240.055 (50,87%)laki-laki dan 127.700.802 (49,13%) perempuan.Laju


pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,49% per tahun (sensus
penduduk

,2012).Penggunaan

menggunakan

metode

(7,23%),implant
(0,68%),intravaginal

kontrasepsi

suntik

di

indonesia

sebanyak(58,25%),pil

(4,16%),MOW
tissue

KB

(0,11%)

(3,13%),MOP
dan

metode

yang

(24,37%),IUD
(1,03%),kondom

tradisional(1,04%)

(BKKBN,2010).
Berdasarkan hasil studi pendahulaun yang dilakukan peneliti pada bulan
desember 2015 ,diperoleh beberapa alasan yang berkaitan dengan rendahnya
penggunaan alat kontrasepsi implant dipuskesmas trowulan antara lain
adanaya perasaan takut untuk menggunakan KB implant ,adanya perasaan
takut dilihat dari proses pemasangan/saat dilakukan insisi,khawatir terkait
dengan biaya mahal pemasangan implant,kurangnya informasi dari petugas
mengenai macam macam kontrasepsi sehingga akseptor tidak mengetahui
tentang pengertian ,macam,keuntungan ,kerugian,efek samping,indikasi,serta
kontra indikasi dari alat kontrasepsi khususnya KB implant.Upaya pemerintah
dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu salah satunya membentuk
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN).

Ada berbagai macam metode dalam ber-KB yaitu dengan penggunaan


kontrasepsi yang bersifat semetara atau permanen.Implant mempunyai angka
kegagalan kumulatif yang terendah dari semua cara kontrasepsi yang
reversibel.Berdasarkan data di puskesmas trowulan peserta KB implant
menempati urutan ke tiga setelah suntik dan pil,ini menunjukkan amino
masyarakat untuk memilih implant masih rendah dibandingkan suntik dan
pil.Tapi jika dilihat dari salah satu keuntungannya implant sangat efektif
untuk mencegah kehamilan ,dan implant merupakan metode kontrasepsi yang
ditawarkan memiliki keunggulan dan kekurangan.Respon di tubuh akseptor
berbeda-beda

sesuai

menyeluruh.Kekurangan

dengan
dari

keadaan

metode

kesehatannya

kontrasepsi

yang

secara

ditawarkan

diantaranya bahwa metode kontrasepsi memiliki angka kegagalan dan


memiliki efek samping penggunaan,serta komplikasi yang timbul akibat
interaksi metode KB dengan keadaan akseptor (penyakit,obat yang
dikonsumsi,gaya hidup).
Namun dalam hal ini ,setiap efek samping dan komplikasi yang
ditimbulkan

dari

penggunaan

metode

kontrasepsi,dapat

diatasi

/ditanggulangi.Bidan sebagai salah satu pemberi pelayanan KB di masyarakat


,juga bertugas menangani efek samping/komplikasi yang dialami akseptor
atas penggunaan metode kontrasepsi ,sesuai dengan kewenangannya
(Gitalovani,2013).Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa
data akseptor KB implant di puskesmas trowulan masih rendah ,oleh karena

itu peneliti tertarik membuat karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran
Karakteristik Akseptor KB implant di puskesmas trowulan tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Program keluarga berencana nasioanal telah diawali dan dicanangkan
oleh pemerintah adalah untuk mengurangi jumlah penduduk dan juga untuk
mengurangi tingkat kematian pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan .Secara
tidak langsung keluarga berencana dapat menyehatkan fisik dan kondisi,sehat
ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak (DEPKES
RI,2010).Berdasarkan latar belakang ,dapat diketahui bahwa masalah dalam
penelitian ini yaitu masih rendahnya pemakain kontrasepsi implant di
puskesmas trowulan tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karateristik akseptor kb implant di
puskesmas trowulan tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui

akseptor kb implant di puskesmas trowulan berdasarkan umur.


Untuk mengetahui distribusi frekuensi gambaran karakteristik akseptor

distribusi frekuensi gamabaran karakteristik

kb implant di puskesmas trowulan berdasarkan pendidikan.

Untuk menegetahui distribusi frekuensi gambaran karakteristik akseptor

kb implant di puskesmas trowulan berdasarkan pekerjaan.


Untuk mengetahui distribusi frekuensi gambaran karakteristik akseptor
kb implant di puskesmas trowulan berdasarkan paritas.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Untuk institut
Hasil

penelitian

ini

dapat

digunakan

sebagai

tambahan

bacaan,memberikan informasi,pengetahuan dalam proses belajar mengajar


bagi mahasiswi Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
1.4.2 Untuk tempat penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi keberhasilan dalam
melaksanakan program kb implant.
1.4.3Untuk peneliti
Dapat menambah wawasan daan ilmu pengetahuan peneliti untuk
menggambarkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan ilmu kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai