Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah

penduduk sebanyak 252,2 juta orang dengan rasio jenis kelamin 101. Laju

pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,40% (Badan Pusat Statistik,

2014).

Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat dapat menghambat

perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara. Pemerintah Indonesia

mengambil langkah antisipasi dengan membentuk Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang memiliki kebijakan seperti

tertuang dalam upaya Safe Motherhood yaitu memastikan setiap orang atau

pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan keluarga berencana

agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan

dan jumlah anak (Prawirohardjo, 2009).

Sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang 100% ideal dan menjamin

tingkat kegagalan 0%. Metode kondom memiliki tingkat kegagalan sebesar

2%, implan sebesar 0,2%, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebesar

0,6%, MOW sebesar 0,5%, dan MOP sebesar 0,1%. Sedangkan kontrasepsi

hormonal memiliki tingkat kegagalan hanya sebesar 0,1-0,3% di tahun

pertama penggunaan secara konsisten dan benar (Saifuddin, 2010).

Persentase wanita berstatus kawin umur 15 sampai 49 tahun yang

menggunakan kontrasepsi kondom sebesar 1,8%, pil sebesar 13,6%, suntik

1
2

sebesar 31,9%, implan sebesar 3,3%, AKDR sebesar 3,9%, MOW sebanyak

3,2% dan MOP sebanyak 0,2% (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,

2012).

Menurut Efendi Lukas, salah satu dokter dari bagian Obstetri dan

Ginekologi sub divisi Fetomaternal FK Universitas Hasanuddin, sterilisasi

wanita atau Medis Operasi Wanita (MOW) merupakan salah satu metode KB

yang efektif dalam menghambat kehamilan, praktis dan bersifat permanen

atau dikenal dengan kontrasepsi mantap. Efek samping dari MOW hampir

tidak ada, kecuali efek samping pembedahan seperti pembiusan (Anggraini,

2012).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia mencatat pada tahun 2012

akseptor MOW di Indonesia sebanyak 3,2%. Sedangkan di Jawa Tengah

jumlah akseptor MOW sebanyak 2,24% (BKKBN, 2014). Di kabupaten

Boyolali, akseptor MOW sebanyak 6,85% dari seluruh akseptor KB.

(BKBPP, 2010). Menurut rekapitulasi data pelayanan KB di RSUD

Banyudono Kabupaten Boyolali, MOW merupakan salah satu pilihan KB

terbanyak yang mencapai 9,62% di tahun 2014.

Penulis tertarik mengambil kasus KB MOW dikarenakan jumlah

akseptor MOW di Indonesia masih rendah yaitu 3,2% dari seluruh akseptor

KB, sementara efektivitas MOW sangat tinggi (tingkat kegagalan sebesar

0,5%). Selain itu, bidan memegang peranan penting dalam

membantu menyukseskan program KB nasional, yaitu memberikan

penyuluhan dan konseling KB seperti tertuang dalam Peraturan


3

Menteri Kesehatan RI No.1464/Menkes/Per/X/2010. Bidan dapat

memberikan penyuluhan dan konseling mengenai prosedur dan keberhasilan

MOW, meyakinkan klien untuk tindakan MOW yang telah dipilihnya, serta

memberikan asuhan sebelum dan sesudah dilakukan MOW.

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Nuraini Fauziah (2015) dengan

judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. S P4A0 Umur 42

tahun dengan Metode Operatif Wanita di RSUD Karanganyar”. Menurut

karya tulis ilmiah ini, terdapat perbedaan yang nyata mengenai waktu dan

subjek penelitian. Pada penelitian tersebut didapatkan kondisi pasien

membaik dan dipulangkan 3 hari setelah tindakan dilakukan. Tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan karena segala prosedur

dan konseling telah dilakukan dengan baik dan lengkap. Pemberian asuhan

pre tubektomi dan post tubektomi pun berbeda karena kebutuhan klien yang

satu dengan yang lainnya berbeda.

Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik melakukan studi kasus

tentang “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. E Umur 31 Tahun

P3A0 dengan Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten

Boyolali”.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. E umur 31

tahun P3A0 dengan Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten

Boyolali?
4

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari dan memahami pelaksanaan asuhan kebidanan

keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0 dengan Medis Operasi

Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami penerapan (7 langkah

Varney) pada asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. E umur 31

tahun P3A0 dengan Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono

Kabupaten Boyolali meliputi :

a. Mengumpulkan data dasar secara subjektif dan objektif pada kasus

asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0

dengan Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten

Boyolali.

b. Melakukan interpretasi data klien untuk kasus asuhan kebidanan

keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0 dengan Medis

Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali.

c. Menetapkan diagnosis potensial dan antisipasi yang harus dilakukan

bidan pada kasus asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. E

umur 31 tahun P3A0 dengan Medis Operasi Wanita di RSUD

Banyudono Kabupaten Boyolali.

d. Menetapkan kebutuhan/tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi,

merujuk kasus asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. E umur


5

31 tahun P3A0 dengan Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono

Kabupaten Boyolali.

e. Menetapkan rencana asuhan kebidanan untuk kasus asuhan kebidanan

keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0 dengan Medis

Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali.

f. Menetapkan pelaksanaan tindakan untuk kasus asuhan kebidanan

keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0 dengan Medis

Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali.

g. Menetapkan evaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan

memperbaiki tindakan yang dipandang perlu pada kasus asuhan

kebidanan keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0 dengan

Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali.

h. Menganalisis kesenjangan antara teori dan di lahan praktik pada kasus

asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. E umur 31 tahun P3A0

dengan Medis Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten

Boyolali.

D. Manfaat

Manfaat KTI secara aplikatif untuk institusi, klien dan masyarakat

yaitu:

a. Institusi: hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan

(sumbangan teoritis) penanganan kasus keluarga berencana dengan Medis

Operasi Wanita di RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali.


6

b. Profesi: dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi profesi

bidan dalam asuhan kebidanan pada kasus dipilih.

c. Klien dan masyarakat: agar klien maupun masyarakat bisa mendapatkan

pelayanan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai