Anda di halaman 1dari 226

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data yang dipaparkan Sustainable Development Goals (SDGs),

menunjukkan bahwa tahun 2017 kematian ibu di Indonesia mencapai

4.912 kasus artinya kematian ibu di Indonesia masih mencapai 305 per

100.000 KH dengan kata lain ada 1 ibu yang meninggal setiap 6 jam,

angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan angka kematian

tertinggi ke 2 di Asia tenggara (Pritasari, 2018).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Provinsi Jawa Tengah terus mengalami penurunan yang signifikan setiap

tahun, angka kematian ibu di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 613

kasus. Jumlah itu terus ditekan hingga pada tahun 2018 hanya terjadi 421

kasus AKI. AKB juga menurun pada tahun 2013 mencapai 5.485 kasus

sementara pada 2018 jumlahnya mencapai 4.481 kasus (Humas Jateng,

2019).

AKI di Kabupaten Karanganyar tahun 2019 sebesar 42/100.000

KH, dan pada tahun 2018 AKI mengalami penurunan yang signifikan

sebesar 79/100.000 KH. AKB tahun 2017 sebesar 8,2 /1000 KH, dan pada

tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 14/1000 KH (Dinkes Kabupaten

Karanganyar, 2019).

1
2

AKI di Kecamatan Jumapolo tahun 2018 sejumlah 5 kasus dan

pada tahun 2019 AKI mengalami penurunan yaitu 3 kasus. AKB tahun

2020 sebanyak 4 kasus dan pada tahun 2019 mengalami penurunan

sebanyak 2 kasus (Dinkes Kabupaten Karanganyar, 2019).

Untuk menurunkan AKI dan AKB tenaga kesehatan khususnya

bidan bisa melakukan pelayanan Continuity of Care (CoC). CoC adalah

pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara

seorang wanita dan tenaga kesehatan mulai dari kehamilan, persalinan,

nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana yang

menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya dan keadaan

pribadi setiap individu. Diharapkan dapat memberikan pengalaman yang

lebih baik, dan mendeteksi dini apabila terjadi kegawatdaruratan dan

segera mendapatkan penanganan (Affan, 2018).

Berdasarkan register di PKD pada bulan September 2020 sampai

November 2020 terdapat kunjungan ANC 7 pasien, persalinan 3 pasien,

ibu nifas 3, BBL sehat 3, Balita sehat 25, KB 23 pasien (Data sekunder

tahun 2020).

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. Ma di PKD Kadipiro Jumapolo

Karanganyar.
3

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.

Ma di PKD Srikandi Kadipiro Jumapolo Karanganyar?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan penelitian observasional dan membangun

kemampuan dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif

menggunakan kerangka pikir manajemen kebidanan dibawah

bimbingan bidan atau tenaga kerja kesehatan yang berwenang pada Ny.

Ma.

2. Tujuan Khusus :

a. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,

merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana

asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu hamil Ny. Ma di

PKD Srikandi Kadipiro Jumapolo Karanganyar.

b. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,

merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana

asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu bersalin Ny. Ma

di PKD Srikandi Kadipiro Jumapolo Karanganyar.

c. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,

merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana


4

asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

(implementasi), melakukan evaluasi data, BBL Ny. Ma di PKD

Srikandi Kadipiro Jumapolo Karanganyar.

d. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,

merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana

asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu nifas

Ny. Ma di PKD Srikandi Kadipiro Jumapolo Karanganyar.

e. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,

merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana

asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

(implementasi), melakukan evaluasi data pada neonatus bayi Ny.

Ma di PKD Srikandi Kadipiro Jumapolo Karanganyar.

f. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,

merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana

asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

(implementasi), melakukan evaluasi data, KB pada Ny. Ma di PKD

Srikandi Kadipiro Jumapolo Karanganyar.


5

D. Manfaat

1. Bagi Klien

a. Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan.

b. Klien mendapatkan pelayanan paripurna berdasarkan

kebutuhannya.

c. Klien dapat segera mendapatkan penanganan apabila terjadi

kegawatdaruratan sehingga dapat teratasi sesegera mungkin.

2. Bagi Sarana Kesehatan

Sebagai bahan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam

memberikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai acuan pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif

dan meningkatkan mutu kinerja bidan dalam praktiknya kepada ibu

hamil, bersalin, nifas, BBL, dan KB, meningkatkan jumlah persalinan

normal sehingga dapat menekan AKI dan AKB.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Medis Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

menjadi triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai

3 bulan, triwulan ke dua dimulai dari bulan ke 4 sampai 6 bulan,

triwulan ke 3 dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Tyastuti, 2016).

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari

ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli

medik terlatih yang begitu terlibat dalam kondisi yang biasanya sehat

dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam

memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam rencana

menyambut anggota keluarga baru, memantau perubahan-perubahan

fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga

mendeteksi serta melaksanakan setiap kondisi yang tidak normal.

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan

menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir

namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit

diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah.

Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil

6
7

akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu

pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor

dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu

dengan kehamilan normal (Tyastuti, 2016).

2. Perubahan Anatomi Fisiologi TM III.

a. Sistem reproduksi

1) Uterus

Uterus merupakan organ otot lunak yang sangat unik yang

mengalami perubahan cukup besar selama kehamilan. Selama

kehamilan serat otot uterus menjadi renggang dan bertambah

besar atau disebut hyperplasia. Hal ini terjadi karena pengaruh

dari kinerja hormon dan tumbuh kembang janin pula.

Pertumbuhan janin membuat uterus meregang sehingga

menstimulasi sintesis protein pada bagian myometrium uterus.

Selama kehamilan uterus memperlihatkan aktivitas frekuensi

rendah kontraksi Braxton-Hicks adalah kontraksi yang tidak

nyeri yang dapat diukur sejak trimester pertama kehamilan.

Kontraksi ini tidak menyebabkan dilatasi serviks, tetapi

membantu sirkulasi darah ke plasenta. Kontraksi biasanya

ireguler dan lemas. Ligamentum terus melunak dan menebal di

bawah pengaruh esterogen, yang menyebabkan mobilitas dan

kapasitas panggul meningkat (Lalita, 2013).


8

2) Serviks

Serviks melebar selama kehamilan. Esterogen meningkat

pasokan darah ke serviks yang menyebabkan warna ungu pucat

dan tekstur jaringan yang lebih lunak. Mukosa serviks

berpoliferasi dan kelenjar menjadi lebih kompleks dan

mengeluarkan mucus kental, yang berbentuk suatu sumbat atau

operculum untuk melinjungi serviks dari infeksi asendens.

Sumbat menempel secara lateral oleh proyeksi mucus yang

menebal di mulut kelenjar penyekresi mucus. Sumbat inilah

yang keluar sebagai ”show” (bloody show) saat permulaan

persalinan saat serviks mulai tertarik ke atas untuk membentuk

segmen bawah rahim (Tyastuti, 2016).

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus

luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan

berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan

setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone

dalam jumlah yang relatif minimal.

Relaksasi suatu hormon protein yang mempunyai struktur

mirip dengan insulin yang disekresi oleh korpus luteum,

desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi utamanya adalah

dalam proses remodelling jaringan ikat pada saluran


9

reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan

dan keberhasilan proses persalinan. Perannya belum diketahui

secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek pada

perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium

yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm (Tyastuti,

2016).

4) Vagina dan Perinium

Selama kehamilan peningkatan vaskulirasi dan hiperemia

terlahat jelas pada kulit dan otot-otot di perinium dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang

dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi

penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

hipertrofi dari sel-sel otot polos (Tyastuti, 2016).

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan yang merupakan untuk mengalami peregangan pada

waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,

mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.

Perubahan ini menyebabkan bertambah panjangnya dinding

vagina. Papila mukosa juga mengalami hipertrofi dengan

gambaran seperti paku sepatu. Peningkatan volume sekresi

vagina juga terjadi dimana sekresi akan berwarna keputihan,

menebal dan Ph antara 3,6-6 yang merupakan hasil dari

peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan


10

oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidophilus

(Tyastuti, 2016).

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai

daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan striae

garavidarum. Pada multipara selain striae berwarna kemerahan

juga ditemukan striae yang berwarna perak berkilau yang

merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit garis di pertengahan perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang

disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul

dalam ukuran yang bervariasi di wajah dan leher yang disebut

dengan chloasma. Selain itu, pada daerah areola dan area

genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan itu

biasanya akan hilang atau jauh berkurang setelah persalinan

(Tyastuti, 2016).

6) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan

bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih

terlihat kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu

cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat


11

keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asibus

yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, ASI

belum bisa di produksi dikarenakan hormon prolaktin ditekan

oleh Prolactin inhibiting hormon. Setelah persalinan kadar

progesterone dan esterogen akan menurun sehingga pengaruh

inhibisi progesteron terhadap Alfa lactalbulmin akan hilang.

Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan

pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. Pada

bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman

(Tyastuti, 2016).

7) Perubahan metabolik

Sebagian besar pada kehamilan berasal dari uterus dan isinya.

Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselluler.

Pertambahan berat badan selama kehamilan sesuai dengan

Indeks Masa Tubuh (IMT).

Tabel 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama


Kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh
Kategori IMT Rekomendasi

(kg)
Rendah <19,8 12,5

Normal 19,8-26 11,5-16

Tinggi 26-29 7-11,5

Obesitas >29 >7

Gameli 16-20,5
Sumber: Cunningham, 2012
12

Pada trimester ke 2 dan ke 3 pada perempuan dengan gizi baik

dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg,

sementara pada perempuan dengan kurang atau berlebih

dinjurkan menambah berat badan perminggu masing-masing

sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.

Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal

yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolalitas

daro 10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya

ambang rasa haus dan sekresi vasoprsin. Fenomena ini dimulai

terjadi pada awal kehamilan (Tyastuti, 2016).

8) Sistem kardiovaskular

Perubahan fisiologis yang paling nyata terjadi pada sistem

kardiovaskuler sebagai persiapan untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan jaringan ibu dan janin. Perubahan ini

secara tidak langsung oleh efek mekanis. Volume darah total

meningkat sebanyak 30-50%, lebih kepada kehamilan

multipel. Peningkatan berkolerasi erat dengan berat lahir dan

karena dimulai sejak awal kehamilan, mekanisme perubahan

dini sistem kardiovaskuler ini disebabkan oleh faktor hormon.

Ekspansi plasma lebih besar dari pada peningkatan sel darah

sehingga secara keseluruhan terjadi hemodilusi (pengenceran

darah). Pada curah jantung meningkat. Tekanan darah


13

menurun pada awal kehamilan dan kembali mendekati nilai pra

hamil menjelang aterm (Lalita, 2013).

9) Traktus digestivus

Sering dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan

tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks

yang akan bergeser kearah atas dan lateral.

Perubahan yang nyata akan terjadi motalitas otot polos pada

traktus digestivus, dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan

peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa

phyrosis yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke

esofagus bawah sebagai akibat peubahan posisi lambung dan

menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah.

Gusi akan menjadi hiperemis dan lunak sehingga dengan

trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis

selama kehamilan akan muncul tetapi setelah persalinan akan

berkurang secara spontan. Hemorroid juga merupakan suatu

hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan

peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena

pembesaran uterus.

Hati pada manusia tidak mengalami perubahan selama

kehamilan baik secara anatomik maupun morfologik. Pada

fungsi hati kadar alkalin fosfate akan meningkat hampir dua

kali lipat (Lalita, 2013).


14

10) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang

dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga

panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai

turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

Ginjal akan membesar, glomerulus, dan renal plasma flow juga

akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam

amino dan vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih

banyak. Glokosuria juga merupakan suatu hal yang umum,

tetapi kemungkinan adanya diabetes melitus juga tetap harus

diperhitungkan.

Pada ureter akan terjadi dilatasi dimana sisi kanan akan

membesarkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter

kiri dilindungi oleh kolomsigmoid dan adanya tekanan yang

kuat pada susu kanan uterus sebagai konsekuensi dan

dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang

di atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai faktor

penyebabnya. Penyebab lainnya diperkirakan karena pengaruh

hormon progesterone (Tyastuti, 2016).


15

11) Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis membesar tetapi

kelenjar ini tidak mempunyai arti penting dalam kehamilan.

Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan

dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan

meningkat 10 kali lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya

setelah persalinan konsentrasi plasma akan menurun. Kondisi

ini akan ditemukan pada ibu menyusui (Tyastuti, 2016).

12) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke

posisi anterior, lordosis, menggeser pusat daya berat ke

belakang kearah dua tungkai. Sendi sakro iliaka, sakro koksigis

dan pubis akan meningkatkan mobilitasnya yang diperkirakan

karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat

mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya

menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah

punggung terutama pada akhir kehamilan (Tyastuti, 2016).

3. Perubahan Psikologis Wanita Hamil

Trimester ketiga sering disebut dengan periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester

ketiga. Mungkin wanita cemas dengan kehidupan bayinya dan

kehidupan sendiri seperti apakah bayinya nanti akan lahir abnormal,


16

terkait persalinanan dan pelarian (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal

lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan

bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar

biasa besar, apakah organ vitalnya akan mengalami cidera akibat

tendangan bayi (Lalita, 2013).

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang

semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,

jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan

konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ke tiga,

peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya

akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi

halangan (Lalita, 2013).

Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada

kehadiran bayi. Saat ini orang-orang disekelilingnya akan membuat

rencana pada bayinya. Wanita tersebut akan berusaha melindungi

bayinya, dengan menghindari kerumunan atau seseorang atau apapun

yang dianggap membahayakan. Dia mungkin akan mencari buku yang

berisi nama-nama atau mengikuti penyuluhan kesehatan yang

berkaitan dalam rangka mempersiapkan kelahiran dan kesiapan

menjadi orang tua. Membuat atau membeli pakaian bayi, dan mengatur

ruangan. Banyak hal yang diberikan untuk merawat bayinya.


17

Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita

mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan tahu

kapan dia melahirkan. Mimpinya mencerminkan perhatian dan

kekhawatirannya. Dia lebih sering bermimpi tentang bayinya, anak-

anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terjebak disuatu tempat kecil

dan tidak bisa keluar. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan

bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Wanita

mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian dan hak

istimewa yang dimiliki selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian

tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong.

Perasaan mudah terluka dan juga terjadi pada masa ini. Wanita tersebut

mungkin merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan

perhatian yang lebih besar dari pasangannya. Pada pertengahan

trimester ketiga, hasrat seksual tidak setinggi pada trimester ke dua

karena abdomen menjadi sebuah penghalang (Kusmiyati, 2013).

4. Asuhan Antenatal Care (ANC)

Asuhan Antenatal Care adalah suatu program yang terencana

berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil,

untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan

yang aman dan memuaskan (Walyani, 2015).

Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan dilakukan untuk

mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah

kunjungan tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang


18

berkunjung ke fasilitas pelayanan. Namun setiap kontak tenaga

kesehatan, baik posyandu, polindes, atau kunjungan rumah dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2008).

Tujuan utama ANC adalah menurunkan atau mencegah

kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Dan mempunyai tujuan

khusus yaitu:

a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu

dan perkembangan bayi yang normal.

b. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan

penatalaksanaan yang diperlukan.

c. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional,

dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya

komplikasi (Tyastuti, 2016).

Pemerintah telah menetapkan program kebijakan kunjungan ANC

dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan:

a. Trimester I sebelum 14 minggu

Pada trimester pertama tujuan ANC antara lain mendeteksi masalah

yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa, mencegah

masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional

yang berbahaya), membangun hubungan saling percaya, memulai

persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi,


19

mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olah raga, istirahat,

seks, dan sebagainya) (Lalita, 2013).

b. Trimester II 14-28 minggu

Pada trimester ke dua tujuan ANC antara lain mendeteksi masalah

yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa, mencegah

masalah, misal:tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional

yang berbahaya, membangun hubungan saling percaya, memulai

persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi,

mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olah raga, istirahat,

seks, dan sebagainya), kewaspadaan khusus terhadap hipertensi

kehamilan (deteksi gejala pre-eklamsia, pantau TD, evaluasi

edema, proteinuria) (Lalita, 2013).

c. Trimester III 28-36 minggu

Pada trimester ke tiga tujuan ANC antara lain mendeteksi

masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa,

mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya, membangun saling percaya, memulai

persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi,

mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,

seks dan sebagainya), deteksi kehamilan ganda (Lalita, 2013).

d. Setelah 36 minggu

Tujuan ANC setelah usia 36 minggu antara lain mendeteksi

masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa,


20

mencegah masalah misalnya: tetanus neonaturum, anemia,

kebiasaan tradisonal yang membahayakan, membangun hubungan

saling percaya, memulai persiapan kelahiran dan kesiapan

menghadapi komplikasi, mendorong perilaku sehat (nutrisi,

kebersihan, olah raga, istirahat, seks dan sebagainya), deteksi

kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS

(Kusmiyati, 2013).

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan

harus mwmberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar

(10T) terdiri dari:

Timbang BB dan ukur TB (T 1)

Penimbangan berat badan setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya

menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran

tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis

adanya factor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil

kurang dari 145 cm meningkatan resiko untuk terjadinya Chephalo

Pelvic Disproportion (CPD).

Ukur tekanan darah (T 2)

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi tekanan


21

darah >140/90 mmHg pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi

disertai dengan edema wajah wajah dan atau tungkai bawah, dan

atau proteinuria).

Nilai status gizi ukur lingkar lengan atas/LILA (T3)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama

oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil

beresiko Kurang Energi Kronis (KEK). KEK disini maksudnya

adalah ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari

23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayin Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR).

Ukur tinggi fundus uteri (T 4)

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai

atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai

dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan

janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah

kehamilan 24 minggu.
22

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri

Umur Kehamilan TFU (cm) TFU Leopold

Minggu
12 12 cm 1-2 jari di atas

16 16 cm simpisis

20 20 cm Pertengahan simpisis

24 24 cm pusat

28 28 cm 3 jari bawah pusat

32 32 cm Setinggi pusat

36 36 cm 3 jari di atas pusat

40 40 cm Pertengahan pusat-

PX
Sumber:
3 jari di bawah PX
Walyani,
Pertengahan pusat-
2015
PX
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) (T5)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester

II dan selanjutnya dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.

Pemeriksaan ini dimaksudkan agar mengetahui latak janin. Jika

pada trimester III letak bagian bawah janin bukan kepala, atau

kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,

panggul sempit atau ada masalah lain. Penailaian DJJ dilakukan

pada awal trimester I dan selanjutnya dilakukan setiap kali


23

kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali permenit atau

DJJ cepat lebih dari 160 kali permenit menunjukkan adanya gawat

janin.

Skrining status imunisasi TT dan berika imunisasi TT bila

diperlukan (T 6)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil

harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

harus diskrining status imunisasinya. Pemberian imunisasi TT ibu

hamil minimal mempunyai status imunisasi T2. Ibu dengan T5

tidak TT lagi.

(PP IBI, 2016)

Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi TT

Imunisasi Interval % Masa


Perlindunga Perlindungan
n
TT 1 Pada 0% Tidak ada
kunjunga
n ANC
TT 2 4 80% 3 Tahun
minggu
setelah
TT 3 TT1 95% 5 Tahun
6 bulan
setelah
TT 4 TT 2 99% 10 Tahun
1 Tahun
TT 5 setelah 99% 25 Tahun/seumur
TT 3 hidup
1 Tahun
setelah
Sumber: TT 4

Astuti, 2011

Beri tablet tambah darah (tablet besi) (T 7)


24

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat

minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak

pertama.

Pemeriksa laboratorium (rutin dan khusus) (T 8)

Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil adalah

pemeriksaan yang rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium

rutin adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada setiap ibu

hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, protein urine, dan

pemeriksaan spesifik daerah endemis (malaria, IMS, HIV).

Sementara pemeriksaan laboatorium khusus adalah pemeriksaan

laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang

melakukan kunjungan antenatal, pemeriksaan laboratorium

dilakukan saat antenatal tersebut meliputi pemeriksaan golongan

darah, Hb, protein dalam urin, kadar gula darah, darah malaria, tes

sifilis, HIV, Pemeriksaan BTA.

Tatalaksana/penanganan kasus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium. Setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standard dan kewenangan

bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan.

Temu wicara (konseling) (T 10)


25

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan

sehat, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala

penyakit menular dan tidak menular, penawaran untuk pemeriksaan

tes HIV, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) danpemberian ASI

eksklusif, KB paska persalinan, imunisasi, Peningkatan kesehatan

intelegensia pada kehamilan (brain booster).

(PP IBI, 2016)

5. Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil

Kebutuhan fisik seiring dengan masa kehamilan selalu berubah

dari sebelum hamil. Sekarang kehamilan tidak lagi merupakan

hambatan bagi semua wanita untuk mendapatkan kepuasan terhadap

aktualisasi diri, namun kebutuhan ini sangat penting diawasi agar

kehamilan dapat berjalan dengan baik dan kelak akan melahirkan bayi

yang sehat dengan tidak ada komplikasi medis, psikologi dan sosial

pada ibu.

a) Personal hygiene

Tidak ada larangan untuk mandi selama kehamilan atau masa

nifas. Dibeberapa komunitas tertentu mandi merupakan hal yang

tabu untuk dilakukan pada saat hamil. Perlu adanya upaya untuk

tetap menjaga kebersihan selama kehamilan dengan berbagai cara.


26

Selama trimester terakhir, uterus yang berat biasanya

mengganggu keseimbangan wanita hamil dan meningkatkan

kemungkinan wanita hamil terpeleset (Lalita, 2013).

b) Pakaian

Secara umum direkomendasikan bahwa busana yang

digunakan selama hamil seyogyanya nyaman dan tidak ketat.

Dibeberapa negara maju konsep ini tidak dianut lagi oleh para paka

mode mereka mengatakan keelokan ibu hamil saat ini adalah pada

busana ketat yang tidak menyembunyikan tubuh.

Pakaian yang longgar dan tidak ketat dimaksudkan agar

aktivitas, kenyamanan dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan

lancar. Keutamaan baju hamil yang harus diperhatikan adalah agar

ibu merasa nyaman, mudah bernafas, tidak lembab dan menyokong

payudara. Meningkatnya masa payudara dapat menyebabkan

payudara menggantung dan terasa nyeri, dan untuk menjaga

kenyamanan diindikasikan penggunaan bra yang menopang secara

pas. Stoking yang ketat sebaiknya dihindari (Lalita, 2013).

c) Eliminasi

Wanita yang sebelumnya tidak mengalami masalah konstipasi

dapat mempunyai masalah ini pada trimester kedua dan ketiga.

Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltis yang disebabkan

relaksasi otot-otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan

jumlah progesterone. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat


27

pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan

motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan

konstipasi. Zat besi dapat memperbesar masalah ini pada sebagian

wanita hamil (Lalita, 2013).

d) Istirahat/tidur

Selama kehamilan penting untuk mendapatkan tidur yang

cukup, dan harus tidur paling sedikit 8 jam semalam, meskipun

kebalikannya, walaupun lelah dan letih hal ini tidak membuat ibu

hamil mudah untuk tertidur pulas bahkan akan memperberat

keluhan insomnia. Menurut teori susah tidur ini disebabkan oleh

metabolisme bayi yang sedang berlangsung

Bayi sedang tumbuh dan berkembang setiap saat mengitari

jadi metabolismenya tidak melambat ketika malam tiba. Tubuh ibu

harus memberikan energi secara konstan dengan makanan dan

oksigen dan metabolisnya tidak dibiarkan melambat. Ini sering kali

direfleksikan dengan tidak bisa tidur.

Karena wanita hamil tidak bisa tidur yaitu dengan baik

pada malam hari, tidur siang atau hanya sekedar berbaring dan

melemaskan otot-otot penting dilakukan. Tidur siang hanya

memerlukan waktu 30 menit sampai satu jam dengan intensitas

yang baik (Lalita, 2013).


28

e) Traveling/perjalanan

Wanita sehat bepergian tidak berefek buruk bagi kehamilan.

Waktu terbaik untuk melakukan perjalanan adalah trimester ke dua,

ibu hamil masih memiliki energi yang cukup komplikasi jarang

terjadi pada masa ini. Pada trimester pertama perjalanan membuat

lelah berlebihan karena pada masa ini banyak ketidaknyamanan

yang dirasakan oleh ibu dan tubuh masih dalam proses penyesuaian

diri terhadap kehamilan. Pada trimester ke tiga perjalanan tidak

akan dinikmati dengan baik karena postur dan bentuk rahim yang

telah membesar telah membuat ibu hamil susah untuk duduk atau

berdiri terlalu lama dan mudah merasakan lelah (Tyastuti, 2016).

f) Pekerjaan

Adanya peningkatan 20-60% persalinan premature, retriksi

pertumbuhan janin, atau hipertensi pada pekerjaan yang menuntut

banyak kegiatan fisik. Resiko terpapar zat-zat teratogenic harus

dipertimbangkan selama ibu terpapar dalam lingkungan pekerjaan.

Akal sehat mengatakan bahwa setiap pekerjaan yang menyebabkan

wanita hamil mengalami tekanan fisik hebat harus dihindari

(Kusmiyati, 2013).

g) Kebutuhan seksual

Penurunan keinginan seksual pada trimester pertama dan

ketiga, dan mengalami peningkatan pada trimester ke dua. Selama

trimester pertama wanita dapat mengalami keletihan dan mual.


29

Selama trimester ketiga penambahan berat badan, pembesaran

perut, payudara terasa sakit dan masalah-masalah lain yang

membuat keinginan seks menurun. Kehamilan nyatanya dapat

meningkatkan seks pada wanita tertentu. Koitus harus dihindari

apabila terdapat ancaman abortus atau partus prematurus. Diluar

itu, hubungan seks pada wanita hamil yang sehat umumnya

dianggap tidak berbahaya sebelum sekitar 4 minggu terakhir

kehamilan. Kadang-kadang hasrat seksual ditengah larangan

melakukan koitus menjelang akhir kehamilan mendorong

dilakukannya praktek-praktek seks yang membahayakan

(Kusmiyati, 2013).

h) Kebutuhan Nutrisi

Kalori dan protein

Secara keseluruhan kebutuhan kalori wanita hamil setidaknya

harus ditambah 300 kali dari 2200 kalori yang dianjurkan selama

tidak hamil dan 60 gram protein yakni 10 gram perhari melebihi 50

gram yang dianjurkan bagi wanita yang tidak mengandung (Lalita,

2013).

Zat besi

Semua wanita hamil (kecuali yang memiliki kontaindikasi

medis seperti hemokromatosis) harus menerima suplemen zat besi

60 mg/hari dan minimal 90 tablet selama kehamilan. Suplemen ini

bertujuan untuk sintesis haemoglobin selama kehamilan baik pada


30

ibu maupun pada janin, untuk mengganti kehilangan darah pada

saat persalinan. Sebagian wanita tidak memiliki simpanan zat besi

yang adekuat dan asupan diet yang mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan tersebut (Lalita, 2013).

Asam folat

Kebutuhan asam folat adalah sebanyak 200-400 mikrogram

atau total 0,4 hingga 0,8 miligram setiap hari. Penggunaan asam

folat 400 mikrogram untuk mengurangi risiko melahirkan bayi

dengan spina bifida atau kelainan syaraf lainnya. Hanya efektif

sebelum terjadi konsepsi dan selama 6-8 minggu pertama

kehamilan (Rukiah dan Yulianti, 2014).

Mineral

Hampir semua makanan yang menghasilkan cukup kalori

untuk menghasilkan pertambahan berat yang memadai

mengandung cukup mineral untuk mencegah difesiensi apabila

digunakan adalah garam beryodium penggunaan suplemen yang

berlebihan misalnya 10 kali lebih banyak dari yang dianjurkan,

yang sering dibeli sendiri oleh cukup banyak masyarakat

menimbulkan kekuatiran terjadi toksisitas nutrient selama

kehamilan (Lalita, 2013).

i) Senam hamil

Senam hamil adalah olahraga yang dilakukan ibu hamil untuk

mempersiapkan ibu dalam menghadapi persalinan, senam hamil


31

dianjurkan pada usia 20 minggu ke atas, ibu hamil tidak dianjurkan

untuk melakukan senam hamil apabila menderita: asma, penyakit

jantung, hipertensi, mengalami gangguan pada serviks, perdarahan

pervagina atau muncul bercak darah, gangguan pada plasenta,

memiliki riwayat kelahiran premature pada kehamilan sebelumnya,

terdeteksi hamil kembar, anemia (Tyastuti, 2016).

6. Kebutuhan Psikologi Ibu hamil TM III

Masa kehamilan merupakan masa terjadinya perubahan–

perubahan besar dalam keluarga, tubuh serta keseimbangan emosi.

Untuk menjaga keseimbangan, menjaga tubuh agar tetap sehat dan

mencari ahli kesehatan atau orang yang mendukung wanita selama

kehamilan sangat penting. Begitu juga persiapan bagi seluruh anggota

keluarga dan informasi yang tepat selama kehamilan untuk

menghadapi masa kelahiran dan membesarkan anak.

Tiap orang bereaksi terhadap kehamilan dengan cara yang

berbeda. Menyiapkan diri untuk kehamilan dan menjadi orang tua

merupakan cara yang baik untuk mengatasi kekuatiran serta

mendapatkan informasi dan gambaran tentang kehamilan dan masa

menjadi ibu.

Persiapan menjadi seorang ibu adalah puncak peranan seorang

wanita sepanjang kehidupannya. Karena ini membuktikan ia mampu

secara biolgis dan akan memenuhi segala keinginannya. Ini

memberikan kesempatan kepadanya untuk menempatkan dirinya dan


32

berperan aktif lagi dalam generasi berikut dan mulai mengembangkan

pengaruhnya (Lalita, 2013).

7. Ketidaknyamanan TM III dan cara mengatasi

Pada periode ini banyak hal-hal yang kurang nyaman akibat

pertumbuhan janin, maka organ sekitarnya mendapatkan tekanan

sehingga memperburuk keadaan serta menimbulkan keluhan baru.

Sementara itu ukuran janin dan posisi terkadang membuat ibu hamil

merasa tidak nyaman dan susah tidur, ditambah lagi dengan lelah

akibat membawa tambahan bobot tambahan sampai bayi dilahirkan.

Berikut ketidaknyamanan pada TM III yang sering terjadi pada ibu

hamil:

a) Bengkak/edema

Tubuh menghasilkan dan menyimpan cairan tambahan

selama hamil, akibatnya banyak ibu hamil yang mengalami

bengkak, terutama di akhir kehamilan. Bengkak sering timbul di

kaki, tumit, dan wajah. Penekanan pembesaran uterus pada

pembuluh vena mengakibatkan darah balik dari bagian bawah

tubuh terhambat, sehingga menyebabkan kaki dan tungkai bawah

menjadi edema. Dianjurkan untuk banyak minum, mengkompres

air dingin, memakai sepatu longgar dan meninggikan kaki pada

saat duduk atau istirahat. Jika pembengkakan terjadi dengan cepat

seta berlebihan ini mungkin merupakan tanda pre-eklamsia. Cara

mengatasinya yaitu hindari memakai pakaian ketat, elevasi kaki


33

teratur setiap hari, posisi menghadap kesamping saat berbaring

(Rukiah dan Yulianti, 2014).

b) Pembesaran payudara

Diakhir kehamilan payudara semakin besar guna

mempersiapkan proses menyusui. Pertambahan jaringan payudara

bisa mencapai 1,4 kg, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan tidak

nyaman. Cara mengatasinya yaitu dianjurkan untuk memakai bra

khusus untuk mensuport payudara. Payudara juga bisa

mengeluarkan kolustrum/ASI awal pada usia kehamilan 5-6 bulan,

sehingga dianjurkan untuk memasang pad khusus di bawah bra

agar ASI tidak berceceran kemana-mana (Tyastuti, 2016).

c) Keringat meningkat

Sering terjadi peningkatan produksi keringat. Ini akibat

menigkatnya metabolisme (pembakaran kalori) tubuh wanita hamil.

Jika udara panas dianjurkan meminum air dingin, beristirahat, serta

mandi air dingin (Rukiah dan Yulianti, 2014).

d) Stretch mark

Garis-garis perut berwarna merah, pink atau keunguan atau

kehitaman bisa muncul di perut, paha, bokong dan payudara.

Munculnya terutama mulai pada TM II dan bertambah banyak pada

TM III. Separuh wanita hamil mengalami ini. Setelah lahir stretch

mark akan memudar sampai minimal, tetapi tidak bisa hilang

(Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).


34

e) Perubahan warna kulit

Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap. Daerah puting

juga bisa menghitam, juga timbul garis hitam dibagian tengah perut

mulai dari umbilicus ke daerah atas bulu kemaluan (linea nigra).

Juga bisa menimbulkan hitam atau coklat hidung, jidat, pipi,

dikenal dengan istilah cloasma, kondisi ini lazim menghilang

setelah persalinan (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

f) Konstipasi atau sembelit

Konstipasi/sembelit terjadi karena peningkatan hormon

progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus

kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi karena perubahan

uterus yang semakin membesar, sehingga uterus menekan daerah

perut dan penyebab lain konstipasi adalah karena tablet zat besi

yang diberikan oleh tenaga kesehatan, selain itu tablet zat besi juga

mengakibatkan warna feses ibu hamil berwarna kehitam-hitaman

tetapi tidak perlu dikhawatirkan oleh ibu hamil karena perubahan

warna feses karena pengaruh zat besi ini adalah normal cara

mengatasi sembelit/konstipasi yaitu minum air putih yang cukup

minimal 6-8 gelas/hari, makanlah makanan yang berserat tinggi

seperti sayuran dan buah, lakukan olahraga ringan secara teratur

(Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).


35

g) Insomnia

Pada ibu hamil, gangguan tidur umumnya terjadi pada

trimester I dan trimester III. Pada trimester III gangguan ini terjadi

karena ibu hamil sering buang air kecil, gangguan ini juga

disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dialami ibu hamil seperti

bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu cara

mengatasi insomnia adalah menghindari kafein (teh, kopi, cokelat),

hentikan olahraga 3 atau 4 jam sebelum tidur, usahakan tidur

sebentar disiang hari cukup 30-60 menit, posisi tidur miring ke kiri

akan membantu darah dan nutrisi mengalir lancar ke janin dan

rahim serta membantu ginjal untuk sedikit memperlambat produksi

urin (Kartika, 2012) .

h) Nyeri punggung Bawah (pinggang)

Nyeri pinggang adalah nyeri yang terjadi pada bagian

lumbosacral. Nyeri pinggang akan meningkat intensitasnya seiring

pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat

pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya.

Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang

membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian perut

terhadap postur tubuhnya maka ia akan berjalan dengan ayunan

tubuh ke belakang akibat peningkatan lordosis cara mengatasinya

yaitu postur tubuh yang baik, mekanik tubuh yang tepat saat

mengangkat beban, hindari membungkuk berlebihan, gunakan


36

sepatu bertumit rendah, pijatan dan usapan pada punggung, untuk

istirahat gunakan kasur yang menyokong atau gunakan bantal di

bawah punggung untuk meluruskan punggung dan meringankan

tarikan dan regangan (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

i) Kegerahan

Saat hamil terjadi peningkatan aliran darah, agar penyuluhan

zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin dapat

berjalan lancar. Kondisi ini dapat menyebabkan merasa panas atau

kegerahan. Kegerahan juga disebabkan oleh peningkatan hormon

progesterone yang membuat pembuluh darah melebar dan aliran

darah meningkat, juga disebabkan oleh metabolism tubuh yang

makin tinggi, janin juga bisa menghasilkan panas di dalam

tubuhnya tetapi janin belum bisa melakukan proses berkeringat dan

bernafas maka kelebihan panas di dalam tubuh janin dibuang ke

ibu. Itu sebabnya semakin bertambah usia janin panas yang

dikeluarkan tubuhnya juga semakin banyak cara mengatasi

kegerahan yaitu pakai baju yang longgar dan nyaman, pilihlah baju

yang mudah menyerap keringat, jaga sirkulasi udara di dalam

rumah agar tetap baik, perbanyak minum (Fatimah dan

Nuryaningsih, 2017).

j) Sering buang air kecil

Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan

uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung


37

kemih tertekan dan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat

karena kapasitas kandung kemih berkurang. Sebab lain adalah

karena yaitu terjadi aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi

ketika wanita sedang berbaring pada saat tidur malam hari.

Akibatnya adalah pola urinan kebalikannya sehingga terjadi

peningkatan pengeluaran urin pada saat hamil tua cara

mengatasinya yaitu kosongkan saat ada dorongan untuk kencing,

mengurangi asupan cairan pada sore hari dan perbanyak minum

pada siang hari (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

k) Hemoroid

Secara khusus ketidaknyamanan ini terjadi pada trimester II

dan trimester III. Hal ini sering terjadi karena konstipasi. Sama

halnya dengan varises, pembuluh darah vena di daerah anus juga

membesar. Diperparah lagi akibat tekanan kepala terhadap vena di

rectum. Konstipasi berkontribusi dalam menimbulkan pecahnya

hemoroid sehingga menimbulkan perdarahan cara mengatasi yaitu

hindari konstipasi, menghindari ketegangan saat defekasi, kompres

air hangat agar meningkatkan sirkulasi dan senam kegel untuk

menguatkan otot perineal (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

l) Perut kembung

Ketidaknyamanan ini terjadi pada trimester II dan trimester

III. Hal ini berawal dari motilitas gastrointestinal menurun,

menyebabkan terjadinya perlambatan waktu pengosongan


38

menimbulkan efek peningkatan progesterone pada relaksasi otot

polos dan penekanan uterus pada usus besar cara mengatasi yaitu

hindari makanan yang mengandung gas, mengunyah makanan

secara sempurna, pertahankan kebiasaan BAB yang teratur, posisi

knee chest dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat

gas tidak keluar (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

m) Susah bernapas

Pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil akan merasa

susah bernapas hal ini karena tekanan bayi berada dibawah

diafragma menekan paru ibu. Sering dikeluhkan berupa sesak

napas, akibat pembesaran uterus yang menghalangi pengembangan

paru-paru secara maksimal, tapi setelah bayi turun ke panggul

biasanya akan merasa lega dan bernapas lebih mudah (Fatimah dan

Nuryaningsih, 2017).

n) Kontraksi perut

Kontaksi palsu berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur,

dan hilang bila duduk maupun istirahat (Fatimah dan Nuryaningsih,

2017).

o) Kram kaki

Sering terjadi pada kehamilan trimester II dan III dan

biasanya berhubungan dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada

saraf kaki atau karena rendahnya kadar kalsium (Fatimah dan

Nuryaningsih, 2017).
39

p) Keluar cairan vagina

Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.

Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental

dan mendekati persalinan lebih cair cara mengatasinya yaitu tetap

menjaga kebersihan area genetalia (Fatimah dan Nuryaningsih,

2017).

q) Rasa sakit pada waktu berhubungan seksual

Ketidaknyamanan ini terjadi selama kehamilan. Akibat

pembesaran uterus, hal ini menyebabkan penurunan sirkulasi,

pelvic/vagina kongesti. Sedangkan masalah fisik kungkin

disebabkan oleh pembesaran abdomen/masuknya bagian terbawah

janin ke dalam pelvic (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

r) Varises pada kaki

Ketidaknyamanan ini terjadi pada trimester ke II dan ke III.

Akibat tekanan pembuluh vena besar yang terletak di belakang

uterus, darah balik dari tubuh bagian bawah terhambat dan

menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh vena, akibatnya

muncul varises (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

8. Tanda Bahaya TM III

a) Perdarahan pervagina

Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak/sedikit menandakan plasenta previa jika disertai


40

nyeri bisa terjadi karena solusio plasenta (Rukiah dan Yulianti,

2014)

b) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah

sakit kepala yang hebat, yang menetap dan tidak menghilang

dengan istirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala hebat tersebut

ibu mungkin menemukan bahwa pengelihatannya kabur atau

terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala

dari preeklamsia (Rukiah dan Yulianti, 2014).

c) Perubahan visual dengan tiba-tiba (rabun senja)

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak,

misalnya pandangan kabur atau terbayang yang mengindikasikan

pada gejala preeklamsia (Rukiah & Yulianti, 2014).

d) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah

beristirahat. Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik,

aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis,

penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih,

atau infeksi lain (Rukiah dan Yulianti, 2014)

e) Bengkak pada muka atau tangan

Bengkak bisa menujukkan adanya masalah serius jika muncul

pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, disertai


41

dengan keluahan fisik lain. Hal ini dapat merupakan pertanda,

anemia, gagal jantung, atau preeklamsia (Rukiah dan Yulianti,

2014).

f) Bayi kurang bergerak seperti biasanya

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau

ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.

Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak

paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Atau minimal adalah 10

kali dalam 12 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan

baik. Jika gerak bayi kurang dari biasanya maka waspada akan

adanya gangguan janin di dalam rahim, misalnya asfiksia janin

sampai kematian janin (Rukiah dan Yulianti, 2014).

9. Patologi Kehamilan

a. Hyperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah mual dan muntah

berlebihan pada wanita hamil sehingga pekerjaan sehari-hari

terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. HEG adalah mual

muntah yang berlebihan selama masa hamil.

b. Preeklamsia

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara

spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20

minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis


42

dengan kriteria ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan

sistolik ≥140 mmHg atau diastolic ≥90 mmHg. Yang sebelumnya

normal disertai dengan protein urin ≥0,3 gram protein selama 24

jam atau ≥20 mg/dl dengan hasil reagen urin +1.

Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein

urin, perlu dicurigai adanya preeklamsia seiring kemajuan

kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan

pengelihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan

kadar enzim ginjal abnormal. Preeklamsia dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Preeklamsia Ringan

Preeklamsia ringan ditandai dengan kenaikan tekanan darah

systole ≥30 mmHg atau diastole ≥15 mmHg (dari tekanan darah

sebelum hamil). Pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari atau

systole ≥ 140 (<160 mmHg) diastole ≥90 mmHg (≤110 mmHg)

dengan interval pemeriksaan 6 jam. Kenaikan berat badan 1 kg

atau lebih dalam 1 minggu, protein urin 0,3 gram atau lebih

dengan tingkat kualitatif +1 sampai 2, edema wajah, jari, dan

bunyi pulmoner tidak terdengar, hiperfleksi +3 tidak ada klonus

pada pergelangan kaki pengeluaran urin sama dengan masukan

≥30 ml/jam, nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan

pengelihatan, tidak ada nyeri ulu hati

2) Preeklamsia Berat
43

Preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah

160/110 mmHg, oligouria (urin kurang dari 400 cc/24 jam),

protein urin lebih dari 3 gr/liter, nyeri epigastrium, gangguan

pengelihatan, nyeri kepala, edema pari dan sianosis, gangguan

kesadaran, pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai

icterus, perdarahan pada retina, trombosit kurang dari

100.000/mm.

c. Anemia

Anemia adalah keadaan tubuh yang kekurangan

hemoglobin (Hb). Kadar Hb normal pada ibu hamil lebih dari 11 gr

% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester ke 2

nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak

hamil terjadi karena hemodilusi terutama pada trimester 2. Tanda

anemia yaitu cepat Lelah, lesu, mata berkunang, pusing, gampang

pingsan, sesak nafas saat beraktivitas berat, permukaan kulit dan

wajah pucat, mual, muntah dihamil muda, jantung berdebar-debar.

Anemia dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Tidak anemia : Hb 11 gr%

2) Anemia ringan : Hb 9-10 gr%

3) Anemia sedang : Hb 7-8 gr%

4) Anemia berat : Hb <7 gr%


44

d. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi

terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat yang

paling sering terjadi menjadi tempat implantasi kehamilan ektopik.

Faktor penyebab kehamilan ektopik antara lain factor tuba yaitu

salpingitis, perlekatan tuba, kelainan konginetal tuba, pembedahan

sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba,

factor ovarium, penggunaan hormone eksogen, aborsi tuba,

penggunaan IUD.

e. Mola Hidatodosa

Mola hidatodosa adalah jonjotan/gantungan yang tumbuh

berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung

banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan.

Faktor penyebab mola hidatidosa adalah ovum sudah patologi

sehingga mati tetapi terlambat dikeluarkan, kekurangan protein,

infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

f. Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum

kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Aborsi atau abortus adalah menggugurkan kandungan berarti

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan.
45

g. Kehamilan postdate

Kehamilan postdate adalah kehamilan lewat wajtu yang

usia kehamilan lebih dari 42 minggu. Kehamilan 42 minggu

didapatkan dari rumus neagle atau dengan tinggi fundus uteri.

(Norma, Dwi. 2013).

B. Teori Managemen Kehamilan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis

sistematis. Oleh karena itu menajemen kebidanan merupakan alur fikir

bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani

kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Estiwidani, 2012).

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

mulai dari pegkajian, analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Estiwidani, 2012).

1. Standar I: Pengkajian

Bidan menyampaikan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

(Estiwidani,2012)

Kriteria pengkajian

Data tepat akurat dan lengkap, terdiri dari data subyektif (hasil

anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetric, riwayat

kesehatan, dan latar belakang social budaya). Data Obyektif (Hasil

pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang).


46

a. Data Subyektif adalah data yang berhubungan dengan masalah

sudut pandang pasien (Estiwidani, 2012)


Identitas 47
Nama : Ditanyakan agar tidak terjadi kesalahan pada

identitas klien/pasien.
Umur : Untuk mengetahui kehamilan yang beresiko

berdasarkan usia klien/pasien dan suami (<20


Keluhan utama : Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
tahun >35 tahun). Pada usia <20 tahun organ-
kesehatan sehingga bidan dapat memberikan
organ reproduksi belum matang pada usia >35
asuhan yang tepat untuk klien/pasien ibu hamil TM
tahun kualitas pembuahan sel telur wanita
III sering mengeluhkan edema, pembesaran
sudah menurun, jika pada proses pembuahan
payudara, keringat meningkat, stretch mark,
ibu mengalami gangguan sehingga
perubahan warna kulit, konstipasi atau sembelit,
menyebabkan terjadinya gangguan
insomnia, nyeri pinggang, kegerahan, sering buang
pertumbuhan dan perkembangan janin, maka
air kecil, hemoroid, perut kembung varices.
Riwayat menstrusi : Untukakan mengakibatkan
mengetahui kondisiterjadinya
kesehatanIntra
organUterine
dalam

Growthklien/pasien.
kewanitaan Retardation (IUGR).
Agama
Lamanya menstruasi : : Untuk
Lama dapat melakukan
normal menstruasi 3-7 hari. asuhan yang
Siklus : Siklus menstruasi wanita tidak sama, dengan
boleh/tidak boleh dilakukan berdasarkan
variasi normal antara 26-32 hari atau 28-35 hari
kepercayaan klien/pasien.
Suku : Untuk
apabila menyesuaikan
siklus caramaka
haid <28 hari berkomunikasi dan
wanita rentan

melakukan
terkena asuhansiklus
anemia apabila yanghaid
boleh/tidak boleh
>35 hari hal ini

dilakukan
merupakan berdasarkan
dampak adat yang
dari hormon pasien.
tidak stabil.
Jumlah darahPendidikan: : Untuk menyesuaikan cara berkomunikasi
Untuk mengetahui banyaknya perdarahan ketika

pasienmaupun mengetahui
menstruasi tingkat pengetahuan
yang berhubungan dengan

berdasarkan
anemia dan kondisi tingkat pendidikan
endometrium klien/pasien.
pasien normalnya
Pekerjaan : Resiko terpapar zat-zat teratogenic harus
30-40 cc per hari.
Sifat darah : Untukdipertimbangkan
mengetahui jenis selama ibu terpapar
perdarahan dalam
ibu ketika

lingkungan pekerjaan. Akal sehat mengatakan


menstruasi.
Desminorrhea : Untuk mengetahui keluhan ibu ketika mengalami
bahwa setiap pekerjaan yang menyebabkan
menstruasi tandanya yaitu rasa sakit di perut bagian
wanita hamil mengalami tekanan fisik hebat
bawah yang disebabkan oleh peluruhan dinding
harus dihindari.
Alamat : Untuk mengetahui alamat lengkap ibu agar

tidak terjadi tertukarnya identitas klien/pasien

dan suami.

(Walyani,2015)
48

rahim.
Flour albus : Untuk mengetahui apakah ada kelainan

atau tidak normalnya berwarna bening

atau sedikit keruh dan tidak berbau.


HPHT : Untuk mengetahui kapan terakhir kali ibu

mengalami menstruasi, sehingga bidan

dapat memperkirakan umur kehamilan

pasien.
HPL : Penetapan tanggal perkiraan melahirkan.

Dapat dilakukan perhitungan internasional

menurut Naegle. Perhitungan dilakukan

dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari

pada HPHT atau dengan mengurangi 3

bulan dan menambahkan 7 hari dan 1

tahun.
(Walyani, 2015).

Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah status pernikahan, usia saat menikah,

lama pernikahan, dengan suami sekarang, istri keberapa dengan

suami sekarang. Hal ini penting untuk mengetahui status

kehamilan tersebut apakah hasil dari pernikahan yang resmi atau

hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan. Status pernikahan

bisa berpengaruh pada psikologis ibunya pada saat kehamilan

(Walyani, 2015).

Riwayat kehamilan sekarang


49

Yang perlu dikaji pada riwayat kehamilan sekarang adalah

riwayat ANC sudah dilakukan berapa kali selama kehamilan,

pergerakan janin sudah mulai dirasakan pada umur kehamilan

berapa minggu, imunisasi TT sudah dilakukan berapa kali selama

kehamilan (Handayani, 2012).

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui riwayat ibu sebelum kehamilan sekarang,

sehingga bidan dapat memberikan asuhan yang tepat berdasarkan

riwayat sebelumnya yang meliputi: G…P…A… Penyulit juga

perlu ditanyakan untuk mengantisipasi adanya riwayat berulang

pada ibu yang meliputi perdarahan, episiotomi/robekan, SC

maupun persalinan normal dengan tindakan. Keadaan bayi yang

lalu: untuk mengetahui keadaan bayi sebelumnya mengenai jenis

kelamin bayi, ASI eksklusif atau tidak, sejak kapan diberikan

makanan tambahan, dan masalah apa yang ibu alami selama

menyusui. Riwayat keluarga berencana: untuk mengetahui apakah

ibu pernah menjadi akseptor KB, atau tidak, kalau pernah KB apa

yang dipakai, berapa lama, adakah keluhan atau masalah, petugas

yang memberi pelayanan KB, kapan berhenti (Handayani, 2012).

Riwayat Kesehatan

Menanyakan kepada klien pernah menderita penyakit keturunan

atau tidak, apabila klien pernah menderita penyakit keturunan,

maka ada kemungkinan janin yang ada dalam kandungannya


50

beresiko menderita penyakit yang sama dan menanyakan apakah

ada keturunan kembar atau cacat dikarenakan hal tersebut

mungkin berpengaruh terhadap janin (Handayani, 2012).

Data kebiasaan sehari-hari :

Pola nutrisi : Pola makan dan minum pasien apakah

mencukupi kebutuhan asupan gizi nya selama

hamil yang dikaitkan dengan pola diet seimbang

dengan menu nasi, sayur, lauk, buah, makanan

selingan dan lain-lain. Adapun kalori yang

dibutuhkan ibu hamil selama kehamilan TM III

yaitu 200-300 Kkal/hari (Lalita, 2013).


Pola eliminasi : Kebiasan BAB/BAK sebelum dan selama hamil,

keluhan yang mungkin dialami ibu, frekuensi

BAB meningkat karena penurunan bagian

terbawah janin ke Pintu Atas Panggul (PAP),

sering sembelit karena hormon progesterone

meningkat (Lalita, 2013).


Pola aktivitas : Secara ideal pekerjaan atau permainan apapun

yang menyebabkan timbulnya kelelahan fisik

harus dihentikan. Selama hari kerja harus di

sediakan periode istirahat yang memadai.


Pola seksual : Hubungan seksual ibu sebelum dan selama hamil

apakah mengalami perubahan. Dan pada akhir

kehamilan, jika bagian terbawah janin sudah

turun ke dalam rongga panggul hubungan


51

seksual sebaiknya dihentikan karena dapat

menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan

(Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).


Personal : Kebersihan diri pada ibu hamil harus

hygiene diperhatikan karena ibu hamil mengalami masa-

masa perubahan kondisi fisik dan psikologi

sehingga suasana hati dan kondisi kesehatan pun

berubah-ubah. Penting dilakukan pencegahan

yang baik yaitu menyangkut kebersihan dan

suasana hati. Kebersihan dan suasana hati secara

logis berhubungan dengan rasa nyaman dan

keterpajanan terhadap kuman.


Kebiasaan : Untuk mengetahui apakah ibu hamil memiliki

merugiakan kebiasaan yang merugikan kesehatan baik

kesehatan kesehatan ibu sendiri atau keluarga misalnya

kebiasaan merokok dan memelihara hewan

periharaan.
Riwayat psikososial spiritual

Hal yang perlu dikaji yaitu tanggapan ibu dan keluarga mengenai

kehamilan saat ini, pegetahuan ibu dan keluarga terhadap

kehamilan, pengambilan keputusan oleh ketaatan ibu beribadah,

Ibu tinggal bersama hewan piaraan, dan dimana rencana tempat

persalinan (Sudarti, 2011).


52

b. Data Obyektif adalah pendokumentasian melalui hasil observasi

yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagostik lain (Sudarti, 2012).

Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Keadaan umum digunakan untuk

mengetahui kesadaran secara keseluruhann,

bahwa ibu hamil dalam keadaan baik atau

tidak (Sudarti, 2011).


Kesadaran : Untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien, dapat dilakukan, dengan

melakukan pengkajian tingkat kesadaran

mulai dari keadaan composmentis

(kesadaran maksimal), sampai dengan koma

(pasien dalam keadaan sadar) (Sudarti,

2011).
Tekanan darah : Grade tekanan darah normal <120/80

mmHg, prahipertensi sistol 120-130 mmHg

dan diastol 89-90 mmHg, hipertensi grade I

sistol 140-160 mmHg dan diastol 90-100

mmHg, hipertensi derajat 2 >160/100

mmHg (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).


Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh klien/pasien

kemungkinan febris atau infeksi dengan

menggunakan skala derajat celcius. Suhu

badan wanita hamil memiliki batas normal


53

36,5oC-37,5oC dan jika lebih dari 37,5oC

kemungkinan adanya infeksi (Walyani,

2015).
Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung

dalam 1 menit penuh. Nadi normal 60-100

kali per menit jika kurang dari 60 disebut

bradikardia bisa menyebabkan kematian, jka

lebih dari 100 takikardia dapat

menyebabkan kematian (Walyani,2015).


Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernapasan

pasien yang dihitung dalam 1 menit penuh

batas normalnya 16-24 kali per menit

(Walyani, 2015).
Berat badan : Berat badan yang bertambah terlalu besar

atau kurang perlu mendapatkan perhatian

khusus karena kemungkinan terjadi penyulit

kehamilan. Kenaikan berat badan pada

trimester III tidak boleh lebih dari 0,5 kg per

minggu (Walyani, 2015).


Tinggi badan : Tinggi badan diukur pada saat kunjungan

pertama. Perhatikan kemungkinan adanya

panggul sempit terutama pada ibu yang

pendek. Tinggi badan dikategorikan adanya

resiko apabila hasil pengukuran <145 cm

(Walyani, 2015).
IMT : Kategori rendah range <19,8 rekomendasi
54

kenaikan BB 12,5 kg, normal range 19,8-26

rekomendasi kenaikan 11,5-16 kg, tinggi 26-

29 rekomendasi kenaikan BB 7-11,5,

obesitas >29 rekomendasi kenaikan BB >7,

gameli kenaikan BB 16-20,5 kg.


LILA : Adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

Kekurangan Energi Protein (KEP) untuk

wanita subur. Pengukuran LILA kurang dari

23,5 cm merupakan indikator kuat untuk

status gizi ibu yang buruk sehingga ibu

beresiko melahirkan BBLR.


Kepala & rambut : Keadaan normal rambut berwarna hitam,

tidak mudah rontok, bersih.


Muka : Tidak oedema.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih (tidak

terjadi hyperbilirubin dan gejala anemia).


Telinga : Bersih tidak ada serumen (tidak terdapat

adanya infeksi telinga).


Hidung : Tidak terdapat polip.
Mulut : Peningkatan resiko terjadinya

pembengkakan gusi maupun perdarahan

pada gusi hal ini karena terjadi perlunakan

dari jaringan daerah gusi akibat peningkatan

hormon dan menyebabkan gusi mudah

berdarah.
Leher
Kelenjar tyroid : Keadaan normal tidak ada pembesaran.
Kelenjar limfe : Keadaan normal tidak ada pembesaran.
Vena jugularis : Keadaan normal tidak ada pembesaran.
55

Payudara
Pembesaran : Normalnya terjadi pembesaran simetris.
Areola : Pada ibu hamil akan terjadi hiperpigmentasi.
Putting Terdapat beberapa jenis putting seperti:

menonjol, datar, dan masuk ke dalam.

Tergantung putting ibu seperti apa.


Benjolan : Dalam keadaan normal tidak ada benjolan.
Dada : Simetris, dalam keadaan normal tidak

terdapat retraksi dinding dada saat ibu

bernafas.
Pengeluaran : Pada ibu hamil TM III ada yang sudah

mengeluarkan colostrum namun ada juga

yang belum dan itu semua termasuk dalam

kondisi normal.
Punggung
Posisi : Pada ibu hamil TM III akan terjadi lordosis

tulang belakang pada tulang belakangnya, namun ini

termasuk keadaan normal.


Nyeri punggung : Pada kehamilan TM III, ibu sering

dan pinggang mengeluhkan nyeri punggung. Hal ini

termasuk dalam keadaan normal, namu KIE

mobilisasi harus diberikan untuk mengatasi

masalah.
Abdomen
Pembesaran : Pada posisi normal, ibu hamil akan

mengalami pembesaran sesuai dengan masa

kehamilan.
Bekas : Manandakan adanya riwayat persalinan

luka/operasi yang lalu atau riwayat penyakit sebelumnya.


Linea : Pada ibu hamil terdapat garis berwarna
56

gelap pada bawah pusat sampai ke symfisis

yang disebut linea nigra dan hal ini bersifat

normal.
Striae : Pada ibu hamil biasanya berwarna putih

yang disebut striae albican dan hal ini

bersifat normal.
Tujuan kunjungan kehamilan trimester III umur kehamilan 28-

36 minggu untuk mendeteksi kehamilan ganda dengan

pemeriksaan:

Leopold I : Untuk menentukan TFU dan bagian janin

yang terdapat difundus. TFU pada usia

kehamilan 28 minggu TFU 3 jari di atas

pusat, 32 minggu pertengahan PX-pusat, 36

minggu 3 jari di atas PX. Pada kehamilan

normal teraba bagian kepala keras, bundar,

dan melenting.
Leopold II : Untuk menentukan bagian janin yang

terdapat di bagian kanan dan kiri ibu. Teraba

punggung jika teraba keras dan memanjang,

teraba ekstremitas seperti bagian-bagian

kecil janin.
Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin.

Teraba kepala jika keras, bundar, dan

melenting. Serta untuk menentukan bagian

terendah janin sudah masuk PAP atau


57

belum, jika sudah masuk PAP maka bagian

bawah sudah tidak dapat digoyangkan.

Untuk kehamilan primigravida bagaian

terbawah janin masuk PAP.


Leopold IV : Untuk menentukan seberapa bagian bawah

janin masuk PAP. Jika divergen: dua tangan

tidak dapat dipertemukan di PAP dan bila

konvergen kedua tangan masih dapat

dipertemukan di atas PAP. Pada

primigravida penurunan kepala janin mulai

dari usia kehamilan 28-32 jika >32 minggu

belum masuk panggul kemungkinan ibu

mengalami CPD, minggu dan multigravida

penurunan bagian terbawah janin segera saat

proses persalinan.
Tafsiran Berat : TBJ pada TFU yang masuk panggul: (TFU-

Janin (TBJ) 11)x155, TBJ pada TFU belum masuk

panggul: (TFU-12)x155.
Auskultasi : DJJ normal adalah 120-160x/menit bila

Denyut Jantung <120 atau >160 maka kemungkinan ada

Janin (DJJ) kelainan janin atau plasenta.


Genetalia
Inspeksi perineum : Untuk mengetahui bekas jahitan sehingga

diketahui riwayat persalinan sebelumnya

melalui tindakan episiotomi atau tidak.


Vagina : Untuk megetahui ada tidaknya varises
58

bahaya varises waktu melahirkan adalah

mengalami robek pada vagina sehingga

memicu perdarahan, .
Pengeluaran : Untuk mengetahui adanya pengeluaran

pervagina pervaginam yang bersifat normal/abnormal.


Anus
Hemoroid : Untuk mengetahui ada tidaknya hemoroid

pada anus ibu, sehingga diketahui resiko

pecahnya hemoroid ketika ibu melahirkan.


Ekstremitas : Untuk mengetahui ada tidaknya oedema,

varises dan sianosis pada ibu, sehingga

dapat dideteksi dini resiko yang terjadi pada

ibu.
Pelvimetris klinis
Distansia : Ukuran normalnya 23-26 cm.

spinarum
Distansia : Ukuran normalnya 26-30 cm.

kristarum
Konjungata : Ukuran normalnya 18-20 cm.

eksterna
Lingkar panggul : Ukuran normalnya 80-90 cm

Pemeriksaan : Pemeriksaan laboratorium berupa Hb,

penunjang protein urin, golongan darah, VCT, VDRL,

HBSAg. Hal ini bertujuan untuk melakukan

deteksi dini tanda bahaya pada ibu.


(Astuti, 2016)

Standar II: Perumusan Diagnosis dan atau Masalah Kebidanan

1) Pernyataan Standar
59

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidana yang tepat.

2) Kriteria perumusan diagnosa data atau masalah

a) Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek

kebidanan:

Ny…Umur…tahun G…P…A…, Umur kehamilan…minggu janin

hidup intra uteri dengan hamil normal (Diana, 2016).

DS: Biasanya ibu akan mengatakan ini kehamilan ke…,

belum/sudah pernah keguguran, usia kehamilan 28-36 minggu,

sudah merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan…

DO:

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Normalnya composmentis
Tekanan darah : >120/80 mmHg dan pra hipertensi

sistol 120-130 mmHg diastole 90-100

mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Respirasi : 16-24x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
BB : Kenaikan BB sesuai dengan IMT.

Kategori rendah range <19,8

rekomendasi kenaikan BB 12,5 kg,

normal range 19,8-26 rekomendasi

kenaikan BB 11,5-16 kg, tinggi range


60

26-29 rekomendasi kenaikan BB 7-

11,5, obesitas range >29 rekomendasi

kenaikan BB >7 kg, gamely kenaikan

BB 16-20,5 kg.
Leopold I : Untuk menentukan TFU dan bagian

janin yang terdapat difundus. Pada

kehamilan normal teraba bagian kepala

keras, bundar, dan melenting TFU pada

usia kehamilan 28 minggu TFU 3 jari di

atas pusat, 32 minggu pertengahan PX-

pusat, 36 minggu 3 jari di atas PX.


Leopold II : Untuk menentukan bagian janin yang

terdapat di bagian kanan dan kiri ibu.

Teraba punggung jika teraba keras dan

memanjang, teraba ekstremitas seperti

bagian-bagian kecil janin.


Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah

janin. Teraba kepala jika keras, bundar,

dan melenting. Serta untuk menentukan

bagian terendah janin sudah masuk

PAP atau belum, jika sudah masuk PAP

maka bagian bawah sudah tidak dapat

digoyangkan.
Leopold IV : Untuk menentukan seberapa bagian

bawah janin masuk PAP. Jika divergen:


61

dua tangan tidak dapat dipertemukan di

PAP dan bila konvergen kedua tangan

masih dapat dipertemukan di atas PAP.

Pada primigravida penurunan bagian

terbawah janin masuk panggul pada

usia 28-32 minggu apabila >32 minggu

belum mulai masuk panggul maka

kemungkinan ibu mengalami CPD dan

multigravida penurunan bagian

terbawah janin segera saat proses

persalinan.
b) Masalah

Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan

“diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap

perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu

dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita ibu

mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.

Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

biasanya bidan akan menemukan suatu kondisi dari pasien melalui

proses pengkajian yang membutuhkan suatu penatalaksanaan

tertentu (Diana, 2016).

c) Kebutuhan : Berdasarkan atas keadaan


62

umum dan keadaan fisik ibu

biasanya di butuhkan konseling

lebih lanjut.
d) Diagnosa potensial : Bertujuan untuk memberikan

patokan bagi bidan dalam hal

antisipasi serta persiapan apa

saja yang harus dilakukan

sebelum merujuk jika memang

merujuk benar-benar

diputuskan sebagai langkah

yang paling tepat.


e) Tindakan segera : Berdasarkan tindakan segera

yang ditegaskan, bidan

melakukan tindakan antisipasi

untuk menyelamatkan pasien.

Tindakan antisipasi harus

menyesuaikan batas

kewenangan bidan dan standar

pelayanan kebidanan.

(Diana, 2016)

Standar III: Perencanaan

1) Pernyataan standar
63

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

2) Kriteria perumusan diagnosa data atau masalah

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara

komprehensif. Melibatkan pasien dan keluarga. Mempertimbangkan

kondisi psikologi, social, budaya keluarga. Memilih tindakan yang

aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien dan memastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien. Mempertimbangkan

kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang

ada (Astuti, 2016).

Rencana asuhan kunjungan K3 harus diberikan pada ibu hamil,

antara lain sebagai berikut:

a) Beritahu tentang hasil pemeriksaan kepada ibu tentang bagaimana

kondisi ibu dan janin.

b) Berikan penjelasan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan pada

kehamilan TM III.

c) Berikan motivasi kepada ibu untuk tetap mempertahankan pola

makan dan minumnya.

d) Berikan konseling tentang gizi, senam hamil, personal hygiene.

e) Anjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas dan istirahat yang cukup

f) Jelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan yang harus dibawa

(P4K).
64

g) Anjurkan ibu untuk meminum tablet Fe secara rutin.

h) Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya pada usia >36

minggu atau apabila ada keluhan.

i) Catat semua tindakan yang telah dilakukan.

(Astuti, 2016)

Standar IV : Implementasi

1) Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dana man berdasarkan evidence based

kepada pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan

rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

2) Kriteria

Memperhatikan keunikan klien sebagai makluk hidup bio-psiko-

sosial-kultural. setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan

dari klien dana tau keluarganya. Melaksanakan tindakan asuhan sesuai

evidence based. Melibatkan klien dalam setiap tindakan. Mejaga privasi

klien. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi, mengikuti

perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan, meggunakan

sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai, melakukan

tindakan sesuai standar, mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

a) Bidan memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada

ibu.
65

b) Memberikan penjelasan tentang perubahan yang terjadi pada ibu

dan tentang tanda bahaya kehamilan TM III yaitu perdarahan

pervagina, pusing berkepanjangan, hebat dan menetap, pandangan

mata kabur, kaki, tangan, wajah edema, sesak nafas yang tidak

berkurang saat beristirahat, keluar cairan pervaginam, demam

tinggi, gerakan janin kurang dari 10 kali dalam 24 jam.

c) Memberikan apresiasi ibu tentang pola makan dan minum yang

selama ini sudah dilakukan dan memberikan motifasi untuk tetap

mempertahankannya.

d) Memberi konseling mengenai asupan gizi yang harus di konsumsi,

personal hygiene, senam hamil.

e) Menganjurkan kepada ibu untuk mengurangi aktivitas dan istirahat

cukup yaitu kurang lebih 8 jam.

f) Menjelaskan tanda-tanda persalian dan persiapan yang harus

dibawa oleh ibu yaitu tempat persalinan yang disepakati oleh ibu,

suami, dan keluarga (dengan mempertimbangkan kemampuan

finansial dan rasa nyaman terhadap pelayanan), biaya persalinan,

perlengkapan persalinan (pakaian ibu dan bayi), surat-surat yang

dibutuhkan, kendaraan yang digunakan menuju tempat persalinan

yang sudah disepakati, pendamping persalinan (suami, keluarga).

Pengambil keputusan jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

g) Menganjurkan ibu untuk meminum tablet Fe secara rutin,

memberikan tablet besi dengan dosis 1x1 dan vitamin beserta cara
66

meminumnya.

h) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang kehamilannya pada usia

kehamilan >36 minggu

i) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

(Astuti, 2016)

Standar V : Evaluasi

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

2) Kriteria evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi dimasalah dan diagnosis. Proses managemen asuhan

kebidanan ini merupakan suatu hasil pola fikir bidan yang

berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap

asuhan yang efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan

tersebut.

a) Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan.

b) Ibu sudah mengerti mengenai tanda bahaya kehamilan TM III yaitu

perdarahan pervagina, pusing berkepanjangan, hebat dan menetap,

pandangan mata kabur, kaki, tangan, wajah udema, sesak nafas


67

yang tidak berkurang saat beristirahat, keluar cairan pervaginam,

demam tinggi, gerakan janin kurang dari 10 kali dalam 24 jam.

c) Ibu bersedia untuk tetap mempertahankan pola makan dan minum.

d) Ibu sudah paham mengenai asupan gizi yang harus di konsumsi,

personal hygiene, senam hamil.

e) Ibu bersedia untuk mengurangi aktivitas dan istirahat cukup.

f) Ibu sudah mengerti tentang tanda persalinan dan P4K.

g) Ibu bersedia mengkonsumsi tablet Fe secara rutin.

h) Ibu bersedia kontrol pada umur kehamilan >36 minggu.

i) Pencatatan hasil tindakan sudah dilakukan.

(Astuti, 2016)

Standar VI : Pencatatan asuhan kebidanan

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan scara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

2) Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA).

Ditulis dalam bentuk pencatatan SOAP. S adalah subjektif, O adalah

objektif, A adalah analisis dan P adalah penatalaksanaan. Metode

pendokumentasian dan perkembangan yang di gunakan dalam asuhan

kebidanan SOAP adalah:


68

S : Subyektif

Pada UK >36 minggu seperti sering BAK, sembelit, sesak, nyeri

punggung atas dan bawah.

O : Obyektif

Pada UK >36 minggu dilakukan pemeriksaan leopold untuk

mendeteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan

persalinan di RS.

Leopold I : Untuk menentukan TFU dan bagian janin yang

terdapat difundus. TFU UK 36 minggu 3 jari di

bawah PX, UK 40 minggu pertengahan pusat-

PX. Pada kehamilan normal teraba bagian

bokong kurang keras, bundar dan kurang

melenting.
Leopold II : Untuk menentukan janin yang terdapat di bagian

kanan dan kiri ibu. Teraba punggung jika teraba

keras dan memanjang. Teraba ekstremitas

seperti bagian-bagian kecil janin.


Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin.

Teraba kepala jika bulat, keras dan melenting.

Serta untuk menentukan bagian terendah janin

sudah masuk PAP atau belum, jika sudah masuk

PAP maka bagian bawah sudah tidak dapat

digoyangkan. Normalnya UK >36 minggu sudah

masuk PAP.
Leopold IV : Untuk menentukan seberapa bagian bawah janin
69

masuk PAP. Jika divergen: dua tangan tidak

dapat dipertemukan di PAP dan bila konvergen

kedua tangan masih dapat dipertemukan di atas

PAP. Normalnya UK >36 minggu hasil

pemeriksaan divergen.
A : Analisis

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari

data subyektif maupun obyektif

Diagnosa kebidanan : Ny... umur...tahun G..P..A.. hamil...minggu

dengan kehamilan normal.idak ada diagnosa potensial

Masalah : Pada kehamilan normal tidak ada masalah

Kebutuhan: nutrisi, kebersihan, olah raga, eliminasi, istirahat.

Diagnosa potensial : pada kehamilan normal tidak terdapat

diagnosa potensial.

Antisipasi tindakan segera: dalam kehamilan normal tidak ada

antisipasi tindakan segera

P : Planning

Merupakan pendokumentasian implementasi dan evaluasi

1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan ibu.

Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

2) Memberikan informasi ibu tanda-tanda sudah dimulainya

persalinan, sehingga ibu dapat segera pergi ke tenaga kesehatan

untuk melakukan persalinan.


70

Evaluasi : Ibu mengetahui dan mengerti tanda-tanda persalinan

dan persiapan kelahiran.

3) Menganjurkan pada ibu perilaku hidup bersih sehat (nutrisi,

kebersihan, olahraga, istirahat, seks).

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui perilaku hidup bersih dan

sehat.

4) Memberitahu ibu istirahat yang cukup.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.

5) Memberitahu ibu perubahan fisiologis ibu hamil Trimester III.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui perubahan fisiologis TM III

6) menganjurkan ibu untuk menuju ke tenaga kesehatan apabila

sudah merasakan tanda-tanda persalinan.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk menuju ke tenaga kesehatan

apabila merasakan tanda persalinan.

7) Melakukan pemeriksaan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

Evaluasi : Tidak terdapat komplikasi akibat kehamilan

8) Melakukan pendokumentasian kebidanan

Evaluasi : Tindakan telah didokumentasikan

(Astuti, 2016)

C. Teori Medis Persalinan

1. Pengertian Persalinan
71

Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya

penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu

jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Sari dan

Rimandini, 2014).

Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan

(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah

pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia

kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi

dalam kondisi baik (Tyastuti, 2016).

2. Sebab Mulainya Persalinan

a. Rasio esterogen terhadap progesteron

Progesterone menghambat kontraksi uterus selama

kehamilan, sehingga ekspulsi fetus tidak terjadi. Sedangkan

esterogen dapat meningkatkan kontraksi uterus karena esterogen

meningkatkan jumlah taut celah (gap juction) antar sel-sel otot

polos uterus yang berdekatan. Dalam kehamilan esterogen dan

progesteron di ekskresikan dalam jumlah yang secara progresif

terus meningkat dari bulan ke bulan. Tetapi mulai bulan ke 7 dan

seterusnya esterogen terus meningkat tetapi progesteron tetap


72

konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu diduga

bahwa rasio esterogen dan progesterone yang menyebabkan

terjadinya persalinan (Damayanti, 2014).

b. Pengaruh oksitosin pada uterus

Oksitosin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh

neuro hipofisis (Hipofisis posterior) yang dapat menyebabkan

kontraksi uterus. Yaitu dimana terjadi:

Otot-otot terus meningkatkan reseptor-reseptor oksitosin dan

meningkatkan responnya terhadap oksitosin.

Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofisis mengingkat pada

waktu persalinan.

Regangan serviks atau iritasi serviks pada waktu persalinan dapat

menyebabkan reflek neurogenik yang mengakibatkan

neurohipofisis meningkatkan sekresi oksitosinnya.

Pengaruh hormon fetus pada uterus

Kelenjar hipofisis pada fetus juga mensekresikan oksitosin yang

jumlahnya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan. Kelenjar adrenal fetus menghasilkan kortisol yang

mungkin merupakan stimulan uterus. Membran fetus menghasilkan

prostaglandin yang tinggi pada waktu persalinan. Prostaglandin

dapat meningkatkan kontraksi uterus (Sari, 2014).

c. Teori keregangan
73

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai, contoh: pada hamil ganda sering terjadi

kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan

proses persalinan (Kurniarum, 2016).

d. Pengaruh janin

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian

kortikosteroid dapat menyebabkan maturase janin, dan induksi

mulainya persalinan (Kurniarum, 2016).

e. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang

dihasilkan oleh desidua diduga sebagai salah satu sebab permulaan

persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan

ekstra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap

umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga

didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik

dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum

melahirkan atau selama persalinan (Kurniarum, 2016).

3. Faktor-faktor penyebab persalinan


74

a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar)

His

His adalah kontraksi otot-otot Rahim persalinan. Tiap his

dimulai sebagai gelombang salah satu sudut dimana tuba masuk ke

dalam dinding uterus. Di tempat tersebut ada suatu pace maker.

Darimana gelombang his berasal gelombang bergerak ke dalam

dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik untuk

mengikutsertakan seluruh terus. His yang sempurna mempunyai

kejang otot paling tinggi di fundus yang lapisan ototnya paling

tebal dan puncak kontraksi sebagai simultan di seluruh bagian

uterus. Oleh karena itu serviks kurang mengandung otot maka

serviks tertarik dan dibuka lebih-lebih jika ada tekanan oleh bagian

besar yang keras, umpamanya kepala yang merangsang pleksus

saraf setempat. Kontraksi uterus bersifat intermiten sehingga ada

periode relaksasi uterus diantara kontraksi yang memiliki fungsi

penting mengistirahatkan otot uterus, memberi kesempatan ibu

untuk beristirahat, mempertahankan kesejahteraan bayi karena

kontraksi uterus menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta.

Tenaga mengejan

Segera setelah bagian presentsi mencapai dasar panggul sifat

kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa


75

ingin mengejan. Usaha mendorong ke bawah sama seperti yang

dilakukan saat buang air besar. Otot-otot diafragma dan abdomen

ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi jalan lahir. Hal ini

menghasilkan peningkatan tekanan intra abdomen. Tekanan ini

menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk

mendorong keluar. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil

apabila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif pada waktu

kontraksi rahim, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi

keluar dari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan wanita

melakukan usaha mengejan terlalu dini dilatasi serviks akan

terhambat. Mengejan akan menyebabkan kelelahan pada ibu dan

trauma pada serviks.

b. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari:

Tulang panggul

Pembahasan berikut menitik beratkan pada pentingnya konfigurasi

panggul pada proses persalinan. Tulang panggul dibentuk oleh

gabungan ilium, iskium, pubis dan tulang-tulang sakrum. Terdapat

empat sendi panggul yaitu simfisis pubis, sendi sakro iliaka kiri dan

kanan, dan sakro koksigeus. Diameter bidang pintu atas panggul,

panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir menentukan

mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan

bagaimana janin dapat menuruni jalan lahir, sudut subpubis yang


76

menunjukkan jenis lengkung pubis serta panjang rumus pubis dan

diameter intertuberositas, merupakan bagian terpenting. Karena

pada tahap awal janin harus melalui bagian bawah lengkung pubis

maka sudut subpubis yang sempit kurang menguntungkan jika

dibandingkan dengan lengkung yang bulat dan lebar.

Rongga panggul

Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh bidang aperture pelvis

superior (dalam obstetric sering disebut sebagai pintu atas

panggul). Aperture pelvis superior dibentuk oleh promontorium os

sacrum di bagaian posterior, linea ilopeptictine (linea terminalis

dan pectin ossis pubis) dibagian lateral, symphysis os pubis di

bagian anterior. Inklinasi panggul adalah sudut yang terbentuk

antara bidang yang melalui aperture pelvis superior dengan bidang

horizontal (pada keadaam mormal sebesar 60 derajat). Bagian atas

kranial terdapat apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis

spurium (pelvis major), merupakan bagian bawa daripada rongga

abdomen. Makna obstetriknya adalah untuk menahan alat-alat

dalam rongga perut dan menahan uterus yang berisi fetus yang

terus bertambah besar secara bermakna muai usia kehamilan bulan

ketiga. Ada 4 tipe panggul dasar/karakteristik, tipe gynaekoid:

bentuk pintu atas panggul seperti elips melintang kiri kanan,

hampir mirip lingkaran merupakan panggul tipikal wanita, tipe

anthropoid: bentuk pintu atas panggul seperti elips membujur


77

anteroposterior diameter transversal juga terletak di tengah.

Dinding samping panggul juga lurus, tipe android: bentuk pintu

atas panggul seperti segitiga diameter transversal terbesar terletak

di posterior dekat sacrum, tipe platypelloid: bentuk pintu atas

panggul seperti kacang atau ginjal. Diameter transversal terbesar

terletak di tengah. Bidang hodge I: dbentuk pada lingkaran PAP

dengan bagian atas sympisis dan promotorium, hodge II: Sejajar

dengan hodge I setinggi pinggir bawah sympisis, hodge III: sejajar

dengan hodge I dan II setinggi spina ichiadika kanan dan kiri,

Hodge IV: sejajar dengan hodge I, II, III setinggi os coccygeus.

Jaringan Lunak

Jaringan lunak jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang

dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus

vagina (lubang luar vagina). Sebelum pesalinan dimulai, uterus

terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai

kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi dua

bagian, yakni bagian atas dan bagian bawah. Segmen bagian bawah

uterus secara bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam

rahim sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas akomodasinya

menurun. Kontraksi korpus uterus menyebabkan janin tertekan ke

bawah, terdorong kearah serviks.

c. Passanger (isi kehamilan)


78

Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di sepanjang

jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni:

Ukuran kepala janin

Karena ukuran dan sifatnya relative kaku, kepala janin sangat

mempengaruhi proses persalinan. Dalam persalinan, setelah

ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi

untuk menentukan presentasi, posisi dan sikap janin. Pengkajian

ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan janin.

Presentasi dan posisi janin

Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki PAP

dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga

presentasi pertama ialah kepala lebih dulu, sungsang (bokong lebih

dulu), bahu bagian presentasi yang pertama kali diraba oleh jari

saat melakukan periksa dalam. Faktor yang menentukan presentasi

ialah letak janin, sikap janin atau feksi kepala janin.

Letak janin

Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin

terhadap panjang punggung ibu. Ada dua macam letak: memanjang

atau vertical dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu

panjang ibu. letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau

presentasi sacrum (sungsang). Presentasi ini tergantung pada

struktur janin yang pertama memasuki panggul. Melitang atau


79

horizontal dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap

sumbu panjang ibu.

Sikap janin

Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian

tubuh yang lain. Janin mempunyai postur tubuh yang khas (sikap)

saat berada di dalam rahim. Hal ini merupakan akibat pola

pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap

bentuk rongga rahim.

Posisi janin

Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang

menempati PAP. Pada presentasi kepala, bagian yang menjadi

presentasi bokong yang menjadi presentasi biasanya oksiput. Pada

presentasi bokong yang menjadi presentasi adalah sakrum, pada

letak lintang yang menjadi bagian presentasi adalah bahu. Apabila

yang menjadi presentasi oksiput, presentasi adalah puncak kepala.

Plasenta

Plasenta atau ari-ari merupakan sebuah organ yang sangat luar

biasa, dan hanya sedikit ibu yang pernah melihatnya. Mereka tahu

keberadaanya namun hanya sebagian kecil yang menanyakan atau

memperhatikan kumpulan jaringan pendukung utama kehidupan

bayi di dalam rahim. Plasenta terdiri dari 200 lebih pembuluh dan

vena halus, berbentuk mirip gumpalan hati mentah.

(Sari, 2014)
80

d. Psikologis

Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual,

pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang

terdekat pada kehidupan ibu dapat mempengaruhi persalinan

(Wulandari, 2019)

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.

Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan

penolong dalam menghadapi proses persalinan (Wulandari, 2019).

4. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

a. Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa

berjalan lebih sukar, dan sering diganggu dengan keadaan nyeri

anggota bawah.

b. Pollakisuria

Pada akhir bulan ke 9 hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium

kendor, fundus uteri lebih rendah dari kedudukannya dan kepala

janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini

menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu

untuk sering kencing yang disebut pollakisuria.

c. False labor
81

Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu

oleh his pendahuluan yang sebelumnya hanya merupakan

peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini

bersifat: nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah, tidak

teratur, lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya

waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang, tidak ada

pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks

d. Perubahan serviks

Pada akhir bulan ke 9 hasil pemeriksaan serviks menunjukkan

bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak,

kemudian menjadi lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi

pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-

masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2

cm namun pada primipara sebagian besar masih dalm keadaan

tertutup.

e. Energy sport

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28

jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya

merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu

mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.

Perubahan energi ibu ini tampak dari aktivitas yang dilakukan

seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,

dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga


82

menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan

sulit.

f. Gastrointestinal Upset

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,

obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon

terhadap sistem pencernaan.

(Kurniawan, 2016)

5. Tanda masuk persalinan

a. Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan

rasa nyeri diperut serta dapat menimbulka pembukaan serviks

kontraksi rahim yang dimulai pada 2 pace maker yang letaknya di

dekat cornu uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks

dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. His efektif

mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada fundus

uteri, kondisi berlangsung secara sinkron dan harmonis, adanya

intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama

teratur dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 40-60

detik. Pengaruh his menyebabkan desakan di aderah uterus

(meningkat), terjadi penurunan janin, terjadi penebalan pada

dinding korpus uteri, terjadi peregangan dan penipisan pada itsmus

uteri, serta terjadinya pembukaan pada kanalis servikal. His

persalinan memiliki sifat pinggang terasa sakit dan mulai menjalar


83

ke depan, teratur dengan interval yang makin pendek dan

kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap

perubahan serviks, penambahan aktivitas (seperti berjalan) maka

his tersebut semakin meningkat.

b. Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan

pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah

waktu serviks membuka.

c. Terkadang disertai ketuban pecah

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah,

maka ditergetkan pesalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namu

apabila persalinan tidak tercapai, maka persalinan harus diakhiri

dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau SC.

d. Dilatasi dan Efpacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-

angsur akibat pengaruh his. Efpacement adalah pendataran atau

pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm

menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang

tipis seperti kertas.

(Sari, 2014)

6. Tahapan persalinan
84

Persalinan aktif dibagi menjadi empat kala yang berbeda. Kala

satu persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan

frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan

pendataran dan dilatasi serviks yang progesif. Kala satu persalinan

selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm)

sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu, kala satu

persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks. Kala dua

persalinan dimulai ketika dimulai ketika dilatasi serviks sudah

lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan

disebut juaga sebagai stadium ekspulsi janin. Kala tiga persalinan

dimulai segera dimulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan

lahirnya plasenta da selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan disebut

juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta. Kala empat

dimulai segera setelah plasenta lahir untuk observasi perdarahan

(Kurniarum, 2016).

a. Kala I

Kala I disebut juga sebagai kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan l0 cm. pada permulaan

his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga

parturien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks

sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

Fase laten
85

Dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 3 cm,

kontraksi mulai teratur, tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik,

tidak terlalu mules.

Fase aktif

Fase aktif ditandai dengan kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit,

lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules, terdapat penurunan

bagian terbawah janin. Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu:

fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm,

fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan 4

berlangsung angat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, fase deselerasi

pembukaan menjadi lambat sekali. Dala waktu 2 jam pembukaan

dari 9 cm menjadi lengkap.

Namum, lamanya pembukaan untuk primigravida dan multigravida

berbeda. Untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan

multigravida berlangsung 8 jam. Berdasarkan perhitungan

Friedman, pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan

multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu

pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

Fase fase tersebut dialami oleh primigravida juga multigravida.

Namun mekanisme pembukaan serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigavida ostium uteri

internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan

mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum


86

membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit

terbuka. Kemudian ostium uteri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi pada saat yang sama. Kala

I selesai apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada

primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan

multigravida 7 jam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi membukanya serviks adalah:

otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium dan

membesarkannya, waktu kontraksi segmen bawah rahim dan seviks

diregangkan oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini

menyebabkan tarikan pada serviks, waktu kontraksi bagian dari

selaput yang terdapat di atas kanalis servikalis adalah yang disebut

ketuban, menonjol ke dalam kanalis servikalis adalah yang disebut

ketuban, menonjol dalam kanalis servikalis dan membukanya (Sari,

2014).

Adaptasi psikologi kala I

Klien merasakan antisipasi, gembira atau ketakutan, selama fase

aktif klien tampak serius dan focus pada perkembangan persalinan,

klien minta obat atau melakukan teknik pernafasan, selama fase

aktif klien mungkin kehilangan kontrol, tiduran di tempat tidur,

mengerang, atau menangis (Karjatin, 2016).

b. Kala II
87

Kala II disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

Tanda dan gejala kala II adalah sebagi berikut: his semakin kuat

dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50-10 detik,

menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak, kedua kekuatan his dan

mengejan lebih mendorong kepala janin lahir, kepala lahir

seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar yaitu penyesuaian

kepala dan punggung, setelah putaran paksi luar maka persalinan

maka pertolongan persalinan dilakuka dengan jalan (kepala

dipegang pada occiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah

untuk melahirkan bahu belakang, kemudian ditarik ke atas sedikit

untuk mengeluarkan bahu depan, setelah kedua bahu lahir ketiak

ditarik untuk melahirkan badan bayi, bayi lahir diikuti oleh air

ketuban), pada primigravida kala II ini berlangsung rata-rata 1,5

jam dan pada multipara rata-rata 30 menit (Sari, 2014).

Adaptasi psikologis kala II

Perubahan perilaku klien karena kontraksi dan terdorongnya janin,

klien merasa tenaganya habis (Karjatin, 2016).

c. Kala III
88

Setelah kala I, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan

lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasentanya pada lapisan

Nitabusch, karena sifat retrakis otot rahim. Dimulai segera setelah

bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih

dari 30 menit. Jika lebih dari 30 menit maka harus di beri

penanganan lebih atau dirujuk. Lepasnya plasenta bisa diperkirakan

dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar, uterus

terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim,

tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Biasanya plasenta

lepas 6-15 menit setelah bayi lahir, pelepasan plasenta lahir dengan

2 mekanisme yaitu schulze, yaitu darah dari tempat plasenta

tercurah dalam kantong inversi dan tidak mengalir keluar sampai

setelah ekstruksi plasenta, kemudian mekanisme Duncan adalah

pemisahan plasenta pertama kali terjadi di perifer, dengan akibat

darah menggumpal diantara membrane dinding uterus dan keluar

dari plasenta. Pada situasi ini plasenta turun ke vagina secara

menyamping, dan permukaan ibu adalah yang pertama kali terlihat

di vulva (Sari, 2014).

Adaptasi psikologi kala III

Klien dapat focus terhadap kondisi bayinya, klien merasa nyaman

Karena kontraksi uterus sebelum pengeluaran plasenta (Karjatin,

2016).

d. Kala IV
89

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yag dilakukan adalah memeriksa tingkat kesadaran

penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadi

perdarahan/jumlah perdarahan (Sari, 2014).

Adaptasi psikologi kala IV

Klien berfokus pada bayi, klien mulai memiliki peran sebagi ibu,

aktivitas primer yaitu mempromosikan boding ibu dan bayi

(Karjatin, 2016).

7. Penatalaksanaan Asuhan persalinan kala I, kala II, dan kala III

a. Penatalaksanaan asuhan kala I

Asuhan yang diberikan untuk ibu dengan memberikan asuhan

sayang ibu, sebagai upaya untuk mengatasi gangguan emosional

dan pengalaman yang menegangkan dengan cara:

Memberi dukungan emosional: Dukungan serta anjurkan suami

dan anggota keluarga mendampingi ibu selama persalinan dan mint

mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali

berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.

Membantu pengaturan posisi ibu: Anjurkan ibu untuk mencoba

posisi-posisi yang nyaman secara persalinan dan melahirkan bayi

dan anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi, seperti

berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring, merangkak.

Beritahu ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih 10 menit (posisi


90

ini dapat menimbulkan tekanan uterus dan isinya menekan vena

cava inferior yang berakibat turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu

ke plasenta dan menyebabkan hipoksia).

Memberikan cairan dan nutrisi: anjurkan ibu mendapatkan

asupan (makanan ringan dan minum) selama persalinan dan

kelahiran bayi, karena hal ini akan memberikan banyak energy dan

mencegah dehidrasi.

Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur:

anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara

teratur selama persalinan, minimal 2 jam sekali.

Monitoring kemajuan persalinan: monitoring kemajuan

persalinan kala I dilakukan dengan lembae observasi untuk fase

laten, sedangkan untuk fase aktif menggunakan partograf yang

perlu dilakukan pencatatannya adalah denyut jantung, frekuensi

lamanya kontraksi uterus, nadi setiap 30 menit, pembukaan serviks

setiap 4 jam, penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam,

tekanan darah dan temperatue suhu setiap 4 jam, produksi urin,

aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam.

Pertolongan persalinan (bila ibu sudah masuk fase aktif) :

Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir : ruangan yang

hangat dan bersih dengan sirkulasi udara yang baik dan terlindung

dari tiupan angin, penerangan yang cukup, tempat tidur yang bersih

untuk ibu, temapat yang bersih untuk memberi asuhan pada bayi
91

baru lahir, meja yang bersih untuk menaruh peralatan persalinan,

meja untuk tindakan resusitasi.

Perlengkapan, bahan, dan obat esensial: bak instrument berisi (2

pasang handscone, ½ kocher, gunting episiotomi, klem tai pusat, 2

klem arteri, kasa steril, spuit, kateter).

Kom tertutup: berisi de lee

Kom kecil: berisi oksitosin 1 ampul, lidokain 1% 1 ampul.

Kom kecil: berisi kapas DTT

Bak instrument: berisi handscoen, spuit, pinset, needle holder, 2

buah nald heacting yang terdiri dari 1 bah nald kulit dan 1 buah

nald otot cut gut (chromic).

Alat-alat: tensimeter, stetoscope, thermometer, leanec, 2 buah

piring placenta.

APD: schort, masker, geogle (kaca mata), sepatu boot/sandal

tertutup, 1 buah handuk kecil untuk cuci tangan.

Alat untuk bayi :3 buah kain bersih, 2 buah handuk bersih, dan

pakaian bayi terdiri dari kain varnel/bedong, popok bayi, baju bayi.

Pakaian ibu: pakaian dalam, pembalut, baju ibu.

Partograf: untuk dokumentasi kemajuan persalinan.

Baki dengan alasnya berisi peralatan infuse: cairan NaCL 0,9%

an RL, abocath, kasa, plester, gunting.


92

Perlengkapan resusitasi bayi: 3 buah kain, balon resusitasi,

sungkup no 0 dan 1, kom tertutup berisi de lee, kasa dalam

tempatnya, kapas DTT.

Medikamentosa: analgetik (petidin 1-2 mg/kg BB), ketamine HCL

0,5/kg BB, sedative (diazepam 10 mg), atropine sulfat 0,25-0,50

mg, uterotonika (oksitosin, ergometrin, prostaglandin).

Oksigen dan regulator

Formulir yang disiapkan: formulir informed concent, formulir

rujukan.

b. Asuhan kala II

Persiapan penting penolong adalah memastikan penerapan prinsip

dan praktik pencegahan infeksi yaitu:

Pesiapan penolong sarung tangan desinfektan tingkat tinggi/steril

harus selalu dipakai selama proses pertolongan persalinan dan ada

di partus set (diganti bila bocor, robek dan terkontaminasi),

perlengkapan perlindungan diri merupakan perlengkapan

penghalang penolong dengan bahan-bahan berpotensi menularkan

penyakit (celemek, penutup kepala, masker, kaca mata) ini

dikenakan selama pertolongan bayi, melahirkan plasenta dan

penjahitan.

Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan: ruangan

yang hangat dan bersih dengan sirkulasi udara yang baik dan

terlindung dari tiupan angin, penerangan yang cukup, tempat tidur


93

yang bersih untuk ibu, temapat yang bersih untuk memberi asuhan

pada bayi baru lahir, meja yang bersih untuk menaruh peralatan

persalinan, meja untuk tindakan resusitasi, cek semua alat yang

telah disediakan.

Persiapan temapat dan lingkungan untuk kelahiran bayi:

persiapan untuk pencegahan kehilangan panas berlebihan harus

disediakan sebelum bayi dilahirkan dengan memastikan tempat

bersih dan hangat (minimal 25oC), disiapkan selimut bayi kering

dan bersih.

Persiapan ibu dan keluarga: persiapan untuk ibu dnegan

memberikan asuhan sayang ibu untuk kala II dengan cara

memberikan penjelasan kepada suami/keluarga tetap mendampingi

ibu selama proses persalinan, keluarga terlibat dalam memberikan

asuhan, menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan, ibu

dapat memilih posisi yang nyaman untuk proses melahirkan, bila

pembukaan lengkap anjurkan ibu hanya meneran bila ada dorongan

kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan meneran

berkepanjangan dan menahan nafas dan anjurkan istirahat di antara

kontraksi.

Membersihkan perineum ibu: membersihkan vulva dan perineum

ibu dengan gulungan kapas atau kasa menggunakan air matang

(DTT), untuk pencegahan infeksi pada persalinan kala II. Bila

keluar tinja bersihkan dengan alas bokong.


94

Mengosongkan kandung kemih: jelaskan pada ibu minimal 2 jam

sekali ibu kencing atau apabila terasa penuh, bisa di kamar mandi

atau bisa dibantu dengan duduk di wadah penampung urin (pispot).

Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum

atau setelah kelahiran bayi dan/ plasenta kecuali terjadi retensi urin.

Melihat adanya tanda persalinan: dorongan meneran, tekanan

pada anus, dan peneonjolan pada perineum, serta vulva membuka)

disertai ibu untuk meneran, lakukan periksa dalam untuk

memastikan pembukaan sudah lengkap (10 cm).

Amniotomi: setelah dilakukan dengan periksa dalam pembukaan

serviks sudah lengkap (10 cm) bila selaput ketuban belum pecah

beritahu ibu bahwa ketuban akan dipecah. Cek warna air ketuban

jika terdapat meconium kemungkinan bayi mengalami hipoksia

sehingga pertolongan bayi setelah lahir perlu dipersiapkan.

Lakukan pimpinan persalinan: memimpin pesalinan dan lakukan

pemantauan DJJ setiap 5-10 menit dan pastikan ibu istirahat

diantara kontraksi serta beri cukup minum.

Episiotomi: bila ada indikasi lakukan episiotomi (perineum kaku,

DJJ<120x/ menit atau >160x/ menit).

Stimulasi: minta keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

agar membantu kekuatan dan kualitas kontraksi.

Jika bayi tidak lahir dalam 60 menit, ibu segera dirujuk

kemungkinan turunnya kepala janin karena adanya CPD.


95

c. Asuhan kala III

Asuhan yang diberikan pada kala III meliputi:

Pemberian penyuntikan oksitosin: penyuntikan oksitosin

diberikan dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, untuk

melakukan ini dengan cara letakkan bayi baru lahir di atas kain

bersih yang telah disiapkan di atas perut ibu dan minta ibu untuk

memegangi bayi, pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus

dengan cara sisi tangan kiri menekan tinggi fundus uteri dengan

hati-hati jangan terlalu keras, bila TFU setinggi pusat atau <2 cm

menunjukkan tidak ada bayi di dalam uterus, melakukan

penyuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar

yang sudah dipersiapkan sebelum pertolongan pertolongan kala II

dengan cara memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik.

Melakukan penegangan tali pusat terkendali: pindahkan klem

pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan ditempatkan

di abdomen ibu untuk mendeteksi kontraksi dan tangan lain

memegang klem untuk menegangkan tali pusat, bila uterus

berkontraksi maka tegangkan tali pusat kearah bawah lakukan

tegangan dorso kranial hingga tali pusat makin menjulur dan

korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta telah lepas dan

dapat dilahirkan, setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran

agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang


96

plasenta dengan tangan lain untuk meletakkan dalam wadah

penampung, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara

lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu,

lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk

melahirkan selaput ketuban.

Melakukan massase fundus uteri: dengan meletakkan telapak

tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

untuk mencegah perdarahan.

d. Asuhan kala IV

Asuhan yang dilakukan pada kala IV yaitu memastikan ibu dan

bayi dalam keadaan stabil serta mendeteksi dini perdarahan dan

mengambil tindakan yang tepat, untuk melakukan ini dapat

menggunakan lembar partograf kala IV yang dilakuka setiap 15

menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke dua. Selain

mengisi lembar partograf asuhan kala IV yaitu menanyakan

bagaimana perasaan ibu saat ini setelah bayi dan plasentanya lahir,

jelaskan tujuan untuk asuhan pada ibu dan bayi dalam 2 jam

pertama persalinan, evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bia terjadi laserasi derajat 1 dan 2

yang menimbulkan perdarahan, cek uterus untuk memastikan tetap

berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam,

pastikan kandung kemih kosong jika penuh lakukan kateterisasi,


97

ajarkan kepada ibu dan keluarga bagaimana cara masase uterus dan

menilai kontraksi, memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum

baik, evaluasi jumlah kehilangan darah, pantau keadaan bayi

(pernafasan 30-60x/menit, pastikan bayi sudah dapat melakukan

IMD/tidak, pastikan bayi tetap hangat tidak mengalami hipotermi),

lakukan kebersihan dan keamanan setelah menolong persalinan

(letakkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,3%

untuk dekontaminasi 10 menit, cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi, buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke

tempat sampah yang sesuai, bersihkan ibu dari paparan darah

dengan menggunakan air DTT, bantu ibu memakai pakaian kering,

bantu ibu memberikan ASI, celupkan tangan yang masih memakai

sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan lepas sarung

tangan dan rendam selama 10 menit, lengkapi partograf (halaman

depan dan belakang) periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

(Suprapti dan Mansur, 2018).

8. Tujuan asuhan persalinan normal

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan

aman selam perslinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan

komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan. Hipotermia dan

asfiksia BBL. Sementara itu focus utamanya adalah mencegah

terjadiya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma

dan sikap menunggu dan menangani komplikasi selama persalinan dan


98

setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta

BBL. Hal ini dikarenakan sebagian persalinan di Indonesia masih

terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan

keterampilan dan pengetahuan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan

tersebut masih belum memadai.

Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap

serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Pendekatan seperti

ini berarti bahwa dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan

yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi

terhadap jalannya proses persalinan yang fisiologis atau alamiah. Oleh

sebab itu, deteksi dini dan pencegahan komplikasi penting dilakukan.

Hal tersebut dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

bayi baru lahir. Tujuan lain dari asuhan persalinan adalah

meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dalam memberikan

pelayanan persalinan normal dan penanganan awal penyulit serta

rujukan, memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan

persalinan normal dan penanganan awal penyulit beserta rujukan yang

berkualitas dan sesuai dengan standar.

(Sari, 2014)
99

9. Asuhan persalinan normal

Asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta

mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran

paradigma dari menunggu terjadinya dan menangani komplikasi

menjadi proaktif dalam persiapan persalinan dan pencegahan

komplikasi. Asuhan persalinan normal terdapat 60 langkah yaitu

sebagai berikut:

1) Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan.

2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera ibu

dan BBL.

3) Memakai clemek plastik atau bahan yang tidak tembus cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan

tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam.

6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT atau steril pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik.

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas

atau kasa yang dibasahi.


100

8) Melakukan pemeriksaaan dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang bersih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam larutan

klorin 0,5%, dan rendam selama 10 menit). Cuci kedua tangan

setelah sarung tangan dibersihkan.

10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk

memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160x/menit).

11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada

rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu

diposisikan setengah duduk atau posisi yang lain yang diinginkan

dan dipastikan ibu merasa nyaman.

13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul kontraksi yang kuat.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

selang waktu 60 menit.


101

15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm.

16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong.

17) Membuka tutup partus set dan memeriksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan

kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala

untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya

kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau

bernafas cepat dan dangkal.

20) Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat (ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

21) Setelah kepala lahir tunggu putaran paksi luar yang berlangsung

secara spontan.

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.


102

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang

kepala dan bahu. Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Memegang kedua mata kaki

masukkan telunjuk di antara kedua kaki dan kedua kaki dengan

melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi

yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk.

25) Melakukan penilaian selintas (apakah bayi cukup bulan, menangis

kuat/bernafas tanpa kesulitan, bergerak aktif/tidak).

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering, pastikan bayi dalam

posisi dan kondisi aman dibagian bawah perut ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) bukan kehamilan ganda (gamelli).

28) Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit

(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (melakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin).

30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat

dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari
103

telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan eser

hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik

tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari

telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat

kearah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat sekitar 2 cm distal dari

klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

32) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ke kulit

ibu bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada

ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan

posisi lebih rendah dari putting susu atau areola mamae ibu.

33) Memindahkan klem tali pusat hinggga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas

simpisis), untuk mendeteksi kontraksi, tangan lain memegang klem

untuk menegangkan klem untuk menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas

(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

prosedur di atas.
104

36) Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke bawah

dorso ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah kranial

hingga plasenta dapat dilahirkan.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan

kedua tangan pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

sudah disediakan.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dnegan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus teraba keras).

39) Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta

telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung

plastik atau tempat khusus.

40) Evaluasi kemungkinan laserasi vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan jika terjadi laserasi yang luas jika menimbulkan

perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,

segera lakukan penjahitan.

41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan

secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%
105

selama 10 menit, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

keringkan tangan menggunakan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

43) Memastikan kandung kemih kosong.

44) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

47) Memantau keadaan bayi danpastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60x/menit).

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dan larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.

50) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di

ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang di inginan.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.


106

53) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 05%

balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit.

54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

55) Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan

fisik bayi.

56) Dalam satu jam pertama, memberi salep/tetes mata profilaksis

infeksi, vitamin K 1 mg IM di paha kiri lateral, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan

temperatur tubuh (normal 36,5-17,50C) setiap 15 menit.

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K 1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV persalinan.

(Nurjasmi, 2016).
107

D. Teori Managemen Persalinan

1. Standar I: Pengkajian

a. Data subyektif:

Identitas

Identitas berisikan Nama, Umur dilakukan pengkajian karena

apabila umur ibu <20 tahun maka organ reproduksi belum siap

menghadapi persalinan sehingga dapat menyebabkan persalinan

lama dan meningkatkan resiko perdarahan, jika usia >35 tahun

akan beresiko mengalami perdarahan hebat pada saat persalinan

karena uterus kontraksinya lemah, Kebangsaan, Agama,

Pendidikan, Pekerjaan, Alamat dan No Telp.

Keluhan utama

Keluhan utama adalah alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan. Ibu merasa kenceng-kenceng di perut, kontraksi terjadi

teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik, terdapat

cairan dari air kemih dan terdapat pengeluaran lendir disertai darah.

Tanda-tanda bersalin

Untuk mengetahui kontraksi, lokasi ketidaknyamanan, pengeluaran

pervaginam yang terdiri dari darah, lendir, air ketuban, dan darah.

Karena tanda-tanda tersebut dapat menjadi tolok ukur kemajuan

persalinan dengan edukasi tertentu.

Riwayat menstruasi
108

Untuk mengkaji apakah ada gangguan reproduksi pada pasien,

untuk membantu dalam perhitungan usia kehamilan yang dikaji

pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sehingga dapat

menentukan Hari Perkiraan Persalinan (HPL). Usia kehamilan

dapat dihitung dari HPMT, ini dihitung untuk mengetahui

perkembangan pertumbuhan janin umur kehamilan aterm adalah

usia kehamilan >37 minggu. Menarche (usia pertama kali

mendapatkan menstruasi) dan lamanya saat mendapatkan

menstruasi itu sendiri untuk wanita Indonesia pada usia sekitar 12-

16 tahun. Siklus yaitu jarak menstruasi yang dialami dengan

menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, teratur tidaknya juga

diperhitungkan biasanya adalah 28 hari.

Keluhan/ komplikasi selama kehamilan

Untuk mengetahui keluhan selama kehamilan dan tindakan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam mengatasi keluhan yang

dirasakan oleh ibu.

Riwayat imunisasi

Imunisasi TT perlu ditanyakan karena imunisasi TT diperlukan

untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatutum,

imunisasi dapat dilakukan pada trimester I dan II pada kehamilan

3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.

(Diana, 2017)

Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dahulu


109

Kehamilan : Adakah gangguan atau penyakit saat kehamilan,

usia kehamilan cukup bulan atau tidak.


Persalinan : Apakah persalinan terdahulu lahir secara spontan

atau dengan tindakan (SC, vakum, forcep),

apakah ada penyulit saat persalinan seperti

perdarahan, eklamsia atau tidak, bayi lahir ater,

atau premature, ada perdarahan sewaktu

persalinan, dan ditolong oleh siapa dan dimana.


Nifas : Pada masa nifas mengkaji adanya infeksi atau

tidak, serta adanya kesulitan masa laktasi atau

tidak.
Anak : Yang dikaji pada anak terdahulu meliputi jenis

kelamin, BB lahir, kadaan anak hidup atau mati,

jika meninggal umur berapa dan apa

penyebabnya.
(Walyani, 2015)

Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi aseptor KB atau

tidak, kalau pernah KB apa yang dipakai, berapa lama, adakah

keluhan atau masalah yang dirasakan, petugas yang memberi

pelayanan KB, kapan berhenti, alasan ibu berhenti KB (Walyani,

2015).

Riwayat kesehatan keluarga


110

Menanyakan kepada klien pernah menderita penyakit keturunan

atau tidak, apabila klien pernah menderita penyakit keturunan,

maka ada kemungkinan janin yang ada dalam kandungannya

beresiko menderita penyakit yang sama (Walyani, 2015).

Selain itu menanyakan penyakit gynekologi, karena untuk

mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit gynekologi

seperti infertilitas, infeksi virus, PMS, cervicitis cronis,

endometriosis, myoma, polip, servik, kanker kandungan, operasi

kandungan, dan pemerkosaan atau tidak. Karena bisa berpengaruh

pada pada kehamilan sekarang. Dan menanyakan riwayat abortus

atau tidak. Karena bila memiliki riwayat abortus, kemungkinan,

klien tidak bisa melahirkan secara normal. Kemudian menanyakan

apakah ada riwayat tersebut, maka asuhan yang diberikan berbeda

dan kemungkinan besar akan mengalami keluhan yang sama pada

bayi klien (Walyani, 2015).

Pola nutrisi/eliminasi/istirahat/seksual

Pola nutrisi : Menganjurkan ibu

mendapatkan asupan

(makanan ringan dan minum)

selama persalinan dan

kelahiran bayi, karena hal ini

akan memberikan banyak

energi dan mencegah


111

dehidrasi.
Pola Eliminasi : Anjurkan ibu untuk

mengosongkan kandung

kemihnya secara rutin selama

persalinan minimal 2 jam

sekali.
Pola istirahat : Menganjurkan ibu untuk

istirahat disela-sela kontraksi

dan melakukan relaksasi

dengan menarik nafas dari

hidung dan dikeluarkan lewat

mulut.
(Suprapti dan Mansur, 2018).

Riwayat psikososial

Respon ibu terhadap kehamilannya apakah diingikan atau tidak,

respon suami terhadap kehamilan untuk lebih memperlancar

asuhan kehamilan, respon keluarga lain terhadap kehamilan,

pengambil keputusan untuk mengetahui siapa yang diberi

kewenangan klien mengambil keputusan apabila ternyata bidan

mendiagnosa adanya keadaan patologis bagi kondisi kehamilan

klien pada kala I yang memerlukan adanya penanganan serius. Dan

menanyakan data spiritual apakah keadaan rohaninya saat ini

sedang baik atau stress karena suatu masalah (Walyani, 2015).

Status pernikahan
112

Menanyakan berapa kali menikah, lama pernikahan. Karena hal-hal

tersebut dapat menjadikan pertimbangan dalam pelaksanaan

tindakan medis (Walyani, 2015).

b. Data obyektif

Data obyektif bisa diperoleh dari pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan

penunjang.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan kesadaran umum pasien, kesadaran pasien, tanda-

tanda vital, pemeriksaan head to toe, hingga pemeriksaan janin dan

DJJ (Diana, 2017).

Pemeriksaan keadaan umum

Keadaan umum digunakan untuk mengetahui kesadaran secara

keseluruhan, bahwa ibu hamil dalam keadaan baik atau tidak

(diana, 2017).

Kesadaran

Composmentis : Kesadaran penuh


Apatis : Keadaan dimana pasien terlihat

mengatuk tetapi mudah dibangunkan

dan reaksi pengelihatan dan

perabaan normal.
Somnolent : Keasadaran dapat dibangunkan bila

dirangsang, dpat disuruh dan

menjawab pertanyaan, bila


113

rangsangan berhenti pasien tidur

kembali.
Sopor : Kesadaran yang dapat dibangunkan

dengan keadaan kasar dan terus

menerus.
Koma Tidak ada reflek motorik sekalipun

dengan rangsangan nyeri.


Tanda-tanda vital

TD : Pada saat proses persalinan maka

tekanan darah ibu akan meningkat sitol

10-20 mmHg, diastole 5-10 mmHg

(Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).


Nadi : Nadi diperiksa setiap 30 menit sekali

nadi bisa meningkat pada proses

persalinan paling rendah 68x/menit

paling tinggi 100x/menit

(Walyani,2015).
Suhu : Suhu diperiksa setiap 4 jam sekali, suhu

akan naik pada waktu persalinan tetapi

tidak lebih dari 38oC jika lebih maka

menandakan adanya infeksi (Walyani,

2015).
Respirasi : Respirasi pada ibu bersalin meningkat

>24x/menit selama proses persalinan

(Walyani, 2015).
(Walyani, 2015).

Pemeriksaan berat badan


114

Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang, perlu

mendapatkan perhatian khusus karena kemungkinan terjadi

penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan selama kehamilan jika

IMT normal maka kenaikan BB 11,5-16 kg (Walyani, 2015).

Pemeriksaan tinggi badan

Tinggi badan diukur pada saat kunjungan pertama. Perhatikan

kemungkinan adamya panggul sempit terutama pada ibu yang

pendek. Tinggi badan dikategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran <145 cm (Walyani, 2015).

Pengukuran LILA

LILA diukur pada bagian kiri lengan atas bila <23,5 cm merupakan

indicator yng kuat untuk status gizi ibu yang kurang atau buruk,

sehingga beresiko melahirkan bayi BBLR (Diana, 2017).

Pemeriksaan fisik

Gynekologi

Untuk melihat adanya tanda chadwick (berwarna kebiruan di

vagina), adanya varises pada vagina, bekas luka jahit maupun luka

ain, melihat adanya pembengkakan kelenjar bartholini, pengeluaran

yang berupa lendir darah, cairan ketuban ataupun darah. Dan

melihat apakah ibu mengalami hemoroid pada anusnya.


115

VT: vulva uretra ada/tidak ada tanda infeksi, vagina ada

benjolan/tidak, pembukaan portio 1-10 cm, portio teraba tebal/tipis,

lunak/kaku, kulit ketuban masih utuh/tidak, bagian terbawah janin,

ubun-ubun kecil di jam, penurunan kepala di bidang hodge,

ada/tidak bagian janin yang menumbug, sarung tangan lendir darah

ada/tidak (Kusnawati,2017).

Data penunjang

Pemeriksaan : Untuk mengetahui kadar Hb (normal Hb

darah pada ibu hamil 11 gr/dl). Jumlah trombosit,

leukosit, dan eritrosit dalam darah.


Pemeriksaan : Untuk mengetahui kadar protein dalam

urine urine dan untuk plano test.


Pemeriksaan HIV : Untuk mengetahui apakah ibu memilki

penyakit HIV/AIDA atau tidak


Pemeriksaan lain : Seperti USG, NST

2. Standar II : Perumusan diagnosis atau masalah kebidanan

Perumusan diagnosis atau masalah kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagosa,

masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan intrepretasi yang benar atas

data-data yang dikumpulkan (Sulistyowati, 2011). Dan hasil

pengkajian kemungkinan diagnosa yang muncul adalah:

Diagnosa kebidanan : Seorang wanita umur…tahun G…

P…A… dengan inpartu kala I fase

laten/aktif dalam keadaan normal.


116

Ibu merasakan kenceng-kenceng.


Data objektif : Pemerisaan VT dari pembukaan 1-10

cm, pemeriksaan his, his di anggap

adekuat apabila terjadi >3 kali dalam

10 detik dan berlangsung selama >40

detik.
Masalah : Ibu merasa cemas.
Kebutuhan : Posisi persalinan, nutrisi, eliminasi,

teknik relaksasi, menjaga kebersihan

ibu.
Diagnosa potensial : Dalam keadaan fisiologis tidak ada

diagnosa potensial.
Antisipasi tindakan segera : Dalam keadaan fisiologis tidak ada

tindakan segera.
3. Standar III : Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang di tekankan:

a. Lakukan pemantauan persalinan dengan menggunakan partograf,

meliputi menilai DJJ setiap 30 menit, frekuensi lamanya kontraksi

uterus, nadi setiap 30 menit pada fase laten dan 30 menit pada masa

aktif, menilai pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan darah setiap

4 jam, menilai suhu tubuh ibu setiap 4 jam.

b. Beritahukan kepada ibu tenang keadaan umum ibu.

c. Anjurkan ibu untuk makan dan minum.

d. Bantu ibu untuk mencari posisi yang nyaman saat mengejan.

e. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.


117

f. Anjurkan ibu untuk menarik nafas secara efektif jika timbul his.

g. Beritahukan kepada keluarga untuk memberi dukungan/ support

kepada ibu.

h. Catat semua tindakan yang dilakukan.

(Suprapti dan Mansur, 2018).

4. Standar IV : Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komprehensif, efektif,

efisien dana man berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,

dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan

a. Melakukan pemantauan persalinan dengan menggunakan partograf,

meliputi menilai DJJ setiap 30 menit, frekuensi lamanya kontraksi

uterus, nadi setiap 30 menit pada fase laten dan 30 menit pada masa

aktif, menilai pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan darah setiap

4 jam, menilai suhu tubuh setiap 4 jam.

b. Memberitahukan ibu untuk mencari posisi yang nyaman.

c. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.

d. Membantu ibu untuk mencari posisi yang nyaman saat mengejan

(posisi jongkok, posisi miring, posisi berdiri).

e. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diatara kontraksi.

f. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas secara efektif jika timbul

his.
118

g. Memberitahukan keluarga untuk memberikan dukungan kepada

ibu.

h. Mencatat semua tindakan yang dilakukan.

5. Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

a) Sudah dilakukan pemantuan persalinan dengan menggunakan

partograf, meliputi menilai DJJ setiap 1 jam, frekuensi lamanya

kontraksi uterus, nadi setiap 1 jam pada masa laten dan 30 menit

pada masa aktif, menilai pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan

darah setiap 4 jam, menilai suhu tubuh setiap 4 jam.

b) Ibu sudah mengetahui keadaan sekarang.

c) Ibu sudah makan dan minum.

d) Ibu sudah nyaman dengan posisi setengah duduk untuk mengejan.

e) Ibu bersedia beristirahat diantara kontraksi.

f) Ibu sudah mengerti cara bernafas dengan benar apabila timbul rasa

sakit.

g) Keluarga mendampingi ibu selama bersalin.

h) Semua tindakan sudah di catat.

6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam

asuhan kebidanan SOAP:


119

Kala II

Subyektif

Keluhan ibu bersalin meliputi dorongan ingin meneran tidak dapat

ditahan, perasaan panik dan bingung, merasa lelah merasa gerah dan

panas, berfokus pada diri dan bayi.

Obyektif

a. Pemeriksaan tanda gejala kala II inspeksi: perineum menonjol,

vulva dan anus membuka.

b. Periksa kondisi ibu: keadaan umum baik tanda vital ibu, ibu

meneran dengan baik, kontraksi baik.

c. Pemeriksaan kondisi janin: DJJ normal 120-160 kali/menit.

d. Pemeriksaan tanda bahaya kala II: kala II lama distosia bahu, fetal

distress.

e. Pemeriksaan Vagina Toucher (VT) sampai lengkap kontraksi

uterus dianggap adekuat jika terjadi > 3kali dalam 10 menit dan

berlangsung selama >40 detik.

Analisis

Diagnosa Kebidanan: Ny …G…P…A…, tahun hamil… minggu

dalam persalinan kala II dalam keadaan normal.

Masalah: dalam persalinan fisiologis tidak ada masalah.

Kebutuhan: Posisi persalinan, nutrisi, eliminasi, teknik relaksasi,

menjaga kebersihan ibu.


120

Diagnosa potensial: dalam persalinan fisiologis tidak ada diagnosa

potensial

Antisipasi tindakan segera: dalam persalinan fisiologis tidak ada

antisipasi tindakan segera.

Planning

1) Menyiapkan pertolongan persalinan. Alat dan obat dipersiapkan

dengan baik. Memastikan pembukaan lengkap, dinilai dengan

pemeriksaan dalam. Memeriksa DJJ dan memastikan kondisi

janin baik. DJJ normal 120-160 kali/menit.

Evaluasi: sudah dipastikan pembukaan lengkap, dinilai dengan

melakukan pemeriksaan dalam, sudah memeriksa DJJ dan sudah

dipastikan bahwa kondisi janin baik.

2) Membantu ibu menentukan posisi yang nyaman.

Evaluasi: ibu sudah mengerti dan menentukan posisi yang

nyaman.

3) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik. Cara meneran yang

baik dengan mengambil nafas panjang dari hidung dan

dikeluarkan lewat mulut bersamaan dengan usaha meneran ibu

ketika uterus berkontraksi (seperti BAB).

Evaluasi: ibu sudah mengerti cara meneran yang baik. Cara

meneran yang baik mengambil nafas panjang dari hidung dan

dikeluarkan lewat mulut bersamaan dengan usaha meneran ibu

ketika uterus berkontraksi (seperti BAB).


121

4) Meminta keluarga untuk mendampingi dan membantu mengatur

posisi ibu bersalin.

Evaluasi: sudah meminta keluarga untuk mendampingi dan

membantu mengatur posisi ibu bersalin.

5) Mempersiapkan pertolongan persalinan sesuai APN

Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan kala II. Ibu

merasa ada dorongan kuat untuk meneran. Ibu merasakan tekanan

yang semakin meningkat pada rectum dan vagina. Perineum

tampak menonjol. Vulva dan springter ani membuka.

Evaluasi: Sudah mempersiapkan pertolongan persalinan sesuai

APN. Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan kala II.

Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran. Ibu merasakan

tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.

Perineum tampak menonjol. Vulva dan springter ani membuka.

6) Menyiapkan pertolongan dan persalinan

Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat--obatan esensial

untuk menolong persalinan menatalaksanakan komplikasi ibu dan

BBL. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk

bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari

tubuh bayi.

Evaluasi: Sudah menyiapkan pertolongan dan persalinan. Sudah

dipastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan menatalaksanakan komplikasi ibu dan


122

BBL. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 anduk

bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari

tubuh bayi.

7) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal

pada bahu.

Evaluasi: Sudah menggelar kain diatas perut ibu dan tempat

resusitasi serta ganjal pada bahu.

8) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril dan diletakkan

di dalam partus set.

Evaluasi: Sudah disiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril

dan diletakkan di dalam partus set.

9) Memakai celemek plastikAlat Perlindungan Diri (APD).

Evaluasi: Sudah memakai celemek plastik APD.

10) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Evaluasi: Sudah melepaskan dan menyimpan semua perhiasan

yang dipakai cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi

yang bersih dan kering.

11) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik, gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik).


123

Evaluasi: Sudah memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik,

gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril

(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

12) Membersihkan vulva dan perineum menyekan dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang

memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik).

Evaluasi: Sudah membersihkan vulva dan perineum menyekan

dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik).

13) Melakukan pemeriksaaan dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

Evaluasi: Sudah dilakukan pemeriksaaan dalam untuk

memastikan pembukaan lengkap.

14) Memdekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan

terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit cuci kedua tangan

setelah sarung tangan dilepaskan.

Evaluasi: Sudah mendekontaminasikan sarung tangan dengan

cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam


124

keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit cuci kedua

tangan setelah sarung tangan dilepaskan

15) Memeriksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

Evaluasi: Sudah diperiksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi

uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-

160 x/menit).

16) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman

dan sesuai dengan keinginannya.

Evaluasi: Sudah memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap

dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi

yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

17) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila

ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu

ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan

pastikan ibu merasa nyaman).

Evaluasi: Sudah meminta keluarga membantu menyiapkan posisi

meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang

kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

18) Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran.


125

Evaluasi: Sudah dilaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu

merasa ada dorongan kuat untuk meneran.

19) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

Evaluasi: Sudah menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok

atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada

dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

20) Meletakkan handuk bersih (untuk mengringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm.

Evaluasi: Sudah diletakkan handuk bersih (untuk mengringkan

bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6cm.

21) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

Evaluasi: Sudah meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di

bawah bokong ibu.

22) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

Evaluasi: Sudah dibuka tutup partus set dan perhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.

23) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Evaluasi: Sudah memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


126

24) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm membuka

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan

kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Dan anjurkan ibu untuk meneran perlahan/ bernafas cepat dan

dangkal.

Evaluasi: Sudah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm

membuka maka lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan

kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu

lahirnya kepala. Sudah menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan/bernafas cepat dan dangkal.

25) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segeran lanjutkan

proses kelahiran bayi.

Evaluasi: Sudah melakukan pemeriksaan kemungkinan adanya

lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi

dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

26) Menunggu kepala bayi melakukan putaran aksi luar secara

spontan.

Evaluasi: Sudah menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.


127

27) Setelah kepala melakukan putaran aksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian

gerakan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Evaluasi: Sudah melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental, dan sudah menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian

gerakan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

28) Setelah bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah bawah

perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah

bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang

lengan dan siku sebelah atas.

Evaluasi: Bahu sudah lahir geser tangan bawah kearah bawah

perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah

bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang

lengan dan siku sebelah atas.

29) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

masukkan telunjuk tangan diantara kaki dan pegang masing-

masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.


128

Evaluasi: Tubuh dan lengan sudah lahir penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua

mata kaki masukkan telunjuk tangan diantara kaki dan pegang

masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

30) Melakukan penilaian (selintas)

Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?

Apakah bergerak aktif?

Evaluasi: Bayi menangis kuat dan tidak kesulitan bernafas. Bayi

bergerak aktif.

31) Mengeringkan tubuh bayi.

Evaluasi: Tubuh bayi sudah dikeringkan.

Kala III

Data Subyektif

Keluhan ibu selama persalinan kala III meliputi merasa mulas, gerah.

Data Obyektif

Pemeriksaan tanda pelepasan plasenta : uterus globuler, tali pusat

memanjang, ada semburan darah.

Analisis

Diagnosa kebidanan: Ny... G...P...A..., .... tahun hamil .... minggu dalam

persalinan kala III dalam keadaan normal.

Masalah: pada persalinan normal tidak terdapat masalah


129

Kebutuhan: nutrisi, teknik relaksasi, pendamping persalinan

Diagnosa potensial: pada persalinan normal tidak terdapat diagnosa

potensial.

Antisipasi tindakan segera: pada persalinan normal tidak terdapat

antisipasi tindakan segera

Planning

Melakukan Manajemen aktif kala III

1) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal).

Evaluasi: Sudah diperiksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada

lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

2) Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik.

Evaluasi: Ibu sudah megetahui akan disuntik oksitosin

3) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10

unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian dista rateral (lakukan

aspirasi sebelum penyuntikan oksitosin).

Evaluasi: Ibu sudah disuntik oksitosin10 unit IM (intramuskuler) di

1/3 paha atas bagian distal rateral.

4) Setelah 2 menit pasca persalinan, menjepit tali pusat dengan klem

kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat kearah dista

ibu dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
130

Evaluasi: Tali pusat sudah dijepit dengan klem kira-kira 2-3 cm dari

pusat bayi, mendorong isi tali pusat kearah dista ibu dan jepit kembali

tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

5) Memotong dan mengikatkan tali pusat.

Evaluasi: Tali pusat sudah dipotong dan diikat.

6) Meletakkan bayi agar kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Evaluasi: Bayi sudah diletakkan agar tetap kontak kulit ibu dan bayi.

7) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

Evaluasi: Ibu dan bayi sudah diselimuti dengan kain hangat dan

memasang topi di kepala bayi.

8) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

Evaluasi: Klem pada tali pusat berjarak 5-10 cm dari vulva sudah

dipindahkan.

9) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

Evaluasi: Sudah dilakukan penegangan tali pusat terkendali.

10) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah

dorsokrainal (secara hati-hati untuk mencegah inversio uteri). Jika

plasenta tidak lahir setela 30-40 detik hentikan penegangan tali pusat

dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di


131

atas. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami, keluarga untuk

melakukan stimulasi puting susu.

Evaluasi: Sudah dilakukan penegangan tali pusat terkendali ulang.

Tegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri

menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial.

11) Melakukan peneganggan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros

jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial). Jika tali pusat

bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm

dari vulva dan lahirkan plasenta.

Evaluasi: Sudah dilakukan penegangan tali pusat terkendali dan

penjepitan tali pusat. Dilakukan peneganggan dan dorongan

dorsokranial hingga plasenta terlepas, sudah meminta ibu meneran

sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan

tekanan dorso-krainal). Tali pusat bertambah panjang pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

12) Setelah plasenta tampak pada vulva, melahirkan plasenta dengan hati-

hati dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin dan lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah di sediakan.


132

Evaluasi: Plasenta sudah tampak pada vulva, lahirkan plasenta dengan

hati-hati dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin dan lahirkan dan tempatkan plasenta pada

wadah yang telah di sediakan.

13) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase

pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus

baik (fundus teraba keras).

Evaluasi: Sudah dilakukan masase fundus uteri.

14) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian maternal dan bagian fertal

plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh

kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke

dalam kantong plastik yang tersedia.

Evaluasi: Sudah dilakukan pemeriksaan kotiledon plasenta, dan

plasenta lahir lengkap.

15) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.

Evaluasi: Sudah melakukan evaluasi kemungkinan laserasi pada

vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi

menyebabkan pendarahan.

16) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.
133

Evalausi: Uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

17) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu

paling sedikit 1 jam.

Evaluasi: Bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling

sedikit 1jam.

KALA IV

Subyektif

Keluhan ibu selama kala IV meliputi nyeri jalan lahir, lelah, gerah, perut

mulas.

Obyektif

1) Memeriksa tanda-tanda vital ibu, TFU, kontraksi uterus, kandung

kemih.

2) Pengeluaran pervaginam kuarang dari 500 cc.

Analisa

Diagnosa kebidanan: Ny... P....A.... .... tahun, dalam persalinan kala IV

dalam keadaan normal.

Masalah: dalam persalinan fisiologis tidak ada masalah

Kebutuhan: nutrisi, pendamping, teknik relaksasi, pemantauan kala IV

Diagnosa potensial: pada persalinan fisiologis tidak ada diagnosa potensial


134

Antisipasi tindakan segera: tidak ada

Planning

1) Membersihkan ibu dan menggantikan pakaian ibu.

Evaluasi: Ibu sudah dibersihkan dan dibantu memakai pakaian bersih.

2) Melanjutkan pemantauan TTV, kontraksi uterus, TFU dan perdarahan

pervaginam. Pemantauan setiap 15 pada 1 jam pertama, dan 30 menit

pada 1 jam kedua.

Evaluasi: Sudah dilakukan TTV, kontraksi uterus, TFU dan

perdarahan pervaginam, pemantauan setiap 15 pada 1 jam pertama,

dan 30 menit pada 1 jam kedua.

3) Memenuhi nutrisi ibu, memberikan makan dan minum sesuai

keinginan ibu.

Evaluasi: Kebutuhan nutrisi ibu sudah terpenuhi

4) Menganjurkan ibu untuk istirahat.

Evaluasi: Ibu sudah dianjurkan untuk istirahat.

E. Teori Medis Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai 4 minggu.

Lahirnya biasanya umur kehamilan 38-42 minggu dan berat badan

lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Adaptasi BBL terhadap

kehidupan diluar uterus. Pada waktu kelahiran sejumlah adaptasi fisik

dan psikologis mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena

perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk


135

menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap

kehidupan di luar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan

perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa

transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas

selama ini adalah memberikan perawatan komperhensif kepada bayi

baru lahir pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan

bagaiaman orang tua merawat bayi mereka, dan untuk memberi

motivasi terhadap pasangan yang menjadi orangtua, sehingga orangtua

lebih percaya diri dan mantap dalam merawat bayinya (Kautsar,

2018).

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

a. Berat badan 2500-4000 gram.

b. Panjang badan 48-52.

c. Lingkar dada 30-35.

d. Lingkar kepala 33-35.

e. Detak jantung dalam menit-menit pertama kira-kira

180x/menit,kemudian menurun sampai 120-140x/menit.

f.Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira kira

80x/menit,kemudian menurun setelah kurang kira kira 40x/menit.

g. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

terbentuk dan diliputi venii caseosa.

h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.
136

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j.Genetalia, labia minora sudah menutup labia mayora (perempuan),

testis sudah turun (pada anak laki laki).

k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l.Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan seperti memeluk.

m. Gerak reflek sudah baik, apabila diletakkan disuatu benda diatas

telapak tangan, bayi akan menggenggam/adanya gerakan reflek.

n. Eliminasi bayi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama. Mekonium berwarna hitam kecoklatan.

(Nurcahyanti, 2017).

3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

a. Perubahan sistem

pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan,

juga karea adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan

merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. cara neonatus

bernafas dengan cara difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk

frekuensi dan dalamnya bernafas belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga

terjadi atelektatis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus


137

masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan

metabolisme aneorik (Kurniarum, 2016).

b. Peredaran Darah

Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis

sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung,

kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa

melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa

sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.

Setelah bayi lahit, paru akan mengembang mengakibatkan tekanan

arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,

sehingga jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan

yang mengakibatkan menutupnya foramen ovales secara ungsional.

Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena

tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik

dan karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik), duktus

arteriosus berobliterasi ini terjadi pada hari pertama.

c. Suhu Tubuh

Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih

rendah dari suhu yang berada dalam rahim ibu. Apabila bayi

dibiarkan dalam suhu kamar 25’C,maka bayi akan kehilangan

melalui berbagai mekanisme :


138

Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh

bayi terjadi karena penguapkan air ketuban yang tidak cepat

dikeringkan, atau terjadi setelah bayi dimandikan.

Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontrak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar

dengan udara di sekitar yang lebih dingin.

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur suhu lebih

rendah dari temperatur suhu tubuh bayi.

(Sulani, 2010).

d. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas, sehingga

metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. BBL harus

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, artinya energi

diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam

pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari

kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat

susu kurang lebih pada hari keenam, energi 60% didapatkan dari

lemak dan 40% dari karbihidrat.

Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air dan kadar natrium

relative lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.


139

Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum

sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan

glomerlurus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow relatif

kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.

Perubahan Pada Sistem Imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami

maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur

pertahan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan

infeksi. Kekebalan alami antara lain : perlindungan dari membran

mukosa, fungsi saringan saluran nafas, pembentukan koloni

mikroba di kulit dan usus dan perlindungan kimia oleh lingungan

asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel

oleh sel darah yang membantu bayi baru lahir membunuh

mikroorganisme asing.

Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Reflek muntah dan reflek batuk yang matang sudah

terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir

cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)

masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung

masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi


140

baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri masih sangat

terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir

cukup bulan, dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara

lambat bersamaan dengan pertumbuhannya.

Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan

morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar

lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang,

walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif betul

pada waktu bayi baru lahir, daya dektisifikasi hati pada neonatus

juga belum sempurna, contohnya pemakaian obat kloramfenikol

dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey

baby syndrome.

Keseimbangan Asam Basa

Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah karena

glikolisis anaerobic. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi

asidosis ini.

(Nurcahyanti, 2017).

e. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap

komponen bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi

karena system imunitasnya masih kurang sempurna. Perlu

diperhatikan pada saat melakukan asuhan pada bayi baru lahir


141

pencegahan infeksi sangat penting. Beberapa asuhan yang

diberikan pada bayi segera setelah lahir adalah sebagai berikut :

Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat bisa dilakukan dengan mencuci tangan dengan

sabun dan air sebelum dan sesudah merawat tali pusat, menjaga

agar tali pusat tetap kering dan terkena udara atau dibungkus

longgar dengan kain bersih, membersihkan tali pusat dengan sabun

dan air jika tercemar oleh urine dan kotoran, menghindari sering

menyentuh tali pusat dan tangan tidak bersih, menutupi tali pusat

dengan apapun dan membersihkan dengan alkohol.

Perawatan Mata

Perawatan mata biasanya dilakukan degan membersihkan mata

segera setelah lahir, mengoleskan salf atau tetes mata tetracycline

atau eritromysin 1% dalam jam pertama setelah kelahiran.

Penyebab yang umum dari kegagalan profilaksis adalah memberi

profilaksis setelah jam pertama dan pembilasan mata setelah

pemakaian obat tetes mata.

Imunisasi

Hepatitis B

Imunisasi yang diberikan segera setelah bayi lahir untuk mencegah

penyakit hepatitis B yang dapat merusak hati. Diberikan secara

injeksi IM di 1/3 paha kanan bagian atas.

BCG
142

Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif

terhadap penyakit TBC. BCG diberikan satu kali dengan cara

injeksi. Biasanya akan menimbulkan bekas berupa gelombang yang

akan pecah menjadi luka dan akan sembuh dengan sendirinya.

OPV

Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap

penyakit poliomelitis (kelumpuhan). Cara pemberian yaitu secara

per oral dengan diteteskan sebanyak 2 tetes (0,1 ml), waktu

pemberian yaitu usia 1-4 bulan. Efek samping polio biasanya

menimbulkan diare ringan. Mengenai jadwal vaksin yang tidak

sama polio dapat diberikan pada usia kurang dari 1 bulan karena

usia tersebut bayi sudah dapat menimbulkan dampak serius.

Kontraindikasi pemberian imunisasi polio yaitu suhu >38,5ºC,

muntah, dan diare.

IPV

IPV adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit

polio. Vaksin polio ini adalah virus yang dinonaktifkan, kemudian

diberikan melalui suntikan diberikan pada usia 5 bulan dan diberi

dosis penguat pada usia 18 bulan.

DPT-HB-HiB

Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap

penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan bakteri

haemophilus influenzae tipe B. Reaksi imunisasi yaitu nyeri pada


143

tempat suntikan yng mungkin disertai dengan rasa panas atau

pembengkakan. Akan menghilang dengan sendirinya dalam 2 hari.

Vaksin Campak

Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.

Berguna untuk mencegah penyakit campak. Pemberian dengan cara

injeksi pada lengan kiri bagian atas secara SC berdosis 0,5 ml yang

telah dilarutkan.

Jadwal Pemberian Imunisasi

1 bulan : BCG, Polio I


2 bulan : DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan : DPT/HB, Polio 3
4 bulan : DPT/HB, Polio 4
9 bulan : Campak
(Hadianti, 2014).

4. Tanda APGAR

APGAR yaitu kepanjangan dari Appearance (warna kulit),

Pulse (denyut jantung), Grimace (respon reflek), Activity (tonus otot),

dan Respiration (pernapasan) adalah pengkajian fisik bayi baru lahir

dari penampilan dan perilaku bayi baru lahir. Evaluasi ini dilakukan

mulai 5 menit pertama sampai 10 menit. Hasil pengamatan masing-

masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2. Penilaian APGAR 5

menit pertama dilakukan pada saat kala III persalinan yang

menempatkan bayi baru lahir di atas perut ibu dan ditutupi dengan

selimut atau handuk kering yang hangat.


144

Tabel 2.4 Tanda APGAR

Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2


Appearance Pucat/biru Tubuh Seluruh
(warna kulit) merah, tubuh
ekstremitas kemerahan
biru

Pulse Tidak ada <100 >100


(denyut
jantung)

Tidak ada Ekstremitas Gerakan


Grimace sedikit aktif
(tonus otot) fleksi

Tidak ada Langsung


Activity Sedikit menangis
(aktivitas) gerakan
Tidak ada
Respiration Menangis
(pernapasan) Lemah/tida
k teratur
Sumber:Walyani, 2015

5. Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus

sedikitnya tiga kali, yaitu:

a) Kunjungan Neonatus 1

KN 1 dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi

lahir. Asuhan yang diberikan yaitu mengobservasi tanda-tanda

vital, observasi tanda bahaya BBL, memandikan bayi dan


145

mengajarkan ibu cara memandikan bayi, memberikan konseling

pada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya, memberitahu

ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi dari jam 07.30-08.00 WIB

agar bayi tidak kuning menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

sesering mungkin yaitu setiap 2 jam, memberikan konseling

mengenai imunisasi.

b)Kunjungan Neonatus 2

KN 2 dilakukan dalam kurun waktu hari ke-3 sampai hari ke-

7 setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan yaitu, memberitahu ibu

bahwa hasil pemeriksaan bayinya normal, memberikan konseling

tentang perawatan tali pusat, mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya

bayi, menganjuran pada ibu kunjungan ulang satu minggu

kemudian.

c) Kunjungan Neonatus 3

KN 3 dilakukan dalam kurun waktu hari ke-8 sampai 28 hari

setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan yaitu, melakukan

pemeriksaan fisik bayi, menjaga kebersihan bayi, menjaga suhu

tubuh, memberitahu ibu tentang imunisasi BCG, menganjurkan ibu

menyusui bayinya setiap saat sesuai dengan keinginan bayi atau

secara on demand.

(Ima, 2017).

F. Teori Managemen BBL

1. Standar I : Pengkajian
146

a. Data Subjektif

Riwayat kelahiran bayi yang meliputi usia gestasi aterm

atau preterm, anak keberapa yang didapat dari keterangan ibu yang

perlu dikaji identitas hal ini dikaji agar bayi tidak tertukar dengan

bayi lain (nama ibu bayi dan ayah bayi, lahir jam, tanggal lahir,

anak ke, jenis kelamin perempuan/laki-laki), riwayat kehamilan

sekarang (TM I, TM II, TM III sudah dijelaskan dalam asuhan

kehamilan), riwayat persalinan sekarang (apakah ada liltan tali

pusat, jenis persallinannya Spontan, SC, siapakah yang menolong),

bagaiman keadaan air ketuban mekonium/jernih/keruh, apakah ada

luka episiotomi pada ibu (Padila, 2014).

b. Data Objektif

Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan,

bayi diperiksa secara sistemati dari kepala, mata, hidung, muka,

mulut, telinga, leher, dada, abdomen, punggung, kulit, genitalia dan

anus (Padila, 2014).

Pemeriksaan umum

Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang

dalam keadaan normal berkisar 33-35 cm, lingkar dada 30,5-33

cm, panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500-4500 gram.

Pemeriksaan tanda vital

Suhu : Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara

36,5-37,5oC pada pengukuran aksila.


Nadi : Denyut nadi bayi normal berkisar 120-140x/menit
147

Pernafasan : Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur

kedalaman kecepatan, iramanya. Pernapasan

bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit


Tekanan darah : Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit

diukur secara akurat. Rata-rata tekanan darah pada

waktu lahir adalah 80/64 mmHg.


Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe)

Kepala : Tidak ada trauma lahir, tidak ada kelainan

konginetal, ubun-ubun kecil segera menutup,

ubun-ubun besar belum menutup datar dan

berdenyut, tidak ada trauma persalinan (kaput

suksadeneum, sefal hematoma). Raba sepanjang

garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan

tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar

mengidentifikasikan yang preterm atau

hidrosefalus. Pada kelahiran spontal letakkepala

sering terlihat tulang kepala tumpeng tindih yang

disbut moulding atau molase. Fontanel anterior

harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi

akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan

yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali, jika

fontanel menonjol, hal ini diakibatkan

peningkatan intracranial. Sedangkan yang

cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Periksa


148

adanya trauma kelahiran misalnya: kaput

suksadenum, sefal hematoma, fraktur tulang

tengkorak, perhatikan adanya kelainan

konginetal seperti: anensefali, mikrosefali,

kraniatabes.
Muka dan : Normalnya simetris, tidak ada trauma kelahiran,

wajah tidak ada edema.


Mata : Posisi normal, jumlah 2, simetris, tidak ada

edema, koordinasi mata belum sempurna, tidak

ada sekret, tidak ada katarak konginetal, pupil

bulat, peka terhadap rangsangan cahaya,

konjungtiva tidak pucat, sklera putih. Periksa

adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang

belum sempurna. Periksa adanya glaucoma

congenital, misalnya akan tampak sebagai

pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada

kornea. Periksa adanya trauma seperti palpebra,

perdarahan konjungtiva atau retina.


Hidung : Normalnya simetris, lubang hidung 2, diameter

3-4 cm, tidak ada sekret, bernafas dengan

hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung.


Mulut : Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan

lidahnya harus rata dan simetris, pastikan tidak

adanya bibir sumbing langit-langit harus

tertutup. Reflek hisap bayi harus bagus dan


149

berespon terhadap rangsangan.


Telinga : Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan

posisinya pada bayi cukup bulan, tulang rawan

sudah matang. Daun telinga harus berbentuk

sempurna dengan lengkungan yang jelas di

bagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun

telinga yang letaknya rendah rendah (low set

eras) terdapat pada bayi yang menglami sindrom

tertentu (Pierrerobin). Perhatikan adanya kulit

tambahan aurikel hal ini dapat berhubungan

dengan abnormalitas ginjal.


Leher : Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak

lipatan tebal. Leher berselaput berhubungan

dengan abnormalitas kromosom. Periksa adanya

kesimetrisannya, pergerakannya harus baik,

periksa adanya trauma leher. Periksa adanya

pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.


Pemeriksaan : Periksa tidak adanya fraktur pada klavikula.

klavikula
Dada : Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah

bulay dan simetris. Payudara baik pada laki-laki

maupun perempuan terlihat membesar karena

pengaruh hormon wanita dari darah ibu. Periksa

kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Tarikan

sternum atau interkostal pada saat bernafas perlu


150

diperhatikkan.
Abdomen : Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat

menangis, perut harus tampak bulat dan bergerak

secara bersamaan dengan gerakan dada saat

bernafas. Tidak ada massa, perut tidak kembung,

tidak ada penonjolan tali pusat saat menangis,

tali pusat segar, tidak ada tanda-tanda infeksi.


Ekstremitas : Tangan dan kaki simetris, kedua tungkai dapat

bergerak bebas, ujung kuku tidak pucat dan tidak

sianosis, tidak ada sindaktili atau polidaktili.


Kulit : Warna kulit normal, tidak ada bercak mongol,

tidak sianosis, perhatikan adanya lanugo

jumlahnya yang banyak terdapat pada bayi yang

kurang bulan.
Genetalia : Pada wanita labia minora dapat ditemukan

adanya verniks dan smegma (kelenjar kecil yang

terletak dibawah prepusium mensekresi bahan

yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora

normalnya menutupi labia minora dan klitoris.

Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga

pengaruh hormon ibu yang disebut

psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai

hymen. Pada laki-laki rugae normalnya tampak

pada skrotum dan kedua testis turun kedalam

skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak


151

pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah

untuk menjelaskan kondisi meatus berada

dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk

menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan

ventral penis.
Punggung : Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi,

cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti

spina bifida, pembengkakan atau cekungan,

lesung atau bercak kecil berambut yang dapat

menunjukkan adanya abnormalitas medulla

spinalis atau kolumna vertebrata.


Anus : Berlubang, tidak ada atresia ani.
(Walyani, 2016).

Refleks

Reflek glabelar : Reflek ini dinilai dengan mengetuk

daerah pangkal hidung secara

perlahan menggunakan jari telunjuk

pada saat mata terbuka. Bayi akan

mengedipkan mata pada 4 sampai 5

ketukan pertama.
Reflek genggam (Palmar : Reflek ini dinilai dengan

grasp) meletakkan jari telunjuk pemeriksa

pada telapak tangan bayi, tekanan

dengan perlahan. Pada bayi yang

normal maka akan menggenggam


152

dengan kuat.
Reflek terkejut (Moro) : Reflek ini ditunjukan dengan

timbulnya pergerakan tangan yang

simetris apabila kepala tiba-tiba

digerakan atau dikejutkan dengan

cara bertepuk tangan.


Reflek walking : Bayi akan menunjukkan respon

berupa gerakan berjalan dan kaki

akan bergantian akan fleksi dan

ekstensi.
Reflek menghisap : Reflek ini dinilai dengan memberi

(Sucking) tekanan pada mulut bayi di langit

bagian dalam gusi atas yang akan

menimbulkan hisapan. Reflek ini

juga dapat dilihat pada waktu bayi

menyusu. Pada reflek ini dapat

dinilai dengan mengusap pipi bayi

dengan lembut, bayi akan

menolehkan kepalanya kearah jari

kita, dan bayi akan membuka

mulutnya.
Reflek tonikneck : Letakkan bayi dalam posisi

terlentang, putar kepala ke satu sisi

dengan badan ditahan, ektremitas

terekstensi pada sisi kepala yang


153

diputar, tetapi ekstremitas pada sisi

lain fleksi.
(Kurniarum, 2016)

Pengukuran Antropometri

Berat badan : Berat badan normal adalah sekitar

2500-4000 gram, apabila

ditemukan berat badan kurang dari

2500 gram, maka dapat dikatakan

bayi BBLR. Tetapi apabila

ditemukan bayi yang lebih dari

4000 gram makan digolongkan

bayi makrosomnia.
Panjang badan : Letakkan bayi dalam posisi

terlentang, putar kepala ke satu sisi

dengan badan ditahan, ektremitas

terekstensi pada sisi kepala yang

diputar, tetapi ekstremitas pada sisi

lain fleksi.
Lingkar kepala : Pengukuran lingkar kepala yang

normal adalah 33-35 cm. Apabila

ditemukan diameter kepala 3 cm

lebih besar dari lingkar dada maka

bayi mengalami hidrosefalus. Dan

bila diameter kepala 3 cm lebih

kecil dari lingkar dada maka


154

dikatakan mikrosefalus.
Lingkar dada : Lingkar dada normal adalah 33-38

cm.
(Ima, 2017).

2. Standar II : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

Diagnosa kebidanan : By Ny... umur.... JK... lahir spontan

cukup bulan sesuai dengan masa

kehamilan dengan keadaan normal.


Data subyektif : Ibu mengatakan telah melahirkan

anaknya pada tanggal... pukul...


Data obyektif : Pemeriksaan vital sign (N, S, R). Nadi

berkisar 120-160x/menit, pernafasan

rata-rata 40-60 kali/menit (teratur),

suhu normal 35,5oC-37,5oC, KU baik.


Masalah : Merupakan langkah awal yang harus

dipikirkan dan disusun berdasarkan

suatu fakta empiris di lapangan.


Kebutuhan : Merupakan asuhan yang dapat

diberikan bidan untuk mengatasi

masalah dan keluhan BBL yaitu

seperti nutrisi, kehangatan ibu

membutuhkan konseling mengenai

ASI eksklusif dan pencegahan


155

hipotermi.
Diagnosa potensial : Bertujuan untuk memberikan patokan

bagi bidan dalam hal antisipasi serta

persiapan apa saja yang harus

dilakukan sebelum merujuk jika

memang langkah merujuk benar-benar

diputuskan sebagai langkah yang

paling tepat.
Tindakan segera : Berdasarkan tindakan segera yang

ditegakkan, bidan melakukan tindakan

antisipasi untuk menyelamatkan

pasien (Sulistyawati, 2010).


(Ima, 2017).

3. Standar III : Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan adalah sebagai berikut:

a. Berikan vitamin K1 dan salf mata

b. Berikan Hb0 pada bayi pada 1/3 paha kanan luar lateral

c. Pertahankan suhu tubuh bayi

d. Pertahankan suhu ruangan bayi

e. Jaga bayi dalam keadaan kering

f. Ukur suhu tubuh secara berkala

g. Pemantauan jalan nafas

h. Anjurkan ibu memberi ASI

4. Standar IV : Implementasi
156

Bidan melakukan rencana asuhan secara komprehensif, efektif, efisien,

dan aman secara menyeluruh menurut (Pantiawati, 2010) adalah

sebagai berikut:

a. Memberikan vitamin K1 1 mg secara IM dan salf mata

b. Memberikan Hb0 pada bayi pada 1/3 paha kanan luar lateral

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara membungkus bayi

dengan menggunakan selimut bayi, kemudian memberikan bayi

pada incubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.

Suhu incubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang

dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun

dapat mempertahankan suhu tubuhnya 36,5°C-37°C.

d. Mempertahankan suhu ruangan bayi

e. Menjaga bayi dalam keadaan kering

f. Mengukur suhu tubuh secara berkala

g. Memantau jalan nafas

h. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI

5. Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan rencana asuhan secara komprehensif, efektif,

efisien, dan aman secara menyeluruh adalah sebagai berikut:

1) Vitamin K1 dan salf mata sudah diberikan

2) Hb0 sudah diberikan pada bayi di 1/3 paha kanan luar lateral

3) Suhu tubuh bayi normal

4) Ruangan bayi sudah hangat


157

5) Bayi dalam keadaan bersih dan kering

6) Pengukuran suhu tubuuh bayi secara berkala sudah dilakukan

7) Jalan nafas bayi normal

8) ASI sudah diberikan secara adekuat

6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan oleh

asuhan kebidanan SOAP menurut (Walyani, 2016) adalah sebagai

berikut:

Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) (6-48 jam)

S: Subyektif

Ibu mengatakan setelah melahirkan anaknya 6 -48 jam yang lalu

O: Obyektif

PB : normal 48-52cm

BB : normal 2.500-4000gr

KU : baik

VS : (Nadi, Respirasi, Suhu)

N : berkisar 120-160 kali permenit

R : rata-rata 40-60 kali permenit, pernafasan teratur

LD : normal 33-35cm

LK: normal 30-33cm

A: Analisis
158

Diagnosa kebidanan: Bayi Ny…umur… jam jenis perempuan/laki-

laki lahir spontan/SC, cukup/kurang bulan, sesuai lebih kecil/lebih

besar usia kehamilan, dalam keadaan normal.

P: Planning

1) Mengobservasi TTV

Evaluasi : ibu sudah mengetahui bahwa keadaan bayi baik

2) Memandikan bayi dan mengajarkan ibu cara memandikan bayi

Evaluasi : sudah dimandikan, dan ibu mengerti cara memandikan

bayi

3) Memberikan konseling pada ibu, yaitu untuk selalu menjaga

kehangatan bayinya dan memberitahu ibu untuk menjemur

bayinya dipagi hari agar bayinya tidak kuning.

Evaluasi : ibu bersedia menjemur bayinya dipagi hari.

4) Menganjurkan pada ibu agar menyusui bayinya setiap 2 jam

sekali.

Evaluasi : ibu bersedia menyusui bayinya setiap 2 jam sekali.

5) Memberitahu ibu jadwal imunisasi.

Evaluasi: ibu sudah paham dengan jadwal imunisasi.

Kunjungan neonatus 2 (3-7 hari)

S: Subyektif

Ibu mengatakan setelah melahirkan anaknya 6 hari yang lalu

O: Obyektif

PB : normal 48-52cm
159

KU : baik

VS: (Nadi, Respirasi, Suhu)

A: Analisis

Diagnosa kebidanan: Bayi Ny...Umur...JK... kunjungan

neonatus cukup bulan dengan kondisi normal.

Masalah: pada BBL normal tidak ada masalah

Kebutuhan: nutrisi, personal hygiene, kehangatan

Diagnosa potensial: pada BBL normal tidak terdapat diagnose

potensial

Antisipasi tindakan segera: pada BBL normal tidak terdapat

antisipasi tindakan segera.

P: Planning

1) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

sehat.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan bayinya

dalam keadaan baik.

2) Memberikan konseling tentang cara merawat tali pusat dan

membersihkannya.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan paham tentang perawatan

tali pusat.

3) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.

Evaluasi : Ibu sudah paham dan mengerti mengenai tanda-

tanda bahaya pada bayi.


160

4) Menganjurkan kepada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu

kemudian.

Evaluasi: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi.

(Ima, 2017).

Kunjungan neonatus 3 (8-28 hari)

S: Subyektif

Ibu mengatakan setelah melahirkan anaknya 8-28 hari yang lalu

O: Obyektif

PB: normal 48-52

KU: Baik

VS: Nadi, respirasi, suhu

A: Analisis

Diagnosa kebidanan: By. Ny...Umur...hari dengan keadaan

normal

Masalah: BBL normal tidak ada masalah

Kebutuhan: nutrisi, personal hygiene, pencegahan hipotermi

Antisipasi tindakan segera: tidak ada antisipasi tindakan segera

P: Planning

1) Memberitahu ibu bahwa bayi dalam keadaan baik

Evaluasi: Ibu sudah mengetahui kondisi bayinya dalam

keadaan baik.

2) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesuai dengan

keinginan bayinya
161

Evaluasi: Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesuai dengan

keinginan bayinya

3) Menganjurkan untuk kunjungan ulang lagi pada bayi berusia 1

bulan untuk mendapatkan imunisasi lanjutan yaitu BCG dan

Polio 1

Evaluasi: Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1

bulan lagi.

(Ima, 2017).

G. Teori Medis Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama seperti halnya

masa haid. Selama masa nifas, tubuh mengeluarkan darah nifas yang

mengandung trombosit, sel-sel generative, sel-sel nekrosis atau sel

mati dan sel endometrium sisa. Ada yang darah nifasnya cepat

berhenti, ada pula darah nifas yang masih keluar melewati masa 40

hari. Cepat atau lambat, darah nifas harus lancer mengalir keluar. Bila

tidak, misal, karena tertutupnya mulut rahim sehingga bisa terjadi

infeksi. Meskipun perdarahan berlangsung singkat, sebaiknya tetap

menganggap masa nifas belum selesai. Masa nifas tetap saja

sebaiknya berlangsung 40 hari, baik ibu yang melahirkan normal atau

sesar. Sebab, meskipun gejala nifasnya sudah berlalu, belum tentu

rahimnya sudah kembali ke posisi semula (Heryani, 2012).


162

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu,

bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik

negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu

dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan,

sementarakeadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya,

oleh karena itu risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih

sering terjadi pada masa pasca persalinan. Oleh karena itu asuhan

nifas harus diberikan terhadap ibu kerenan merupakan masa kritis bagi

ibu maupun bagi bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu

diakibatkan oleh perdarahan yang terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Tujuan dari

pemberian asuhan masa nifas untuk:

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b) Melaksanakan skrining psikologi secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau erujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan ksehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi

serta perawatan bayi sehari-hari.

d) Memberikan pelayanan KB.

e) Mendapatkan kesehatan emosi.

3. Tahapan Masa Nifas


163

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

a) Puerpurium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan.

b) Puerpurium intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama

kurang lebih 6 minggu.

c) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi.

4. Perubahan Fisiologis Nifas

a. Perubahan sistem Reproduksi

Serviks

Perubahan pada serviks postpartum adalah bentuk yang

menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri

yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus

dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri

merah kehitaman karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari

setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari,

pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan

dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui


164

oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan

bagian atas dari canalis cervikallis.

Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan.

Involusi uterus

Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke

kondisi sebelum hamil dengan bobotnya hanya 60 gram akibat

kontraksi otot-otot polos uterus.

Tabel 2.5 Perubahan Uterus Selama Post Partum

Involusi TFU Keadaan serviks


Bayi lahir Setinggi pusat -

Uri lahir 2 jari di bawah Lembek

pusat

Satu minggu Pertengahan Beberapa hari

pusat-simfisis post partum

Dua minggu Tak teraba di atas dapat dilalui 2

simfisis jari akhir

Enam minggu Bertambah kecil minggu pertama

Delapan minggu Sebesar normal dapat dilalui 1

jari
165

Sumber: Suprapti dan Mansur, 2018.

Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari

dalam uterus. Lochea mempunyai perubahan warna dan volume

karena adanya proses involusi. Lochea dibedakan berdasarkan

warna dan waktu keluarnya terdiri dari:

Lochea Rubra

Lochea rubra adalah lochea yang keluar pada hari 1-2 berwarna

merah, mengandung darah dan sisa selaput etuban, jaringan

desidua, lanugo, verniks caseosa, dan mekonium.

Lochea sanguneolenta

Lochea sanguneolenta adalah lochea yang keluar pada hari ke 2-7,

berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendir.

Lochea serosa

Lochea serosa adalah lochea yang keluar pada hari ke 7-14

berwarna kuning kecoklatan mengandung sedikit darah, lebih

banyak serum, leukosit dan robekan laserasi plasenta.

Lochea alba

Lohea alba adalah lochea yang keluar >14 hari berwarna putih

kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan mati.

Lochea parulenta
166

Lochea parulenta adalah keluar cairan seperti nanah dan berbau

busuk.

Lochea locheostatis

Lochea locheostatis adalah lochea yang tidak lancer keluarnya.

Ligamen-ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-

angsur menciut kembaliseperti sedia kala. Tidak jarang

ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak

uterus menjadi retrofleksi.

Vulva dan vagina

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan

semula dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. Ukura

vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan sebelum

persalinan pertama. Meskipun demikian latihan otot perineum

dapat mengencangkan vagina hingga ke tingkat tertentu. Hal ini

dapat dilakukan pada akhir masa nifas dengan latihan harian.

Payudara

Perubahan pada payudara dikarenakan penurunan kadar

progesterone secara tepat dengan peningkatan hormone prolactin,

kolostrom sudah ada pada saat oersalinan, produksi ASI terjadi


167

pada hari kedua atau hari ketiga setelah persalinan, payudara

menjadi besar dan kasar sebagi tanda mulainya proses laktasi.

b. Perubahan sistem pencernaan

Nafsu makan

Ibu sering cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-

2 jam post partum, dan dapt ditoleransi dengan diet yang ringan.

Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal

usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun

setelah melahirkan, namun asupan makan juga mengalami

penurunan selama 1 sampai 2 hari.

Motilitas

Secara khas, penurunan otot tonus dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat seteelah bayi lahir. Kelebihan

analgesia bisa memperlambat pengembalian tonus otot dan

motilitas ke keadaan normal

Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai

tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan

karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

oada awal masa pascapartum. Kebiasaan mengosongkan usus

secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang

pengosongan usus.

c. Perubahan sistem perkemihan


168

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama. Kemungkianan

penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfingter dan

edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami

tekanana antara kepala janin dan tulang pusbis selama persalinan

berlangsung.

d. Perubahan tanda vital

Suhu tubuh

Suhu tubuh wanita pada masa nifas bisa mencapai 38oC. Hal ini

disebabkan karena ekskresi otot, dehidrasi, dan perubahan

hormonal.

Nadi

Nadi pada masa nifas, umumnya denyut nadi labil dibandingkan

dengan suhu tubuh. Nadi berkisar 60-80x/menit denyut nadi dapat

mengalami brakikardia 50-70x/menit akibat perubahan cardiac

output.

Tekanan darah

Tekanan darah sedikit mengalami penurunan 20 mmHg atau lebih

pada tekanan sistol.

Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali


169

apabila ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. Pernafasan

akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali keadaan

semula.

e. Perubahan sistem hematologi

Pada hari pertama post partum kadar fibrinogen dan plasma akan

sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dan terjadi

peningkatan vikositas sehingga meningkatkan factor pembekuan

darah.

f. Perubahan sistem kardiovaskular

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera

setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta

yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi

dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal,

dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.

(Suprapti dan Mansur, 2017).

5. Perubahan Psikologis Nifas

a. Fase taking in

Fase taking in adalah perubahan psikologi setelah melahirkan

sampai hari ke 2 ciri-cirinya yaitu perasaan ibu berfokus pada

dirinya, ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain,

perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya,

ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu

melahirkan, memerlukan ketenangan dalam tidur untuk


170

mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal, nafsu

makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi, kurangnya nafsu makan menandakan

proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal,

gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini

adalah (kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang

diinginkan tentang bayinya misalnya: jenis kelamin tertentu,

warna kulit), ketidaknyamanan karena adanya perubahan fisik

pada ibu, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

b. Fase taking hold

Fase taking hold adalah perubahan psikologi yang terjadi pada

hari ke 3 sampai 10 dengan ciri-ciri yaitu ibu merasa tidak bisa

merawat bayi, ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang

tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya, ibu

memfokuskan pada pengontrolan fungsi tubuh, ibu berusaha

untuk menguasai keterampilan merawat bayi, ibu cenderung

terbuka menerima nasehat bian dan kritikan pribadi,

kemungkinan ibu mengalami depresi post partum karena meras

tidak mampu membesarkan bayinya.

c. Fase letting go

Fase letting go adalah perubahan psikologi masa nifas pada

hari ke 10 sampai akhir masa nifas ciri-cirinya yaitu ibu

merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya setelah ibu
171

pulang ke rumah dan dipegaruhi oleh dukungan serta perhatian

keluarga, ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam

merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi.

(Susanto, 2018).

6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a) Nutrisi dan cairan

Kalori

Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah

ASI yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding

pada saat hamil. Kandungan kalori ASI dengan nutrisi yang baik

adalah 70 kal/100 ml dan kebutuhan kalori yang diperlukan oleh

ibu untuk menghasilkan 100 ml ASI adalah 80 kal. Makanan yang

dikonsumsi ini berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,

cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, dan sebagai ASI itu

sendiri. Nutrisi yang digunakan oleh ibu menyusui pada 6 bulan

pertama : 640-700 kal/hari dan 6 bulan kedua : 510 kal/hari.

Dengan demikian ibu membutuhkan asupan sebesar 2.300-2.700

kal/hari.

Protein

Protein ini diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel

yang rusak atau mati, membentuk tubuh bayi, perkembangan otak,


172

dan produksi ASI. Sumber protein bisa diperoleh dari protein

hewani seperti: telur, daging, ikan, udang, kerang susu dan keju.

Dan juga dari protein nabati seperti: tahu, tempe, dan kacang-

kacangan. Untuk kebutuhan protein yang diperlukan yaitu

kebutuhan normal ditambah 15-15 gr. Dianjurkan penambahan

perhari untuk 6 bulan pertama sebanyak 16 gr , 6 bulan kedua

sebanyak 12 gr dan tahun kedua sebanyak 11 gr.

Cairan

Ibu menyusui dapat mengkonsumsi cairan dalam bentuk air putih,

susu dan jus buah. Untuk kebutuhannya sebanyak 2-3 liter/hari.

Mineral

Mineral yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi diginakan

untuk menlindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur

kelancaran metabolism dalam tubuh. Sumbernya bisa berasal dari

buah dan sayur.

Zat Besi (Fe)

Diperoleh dari pil zat besi dari dokter untuk menambah zat gizi,

setidaknya diminum selama 40 hari pasca persalinan. Sumber zat

besi bisa diperoleh dari kuning telur, hati, daging, kerang, ikan,

kacang-kacangan dan sayuran hijau. Zat besi yang digunakan

sebesar 0,3 mg/hari dikeluarkan dalam bentuk ASI dan jumlah

yang dibutuhkan ibu adalah 1,1 gr/hari.

Vitamin A
173

Kapsul vitamin A (200.000 Unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam

setelah melahirkan, dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayi melalui ASI. Vitamin A berguna untuk:

pertumbuhan dan perkembangan sel, perkembangan dan kesehatan

mata, kesehatan kulit dan membrane sel, pertumbuhan tulang,

kesehatan reproduksi, metabolisme lemak, dan ketahanan terhadap

infeksi.

Vitamin D

Penting untuk sesehatan gigi dan pembentukan tulang. Untuk

kebutuhannya sebesar 12 gr.

Vitamin C

Bayi tidak memperoleh vitamin C selain dari ASI, maka ibu

menyusui perlu makan makanan segar dengan jumlah yang cukup

untuk ibu dan bayi per hari sebesar 95gr.

Asam Folat, Zinc dan Iodium

Asam Folat bermanfaat untuk mensintesis DNA danmembantu

dalam pembelahan sel. Kebutuhannya adalah 270 gr. Untuk zinc

mendukung system kekebalan tubuh dan penting dalam

penyembuhan luka. Kebutuhannya adalah 19 gr. Serta iodium

diperlukan untuk pembentukan air susu. Kebutuhannya adalah 200

gr.

Lemak
174

Kebutuhan lemak pada ibu nifas adalah 14 gr/porsi. Rata-rata

kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gr/porsi)

perharinya. Satu porsi lemak samadengan 80 gr keju, tiga sendok

makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim,

secangkir se krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang,

120-140 gr daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng atau 2

iris roti.

b) Ambulasi dan Mobilisasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing ibu bersalin keluar dari tempat tidur dan

membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi dini

dilakukan secara berangsur-angsur. Pada persalinan normal,

sebaiknya ambulasi dilakukan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke

kiri atau ke kanan). Untuk latihan pasca persalinan normal bisa

dilakukan dengan berbaring dengan punggung, kedua lutut ditekuk.

Letakkan kedua belah tangan pada perut dibawah tulang iga. Tarik

nafas perlahan-lahan dan dalam lewat hidung, kemudian keluarkan

lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut untuk membantu

mengosongkan paru-paru. Memiringkan panggul dengan berbaring

dengan punggung dengan kedua lutu ditekuk, kontraksikan otot-

otot perut untuk membuat tulang belakang menjadi datar dan otot-

otot pantat menjadi kencang. Pertahankan selama 3 detik dan

kemudian dilemaskan. Sesudah hari ke-3, berbaring pada


175

punggung, kedua lutut ditekuk dan kedua tangan direntangkan.

Angkat kepala dan bahu hingga sudut sekitar 450, pertahankan

selama 3 detik dan lemaskan secara perlahan-lahan.

c) Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK)

Ibu bersalin akan sulit, nyeri dan panas pada saat buang air kecil

kurang lebih selama 1-2 hari, terutama dialami oleh ibu yang baru

pertama kali melahirkan melalui persalinan normal padahal BAK

secara spontan normalnya terjadi setiap 3-4 jam. Penyebabnya,

trauma kandung kemih dan nyeri serta pembengkakan (edema)

pada perenium yang mengakibatkan kejang pada saluran kencing.

Untuk merangsang BAK bisa dilakukan dengan cara dirangsang

dengan mengalirkan air keran di dekat pasien, mengompres air

hangat di atas simfisis, dan berendam air hangat dan pasien diminta

untuk BAK. Tindakan yang perlu dilakukan apa bila hal di atas

belum bekerja adalah dilakukannya kateterisasi.

Buang Air Besar (BAB)

Kesulitan BAB bagi ibu bersalin disebabkan oleh trauma usus

bawah akibat persalinan sehingga untuk sementara usus tidak

berfungsi dengan baik. Faktor psikologis juga turut mempengaruhi.

Ibu bersalin umumnya takut BAB karena khawatir perenium robek


176

semakin besar lagi. Defekasi atau BAB normalnya harus terjadi

dalam 3 hari postpartum. Apabila terjadi obstipasi dan timbul

koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun dalam

rectum, akan berpotensi terjadi febris. Bila hal tersebut terjadi

dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per oral (melalui mulut).

Biasanya apabila ibu bersalin tidak BAB selama 2 hari setelah

persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine atau

obat-obatan.

d) Kebersihan Diri (Perenium)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2

kali sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan

dimana tempat ibu tinggal. Perawatan liuka perineum bertujuan

untuk mencegah terjadi infeksi, meningkatkan rasa nyaman, dan

mempercepat penyembuhan. Perawatan kebersihan pada daerah

kelamin pada ibu bersalin secara normal lebih kompleks dari pada

ibu bersalin secara operasi karena akan mempunyai luka episiotomi

pada daerah perineum. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin

bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Caranya yaitu membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih

dahulu dari depan ke belakang, kemudian baru membersihkan

daerah sekitar anus. Sarankan kepada ibu untuk mencuci tangan


177

menggunakan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya. Bagi ibu melahirkan yang

mempunyai luka episiotomi, sarankan untuk tidak menyentuh luka,

mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali atau apabila pembalut

penuh agar tidak tercemar bakteri, lepas pembalut dari arah depan

ke belakang untuk mencegah perpindahan bakteri dari anus ke

vagina. Bilas perenium dengan larutan antiseptic sehabis BAK atau

ganti pembalut, keringkan dengan handuk khusus dan tepuk-tepuk

dengan lembut. Jangan duduk terlalu lama untuk menghindari

tekanan lama ke perenium. Rasa gatal menunjukkan luka perenium

hamper sembuh, ibu bisa meredakan gatal dengan mandi berendam

dengan air hangat atau kompres panas. Sarankan untuk melakukan

latihan kegel untuk merangsang peredaran darah di perenium, agar

cepat sembuh.

e) Seksual

Dinding vagina akan kembali pada keadaan sebelum hamil dalam

waktu 6-8 minggu. Pada saat itu, secara fisik aman untuk memulai

hubungan suami istri begitu darah merah telah berhenti dan ibu

dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa

nyeri. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episiotomi telah sembuh dan lochea telah berhenti dan sebaiknya

dapat ditunda sedapat mungkin hingga 40 hari setelah persalinan.

Pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih. Ibu


178

mungkin mengalami ovulasi sehingga memungkinkan terjadinya

kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan.

Oleh Karen itu, pasangan perlu mencari metode keluarga berencana

yang paling cocok dengan kondisi yang dialami.

f) Keluarga Berencana (KB)

Istilah Keluarga Berencana (KB) dapat didukung dengan istilah

kontrasepsi yang berarti mencegah pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sel sperma yang akan mengakibatkan kehamilan.

Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum

ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui (amenhore laktasi).

g) Latihan Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu postpartum setelah

keadaan tubuhnya pulih kembali. Semua wanita akan sembuh dari

persalinannya dengan waktu yang berbeda-beda. Senam nifas ini

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya

komplikasi serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung,

otot dasar panggul, dan otot perut sekitar Rahim. Ditambah otot

vagina saat hamil organ-organ tubuh tersebut merenggang dan

lemah. Banyak diantara senam postpartum sebenarnya adalah sama

dengan senam antenatal. Hal yang penting bagi ibu adalah agar

senam tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan kemudian

semakin lama semakin sering atau kuat.


179

7. Kunjungan masa nifas (KF)

Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk

pemeriksaan postpartum lanjut. Hal ini dilakukan untuk menjaga

kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis melaksanakan

skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya, dan perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan

kesehatan keluarga berencana. Frekuensi masa nifas adalah:

a. Kunjungan I (6-48 jam).

Kunjungan I bertujuan untuk mencegah perdarahan pada masa

nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut, memberikan konseling

pada ibu atau pada salah satu anggota keluarga, bagaimana

mencegah oerdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberia ASI

awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga

bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi, tali pusat harus

tetap kering ibu harus diberitahu bahaya membubuhkan sesuatu

pada tali pusat, jika petugas kesehatan penolong persalinan ia harus

tinggal bersama bidan bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah

kelahiran.

b. Kunjungan II (3-7 hari setelah persalinan).


180

Kunjungan II bertujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan

normal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup mendapatkan

makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu Menyusui dengan

baik dan tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda penyulit,

memberi konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

c. Kunjungan III (8-28 hari setelah persalinan)

Kunjungan III bertujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan

normal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup mendapatkan

makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu Menyusui dengan

baik dan tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda penyulit,

memberi konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

d. Kunjungan IV (29-42 hari setelah persalinan)

Memastikan involusi uterus berjalan normal, menanyakan kepada

ibu tentang penyulit yang dialami ibu atau bayi, memberikan

konseling KB secara dini, menganjurkan/mengajak ibu membawa

bayinya ke posyandu untuk ditimbang.

(Kemenkes RI, 2019).


181

8. Tanda Bahaya Nifas

a. Adanya Tanda-tanda Infeksi Puerperalis

Peningkatan suhu tubuh merupakan suatu diagnosa awal yang

masih membutuhkan diagnosa lebih lanjut untuk menentukan

apakah ibu bersalin mengalami gangguan payudara, perdarahan

bahkan infeksi karena keadaan-keadaan tersebut sama-sama

mempunyi gejala peningkatan suhu tubuh. Oleh karena itu, bidan

perlu melakukan pemeriksaan gejala lain yang mengikuti gejala ini.

b. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih

Organisme yang memnyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari

flora normal perineum. Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung

kemih terhadap teganggan air kemih di dalam vesika sering

menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau

spinal. Sensasi pereganggan kandung kemih juga berkurang akibat

rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar,

laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina. Setelah

melahirkan terutama pada saat infus oksitosin dihentikan terjadi

diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi

kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk

mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran

kemih.

c. Sembelit atau Hemoroid


182

Asuhan yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri bisa dilakukan

dengan memasukkan kembali hemoroid yang keluar ke dalam

rectum, rendam duduk dengan air hangat atau dingin sedalam 10-

15 cm selama 30 menit, 2-3 kali sehari. Meletakkan kantong es

pada daerah anus, berbaring miring, minum lebih banyak dan

makan dengan diet tinggi serat, jika perlu diberikan obat

supositoria.

d. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, dan Pengelihatan Kabur

Kondisi sakit kepala, nyeri epigastrik, dan pengelihatan kabur

biasanya dialami ibu yang baru melahirkan. Penanganannya adalah

jika ibu sadar segera periksa nadi, tekanan darah dan pernapasan.

Jika ibu tidak bernafas, lakukan pemeriksaan ventilasi dengan

masker dan balon. Lakukan intubasi bila perlu. Selain itu, jika

diketahui pernapasan dangkal periksan dan bebaskan jalan nafas

dan berikan oksigen 4-6 liter per menit. Jika pasien tidak sadar atau

koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukur suhu,

periksa apakah ada kaku tengkuk. Hal tersebut dikhawatirkan

adanya gejala per eklamsi pada ibu.

e. Perdarahan Vagina yang Luar Biasa

Perdarahan terjadi terus-menerus atau tiba-tiba bertambah banyak

(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian

pembalut dua kali dalam setengah jam). Penyebab utama

perdarahan ini kemungkinan adalah terdapatnya sisa plasenta atau


183

selaput ketuban (pada grandemultipara dan pada kelainan bentuk

implantasi plasenta), infeksi pada endometrium dan sebagian kecil

terjadi dalam bentu mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan

inversion uteri. Penanganannya adalah bidan berkonsultasi dengan

dokter untuk mengetahui kondisi pasien sehingga dapat

memberikan pelayanan medis yang bermutu untuk masyarakat.

f. Lochea Berbau Busuk dan Disertai dengan Nyeri Abdomen atau

Punggung

Gejala tersebut biasanya mengindikasikan adanya infeksi umum.

Melalui gambaran klinis tersebut, bidan dapat menegakkan

diagnosis infeksi kala nifas. Pada kasus infeksi ringan, bidan dapat

memberikan pengobatan, sedangkan infeksi kala nifas yang berat

sebaiknya bidan berkonsultasi atau merujuk penderita.

g. Puting Susu Lecet

Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu pada

saat menyusui. Selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan

celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam

waktu 48 jam. Penyebab dari putting yang lecet antaralain karena

teknik menyusui yang tidak benar, putting susu terpapar oleh

sabun, krim, alkohol ataupin zat iritan lain saat ibu membersihkan

putting susu, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting

susu ibu, bayi dengan lidah yang pendek (frenulum lingue), serta

cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.


184

h. Bendungan ASI

Keadaan abnormal pada payudara, umumnya terjadi akibat

sumbatan pada saluran ASI atau karena tidak dikosongkannya

payudara seluruhnya. Hal tersebut banyak terjadi pada ibu yang

baru pertama kali melahirkan. Bendungan ASI dapat terjadi karena

payudara tidak dikosongkan, sebab ibu belum merasa terbiasa

dalam menyusui dan merasa takut putting lecet pada saat menyusui.

Peran bidan dalam mendampingi dan memberi pengetahuan laktasi

pada masa ini sangat dibutuhkan dan pastinya bidan harus sangat

sabar dalam mendampingi ibu menyusui untuk terus menyusui

bayinya. Gejala terjadinya bendungan ASI adalah bengkak, nyeri

seluruh payudara atau nyeri local. Kemerahan pada seluruh

payudara atau hanya local, payudara keras dan benjol-benjol

(merongkol), serta panas badan dan rasa sakit umum.

Penatalaksanannya menyusui diteruskan, bayi disusukan pada

payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar

payudara kosong. Kemudian ke payudara yang normal. Apabila ibu

tidak dapat mengosongkan payudara dengan menyusui bayinya,

maka dilakukan dengan memompa ASI. Beri kompres panas, bilas

menggunakan lap hangat pada payudara yang membendung. Ubah

posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran,

duduk atau posisi memegang bola (football position). Pakilah baju


185

dengan BH yang longgar, istirahat yang cukup dan makan makanan

yang bergizi, serta banyak minum sekitar 2-3 liter per hari.

i. Edema, Sakit dan Panas pada Tungkai

Selama masa nifas dapat membentuk thrombus sementara pada

vena-vena maupun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin

lebih sering mengalaminya. Faktor predisposisi antara lain:

obesitas, peningkatan umur maternal dan tingginya paritas, riwayat

sebelumnya mendukung, anastesi dan pembedahan dengan

kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena,

anemia maternal, hipotermi atau penyakit jantung, endometritis

serta varikosities.

j. Pembengkakan di Wajah atau di Tangan

Pembengkakan yang terjadi dikarenakan ada cairan yang

menumpuk di bawah kulit, hal ini juag bisa diindikasikan sebafai

gejala preeklampsi apabila disertai dengan pusing yang menetap,

nyeri epigastrik dan pandangan mata kabur. Pembengkakan dapat

ditangani dengan memeriksa adanya varises, memeriksa kemerahan

pada betis, periksa apakah tulang kering, ergelangan kaki dan kaki

edema. Untuk mencegah adanya edema pada kaki dianjurkan

kepada ibu untuk meninggikan kakinya pada saaat tidur

(tendelenberg), dan jangan membiarkan kaki menggantung bisa

memberikan kursi kecil sebagai alasnya.

k. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu yang Lama


186

Sesudah anak lahir ibu akan merasakan lelah mungkin juga lemas

karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas diberikan minuman

hangat, susu, kopi, atau teh manis. Apabila ibu menghendaki

makan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam

persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut dalam

mengadakan proses persalinan. Namun sedikit banya, dipengaruhi

oleh proses persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu

beristirahat guna memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu

tidak benar jika ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya

walaupun ibu menginginkannya. Biasanya disebabkan adanya

kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu,

sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.

l. Post Partum Blues

Yaitu perasaan sangat sedih atau tidak mampu untuk mengasuh

sendiri anaknya. Perasaan ini biasanya dialami oleh ibu yang

merasa tidak mampu mengasuh bayinya maupun diri sendiri. Pada

minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih satu

tahun ibu postpartum cenderung akan mengalami perasaan-

perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak

mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. Faktor penyebabnya

adalah kekecewaan emosional yang mengikauti kegiatan

bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama

hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan
187

akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan

kebanyakan di rumah sakit, kecemasan akan kemampuannya untuk

merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, serta

ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.

(Suprapti dan Mansur, 2018).

H. Teori Managemen Nifas

1. Standar I : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dengan semua sumber yang berkaitan dengan klien. Kriteria

pengkajian :

a. Terdiri dari data subjektif

Identitas terdiri dari : Nama, Umur dikaji dalam masa nifas

dikarenakan jika umur<20 tahun maka dapat mempengaruhi

psikologi ibu karena belum siap menjadi orang tua, jika umur>35

tahun makah harus wapada terhadap perdarahan, Suku Bangsa,

Agama, Pekerjaan, Alamat dan No. Telepon.

Keluhan utama : untuk mengetahui keluhan yang dirasakan klien

seperti mules pada perutnya, badan terasa lemas, sedikit pusing dll

(Astutik, 2015).

Riwayat Pernikahan :

Untuk mengetahui ibu nikah berapa kali, berapa lama, umur

pertama menikah dan jumlah anak.

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


188

Untuk mengetahui apakah terjadi komplikasi selama ibu hamil,

bersalin dan nifas dan tindakan apa saja yang dilakukan.

Riwayat KB :

Untuk mengetahui KB apa yang pernah dipakai ibu sebelumnya

Riwayat kesehatan yang lalu :

Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit seperti

DM, hipertensi, asma, hepatitis, jantung, TBC.

Riwayat Kesehatan Keluarga :

Untuk mengetahui apakah didalam keluarganya ada yang

pernah/sedang menderita penyakit seperti jantung, DM, asma,

hipertensi, hepatitis dan TBC.

Riwayat Gynekologi :

Untuk mengetahui apakah ibu pernah menngalami seperti

infertilitas, PMS, infeksi virus, myoma, kanker kandungan dll.

Riwayat Persalinan Sekarang :

Untuk mengetahui dimana tempat persalinan yang dilakukan oleh

ibu, siapa yang menolong pada saat persalinan, jenis persalinan

spontan atau dengan tindakan, plasenta lahir lengkap atau tidak,

adakah kelainan, apakah ada penyulit dalam persalinan.

Data Psikososial :

Untuk mengetahui respon ibu terhadap kehadiran bayinya dan

apakah suami, orangtua, mertua dan keluarga lain mendukungnya

b. Data Obyektif
189

Keadaan Umum : Untuk mengetahui keaadaan ibu

secara umum nifas normal niasannya

baik
Keadaan emosional : Untuk mengetahui apakah keadaan

emosional stabil atau tidak dan

apakah terjadi postpartum blues

(depresi) pada post partum pada

klien tersebut. Pada ibu nifas normal

keadannya stabil.
Tanda vital : Suhu: 36,50C-370C

Nafas normal : 16-24x/menit

Nadi normal : 80-100x/menit

TD normal : 110/80mmHg-120/80

mmHg
Pemeriksaan fisik
Rambut : Untuk mengetahui kebersihan dan

rontok atau tidak


Muka : Pucat atau tidak
Mata : Simetris atau tidak, konjungtiva

pucat atau tidak, sclera ikterus atau

tidak
Mulut dan gigi : Lidah bersih gigi : ada caries atau

tidak
Leher` : Untuk mengetahui adakah

pembesaran pada kelenjar tyroid,

limfe dan vena jugularis


Dada : Ada retraksi dinding atau tidak, ada

benjolan abnormal atau tidak


190

Payudara : Bentuk simetris atau tidak, putting

susu menonjol atau tidak,

pengeluaran kolostrom. Kolostrom

sudah ada saat persalinan produksi

ASI terjadi pada hari ke 2 atau hari

ke 3 setelah persalinan, ASI

peralihan keluar pada hari ke 4

sampai hari ke10 dan ASI matur

keluar pada hari ke 10 sampai

seterusnya.
Punggung dan : Posisi tulang belakang normal atau

pinggang tidak bila ditemukan lordosis.


Abdomen : Untuk mengetahui apakah ada bekas

luka SC atau tidak, mengetauhi

berapa TFU 6-8 jam normalnya

adalah 2 jari dibawah pusat,

kontraksinya baik atau tidak jika

baik maka pada fundus teraba keras,

serta kandung kemih kosong atau

penuh jika penuh kandung kemih


Genetalia akan terasa keras.

: Untuk mengetahui apakah ada

pembengkakan dan varises pada

genetalia ibu.
Lochea : Untuk mengetahui warna, jumlah,
191

bau konsistensi lochea pada

umumnya ada kelainan atau tidak.

Pada ibu nifas yang normal 1 hari

post partum lochea jenis rubra,

warna merah jumlah +50 cc, bau :

dan konstitensi encer.


Perineum : Untuk mengetahui apakah ada

perineum ada bekas jahitan atau

tidak, juga tentang jahitan perineum

klien. Pada nifas normal perineum

bisa juga terdapat ada bekas jahitan

bisa juga tidak ada, periniumnya

bersih atau tidak. Pada derajat I

perlukaan tingkat Fourchet, dengan

otot perineum tampak, derajat II

dinding vagina belakang robek, otot

perineum robek, tetapi belum

mencapai sfingter ani, derajat III

robekan makin luas sampai

mencapai sfingter ani, mukosa

rectum masih utuh, derajat IV

robekan makin luas sampai mukosa

rectum, kanalis rectum terbuka

(Manuaba, 2010).
192

Ekstremitas atas dan : Edema : ada atau tidak

bawah Kekakuan otot dan sendi : ada atau

tidak

Kemerahan : ada atau tidak.

Varices : ada atu tidak

Reflek pattela : kanan kiri +/-,

normalnya positif

Reflek patela negatif pada

hypovitamunisis B1 dan penyakit

urat syarat

Tanda Homan :+/+ bila tidak

ditemukan rasa nyeri. Tanda human

bisa dilakukan dengan meletakkan


Uji diagnostik : Edema : ada atau tidak

Kekakuan otot dan sendi : ada atau

tidak

Kemerahan : ada atau tidak.

Varices : ada atu tidak

Reflek pattela : kanan kiri +/-,

normalnya positif

Reflek patela negatif pada

hypovitamunisis B1 dan penyakit

urat syaraf

Tanda Homan :+/+ bila tidak


193

ditemukan rasa nyeri. Tanda human

bisa dilakukan dengan meletakkan

satu tanan pada lutut dan lakukan

tekanan ringan untuk menjaga

tungkai tetap lurus, jika terdapat

nyeri maka tanda homan positif.

Darah: Pemeriksaan Hb

Hb ibu nifas normal : Hb normal 11

gram %

Golongan darah

Pemeriksaan golongan darah penting

untuk tranfusi darah.


(Astutik, 2015)

2. Standar II : Perumusan Masalah dan atau masalah Kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa,

masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan intrepretasi yang benar

atas data-data yang dikumpulkan (Sulistyawati, 2010).

Dan hasil pengkajian kemungkinan diagnosa yang muncul adalah :

Diagnosa : Ny... P...A... 6-8 jam post partum dalam

keadaan normal
Subyektif : Ibu merasakan perutnya masih terasa

mules-mules
Anamnesa : Jumlah kelahiran, pernah abortus atau

tidak, masa setelah melahirkan.


Masalah : Berkaitan dengan keadaan psikologis
194

ibu, normalnya tidak ada masalah


Kebutuhan : Berdasarkan atas keadaan umum dan

keadaan fisik ibu biasanya dibutuhkan

konseling lebih lanjut


(Astutik, 2015).

3. Standar III : Perencanaan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh dan

rasional pada nifas normal meliputi :

Kunjungan 6-8 jam

a. Beritahukan pada ibu hasil pemeriksaan

b. Anjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga pola makan dengan gizi

seimbang dan cukup istirahat.

c. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan ambulasi dini.

d. Anjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya atau

secara on demand (setiap bayi menginginkannya).

e. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan tubuhnya dan

sekitar daerah vagina.

f. Berikan konseling kepada ibu cara mencegah perdarahan pada

masa nifas akibat atonia uteri.

g. Anjurkan kepada ibu untuk memenuhi gizi yang seimbang selama

nifas dan tidak berpantang terhadap makanan apapun.

h. Ajarkan kepada ibu cara merawat tali pusat dan perawatan bayi

sehari-hari.

i. Ajarkan kepada ibu dan keluarga cara massase abdomen.


195

j. Jelaskan kepada ibu bahwa rasa mules yang dialami oleh ibu adalah

normal

k. Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas.

l. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang hari ke 4-

28 atau jika ada keluhan.

(Sutanto, 2018).

4. Standar IV : Implementasi

a. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan.

b. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga pola makan dengan

gizi seimbang dan cukup istirahat.

c. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan ambulasi dini.

d. Menganjurkan ibu untuk seseringmungkin menyusui bayinya atau

secara on demand (setiap bayi menginginkannya).

e. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan tubuhnya dan

sekitar daerah vagina.

f. Memberikan konseling kepada ibu cara mencegah perdarahan pada

masa nifas akibat atonia uteri.

g. Menganjurkan kepada ibu untuk memenuhi gizi yang seimbang

selama nifas dan tidak berpantang terhadap makanan apapun.

h. Mengajarkan kepada ibu cara merawat tali pusat dan perawatan

bayi sehari-hari.

i. Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara massase abdomen.


196

j. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules yang dialami oleh ibu

adalah normal

k. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas.

l. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang hari

ke 4-28 atau jika ada keluhan.

(Sutanto, 2018)

5. Standar V : Evaluasi

a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

b. Ibu bersedia untuk tetap menjaga pola makan dengan gizi seimbang

dan cukup istirahat.

c. Ibu bersedia untuk melakukan ambulasi dini.

d. Ibu bersedia untuk seseringmungkin menyusui bayinya atau secara

on demand (setiap bayi menginginkannya).

e. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan tubuhnya dan sekitar daerah

vagina.

f. Ibu sudah mengetahui cara mencegah perdarahan pada masa nifas

akibat atonia uteri.

g. Ibu bersedia untuk memenuhi gizi yang seimbang selama nifas dan

tidak berpantang terhadap makanan apapun.

h. Ibu sudah mengetahui cara merawat tali pusat dan perawatan bayi

sehari-hari.

i. Ibu dan keluarga sudah mengetahui cara massase abdomen.


197

j. Ibu sudah mengerti bahwa rasa mules yang dialami oleh ibu adalah

normal.

k. Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas.

l. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang hari ke 4-28 atau

jika ada keluhan.

(Sutanto, 2018)

6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Kunjungan ulang (KF) 3 – 7 hari post partum.

S: Subyektif

Ibu mengatakan sudah tidak merasa mules lagi. ASI keluar banyak

pada payudara kiri dan kanan. Ibu mengatakan masih keluar darah

dari vaginanya berwarna kecoklatan.

O: Obyektif

TD : normal 110-130 mmHg

S : normal 36,5 0C-37,5 0C

N : normal 18-24 x/menit

ASI : Jenis ASI peraihan

TFU: pertengahan pusat dan shipisis

Lochea : rubra dari hari 1-3 postpartum, sanguinolenta dari hari 3-7

postpartum warna kecoklatan berisi darah dan lendir. Serosa dari

hari ke 7-14 postpartum berwarna kekuningan, alba >14 hari

postpartum berwarna putih.

A: Analisis
198

Diagnosa kebidanan: Ny… Umur…tahun P…A… postpartum…

hari… dalam keadaan normal.

Masalah : Biasanya merupakan keluhan yang dialami, tidak

dapat didefinisikan sebagai diagnosa. (Tidak Ada)

Kebutuhan: Personal hygiene dan istirahat cukup.

Diagnosa potensial: Tidak Ada

Antisipasi tindakan segera: Tidak Ada

P: Planning

a) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.

b) Menanyakan kepada ibu tentang presepsinya mengenai

persalinan dan kelahiran bayi.

Evaluasi : Ibu telah mengutarakan presepsinya.

c) Memantau kondisi payudara

Evaluasi : telah dilakukan pemeriksaan pada payudara ibu.

d) Memantau perdarahan pervaginam dan involusi uteri

Evaluasi : telah dilakukan pemeriksaan perdarahan pervaginam

dan involusi uteri

e) Menanyakan tentang ketidaknyamanan yang dirasakan ibu.

Evaluasi : Ibu telah menyebutkan ketidaknyamanan yang

dirasakan.

f) Memastikan ibu mendapatkan cukup istirahat.

Evaluasi : Ibu mendapatkan cukup istirahat pasca persalinan.


199

g) Menganjurkan ibu kunjungan ulang pada hari ke 8-28 hari pasca

persalinan.

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

(Mulati, Widyaningsih & Royati, 2015)

Kunjungan ulang 8 hari- 28 hari hari postpartum

S : Subyektif

Ibu mengatakan melahirkan bayinya 8-28 hari yang lalu

Ibu mengatakan bayinya menyusui dengan baik

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O: Obyektif

TD : normal 110-130 mmHg

S : normal 36,5 0C-37,5 0C

N : normal 18-24 x/menit

ASI : Jenis ASI matur

TFU: Teraba diatas simphisis

Lochea : Alba hari ke 14 sampai akhir berwarna putih bening.

A: Analisis

Diagnosa kebidanan: Ny...umur...tahun… P....A... postpartum...

hari dengan keadaan normal

Masalah: biasanya merupakan keluhan yang dialami, dapat

didefinisikan sebagai diagnosa (tidak ada)

Kebutuhan: personal hygiene dan istirahat cukup

Diagnosa potensial: tidak ada


200

Antisipasi tindakan segera: tidak ada

P: Planning

a) Memeriksa perdarahan pervaginam dan pemeriksaan involusi

uterus

Evaluasi: perdarahan pervaginam telah diperiksa dan involusi

uterus berjalan dengan baik

b) Memberikan KIE tanda bahaya pada masa nifas

Evaluasi : konseling tanda bahaya pada masa nifas telah

diberikan

c) Memberikan konseling mengenai zat gizi pada ibu nifas

Evaluasi : ibu telah mengerti mengenai zat gizi pada ibu nifas

d) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

Evaluasi : ibu bersedia untuk istirahat cukup

e) Memberikan konseling tentang latihan pengencangan otot

perut.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui tentang latihan pengencangan

otot perut.

f) Menanayakan kepada ibu tentang kondisi pencernaan,

konstipasi, dan memberikan konseling cara mengatasi apabila

ibu mengalaminya.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui cara mengatasi masalah

pencernaan dan konstipasi.


201

g) Menjalin komunikasi dan kolaborasi antara bidan, dokter, dan

RS untuk menghadapi masalah yang ada.

Evaluasi : telah dilakukan komunikasi dan kolaborasi dalam

pelaksanaan masalah yang ada.

h) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke 29-42

Kunjungan ulang 29 hari- 42 hari hari postpartum

S : Subyektif

Ibu mengatakan melahirkan bayinya 29-42 hari yang lalu

Ibu mengatakan bayinya menyusui dengan baik

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O: Obyektif

TD : normal 110-130 mmHg

S : normal 36,5 0C-37,5 0C

N : normal 18-24 x/menit

ASI : Jenis ASI matur

TFU: Teraba diatas simphisis

Lochea : Alba hari ke 14 sampai akhir berwarna putih bening.

A: Analisis

Diagnosa kebidanan: Ny...umur...tahun… P....A... postpartum...

hari dengan keadaan normal

Masalah: biasanya merupakan keluhan yang dialami, dapat

didefinisikan sebagai diagnosa (tidak ada)

Kebutuhan: personal hygiene dan istirahat cukup


202

Diagnosa potensial: tidak ada

Antisipasi tindakan segera: tidak ada

P: Planning

a) Menanyakan kepada ibu mengenai penyulit-penyulit yang

dialami

Evaluasi : ibu tidak mengalami kesulitan

b) Memberikan KIE senam nifas

Evaluasi : konseling senam nifas telah diberikan

c) Memberikan konseling KB secara dini

Evaluasi : konseling KB telah diberikan

d) Memberikan konseling tanda bahaya pada masa nifas

Evaluasi : konseling tanda bahaya pada masa nifas telah

diberikan

e) Menjalin komunikasi dan kolaborasi antara bidan, dokter, dan

RS untuk menghadapi masalah yang ada.

Evaluasi : telah dilakukan komunikasi dan kolaborasi dalam

pelaksanaan masalah yang ada.

f) Mendokumentasikan tindakan

Evaluasi : Tindakan telah didokumentasikan

I. Teori Medis Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah


203

dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan

dalam kontrasepsi. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan

bergantung pada kesesuaian penggunaan dengan instruksi. Perbedaan

keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang

terkadang tidak konsisten) daan penggunaan sempurna (mengikuti

semua instruksi dengan tepat dan benar) (Mulyani & Rinawati, 2013).

2. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

MAL merupakan kontrasepsi yang mengendalikan pemberian ASI

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan

makanan atau minuman atau minuman tambahan hingga usia 6 bulan.

Efektitfitas metode MAL:

Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca

persalinan), segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada

efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak

perlu obat atau alat, dan tanpa biaya.

Keuntungan metode MAL:

Untuk bayi mendapat kekebalan pasif (mendapatkan atibodi

perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan

sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari

keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula

atau alat minum yang dipakai.

Kelemahan metode MAL:


204

Perlu persiapan dan perawatan sejak awal ke hamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, sulit dilaksanakan karena

kondisi social, efetifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau

sampai dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS termasuk

HIV/AIDS dan virus Hepatitis B /HBV.

Indikasi :

Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6

bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.

Kontra Indikasi :

Sudah mendapat haid setelah bersalin, tidak menyusui secara

eksklusif, bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan, bekerja dan

terpisah dari bayi lebih lama dari 6 bulan.

(Mulyani S.N, dan Rinawati M. 2013).

J. Teori Managemen Kontrasepsi

1. Standar I : Pengkajian

a. Data subyektif

Identitas atau biodata (suami-istri) terdiri dari nama, umur dikaji

untuk menentukan alat kontrasepsi yang tepat <20 tahun fase

menunda, usia 20-30 tahun fase menjarangkan, >30 tahun


205

mengakhiri. Agama, pendidikan, suku, bangsa, pekerjaan dan

alamat.

Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan saat

pemeriksaan.
Riwayat menstruasi : Untuk mengetahui kapan mulai

menstruasi, lamanya menstruasi,

banyaknya darah, siklus, keluhan-

keluhan yang dirasakan, dismenorea.


Riwayat perkawinan : Untuk mengetahui status perkawinan,

lama perkawinan, syah atau tidak,

sudah berapa kali menikah, berapa

jumlah anaknya (Hartanto, 2010).


Riwayat Kehamilan : Untuk mengetahui berapa kali ibu

dan Nifas yang lalu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

anak, cara persalinan yang lalu,

penolong persalinan, dan keadaan

nifas yang lalu (Ambarwati, 2010).


Riwayat Keluarga : Untuk mengetahui apakah pasien

Berencana pernah ikut KB dengan kontrasepsi

jenis apa, berapa lama, adakah keluhan

selama menggunakan kontrasepsi

(Ambarwati, 2010).

Riwayat kesehatan : Data ini diperlukan untuk mengetahui

yang lalu kemungkinan adanya riwayat atau

penyakit seperti jantung (dada


206

berdebar-debar), DM (banyak makan,

minum, dan kencing pada malam

hari), hipertensi (tekanan darah lebih

dari 140/90 mmHg), asma (sering

sesak nafas), hepatitis (ujung kuku,

sklera dan kulit berwarna kuning).


Riwayat kesehatan : Data ini diperlukan untuk mengetahui

sekarang kemungkinan adanya penyakit yang

diderita pada saat ini.


Riwayat kesehatan : Data ini diperlukan untuk mengetahui

keluarga kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan

penyakit pasien, yaitu apabila ada

penyakit keluarga yang menyertainya

(Ambarwati, 2010).
Pola nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan

dan minum, frekuensi, banyaknya,

jenis makanan, dan pantangan

makanan. Makan dengan diet

seimbang, cukup karbohidrat, lemak,

protein, vitamin dan mineral. Minum

sedikitnya ± 3 liter setiap hari

(Mulyani & Rinawati, 2013).


Pola eliminasi : Menggambarkan pola fungsi sekresi

yaitu kebiasaan buang air besar


207

meliputi frekuensi, jumlah,

konsistensi dan bau serta kebiasaan

buang air kecil meliputi frekuensi,

warna dan jumlah, akan membantu

dalam regulasi BAB.


Pola istirahat : Menggambarkan pola istirahat dan

tidur pasien.
b. Data obyektif : data hasil observasi.

KU pasien : Untuk mengetahui keadaan umum pasien.


Kesadaran   : Untuk mengetahui tingkat kesadaran

pasien, seperti composmentis, apatis,

somnolen, koma.
Vital sign : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi

TD atau hipotensi dengan satuannya mmHg.

Tekanan darah normal adalah 120/80

mmHg. Jika TD tinggi maka tidak dapat

menggunakan alkon yang hormonal

(Multani & Rinawati, 2013).


Kepala : Warna, kebersihan, mudah rontok atau

tidak.
Telinga : Kebersihan, gangguan pendengaran.
Mata : Warna konjungtiva, sklera, kebersihan,

terdapat gangguan pengelihatan atau tidak.


Hidung :  Kebersihan, terdapat benjolan atau tidak.
Mulut :  Warna bibir, kelembaban, kebersihan

lidah, warna lidah, kebersihan gigi, caries

atau tidak, terdapat stomatitis atau tidak.


Leher : Pembesran kelenjar limfe, tyroid dan vena
208

jugularis.
Dada : Simetris, tidak terdapat benjolan

yang abnormal, tidak ada gangguan

pernafasan.
Perut : tidak kembung, tidak ada massa,

tidak terdapat bekas luka operasi.


Ekstremitas : tidak udem, simetris, tidak pucat, tidak

ikterik.
Genetalia : Kebersihan, pengeluaran pervaginam.
Anus : Terdapat hemeroid atau tidak.
Data penunjang : Laboratorium misal, kadar Hb, hematokrit,

kadar leukosit, golongan darah.

(Kurniarum, 2016).

2. Standar II : Perumusan Masalah dan atau masalah Kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. 

a. Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan

Pada langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan menjadi masalah atau diagnosa kebidanan yang

sudah diidentifikasi. Keduannya digunakan karena beberapa

masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa, tetapi

membutuhkan penanganan (Ambarwati, 2010).

Diagnosis : Ny… umur..tahun P..A..calon akseptor KB..


209

b. Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa sesuai

dengan keaadaan pasien.

Mengidentifikasi diagnosa yang akan mungkin terjadi

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang membutuhkan

antisipasi dan pencegahan.

c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama sesuai dengan kondisi pasien (Astuti, 2016).

3. Standar III : Perencanaan

a. Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

b. Beritahu hasil pemeriksaan

c. Beri konseling tentang macam-macam KB

d. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang

4. Standar IV : Implementasi

1) Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komrehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidense based kepada klien/pasien,

dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.


210

2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik.

3) Memberikan konseling tentang macam-macam alat kontrasepsi

KB.

4) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang.

5. Standar V : Evaluasi

1) Asuhan sudah di berikan kepada ibu.

2) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

3) Ibu sudah mengerti dan paham tentang KB.

4) Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam

asuhan kebidanan adalah SOAP :

S : Subyektif

Data yang diambil dari anamnesis. Catatan ini berhubungan dengan

masalah sudut pandang pasien, yaitu apa yang dikatakan dan

dirasakan klien yang diperoleh melalui anamnesis (Ambarwati, 2010).

O : Obyektif

Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa apa yang dilihat dan dirasakan oleh

bidan pada saat pemeriksaan fisik dan observasi, hasil laboratorium,

tes diagnostik dll.


211

Misalnya pemeriksaan umum klien yang meliputi : tekanan darah,

nadi, suhu, respirasi, dan pemeriksaan fisik (Ambarwati, 2010).

A : Analisis

Diagnosa kebidanan: Ny… umur...tahun P...A... dengan akseptor

KB...

Masalah: Tidak ada

Kebutuhan: tidak ada

Diagnosa potensial: tidak ada

Antisipasi tindakan segera: tidak ada

P : Planning

Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan datang, untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang mungkin atau

mempertahankan/menjaga kesejahteraannya. Berupa perencanaan, apa

yang dilakukan dan evaluasi. Evaluasi didalamnya termasuk asuhan

mandiri, kolaborasi, tes diagnostik, laboratorium, konseling, follow up

(Ambarwati, 2010).

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam

keadaan baik.

2) Memberitahu ibu KB yang dipilih ibu.

Evalauasi : Ibu sudah mengerti dan faham tentang macam-macam

KB.

3) Memberitahu cara penggunaan alat kontrasepsi/KB


212

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan faham tentang cara penggunaan

alat kontrasepsi.

4) Memberitahu ibu indikasi dan kontra indikasi KB

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang indikasi maupun kontra

indikasi alat kontrasepsi.

5) Memberitahu ibu tentang keuntungan dan kerugian penggunaan

alat kontrasepsi/KB

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang keuntungan dan kerugian

alat kontrasepsi.

6) Melakukan informed consent tentang penggunaan alat kontrasepsi

yang diingkan

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan informed consent.

7) Melakukan pemasangan alat kontrasepsi yang dipilih

Evaluasi : Pemasangan alat kontrasepsi sudah dilakukan.

8) Memberitahu kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang

(Suprapti dan Mansur, 2018).

K. Kewenangan Bidan

Bidan mempunyai beberapa kewenangan untuk memberikan

pelayanan sebagaimana telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017. Kewenagan bidan

antara lain:

Pasal 18
213

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan

untuk memberikan:

1) Pelayanan kesehatan ibu.

2) Pelayanan kesehatan anak; dan

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf

(a) diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan:

a) Konseling pada masa sebelum hamil.

b) Antenatal pada kehamilan normal.

c) Persalinan normal.

d) Ibu nifas normal.

e) Ibu menyusui.

f) Konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) Bidan berwenang melakukan:

a) Episiotomi.

b) Pertolongan persalinan normal.

c) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.

d) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.


214

e) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.

f) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

g) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif.

h) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum.

i) Penyuluhan dan konseling.

j) Bimbingan pada kelompok ibu hamil dan

k) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

a) Pelayanan neonatal esensial.

b) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

c) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah dan

d) Konseling dan penyuluhan.

3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan

tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0,


215

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat

ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas

Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan

jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.

b) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru.

c) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol

atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih

dan kering dan

d) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir

dengan infeksi gonore (GO).

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi

kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala,

pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini

peyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).


216

6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)

kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI

eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,

imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan

berwenang memberikan:

1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

2) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

Pelimpahan kewenangan

Pasal 22

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan

memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:

1) Penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau

2) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan

secara mandat dari dokter.

Pasal 23

1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari

pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

huruf a, terdiri atas:


217

a) Kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan

b) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu

wilayah tempat Bidan bertugas.

2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan

setelah mendapatkan pelatihan.

3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi

terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan.

5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota.

Pasal 24

1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya,

akibat kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus sesuai

dengan kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan.

2) Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang

diperoleh Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan evaluasi pasca

pelatihan di tempat kerja Bidan.


218

3) Evaluasi pasca pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.

Pasal 25

1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:

a) Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat

kontrasepsi bawah kulit;

b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit

tertentu;

c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang

ditetapkan;

d) Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;

e) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan

ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan

lingkungan;

f) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah

dan anak sekolah;

g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan

terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian

kondom, dan penyakit lainnya;

h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan

i) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;


219

2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik

lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 26

1) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu

wilayah tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga kesehatan

lain dengan kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

2) Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat

Bidan bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.

Pasal 27

1) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara

mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b

diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

tingkat pertama tempat Bidan bekerja.

2) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan

pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan tingkat pertama tersebut.


220

3) Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:

a) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah

dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan;

b) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan

dokter pemberi pelimpahan;

c) Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan

klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan

d) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.

4) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat, sepanjang

pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan.

Pencatatan Dan Pelaporan

Pasal 45

1) Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan

pelayanan yang diberikan.

2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke puskesmas

wilayah tempat praktik.

3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan

disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan

bagi Bidan yang melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

selain Praktik Mandiri Bidan


221

L. Diagram Teori

Berdasarkan kajian teori tentang masa hamil, bersalin, BBL, nifas dan KB

maka peneliti dapat menyusun diagram teori sebagai berikut

1. Pengkajian
2. Perumusan diagnosa dan atau
Ibu hamil TM masalah kebidanan 1. Kesehatan ibu
III 3. Perencanaan sesuai dengan teori 2. Kesehatan janin
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan asuhan kebidanan

1. Pengkajian 1. Kesehatan ibu


Ibu bersalin 2. Perumusan diagnosa dan atau
dan BBL 2. Kesehatan
masalah kebidanan
3. Perencanaan sesuai dengan teori bayi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan asuhan kebidanan

1. Pengkajian
Ibu nifas 2. Perumusan diagnosa dan atau
1. Kesehatan ibu
masalah kebidanan
3. Perencanaan sesuai dengan teori 2. Kesehatan bayi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan asuhan kebidanan
222

1. Pengkajian
2. Perumusan diagnosa dan atau
keluarga masalah kebidanan 1. Kesehatan ibu
berencana 3. Perencanaan sesuai dengan teori 2. Kesehatan bayi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan asuhan kebidanan
BAB III

METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. Jenis Laporan Kasus

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif dapat diartikan

sebagai penelitian yang memotret individual, situasi, kelompok tertentu

yang terjadi secara kekinian. Penelitian deskriptif disebut juga

penelitian untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual,

situasi, atau kelompok tertentu secara akurat. Studi kasus adalah metode

untuk memahami individu yang dilakukan secara integratif dan

komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang

individu tersebut beserta masalah yang dihadapi dengan tujuan

masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri

yang baik (Hidayat, 2014).

Pada saat ini digunakan untuk memantau, dan mengikuti

perkembangan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. Ma di PKD

SRIKANDI Kadipiro Jumapolo Karanganyar.

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi : Penelitian dilakukan di PKD SRIKANDI Kadipiro

Jumapolo Karanganyar.

Waktu : Penelitian dilakukan mulai bulan Desember

2020-April 2021.

223
224

C. Subjek Laporan Kasus

Subyek laporan kasus ini adalah Ny. Ma dengan hamil, persalinan,

BBL, nifas dan KB.

D. Instrumen Laporan Kasus

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto, 2018).

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner,

formulir observasi, formulir-formulir lainnya yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya (Rosidi, 2013).

Instrumen penelitian :

1) Format askeb: Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas, KB

2) Alat tulis

3) Pemeriksaan fisik

4) Pemeriksaan antropometri

5) Peralatan pertolongan persalinan

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2008).

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:


225

1) Data primer

Pengamatan (observasi).

Merupakan suatu prosedur yang berencana, yang antara lain

meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf

aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang terjadi. Ahli lain mengatakan bahwa

observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang

fenomena sosial dan gejala-gejala psychis dengan jalan mengamati

dan mencatat (Hidayat, 2014).

Teknik yang digunakan yaitu kita melakukan pendekatan

kepada klien dengan cara melakukan pengamatan terhadap klien,

mengenai masalah yang mungkin terjadi, kemudian kita melakukan

pendokumentasian dari hasil pengamatan yang kita lakukan. Yang

perlu diobservasi meliputi dari mulai ibu hamil sampai dengan KB.

Wawancara

Merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian

(responden), atau becakap-cakap berhadapan muka dengan orang

tersebut (face to face) (Hidayat, 2014).

Teknik yang digunakan meliputi kita melakukan anamnesa

kepada klien maupun keluarga untuk menggali informasi


226

kemungkinan masalah yang terjadi. Yang bisa kita wawancara

klien, suami, maupun keluarga lainnya.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan dengan cara inspeksi

(melihat), auskultasi (mendengar), palpasi (meraba), perkusi

(mengetuk).

2) Data sekunder

Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun

elektronik dari lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk

mendukung kelengkapan data yang lain (Hidayat, 2014). Dokumen

tersebut bisa berasal dari buku KMS ibu, buku KIA dan catatan

Bidan.

Anda mungkin juga menyukai