pemeriksaan terakhir. Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan pada BBL yang
belum menghilang saat dipulangkan (hematoma sefal, ginekomastia, ikterus), atau
mungkin pula adanya bising yang hilang timbul pada masa BBL, atau bayi
1
Laju Jantung
Tidak ada
<100
100
Usaha Bernapas
Tidak ada
Lambat
Menangis kuat
Tonus Otot
Lumpuh
Refleks
Tidak bereaksi
Gerakan sedikit
Reaksi melawan
Seluruh tubuh
Tubuh kemerahan,
Seluruh tubuh
biru/pucat
ekstremitas biru
kemerahan
Warna Kulit
Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan aktif
Dikutip dari: Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama Cetakan Kedua. Jakarta
sistem
pencernaan,
urogenital,
respiratorik,
atau
kardiovaskuler.1,2,5
Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta dan tali pusat
kemudian
dilakukan
pemeriksaan
bayi
secara
cepat
tetapi
menyeluruh.4,5
c. Berat lahir dan masa kehamilan
Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan adalah 2 kali
lebih banyak dibanding pada bayi cukup bulan, dan pada bayi kecil untuk
masa kehamilan kejadian kelainan kongenital tersebut sampai 10 kali lebih
besar.1,3
d. Mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnatopalatoskisis, harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang
mungkin disebabkan oleh adanya atresia esophagus. Pemeriksaan patensi
esophagus dilakukan dengan cara memasukkan kateter di dalam lambung,
setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5-10 mL udara dan dengan
stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan
demikian akan tersingkir atresia esophagus. Kemudian cairan amnion di
dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 mL pikirkan
kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus
dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, aretri
umbulikalis hanya satu, polihidramnion, atau hipersalivasi.1,2,5
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hypoplasia otot
depressor anguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetris wajah apabila
bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan
garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya
4
pada paresis N. Fasialis). Pada 20% keadaan seperti ini dapat ditemukan
kelainan kongenital berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul
kongenital.1,6
e. Anus
Perhatikan adanya anus imperforatus dengan memasukkan termometer
ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat
dideteksi dengan cara ini, Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula
rekto-vaginal.1,2,4
f. Kelainan pada garis tengah
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida,
meningomielokel, sinus pilonidalis, ambigus genitalia, eksomfalos, dan
lain-lain.1,2
g. Jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya.
Bila terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan
atau terdapatnya hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya
pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain
seperti pemeriksaan kromosom.1,2,6
Warna kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang
terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Bila terdapat
sianosis pada seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan jantung
bawaan sianotik atau methemoglobimemia. Warna kulit yang pucat
5
terdapat pada anemia berat atau asfiksia palida. Plethora tampak pada
polisitemia.2,5
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi
dalam serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar
bilirubin indirek memberi warna kuning-jingga sedang penumpukan
bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang
berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit
berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna kebiruan pada
punggung dan bokong yang disebut Mongolian Spots.2,5
b.
Aktivitas fisik
Keaktifan BBl dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan, Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam
keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
Bila ada asimetris pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang.
Aktivitas fisik mungkin saja tidak tampak pada BBL yang sedang tidur
atau lemah karena sakit atau pengaruh obat. Bayi yang berbaring tanpa
bergerak mungkin juga disebabkan oleh tenaga yang habis dipakai untuk
mengatasi kesulitan bernafas atau tangis yang melelahkan. Gerakan kasar
atau halus (tremor) yang disertai klonus pergelangan kaki atau rahang
sering ditemukan pad BBL, keadaan ini tidak berarti apa-apa.1,4
c.
Tangisan bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan tentang keadaan bayi.
Tangisan melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis,
sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan
kesulitan pernapasan.1,2,5,6
d.
Wajah BBL
Wajah BBL dapat menunjukkan kelainan yang khas, misalnya sindrom
Down, sindrom Pierre-Robin, sindrom de Lange, dan sebagainya. 1
e.
Keadaan gizi
Diniai dari berat dan panjang badan, disesuaikan dengan masa
kehamilan, tebal lapisan subkutis serta kerutan pada kulit. Edema pada
bayi dapat memberi kesan bayi dalam status gizi baik karena kulitnya
halus dan licin. Pada penekanan kulit mungkin terjadi lekukan dan
mungkin juga tidak, tetapi lipatan halus pada buku jari kaki dan tangan
akan berkurang bila berisi cairan atau edema.1,5
f.
Pemeriksaan suhu
Suhu tubuh BBL diukur dari aksila. Suhu BBL normal Antara 36,537,50C. Suhu meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan
serebral, infeksi atau kenaikan suhu lingkungan. Kenaikan suhu merata
biasanya disebabkan oeh kenaikan suhu lingkungan. Apabila ekstremitas
dingin dan tubuh panas kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis, perlu
diingat bahwa infeksi/sepsis pada BBL dapat saja tidak disertai dengan
kenaikan suhu tubuh, bahkan sering terjadi hipotermi.1,2,7
C. Pemeriksaan Lanjutan
a. Kulit
Kerapuhan sistem vasomotorik dan lambatnya sirkulasi perifer akan
menampilkan bayi yang berwarna merah sekali atau merah kebiruan pada
waktu menangis. Warnanya akan lebih gelap bila bayi menangis kuat
dengan glottis tertutup. Akrosianosis terdapat pada bayi yang kedinginan.
Tanda umum gangguan sirkulasi lainnya adalah kulit yang seperti marmer
(cutis marmorata/mottling), hal ini mungkin berhubungan dengan penyakit
berat atau flutuasi suhu yang sementara. Perbedaan warna merah antara
setengah tubuh bayi dengan warna pucat pada setengah bagian tubuh
lainnya, disebut perubahan warna Harlequin. Perubahan ini hanya bersifat
sementara dan tidak berbahaya, penyebabnya belum diketahui. Sianosis
pada bayi yang pucat karena sirkulasi buruk tidak tampak dengan jelas.
Hemoglobin yang relatif tinggi pada hari pertama disertai dengan kulit
7
tipis dan saturasi oksigen cukup akan menampakkan bayi yang sianotik.
Sianosis setempat bila ditekan akan pucat, keadaan ini membedakannya
dengan ekimosis. Cara yang sama dapat pula dipakai untuk melihat ikterus
dan tempat yang paling baik adalah di puncak hidung atau dahi. Kulit bayi
lebih bulan cenderung lebih pucat dari bayi cukup bulan atau bayi
prematur.1,5,6
Pada saat lahir seluruh tubuh bayi dilapisi oleh zat seperti lemak yang
berwarna putih kotor yang disebut verniks kaseosa. Zat ini mulai
diekskresi oleh kelenjar keringat janin pada masa gestasi 20 minggu.
Makin tua masa gestasi, makin tebal lapisan lemaknya dan akan menipis
pada bayi lebih bulan.1 Tebal jaringan subkutan pada neonatus cukup bulan
adalah sekitar 0,25 sampai 0,5 cm. 2,6 Verniks ini dapat menghilang sendriri
beberapa hari sesudah lahir. Zat ini tidak larut dalam air, fungsinya untuk
menjaga suhu tubuh janin dan mencegah infeksi di dalam uterus. Di luar
kandungan verniks ini dapat menjaga suhu tubuh. Bayi dibersihkan dengan
kapas dan minyak kelapa yang steril kemudian disabun dan dimandikan.
Memandikan bayi sebaiknya setelah suhu stabil.1,7
Bayi dengan anoksia akan mengeluarkan meconium ke cairan amnion.
Akibatnya verniks, kulit, kuku, dan tali pusat berwarna kuning kecoklatcoklatan dan disebut pewarnaan mekonium (meconium staining).1
Lanugo adalah rambut imatur yang halus, lunak dan sering menutupi
kulit kepala, dahi dan muka. Lanugo akan menghilang dan diganti oleh
rambut biasa. Seberkas rambut di daerah lumbosacral menunjukkan
adanya kelainan di daerah tersebut seperti spina bifida okulta, sinus tract,
atau tumor.1 Perhatikan terdapatnya petekie atau ekimosis yang dapat
disebabkan trauma lahir atau oleh sepsis, penyakit perdarahan, atau
trombositopenia.2
Turgor kulit yang jelek atau kulit yang keriput menandakan
terdapatnya dehidrasi atau gizi yang buruk. Pada lebih kurang 40%
neonatus cukup bulan, di kulit hidung dan pipi terlihat bintik-bintik putih
kekuningan yang disebut milia, yaitu kista epidermal yang berisi materi
keratin, yang biasanya menghilang dalam beberapa minggu.2
Kuku bayi yang sangat prematur belum sempurna (rudimeter).
Sebaliknya, kuku bayi lebih bulan akan lebih panjang dari ujung jari.1,6
b. Kepala
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala
tumpang tindih karena molding. Keadaan ini akan normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba. 2,5 Bayi
yang lahir melalui vagina (terutama anak pertama atau kepala bayi terlalu
lama di ruang panggul) akan mengalami perubahan bentuk kepala. Letak
tulang parietal cenderung sedikit di atas tulang oksipital dan tulang forntal.
Kepala bayi yang letak sungsang atau lahir dengan bedah kaisar biasanya
bulat. Garis sutura, ukuran, dan tekanan fontanel anterior dan posterior
harus diperiksa dengan jari. Ukuran fontanel anterior bervariasi, maksimal
3x3 cm. Fontanel yang tegang menandakan peningkatan tekanan
intracranial seperti pada edema otak, hidrosefalus, atau meningitis.
Fontanel posterior biasanya masih terbuka, dengan ukuran seujung jari.1,3,4
Perhatikan juga trauma lahir pada kepala berupa:1,6,7
1. Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak
berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan akan
hilang dalam beberapa hari.
2. Hematoma sefal tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh
kaput
suksedaneum.
Konsistensi
hematoma
sefal
ini
lunak,
bentuk,
ukuran,
dan
posisi
telinga,
dan
rasakan
kartilagonya. Pada BBL cukup bulan telah cukup berbentuk tulang rawan
sehingga bentuk telinga dapat dipertahankan. Daun telinga yang letaknya
rendah (low-set ears), yaitu yang batas atasnya berada di lebih rendah dari
kantus lateral mata, terdapat pada BBL dengan sindrom tertentu antara lain
sindrom Pierre-Robin. Pada telinga kadangkala ditemukan daun telinga
10
11
ditemukan pada tonsil anterior bayi yang berumur 2-3 hari, sebabnya tidak
diketahui, akan menghilang tanpa pengobatan dalam 2-4 hari.1,5
h. Leher
Leher BBL tampak pendek akan tetapi pergerakannya baik. Apabila
terdapat keterbatasan pergerakan perlu dipikirkan kelainan tulang leher.
Tumor di daerah leher seperti tiroid, hemangioma, higroma kistik, selain
merupakan masalah sendiri dapat juga menekan trakea sehingga
memerlukan tindakan segera.1,2
Trauma leher dapat terjadi pada persalinan yang sulit. Trauma leher ini
dapat menyebabkan kerusakan pleksus brakialis sehingga terjadi paresis
pada tangan, lengan atau diafragma. Dapat terjadi perdarahan M.
Sternokleidomastoideus yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan tortikolis. Perhatikan pula adanya webbed neck yang
terdapat pada beberapa kelainan congenital antara lain sindrom Turner.
Kedua klavikula harus diperiksa untuk melihat fraktur.1,3,8
i. Dada
Dada BBL berbentuk seperti tong. Pektus ekskavatum atau karinatum
sering membuat orang tua khawatir, padahal biasanya tidak mempunyai
arti klinis. Pada respirasi normal, dinding dada bergerak bersama dengan
dinding perut. Apabila terdapat gangguan pernafasan, terlihat pernafasan
yang paradoksal dan retraksi pada inspirasi. Gerakan dinding dada harus
simetris. Bila tidak, pikirkan kemungkinan pneumothoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika.1,5
j. Payudara
Kelenjar payudara BBL baik pada wanita atau lelaki oleh karena
pengaruh hormon ibu kadangkala tampak membesar dan sering kali
disertai sekresi air susu. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan kecuali
terdapat tanda-tanda peradangan. 1,8
k. Paru
12
Frekuensi nafas yang normal pada BBL adalah 40-60 kali per menit.
BBL dengan frekuensi nafas yang terus menerus di atas 60 kali per menit
perlu diamati lebih teliti untuk kemungkinan adanya kelainan paru,
jantung, atau metabolik. Fluktuasi frekuensi nafas tergantung dari aktivitas
fisis, menangis, tidur, atau bangun. Karena fluktuasinya cepat maka
frekuensi nafas BBL harus dihitung dalam satu menit penuh dan kalau
mungkin dihitung saat bayi tidur atau dalam keadaan tenang oleh karena
sering terdapat periodic breathing, yaitu henti nafas yang berlangsung 510 detik di antara pola pernafasan yang regular. Serangan apnea yang
sebenarnya biasanya lebih lama dari 20 detik dan sangat jarang terjadi
pada BBl cukup bulan.4,7 Amati pola pernafasan. Jika bayi tenang, dalam
keadaan normal tidak dijumpai pernafasan cuping hidung, merintih
ataupun retraksi dada. Sebagian bayi, khususnya bayi prematur, saat
menangis dapat menunjukkan retraksi sentral atau subkostal ringan. Nafas
yang tersendat-sendat dan tidak teratur (irregular gasping) yang kadangkadang diikuti oleh gerakan spasme mulut dan dagu menunjukkan
gangguan pusat pernafasan yang berat.1,4,7
Semua bayi baru lahir bernafas dengan diafragma, sehingga pada
waktu inspirasi bagian dada tertarik ke dalam dan pada saat yang sama
perut bayi membuncit. Bila bayi dalam keadaan relaksasi, tenang dan
warna kulitnya baik, maka vantilasinya baik. Sebaliknya pernafasan yang
berat (labored respiration) menandakan ventilasi paru yang abnormal,
pneumonia, cacat bawaan, atau gangguan mekanis lainnya di paru.
Kesukaran bernafas yang disebabkan oleh terlalu banyak atau terlalu
sedikit udara di paru dapat menyebabkan jaringan intrakostal tertarik ke
dalam. Oleh karena itu, untuk membedakan atelektasis dan emfisema
harus dinilai bentuk dan ukuran dada, perkusi, dan pemeriksaan rontgen.1,6
13
Skor
Pemeriksaan
Frekuensi nafas
<60/menit
60-80/menit
>80/menit
Retraksi
Retraksi ringan
Retraksi berat
Sianosis
Air entry
Udara masuk
Merintih
Tidak merintih
Sianosis hilang
dengan O2
Sianosis menetap
walaupun diberi
O2
Penurunan ringan
udara masuk
masuk
Dapat didengar
Dapat didengar
dengan stetoskop
Evaluasi
Total
Diagnosis
1-3
4-5
Dikutip dari: Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama Cetakan Kedua. Jakarta
l.
Kardiovaskular
Denyut nadi bervariasi dari 90/menit saat bayi tidur tenang sampai
180/menit selama aktivitas. Frekuensi senyut nadi yang tetap tinggi pada
takikardia paroksimal lebih baik dihitung dengan elektrokardiogram
daripada dengan telinga. Denyut jantung bayi prematur yang tenang
berkisar antara 140-150/menit. Nadi di kaki dan di tangan harus diperiksa
pada waktu lahir dan saat dipulangkan.1,6,9
Pulsasi yang lemah di semua ekstremitas menandakan curah jantung
buruk atau vasokontriksi perifer. Pulsasi femoral yang melemah atau tidak
ada mengarahkan dugaan pada lesi jantung ductal-dependent seperti
koarktasio aorta. Palpasi dan auskultasi mampu menunjukkan pergeseran
letak jantung seperti pada dekstrokardia.1,4
14
Sekitar 60% dari BBL normal memiliki bising sistolik pada usia 2 jam,
tetapi persentase ini berkurang sampai 1% pada pemeriksaan rutin bayi.
Sebaliknya, bising pada cacat jantung bawaan mungkin baru dapat
didengar beberapa hari kemudian. Diperkirakan hanya 1 dari 12 cacat
jantung bawaan yang bisingnya dapat didengar pada masa BBL dini.
Dugaan cacat jantung bawaan harus diikuti dengan pemeriksaan
radiologik, elektrokardiogram dan ekokardiogram. Karena itu perlu
dicermati bahwa pada BBL, bising tidak selalu menunjukkan adanya
kelainan jantung. Demikian pula sebaliknya, tidak adanya bising bukan
memastikan jantungnya normal.1,3
m. Abdomen
Dinding perut abdomen lebih datar daripada dinding dadanya. Bila
perut
sangat
cekung,
pikirkan
kemungkinan
terdapatnya
hernia
diafragmatika. Abdomen yang membuncit mungkin disebabkan hepatosplenomegali atau tumor lainnya ataupun cairan didalam rongga perut, bila
perut bayi kembung harus diteliti kemungkinan enterokolitis nekrorikans,
perforasi usus atau ileus. Omfalokel perlu dibedakan dari gastroskisis,
yaitu kegagalan dinding perut untuk menutup akibat defek pada muskulus
rektus abdominis.2,9
Hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus costae kanan.
Limpa juga sering teraba 1 cm di bawah arkus costae kiri, karena masih
terjadi hematopoiesis ekstramedular. Kadang-kadang hati dan limpa
sedemikian besarnya sehingga batas bawahnya berada di abdomen bagian
bawah, misalnya pada eritroblastosis fetalis. Dengan palpasi yang dalam
ginjal; dapat diraba apabila posisi bayi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal
dapat diraba setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
Biasanya ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Pembesaran ginjal dapat
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau thrombosis vena
renalis. Trauma pada abdomen oleh karena kelahiran yang sukar, misalnya
15
16
D. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua
bayi, baik yang sehat maupun sakit. Pada nayi sehat dilakukan pemeriksaan
neurologis untuk meyakinkan orangtua, bahwa bayinya benar-benar tidak
menderita kelainan neurologis. Pada bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk
menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.2,9
a. Refleks Rooting dan Sucking
Pada pasien yang sudah bangun harus diusahakan agar tetap bangun
selama pemeriksaan saraf otak dengan jalan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengisap. Refleks Rooting diperiksa dengan menyentuhkan
ujung jari di sudut mulut pasien, maka pasien akan menengok ke arah
rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya,
kalau ujung jari dimasukkan ke dalam mulutnya 3 cm akan diisap, dan
disebut sucking reflex (refleks isap). Pemeriksaan refleks rooting dan
refleks isap dilakukan untuk menentukan kelainan saraf V, VII dan XII.
Reaksi refleks rooting sempurna terjadi pada bayi dengan umur kehamilan
32 minggu atau lebih, pada umur kehamilan 28 minggu reaksinya lambat
dan tidak sempurna. Pemeriksaan refleks rooting reaksinya tidak selalu
konstan, kalau hanya diperiksa sekali pada hari pertama hasilnya negatif
belum tentu abnormal.2,5,10
b. Refleks Moro
17
18
19
STATUS PERINATOLOGI
: By. Mimi
Umur
: jam
Lk./Pr
Nama Ibu
: Mimi
Nama Ayah
: Wel Trismen
20
MR
: 100887
Tanggal Lahir/Jam
Alamat
: Koto Baru
Tanggal Masuk/Jam :
Keluarga
Umur
Ibu
Ayah
29
30
Pendidikan
D3 Kebidanan
SMA
Pekerjaan
PNS
Wiraswasta
Perkawinan ke
Anamnesa
Keluhan Utama
A/S : 7/8
Menangis kuat
Antenatal Care
:-
Komplikasi Kehamilan
:-
Makanan
:-
Obat-obatan
:-
Merokok/Jamu
:-
21
Riwayat Persalinan
BB Ibu
: kg
Jenis Persalinan
: Sectio Caesar
Indikasi Persalinan
Pemimpin Persalinan
: Dokter
IDENTITAS BAYI
BBL
: 3.440 gr
PB
: 52 cm
Warna Kulit
: Kemerahan
Tali Pusat
: Segar
Anus
:+
Ketuban
: Jernih/Kehijauan/Keruh
Bau/Tidak
Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum
Kepala
Mata
Keadaan Umum
: Aktif/Letargi
Frekuensi Jantung
: 129 x/menit
Frekuensi Nafas
: 56 x/menit
: Bentuk
: Bulat
Ubun-ubun besar 3 x 2 cm
Jejas Persalinan : -
Lain-lain
:-
22
(-)
Telinga: Terlipat sempurna, sekret (-)
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
: Bentuk
Jantung
: Bising (-)
Paru
Abdomen
: Permukaan : Datar/cekung/buncit
Kondisi
: Lemas/tegang
Hati
: x
Limpa
:S
Tali Pusat
: Segar
Umbilikus
Genitalia
Ekstremitas
: Atas
Bawah
Kulit
Anus
: Moro
Rooting
: (+)
Isap
: (+)
: (+)
Pegang
: (+)
23
Ukuran
: Lingkar kepala : 37 cm
Panjang lengan : 19
cm
Lingkar dada
: 34 cm
Panjang kaki
Lingkar Perut
: 33 cm
Kepala-simpisis : 29 cm
Simpisis-Kaki : 27 cm
Dll
: LLA
: 25 cm
: 11 cm
KESIMPULAN
panas. Tangan serta alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisis harus bersih dan
hangat. Pemeriksaan fisis pad BBL dilakukan paling kurang tiga kali, yakni (1)
pada saat lahir, (2) pemeriksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan,
dan (3) pemeriksaan pada waktu pulang.
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin.
Pemeriksaan kedua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam, yaitu sesudah
bayi berada di tempat perawatan. Tujuannya adalah agar kelainan yang luput dari
pemeriksaan pertama akan ditemukan pada pemeriksaan ini.
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan
bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang
terlewatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama Cetakan
Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. Hal 71-87
25
26