1 PENDAHULUAN
Nilai Apgar sesuai dengan nama orang yang memperkenalkan sistem
penilaian ini yaitu Virginia Apgar pada tahun 1952 untuk pertama kalinya. Penilaian ini
dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk derajat asfiksia
yang diderita neonatus dan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi.
Ballard Score merupakan sistem penilaian yang dikembangkan oleh Dr.
Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan rutin untuk mencari
kelainan adaptasi fungsi organ dan kelainan kongenital yang perlu penanganan segera.
Kegiatan dilakukan di ruang skill labs dan dipimpin oleh seorang instruktur.
Program latihan ini hanya akan berhasil apabila mahasiswa berperan secara aktif
untuk sering berlatih. Sebelum latihan keterampilan, diperlukan penguasaan teoritis
materi, yang ditunjukkan dengan mampunya mahasiswa menjawab pertanyaan
diskusi. Bila ada hal yang tidak dimengerti jelas dapat ditanyakan pada instruktur.
Evaluasi penguasaan keterampilan dilakukan dengan pengisian checklist.
2 TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat melakukan prosedur pemeriksaan Apgar score dan
pemeriksaan bayi baru lahir secara mandiri
3. TUJUAN KHUSUS
Setelah melakukan keterampilan, mahasiswa dapat :
5. TEORI DASAR
Pemeriksaan neonates pada saat lahir bertujuan:
1. menilai adaptasi neonates dari kehidupan intrauterine ekstrauterin
2. mencari kelainan kongenital terutama yang perlu pengananan segera
Setiap kriteria diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga seorang neonatus dapat memperoleh
nilai 0 sampai 10. Pemeriksaan dilakukan didalam box dengan lampu sorot dan suhu
dijaga tidak lebih dingin dari 25oC
Nilai Apgar dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang
memberikan petunjuk adaptasi neonates dan derajat asfiksia yang diderita
neonatus dan sebagai pedoman resusitasi. Klasifikasi asfiksia pada bayi baru lahir:
1. Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung 100X/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
2. Asfiksia sedang (nilai Apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi dan thermoregulasi sampai bayi dapat bernapas
kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari
100X/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak
ada.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai Apgar 7-10)
Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus, dapat dilanjutkan
dengan inisiasi menyusui dini.
Penilaian Apgar diulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah
tindakan resusitasi yang dilakukan telah adekuat dan nilai ini mempunyai nilai
prognosis karena berkorelasi dengan mordibitas dan mortalitas neonatal.
5.2. Mencari kelainan kongenital
Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat
teratogenic, terkena radasi atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan
apakah ada kelainan bawaan pada keluarga. DIsamping itu perlu diketahui apakah
ibu menderita penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan janin, seperti misalnya
diabetes melitus, asma bronkial, epilepsy dan sebagainya. Sebelum memeriksa bayi
perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat dan plasenta.
5.2.2. Plasenta
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis,
dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu vena dan dua
arteri. Kurang lebih 1% dari neonates hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan
15% dari padanya mempunyai satu atau lebih kelainan kongenital terutama pada
sistem pencernaan, urogenital, respiratorik dan kardiovaskular.
Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta dan tali pusat kemudian
dilakukan pemeriksaan bayi secara cepat tetapi menyeluruh.
5.2.5. Anus
Perhatikanlah adanya malformasi anorectal bayi ditempatkan dalam posisi
litotomi dengan pencahayaan yang cukup, dilakukan penelusuran lubang anus
dengan menggunakan termometer, pipa sonde ukuran 5 F, spekulum nasal atau
probe ductus lakrimalis. Pada bayi laki-laki dilakukan penelusuran dari anal dimple ke
medial sampai ke arah penis. Sedangkan pada perempuan dilakukan penelusuran
dari lubang di perineum ke arah vestibulum.dengan memasukkan thermometer ke
dalam anus.
Pada bayi laki-laki, dilakukan pemeriksaan perineal dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan urinalisa. Apabila diketemukan fistula perineal, bucket handle, stenosis
ani atau anal membrane berarti atresia ani letak rendah. Sedangkan apabila pada
pemeriksaan urinalisa didapatkan mekoneum, udara dalam vesica urinaria serta flat
bottom berarti letak tinggi. Apabila masih ada keraguan dilakukan pemeriksaan
radiologis
Pada bayi perempuan didapatkan 90% dengan fistel, apabila tidak
diketemukan adanya fistel maka dilakukan invertogram. Apabila hasil invertogram
akhiran rectum kurang dari 1 cm dari kulit berarti letak rendah dan segera dilakukan
minimal PSARP, apabila akhiran rektum lebih dari 1 cm berarti malformasi anorektal
letak tinggi dilakukan kolostomi terlebih dahulu
b. Keaktifan
Keaktifan neonates dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada neonates cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam
keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada
asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonates diam
saja, mungkint erdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi
masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.
c. Tangisan bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya
tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengankelainan neurologis, sedang
tangisan yang lemah atau merintih menunjukkan gangguan pernafasan
d. Wajah neonates
Wajah dapat menunjukkan kelainan yang khas, misalnya wajiah pasien
down syndrome Pierre-Robin syndrome, kretinism, dan sebagainya.
e. Keadaan gizi
Keadaan gizi neonates dinilai dari berat badan serta panjang badannya
disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan subkutan, serta kerutan pada
kulit.
f. Suhu
Suhu tubuh neonates diukur pada rectum. Suhu neonates normal adalah
antara 36.5-37.5 oC. Suhu yang meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan
serebral, infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan. Kenaikan suhu merata biasaya
disebabkan oleh keanikan suhu lingkungan, apabila ekstremitas dingin, dan tubuh
panas, kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis. Perludiingat bahwa infeksi pada
neonates (termasuk sepsis) dapat tidak disertai kenaikan suhu tubuh, bahkan sering
terjadi hipotermia
ii. Wajah
Wajah neonates sering tampak asimetris karna posisi janin intrauterine. Kelainan
wajah yang khas terdapat pada Down syndrome dan Pierre-Robin yang mudah
dikenal. Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.
fasialis atau patah tulang zygomaticus.
iii. Mata
Pemeriksaan mata neonates sulit dilakukan karena biasanya mata tertutup.
Goyangkan kepala neonates perlahan, sehingga terbuka dan dapat diperiksa.
Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Galukoma
kongenital pada awalnya terlihat sebagai pembesaran, kemudian kekeruhan kornea.
Katrak kongenital dapat mudah terlihat sebagai pupil yang berwarna putih. Trauma
pada mata terlihat dengan gambaran edema palpebra, perdarahan konjugntiva atau
retina. Perhatikanlah adanya secret mata. Konjugntivitis oleh kuman gonokok dapat
cepat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
iv. Telinga
Pada neonates cukup bulan, terlah cukup terbentuk tulang rawan sehingga
bentuk telinga dapat dipertahankan. Perhatikanlah letak daun telinga. Daun telinga
yang letak rendah (low set ears) terdapat pada neonates dengan sindrom tertentu
seperti Pierre-Robin, Sinus yang terdapat di depan telinga adalah sisa dari branchial
cleft. Kadang terlihat auricle tag. Kaena sulit, ada kencederungan untuk tidak
memeriksa membrana timpani pada neonates, padahal otitis media dapat ditemukan
pada hari pertama dan ddapat didiagnosis dengan menggunakan otoskop. Sebaiknya
bila terdapat tanda-tanda infeksi periksalah memnrana timpani.
v. Hidung
Neonatus yang bernafas melalui mulut perlu ditelusuri apakah terdapat adanya
obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang meonjol ke nasofaring. Pernafasan cuping hidung menunjukan
adanya gangguan paru. Lubang hidung yang tersumbat oleh mukus, perlu dibersihkan
dan diperiksa, bila secret mukopurulen dan kadang berdarah perlu dipikirkan sifilis
kongenital
vi. Mulut.
Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dapat
terlihat adanya labio dan gnatoskisis, adanya gigi atau ranula. Yaitu kista lunak yang
berasal dari dasar mulut. Perhatikan lidah apakah membesar seperti pada sindrom
Beckwith atau selalu bergerak seperti pada sindrom Down. Neonatus dengan edema
otak atau tekanan intracranial meninggi sering kali lidahnya keluar masuk (tanda
Foote). Secara palpasi dapat dideteksi terdapatnya high arc palate, pataloskisis, dan
baik atau tidaknya reflex isap. Sebelum bayi berumur 2 bulan, saliva bayi sedikit. Bila
terdapat hipersalivasi pada neonates perlu dipikirkan kemungkinan atresia esophagus
dengan atau tanpa fistula trakeoesofagus
vii. Leher
Leher neonates tampak pendek tetapi pergerakannya baik. Apabila terdapat
keterbatasan pergerakan perlu dipikirkan kelainan tulang leher. Tumor didaerah leher
sperti tiroid, hemangioma, hygroma kistik, selain merupakan masalah sendiri, dapat
juga menekan trakea sehingga perlu tindakan segera.
Trauma leher dapat terjadi pada persalinan sulit, trauma idapat meyebabkan
kerusakan pleksus brakialis sehingga terjadi paresis pada tangan, lengan atau
diafragma. Dapat terjadi perdarahan m. sternocleidomastoideus yang apabila tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan tortikolis. Perhatikan pula terdapatnya
webbed neck yang terdapat pada kelainan kongenital seperti sindrom Turner.
c. Dada
i. Inspeksi
Bentuk dada neonates seperti tong. Pektus ekskavatum atau karinatum sering
membuat orang tua khawatir, padahal biasanya tidak mempunyai arti klinis. Pada
respirasi normal dinding dada bergerak Bersama dengan dinding perut. Apabila
terdapat gangguan pernafasan terlihat pernafasan yang paradoksal dan treaksi pada
inspirasi. Gerakan dinding dada harus simetris; bila tidak, harus dipikirkan
kemungkinan pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Laju nafas normal neonates antara 40-60x/menit. Perhitungan harus dilakukan
1 menit penuh, oleh karena sering terdapat periodic breathing (terutama pada
premature). Periodic breathing ditandai dnegna henti nafas yang berlangsung kurang
dari 20 detik, dan terjadi berkala. Perhatikan juga tiper pernafasan neonates . Kelenjar
payudara neonates, baik pada wanita atau laki-laki kadang tampak membesar karena
pengaruh hormone ibu dan sering disertai dengan sekresi air susu. Luas areola dan
tebal jaringan payudara dipakai untuk menilai usia kehamilan. Kadang dapat juga
ditemukan jumlah putting susu berlebih (supernumulary nipples)
ii. Palpasi
Dengan palpasi dapat ditemukan faktur klavikula, serta meraba iktus kordis, untuk
menemukan adanya dektrokardia atau dekstroposisi
iii. Perkusi
Pada pemeriksaan neonates jarang dilakukan perkusi dada
iv. Auskultasi
Laju jantung dihitung selama satu menit penuh dengan menggunakan stetoskop.
Laju jantung normal adalah 120-160x/menit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi. Bising
jantung seringkali terdengar pada neonates. Tetapi ini belum berarti terdapat penyakit
jantung bawaan. Sebalinya tidak terdengarnya bising jantung tidak menyingkirkan
kemungkinan terdapatnya penyakit jantung bawaan. Bunyi nafas neonates adalah
bronkovesikular; Kadang dapat terdengar ronki pada akhri inspirasi panjang.
Terdengarnya bisisng usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika
d. Abdomen
Dinding perut neonates lebihd arat daripada dinding dadanya. Bila perut sangat
cekung, pikirkan kemungkinan terdapatnya hernia diagragmatika. Abdomen yang
membuncit mungkin disebabkan hepato-splenomegali atau tumor linnya atupun
cairan dalam rongga perut. Bila perut bayi kembung harus diteliti kemungkinan
nekrotik enterocolitis, perforasi usus atau ileus. Perhatikan adanya gastroskisis,
ektrofia vesikalis, omfalokel, atau ductus onfaloenterikus persisten, tumor lain pda
dinding perut. Omfalokel perlu dibedakan dari gastroskisis, yaitu kegagalan dinding
perut untuk menutup akibat dekef pada muskulus rektus abdominin. Kelainan bawaan
lain yang perlu diperhatikan adalah sindrom prune belly.
Hati biasanya teraba 2-3 cm dibawha arkus kosta kanan. Limpa juga sering
teraba 1 cm dibawah arkus kosta kiri, karena masih terjadi hematopoiesis
ektramedular. Kadang hati dan limpa sedemikian besarnya sehingga batas bawahnya
berada di abdomen bagian bawah, misalnya pada eritroblastosis fetalis. Dengan
palpasi yang dalam, ginjal dapat diraba apabila posisi bayi terlentang dan tungkai
dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjla dapat
diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Biasanya bagian ginjal
yang dapat diraba sekitar 2-3cm. Pembesaran ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis. Trauma abdomen karena
persalinan sulit misal pada letak sungsang, dapat mengakibatkan perdarahan hati,
limpa, atau kelenjar adrenal. Bila terdapat kecurigaan kelainand alam peru, perlu
dilakukan pemeriksaan USG
e. Genitalia eksterna
Pada bayi perempuan cukup bulan, labia minora tertutup oleh labia mayora, dan
ini merupakan salah satu kriteria untuk menilai usia kehamilan neonates. Lubang
uretrea terpisah dari lubang vagina, bila hanya terdapat satu lubang berarti ada
kelainan. Kadang tampak secret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormone ibu (withdrawal bleeding).
Pada bayi laki-laki sering terdapat fimosis. Ukuran penis bayi berkisar antara 3-
4cm dan lebar 1-1.2 cm. Hipospadia adalah kelainan yang tidak jarang ditemukan,
berupa defek dibagian ventral ujun penis saja atau berupa defek sepanjang penisnya.
Epispadia berupa defek pada dorsum penis lebih jarang ditemukan dan merupakan
varian ekstrofia kandung kencing
Skrotum bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae. Hidrokel sering
diteukan dan harus dibedakan dari hernia inguinalis. Testis biasanya sudah turun ke
dalam skrotum pada bayi cukup bulan, pada bayi kurang bulan tidak jarang terdapat
kriptorkismus (testis belum turun ke dalam kantung skrotum). Torsi testis dapat terjadi
inutero dan dapat dilihat pada saat lahir berupa testis yang membesar dan keras.
Kadang sulit mennetukan jenis kelamin neonates, misal pada bayi perempuan
dengan klitoris sangat besar dan labia mayora berfusi serta pigmen banyak, atau pada
bayi laki-laki dengan penis kecil dengan hipospadia dan skrotum terpisah. Dalam
keadaan ini perlu pemeriksaan komatin seks atau kromosom seks. Trauma didaerah
genitalia eksterna sering ditemukan pada kelahiran sungsang dan dapat berupa
perdarahan ke dalam rongga skrotum atau testis atau otot-otot pelvis
f. Anus
Pemeriksaan anus bukan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya atresia ani,
melainkan juga untuk mengetahui posisinya. Kadang fistula yang besar dapat
dianggap sebagai anus normal, tetapi apabila diperhatikan benar makan akan terlihat
fistula terletak didepan atau dibelakang anus yang normal.
Pengeluaran meconium biadanya terjadi dalam 24 jam pertama, bila setelah
48jam belum juga keluar meconium, perlu dipikirkan kemungkinan meconium plug
syndrome, megacolon, atau obstruksi saluran pencernaan. Mekonium yang keluar
inutero pada bayi yang letak kepala adalah salah satu tanda gawat janin. Bila terdapat
darah dalam meconium, perlu dibedakan apakah darah berasal dari bayi atau dari
darah ibu yang tertelan. Cara membedakan adalah dengan uji Apt, yaitu dengan
meneteskan basa kuat (NaOH atau KOH); darah ibu akan mengalami hemolysis
sedang darah bayi tidak karena darah neonates resisten terhadap alkali.
h. Ukuran Antropometrik
Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran
badan sebagai berikut:
- Berat antara 2500-4000 gram
- Panjang 45-54 cm
- Lingkar kepala: 33-37 c,
- Lingkar dada: 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala
Perlu diukur panjang kepala-simfisis dan simfisis -kaki untuk menilai proporsi
tubuh bayi, agar kelainan seperti akondroplasia dapat dideteksi
1. Kematangan Neurologis :
Postur
Bayi pada posisi supine dan dalam keadaan tenang. Nilai sesuai dengan tabel.
Gambar : postur
Sumber : http://www.ballardscore.com/
Jendela Siku-Siku
Tangan fleksi pada pergelangan. Beri cukup tekanan untuk mendapatkan
posisi sefleksi mungkin. Sudut antara eminensia hipotenar dan bagian anterior
lengan bawah diukur dan dinilai sesuai tabel. Jangan memutar pergelangan
tangan.
Gambar : jendela siku-siku
http://www.ballardscore.com/
Rekoil Lengan
Posisi bayi terlentang, fleksikan lengan bawah secara penuh selama 5 detik,
kemudian ekstensikan secara penuh dengan cara menarik tangan dan
melepaskannya. Nilai reaksinya sesuai tabel.
Sudut Poplitea
Posisi bayi terlentang dan pelvis terletak mendatar pada permukaan tempat
pemeriksaan, kaki fleksi pada paha dan paha difleksikan penuh menggunakan
satu tangan. Dengan tangan yang lain kaki diekstesikan dan sudut yang
didapat dinilai seperti pada tabel.
Gambar : sudut poplitea
http://www.ballardscore.com/
Tanda Syal
Posisi bayi terlentang, pegang tangan bayi dan tarik melintasi leher sejauh
mungkin melewati bahu yang berlawanan. Diperbolehkan menahan bahu
dengan jalan mengangkatnya melintasi tubuh. Nilai sesuai dengan lokasi siku
pada tabel.
1.6. REFERENSI
The New Ballard Score http://www.ballardscore.com/
Wahidiyat, H. I., Matondang, C. S., & Sastroasmoro, H. S. Diagnosis fisis pada anak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1991.
Effendi SH, Indrasanto E. Buku Ajar Neonatologi. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2008.
Kliegman, Stanton, St. Geme, Schor, Berhman. The Fetus and the Neonatal Infant in
Nelson Textbook of Pediatrics, 19th edition, Philadelphia, Elsevier, 2011
Rubrik Pemeriksaan Apgar Score
1 Cuci tangan
2 Bayi yang baru lahir diletakkan pada tempat pemeriksaan
Appearance (Warna Kulit)
3 Menilai warna kulit bayi dan beri skor :
0 = Seluruh tubuh biru/pucat
1 = Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
2 = Seluruh tubuh kemerahan
Pulse (Laju Jantung)
4 Menentukan laju jantung dengan mengukur pulse atau meletakkan
tangan di dada bayi dan mengukur frekuensi denyut jantung
selama 1 menit
0 = Tidak ada
1 = < 100x/menit
2 = ≥ 100x/menit, bayi terlihat bugar
Grimace (Refleks)
5 Menilai refleks bayi yang diberi rangsangan dengan menepuk
pelan pada bayi
0 = Tidak bereaksi
1 = Gerakan sedikit
2 = Reaksi melawan
Activity (Tonus Otot)
6 Nilai aktivitas tonus otot dengan melihat gerakan bayi
0 = lumpuh
1 = gerakan sedikit
2 = gerakan aktif
Respiration (Usaha Napas)
7 Menilai tangisan bayi :
0 = tidak ada
1 = lambat
2 = menangis kuat
Menilai Jumlah Skor
8 Dari masing-masing kriteria, dijumlahkan nilai yang didapatkan
untuk menentukan keadaan bayi.
Tidak asfiksia ≥ 7
Asfiksia ringan-sedang 4-6
Asfiksia berat ≤3
TOTAL
Rubrik Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
No Aspek Yang Dinilai Skor
0 1 2
1.. Cuci tangan 7 langkah dan kenakan sarung tangan bersih
3. Meletakan bayi dalam keadaan telentang, kepala sedikit lebih rendah, untuk
membersihkan mulut, faring dan hidung dari cairan, mukus darah dan debris
amnion, usap mulut dengan kassa atau suction lembut dengan suction
catheter.
Pada bayi baru lahir dengan kondisi sehat dapat langsung diberikan pada ibu
untuk Inisiasi menyusui dini.
Bila dikhawatirkan adanya gawat nafas, bayi harus diletakkan pada box
penghangat dan observasi ketat.
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
TOTAL SCORE
Rubrik Pemeriksaan Ballard Score
1 Cuci tangan
2 Bayi yang baru lahir diletakkan pada tempat pemeriksaan
Penilaian Maturitas Neuromuskular
Postur
3 Bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi
tenang
4 Menilai postur bayi
Jendela siku
5 Tangan fleksi pada pergelangan dan beri cukup tekanan untuk
mendapatkan posisi sefleksi mungkin
6 Ukur dan nilai sudut antara eminensia hipotenar dan bagian
anterior lengan bawah. Jangan memutar pergelangan tangan
Rekoil Lengan
7 Pegang kedua tangan bayi dan fleksikan bagian bawah sejauh
mungkin dalam 5 detik
8 Rentangkan kedua lengan bayi dan lepaskan
9 Amati reaksi bayi saat dilepaskan dan berikan skor
Sudut Poplitea
10 Bayi diposisikan terlentang, kemudian paha ditempatkan lembut di
perut bayi dengan lutut tertekuk penuh
11 Pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu
tangan mendukung sisi paha dengan tangan lain. Jangan
memberikan tekanan pada paha belakang.
12 Pastikan bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki, kemudian kaki bayi diekstensikan sampai
terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi
13 Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah
popliteal
Tanda Syal
14 Bayi dibaringkan terlentang dan pemeriksa mengarahkan kepala
bayi ke garis tengah tubuh
15 Dorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan
dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi
16 Siku dapat diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus
tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus, amati
posisi siku pada dada bayi.
Kematangan Fisik
Kulit
19 Perhatikan kulit bayi baik warna maupun tekstur dan berikan skor
-1 = Lengket, rapuh, transparan
0 = Merah seperti agar, gelatin transparan
1 = Merah muda halus, vena-vena tampak
2 = Permukaan mengelupas dengan / tanpa ruam, vena jarang
3 = Daerah pucat dan pecah-pecah, vena jarang
4 = Seperti kertas kulit, pecah-pecah dalam, tidak ada vena
5 = Pecah-pecah kasar, keriput
Lanugo
20 Perhatikan lanugo (rambut halus) pada bayi dengan mengamati
daerah atas dan bawah punggung bayi, kemudian berikan skor
-1 = tidak ada
0 = jarang
1 = banyak sekali
2 = menipis
3 = menghilang
4 = umumnya tidak ada
Permukaan plantar kaki
21 Ukur panjang dari ujung jari kaki hingga tumit dan lihat garis telapak
kaki, kemudian beri skor
-2 = Tumit ibu jari kaki <40mm
-1 = Tumit ibu jari kaki 40 – 50 mm
0 = > 50 mm tidak ada garis
1 = Garis-garis merah tipis
2 = Lipatan melintang hanya pada bagian anterior
3 = Lipatan pada 2/3 anterior
4 = Garis-garis pada seluruh telapak kaki
Payudara
22 Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya
bintik-bintik akibat pertumbuhan papilla Montgomery
23 Palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan
telunjuk untuk mengukur diameternya. Berikan skor
-1 = tidak tampak
0 = hampir tidak tampak
1 = areola mendatar, tidak ada benjolan
2 = Areola berbintil, benjolan 1-2 mm
3 = Areola timbul, benjolan 3-4 mm
4 = Areola penuh, benjolan 5-10 mm
Mata/Daun telinga
24 Pemeriksaan daun telinga dengan palpasi ketebalan kartilago dan
melipat daun telinga kearah wajah kemudian lepaskan dengan
mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan
seperti semula
25 Pemeriksaan mata dengan membuka dan memisahkan palpebral
superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
Kemudian berikan skor
-2 = Kelopak mata menyatu erat
-1 = Kelopak mata menyatu longgar
0 = Kelopak terbuka, pinna datar, tetap terlipat
1 = Pinna sedikit melengkung, lunak, recoil lambat
2 = Pinna memutar penuh, lunak, tetapi sudah recoil
3 = Pinna keras dan berbentuk, recoil segera
4 = Kartilago tebal, telinga kaku
Kelamin
26 Amati kelamin pada bayi laki-laki dan berikan skor
-1 = Skrotum datar, halus
0 = Skrotum kosong, rugae samar
1 = Testis pada kanal bagian atas, rugae jarang
2 = Testis menuju ke bawah, rugae sedikit
3 = Testis di skrotum rugae jelas
4 = Testis pendulous, rugae dalam
27 Amati kelamin pada bayi perempuan dan berikan skor
-1 = Klitoris menonjol, labia datar
0 = Klitoris menonjol, labia minora kecil
1 = Klitoris menonjol, labia minora membesar
2 = Labia mayora dan minora sama-sama menonjol
3 = Labia mayora besar, labia minora kecil
4 = Labia mayora menutupi klitoris dan labia minora
Totalkan Jumlah Skor
28 Jumlahkan semua skor dan tentukan usia kehamilan
TOTAL