Anda di halaman 1dari 33

Keterampilan 1

Apgar Score dan pemeriksaan bayi baru lahir

1 PENDAHULUAN
Nilai Apgar sesuai dengan nama orang yang memperkenalkan sistem
penilaian ini yaitu Virginia Apgar pada tahun 1952 untuk pertama kalinya. Penilaian ini
dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk derajat asfiksia
yang diderita neonatus dan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi.
Ballard Score merupakan sistem penilaian yang dikembangkan oleh Dr.
Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan rutin untuk mencari
kelainan adaptasi fungsi organ dan kelainan kongenital yang perlu penanganan segera.
Kegiatan dilakukan di ruang skill labs dan dipimpin oleh seorang instruktur.
Program latihan ini hanya akan berhasil apabila mahasiswa berperan secara aktif
untuk sering berlatih. Sebelum latihan keterampilan, diperlukan penguasaan teoritis
materi, yang ditunjukkan dengan mampunya mahasiswa menjawab pertanyaan
diskusi. Bila ada hal yang tidak dimengerti jelas dapat ditanyakan pada instruktur.
Evaluasi penguasaan keterampilan dilakukan dengan pengisian checklist.

2 TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat melakukan prosedur pemeriksaan Apgar score dan
pemeriksaan bayi baru lahir secara mandiri

3. TUJUAN KHUSUS
Setelah melakukan keterampilan, mahasiswa dapat :

1. Melakukan pemeriksaan pada saat lahir


2. Melakukan metode penilaian Apgar pada menit 1 dan 5
3. Melakukan pemeriksaan fisik neonates lanjutan secara umum
4. Melakukan pemeriksaan neonatus lanjutan secara rinci
5. Melakukan pemeriksaan neonates pada waktu memulangkan
4. AKTIVITAS BELAJAR
1. Mahasiswa diharapkan sudah membaca teori pemeriksaan fisik neonatus
2. Mahasiswa diharapkan sudah membaca prosedur pemeriksaan fisik
3. Perkenalan dan menjelaskan tujuan pembelajaran (5 menit).
4. Instruktur melakukan silent demonstration, sementara mahasiswa mengamati
(10 menit)
5. Instruktur melakukan demonstrasi, dengan verbal performance step by step (15
menit).
6. Mahasiswa melakukan silent demonstration, sementara instruktur dan
mahasiswa yang lain mengamati (5 menit per siswa = 50 menit)
7. Mahasiswa melakukan demonstrasi dengan verbal performance step by step,
sementara instruktur dan mahasiswa yang lain mengamati dan memberi
feedback (7 menit per siswa = 70 menit)
8. Diskusi kelompok (10 menit)

5. TEORI DASAR
Pemeriksaan neonates pada saat lahir bertujuan:
1. menilai adaptasi neonates dari kehidupan intrauterine ekstrauterin
2. mencari kelainan kongenital terutama yang perlu pengananan segera

5.1. APGAR score

Pemeriksaan pertama yang dilakukan pada neonatus ialah untuk menilai


apakah ada depresi pada sistem respirasi dan sirkulasi. Kriteria yang dinilai adalah:

 Frekuensi detak jantung per menit


 Usaha bernapas
 Tonus otot
 Refleks terhadap rangsangan
 Warna kulit

Setiap kriteria diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga seorang neonatus dapat memperoleh
nilai 0 sampai 10. Pemeriksaan dilakukan didalam box dengan lampu sorot dan suhu
dijaga tidak lebih dingin dari 25oC
Nilai Apgar dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang
memberikan petunjuk adaptasi neonates dan derajat asfiksia yang diderita
neonatus dan sebagai pedoman resusitasi. Klasifikasi asfiksia pada bayi baru lahir:
1. Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung 100X/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
2. Asfiksia sedang (nilai Apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi dan thermoregulasi sampai bayi dapat bernapas
kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari
100X/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak
ada.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai Apgar 7-10)
Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus, dapat dilanjutkan
dengan inisiasi menyusui dini.
Penilaian Apgar diulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah
tindakan resusitasi yang dilakukan telah adekuat dan nilai ini mempunyai nilai
prognosis karena berkorelasi dengan mordibitas dan mortalitas neonatal.
5.2. Mencari kelainan kongenital
Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat
teratogenic, terkena radasi atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan
apakah ada kelainan bawaan pada keluarga. DIsamping itu perlu diketahui apakah
ibu menderita penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan janin, seperti misalnya
diabetes melitus, asma bronkial, epilepsy dan sebagainya. Sebelum memeriksa bayi
perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat dan plasenta.

5.2.1. Cairan amnion


Volumen cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih
dari 2000ml disebut polihidramnion atau hidramnion, apabila kurang dari 500ml
disebut oligohidramnion. Polihidramnion biasa terdapat pada bayi dengan obstruksi
traktus intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklamsia.
Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal bilateral atau sindrom Potter.
Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah akan kemungkinan adanya
pes equinovarus atau valgus kongenital. Perhatikan juga warna cairan amnion,
apakah bercampur dengan meconium, serta evaluasi resiko infeksi pada proses
persalinan ketuban pecah dini.

5.2.2. Plasenta
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis,
dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu vena dan dua
arteri. Kurang lebih 1% dari neonates hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan
15% dari padanya mempunyai satu atau lebih kelainan kongenital terutama pada
sistem pencernaan, urogenital, respiratorik dan kardiovaskular.
Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta dan tali pusat kemudian
dilakukan pemeriksaan bayi secara cepat tetapi menyeluruh.

5.2.3. Berat lahir dan masa kehamilan


Bayi kurang bulan memiliki resiko terjadi kelainan kongenital 2x lipat
dibading bayi cukup bulan dan pada bayi kecil untuk masa kehamilan, kemungkinan
kejadian kelanan kongenital 10x lebih besar. Berat bayi baru lahir normal adalah 2500-
3500. Kurang dari 2500 dapat terjadi pada bayi premature atau bayi cukup bulan kecil
masa kehamilan
5.2.4. Mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-
palatokisis, ukuran lidah dan diperhatikan apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin
disebabkan oleh adanya astersia esophagus. Pemeriksaan akan patennya
esophagus dilakukan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, bayi dengan
arteri umbilikalis hanya satu, pilihidramnion atau hipersalivasi. Pasang kateter
nasogasrik, masukkan 5-10 cc udara via kateter dan bila terdengar bunyi udara masuk
ke dalam lambung; maka menyingkirkan atresia esophagus. Lanjukan dengan
aspirasi cairan amnion didalam lambung, bila terdapat cairan > 30ml pikirkan
kemungkinan atresia usus bagian atas. Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga
terdapatnya hypoplasia otot depressor anguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri
wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan
garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada
paresis N. Fasialis). Pada 20 persen keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan
kongenita berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.

5.2.5. Anus
Perhatikanlah adanya malformasi anorectal bayi ditempatkan dalam posisi
litotomi dengan pencahayaan yang cukup, dilakukan penelusuran lubang anus
dengan menggunakan termometer, pipa sonde ukuran 5 F, spekulum nasal atau
probe ductus lakrimalis. Pada bayi laki-laki dilakukan penelusuran dari anal dimple ke
medial sampai ke arah penis. Sedangkan pada perempuan dilakukan penelusuran
dari lubang di perineum ke arah vestibulum.dengan memasukkan thermometer ke
dalam anus.
Pada bayi laki-laki, dilakukan pemeriksaan perineal dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan urinalisa. Apabila diketemukan fistula perineal, bucket handle, stenosis
ani atau anal membrane berarti atresia ani letak rendah. Sedangkan apabila pada
pemeriksaan urinalisa didapatkan mekoneum, udara dalam vesica urinaria serta flat
bottom berarti letak tinggi. Apabila masih ada keraguan dilakukan pemeriksaan
radiologis
Pada bayi perempuan didapatkan 90% dengan fistel, apabila tidak
diketemukan adanya fistel maka dilakukan invertogram. Apabila hasil invertogram
akhiran rectum kurang dari 1 cm dari kulit berarti letak rendah dan segera dilakukan
minimal PSARP, apabila akhiran rektum lebih dari 1 cm berarti malformasi anorektal
letak tinggi dilakukan kolostomi terlebih dahulu

5.2.6. Kelainan pada garis tengah


Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida, meningomielokel, sinus
pilonidalis, genitalia yang ambigus, eksomfalus, dan lain-lain,

5.2.7. Jenis kelamin


Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat
keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapatnya
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin
ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom

5.3. Pemeriksaan lanjutan

Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah neonates berada dalam keadaan


stabil.Pemeriksaan lanjutan ini terdiri dari pemeriksaan umum, pemeriksaan
sistematik secara rinci dan pemeriksaan usia kehamilan

5.3.1. Pemeriksaan umum


a. Warna kulit
Warna kulit neonates normal adalah kemerahan, kadang terlihat sianosis pada
ujung jari pada hari pertama. Bila terdapat sianosis pada seluruh tubuh pikirkan
kemungkian kelainan jantung bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit
yang pucat terdapat pada anemia berat atau asfiksia palida. Pletora tampak pada
polisitemia.
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam serum
darah, atau pewarnaan oleh meconium. Kenaikan kadar bilirubin indirek memberi
warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan warna kuning
kehijauan. Pada neonates yang ebrkulit gelap, icterus sebaiknya diperiksa pada
mukosa. Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna
kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots

b. Keaktifan
Keaktifan neonates dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada neonates cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam
keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada
asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonates diam
saja, mungkint erdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi
masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.

c. Tangisan bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya
tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengankelainan neurologis, sedang
tangisan yang lemah atau merintih menunjukkan gangguan pernafasan

d. Wajah neonates
Wajah dapat menunjukkan kelainan yang khas, misalnya wajiah pasien
down syndrome Pierre-Robin syndrome, kretinism, dan sebagainya.

e. Keadaan gizi
Keadaan gizi neonates dinilai dari berat badan serta panjang badannya
disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan subkutan, serta kerutan pada
kulit.
f. Suhu
Suhu tubuh neonates diukur pada rectum. Suhu neonates normal adalah
antara 36.5-37.5 oC. Suhu yang meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan
serebral, infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan. Kenaikan suhu merata biasaya
disebabkan oleh keanikan suhu lingkungan, apabila ekstremitas dingin, dan tubuh
panas, kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis. Perludiingat bahwa infeksi pada
neonates (termasuk sepsis) dapat tidak disertai kenaikan suhu tubuh, bahkan sering
terjadi hipotermia

5.3.2. Pemeriksaan secara rinci


a. Kulit
Kulit neonates cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang ebrsifat seperti lemak
yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas serta sebagai isolasi
panas. Tebal jaringan subkutan pada neonates cukup bulan sekitra 0.25 sampai 0.5
cm. Edema sering terlihat pada neonates baik cukup bulan maupun kurang bulan
pada daerah presentasi.
Lanugo, yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi, lebih banyak
terdapat pada bayi kurang lulan dan makin berkurang sampai hilang pada bayi
cukup bulan. Perhatikan terdapatnya petekie atau ekimosis yang dapat disebabkan
oleh trauma kelahiran atau sepsis, penyakit perdarahan atau trombositopenia.
Perhatikan terdapatnya tumor di kulit, catat ukuran, bentuk konsistensi serta
warnanya. Perhatikan apakah ada kelainan bawaan lain pada kulit. Turgor kulit yang
jelek atua kulit yang keriput menandakan terdapatnya dehidrasi atau gizi buruk.
Pada lebih kurang 40% neonates cukup bulan, di kulit hidung dan pipi terlihat bitnik-
bintik putih kekuningan yang disebut milia, yaitu kista epidermal yang berisi materi
keratin, pada umumnya akan menghilang dalam beberapa minggu. Pada daerah
dahi dan ketiak dapat terlihat miliara kristalina atau vesikula jernih yang disebabkan
oelh retensi keringat akibat obstruksi saluran keringat

b. Kepala dan leher


i. Kepala
Pada kehahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpeng
tindih karena molding. Keadaan ini akan normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba. Pada pemeriksaan ubun-ubun,
perlu diperhatikan ukuran dan ketegangannya. Perhatikan terdapatnya kelainan yang
menyebabkan trauma lahir, seperti kaput suksedaneum (saat ini proses persalinan
dengan bantuan vakum telah ditinggalkan), hematoma sefal, perdarahan
subaponeurotik, atau fraktur tulang tengkorak. Kaput suksesaneum atalah edema
pada kulit kepala, lunak tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyebrangi
sutura, akan hilang dalam beberapa hari. Hematoma sefal tidak tampak pada hari
pertama karena tertutup oleh kaput suksadenum. Konsistensi hematoma sefal ini
lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak menyebrangi
sutura. Bila hematoma sefal menyebrangi sutura berarti terdapat fraktur tulang
tengkorak. Hematoma sefal akan mengalami kalsifikasi setelah bebrapa hari dan akan
menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Perdarahan subaponeurotik terjadi
oleh karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus
dalam tengkorak. Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap persalinan yang diakhiri
dengan alat. Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tampak
asimetris. Pada perabaan seing ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila
berat, kelainan ini dapat mengakibatkan renjatan, anemia atau hyperbilirubinemia
Perhatikan pula terdapatnya kelainan kongenital seperti anensefali, mikrosefali,
kraniotabes, dan sebagainya. Untuk memastikan apakah terdapat perdarahan
intracranial atau hidrosefalis diperlukan pemeriksaan USG (atau transiluminasi bila
alat USG tidak ada, tetapi hanya dapat melihat adanya hidransefalus)

ii. Wajah
Wajah neonates sering tampak asimetris karna posisi janin intrauterine. Kelainan
wajah yang khas terdapat pada Down syndrome dan Pierre-Robin yang mudah
dikenal. Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.
fasialis atau patah tulang zygomaticus.

iii. Mata
Pemeriksaan mata neonates sulit dilakukan karena biasanya mata tertutup.
Goyangkan kepala neonates perlahan, sehingga terbuka dan dapat diperiksa.
Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Galukoma
kongenital pada awalnya terlihat sebagai pembesaran, kemudian kekeruhan kornea.
Katrak kongenital dapat mudah terlihat sebagai pupil yang berwarna putih. Trauma
pada mata terlihat dengan gambaran edema palpebra, perdarahan konjugntiva atau
retina. Perhatikanlah adanya secret mata. Konjugntivitis oleh kuman gonokok dapat
cepat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan

iv. Telinga
Pada neonates cukup bulan, terlah cukup terbentuk tulang rawan sehingga
bentuk telinga dapat dipertahankan. Perhatikanlah letak daun telinga. Daun telinga
yang letak rendah (low set ears) terdapat pada neonates dengan sindrom tertentu
seperti Pierre-Robin, Sinus yang terdapat di depan telinga adalah sisa dari branchial
cleft. Kadang terlihat auricle tag. Kaena sulit, ada kencederungan untuk tidak
memeriksa membrana timpani pada neonates, padahal otitis media dapat ditemukan
pada hari pertama dan ddapat didiagnosis dengan menggunakan otoskop. Sebaiknya
bila terdapat tanda-tanda infeksi periksalah memnrana timpani.

v. Hidung
Neonatus yang bernafas melalui mulut perlu ditelusuri apakah terdapat adanya
obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang meonjol ke nasofaring. Pernafasan cuping hidung menunjukan
adanya gangguan paru. Lubang hidung yang tersumbat oleh mukus, perlu dibersihkan
dan diperiksa, bila secret mukopurulen dan kadang berdarah perlu dipikirkan sifilis
kongenital

vi. Mulut.
Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dapat
terlihat adanya labio dan gnatoskisis, adanya gigi atau ranula. Yaitu kista lunak yang
berasal dari dasar mulut. Perhatikan lidah apakah membesar seperti pada sindrom
Beckwith atau selalu bergerak seperti pada sindrom Down. Neonatus dengan edema
otak atau tekanan intracranial meninggi sering kali lidahnya keluar masuk (tanda
Foote). Secara palpasi dapat dideteksi terdapatnya high arc palate, pataloskisis, dan
baik atau tidaknya reflex isap. Sebelum bayi berumur 2 bulan, saliva bayi sedikit. Bila
terdapat hipersalivasi pada neonates perlu dipikirkan kemungkinan atresia esophagus
dengan atau tanpa fistula trakeoesofagus

vii. Leher
Leher neonates tampak pendek tetapi pergerakannya baik. Apabila terdapat
keterbatasan pergerakan perlu dipikirkan kelainan tulang leher. Tumor didaerah leher
sperti tiroid, hemangioma, hygroma kistik, selain merupakan masalah sendiri, dapat
juga menekan trakea sehingga perlu tindakan segera.
Trauma leher dapat terjadi pada persalinan sulit, trauma idapat meyebabkan
kerusakan pleksus brakialis sehingga terjadi paresis pada tangan, lengan atau
diafragma. Dapat terjadi perdarahan m. sternocleidomastoideus yang apabila tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan tortikolis. Perhatikan pula terdapatnya
webbed neck yang terdapat pada kelainan kongenital seperti sindrom Turner.

c. Dada
i. Inspeksi
Bentuk dada neonates seperti tong. Pektus ekskavatum atau karinatum sering
membuat orang tua khawatir, padahal biasanya tidak mempunyai arti klinis. Pada
respirasi normal dinding dada bergerak Bersama dengan dinding perut. Apabila
terdapat gangguan pernafasan terlihat pernafasan yang paradoksal dan treaksi pada
inspirasi. Gerakan dinding dada harus simetris; bila tidak, harus dipikirkan
kemungkinan pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Laju nafas normal neonates antara 40-60x/menit. Perhitungan harus dilakukan
1 menit penuh, oleh karena sering terdapat periodic breathing (terutama pada
premature). Periodic breathing ditandai dnegna henti nafas yang berlangsung kurang
dari 20 detik, dan terjadi berkala. Perhatikan juga tiper pernafasan neonates . Kelenjar
payudara neonates, baik pada wanita atau laki-laki kadang tampak membesar karena
pengaruh hormone ibu dan sering disertai dengan sekresi air susu. Luas areola dan
tebal jaringan payudara dipakai untuk menilai usia kehamilan. Kadang dapat juga
ditemukan jumlah putting susu berlebih (supernumulary nipples)

ii. Palpasi
Dengan palpasi dapat ditemukan faktur klavikula, serta meraba iktus kordis, untuk
menemukan adanya dektrokardia atau dekstroposisi

iii. Perkusi
Pada pemeriksaan neonates jarang dilakukan perkusi dada

iv. Auskultasi
Laju jantung dihitung selama satu menit penuh dengan menggunakan stetoskop.
Laju jantung normal adalah 120-160x/menit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi. Bising
jantung seringkali terdengar pada neonates. Tetapi ini belum berarti terdapat penyakit
jantung bawaan. Sebalinya tidak terdengarnya bising jantung tidak menyingkirkan
kemungkinan terdapatnya penyakit jantung bawaan. Bunyi nafas neonates adalah
bronkovesikular; Kadang dapat terdengar ronki pada akhri inspirasi panjang.
Terdengarnya bisisng usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika

d. Abdomen
Dinding perut neonates lebihd arat daripada dinding dadanya. Bila perut sangat
cekung, pikirkan kemungkinan terdapatnya hernia diagragmatika. Abdomen yang
membuncit mungkin disebabkan hepato-splenomegali atau tumor linnya atupun
cairan dalam rongga perut. Bila perut bayi kembung harus diteliti kemungkinan
nekrotik enterocolitis, perforasi usus atau ileus. Perhatikan adanya gastroskisis,
ektrofia vesikalis, omfalokel, atau ductus onfaloenterikus persisten, tumor lain pda
dinding perut. Omfalokel perlu dibedakan dari gastroskisis, yaitu kegagalan dinding
perut untuk menutup akibat dekef pada muskulus rektus abdominin. Kelainan bawaan
lain yang perlu diperhatikan adalah sindrom prune belly.
Hati biasanya teraba 2-3 cm dibawha arkus kosta kanan. Limpa juga sering
teraba 1 cm dibawah arkus kosta kiri, karena masih terjadi hematopoiesis
ektramedular. Kadang hati dan limpa sedemikian besarnya sehingga batas bawahnya
berada di abdomen bagian bawah, misalnya pada eritroblastosis fetalis. Dengan
palpasi yang dalam, ginjal dapat diraba apabila posisi bayi terlentang dan tungkai
dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjla dapat
diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Biasanya bagian ginjal
yang dapat diraba sekitar 2-3cm. Pembesaran ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis. Trauma abdomen karena
persalinan sulit misal pada letak sungsang, dapat mengakibatkan perdarahan hati,
limpa, atau kelenjar adrenal. Bila terdapat kecurigaan kelainand alam peru, perlu
dilakukan pemeriksaan USG

e. Genitalia eksterna
Pada bayi perempuan cukup bulan, labia minora tertutup oleh labia mayora, dan
ini merupakan salah satu kriteria untuk menilai usia kehamilan neonates. Lubang
uretrea terpisah dari lubang vagina, bila hanya terdapat satu lubang berarti ada
kelainan. Kadang tampak secret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormone ibu (withdrawal bleeding).
Pada bayi laki-laki sering terdapat fimosis. Ukuran penis bayi berkisar antara 3-
4cm dan lebar 1-1.2 cm. Hipospadia adalah kelainan yang tidak jarang ditemukan,
berupa defek dibagian ventral ujun penis saja atau berupa defek sepanjang penisnya.
Epispadia berupa defek pada dorsum penis lebih jarang ditemukan dan merupakan
varian ekstrofia kandung kencing
Skrotum bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae. Hidrokel sering
diteukan dan harus dibedakan dari hernia inguinalis. Testis biasanya sudah turun ke
dalam skrotum pada bayi cukup bulan, pada bayi kurang bulan tidak jarang terdapat
kriptorkismus (testis belum turun ke dalam kantung skrotum). Torsi testis dapat terjadi
inutero dan dapat dilihat pada saat lahir berupa testis yang membesar dan keras.
Kadang sulit mennetukan jenis kelamin neonates, misal pada bayi perempuan
dengan klitoris sangat besar dan labia mayora berfusi serta pigmen banyak, atau pada
bayi laki-laki dengan penis kecil dengan hipospadia dan skrotum terpisah. Dalam
keadaan ini perlu pemeriksaan komatin seks atau kromosom seks. Trauma didaerah
genitalia eksterna sering ditemukan pada kelahiran sungsang dan dapat berupa
perdarahan ke dalam rongga skrotum atau testis atau otot-otot pelvis

f. Anus
Pemeriksaan anus bukan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya atresia ani,
melainkan juga untuk mengetahui posisinya. Kadang fistula yang besar dapat
dianggap sebagai anus normal, tetapi apabila diperhatikan benar makan akan terlihat
fistula terletak didepan atau dibelakang anus yang normal.
Pengeluaran meconium biadanya terjadi dalam 24 jam pertama, bila setelah
48jam belum juga keluar meconium, perlu dipikirkan kemungkinan meconium plug
syndrome, megacolon, atau obstruksi saluran pencernaan. Mekonium yang keluar
inutero pada bayi yang letak kepala adalah salah satu tanda gawat janin. Bila terdapat
darah dalam meconium, perlu dibedakan apakah darah berasal dari bayi atau dari
darah ibu yang tertelan. Cara membedakan adalah dengan uji Apt, yaitu dengan
meneteskan basa kuat (NaOH atau KOH); darah ibu akan mengalami hemolysis
sedang darah bayi tidak karena darah neonates resisten terhadap alkali.

g. Tulang belakang dan ekstremitas


Dilakukan dalam posisi tengkurap, tangan pemeriksa meraba sepanjagn tulang
beklakang untuk mencari terdapatnya scoliosis, meningokel, spinabifida, spinabifida
okulta, atua sinus polinidialis.
Perhatikan pergerakan ekstremitas. Apabila ada asimetri, pikirkan kemungkinan
adanya patah tulang atau kelumpuhan saraf. Patah tulang multipel dapat terjadi pada
osteogenesis imperfekta. Kelumpuhan pada tangan mungkin disebabkan oleh fraktur
humerus atau kelumpuhan Erb, baitu kerusakan pada saraf servikal 5 dan 6.
Kelumpuhan pada tangan dapat disebabkan oleh paralisis Klumpke yaitu kerusakan
pada saraf servikal 7 dan torakal 1. Paralisis kedua tungkai dapat disebabkan oleh
trauma berat atu kelainan bawaan di tulang belakang.
Tonus eksremitas yang menurun secara umum (floppy infant) dapat disebabkan
oleh kelainan susunan saraf pusat. Perhatikanlah poissi kedua kaki. Apakah ada pes
equinovarus, atau valgus. Juga keadaan jari-jari tangan dan kaki, apakah ada
polidaktili, sindaktili atau claw hand/feet. Periksa juga adanya dislokasi terutama
panggul dengan cara ortholani

h. Ukuran Antropometrik
Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran
badan sebagai berikut:
- Berat antara 2500-4000 gram
- Panjang 45-54 cm
- Lingkar kepala: 33-37 c,
- Lingkar dada: 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala
Perlu diukur panjang kepala-simfisis dan simfisis -kaki untuk menilai proporsi
tubuh bayi, agar kelainan seperti akondroplasia dapat dideteksi

i. Pemeriksaan neurologis (bab tersendiri)

5.3.3. Pemeriksaan usia kehamilan


Usia kehamila neonates dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan
menghitung hari pertama haid terakhir hingga sampai saat kelahiran, atau dengan
cara ultrasonografi. Cara panjang menggunakan kriterai DIbowits dengan 11 kriteria
klinis dan 10 kriteria neurologis atau lebih sederhana dengan kriterai Ballard dengan
6 kriteria klinis dan 6 kriteria neurologis.
BALLARD SCORE

1. Kematangan Neurologis :
 Postur
Bayi pada posisi supine dan dalam keadaan tenang. Nilai sesuai dengan tabel.

Gambar : postur
Sumber : http://www.ballardscore.com/

 Jendela Siku-Siku
Tangan fleksi pada pergelangan. Beri cukup tekanan untuk mendapatkan
posisi sefleksi mungkin. Sudut antara eminensia hipotenar dan bagian anterior
lengan bawah diukur dan dinilai sesuai tabel. Jangan memutar pergelangan
tangan.
Gambar : jendela siku-siku
http://www.ballardscore.com/

 Rekoil Lengan
Posisi bayi terlentang, fleksikan lengan bawah secara penuh selama 5 detik,
kemudian ekstensikan secara penuh dengan cara menarik tangan dan
melepaskannya. Nilai reaksinya sesuai tabel.

Gambar : recoil lengan


Sumber : http://www.ballardscore.com/

 Sudut Poplitea
Posisi bayi terlentang dan pelvis terletak mendatar pada permukaan tempat
pemeriksaan, kaki fleksi pada paha dan paha difleksikan penuh menggunakan
satu tangan. Dengan tangan yang lain kaki diekstesikan dan sudut yang
didapat dinilai seperti pada tabel.
Gambar : sudut poplitea
http://www.ballardscore.com/

 Tanda Syal
Posisi bayi terlentang, pegang tangan bayi dan tarik melintasi leher sejauh
mungkin melewati bahu yang berlawanan. Diperbolehkan menahan bahu
dengan jalan mengangkatnya melintasi tubuh. Nilai sesuai dengan lokasi siku
pada tabel.

Gambar : tanda syal


http://www.ballardscore.com/

 Perasat Tumit Telinga


Posisi bayi terlentang, pegang kaki bayi dengan satu tangan dan gerakkan
kearah kepala sedekat mungkin tanpa melakukan paksaan. Pertahankan pelvis
mendatar pada permukaan tempat pemeriksaan. Nilai seperti pada tabel.
Gambar : perasat tumit telinga
http://www.ballardscore.com/
Kematangan Fisik
Tanda -2 -1 0 1 2 3 4 5
Kulit Lengket, Merah Merah muda Permukaan Daerah pucat Seperti Pecah-
rapuh, seperti agar, halus, vena- mengelupas dan pecah- kertas kulit, pecah
transparan gelatin vena tampak dengan / pecah, vena pecah-pecah kasar,
transparan tanpa ruam, jarang dalam, tidak keriput
vena jarang ada vena
Lanugo Tidak ada Jarang Banyak sekali Menipis Menghilang Umumnya
tidak ada
Permukaan Tumit ibu jari Tumit ibu > 50 mm Garis-garis Lipatan Lipatan pada Garis-garis
plantar kaki kaki <40mm jari kaki 40 – tidak ada merah tipis melintang 2/3 anterior pada seluruh
50 mm garis hanya pada telapak kaki
bagian
anterior
Payudara Tidak Hampir tidak Areola Areola Areola
tampak tampak mendatar, berbintil, timbul,
tidak ada benjolan 1-2 benjolan 3-4
benjolan mm mm
Mata/Daun Kelopak Kelopak Kelopak Pinna sedikit Pinna Pinna keras Kartilago
telinga menyatu erat menyatu terbuka, melengkung, memutar dan tebal, telinga
longgar pinna datar, lunak, recoil penuh, lunak, berbentuk, kaku
tetap lambat tetapi sudah recoil segera
terlipat rekoil
Kelamin laki- Skrotum Skrotum Testis pada Testis menuju Testis di Testis
laki datar, halus kosong, kanal bagian ke bawah, skrotum pendulous,
rugae samar atas, rugae rugae sedikit rugae jelas rugae dalam
jarang
Kelamin Klitoris Klitoris Klitoris Labia mayora Labia mayora Labia
perempuan menonjol, menonjol, menonjol, labia dan minora besar, labia mayora
labia datar labia minora minora sama-sama minora kecil menutupi
kecil membesar menonjol klitoris dan
labia minora
Total Ballard Score :
Skor -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Usia 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
(Minggu)

1.6. REFERENSI
The New Ballard Score http://www.ballardscore.com/
Wahidiyat, H. I., Matondang, C. S., & Sastroasmoro, H. S. Diagnosis fisis pada anak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1991.
Effendi SH, Indrasanto E. Buku Ajar Neonatologi. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2008.
Kliegman, Stanton, St. Geme, Schor, Berhman. The Fetus and the Neonatal Infant in
Nelson Textbook of Pediatrics, 19th edition, Philadelphia, Elsevier, 2011
Rubrik Pemeriksaan Apgar Score

No Aspek Yang Dinilai Skor


0 1 2

1 Cuci tangan
2 Bayi yang baru lahir diletakkan pada tempat pemeriksaan
Appearance (Warna Kulit)
3 Menilai warna kulit bayi dan beri skor :
0 = Seluruh tubuh biru/pucat
1 = Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
2 = Seluruh tubuh kemerahan
Pulse (Laju Jantung)
4 Menentukan laju jantung dengan mengukur pulse atau meletakkan
tangan di dada bayi dan mengukur frekuensi denyut jantung
selama 1 menit
0 = Tidak ada
1 = < 100x/menit
2 = ≥ 100x/menit, bayi terlihat bugar
Grimace (Refleks)
5 Menilai refleks bayi yang diberi rangsangan dengan menepuk
pelan pada bayi
0 = Tidak bereaksi
1 = Gerakan sedikit
2 = Reaksi melawan
Activity (Tonus Otot)
6 Nilai aktivitas tonus otot dengan melihat gerakan bayi
0 = lumpuh
1 = gerakan sedikit
2 = gerakan aktif
Respiration (Usaha Napas)
7 Menilai tangisan bayi :
0 = tidak ada
1 = lambat
2 = menangis kuat
Menilai Jumlah Skor
8 Dari masing-masing kriteria, dijumlahkan nilai yang didapatkan
untuk menentukan keadaan bayi.
Tidak asfiksia ≥ 7
Asfiksia ringan-sedang 4-6
Asfiksia berat ≤3
TOTAL
Rubrik Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
No Aspek Yang Dinilai Skor
0 1 2
1.. Cuci tangan 7 langkah dan kenakan sarung tangan bersih

2. Menjaga suhu bayi dan lingkungan dalam keadaan sehat


- Gunakan lampu sorot untuk menghangatkan bayi (jarak lampu sorot
dengan bayi + 60 cm
- Jaga suhu ruangan tidak lebih dingin dari 25oC, bila perlu AC dan kipas
angin tidak boleh dihidupkan
- Keringkan bayi secepatnya terutama kepala, tanpa menghilangkan
vernix

3. Meletakan bayi dalam keadaan telentang, kepala sedikit lebih rendah, untuk
membersihkan mulut, faring dan hidung dari cairan, mukus darah dan debris
amnion, usap mulut dengan kassa atau suction lembut dengan suction
catheter.
Pada bayi baru lahir dengan kondisi sehat dapat langsung diberikan pada ibu
untuk Inisiasi menyusui dini.
Bila dikhawatirkan adanya gawat nafas, bayi harus diletakkan pada box
penghangat dan observasi ketat.

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

4. Melakukan penimbangan (berat


badan):
- Letakan kain atau kertas
pelindung dan atur skala
timbangan ke titik nol
sebelum penimbangan
- Hasil timbangan dikurangi
dengan berat alas dan
pembungkus bayi
- Normal: 2500-4000 gram
5. Melakukan pengukuran panjang
badan:
- Letakan bayi di tempat yang
datar
- Ukur panjang bayi
menggunakan alat pengikur
panjang badan dari kepala
sampai tumit dengan
kaki/badan bayi diluruskan
- Normal: 45-54 cm cm
6. Mengukur lingkar kepala
- Cara: mengukur kepala
pada diameter terbesar yaitu
frontali- oksipitalis
- Jika terdapat caput
suksedanium, dapat
dilakukan hari ke-2
atau ke-3
- Normal: 33-35 cm

7. Mengukur lingkar dada


- Pengukuran dilakukan
dari daerah dada ke
punggung kembali ke
dada (pengukuran
dilakukan melalui kedua
putting susu)
- Normal: 30-38 cm
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA
VITAL
8. Pemeriksaan suhu bayi
- Dilakukan di aksila, 5-10 menit
- Suhu normal bayi 36,5-37,50 C

9. Pemantauan denyut jantung bayi


- Memperhatikan keteraturan
denyut jantung bayi, hitung
frekuensinya selama 1 menit
penuh
- Denyut jantung normal 120-160
x/mt

10. Pemantauan pernafasan bayi


- Menghitung pernafasan
bayi selama 1 menit
penuh
- Memantau adanya apnu
dan dengarkan suara nafas
- Memperhatikan tarikan dada
bayi
- Pernafas normal = 40-60 x/mnt
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE

11. Melakukan pemeriksaan kepala


- Raba sepanjang garis sutura dan
fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal
- Fontanel anterior harus diraba,
fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang
terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali
- Periksa adanya tauma kelahiran
misalnya; caput suksedaneum,
cephal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang
tengkorak
- Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti:anensefali,
mikrosefali
12. Melakukan pemeriksaan mata
- Periksa jumlah, posisi, letak mata
dan gerakan bola mata.
- Periksa adanya pembesaran
dan kekeruhan pada kornea
- Periksa adanya trauma
seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina
- Periksa adanya sekret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan
- Periksa keadaan sclera, apakah
nampak gejala icterus atau tidak
- Kaji eyeblink reflex: refleks
gerakan seperti menutup dan
mengejapkan mata, jika bayi
terkena sinar atau hembusan
angin, matanya akan menutupatau
dia akan mengerjapkan
Matanya
13. Memeriksa telinga
- Periksa dan pastikan
jumlah, bentuk dan
posisinya (simetris
atau tidak)
- Pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah
matang
- Daun telinga harus berbentuk
sempurna dengan
lengkungan yang jelas di
bagian atas
- Perhatikan letak daun telinga,
daun telinga yang letaknya
rendah (low set ears)
terdapat pada bayi
yangmengalami sindrom
tertentu (Pierre-robin)
14. Periksa hidung
- Kaji bentuk dan lebar
hidung, pada bayi cukup
bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm
- Bayi harus bernapas dengan
hidung, jika melalui mulut
harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi
jalan napas akarena atresia
koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring
- Periksa adanya sekret
mukopurulen yang
terkadang berdarah ,
hal ini kemungkinan
adanya sifilis
congenital
- Periksa adanya pernapasa
cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang
menunjukkan
adanya gangguan pernapasan
15. Melakukan pemeriksaan bibir dan
mulut
- Kaji bentuk bibir apakah
simetris atau tidak
- Perhatikan daerah langit-
langit mulut dan bibir jika
ada bibir sumbing
- Perhatikan jika ada
bercak putih pada gusi
maupun palatum
- Kaji reflex rooting (mencari
putting susu), reflex
sucking/menghisap dan
reflex swallowing
/menelan
16. Melakukan pemeriksaan leher
- Leher bayi biasanya pendek
dan harus diperiksa
kesimetrisannya
- Pergerakannya harus
baik, jika terdapat
keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada
kelainan tulang leher
- Periksa adanya trauma leher
yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus
brakhialis
- Lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya
pembengkakan/pembesar
an kelenjar tyroid dan
vena jugularis

17. Melakukan periksa dada


- Periksa kesimetrisan gerakan
dada saat bernapas,
pernapasan yang normal
dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan,
tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas
perlu diperhatikan
- Pada bayi cukup bulan,
puting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak
simetris, cek pengeluarannya
- Payudara dapat tampak
membesar tetapi ini
normal
18. Memeriksa bahu, lengan, tangan
- Kedua lengan harus sama
panjang, periksa dengan cara
meluruskan kedua lengan ke
bawah
- Periksa jumlah jari,
perhatikan adanyapolidaktili
atau sidaktili
- Telapak tangan harus dapat
terbuka, garis tangan yang
hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas
kromosom, seperti trisomi 21
- Periksa adanya paronisia
pada kuku yang dapat
terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka
dan perdarahan
- Kaji refleks moro dan
kemungkinan adanya fraktur:
bayi akan mengembangkan
tanganya ke samping dan
melebarkan jari-jarinya
kemudian menarik tangannya
kembali dengan cepat seperti
ingin memeluk seseorang
- Kaji refleks palmar
grasping/menggenggam:
timbul bila kita mengoreskan
jari melalui bagian dalam
atau meletakkan jari kita
pada telapak tangan bayi,
jari-jari bayi akan melingkar
ke dalam seolah memegangi
suatu benda dengan Kuat
19. Memeriksa abdomen
- Amati tali pusat: pada tali
pusat, terdapat 2 arteri dan 1
vena
- Observasi pergerakan
abdomen, abdomen
tampak bulat dan
bergerak serentak
dengan pergerakan dada
sat bernafas
- Raba abdomen untuk
memeriksa adanya massa
- Melihat dan meraba bentuk
abdomen: raba apakah ada
massa abnormal, bentuk
# Tonus otot yang baik : semua
perut sangat cekung
ekstrimitas fleksi
kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika, bentuk
abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepato-
splenomegali atau tumor
lainnya
20. Memeriksa genetalia Bayi laki-laki:
- Pada bayi laki-laki
panjang penis 3-4 cm dan
lebar 1-1,3 cm
- Periksa posisi lubang uretra
(normal berada pada ujung
penis), prepusium tidak boleh
ditarik karena akan
menyebabkan fimosis
- Skrortum harus dipalpasi
untuk memastikan jumlah
testis ada dua (bayi cukup
bulan testis sudah turun di
skrotum)
Bayi perempuan:
- Pada bayi cukup bulan
labia mayora telah
menutupi labia minora
- Pastikan lubang uretra
terpisah dengan lubang
vagina
- Terkadang tampak adanya
sekret berwarna putih atau
berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan
oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawl bedding)
21. Memeriksa tungkai dan kaki
- Periksa kesimetrisan tungkai
dan kaki
- Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan,
juga hitung jumlah jari-jari
kaki
- Kedua tungkai harus dapat
bergerak bebas, kuraknya
gerakan berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya
fraktur, kerusakan
neurologis
- Mengkaji refleks Babinski:
dengan mengusap /
menekan bagian menonjol
dari dasar jari di telapak
kaki bayi keatas dan jari-jari
membuka
22. Periksa spinal/punggung
- Periksa spina dengan cara
menelungkupkan bayi, cari
adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina
bifida, pembengkakan, lesung
atau bercak kecil berambut
yang dapat menunjukkan
adanya abdormalitas medula
spinalis atau kolumna
vertebra

23. Periksa anus dan rectum


- Periksa adanya
kelainan atresia ani,
kaji posisinya
- Mekonium secara umum
keluar pada 24 jam pertama,
jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan
adanya mekonium plug
syndrom, megakolon atau
obstruksi saluran
pencernaan
24. Memeriksa kulit
- Perhatikan kondisi kulit
bayi: warna, ruam,
pembengkakan, tanda-
tanda infeksi
- Periksa adanya bercak atau
tanda lahir
- Perhatikan adanya vernik
kaseosa
- Perhatikan adanya lanugo,
jumlah yang banyak terdapat
pada bayi kurang bulan

25. Injeksi vitamin K 1mg im

26. Pengambilan darah untuk newborn screening (HB, gol darah,


hct, bs, bilirubin), hearing impairment screeing,
27. Menjelaskan pada orang tua hasil pemeriksaan dan memberinya konseling

28. Membereskan alat dan bahan yang digunakan

29. Melepas sarung tangan, cuci tangan, dokumentasi tindakan

TOTAL SCORE
Rubrik Pemeriksaan Ballard Score

No Aspek Yang Dinilai Skor


0 1 2

1 Cuci tangan
2 Bayi yang baru lahir diletakkan pada tempat pemeriksaan
Penilaian Maturitas Neuromuskular
Postur
3 Bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi
tenang
4 Menilai postur bayi

Jendela siku
5 Tangan fleksi pada pergelangan dan beri cukup tekanan untuk
mendapatkan posisi sefleksi mungkin
6 Ukur dan nilai sudut antara eminensia hipotenar dan bagian
anterior lengan bawah. Jangan memutar pergelangan tangan

Rekoil Lengan
7 Pegang kedua tangan bayi dan fleksikan bagian bawah sejauh
mungkin dalam 5 detik
8 Rentangkan kedua lengan bayi dan lepaskan
9 Amati reaksi bayi saat dilepaskan dan berikan skor

Sudut Poplitea
10 Bayi diposisikan terlentang, kemudian paha ditempatkan lembut di
perut bayi dengan lutut tertekuk penuh
11 Pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu
tangan mendukung sisi paha dengan tangan lain. Jangan
memberikan tekanan pada paha belakang.
12 Pastikan bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki, kemudian kaki bayi diekstensikan sampai
terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi
13 Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah
popliteal

Tanda Syal
14 Bayi dibaringkan terlentang dan pemeriksa mengarahkan kepala
bayi ke garis tengah tubuh
15 Dorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan
dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi
16 Siku dapat diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus
tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus, amati
posisi siku pada dada bayi.

Perasat tumit telinga


17 Posisi bayi dalam keadaan terlentang, lalu pegang kaki bayi
dengan ibu jari dan telunjuk. Tarik sedekat mungkin dengan kepala
tanpa memaksa
18 Pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati
jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut

Kematangan Fisik
Kulit
19 Perhatikan kulit bayi baik warna maupun tekstur dan berikan skor
-1 = Lengket, rapuh, transparan
0 = Merah seperti agar, gelatin transparan
1 = Merah muda halus, vena-vena tampak
2 = Permukaan mengelupas dengan / tanpa ruam, vena jarang
3 = Daerah pucat dan pecah-pecah, vena jarang
4 = Seperti kertas kulit, pecah-pecah dalam, tidak ada vena
5 = Pecah-pecah kasar, keriput
Lanugo
20 Perhatikan lanugo (rambut halus) pada bayi dengan mengamati
daerah atas dan bawah punggung bayi, kemudian berikan skor
-1 = tidak ada
0 = jarang
1 = banyak sekali
2 = menipis
3 = menghilang
4 = umumnya tidak ada
Permukaan plantar kaki
21 Ukur panjang dari ujung jari kaki hingga tumit dan lihat garis telapak
kaki, kemudian beri skor
-2 = Tumit ibu jari kaki <40mm
-1 = Tumit ibu jari kaki 40 – 50 mm
0 = > 50 mm tidak ada garis
1 = Garis-garis merah tipis
2 = Lipatan melintang hanya pada bagian anterior
3 = Lipatan pada 2/3 anterior
4 = Garis-garis pada seluruh telapak kaki
Payudara
22 Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya
bintik-bintik akibat pertumbuhan papilla Montgomery
23 Palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan
telunjuk untuk mengukur diameternya. Berikan skor
-1 = tidak tampak
0 = hampir tidak tampak
1 = areola mendatar, tidak ada benjolan
2 = Areola berbintil, benjolan 1-2 mm
3 = Areola timbul, benjolan 3-4 mm
4 = Areola penuh, benjolan 5-10 mm
Mata/Daun telinga
24 Pemeriksaan daun telinga dengan palpasi ketebalan kartilago dan
melipat daun telinga kearah wajah kemudian lepaskan dengan
mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan
seperti semula
25 Pemeriksaan mata dengan membuka dan memisahkan palpebral
superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
Kemudian berikan skor
-2 = Kelopak mata menyatu erat
-1 = Kelopak mata menyatu longgar
0 = Kelopak terbuka, pinna datar, tetap terlipat
1 = Pinna sedikit melengkung, lunak, recoil lambat
2 = Pinna memutar penuh, lunak, tetapi sudah recoil
3 = Pinna keras dan berbentuk, recoil segera
4 = Kartilago tebal, telinga kaku
Kelamin
26 Amati kelamin pada bayi laki-laki dan berikan skor
-1 = Skrotum datar, halus
0 = Skrotum kosong, rugae samar
1 = Testis pada kanal bagian atas, rugae jarang
2 = Testis menuju ke bawah, rugae sedikit
3 = Testis di skrotum rugae jelas
4 = Testis pendulous, rugae dalam
27 Amati kelamin pada bayi perempuan dan berikan skor
-1 = Klitoris menonjol, labia datar
0 = Klitoris menonjol, labia minora kecil
1 = Klitoris menonjol, labia minora membesar
2 = Labia mayora dan minora sama-sama menonjol
3 = Labia mayora besar, labia minora kecil
4 = Labia mayora menutupi klitoris dan labia minora
Totalkan Jumlah Skor
28 Jumlahkan semua skor dan tentukan usia kehamilan

TOTAL

Anda mungkin juga menyukai