Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Kebidanan pada kehamilan

Manajemen kebidanan disusun guna memberikan arahan bagaimana

bidan berfikir kritis, analisis dan sistematis dalam mengenai kliennya.

Sehingga pada saat memberikan pelayanan bidan memberikan tindakan

aspiratif, tindakan emergensi dan tindakan komprehensif dengan cepat dan

tepat. Manajemen kebidanan adalah metode atau alur yang di gunakan oleh

bidan dalam menentukan, melakukan dan mencari langkah – langkah

pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk melakukan pelayanan

dan menyelamatkan pasien dari gangguan kesehatan. Penerapan manajemen

kebidanan melalui proses yang secara berebutan yaitu identifikasi masalah,

analisis, dan perumusan masalah, rencana dan tindakan penatalaksanaan

serta evaluasi hasil tindakan (Heryani, 2011).

Kehamilan adalah kondisi dimana seseorang wanita memiliki janin

yang sedang tumbuh didalam tubuhnya tepatnya berada dalam rahim, usia

kehamilan bekisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode

menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan dibagi menjadi 3

trimester, TM I pada usia kehamilan 0 – 12 minggu, TM II pada usia

kehamilan 13 – 26 minggu, TM III pada usia kehamilan 27 – 40 minggu

(Siwi, 2015).

8
9

Pengkajian dilakukan bidan untuk melakukan pengkumpulan data

yang didapatkan secara langung ke masyarakat baik berupa (data subjektif)

dan data yang tidak langsung ke yaitu (data objektif). Data Subjektif

diperoleh dari informasi langsung berupa pernyataan atau keluhan pasien.

Berupa pendokumentasian yang berisikumpulan data klien melalui anamesa,

data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien, suami, atau keluarga

(identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan, riwayat menarche, riwayat

perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, pola hidup)

(Heryani, 2011). Riwayat kesehatan meliputi dari riwayat penyakit dahulu,

sekarang dan keluarga apakah memiliki penyakit, riwayat obstetri

kehamilan, persalinan nifas yang lalu, riwayat haid awal mulainya haid,

lama, siklus, nyeri atau tidak (Prawirohardjo, 2011). Pengkajian berisi

semua informasi atau keluhan yang telah dikaji dari klien ketika pertama

kali datang ke tenaga kesehatan, mencakup keluhan utama, riwayat

penyakit/ kesehatan, hasil laboratorium (Handayani, 2012). Menurut Siwi

(2015), keluhan yang biasanya dirasakan ibu hamil TM III yaitu susah tidur,

cemas, nyeri punggung. Menurut Ardiana (2016), sebagian ibu hamil TM III

mengalami kecemasan saat menjelang proses persalinan.

Keluhan nyeri punggung pada ibu hamil dapat diatasi dengan berbagai

macam cara menurut Siwi (2015), nyeri punggung dapat diatasi denga cara

bersandar dalam posisi nyaman guna menjaga tompangan pada punggung

ibu. Menjaga postur tubuh yang baik, postur tubuh sesuai dengan anatomis

akan membantu mengurangi keluhan pada pungung, pernafasan dan saluran


10

pencernaan. Cara menjaga postur tubuh dengan cara mengangkat dada

(membusungkan dada) dapat membantu menjaga punggung tetap lurus,

pakai baju dan sepatu yang nyaman guna mencegah nyeri punggung. Susah

tidur memberikan informasi bahwa istirahat yang cukup sangat penting

dalam masa kehamilan dan memberikan penjelasan tentang posisi tidur pada

ibu hamil TM III dengan posisi tidur miring kanan ataupun kiri dan dapat di

berikan bantal antara lutut dan bawah perut ibu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Umi (2014), perubahan

fisiologi yang dialami pada ibu hamil TM III dapat mengakibatkan keluhan

seperti konstipasi, insomnia, dan nyeri punggung. Nyeri punggung yang

dialami pada ibu hamil terjadi karena otot – otot perut melemah, otot perut

berfungsi untuk menopang tulang belakang dan mempertahankan kesehatan

punggung, otot perut mengalami peregangan dan melemah sehingga

menyebabkan nyeri punggung. Nyeri punggung dapat dikurangi dengan

posisi tidur miring dengan bantal atau penyangga diantara kedua tungkai.

Dengan posisi tidur miring kiri dengan menggunakan bantal dapat

mengurangi tekanan pada pembuluh darah balik besar, yang mengembalikan

darah dari tubuh bagian bawah kembali ke jantung. Posisi miring kiri

memastiakan sirkulasi darah sangat sehat untuk janin, bukan hanya

memaksimalkan sirkulasi darah dan gizi ke pasenta tetapi juga

meningkatkan fungsi ginjal, pembuangan yang lebih baik dari produk cairan

sisa sehingga pembengkakan (edema) di tangan, kaki, dan pergelangan kaki

bisa berkurang.
11

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ardiana (2016), sebagian besar

ibu hamil TM III sering mengalami kecemasan saat akan mengalami proses

persalinan, hal tersebut akan menimbulkan ketegangan pada jiwa dan fisik

segingga otot dan persendian menjadi kaku, ibu hamil di katakan siap fisik

bila tidak mudah lemah, lemas, kualitas tidur meningkat, fleksibelitas dan

daya tahan tubuh meningkat. Siap secara psikologis bila ibu tenang, rileks,

bahagia dan percaya diri dalam menghadapi persalinan. Semua ini

dipersiapkan oleh bidan dalam memberikan perawatan selama kehamilan

dan memberikan perhatian kepada ibu hamil dengan penuh kesabaran.

Setelah dilakukan anamesa telah didapatkan hasil dan kemudian dilanjut

dengan pengumpulan data berupa pengumpulan data objektif

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan KU,

fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan

pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi

dan perkusi (Heryani, 2011). Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan

nadi, suhu, tekanan darah, pernapasan, pemeriksaan dari Head to too,

pemeriksaan dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb,

leukosit, dan pemeriksaan urin (Prawirohardjo, 2011). Menurut Mochtar

(2012), pemeriksaan pada ibu semasa hamil sebanyak 4 x, 1 kali pada TM I,

1 kali pada TM II, dan 2 x pada TM III, pemeriksaan pada ibu hamil terdiri
12

dari inspeksi (TD, nadi, suhu, RR, dll), perkusi, palpasi (palpasi perut guna

menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian – bagian janin, letak,

presentasi, gerak janin, kontraksi rahim braxton hicks dan his, macam –

macam cara palpasi (menurut leopold dengan variasi, knenel, budin, dan

ahlifeld).

Pemeriksaan leopold terdiri dari beberapa langkah yaitu : Leopold I,

Pemeriksaan menghadap ke arah ibu hamil, menentukan tinggu fundus uteri

(TFU) dan bagian atas janin.Menetukan letak kepala atau bokong dengan

tangan saat di atas fundus dan tangan yang satu di atas simfisis. Leopold II,

Menentukan batas rahim kanan dan kiri, menentukan letak punggung janin,

pada letak lintang tentukan letak kepala janin. Menentukan letak punggung

dengan satu tangan menekan di fundus. Leopold III, Menentukan bagian

bawah janin, apakah bagian bawah janin sudah masuk pintu atas panggul

(PAP) atau belum. Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri

diletakkan telapak di tengah perut. Leopold IV, Pemeriksaan menghadap ke

bawah atau menghadap ke arah kaki ibu, menentuan bagian terbawah janin

dan berapa jauh sudah masuk PAP. Cara menentukan usia kehamilan dan

berat badan janin dalam kandungan Dihitung dari tanggal hari perkiraan

haid terakhir (HPHT), Ditambah 4,5 bulan dari waktu ibu merasakan

janinnya hidup “Feeling Life” “quickening”,mengukur tinggi fundus uteri

dari simfsis dengan usia kehamilan 36 Minggu setinggi 32cm(Mochtar,

2012). Dilanjutkan dengan pemeriksaan secara auskultasi.


13

Pemeriksaan Auskultasi yaitu pemeriksaan menggunakan stetoskop,

dan dopler guna mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) yang dapat di

dengar adalah : Janin (DJJ pada bulan ke 4 – 5, gerakan dan tendangan

janin), ibu (bising rahim, bising aorta, peristaltik usus). Pemeriksaan Dalam

secara vaginal toucher (VT), rectal toucher (RT). Guna pemeriksaan dalam

untuk mengetahi : Bagian bawah janin, Kalau bagian terbawah adalah

kepala dapat ditentuka posisi UUK, Kalau letak sungsang dapat teraba anus,

dan sakrum, Pemukaan servik, turunya bagian terbawah janin, Secara umum

dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul. Indikasi pemeriksaan

dalam yaitu : Menentukan keadaan kehamilan atau persalinan, Jika pada

pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan, Jika karena

sesuatu persalinan tidak maju – maju, Jika akan diambil tindakan obstetri

operatif (Mochtar, 2012). Setelah di dapatkan data objektif dan objektif

dapat dirumuskan sebuah masalah kebidanan.

Intrepretasi data dilakukan setelah terkumpulnya data danyang telah

dicatat,setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu diagnosa,

masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu dan anak di

komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di tegakkan bidan

dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar (Heryani, 2011).

Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan ibu hami yaitu Ny. I usia

28 tahun G2 P1 A0 usia kehamilan 39+2 Minggu, janin tunggal, hidup,intra

uterin, preskep, puki. Penegakan diagnosa dilanjutkan denganpenangan atau


14

perencanaan asuhan yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan

kebutuhan pasien.

Perencanaan Asuhan merupakan tindakan yang dilakukan pada saat

itu atau yang akan segera dilakukan, guna mengusahakan tercapainya

keadaan pasien yang sebaik mungkin atau menjaga, memperbaiki, dan

mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan

tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan

dalam kesehatan dan harus mendukung rencana dokter jika melakukan

kolaborasi (Heryani, 2011). Perencanaan yang diberikan yaitu pemeriksaan

yang dilakukan pada ibu hamil TM III. Memberikan informasi tentang

pentingnya tidur untuk ibu hamil TM III memberikan informasi tentang

nyeri punggung pada TM III. Memberikan informasi tentang kecemasan ibu

hamil TM III saat akan menghadapi proses persalinan, memberikan

informasi tentang pentingnya tidur pada ibu hamil, merencenakan

pemberian informasi P4K. Memberikan informasi tentang tablet besi (Fe).

Selanjutnya ditindak lanjuti dengan tidakan pemberian asuhan kebidanan.

Penatalaksanaan dilakukan guna mengatasi masalah, keluhan atau

mencapai tujuan pasien. Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali

bila dengan kondisi tertentu dan bila tindakan tidak dilakukan. Oleh karena

itu jika kondisi pasien berubah, intervensi juga harus berubah atau

disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Handayani, 2012). Melakukan

pemeriksaan pada ibu meliputi pemeriksaan seperti tensi, nadi, suhu, berat
15

badan, respirasi. Memberikan informasi akan pentingnya tidur bagi ibu

hamil TM III. Memberikan informasi tentang pentingnya tidur untuk ibu

hamil TM III. Memberikan informasi tentang keluhan nyeri punggung yang

dialami pada ibu hamil. Memberikan informasi tentang penanganan

kecemasan yang dialami pada ibu hamil TM III saat akan mengalami proses

persalinan, kecemasan ibu hamil diatasi dengan memberikan perawatan

selama kehamilan dan memberikan perhatian kepada ibu hamil dengan

penuh kesabaran, melakukan pendekatan kepada ibu agar tidak mengalami

kecemasan saat akan mengalami proses persalinan (Ardiana, 2016).

Menurut Rosyida (2015), pemberian informasi P4K karena dalam

Pelaksanaan Program perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K) mengupayakan guna persalinan yang aman, adanya rencana

pengunaan alat kontrasepsi pasca melahirkan yang telah di sepakati olah

ibu, suami, dan keluarga, upaya ini dilakukan untuk mengurangi AKI,

menjelaskan pengisian stiker P4K dan menganjurkan ibu untuk

menempelkan stiker didepan pintu rumah. Menginformasikan tentang zat

bezi (Fe) menurut Siwi (2015), Zat Besi (Fe) suplemen tambah darah guna

membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, setiap tablet

mengandung FeSO4 320mg, minimal 90 tablet selama hamil, tablet besi

sebaiknya tidak dikonsumsi dengan minum teh, kopi, karena dapat

menghambat penyerapan, agar tidak anemia saat menjelang proses

persalinan. Pemberian asuhan yang telah diberikan pada pasien akan dikaji
16

ulang untuk mengetahui tentang hasil pemeriksaan dan akan dilakukan

evaluasi tindakan.

Evaluasi tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil

merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan.

Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan

tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi

dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan

(Handayani, 2012). Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu meliputi

hasil pemeriksaan tensi, nadi, suhu, berat badan, respirasi, pemeriksaan pada

bagian perut ibu mendapatkan hasil setinggi 32 cm. Memberikan informasi

pentingnya tidur bagi ibu hamil TM III dengan hasil ibu bersedia

mempraktikannya di rumah. Memberikan informasi tentang nyeri

punggungibuhamilpada TM III dapatdiatasidenganposisi tidur miring

dengan bantal atau penyangga diantara kedua tungkai dan mendapatkan

hasil ibu bersedia melakukannya, perubahan psikologis pada ibu hamil

dengan kondisi ibu merasa cemas dan telah di berikan informasi dan

didapatkan hasi ibu dalam kondisi siap dan tenang, telah dilakukan

pemberian informasi P4K dengan hasil ibu bersedia menempelkan stiker

P4K didepan pintu rumah, memberikan informasi tentang zat besi (Fe)

dengan hasil ibu bersedia mengonsumsi zat besi saat menjelang proses

persalinan.
17

B. Manajemen Kebidanan pada Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37 – 42 Minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlagsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang

nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk

melahirkan bayi (Siwi, 2015). Menurut (Muchtar, 2014), kala persalinan

terdiri dari 4 kala yaitu : kala 1 waktu pembukaan servik hingga pembukaan

lengkap, kala 2 kala pengeluaran bayi, kala 3 waktu pengeluaran plasenta,

kala 4 pengawasa selama 2 jam post partum.

1. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala I

Menurut Heryani (2011), pengkajian untuk melakukan

pengumpulan data yang dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif diperoleh dari informasi langsung berupa

pernyataan atau keluhan pasien. Berupa pendokumentasian yang berisi

kumpulan data klien melalui anamesa, data yang diperoleh hasil dari

bertanya dari pasien, suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan,

riwayat kesehatan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat

kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, pola hidup). Menurut Siwi

(2015), tanda tanda persalinan yang bias dialami ibu yaitu kenceng

kenceng,keluarnya lendir bercampur darah. Dilajutkan dengan

pemeriksaan selanjutnya yang di kaji dalam data objektif


18

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011). Pemeriksaan umum

terdiri dari pemeriksaan nadi, suhu, tekanan darah, pernapasan,

pemeriksaan dari kepala hingga kaki, pemeriksaan dilengkapi dengan

pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb, leukosit, dan pemeriksaan urin

(Prawirohardjo, 2011).

Menurut Siwi (2015), adapun macam – macam tanda persalinan

yaitu : Adanya kontraksi rahim tanda awal ibu hamil untuk menuju

proses persalinan adalah mengejannya rahim atau dikenal dengan istilah

kontraksi. Kontraksi tersebut berirama, teratur, dan involuer, umumya

kontraksi bertujuan guna menyiapkan mulut rahim membesar dan

meningkatkan aliran darah didalam plasenta.Keluarnya lendir bercampur

darah lendir darah awal mulannya menyumbat leher rahim, sumbatan

tebal yang berada dimulut rahim terlepas, sehingga terjadi keluarnya

lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar

oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa

mulut rahim menjadi lunak dan membuka, lendir ini disebut sebagai

bloody slim. Keluarnya cairan ketuban, ketuban adalah tempat


19

perlindungan bayi semasa dalam kandungan, jika ketuban sudah pecah

itulah saatnya bayi harus keluar. Normalnya air ketuban berwarna jernih,

tidak berbau, bersih tidak keruh. Pembukaan servik membukanya leher

rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang berkembang. Menurut

Siwi (2015), kala dalam pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu : Fase

laten dimula sejak awal kontraksi yang mengakibatkan penipisan dan

pembukaan servik secara bertahap, pembukaan dimulai dari < 4 cm,

berlangsung < 8 jam. Fase aktif waktu dimana frekuensi dan lama

kontraksi uterus meningkat (adekuat) 3 x atau lebih dalam 10 menitdan

berlangsung selama 40 detik atau lebih, pembukaan servik dari 4 – 10 cm

dengan kurun waktu pembukaan 1 cm setiap 1 jam hingga pemukaan

lengkap, terjadinya penurunan bagian terbawah janin, berlangsung

selama 6 jam dan di bagi menjadi 3 fase yaitu : fase akselerasi dimana

pembukaan dimulai dari pembukaan 1 - 4 cm, fase dilatasi maksimal

dimana pembukaan servik dimulai dari pembukaan 4 – 9 cm, fase

diselerasi dimulai dari pembukaan 9 – 10 cm/lengkap. Data yang telah

didapat berdasarkan hasil anamesa dan pemeriksaan akan ditindak lanjuti

dengan memutuskan diagnosa yang ditegakkan.

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar.


20

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan ibu

bersalin yaitu Ny. I usia 28 tahun G2 P1 A0 usia kehamilan 39+6 Minggu,

janin tunggal, hidup,intra uterin, preskep, puki, inpartu kala 1 fase aktif.

Setelah ditegakkan diagnosa selanjutnya untuk pemberian tindakan

selanjutnya yaitu pemberian asuhan sesuai kebutuhan.

Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu pemantauan his yang

adekuat dengan cara menghitung kontraksi yang terjadi selama 10 menit

dan hitung lama setiap kontraksi yag terjadi. Pada fase aktif minimal 2x

10 menit selama 40 detik / lebih. Asuhan sayang ibu pemberian

pelayanan yang mengenai pendekatan emosional selama proses

persalinan. penilaian kondisi ibu dan bayi meliputi setiap ½ jam (DJJ,

His, dan Nadi) 4 jam (servik, penurunan, TD, suhu, urin). Pencatatan

selama fase aktif kondisi janin, kemajuan persalinan, His, KU (Muchtar,

2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herawati (2016), teknik

relaksasi yang paling efektif dalam mengurangi nyeri dalam kala I adalah

: relaksasi pernafasan, teknik relaksasi pernafasan sangat efektif dalam

mengurangi nyeri pada persalinan kala I, disebabkan karena teknik

relaksasi pernafasan lebih mudah dilakukan tanpa harus membutuhkan

konsentrasi.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu
21

(data objektif). Menurut Heryani (2011), data Subjektif merupakan

pernyataan atau keluhan dari pasien yang berupa pendokumentasian dan

pengumpulan data kelien melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil

dari bertanya dari pasien, suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan,

riwayat kesehatan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat

kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, pola hidup). Ibu merasakan

ingin mengejan untuk mengeruarkan janinnya. Menurut Siwi (2015),

pada kala II memiliki ciri khusus seperti his yang terkoordinir, kuat,

cepat. Dilanjut dengan pengkajian data melalui data objektif.

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi. Menurut Siwi (2015), pada kala II

memiliki ciri khusus seperti his yang terkoordinir, kuat, cepat dan >2 – 3

menit sekali, kepala janin telah masuk PAP sehingga membuat rasa ingin

mengejan, tekanan pada rektum atau ingin BAB, anus membuka.

MenurutMuchtar (2014), tanda gejala kala II adanya dorongan untuk

meneran (doran), tekanan pada anus (teknus), perineum menonjul

(perjol), vulva membuka (vulka) meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah. Data yang telah didapat berdasarkan hasil anamesa dan
22

pemeriksaan akan ditindak lanjuti dengan memutuskan diagnosa yang

ditegakkan.

Analisa setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan

analisis untuk menentukan 3 hal yaitu diagnosa, masalah dan kebutuhan.

Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu dan anak di komuniti. Diagnosa

kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di tegakkan bidan dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar (Heryani, 2011). Menurut

Handayani (2012), diagnosa kebidanan ibu bersalin yaitu Ny. I usia 28

tahun G2 P1 A0 inpartu kala II. Setelah ditegakkan diagnosa selanjutnya

untuk pemberian tindakan selanjutnya yaitu pemberian asuhan sesuai

kebutuhan

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu asuhan persalinan sesuai

dengan APN, melihat tanda gejala kala II, mempersiapkan alat,

memastikan pembukaan lengkap, menyiapkan ibu dan keluarga untuk

membantu proses pimpinan meneran, persiapan pertolongan persalinan,

meberitahukan cara mengejan yang benar, memimpin ibu untuk

mengejan, menolong kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir

membersihkan jalan nafas (Siwi, 2015).

3. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari


23

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, pola hidup).Ibu merasa bahwa mengeluarkan

semburan darah dari jalan lahir. Berdasarkan Muchtar (2014), terdapat

semburan darah mendadak. Dilanjut dengan pengkajian data melalui data

objektif.

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011). Menurut Muchtar

(2014), terdapat tanda - tanda pelepasan plasenta yaitu perubahan bentuk

dan TFU, tali pusat memanjang, terdapat semburan darah mendadak.

Data yang telah didapat berdasarkan hasil anamesa dan pemeriksaan akan

ditindak lanjuti dengan memutuskan diagnosa yang ditegakkan.

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di


24

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan ibu

bersalin yaitu Ny. I usia 28 Tahun P2 A0 Inpartu kala III. Data yang telah

didapat berdasarkan hasil anamesa dan pemeriksaan akan ditindak lanjuti

dengan memutuskan diagnosa yang ditegakkan.

Penatalaksanaan yang diberikan ibu bersalin kala III yaitu

manejemen aktif kala III memeriksa apakah adanya janin kedua,

pemberian oksitosin, PTT dan rangsangan tartil pada dinding uterus atau

fundus uteri, mengeluarkan plasenta, memeriksa plasenta, menilai

pendarahan, pemantauan robekan jalan lahir (Siwi, 2015). Pemberian

suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah bayi lahir, melakukan

penegangan tali pusat terkendali (PTT), memassase fundus uteri

(Muchtar, 2014). Menurut penelitian Anjasmara (2015), Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) merupakan proses alami bayi untuk menyusu

dengan cara memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan

menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupan.

IMD merupakan faktor yang terpenting sebagai penentu keberhasilan

ASI eksklusif. Karena dengan IMD juga mempercepat pengeluaran

plasenta, dan mempercepat pengeluaran ASI.

4. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala IV

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu
25

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, pola hidup). Dilanjut dengan pengkajian data

melalui data objektif. Ibu mengatakan merasa nyeri pada bagian jalan

lahir. Dilakukan tindak lanjut pengumpulan data dengan pengambilan

data objektif

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011).

Pemantauan kala IV setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setia

30 menit setiap 1 jam kedua. Pemeriksaan pada pengawasan kala IV

persalinan meliputi pemeriksaan keadaan umum, tekanan darah,

pernapasan, suhu, nadi, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan jumlah

darah. Penjahitan perineum di lakukan jika ada robekan dan adanya luka

episiotomi, guna untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan

mencegah kehilangan darah yang tidak perlu, kewenangan bidan pada


26

laserasi grade 1 dan 2, berikut derajat laserasi perineum dan vagina

(Muchtar, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian Koriah (2014), perdarahan post

partum adalah perdarahan yang jumlah perdarahanya > 500 cc yang

terjadi setelah bayi lahir melalui pervaginam atau > 1000 ml setelah

persalinan abdominal. Perdarahan dalam waktu < 24 jam disebut

perdarahan postpartum primer, perdarahan > 24 jam disebut perdarahan

postpartum skunder, oleh karena itu 2 jam pertama pasca persalinan

merupakan waktu yang sangat kritis bagi ibu dan bayi. Salah satu cara

untuk mengurangi darah yang keluar bisa dilakukan dengan pijat

endorphin, dimana pijatan ini dilakukan pada kala IV. Pijat endorphin

dilakukan secara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks,

nyaman dalam persalinan kala IV.

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan ibu

bersalin yaitu Ny. I usia 28 tahun P2 A0 inpartu kala IV.

Penatalaksanaan kala IV dilakukan dengan cara pemantauan,

pemantauan berupa Pemeriksaan setiap 15 menit pada 1 jam pertama,

dan setia 30 menit setiap 1 jam kedua. Pemeriksaan pada pengawasan


27

kala IV persalinan meliputi pemeriksaan keadaan umum, tekanan darah,

pernapasan, suhu, nadi, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan jumlah

darah. Penjaitan perineum di lakukan jika ada robekan dan adanya luka

episiotomi, guna untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan

mencegah kehilangan darah yang tidak perlu, kewenangan bidan pada

laserasi grade 1 dan 2, berikut derajat laserasi perineum dan vagina

(Muchtar, 2014). Menurut penelitian Asiyah (2013), ruptur perineum

merupakan salah satu trauma yang sering dialami oleh seorang wanita

saat melahirkan berupa robekan atau terkoyaknya perineum selama

proses persalinan. penyebab ruptur perineum yaitu : faktor ibu, faktor

janin, dan faktor jenis persalinannya. Menghindari kejadian ruptur

perineum sebaiknya penolong bersikap sabar, dorongan klisteller sebisa

mungkin harus dihindari karena dapat mengakibatkan terjadinya

perineum mudah ruptur.

C. Manajemen Kebidanan pada Nifas dan KB

Menurut Sholicah (2017), masa nifas (puerperium) dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Keluarga Berencana (family planning, planned

parenthood) suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah da

jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. macam – macam lochea

yaitu :
28

Tabel 2. 1. Jenis – jenis Lochea

Jenis Lochea Waktu Warna


Rubra 2 hari Merah

Sanguino- 3-7 hari Merah kuning


lenta
Serosa 7-14 hari Kekuningan atau
kecoklatan
Alba > 14 hari Putih
Sumber : (Muchtar, 2014).

Menentukan Tinggi Fundus Uterus

Tabel 2.2 TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat, 2 jari 1.000 gr
dibawah pusat
1 Mingu Pertengahan pusat 750 gr
simfisis
2 Minggu Tidak teraba di atas 500 gr
simfisis
6 Minggu Normal 50 gr
8 Minggu Normal seperti sebelum 30 gr
hamil
Sumber : (Muchtar, 2014).

Menurut Muchtar (2014), perubahan psikologi pada ibu masa nifas.

Pada masa nifas ibu menjadi sensitif, sehingga butuh pengertian dari

keluarga terdekat, Fase – fase pada pada ibu masa nifas yaitu : Fase Taking

In, Fase dimana berlangsung pada hari pertama hingga hari kedua post
29

partum. Fokus pada perhatian ibu terutama dirinya sendiri. Fase Taking

Hold, Fase dimana berlangsung padahari ke 3 – 10 hari post partum. Fokus

pada ketidakmampuan diri ibu untuk rasa tanggungjawab dalam merawat

bayi. Fase Letting Go, Fase dimana berlangsung pada 10 hari post partum.

Fase dimana ibu sudah bisa menerima tanggung jawab akan peran barunya

sebagai ibu.

1. Asuhan Kebidanan Masa Nifas 6 jam

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, pola hidup). Menurut Muchtar (2014), perubahan

psikologi pada ibu masa nifas. Pada masa nifas ibu menjadi sensitif,

sehingga butuh pengertian dari keluarga terdekat, Fase Taking In fase

dimanaberlangsung pada hari pertama hingga hari kedua post partum.

Fokus pada perhatian ibu terutama dirinya sendiri. Dilanjut dengan

pengkajian data melalui data objektif.

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test
30

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011). Menurut Muchtar

(2014), pemeriksaan pada ibu masa nifas terdiri dari pemeriksaan fisik,

tanda – tanda vital, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan a-no genitalia.

Pemeriksaan abdominal guna menentukan involusi uterus setinggi 2 jari

dibawah pusat, pemeriksaan kandung kemih pemeriksaan a-no genitalia

terdiri pemeriksaan perineum terhadap luka perineum seprti edema, atau

hematoma, memeriksa pengeluaran lochea jenis lochea rubra.

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan ibu

pasca salin yaitu Ny. I usia 28 tahun P2 A1 post partum 6 jam fase Taking

Taking In.

Penatalaksanaan yang diberikan pasca persalinan yaitu memeriksa

involus uterus, menilai adanya tanda – tanda infeksius, demam, atau

perdarahan, memastikan ibu mendapatkan cukup makanan dan makanan

tambahan 500 kalori tiap hari, cairan dengan minum sedikitnya 3 liter air
31

putih setiap hari, zat besi dan harus diminum guna menambah zat gizi

setidaknya selama 40 hari, Vit A 200.000 IU sebanyak 2x, 1x setelah

pasca persalinan, dan 1x diberikan setelah 24 jam dengan jarak

pemberian obat yang pertama, istirahat, memastikan ibu menyusui

dengan baik dan benar, perawatan bayi sehari – hari (Muchtar, 2014).

Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya ibu masa nifas terdiri dari

pendarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir,

bengkak pada tangan dan kaki, kejang, demam > 2 hari, payudara

bengkak, merah disertai rasa sakit (Kemenkes RI, 2015).

Menurut penelitian Susilowati (2015), mobilisasi ibu nifas adalah

selang berapa jam setelah persalinan segera bangun dari tempat tidur

untuk bergerak agar lebih kuat dan baik. Manfaat dari mobilisasi yaitu :

meningkatkan sirkulasi dan mencegah resiko trombopeblitis vena,

meningkatkan kerja peristaltik dan kandung kemih, mencegah

komstipasi, klien merasa lebih baik, lebih baik dan lebih sehat,

memungkinkan untuk mengajari ibu merawat atau memelihara anaknya.

Tidak terjadi retensi urin, mempercepat involusi uterus, memperlancar

lochea sehingga menghindari timbunan lochea, mempercepat kembalinya

alat reproduksi, menghindari infeksi. Geraka mobilisasi pada ibu nifas

diantaranya miring kanan atau kiri, menggerakkan kaki, duduk, berdiri

dan turun dari tempat tidur, kekamar mandi dengan berjalan.


32

2. Asuhan Kebidanan Masa Nifas 6 Hari

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, pola hidup). Dilanjut dengan pengkajian data

melalui data objektif.

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011). Pemeriksaan fisik pada

ibu masa nifas 6 hari yaitu lochea adalah lochea sanguilenta yaitu 3 - 7

hari post partum dengan warna merah kuning, dan Involusi uterus

setinggi pertengahan pusat dan simfisis (Muchtar, 2014).

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu


33

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan pada

ibu pasca salin yaitu Ny. I usia 28 tahun P2 A0 post partum 6 hari fase

Taking Hold.

Penatalaksanaan yang diberikan 6 jam pasca persalinan

memastikan persepsi ibu tentang persalinan dan kelahiran bayi, kondisi

payudara, ketidaknyamanan yang dirasakan ibu, istirahat cukup dan tidur

siang ketika bayi tidur (Muchtar, 2014). Menurut Andriyani (2013),

melakukan olahraga senam nifas dapat merangsang kontraksi uterus lebih

baik sehingga untuk meningkatkan tingkat keberhasilan senam nifas

didukung oleh kondisi ibu yang baik, kesadaran dan motivasi tinggi yang

timbul dari diri pasien. Mengajarkan pada ibu tentang teknik pemerahan

dan penyimpanan ASI agar tidak terbuang percuma dengan memerah

payudara ibu di bagian lingkaran hitam diatas puting (areola), lalu

menampung ASI menggunakan gelas kaca/kramik jangan menggunakan

gelas kaca, kemudian simpan ASI lalu jika ASI yang disimpan ingin

diminumkan pada bayi rendam asi menggunakan wadah berisi air hangat,

ASI yang disimpan mampu bertahan 6-8 jam di suhu ruangan, 2-3 hari

didalam kulkas, 2 minggu didalam frezer 1 pintu, 3-4 bulan didalam

frezer 2 pintu (Kemenkes RI, 2015).


34

3. Asuhan Kebidanan Masa Nifas 2 Minggu

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, pola hidup). Menurut Muchtar (2014),

kontrasepsi pasca persalinan yaitu pemanfaatan metode kontasepsi dalam

waktu 42 hari pasca persalinan, alat kontrasepsi di berikan guna

mengontrol jalak kehamilan berikutnya setidaknya selama 2 tahun

selama menginginkan anak lagi. Berbagai macam alat kontrasepsi yang

dapat di gunakan pasca persalinan yang tidak menganggu proses laktasi

yaitu metode : Amenore laktasi (MAL), Kondom, Diafragma,

Spermisida, Hormonal jenis pill dan suntik, Pil KB golongan progestoran

rendah/ suntikan yang hanya mengandung progesteron rendah disuntikan

3 bulan, kontrasepsi yang mengandung estrogen tidak dianjurkan karena

dapat menganggu proses laktasi, Implant (AKBK), IUD (AKDR),

Kontrasepsi Mantap (kontap). Dilanjut dengan pengkajian data melalui

data objektif.
35

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011).Pemeriksaan fisik pada

ibu masa nifas 14 hariyaitu lochea adalah lochea alba yaitu 2 minggu

post partum dengan warna putih, dan Involusi uterus tidak teraba diatas

simfisis (Muchtar, 2014).

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012)., diagnosa kebidanan pada

ibu pasca salin yaitu Ny. I usia 28 tahun P2 A0 post partum 14 hari fase

Latting Go.

Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu dalam kondisi nifas

tepatnya kunjungan KF III pasca salin, asuhan yang diberikan meliputi

menentukan metode KB yang akan digunakan, latihan pengencangan otot

perut, fungsi pencernaan, kontipasi, dan penangananya, menanyakan

pada ibu apakah sudah haid atau belum (Muchtar, 2014). Memberikan
36

informasi tentang kapan bisa melakukan hubungan seksual, hubungan

seksual aman dilakukan ketika darah telah berhenti, luka episiotomi telah

sembuh, lochea telah berhenti, sebaiknya hubungan seksual ditunda

sampai 40 hari karena pada massa itu diharapkan organ – organ tubuh

telah pulih kembali. Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama

nifas berkurang antara lain yaitu : gangguan atau ketidaknyamanan fisik,

kelelahan, ketidak seimbangan hormon, kecemasan berlebih

(Anonymous ,2013).

D. Manajemen Kebidanan pada Neonatus

Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0 – 28 hari. Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai

dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran dimana ada tiga masa yaitu,

Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan

sesudah lahir, Neonatus dini adalah usia 0 – 7 hari dan Neonatus lanjut

adalah usia 7 – 28 hari (Sholicah , 2017). Menurut Dufinz (2014), periode

transisional, Terdapat 3 periode yaitu : periode pertama reaktivitas dimulai

saat setelah lahir berakhir kira – kira 30 menit setelah kelahiran, periode

tidur dimulai setelah 30 menit pertama atau setelah periode pertama bekisar

2 – 4 jam, periode kedua reaktivitas periode ini berlangsung 4 – 6 jam.

1. Asuhan Kebidanan Neonatus 1 jam

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik


37

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, riwayat persalinan, pola hidup). Penilaian sepintas

dengan melihat APGAR Score Menurut Siwi (2015), penilaian awal bayi

baru lahir dilaksanakan segera setelah bayi lahir, menilai dengan 2

indikator kesejahteraan bayi yaitu pernafasan, frekuensi detak jantung

bayi, APGAR meliputi Appearence (warna kulit), Pulse (detak jantung),

Grimace (respon reflek), Activity (tonus otot), Respiration (pernapasan).

Penilaian dimulai dari 5 menit pertama sampai 10 menit

Tabel 2.3. Penilaian APGAR Score


APGAR Score 1 menit 5 menit 10 menit
A :Apperience 0 : Pucat atau biru 0 : Pucat atau biru 0 : Pucat atau biru
(warna kulit) 1 : Tubuh merah 1 : Tubuh merah 1 : Tubuh merah
2 : Seluruh tubuh 2 : Seluruh tubuh 2 : Seluruh tubuh
Merah Merah Merah
P :Puls 0 : Tidak Teraba 0 : Tidak Teraba 0 : Tidak Teraba
(frekuensi jantung) 1 : detak jantung 1 : detak jantung 1 : detak jantung
Dibawah 100, Dibawah 100, Dibawah 100,
2 : Diatas 100, 2 : Diatas 100 2 : Diatas 100
G :Grimace 0 : Tidak ada respon 0 : Tidak ada respon 0 : Tidak ada respon
(reaksi terhadap 1 : Lambat 1 : Lambat 1 : Lambat
Rangsangan) 2 : Menangis kuat 2 : Menangis kuat 2 : Menangis kuat
A :Activity 0 : lemas / lumpuh 0 : lemas / lumpuh 0 : lemas / lumpuh
(tonus otot) 1 : Gerakan sedikit 1 : Gerakan sedikit 1 : Gerakan sedikit
2 : bergerak aktif 2 : bergerak aktif 2 : bergerak aktif
R :Respiration 0 : Tidak ada 0 : Tidak ada 0 : Tidak ada
(pernapasan) 1 : Lambat, tidak 1 : Lambat, tidak 1 : Lambat, tidak
teratur teratur teratur
38

2 : Menangis kuat 2 : Menangis kuat 2 : Menangis kuat


Total
Sumber : Siwi, 2015

Nilai APGAR Skor


1. 0 – 3 : Bayi mengalami Asfiksia Berat
2. 4 – 6 : Bayi mengalami Asfiksia Sedang
3. 7 – 10 : Bayi dalam kondisi Normal

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaandengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011). Menuru Siwi (2015),

pemeriksaan umum terdiri dari LK 33 – 35 cm, LD 30,5 – 33 cm, PB 45

– 50 cm, BB 2500 – 4500 kg, Suhu bayi normal 36,5 – 37,5 o


C, nadi

120 – 140 x/mnt, RR 30 – 60 x/mnt.

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan bayi


39

baru lahir yaitu BY. Ny. I jenis kelamin perempuan, BBL normal 1 jam

fasae tidur.

Pelaksanaan yang diberikan pada 1 jam bayi baru lahir yaitu

memberikan suntik Vit K1 setelah bayi lahir dilakukan secara

intramuskuler dibagian paha kiri anterolateral, memberikan salep mata,

menjaga bayi agar tetap hangat dengan cara dipakaikan topi, setelah

dilakukan IMD bayi dipakaikan baju dan dibedong agar bayi tetap dalam

suhu tubuh bayi yang hangat (Muchtar, 2014).

2. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus 6 jam

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, riwayat persalinan, pola hidup).

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,


40

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011).

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan bayi

yaitu BY Ny. I jenis kelamin perempuan, BBL normal 6 jam fase kedua

reaktivitas .

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada BBL 6 jam antara lain

yaitu memberikan umunisasi Hb-0 berjarak 1 jam setelah pemberian

suntik Vit K1 sebanyak 0,5 ml secara inramuskuler di paha kanan

anterolateral, menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering, menjaga

kebersihan bayi, melakukan pemeriksaan apakah adanya infeksi,

masalah pemberian ASI eksklusif jangan memberikan makanan MPASI,

melakukan penanganan dan rujukan bila diperlukan (Muchtar, 2014).

Memberikan informasi tentang pemberian kolostrum pada bayi baru

lahir, menurut Ratih, (2017) kolostrum adalah susu pertama yang

dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan atau

sirup bening yang mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak

dari pada susu yang matang. Kolostrum dihasilkan pada hari pertama

sampai hari ketiga setelah bayi lahir, kandungan kolostrum (IgG)


41

mengandung banyak karbohidrat, protein, anti bodi dan sedikit lemak.

Sehingga sangat penting sekali memberikan kolostrum pada bayi yang

baru lahir. Karena kolostrum mengandung antibody yang siap

melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan

protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan

protein dalam susu.

3. Asuhan Kebidanan Neonatus 6 hari

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, riwayat persalinan, pola hidup).

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011).


42

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012), diagnosa kebidanan bayi

yaitu BY Ny. I jenis kelamin perempuan, BBL normal 6 jam.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada BBL 6 hari antara lain

yaitu menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering, menjaga kebersihan

bayi, melakukan pemeriksaan apakah adanya infeksi, masalah pemberian

ASI eksklusif jangan memberikan makanan MPASI, melakukan

penanganan dan rujukan bila diperlukan (Muchtar,2014). Menjelaskan

pada ibu tentang tanda bahaya bayi seperti tidak mau menyusu, kejang,

lemah,sesak nafas >60 x/menit, merintih,infeksi tali pusat (Kemenkes RI,

2015).

4. Asuhan Kebidanan Neonatus 2 Minggu

Menurut Heryani (2011), pengkajian dilakukan untuk melakukan

pengkumpulan data dilaksanakan secara langung ke masyarakat baik

berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke masyarakat yaitu

(data objektif). Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

pasien yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien,
43

suami, atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, riwayat persalinan, pola hidup).

Data Objektif adalah data yang diobservasi oleh tenaga kesehatan

berupa hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan test

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assasment. Tanda gejala data ojektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi (Heryani, 2011).

Analisa data dilakukan setelah terkumpulnya data dan yang telah

dicatat, setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan 3 hal yaitu

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Hasil analisis tersebut dirumuskan ibu

dan anak di komuniti. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa kebidanan di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

(Heryani, 2011). Menurut Handayani (2012) Diagnosa kebidanan bayi

yaitu BY Ny. I jenis kelamin perempuan, BBL normal 2 minggu.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada BBL 2 Minggu antara

lain yaitu menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering, menjaga

kebersihan bayi, melakukan pemeriksaan apakah adanya infeksi, masalah

pemberian ASI eksklusif jangan memberikan makanan MPASI,

melakukan penanganan dan rujukan bila diperlukan (Muchtar, 2014).

Menganjurkan pada ibu untuk mengimun isasikan bayinya sesuai dengan

imunisasi dasar lengkap dan membawa bayinya setiap bulan untuk


44

memeriksakan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan memberikan

imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, DPT, POLIO dan Campak

(Kemenkes RI, 2015).

Anda mungkin juga menyukai