Intranatal Care merupakan pengawasan kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
pemantauan perkembangan persalinan (Reed et al., 2016). Intranatal atau persalinan dapat
diartikan sebagai serangkaian tahapan dimana rahim berkontraksi dan tekanan pada perut
meningkat untuk mendorong bayi dan plasenta keluar dari rahim melalui saluran lahir pada
tubuh wanita (Pillitteri, 2003; Lowdermilk & Jensen, 2016). Menurut World Health
Organization, Intranatal care merupakan perawatan medis yang diberikan kepada ibu selama
proses persalinan dan beberapa jam atau hari setelah bayi lahir. Intranatal care bertujuan
untuk memantau kondisi ibu dan bayu, membantu proses kelahiran dengan aman, serta
mencegah atau menangani komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan (WHO, 2018).
Proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah passenger
(janin), passageway (jalan lahir), power (kontraksi), position of the mother (posisi ibu), dan
psychological response (Lowdermilk & Jensen, 2016).
Passenger Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara bayi bergerak menuju
jalan lahir, diantaranya adalah:
1. Ukuran kepala janin, ukuran dan kekakuan kepala janin secara
signifikan mempengaruhi proses persalinan.
Kesimpulan:
Passageway Saluran lahir terdiri dari tulang panggul ibu dan jaringan lunak dari
serviks, dasar pelvis, vagina, dan introitus (pembukaan eksternal vagina).
Panggul tulang ibu memainkan peran yang lebih besar dalam proses
persalinan karena janin harus berhasil menyesuaikan diri dengan saluran
lahir yang relatif kaku. Penentuan ukuran dan bentuk panggul dapat
dilakukan pada kunjungan prenatal awal atau saat masuk ke dalam
persalinan. Informasi ini dapat digunakan dalam penilaian kemajuan
persalinan (Thorp & Laughon, 2014).
Power Kontraksi Rahim, Selama tahap pertama persalinan (dari onset hingga
pembukaan serviks penuh), kontraksi rahim adalah kekuatan utama yang
menggerakkan janin melalui panggul ibu.
Maternal Pushing Efforts, Selama tahap kedua persalinan (dari
pembukaan serviks penuh hingga kelahiran bayi), kontraksi rahim terus
mendorong janin melalui panggul. Selain itu, Ibu akan merasakan
dorongan untuk mendorong dan menekan saat janin meregangkan
vaginanya dan memberikan tekanan pada rektumnya. Voluntary pushing
ibu akan menambah kekuatan kontraksi rahim pada tahap kedua
persalinan. (Murray & McKinney, 2014).
Position of the Posisi tubuh mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi wanita selama
mother persalinan. Perubahan posisi dapat membantu Ibu hamil dalam
mengurangi kelelahan, meningkatkan kenyamanan, dan memperbaiki
sirkulasi darah. Oleh karena itu, Ibu yang sedang bersalin harus didorong
untuk mencari posisi yang paling nyaman bagi dirinya.
Proses persalinan normal adalah proses alami dan fisiologis di mana janin dan
plasenta dikeluarkan dari rahim seorang wanita melalui jalan lahir (WHO,2018). Persalinan
normal dapat terjadi secara spontan dan tanpa komplikasi jika semua faktor yang terlibat,
seperti kontraksi rahim, pembukaan serviks, posisi dan presentasi janin, serta pelvis dan jalan
lahir ibu, berjalan dengan normal. Persalinan normal diindikasikan ketika bayi memiliki
presentasi vertex dan bagian oksiput masuk ke dalam panggul, tanpa memakai alat atau
pertolongan istimewa, tidak melukai ibu dna bayi, dan berlangsung dalam waktu < 24 jam
(Winkjosastro, 2005; Farrer, 2001). Tahap persalinan terbagi menjadi:
Tahap-tahap Kala II
1. Tanya keluhan pada Ibu
2. Periksa TTV ibu
3. Periksa Abdomen. Dilakukan dengan memeriksa TFU yang umumnya akan turun
sedikit karena kepala bayi telah masuk ke panggul. Periksa leopold manuver, pukak,
presentasi kepala, dan auskultasi DJJ.
4. Periksa kontraksi meliputi penghitungan frekuensi, durasi, intensitas, dan relaksasi.
5. Perhatikan visual vulva. Ibu yang siap untuk melahirkan umumnya akan
menunjukan visual labia yang membuka, perineum meregang, dan anus menonjol.
6. Ketika telah ditemukan visual vulva tersebut, gunakan APD lengkap yaitu apron,
goggle, sepatu boots.
7. Pasang perlak. Jika menggunakan perlak, arahkan perlak menuju ember agar darah
jatuh ke ember dan darah yang keluar dapat dihitung cc-nya. Jika pakai pad, timbang
pad setelah pad digunakan.
8. Dekatkan seluruh alat yang diperlukan sebelum menggunakan handscoon (seperti
bengkok, dan alat-alat lain).
9. Periksa kembali pembukaan serviks dimulai dengan menggunakan handscoon steril
dan melakukan vulva hygiene. Ketika pemeriksaan pembukaan dilakukan, umumnya
mulut rahim tidak teraba, pembukaan telah lengkap, teraba presentasi kepala,
penurunan kepala hodge 4, dan ketuban utuh.
10. Minta asisten untuk membuka set steril.
11. Pecahkan ketuban (dalam kondisi Ibu sedang kontraksi) dengan cara memasukan
jari seperti pemeriksaan pembukaan serviks. Minta asisten untuk mengambil ½ Kohr
dari set steril. Susuri bagian tajam ½ Kohr pada jari yang masuk kemudian putar
bagian tajam dan pecahkan ketuban.
12. Cek karakteristik ketuban.
13. Lakukan proses persalinan dengan meminta ibu mengejan, kedua kaki dibuka, dagu
diarahkan ke dada, mulut ditutup, dan mata dibuka.
14. Jika jarak kepala dan perineum semakin dekat atau semakin minimal (jari telah
terjepit), lakukan episiotomy.
15. Usap betadine, ambil gunting. Gunting menyesuaikan kepala bayi dengan arah
mediolateral)
16. Ambil dup dengan cepat dan tahan agar tidak mengalami defleksi.
17. Tarik kepala janin hingga seluruh kepala janin keluar. Minta ibu istirahat.
18. Bersihkan lendir yang terdapat pada hidung, mulut, dan mata menggunakan kasa
steril.
19. Janin akan melakukan gerakan paksi luar. Lakukan pegangan parietal kemudian tarik
ke arah bawah sehingga lahir bahu bayi.
20. Lakukan penarikan kembali dengan menahan area tangan agar tidak terjadi dislokasi
hingga bayi keluar.
21. Nilai BUGAR (Tonus, warna kulit, pernapasan)
22. Letakan handuk pada perut Ibu, kemudian taruh bayi di atasnya. Keringkan bayi
(biarkan telapak kaki dan telapak tangan tetap basah).
23. Lepas handuk, dan taruh bayi pada kulit Ibu agar bayi hangat.
24. Bersihkan mulut kemudian hidung.
25. Nilai APGAR menit pertama. (Appearances, Pulses, Grimace, Activity, Respiration)
26. Minta Asisten untuk menyuntik oksitosin pada vastus lateralis.
27. Tunggu hingga tali pusat berhenti berdenyut, kemudian lakukan klem.
28. Bersihkan area tali pusat. Lakukan klem pada tali pusat 5 cm di atas pusat bayi.
Lakukan klem kembali pada sisi lainnya.
29. Ikat tali kemudian lepas klem. Putus tali pusat.
30. Balutkan tali pusat yang ada pada bayi dengan kasa.
31. Lakukan penilaian APGAR menit ke 5
32. Berikan bayi pada ibu untuk IMD dan selimuti.
33. Lakukan TTV pada Ibu.
Farrer, L. (2001). The place of birth: Literature review. London: National Childbirth Trust.
Joanne, M. K., & Care, M. (2019). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing
& childrearing family (8th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2016). Maternity and women's health care. Elsevier
Health Sciences.
Murray, S. S., & McKinney, E. S. (2014). Foundations of maternal-newborn and women's
health nursing (7th ed.). Elsevier Mosby.
Pillitteri, A. (2003). Maternal and child health nursing: Care of the childbearing and
childrearing family. Lippincott Williams & Wilkins.
Reed, R. G., Jaglom, W. S., & Baskin, L. B. (2016). The efficacy of mindfulness-based
interventions during pregnancy and childbirth: A meta-analysis. Journal of Obstetric,
Gynecologic, & Neonatal Nursing, 45(1), 78-89. doi: 10.1016/j.jogn.2015.09.002
Thorp, J. M., & Laughon, S. K. (2014). Clinical aspects of normal and abnormal labor. In S.
G. Gabbe, J. R. Niebyl, J. L. Simpson, & M. B. Landon (Eds.), Obstetrics: Normal
and Problem Pregnancies (7th ed., pp. 339-368). Elsevier.
Winkjosastro, H. (2005). Peranan keluarga dalam pelayanan kesehatan reproduksi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
World Health Organization. (2018). WHO recommendations on intrapartum care for a
positive childbirth experience. Geneva: World Health Organization.