Anda di halaman 1dari 10

Intranatal Care

Nadya Rasha Hafira, 2006464890, Praktikum Maternal

Intranatal Care merupakan pengawasan kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
pemantauan perkembangan persalinan (Reed et al., 2016). Intranatal atau persalinan dapat
diartikan sebagai serangkaian tahapan dimana rahim berkontraksi dan tekanan pada perut
meningkat untuk mendorong bayi dan plasenta keluar dari rahim melalui saluran lahir pada
tubuh wanita (Pillitteri, 2003; Lowdermilk & Jensen, 2016). Menurut World Health
Organization, Intranatal care merupakan perawatan medis yang diberikan kepada ibu selama
proses persalinan dan beberapa jam atau hari setelah bayi lahir. Intranatal care bertujuan
untuk memantau kondisi ibu dan bayu, membantu proses kelahiran dengan aman, serta
mencegah atau menangani komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan (WHO, 2018).
Proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah passenger
(janin), passageway (jalan lahir), power (kontraksi), position of the mother (posisi ibu), dan
psychological response (Lowdermilk & Jensen, 2016).

Passenger Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara bayi bergerak menuju
jalan lahir, diantaranya adalah:
1. Ukuran kepala janin, ukuran dan kekakuan kepala janin secara
signifikan mempengaruhi proses persalinan.

2. Presentasi Janin, yaitu bagian janin yang memasuki lubang panggul


pertama kali. Tersusun atas Vertex, Military, Brow, dan Face.
3. Fetal Lie atau Letak janin, merujuk pada orientasi janin di dalam
rahim. Posisi paling umum adalah posisi longitudinal atau vertikal
dimana janin sejajar dengan tulang belakang ibu. Posisi janin adalah
aspek penting karena dapat mempengaruhi proses persalinan dan
dapat meningkatkan resiko komplikasi selama persalinan.

(Murray & McKinney, 2014)


4. Fetal Attitude. Janin mengambil posisi khas dalam rahim karena janin
menyesuaikan diri dengan bentuk rongga uterus. Umumnya janin
membentuk general flexion dimana punggung janin meringkuk, dagu
ditekuk ke dada, paha ditekuk ke perut, lutut kaki tertekuk, tangan
dilipat di atas dada, dan tali pusat berada di antara tangan dan kaki.

(Murray & McKinney, 2014)


5. Fetal Position
● Right or Left
● Merujuk pada titik mana yang masuk ke panggul ibu, sakrum,
mentum, atau sinziput.
● Anterior/Posterior/Transversal

Kesimpulan:

(Lowdermilk & Jensen, 2016).


(Murray & McKinney, 2014)

Passageway Saluran lahir terdiri dari tulang panggul ibu dan jaringan lunak dari
serviks, dasar pelvis, vagina, dan introitus (pembukaan eksternal vagina).
Panggul tulang ibu memainkan peran yang lebih besar dalam proses
persalinan karena janin harus berhasil menyesuaikan diri dengan saluran
lahir yang relatif kaku. Penentuan ukuran dan bentuk panggul dapat
dilakukan pada kunjungan prenatal awal atau saat masuk ke dalam
persalinan. Informasi ini dapat digunakan dalam penilaian kemajuan
persalinan (Thorp & Laughon, 2014).
Power Kontraksi Rahim, Selama tahap pertama persalinan (dari onset hingga
pembukaan serviks penuh), kontraksi rahim adalah kekuatan utama yang
menggerakkan janin melalui panggul ibu.
Maternal Pushing Efforts, Selama tahap kedua persalinan (dari
pembukaan serviks penuh hingga kelahiran bayi), kontraksi rahim terus
mendorong janin melalui panggul. Selain itu, Ibu akan merasakan
dorongan untuk mendorong dan menekan saat janin meregangkan
vaginanya dan memberikan tekanan pada rektumnya. Voluntary pushing
ibu akan menambah kekuatan kontraksi rahim pada tahap kedua
persalinan. (Murray & McKinney, 2014).

Position of the Posisi tubuh mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi wanita selama
mother persalinan. Perubahan posisi dapat membantu Ibu hamil dalam
mengurangi kelelahan, meningkatkan kenyamanan, dan memperbaiki
sirkulasi darah. Oleh karena itu, Ibu yang sedang bersalin harus didorong
untuk mencari posisi yang paling nyaman bagi dirinya.

Psychological Reaksi psikologis seorang wanita selama persalinan dipengaruhi oleh


response faktor seperti kecemasan, latar belakang budaya, harapan, pengalaman
hidup pribadi, dan dukungan yang diterima.

Proses persalinan normal adalah proses alami dan fisiologis di mana janin dan
plasenta dikeluarkan dari rahim seorang wanita melalui jalan lahir (WHO,2018). Persalinan
normal dapat terjadi secara spontan dan tanpa komplikasi jika semua faktor yang terlibat,
seperti kontraksi rahim, pembukaan serviks, posisi dan presentasi janin, serta pelvis dan jalan
lahir ibu, berjalan dengan normal. Persalinan normal diindikasikan ketika bayi memiliki
presentasi vertex dan bagian oksiput masuk ke dalam panggul, tanpa memakai alat atau
pertolongan istimewa, tidak melukai ibu dna bayi, dan berlangsung dalam waktu < 24 jam
(Winkjosastro, 2005; Farrer, 2001). Tahap persalinan terbagi menjadi:

a. Tahap 1 / First Stage / Kala 1


Ditandai dengan adanya keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
membuka. Tahap pertama persalinan dianggap dimulai dari awal kontraksi uterus yang
teratur hingga serviks benar-benar tipis dan terbuka seluruhnya (10 cm) (Lowdermilk &
Jensen, 2016). Merupakan tahap pembukaan serviks yang dimulai dengan kontraksi
persalinan yang sesungguhnya dan berakhir saat serviks terbuka seluruhnya (Joanne &
Care, 2019). Tiga fase yang terdapat pada tahap pertama adalah fase laten, aktif, dan
transisi. Setiap fase ditandai dengan perubahan perilaku ibu. Perilaku tersebut bervariasi
tergantung pada persiapan ibu, penggunaan keterampilan coping, dan penggunaan
obat-obatan.

Tahap Tahap Kala I


Pertolongan persalinan normal umumnya dilakukan ketika Ibu sudah masuk ruang
bersalin. True Labor adalah kondisi ketika mulas ibu sudah teratur (setiap jam ada).
Kontraksi Braxton His, kontraksi belum teratur. Tanda dan gejalanya sudah ada keluar
lendir bercampur darah dari vagina.
1. Salam terapeutik, cek identitas pasien
2. Perkenalkan diri, jelaskan tujuan. U memastikan kondisi ibu dan janin dalam kondisi
baik, membantu persalinan.
3. Tanya keluhan. Minta pasien beri tahu kalau di pemeriksaan ada keluhan.
4. Lakukan pemeriksaan TTV (Suhu, TD, Nadi)
5. Lakukan pemeriksaan Head-to-toe:
6. Lihat bagian kepala ibu: rambut (penyebaran rambut, rontok ga, berminyak ga),
mata (cek apakah ibu alami anemia, sklera ikterik, cek dilatasi pupil), hidung
(periksa apakah ada kotoran), mulut (periksa ada lesi atau sariawan ga, bibir lembab
ga, giginya bolong ga, ada karies ga, ada pembesaran tonsil ga), telinga (serumen,
kebersihan), leher (pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid)
7. Lakukan pemeriksaan dada. Inspeksi (kesimetrisan, areola menghitam, puting
menonjol, kloasma / hiperpigmentasi, spider navy / pembuluh darah vena yang
terlihat, striae). Auskultasi (suara nafas dan jantung) the rest of all hampir sama kaya
ANC. Palpasi (4 kuadran, teraba penuh, tidak ada benjolan, cek pengeluaran susu /
kolostrum)
8. Pemeriksaan kelenjar getah bening pada ketiak
9. Pemeriksaan Abdomen. Inspeksi (Perut membesar, linea nigra, striae gravidarum),
palpasi (minta ibu menekuk lutut dan buang air kecil, pengukuran TFU, Leopold
Manuver, DJJ) Notes : Leopold 4 kaki diluruskan.
10. Lakukan pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ). DJJ lebih baik menghadap ke
Ibu, tapi kalo susah gapapa ke kaki.
11. Observasi kemajuan persalinan dengan memeriksa kontraksi atau his. Dilakukan
dengan meletakan telapak tangan (3 jari) pada fundus untuk meraba adanya his
(Kontraksi kuat : otot abdomen ibu teraba sangat kencang, Kontraksi sedang : otot
masih bisa digeser). 1 durasi kontraksi = otot abdomen terasa kontraksi kencang
kemudian menurun, HITUNG WAKTUNYA. Kontraksi dihitung selama 10 menit
dan dilihat berapa kali durasi serta waktu masing masing durasi. Periksa 4 hal,
frekuensi, durasi, intensitas (kuat atau tidaknya kontraksi), relaksasi.
12. Lakukan pemeriksaan kaki. Lihat ada pembengkakan atau oedema atau ngga, ada
varises atau ngga (paling umum daerah betis). Lakukan pemeriksaan refleks patella
(Wajib kalo TD nya tinggi banget, biasanya hyper reflexnya takut pre eclampsia)
13. Lakukan pemeriksaan dalam. Tujuan: Mengetahui kemajuan persalinan melalui jalur
lahir ibu. Tangan saya (dua jari) akan saya masukan ke kemaluan Ibu, rasanya akan
tidak nyaman, bisa dibantu teknik nafas dalam.
14. Pemeriksaan dalam dilakukan ketika tidak ada kontraksi.
15. Taro alas, siapkan alat (alas, bengkok, kapas dtt, sarung tangan bersih).
16. Lakukan vulva hygiene. Ambil 5 kapas sublimat (Mulai dari labia mayora kiri -
kanan, minora kiri- kanan, area vestibular, arah atas ke bawah). Gunakan sarung
tangan steril saat pemeriksaan dalam. Masukan jari tengah ke kedalam kemaluan
ibu dan tangan lainnya menahan area fundus (tidak dalam kondisi kontraksi), kalo
jari tengah sudah masuk, masukin jari telunjuk. Pada saat pemeriksaan, perawat
akan merasakan mulut rahim (tebal tipis lunak keras), kemudian lihat pembukaan
berapa cm (mirror satu tangan lainnya), selaput ketuban (kalo masih utuh kaya balon
air), presentasi bayi (rasain apa yang ditemukan umumnya ubun ubun kecil),
penurunan kepala (hodge berapa), cek ada hambatan jalan lahir atau ngga (polip,
tumor, dll). Saat mengeluarkan tangan, biasanya akan berlendir dan berdarah. Kalo
ada mekonium, berarti keadaan sudah gawat).
17. Terminasi ke pasien, beritahu hasil pembukaan ke berapa. Pembukaan lengkap itu
10cm. Sarankan jalan jalan bersama suami, kalo cape istirahat, banyakin posisi ke
kiri (biar aliran darah bayi ga terhambat).
18. Sarankan Ibu untuk makan yang banyak karena perlu energi ketika mengejan.
19. Kalo udah pembukaan lengkap biasanya akan muncul rasa mau pup atau rasa mau
mengejan. Pada saat itu, lakukan posisi setengah duduk, dan lutut ditekuk (litotomi).

b. Tahap 2 / Second Stage / Kala II


Kala II dimulai ketika serviks telah berdilatasi secara penuh dan diakhiri dengan lahirnya
sang bayi. Kala II ditandai dengan bertambahnya frekuensi mulas pada Ibu serta presensi
lendir yang keluar lebih banyak.

Tahap-tahap Kala II
1. Tanya keluhan pada Ibu
2. Periksa TTV ibu
3. Periksa Abdomen. Dilakukan dengan memeriksa TFU yang umumnya akan turun
sedikit karena kepala bayi telah masuk ke panggul. Periksa leopold manuver, pukak,
presentasi kepala, dan auskultasi DJJ.
4. Periksa kontraksi meliputi penghitungan frekuensi, durasi, intensitas, dan relaksasi.
5. Perhatikan visual vulva. Ibu yang siap untuk melahirkan umumnya akan
menunjukan visual labia yang membuka, perineum meregang, dan anus menonjol.
6. Ketika telah ditemukan visual vulva tersebut, gunakan APD lengkap yaitu apron,
goggle, sepatu boots.
7. Pasang perlak. Jika menggunakan perlak, arahkan perlak menuju ember agar darah
jatuh ke ember dan darah yang keluar dapat dihitung cc-nya. Jika pakai pad, timbang
pad setelah pad digunakan.
8. Dekatkan seluruh alat yang diperlukan sebelum menggunakan handscoon (seperti
bengkok, dan alat-alat lain).
9. Periksa kembali pembukaan serviks dimulai dengan menggunakan handscoon steril
dan melakukan vulva hygiene. Ketika pemeriksaan pembukaan dilakukan, umumnya
mulut rahim tidak teraba, pembukaan telah lengkap, teraba presentasi kepala,
penurunan kepala hodge 4, dan ketuban utuh.
10. Minta asisten untuk membuka set steril.
11. Pecahkan ketuban (dalam kondisi Ibu sedang kontraksi) dengan cara memasukan
jari seperti pemeriksaan pembukaan serviks. Minta asisten untuk mengambil ½ Kohr
dari set steril. Susuri bagian tajam ½ Kohr pada jari yang masuk kemudian putar
bagian tajam dan pecahkan ketuban.
12. Cek karakteristik ketuban.
13. Lakukan proses persalinan dengan meminta ibu mengejan, kedua kaki dibuka, dagu
diarahkan ke dada, mulut ditutup, dan mata dibuka.
14. Jika jarak kepala dan perineum semakin dekat atau semakin minimal (jari telah
terjepit), lakukan episiotomy.
15. Usap betadine, ambil gunting. Gunting menyesuaikan kepala bayi dengan arah
mediolateral)
16. Ambil dup dengan cepat dan tahan agar tidak mengalami defleksi.
17. Tarik kepala janin hingga seluruh kepala janin keluar. Minta ibu istirahat.
18. Bersihkan lendir yang terdapat pada hidung, mulut, dan mata menggunakan kasa
steril.
19. Janin akan melakukan gerakan paksi luar. Lakukan pegangan parietal kemudian tarik
ke arah bawah sehingga lahir bahu bayi.
20. Lakukan penarikan kembali dengan menahan area tangan agar tidak terjadi dislokasi
hingga bayi keluar.
21. Nilai BUGAR (Tonus, warna kulit, pernapasan)
22. Letakan handuk pada perut Ibu, kemudian taruh bayi di atasnya. Keringkan bayi
(biarkan telapak kaki dan telapak tangan tetap basah).
23. Lepas handuk, dan taruh bayi pada kulit Ibu agar bayi hangat.
24. Bersihkan mulut kemudian hidung.
25. Nilai APGAR menit pertama. (Appearances, Pulses, Grimace, Activity, Respiration)
26. Minta Asisten untuk menyuntik oksitosin pada vastus lateralis.
27. Tunggu hingga tali pusat berhenti berdenyut, kemudian lakukan klem.
28. Bersihkan area tali pusat. Lakukan klem pada tali pusat 5 cm di atas pusat bayi.
Lakukan klem kembali pada sisi lainnya.
29. Ikat tali kemudian lepas klem. Putus tali pusat.
30. Balutkan tali pusat yang ada pada bayi dengan kasa.
31. Lakukan penilaian APGAR menit ke 5
32. Berikan bayi pada ibu untuk IMD dan selimuti.
33. Lakukan TTV pada Ibu.

c. Tahap 3 / Third Stage / Kala III


Umumnya perutnya masi tinggi setinggi pusat. lepas plasenta kalau dia sudah lepas.
1. Sebelum diberikan oksitosin, lakukan pemeriksaan bahwa kehamilan ini merupakan
kehamilan tunggal dan pastikan tidak ada bayi kedua.
2. Periksa apakah kandung kemih Ibu penuh, jika penuh, bantu keluarkan
menggunakan kateter sebelum mengeluarkan plasenta.
3. Berikan oksitosin 10 IU. → Dilakukan dengan cara: injeksi oksitosin 10 IU melalui
injeksi intramuskular pada ⅓ bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis) dalam
satu menit pertama setelah bayi lahir. → Tujuan: menyebabkan uterus berkontraksi
dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan
mengurangi kehilangan darah.
4. Melakukan peregangan tali pusat terkendali. (Prasat Kustner) → Dilakukan dengan
cara: membuat klem pada tali pusat yang diletakkan sekitar 5 hingga 10 cm di depan
vulva. Satu tangan ditaruh di atas simfisis pubis dan tangan lainnya memegang klem
di dekat vulva. Dengan satu tangan, tarik tali pusat dan dengan tangan yang lain
tekan perut bagian atas ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan
dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya inversio uteri. → Tujuan: Satu tangan
merangsang kontraksi, dan satu tangan merasakan uterus berkontraksi ketika
melepas plasenta. Lahirkan plasenta dengan lembut. Ketika plasenta terlihat di
introitus vagina, angkatlah pusat plasenta ke atas dan tahanlah plasenta dengan
tangan yang lain. Selanjutnya, putarlah plasenta dengan lembut hingga selaput
ketuban terpilin menjadi satu. Bersihkan area vulva. Minta asisten untuk eksplorasi
kelengkapan plasenta, dengan cara: Memeriksa Area Maternal Plasenta, lihat apakah
kotiledon lengkap dan lihat apakah terdapat perubahan warna. Memeriksa Area
Fetal plasenta, lihat kelengkapan kotiledon. Ukur tali pusat dengan tambahan 5 cm.
Perhatikan tali pusat bahwa tali pusat mengandung dua arteri dan satu vena.
Timbang plasenta dan tali pusat lalu catat.
5. Bila plasenta tidak lengkap: Bila selaput ketuban robek, gunakan klem untuk
menarik sisa selaput tersebut. Bila jumlah kotiledon tidak lengkap, lakukan
eksplorasi digital/manual dalam cavum uteri untuk mengeluarkan jaringan yang
tertinggal.
6. Masase Fundus Uteri. → Dilakukan dengan cara melakukan masase uteri segera
setelah plasenta lahir menggunakan empat jari pada area fundus ibu.
7. Periksa kembali uterus 1-2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi.
8. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama post partum dan
setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Farrer, L. (2001). The place of birth: Literature review. London: National Childbirth Trust.
Joanne, M. K., & Care, M. (2019). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing
& childrearing family (8th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2016). Maternity and women's health care. Elsevier
Health Sciences.
Murray, S. S., & McKinney, E. S. (2014). Foundations of maternal-newborn and women's
health nursing (7th ed.). Elsevier Mosby.
Pillitteri, A. (2003). Maternal and child health nursing: Care of the childbearing and
childrearing family. Lippincott Williams & Wilkins.
Reed, R. G., Jaglom, W. S., & Baskin, L. B. (2016). The efficacy of mindfulness-based
interventions during pregnancy and childbirth: A meta-analysis. Journal of Obstetric,
Gynecologic, & Neonatal Nursing, 45(1), 78-89. doi: 10.1016/j.jogn.2015.09.002
Thorp, J. M., & Laughon, S. K. (2014). Clinical aspects of normal and abnormal labor. In S.
G. Gabbe, J. R. Niebyl, J. L. Simpson, & M. B. Landon (Eds.), Obstetrics: Normal
and Problem Pregnancies (7th ed., pp. 339-368). Elsevier.
Winkjosastro, H. (2005). Peranan keluarga dalam pelayanan kesehatan reproduksi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
World Health Organization. (2018). WHO recommendations on intrapartum care for a
positive childbirth experience. Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai