Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang


diberikan saat hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar
proses alamiah tetap berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal
sehingga komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara
dini serta ditangani secara memadai. Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik
atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang dapat
membahayakan kehidupan ibu atau janinnya.
Pemeriksaan ANC dilakukan oleh tenaga kesehatan, secara profesional
akan memberikan pelayanan sebaik mungkin agar ibu hamil merasa puas atas
pelayanan yang diberikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhiseseorang merasa
puas atas pelayanan di suatu tempat, termasuk di RB seperti pengalaman bidan selama
proses pemeriksaan, fasilitas yang lengkap, kemudahan lokasi RB yang mudah
dijangkau, tarif yang kompetitif, kecepatan dalam melakukan pemeriksaan keramahan
bidan dalam pelayanan ANC dan persalinan.
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk.,2002).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik
fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik
tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan
integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya
pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anternatal Care


Pertolongan persalinan bukanlah hal yang terpenting lagi untuk keselamatan
ibu dan anak. Persalinan meminta faal optimal dari alat kandungan maka sangat
diperlukan persiapan fisik dan mental sebelum persalinan. Wanita hamil tidak
hanya memerlukan kesehatan optimal menjelang persalinan, tetapi sejak hamil ia
harus sesehat-sehatnya karena kesehatan ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan
anak dalam kandungan. Maka jelas wanita harus segera memeriksakan diri sejak
ia merasa hamil.
ANC (Ante Natal Care) ialah perawatan fisik mental sebelum persalinan atau
pada masa hamil. ANC bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal yang
kurang baik bagi ibu dan anak.
Antepartum care berarti perawatan sebelum anak lahir, jadi perawatan dalam
kehamilan dan lebih ditujukan pada keadaaan ibu. Prenatal care berarti perawatan
sebelum anak lahir, jadi perawatan yang terutama ditujukan terhadap anak dalam
kehamilan dan dalam kala I dan kala II persalinan.
Dalam praktek tidak dibedakan antara kedua istilah, jadi Ante Pertum Care
(APC) ditujukan pada ibu dan anak.

B. Maneuver Leopold Dan Menghitung DJJ

1. Maneuver Leopold
a. Leopold I
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada
dalam fundus uteri.
 Prosedur
 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap ke arah
kepala ibu
 Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak
fundus uteri
 Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong
atau kepala atau kosong).
 Hasilnya adalah jika kepala janin yang berada di fundus, maka
palpasi akan teraba bulat, keras dan dapat digerakkan
(Ballotement). Jika bokong yg terletak difundus, maka
pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih
besar dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta
fundus terasa penuh. Pada letak lintang, palpasi di daerah
fundus akan terasa kosong.

 Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan


Menentukan usia kehamilan:

- Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2


jari di atas simpisis.

- Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di


antara simpisis dan pusat.

- Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari


di bawah pusat.

- Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat


di pusat.

- Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari


di atas pusat.

- Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di


pertengahan antara prosesus xipoideus dan pusat
- Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari
di bawah prosesus xipoideus
- Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di
pertengahan antara prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan
konfirmasi dengan wawancara dengan pasien untuk
membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).
b. Leopold II
Bertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupunkaki
janin pada kedua sisi perut ibu.
 Prosedur
 Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan
lakukan tekanan yang lembut tetapi cukup dalam untuk meraba
dari kedua sisi
 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap kepala ibu
 Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah
sampai di samping kiri dan kanan umbilikus

 Secara berlahan geser jari –jari dari satu sisi ke sisi lain untuk
menentukan pada sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki

 Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi


auskultasi DJJ nantinya.

 Hasilnya adalah bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu


benda yang keras pada beberapa bagian lunak dengan bentuk
teratur, sedangkan bila teraba adanya bagian –bagian kecil yang
teratur dan mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak
dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan dan
lutut. Bila punggung janin tidak terabadi kedua sisi mungkin
punggung janin berada pada sisi yang sama dengan punggung
ibu (posisi posterior).

c. Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah
menyentuh pintu atas panggul.
 Prosedur
 Lutut ibu dalam keadaan fleksi
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati –hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi ibu. Coba untuk
menilai bagian janin apa yang berada di sana.
 Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk
tangan kanan
 Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah
bagian tersebut sudah mengalami engagement atau belum
 Hasilnya adalah apabila bagian janin dapat digerakkan ke arah
kranial ibu, maka bagian terbawah dari janin belum melewati
pintu atas panggul. Bila kepala yang berada di bagian terbawah,
coba untuk menggerakkan kepala . bila kepala tidak dapat
digerakkan lagi, maka kepala sudah engaged dan bila tidak
dapat diraba adanya kepala atau bokong, maka letak janin
adalah melintang.
d. Leopold IV
Untuk menentukan presentasi dan engagement(sampai berapa jauh
derajat desensus janin dan mengetahui seberapa bagian kepala janin masuk
ke pintu atas panggul).
 Prosedur
 Pemeriksa menghadap ke kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada
posisi fleksi
 Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen
dan coba untuk menekan ke arah pintu atas panggul
 Hasil yang didapat pada dasarnya sama dengan pemeriksaan
Leopold III, menilai bagian janin terbawah yang berada di
dalam panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut
masuk melalui pintu atas panggul.

2. Menghitung DJJ (Denyut Jantung Janin)


Pemeriksaan denyut jantung janin dapat terdeteksi menggunakan
ultrasonografi (USG) sejak usia kehamilan 12-16 minggu, kalau menggunakan
fetoskope dapat terdeteksi sejak usia kehamilan 18-20 minggu, sedangkan bila
menggunakan monoaural dari pinard dapat terdeteksi setelah usia kehamilan
24 minggu. Frekuensi denyut jantung janin / DJJ yang normal teratur kira-kira
120-160 denyut per menit. Cara penghitungannya adalah 5 menit pertama
dihitung 5 menit kedua istirahat , 5 menit ketiga dihitung 5 menit keempat
istirahat, 5 menit kelima dihitung lalu dijumlahkan dikalikan 4.
N 5 detik 5 detik 5 detik keterangan
o pertama ketiga kelima
1 11 12 11 Teratur frekuensi 136/menit janin baik
2 detik detik detik Tidak teratur frekuensi 132/menit janin asphyxia
3 10 14 09 Teratur frekuensi 92/menit janin asphyxia
detik detik detik
08 07 08
detik detik detik

C. Menentukan Usia Kehamilan

Menentukan usia kehamilan yang akurat dapat dilakukan dengan 3 metode


yaitu
a. Metode Rumus Neagle
Metode Rumus Neagle digunakan untuk menghitung usia kehamilan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga tanggal saat
anamnese dilakukan. Rumus Neagle memperhitungkan usia kehamilan
berlangsung selama 280 hari (40 minggu). Usia kehamilan ditentukan
dalam satuan minggu. Selain umur kehamilan, dengan rumus Neagle dapat
diperkirakan pula hari perkiraan persalinan/lahir (HPL). Namun rumus ini
hanya bisa digunakan untuk ibu yang siklus haidnya teratur. Cara
menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL):
1. Apabila HPHT pada bulan Januari dan pertengahan Maret (Sebelum
dari tanggal 25) menggunakan rumus = +7 +9 +0
Contoh : HPHT : 6 Januari 2013 = 6 / 1 / 2013 = +7 +9 +0, Jadi
HPLnya = 13 / 10 / 2013 (13 Okt 2013).
2. Apabila HPHT lebih dari pertengahan Maret (Dari tanggal 25 dan
selebihnya) dan bulan seterusnya sampai akhir Desember
menggunakan rumus = +7 -3 +1
Contoh : HPHT : 8 Juli 2013 = 8 / 7 / 2013 =+7 -3 +1, Jadi HPLnya =
15 / 4 / 2014 (15 Apr 2014).
b. Metode Pengukuran TFU
Metode pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) dapat dilakukan
dengan menggunakan pita ukur. Titik nol pita pengukur diletakkan pada
tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah
abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang
terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
setelah 22-24 minggu kehamilan. Penghitungan dikalkulasi sebagai
berikut:
Tinggi fundus (cm) x 2/7 (atau +3,5) = durasi kehamilan dalam
bulan
Atau
Tinggi fundus (cm) x 8/7 = durasi kehamilan dalam minggu

c. Metode Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic
(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan bagian-bagian dalam tubuh
manusia, dimana dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan
serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Penentuan usia kehamilan
dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:
 Mengukur diameter kantong kehamilan pada kehamilan 6-12
minggu.
 Mengukur jarak kepala bokong pada kehamilan 7-14 minggu.
 Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih 12
minggu.

D. Menghitung Tafsiran Partus


Setelah diagnosis hamil pertanyan pertama wanita biasanya adalah kapan ia
akan melahirkan. Tanggal ini secara tradisional diberi istilah tanggal perkiraan
persalinan (estimated date of confinement [EDCI]). Untuk memberikan wanita
perspsi yang lebih positif tentang persalinan dan melahirkan, biasanya digunakan
istilah tanggal perkiraan partus (TPP) (estimated date of birth). Karena tanggal
konsepsi yang pasti biasanya merupakan dugaan, maka banyak formula atau
aturan yang diusulkan untuk menghitung TPP. Tidak ada aturan yang sempurna,
namun aturan nagele memberi hasil yang cukup akurat, sehingga menjadi metode
yang biasa dipakai.
Aturan nagele sebagai berikut: tambahkan tujuh hari pada hari pertama
periode menstruasi terakhir (PMT), bulan PMT dikurangi tiga bulan, dan
tambahkan satu pada tahun PMT. Misalnya , pada hari pertama PMT adalah 10
maret 2011, maka TPP jatuh pada tanggal 17 desember 2012. Cara yang mudah
ialah menambahkan tujuh hari pada tanggal PMT dan menghitung sembilan bulan
ke depan.
Aturan nagele didasarkan pada anggapan siklus menstruasi 28 hari dan
kehamilan terjadi pada hari ke-14 siklus tersebut. Penyesuaian harus dilakukan,
jika siklus lebih panjang atau lebih pendek dari 28 hari. Dengan mrnggunakan
aturan nagele, hanya sekitar 4 % sampai 10% wanita hamil melahirkan spontan
pada TPP. Kebanyakan wanita melahirkan tujuh hari sebelum TPP sampai tujuh
hari setelah TPP.
E. Menghitung Tafsiran Berat Janin

No Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan Taksiran BB


Janin
1 1-2 jari di atas symphisis (12 cm) 3 bln (12 minggu) -
2 Pertengahan antara symphisis dan pusat 4 bln (16 minggu) 620 gr
(16 cm)
3 3 jari di bawah pusat (20 cm) 5 bln (20 minggu) 1240 gr
4 Setinggi pusat (24 cm) 6 bln (24 minggu) 1860 gr
5 3 jari di atas pusat (28 cm) 7 bln (28 minggu) 2480 gr
6 Pertengahan prosesus xyhpoideus dan 8 bln 932 3100 gr
pusat minggu)
7 (32 cm) 3720 gr
8 3 jari di bawah prosesus xyhpoideus (36) 9 bln (36 minggu) 4340......................

Pertengahan prosesus xyhpoideus dan 10bln(40 minggu)


pusat (40 cm)

F. Melakukan Pemeriksaan Dalam (VT)


G. Mengenal Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya


bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/ periode antenatal, yang apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Pusdiknakes,2003).
Menurut Kusmiyati dkk, 2008, kehamilan merupakan hal yang fisiologis.
Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu
asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini
yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin
terjadi selama hamil.
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-
12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi
kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena
kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan
adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik
terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.
 Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I, Trimester II,
Trimester III
1. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0 – 12 minggu)
a. Perdarahan Pada Kehamilan Muda.
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah
terjadinya Perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia
kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian
abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan pada
kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, setiap terjadinya perdarahan pada
kehamilan maka harus selalu berfikir tentang akibat dari
perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan
kehamilan (Hadijanto, 2008).
 Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram (Hadijanto, 2008).
Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu
dikarenakan abortus (5%). Berdasarkan jenisnya Sujiyatini
dkk (2009) menyebutkan abortus dibagi menjadi:
 Abortus Imminens (threatened)
Suatu abortus imminens dicurigai bila terdapat
pengeluaran vagina yang mengandung darah, atau
perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan.
Suatu abortus iminens dapat atau tanpa disertai rasa mules
ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri
pinggang bawah. Perdarahan pada abortus imminens
seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung
beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan vagina pada
kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan
serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time
ultrasound pada panggul menunjukkan ukuran kantong
amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong
amnion kosong, serviks tertutup, dan masih terdapat janin
utuh.
 Abortus Insipien (inevitable)
Merupakan suatu abortus yang tidak dapat
dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin
dan adanya pembukaan serviks. Pada keadaan ini
didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolek
uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina
memperlihatkan dilatasi osteum serviks dengan bagian
kantung konsepsi menonjol. Hasil Pemeriksaan USG
mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut,
kantung gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5
minggu) atau perdarahan subkorionik banyak di bagian
bawah.
 Abortus Incompletus (incomplete)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, canalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari osteum uteri
eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis
dan ireguler.

 Abortus Completus (complete)


Pada abortus completus semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,
osteum uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji
kehamilan menjadi negatif. Pada Pemeriksaan USG
didapatkan uterus yang kosong.
 Missed Abortion
Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih.
 Abortus Habitualis (habitual abortion)
Adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga
kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar
menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28
minggu.
b. Kehamilan ektopik
Adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba
Fallopii). Kejadian kehamilan ektopik tidak sama diantara senter
pelayanan kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis
seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel
telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium
tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai
kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila
kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri
dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi
kehamilan ektopik terganggu (Hadijanto, 2008).
Tanda dan gejala pada kehamilan muda, dapat atau tidak ada
perdarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Berat
atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum. Dari Pemeriksaan fisik didapatkan
rahim yang juga membesar, adanya tumor didaerah adneksa.
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen. Dari Pemeriksaan dalam serviks teraba lunak, nyeri
tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri.
c. Mola hidatidosa
Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik,
molahidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung
putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm.
Menurut Hadijanto (2008) pada permulaannya gejala mola
hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa yaitu
mual, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya
sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga
pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Ada
pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar
walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini
perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu
dipikirkan kemungkinan adanya dying mole. Perdarahan
merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah
yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala
perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai
ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bias
intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga
menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini
umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.
d. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada
kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini
biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10
minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai
menggangguaktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih
buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Wiknjosastro, 2002,
p.275).
e. Selaput kelopak mata pucat.
Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya
saling berinteraksi. Anemia pada trimester I bisa disebabkan karena
mual muntah pada ibu hamil dan perdarahan pada ibu hamil
trimester I (Saifuddin, 2002, p.281).
f. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI
tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi (11%).
Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum
banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,
2002, p.249). Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam
kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam
tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda
atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam
dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama
kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).
2. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13 – 28 minggu)
a. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut
SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi (11%).
Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum
banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,
2002, p.249). Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam
kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam
tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya
tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat
terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat
terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas
(Pusdiknakes, 2003).
b. Bayi kurang bergerak seperti biasa.
Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam
1 jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5
atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan
IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya
tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan. Beberapa ibu
dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit
3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika
ibu makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
c. Selaput kelopak mata pucat.
Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di
bawah <10,5 gr% pada trimester II. Anemia pada trimester II
disebabkan oleh hemodilusi atau pengenceran darah. Anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
(Saifuddin,2002, p.281).
3. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (29 – 42 minggu)
a. Perdarahan Pervaginam
Dilihat dari SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu
dikarenakan perdarahan (28%). Pada akhir kehamilan
perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan
kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan
semacam ini berarti plasenta previa. Plasenta previa adalah
keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal yaitu segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Penyebab lain
adalah solusio plasenta dimana keadaan plasenta yang letaknya
normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir,
biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
b. Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah
sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003).
c. Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat
disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi
oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang
mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan
kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan
penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur,
dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang
mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur
atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan
tanda-tanda yang menujukkan adanya preeklampsia berat yang
mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks
cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme
pembuluh darah) (Pusdiknakes, 2003).
d. Bengkak di muka atau tangan.
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari
dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya
lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah
serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak
hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik
yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda pre-eklampsia.
e. Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa.
Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3
kali)’dalam 1 jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama
bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa
dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah
tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika
bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak
paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
(Pusdiknakes, 2003).
f. Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini)
Yang dimaksud cairan di sini adalah air ketuban. Ketuban
yang pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan
munculnya tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu
satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut
ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini menyebabkan
hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim
sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama periode
laten (waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
rahim), makin besar kemungkinan kejadian kesakitan dan
kematian ibu atau janin dalam rahim (Marjati Kusbandiyah
Jiarti, Julifah Rita, 2010).
g. Kejang
Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena
eklampsi (24%). Pada umumnya kejang didahului oleh makin
memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit
kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin
berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan
gejala dari eklampsia (Saifuddin, 2002, p.212)

h. Selaput kelopak mata pucat


Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester III. Anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak
jarang keduanya saling berinteraksi. Anemia pada Trimester III
dapat menyebabkan perdarahan pada waktu persalinan dan
nifas, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah yaitu kurang dari 2500
gram) (Saifuddin, 2002).

H. Askep Anternatal Care


1. Pengkajian
Pengkajian pada ibu hamil terdiri dari pengkajian fisik dan psikologis.
a. Identitas pasien
Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku bangsa ( suami dan istri)
b. Riwayat Haid
1. Apakah haid teratur
2. Siklus berapa
3. Apakah ada masalah dengan haid
4. HPHT/HPMT
c. Riwayat perkawinan
1. Menikah/belum
2. Menikah berapa lama
3. Menikah berapa kali
d. Riwayat kehamilan lalu
1. Hamil berapa kali
2. Ada masalah dalam kehamilan
e. Riwayat persalinan lalu
1. Berapa kali partus
2. Proses persalinanya bagaimana
3. Lama persalinan
4. Tempat persalinan
5. Penolong persalinan
6. Masalah persalin
f. Riwayat nifas lalu
1. Masalah nifas dan laktasi yang pernah dialami
2. Masalah bayi yang pernah dialami
3. Keadaan anak
g. Riwayat psikososial
1. Alasan ibu datang ke klinik
2. Perubahan yang timbul saat kehamilan
3. Harapan terhadap kehamilan
4. Orang yang tinggal bersama
5. Orang yang penting
6. Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik
7. Apa suami mau menemani ke klinik
8. Rencana tempat melahirkan
9. Rencana menyusui
10. Apakah memelihara kucing
h. Kebutuhan dasar khusus
1. Ketidaknyamanan
Apakah terjadi gangguan kenyamanan selama kehamilan? Bagaimana
cara mengatasinya? Apa yang diharapkan dari perawatan untuk
mengatasi kenyaman tersebut?
2. Istirahta tidur
Adakah gangguan istirahat tidur selama kehamilan? Berapa lama ibu
istirahat tidur?
3. Hygiene prenatal
Berapa kali mandi? Berapa kali gosok gigi? Bagaimana perawatan
kulitnya?
4. Pergerakan
Ada kesulitan rentang janin? Bagaiman cara mengatasinya?
5. Penglihatan
Adakah gangguan penglihatan? Seberapa jauh gangguan tersebut? Alat
bantu apa yang digunakan?
6. Pendengaran
Adakah gangguan pendengaran? Seberapa gangguan tersebut? Alat
bantu apa yang digunakan?
7. Cairan
Minuman apa yang disukai dan tidak disukai? Seberapa banyak
minum?
8. Nutrisi
Apa yang ibu ketahui tentang berat badan?
9. Eliminasi
Adakah perubahan BAB/BAK, berapa kali BAB/BAK, apakah
menggunakan obat pencahar?
10. Oxigensi
Apakah ada perubahan pernafasan? Bagaimana hubungan dengan
suami?
11. Seksual
Apakah ada perubahan seksual? Bagaimana hubungan dengan suami
i. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum, kelainan bentuk badan serta kesadaran keadaan vital
sign
b. Pemeriksaan kebidanan
Muka: pigmentasi muka (kloasma grafidarum), conjunctiva (adakah
anemis), sclera (adakah ikterik), kelopak mata ( apakah cekung)
Leher: pigmentasi (apakah peningkatan), kelenjar tiroid dan paratiroid,
vena jugolaris (apakah ada pembesaran).
Dada: keadaan paru-paru (inspeksi, palpasi perkusi, auskultasi),
dysnea, payudara (apakan ada hiperpigmentasi,pembesaran)
Perut: pigmentasi (linea nigra/ alba, strie, pemeriksaan leopoid Mc
Donald)

Diagnosa Keperawatan Hasil yang diharapkan Intervensi


NOC NIC
1. Ketidakseimbangan Setelah melakukan tindakan keperawatan Manajemen gangguan makan :
nutrisi: kurang dari selama 3 X 24 jam status nutrisi yang • Koloborasi dengan tim
kebutuhan tubuh diharapkan: kesehatan lain untuk
b/d • Asupan Gizi (100401) mengembangkan rencana
ketidakmampuan • Asupan makanan (100402) perawatan dengan
mengabsorpsi • Asupan cairan (100408) melibatkan klien dan
nutrisi • Energi (100403) orang-orang terdekatnya
dengan tepat
• Ajar dan dukung konsep
nutrisi yang baik dengan
klien
• Monitor intake/output dan
asupan secara tepat
• Gunakan teknik modifikasi
perilaku untuk
meningkatkan perilaku
yang berkontribusi
terhadap penambahan
berat badan dan batasi
perilaku yang mengurangi
berat badan, dengan tepat
• Batasi aktifitas fisik sesuai
kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan
• Monitor berat badan klien
sesuai secara rutin

Ketidakefektifan Setelah melakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas:


pola napas b/d selama 3 X 24 jam hasil yang di harapkan: • Posisikan pasien untuk
ansietas • Frekuensi pernapasan (041501) meringankan sesak nafas
• Irama pernapasan (041502) • Kelola udara atau oksigen
• Kepatenan jalan napas (041532) yang dilembabkan,
• Volume tidal (041505) sebagaimana mestinya
• Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien
untuk memasukkan alat
membuka jalan napas
• Auskultasi suara mapas,
catat area yang
ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara
tambahan

2. Evaluasi
a. Nutrisi adekwat
b. Cidera terhadap janin tidak terjadi
c. Cidera terhadap maternal tidak terjadi
d. Pengetahuan meningkat

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Wahyu purwaningsih, S.Kep, siti fatmawati, S.Kep., Ns, asuhan keperarawatan maternitas,
tahun cetakan maret 2010, Jl. Sorowajan baru 408A, yogyakarta.

Siti fauziah, S.Pd., APP.,M.Kes, Ns. Sutejo,M.Kep., Sp.KEP.J., keperawatan maternitas


kehamilan, tahun cetakan januari 2012, Jl. Tambra raya no. 23 rawamangan jakarta 13220.

Anda mungkin juga menyukai