Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS JURNAL

OLEH:
ESTER WULA
22223014

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES GUNUNG SARI
MAKASSAR
2023
ANALISIS JURNAL
Nama : Ester wula
Kelompok : II (Dua)
Departemen : Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
NamaPenulis 1 : Edi Wibowo
2 : Made Suandika
3 : Martyarini Budi
AsalKampus 1 : Universitas Harapan Bangsa
TahunTerbit : Mei Tahun 2022
NamaJurnal : Jurnal Ilmu keperawatan Bedah
Vol. No. Hal : Vol 5 No 1, Mei 2022
Link Download / DOI : http://dx.doi.org/10.32584/jikmb.v5i1.1219
ISSN : 2338-2058

NO ITEM ISI HASIL ANALISIS


ANALISIS
1 Judul Gambaran Surgical Apgar Score (SAS) Dalam Judul jurnal ini
Perioperatif Pada Pasien Laparatomi Di ingin menggambarkan
Ruang Instalasi Bedah Sentral Rumah Surgical Apgar Score
Sakit Umum Daerah Ajibarang (SAS) Perioperatif
Pada Pasien
LaparatomiDi Ruang
Instalasi Bedah Sentral
Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibarang.
Surgical Apgar Score
(SAS) Perioperatif
merupakan suatu
metode pendekatan
untuk menilai keadaan
fisik pasien Laparatomi
untuk mengurangi
resikokejadian
morbiditas dan
mortalitas pasca operasi
2 Introduction Surgical Apgar Score (SAS) merupakan Dalam jurnal ini
nilai sederhana yang memakai informasi penulis jurnal ingin
hemodinamik dan kehilangan darah memberikan
intraoperatif untuk memprediksi pemahaman kepada
morbiditas dan mortalitas post operasi pihak Rumah Sakait
(Singh & Hariharan, 2019). perlu ada tindak lanjut
(Santoshsingh & Sathyakrishna, 2016) penilaian yang perlu
meneliti tentang Surgical Apgar Score- dianalisis terhadap
Alat Prognostik Sederhana pada keadaan pasien
Pembedahan, menunjukkan hasil bahwa laparatomi setelah
SAS signifikan dalam memprediksi pasca operasi.
morbiditas serta mortalitas pasca Hal ini dipandang
pembedahan dengan nilai p value < penting sebagai
0,001. Riset yang diinformasikan oleh tindakan prefentif yang
(Rajgopal & Kulkarni, 2019) didapatkan perlu diambil oleh
hasil pada 23% pasien dengan SAS Rumah Sakit untuk
rendah (<4) morbiditas utama sebesar menghindari terjadinya
41% dan mortalitas 30 hari sebesar 26%. resiko yang tidak
Pasien dengan SAS tinggi (9-10) 11% diinginkan karena
mengalami morbiditas dan 4% tingkat risiko
mengalami mortalitas. Pasien dengan komplikasi dan
SAS <2 memiliki risiko relatif 13,6 kematian yang tinggi
mengalami morbiditas dan 23,9 setelah operasi bagi
mengalami mortalitas. pasien laparotomi, ini
jelas terlihat dari
Di RSUD Ajibarang diketahui bahwa perkembangan kasus
selama ini belum pernah dilakukan pasien laparatomi terus
sistem penilaian prediksi komplikasi dan mengalami
kematian pada pasien post operasi peningkatan.
dimana RSUD Ajibarang hanya
menggunakan status ASA untuk menilai
kesiapan pasien sebelum operasi.
Laparatomi merupakan jenis operasi
yang paling banyak dilakukan di RSUD
Ajibarang. Jumlah operasi laparatomi
pada tahun 2018 sebanyak 166 kasus
mengalami peningkatan pada tahun 2019
menjadi 262 kasus, dengan jumlah
ratarata operasi perbulan sebanyak 18
kasus.

Tingkat risiko komplikasi dan kematian


yang tinggi setelah laparotomi
membutuhkan sistem penilaian dengan
menggunakan SAS yang terdiri dari 3
komponen yaitu perkiraan
kehilangandarah (EBL), denyut jantung
(HR) dan tekanan arteri rerata (MAP)
dimana komponen tersebut terdapat pada
kondisi pasien laparatomi.
Tujuan Tujuan penelitian untuk mengetahui Dalam jurnl ini tujuan
Penelitian gambaran tingkat risiko morbiditas dan penelitian hanya
mortalitas pasca operasi pada pasien memeberikan
laparatomi dengan SAS. gambaran keadaan
pasien pasca operasi
untuk mengurangi
resiko kejadian
morbiditas dan
mortalitas,
3 Teori Kajian teoritis pada jurnal ini tidak Dalam jurnal ini
dicantumkan penulis tidak
mencantumkan dasar
teori sebagai rujuakan
ilmiah yang dapat
dijadikan indikator atau
komponen yang
menjadi dasar analisis
Walapun dalam jurnal
ini ada 3 komponen
yang dianalisis untuk
pasien laparatomi yaitu
perkiraan
kehilangandarah
(EBL), denyut jantung
(HR) dan tekanan arteri
rerata (MAP) namun
penting ada rujukan
teori agar bisa
dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
4 Metode Menggunakan desain penelitian Dalam jurnal ini
Penelitian deskriptif cross sectional, penelitian ini peneliti hanya
mengambil 21 responden dengan teknik mengambil sampling
quota sampling. Kriteria sampel dalam dari pasien laparatomi
penelitian ini adalah pasien laparatomi yang tidak mengalami
yang tidak mengalami mortalitas selama mortalitas selama
proses operasi, pasien laparatomi yang proses operasi, pasien
tidak mengalami komplikasi laparatomi yang tidak
kardiovaskuler, gangguan pernafasan, mengalami komplikasi
DM yang memengaruhi hemodinamik kardiovaskuler,
pasien. Instrumen penelitian gangguan pernafasan,
menggunakan lembar penilaian SAS, DM yang memengaruhi
hasil validitas dan reliabilitas yang hemodinamik pasien.
dilakukan (Ngarambe et al., 2017)
didapatkan hasil bahwa SAS memiliki Seharusnya peneliti
nilai reliabilitas yang baik untuk juga mengambil
memprediksi mortalitas sebesar 0,79 dan sampling dari pasien
untuk memprediksi morbiditas sebesar laparatomi yang
0,75. Analisis data menggunakan analisis mengalami mortalitas
univariat dengan distribusi frekuensi selama proses
penelitian. operasi,dan pasien
laparatomi yang
mengalami komplikasi
kardiovaskuler
dijadikan sebagai unit
analisis untuk
mengatahui kausalitas
terhadap suatu
kejadian.
5 Hasil Berdasarkan hasil penelitian peneliti Dari hasil penelitian
Peneelitian berasumsi pasien laparatomi memiliki bahwa pasien
nilai SAS kategori risiko tingkat sedang laparatomi memiliki
yang dapat ditunjukkan dengan beberapa nilai SAS kategori
faktor risiko antara lain memiliki nilai risiko tingkat sedang,.
rata-rata EBL 514.07 ml lebih rendah Hal ini menunjukan
dibandingkan responden risiko tinggi bahwa metode
(751.91 ml), memiliki nilai rata-rata pendekatan
MAP 65.39 mmHg lebih tinggi SASmerupakan
dibandingkan responden risiko tinggi suatu bentuk tindakan
(57.11 mmHg), memiliki nilai rata-rata yang penting untuk
HR 67.93 bpm lebih rendah dilakukan oleh Rumah
dibandingkan responden risiko tinggi Sakit untuk melakukan
(88.33 bpm), responden dengan risiko penilaian keadaan
tinggi 66.7% memiliki IMT tidak normal, pasien Laparatomi
100% berjenis kelamin wanita dan 66.7% pasca operasi untuk
dengan riwayat perilaku merokok. mengurangi resiko yang
kelak akan dialmi oleh
Pasien dengan nilai SAS yang rendah pasien.
cenderung akan mengalami komplikasi.
Hal ini sesuai dengan penjelasan dari
(Marino, 2017) bahwa pada pasien
dengan nilai MAP yang rendah (< 50
mmHg) dapat terjadi vasodilatasi
sistemik pada arteri dan vena
menyebabkan berkurangnya preload pada
ventrikel (dari venodilatasi) dan afterload
pada ventrikel (dari vasodilatasi arterial).

Perubahan pada vaskular juga


menyebabkan meningkatnya produksi
dari nitrik oksida (sebuah vasodilator
potent) di dalam sel endotel vaskular. Hal
ini nantinya akan menyebabkan cedera
pada endotel vaskular akibat
perlengketan neutrofil dan degranulasi
yang dapat menyebabkan terjadinya
ekstravasasi cairan dan hipovolemia,
yang akan menyebabkan berkurangnya
pengisian jantung akibat venodilatasi.

Respon imun akan merangsang


pengeluaran sitokin proinflamatorik yang
nantinya akan menyebabkan disfungsi
jantung (baik disfungsi sistolik maupun
diastolik) walaupun demikian, cardiac
output biasanya meningkat karena efek
kompensasi yaitu takikardia dan
penurunan afterload. Selain cardiac
output yang meningkat, aliran darah
splanchnic juga ikut menurun. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada dinding mukosa usus dan dapat
terjadi translokasi dari patogen dan
endotoxin enterik menuju mukosa usus
dan sampai ke sirkulasi sistemik dan
kemudian dapat menjadi sumber dari
inflamasi sistemik yang progresif. Hal ini
kemudian yang akan menyebabkan
sepsis, syok sepsis, dan disfungsi organ
(Marino, 2017).

Beberapa indikasi yang paling penting


untuk operasi laparatomi adalah
perdarahan intraabdomen dengan angka
kematian 75,6% (39%), iskemia usus
dengan angka kematian 80,5% (24,4%),
trauma perut (23,5%) dengan angka
kematian 75,5%, obstruksi usus 15,7%,
divertikulum 14,3% (Howes et al., 2015).
Rumah Sakit Universitas Nasional Chen
Kung Taiwan mencatat 340 laparotomi
dengan angka kematian 6,8% (Schreiber
et al., 2014). Penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta
mencatat hingga 82 operasi laparotomi
untuk trauma perut dengan angka
kematian 18.3% dan lama rawat rata-rata
15 hari (Tanio et al., 2018).

Penelitian Akinbami (2011) terhadap 819


kasus bedah umum dan menemukan
24.7% pasien dengan satu atau lebih
komplikasi dengan angka kematian
8.9%. Hasil survei Rhodes (2011)
terhadap 88.504 pasien pasca operasi
yang di rawat di ICU di Austria selama
11 tahun menemukan bahwa ICU
memiliki angka kematian 7.6% dan
angka kematian rumah sakit 11.8%.

ANALISIS JURNAL
Nama : Ester Wula
Kelompok : II ( Dua)
Departemen : KeperawatanMedikal Bedah
NamaPenulis 1 : Achamad Fauji (achmadfauji@stikesbanisaleh.ac.id)
2 : Sara Tania
3 : Ade Suryani
4 : Retno Purwanti
5 : Susan Yulia
Asal Kampus 1 : Sekolah Tinggi Kesehatan Bani Saleh Indonesia

2 : Rumah Sakit Kanker Dharmis Indonesia

TahunTerbit : Mei Tahun 2022


NamaJurnal : Jurnal Ilmu Keperwatan Medikal Bedah
Vol. No. Hal : Vol 5 No 1, Mei 2022
Link Download / DOI : https://doi.org/10.32584/jikmb.v5i1.1310
ISSN : 2338-2058

ITEM
NO ISI HASIL ANALISIS
ANALISIS
1. Judul Korelasi Fatigue Dengan Demografi, Skala Performa Dan Indek
Skala Performa Dan Indek Masa Masa Tubuh Pada Pasien
Tubuh Pada Pasien Kanker Dewasa Kanker Dewasa. Dengan
pendekatan Berdasarkan
Judul jurnal ini
penulis ingin
mengkorelasikan Fatigue
Dengan Demografi
penelitian korelatif
kuantitatif
2 Intraduction Tujuan dari penelitian ini untuk Dalam jurnal ini penulis
melihat adakah hubungan antara ingin mengetahui
fatigue dengan usia, jenis kelamin, hubungan antara
jenis kanker, riwayat fatigue, skala kelelahan, dengan
performa ECOG (Eastern karakteristik responden,
Cooperative Oncology Group) dan dan skala kinerja di antara
indek masa tubuh. pasien kanker dewasa.
3. Teori Kajian teoritis pada jurnal ini tidak Dalam jurnal ini penulis
dicantumkan tidak mencantumkan
dasar teori sebagai
rujuakan ilmiah yang
dapat dijadikan indikator
atau komponen yang
menjadi dasar analisis
agar bisa
dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Penulis hanya
mencantumkan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang
dianggap relevan dengan
argumentasi dari
fenomena yang diteliti.
4. Metodologi Metode yang digunakan pada Dalam jurnal ini peneliti
penelitian ini adalah penelitian mengggunakan metode
analitik korelatif dengan pendekatan penelitian kuantitatif
cross sectional. Jenis penelitian ini dengan analitik korelatif
dipilih karena peneliti ingin melihat dengan pendekatan cross
hubungan antara fatigue dengan sectional. Sebagai obejek
demografi, indeks masa tubuh dan penelitian yang
skala performa ECOG responden didijadikan unit analisis
penelitian pada unit rawat singkat yakni Kriteria inklusi
(one day care) Rumah Sakit Kanker dalam penelitian ini
Dharmais Jakarta. adalah pasien kanker yang
Populasi target pada penelitian ini menjalani kemoterapi
adalah seluruh pasien kanker tumor berusia 18-80 tahun.
solid dan hematologi di Indonesia Kriteria eksklusi dalam
yang menjalani kemoterapi. Populasi penelitian ini adalah
terjangkau pada penelitian ini adalah pasien kanker post
pasien kanker solid tumor dan kanker kemoterapi dengan
hematologi di RS Kanker Dharmais penyakit sekunder berat
pada bulan Desember 2019. seperti penyakit
Kriteria inklusi dalam penelitian ini pernafasan, masalah
adalah pasien kanker yang menjalani sistem jantung, gangguan
kemoterapi berusia 18-80 tahun. muskuloskeletal dan
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini pasien kanker dengan
adalah pasien kanker post kemoterapi pansitopenia hebat
dengan penyakit sekunder berat
seperti penyakit pernafasan, masalah
sistem jantung, gangguan
muskuloskeletal dan pasien kanker
dengan pansitopenia hebat. Besar
sampel dalam penelitian ini dihitung
menggunakan rumus sampel analitik
korelatif numerik tidak berpasangan
dengan jumlah sebanyak 67
responden. Pengambilan sampel
penelitian menggunakan metode
pengambilan sampel konsekutif
sampling
5. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis didapatkan Dari hasil penelitian
bahwa 55.2% responden memiliki bahwa Riwayat fatigue
riwayat fatigue sebelumnya. Hasil uji pada responden dalam
statistik menunjukkan ada perbedaan penelitian ini disebabkan
antara pasien yang memiliki riwayat oleh kemoterapi.
fatigue sebelumnya dengan yang Responden di unit rawat
tidak memiliki riwayat fatigue singkat merupakan pasien
sebelum kemoterapi dengan kejadian yang rutin melakukan
fatigue (Pvalue = 0.00). kemoterapi sesuai jadwal
yang telah ditentukan
Fatigue pada pasien kanker terjadi namun lamanya
karena pengobatan kanker kemoterapi tidak lebih
(kemoterapi dan radioterapi) dari 12 jam, sehingga
(Arizona, Sukartini, Efendi, dengan kemoterapi yang
Estiadewi, & Anggraeni, 2019; diterima sebelumnya
Borneman, 2013; Corral Cordero, pasien memungkinkan
Cueva Ayala, Yépez Maldonado, & memiliki riwayat fatigue
Tarupi Montenegro, 2018; Hodge, akibat pengobatan kanker
Itty, Cadogan, Martinez, & Pham, yaitu kemoterapi.
2016; Siegel, Miller, & Jemal, 2018)
(Arizona et al., 2019) serta akibat Hal ini menunjukan
kanker itu sendiri. Riwayat fatigue bahwa aspek waktu
pada responden dalam penelitian ini dalam pengobatan
disebabkan oleh kemoterapi. kemoterapi bisa
Responden di unit rawat singkat menimbulkan pasien
merupakan pasien yang rutin kanker mengalami
melakukan kemoterapi sesuai jadwal fatigue.oleh karena itu
yang telah ditentukan namun pasien perlu untuk
lamanya kemoterapi tidak lebih dari diberikan pemahaman
12 jam, sehingga dengan kemoterapi sedini mingkin tentang
yang diterima sebelumnya pasien sebuah karakteristik
memungkinkan memiliki riwayat penyakit dan sistem
fatigue akibat pengobatan kanker pengobatannya agar
yaitu kemoterapi. pasien tetap memiliki niat
dan semangat dalam
Fatigue merupakan salah satu melakukan proses
keluhan dan gejala yang sering pengobatan sehingga
dialami oleh pasien namun terkadang dapat meminimalisir
pasien sulit mengungkapkan keluhan terjadinya fatigue dalam
tersebut. Hasil penelitian Mahdi, diri pasien.
Suhartini, & Sofro (yang meneliti
perspektif terhadap ekspresi pasien
kanker menyimpulkan bahwa selama
melakukan kemoterapi, perawat
memaknai ekspresi pasien kanker
payudara sebagai keluhan yang
ditunjukkan atau dikomunikasikan
oleh pasien. Perawat menjelaskan
sejumlah terapi atau prosedur yang
digunakan untuk melawan ekspresi
emosi negatif pasien kanker payudara
(Mahdi, Suhartini, & Sofro, 2019).
Pernyataan ini sejalan dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa
sebagian besar responden penelitian
adalah pasien kanker yang menjalani
kemoterapi
ANALISIS JURNAL
Nama : Ester Wula
Kelompok : II ( Dua)
Departemen : Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
NamaPenulis 1 : Monika Nina Kurniawaty Ginting (gintingmoika62@gemail.com)
2 : Darmanto ginting (darmantoginting@gemail.com)
3 : Bungamari Sembiring (bungaamerisembiring@gemail.com)
AsalKampus 1 : Institut Deli Kusaada Deli Tua
TahunTerbit : Oktober 2022
NamaJurnal : Jurnal Ilmu Keperawatan Medical Bedah
Vol. No. Hal : Vol 5 No 2. Hal. 314-319
Link Download / DOI : -
ISSN : 2614;8064

ITEM
NO ISI HASIL ANALISIS
ANALISIS
1. Judul Analisis pengaruh kipi (kejadian Pengaruh KIPI (Kejadian
ikutan pasca imunisasi) akibat reaksi
Ikutan Pasca Imunisasi)
produk akibat reaksi produk dan
dan respon kecemasan setelah respon kecemasan setelah
vaksinasi covid-19 terhadap kesiapanvaksinasi COVID-19
masyarakat dalam mengikuti terhadap kesiapan
vaksinasi booster masyarakat dalam
mengikuti vaksinasi
booster
2. Introduction Berdasarkan latar belakang yang untuk mengetahui
telah dikemukakan sebelumnya yang gambaran KIPI (Kejadian
menjadi perumusan masalah dalam Ikutan Pasca Imunisasi)
penelitian ini adalah bagaimana yang dialami oleh
pengaruh KIPI (Kejadian Ikutan masyarakat di Desa
Pasca Imunisasi) akibat reaksi Namorambe akibat reaksi
produk dan respon kecemasan setelah produk dan respon
vaksinasi COVID-19 terhadap kecemasan dan juga
kesiapan masyarakat dalam bagaimana pengaruhnya
mengikuti vaksinasi booster. terhadap kesiapan
masyarakat dalam
Adapun tujuan dari riset ini adalah : mengikuti vaksinasi
1. Untuk menganalisis pengaruh KIPI booster untuk
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) mengantisipasi varian
akibat reaksi produk setelah baru covid-19.
vaksinasi COVID-19 terhadap
kesiapan masyarakat dalam
mengikuti vaksinasi booster 2. Untuk
menganalisis pengaruh KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
akibat respon kecemasan setelah
vaksinasi COVID-19 terhadap
kesiapan masyarakat dalam
mengikuti vaksinasi booster
3. Teori KIPI adalah salah satu reaksi tubuh Karena adanya KIPI
pasien yang tidak diinginkan yang banyak masyarakyat yang
muncul setelah pemberian vaksin. merasa takut dan cemas
KIPI dapat terjadi dengan tanda atau dalam mengikuti vaksin,
kondisi yang berbeda-beda. Mulai ada pun kebijakan
dari gejala efek samping ringan pemerintah untuk
hingga reaksi tubuh yang serius meakukan vaksinasi
seperti anafilaktik (alergi parah) supaya untuk memperkut
terhadap kandungan vaksin anti body dan tidak
terjadinya penulan covid-
19
4. Metodologi Digunakan adalah studi Analisis Pengaruh KIPI
Observasional dengan desain (Kejadian Ikutan Pasca
crossectional yang bertujuan untuk Imunisasi) akibat reaksi
menganalisis pengaruh KIPI produk dan respon
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) kecemasan setelah
akibat reaksi produk dan respon vaksinasi COVID-19
kecemasan setelah vaksinasi COVID- terhadap kesiapan
19 terhadap kesiapan masyarakat masyarakat dalam
dalam mengikuti vaksinasi booster. mengikuti vaksinasi
booster
Data primer Data yang di peroleh statistik diketahui bahwa
langsung dari responden melalui dari 80 orang responden
wawancara dengan menggunakan penelitian, mayoritas
instrumen (kuesioner). Data sekunder responden yaitu sebanyak
berupa data kependudukan Desa 47 orang (58,8%) tidak
Namorambe dan data peserta vaksin mengalami KIPI akibat
reaksi produk dan sisanya
sebanyak 33 orang
(41,3%) mengalami KIPI
akibat reaksi produk.
5. HasilPenelitian Dari perhitungan rumus slovin, maka statistik diketahui bahwa
ditetapkan jumlah sampel dalam dari 80 orang responden
penelitian ini yaitu sebanyak 80 penelitian, mayoritas
responden. Metode penarikan sampel responden yaitu sebanyak
yang digunakan adalah consecutive 47 orang (58,8%) tidak
sampling, masyarakat yang mengalami KIPI akibat
memenuhi kriteria inklusi reaksi produk dan sisanya
dimasukkan dalam penelitian sampai sebanyak 33 orang
jumlah subjek yang diperlukan (41,3%) mengalami KIPI
dipenuhi. akibat reaksi produk.
diketahui bahwa dari 37 orang
responden yang menyatakan bahwa Berdasarkan tabel hasil uji
mereka siap untuk melakukan statistik di atas terlihat
vaksinasi booster sebanyak 22 orang diketahui bahwa : 1. Ada
(27,5%) responden mengalami KIPI hubungan KIPI akibat
akibat respon psikologis dan sisanya reaksi produk dengan
sebanyak 15 orang (18,8%) kesiapan vaksinasi
responden tidak mengalami KIPI booster dilihat
akibat respon psikologis. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis
dari 43 orang responden yang statistik dengan
menyatakan tidak siap untuk menggunakan uji chi
melakukan vaksinasi booster, square dengan nilai sig.
diketahui bahwa sebanyak 1 4 orang 0,004. 2. Ada hubungan
(17,5%) responden mengalami KIPI akibat respon
mengalami KIPI akibat respon psikologis dengan
psikologis dan sebanyak 29 orang kesiapan vaksinasi
(36,3%) responden tidak mengalami booster dilihat
KIPI akibat respon psikologis. Hasil berdasarkan hasil analisis
analisis statistik dengan statistik dengan
menggunakan uji chi square menggunakan uji chi
menunjukkan nilai sig. 0,029, square dengan nilai sig.
sehingga dapat disimpulkan bahwa 0,029.
KIPI akibat respon psikologis
berhubungan dengan kesiapan
vaksinasi booster.
ANALISIS JURNAL
Nama : Ester Wula
Kelompok : II ( Dua)
Departemen : Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
NamaPenulis 1 : Septavianada Jihan Azhar
2 : Adiratara Sekar Siwi (adiratrasekarsiwi@uhb.ac.id)
AsalKampus 1 : Universitas Harapan Bangsa Jawa Tengah
2 : Program Studi Keperawatan Progaram Serjana Kesehatan
TahunTerbit : 30 November 2022
NamaJurnal : Jurnal Ilmu Keperawatan Medakal Bedah
Vol. No. Hal : Vol 5 No 1
Link Download / DOI : https://doi.org/10.32584/jkmb.v45i2.1219
ISSN : 2338-2058

ITEM
NO ISI HASIL ANALISIS
ANALISIS
1. Judul Hubungan Pengetahuan Tentang Stroke Dimana petugas kesehatan
Dan Perilaku Sehat Pasien Hipertensi Di harus memberikan
PKM Karang Jambu sosialisasi atau
penyuluhan perilaku
hidup sehat yang
berkaitan denagan stroke
2. Introduction Hipertensi atau tekanan darah tinggi Dimana menunjukkan
merupakan kondisi dimana tekanan bahwa stroke iskemik
darah sistolik mengalami peningkatan dengan hipertensi sebesar
melebihi 140 mmHg dan tekanan darah 97,7% dan responden yang
tidak mengalami stroke
diastolik melebihi 90mmHg dengan dua
iskemik yaitu 25,0%. Usaha
kali pengukuran pada kondisi tubuh yang dapat dilakukan untuk
yang tenang dalam rentang waktu lima merendahkan angka
menit (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi kematian dan kecacatan
masih menjadi masalah di dunia dan di akibat stroke yaitu dengan
Indonesia sebagai Penyakit Tidak pencegahan terjadinya
Menular (PTM) yang merupakan kasus stroke, keberhasilan
terbesar dari semua PTM yaitu 60% pencegahan stroke salah
Ningrum et al., 2019). Jumlah penderita satunya dengan
hipertensi setiap tahunnya meningkat meningkatkan pengetahuan
dan secara global diperkirakan sebesar masyarakat tentang penyakit
1,13 miliar orang mengalami hipertensi stroke.
(Regea et al., 2022). Peningkatan Adanya Pengetahuan
tentang stroke terhadap
hipertensi dan komplikasinya menjadi
penderita hipertensi sangat
penyebab utama kematian di seluruh penting dilakukan untuk
dunia terhitung 10,4 juta kematian setiap pencegahahan berdasarkan
tahun (Unger et al., 2020). Salah satu hasil penelitian Abate et al
komplikasi yang menjadi ancaman bagi (2019) sebagian penderita
penderita hipertensi adalah stroke, hipertensi memiliki
kematian stroke dengan hipertensi di pengetahuan yang kurang
Ethiopia mencapai 4,71% (Abate et al., tentang faktor risiko yaitu
2019) sebesar 77% juga memiliki
pengetahuan kurang tentang
Orang dengan tekanan darah tinggi tanda peringatan stroke yaitu
77,3%. Pengetahuan yang
berisiko 6,905 lebih besar dibandingkan
buruk disebabkan karena
dengan yang tidak hipertensi. Hipertensi kurangnya pendidikan, perlu
dapat merusak dinding pembuluh darah di tingkatkan pendidikan
dan mengakibatkan tersumbat atau tentang stroke terutama pada
pecahnya pembuluh darah otak, yang seseorang yang berisiko
menyebabkan komplikasi stroke mengalami stroke.
(Junaidi, 2011 dalam Laily, 2017).

3. Teori Hipertensi atau tekanan darah tinggi Adanya faktor yang


merupakan kondisi dimana tekanan darah memengaruhi pengetahuan
sistolik mengalami peningkatan melebihi buruk, karena responden
140 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak mendapat informasi
melebihi 90mmHg dengan dua kali mengenai pengetahuan
pengukuran pada kondisi tubuh yang tenang pencegahan stroke.
dalam rentang waktu lima menit Pencegahan stroke juga bisa
dengan melakukan perilaku
Gejala pada hipertensi adalah sebagian besar sehat. Berdasarkan hasil
orang memiliki tekanan darah tinggi penelitian Damayantie et al
umumnya adalah gejala sakit kepala, sesak (2018) perilaku
napas, mmisan, kulit merah terutama pada penatalaksanaan hipertensi
wajah dan leher, pusing, nyeri dada,, kurang baik 56,7%
gangguan pengelihatan. responden, karena belum
menerapkan makanan gizi
Apa itu stroke isemik adalah jenis stroke seimbang dan masih banyak
yang terjadi saat aliran darah pada pembulu responden yang tidak
arteri dalam otak mengalami penyumbatan. menghindari makanan yang
tinggi lemak jenuh dan
Gejala adalah pada umumnya mengalami kolesterol.
mati rasa atau kelemahan pada wajah
lenganbatau kaki terutama pada satu sisi
tubuh
4. Metodologi metode kuantitatif dengan desain deskriptif Karena peneliti memilih
korelasi dan pendekatan cross sectional sampel dengan
menggunakan teknik
nonprobability accidental
sampling. Data diambil
dengan kuesioner SRQ
untuk pengetahuan stroke
dan HPLP II untuk perilaku
sehat. Analisis univariat
menggunakan despkriptif
korelasi dan analisis bivariat
menggunakan uji spearman
rank.
5. HasilPenelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Terdapat hubungan antara
responden dengan pengetahuan tentang pengetahuan stroke dengan
stroke kategori cukup dan memiliki perilaku perilaku sehat pada
cukup sebanyak 25 responden (37,9%). penderita hipertensi di
Hasil analisis p value <0.000 yang dapat Puskesmas Karangjambu.
disimpulak terdapat hubungan antara Semakin baik tingkat
pengetahuan tentang stroke dengan perilaku pengetahuan seseorang
stroke. Hasil uji spearman rank menunjukan tentang stroke maka
nilai p=0,001 (p<0,01) sehingga ada semakin baik pula perilaku
hubungan antara pengetahuan stroke dengan sehat yang diterapkan.
perilaku sehat pada penderita hipertensi di Meskipun sebagian besar
Puskesmas Karangjambu. Berdasarkan hasil responden sudah memiliki
uji korelasi di dapatkan nilai koefisien pengetahuan stroke cukup
korelasi (r=0,389) yang menunjukan bahwa dan perilaku cukup, tetapi
korelasi positif dengan kekuatan korelasi masih ada responden yang
cukup. Semakin baik tingkat pengetahuan belum mengetahui bahwa
seseorang tentang stroke maka semakin baik gejala stroke yaitu mati rasa
pula perilaku sehat yang diterapkan. dan bicara pelo, dan belum
mengetahui bahwa diabetes,
kurangnya aktivitas fisik,
Responden yang memiliki pengetahuan dan merokok salah satu
buruk dengan perilaku cukup sebesar 15 faktor risiko stroke. Masih
(22,7%) karena sebagian besar responden rendahnya responden untuk
memiliki pendidikan rendah tetapi melakukan olahraga,
kemungkinan responden telah mendapatkan membatasi makanan
informasi tentang perilaku pencegahan berlemak dan manis.
stroke dari berbagai sumber dan memeroleh
dukungan dari keluarga dalam pencegahan
komplikasi hipertensi. Pengetahuan baik
dengan perilaku cukup sebesar 7 (10,6%)
responden, dikarenakan responden kurang
kesadaran terhadap perilaku sehat seperti
berolahraga dan menjaga pola makan.
Kesadaran bagi penderita hipertensi sangat
berpengaruh dalam pentingnya menjaga
perilaku kesehatan, selain kesadaran
penderita motivasi dan dukungan keluarga
juga sangat berpengaruh dalam melakukan
perilaku sehat (Roesmono et al., 2017).
ANALISIS JURNAL
Nama : Ester Wula
Kelompok : II (Dua)
Departemen : Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
NamaPenulis 1 : Hilmia Maulana Hamida (hilmiahmaulana@gemail.com)
2 : Dody Setiawan (dodypsikfundip@gemail.com)
AsalKampus 1 : RSUD Tugurejo Propinsi Jawa Tengah
TahunTerbit : 30 November2022
NamaJurnal : Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Vol. No. Hal : Vol 5 No 2, November 2022
Link Download / DOI : -
ISSN : -

ITEM
No ISI HASIL ANALISIS
ANALISIS
1 Judul Korelasi Antara Jumlah Penerima Vaksin Penelitian ini bertujuan untuk
Covid -19 Dengan Tingkat Keparahan mengatahui apakah ada
Pasien Covid -19 di Unit Emergenci hubungan antara jumlah
vaksin yang diterima dengan
derajat gejala yang dialami
pasien Covid-19.
2 Introduction virus corona ditemukan pertama di Berdasarkan hasil analisis
wilayah Wuhan, China bulan Desember menunjukkan bahwa
2019 yang dinamakan Severe Acute beberapa masyarakat
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 masih merasa ragu-ragu
(SARS-CoV-2). Virus ini kemudian dan bahkan menolak
menyebar secara cepat ke seluruh dunia diberikan Vaksin Covid-
dan dikenal sebagai penyakit Coronavirus 19. Beberapa faktor yang
2019 (Covid-19). menyebabkan penolakan
World Health Organization (WHO) terhadap vaksinansi
kemudian menyatakan bahwa Covid-19 diantaranya vaksin tidak
sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret aman (54,1%), vaksin
2020 karena telah menyebar ke lebih dari tidak mampu menekan
114 negara (Kim et al., 2020) penyebaran Covid- 19
(59,5%), keraguan terkait
Kasus Covid-19 di Indonesia juga efektivitas vaksin (42,6%),
menyebar luas dan hampir merata di
seluruh wilayah bahkan sampai awal dan keraguan apakah
tahun 2022 masih terdapat kasus tersebut. vaksin itu halal (50%)
Gugus Tugas Covid-19 di Indonesia
menyatakan bahwa total terdapat
1.713.684 kasus terkonfirmasi dan
sebanyak 47.012 kasus meninggal dunia.
Berdasarkan data dari Satgas Covid-19
Provinsi Jawa Tengah yang diakses
tanggal 3 Mei 2022 terdapat total kasus
terkonfirmasi Covid-19 sebanyak
627.109, dengan jumlah kasus meninggal
sebanyak 33.093 kasus (Tanggap Covid-
19 Provinsi Jawa Tengah, 2022).
Sedangkan di kota Semarang sendiri,
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kota Semarang, ditemukan kasus
terkonfirmasi pada tahun 2020 sebanyak
19.663 kasus dengan jumlah meninggal
dunia sebanyak 1.652 kasus. Tahun 2021
terdata sebanyak 69.536 kasus dengan
jumlah kasus meninggal sebanyak 4.848
kasus (Informasi Coronavirus Semarang,
2021).
3 Teori Gejala yang ditimbulkan oleh virus Pemerintah melakukan
Covid-19 diantaranya demam, menggigil, berbagai upaya untuk
batuk, pilek, sesak, nyeri otot, kehilangan menghentikan penyebaran
kemampuan mencium aroma atau bau virus Covid-19 antara lain
yang disebut dengan anosmia dan mematuhi protocol
kehilangan kemampuan mengecap yang kesehatan dengan
disebut dengan ageusia. Pada beberapa memakai masker, menjaga
kasus, gejala yang ditimbulkan varian jarak dan mencuci tangan.
Omicron tidak terlalu parah Salah satu upaya yang juga
dibandingakan dengan varian Delta, dilakukan oleh pemerintah
terutama pada penderita yang sudah yaitu dengan pemberian
mendapatkan vaksin, usia muda, dan vaksinasi Covid-19 kepada
tanpa komorbid penyekait penyerta. masyarakat luas secara
Namun hal ini masih memerlukan gratis, sesuai dengan
penelitian dan pembuktian lebih lanjut Peraturan Menteri
(Wang L et al., 2022) Kesehatan RI No 10
Tahun 2021 tentang
Virus Covid-19 ini dapat bermutasi Pelaksanaan Vaksinasi
menjadi varian yang lain dan dalam dalam Rangka
perkembanganya, ditemukan beberapa Penanggulangan Pandemi
varian virus Covid-19, salah satu varian Corona Virus Disease
terbaru yaitu Omicron. Varian virus 2019 (Kementrian
Omicron ini pertama kali ditemukan di Kesehatan RI, 2021).
Afrika Selatan, kemudian menyebar ke Vaksinasi ini bertujuan
80 negara lainnya. Varian Omicron untuk membentuk
masuk ke Indonesia dan diumumkan imunitas dan kekebalan
sebagai kasus temuan pertama oleh tubuh dengan harapan
Pemerintah pada Kamis 16 Desember mampu mengurangi risiko
2021. Menurut WHO, Covid-19 varian penularan dan dapat
Omicron ini lebih mudah menular menekan pandemi Covid
dibandingkan dengan varian lainnya 19. Pelaksanaan vaksinasi
(Astuti et al., 2021). ini sudah menjadi program
secara global di dunia
untuk menekan
penyebaran Covid-19 dan
mengurangi angka
kematian
4 Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian Dimaana Pengambilan
kuantitatif dengan desain data penelitian dilakukan
retrospektifstudi pendekatan cross pada bulan Agustus 2022.
sectional. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah Rekam
Selain itu penelitan ini menggunakan Medis Elektronik (RME)
pendekatan cross sectional yang untuk melihat jumlah
dilakukan secara murni untuk vaksin yang diterima oleh
mengadakan deskripsi tanpa dilakukan pasien, dan Pedoman Surat
analisis yang mendalam (Nursalam, Keputusan Menteri
2017). Pendekatan cross sectional adalah Kesehatan RI
jenis penelitian yang menekankan waktu No.HK.01.07/MENKES/5
pengukuran / observasi data variabel 671/2021 yang digunakan
independen dan dependen hanya satu kali untuk menentukan derajat
pada satu saat yaitu untuk mengetahui gejala Covid-19
hubungan antara jumlah vaksin yang
diterima dengan derajat gejala yang
dialami pasien Covid-19 di IGD RSUD
Tugurejo.
5 HasilPenelitian Hasil penelitian ini juga menunjukkan Penelitian ini
bahwa pasien yang mengalami gejala menunjukkan adanya
sedang mayoritas lebih dari separuh hubungan antara jumlah
dialami oleh pasien yang belum vaksin vaksin yang diterima
yaitu sebesar 61,9% dan yang mengalami dengan derajat gejala
gejala berat mayoritas lebih dari separuh covid-19 yang dialami
juga dialami oleh pasien yang belum oleh pasien di IGD. Hal ini
vaksin yaitu sebesar 52,6%. Juru Bicara berarti bahwa semakin
Covid-19 Kemkes RI (2022) mengatakan lengkap jumlah dosis
bahwa hasil penelitian dari data sampel vaksin pasien maka gejala
Rumah Sakit rujukan Covid-19 yaitu Covid-19 yang dialami
RSPI Sulianti Saroso, menunjukkan akan semakin ringan.
terkait pentingnya vaksinasi untuk Kelangkapan dosis vaksin
menurunkan risiko fatal akibat infeksi ini dapat meningkatkan
virus pada pasien Covid-19 yang dirawat sistem kekebalan tubuh
di ICU. Ada 6 pasien (50%) dari total dalam menghadapi virus,
sampel 12 pasien Covid-19 yang dirawat sehingga dengan imunitas
dengan gejala berat dan kondisi kritis yang baik akan dapat
ternyata belum vaksinasi. Kelompok anak menjadi benteng
anak, lansia, orang dengan komorbiditas, pertahanan terhadap virus
dan yang belum vaksin, adalah kelompok dan tidak jatuh pada gejala
yang harus diperhatikan di saat pandemi yang berat atau bahkan
ini. Pasien yang belum vaksin sama kematian.
sekali tidak akan terbentuk sistem
pertahanan yang bagus dalam melawan
virus, belum terbentuk antibody sehingga
sangat beresiko untuk tertular virus
bahkan sampai gejala yang berat.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pasien yang mengalami Covid-19
dengan derajat gejala rendah juga terjadi
pada pasien yang belum vaksin yaitu
sebesar 26,7%. Susilo et al (2022) juga
menyebutkan bahwa sebagian besar
pasien memiliki gejala ringan, bahkan
juga ada yang tidak bergejala. Varian
Omicron ini ternyata lebih mudah
menginfeksi pada saluran napas atas
dibandingkan saluran pernapasan bawah.
Hal ini disebabkan daya mutasi yang
dimilikinya sehingga gejala yang muncul
hanya bersifat ringan seperti flu, batuk,
kelelahan, dan anosmia. Selain itu tingkat
imunitas masing-masing orang berbeda,
ada pasien yang memang imunitas dalam
tubuhnya sudah kuat walaupun belum
vaksin sehingga gejala yang dialami
dapat lebih ringan.

Anda mungkin juga menyukai